Você está na página 1de 6

Artikel:

FILSAFAT UNTUK REMAJA

Judul: FILSAFAT UNTUK REMAJA


Bahan ini cocok untuk Sekolah Lanjutan TP bagian FILSAFAT / PHILOSOPHY.
Nama & E-mail (Penulis): imamwibawamukti,@yahoo.co.id
Saya Guru di SMP Taruna Bakti
Topik: berpikir, bertanya dan berpikir
Tanggal: 18 Juni 2008

"begitu banyak jawaban kita jejalkan kepada anak untuk mereka ingat daripada
melontarkan masalah untuk mereka pecahkan"

Pernahkah kita bertanya mengapa anak-anak kita, siswa kita atau kita sendiri
selalu melanggar aturan yang ada dimasyarakat baik aturan tertulis atau hukum tidak
tertulis ? apakah pelanggaran itu semata-mata karena ketidaktahuan atau justru karena
sangat memahami (bahkan paham celah untuk menyiasatinya?)

Pertanyaan ini begitu mengganggu mengingat berbagai berita pelanggaran


aturan begitu lumrah kita peroleh sehari-hari. Apakah sudah sedemikian parahkah
pemahaman kita akan ketertiban dan peraturan? Mungkin salah satu penyebabnya
adalah karena kita tidak pernah paham landasan filosofis dari suatu aturan. Dan
mungkinkah kita, guru mampu dan mau mengajarkan filsafat sebagai ilmu
kebijaksanaan dan bunda segala pengetahuan kepada siwa-siswa kita?

FILSAFAT BUKAN ILMU LANGIT

Filsafat bukanlah ilmu bengong dan melamun massal. Ilmu ini adalah seni
bertanya tentang segala sesuatu. Mempertanyakan suatu masalah dan menjawabnya
dengan pertanyaan lain sehingga sampai pada titik dimana kita menjadi memahami
suatu permasalahan dan mampu mencari solusi terbaik dan tepat.

Mengapa banyak remaja atau siswa begitu bangga dengan peraturan? bangga
karena berhasil mencontek, berhasil kabur dari sekolah atau sekedar menghindari mata
pelajaran tertentu karena alasan tidak ada manfaat bagi kehidupan mereka?

Filsafat mengajarkan dialog intens antara siswa yang berperan sebagai guru dan
guru yang memerankan dirinya menjadi murid. Membiarkan siswa untuk melontarkan
pertanyaan dengan kritis tentang segala sesuatu dengan bijak dan terarah. Mendampingi
siswa untuk mencari jawaban secara mandiri dan kreatif.

Filsafat menempatkan guru tidak sebagai dewa yang serba tahu namun
menempatkan guru sebagai sumber pertanyaan sekaligus mengarahkannya pada tujuan
"baik" yang ingin dicapai.

Pernahkah kita berdialog dengan siswa mengapa sekolah melarang siswanya


mencontek? Bukankah selama ini guru senantiasa mengatakan bahwa mencontek itu
melanggar aturan sekolah, dilarang karena sama dengan mencuri tanpa melakukan
dialog dengan mereka tentang alasan logis, dampak baik dan buruk (dunia tidak selalu
hitam-putih) atau untung ruginya mencontek. Siswa sementara akan melakukan
pembenaran akan tindakan itu, lalu mereka mencari alasan logis untuk membuat seolah
tindakan mencontek adalah wajar. Tapi dengan pertanyaan dan dialog
(multilog/polilog?) akan mengerucut kesadaran bahwa apapun alasan mereka hanyalah
pembenaran, karena sebenarnya hati mereka yang paling kecil pun mengakui bahwa
tindakan itu tidak benar dan hanya "keterpaksaan" yang membauat mereka melakukan
tindakan itu.

MEMBIASAKAN DIALOG DAN BERFIKIR ANTARA GURU DAN SISWA

Tidak perlu berfikir dan membayangkan kerumitan filsafat. Kita bisa memulainya
dalam kegiatan belajar mengajar melalui metode filsafat yaitu bertanya, berfikir dan
kemudian bertanya kembali. Ini merupakan proses panjang dalam suatu kegiatan
pembelajaran. Dalam mata pelajaran apapun guru dapat memulai pelajaran dengan
pertanyaan dasar," apa manfaat ilmu yang dipelajari mereka dalam kehidupan sehari-
hari". Dengan mempertanyakan itu semua maka siswa akan menyadari bahwa semua
ilmu adalah penting dan tanpa sadar akan mulai menyukai pelajaran apapun. Namun
kesadaran itu harus muncul dari analisa, dialog, kontemplasi dan pemahaman mandiri
mereka sendiri.

"COGITO ERGO SUM". Dialog akan membuka pandangan dan merangsang


pikiran mereka untuk menjawab dan melontarkan solusi terbaik menurut mereka.
Dengan berpikir dan membiasakan bertanya kita telah meletakkan pondasi bagi kita
semua dalam mencari ilmu dan memecahkan masalah sendiri. Dengan demikian kita
akan menyadari pula bahwa berpikir adalah makna tertinggi kita sebagai makhluk
paling mulia di muka bumi.

Proses dialog dan bertanya memang akan sedikit menguras pikiran, waktu dan
energi guru dan siswa. Namun itu semua hanya pada saat awal kita menerapkannya.
Bukankah sebenarnya dialog ini juga telah menjadi bagian dalam metode pembelajaran
yang telah kita kenal dalam Contextual Teaching and Learning (CTL).

CTL telah memberikan arahan akan pentingnya proses pembelajaran yang


langsung dialami oleh para siswa dengan melontarkan pertanyaan-pertanyaan sebelum
guru mengajar. Hal ini adalah bentuk pengakuan bahwa siswa kita bukanlah gelas
kosong yang menunggu diisi, tapi mereka adalah teko kebijaksanaan dan kearifan yang
tinggi namun belum maksimal tergali karena keangkuhan guru yang selalu merasa lebih
tahu.

Semoga tulisan ini mampu menjadi wacana di kalangan pendidik dan


masyarakat yang mengharapkan munculnya generasi terbaik yang akan menjadi
pemimpin arif di masa mendatang.minimal bagi dirinya sendiri. Mari kita coba !!! Dan
bersiaplah untuk tercengang dengan kemampuan dan kebijaksanaan mereka !!
Tugas A
Kritisi isi artikel:
 Bagian pendahuluan
Dalam pendahuluan tidak dibahas atau di singgung sekilas tentang filsafat remaja
sebelum masuk ke isi. Hanya ada pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan isi
tetapi jawaban dari pertanyaan itu tidak di jawab atau di bahas di dalam isi tersebut.
 Bagian isi
Pada bagian isi sangat baik dan mudah dimengerti bagi para pembaca terutama para
pelajar ataupun mahasiswa yang bergelut dengan topik ini. Tetapi disayangkan ada
kata-kata ataupun bahasa yang digunakan kurang dimengerti seperti "COGITO ERGO
SUM" . Sebaiknya di jelaskan maksud dari kata itu agar para pembaca paham arti atau
maksud dari kata-kata itu.
 Bagian kesimpulan
Dalam bagian kesimpulan kurang baik karena tidak ada rangkuman atau inti dari artikel
tersebut.

 Pendapat saya tentang artikel ini


Yaitu sangat baik karena bik yang tua maupun yang muda dapat membacanya karena
artikel ini bersifat umum. Di dalam era saat ini lebih banyak pertanyaan dari pada
jawaban seperti yang telah dipaparkan dalam artikel ini. Bahwa terkadang orang tua
seperti guru hanya melarang saja tetapi tidak pernah memberi alasan mengapa itu
dilarang pada akhirnya murid mengambil kesimpulan sendiri bagi dirinya.
Dalam hal ini harus ada komunikasi antara murid dan guru agar tarjalin suatu hubungan
yang baik dalam proses pembelajaran yakni makna dari filsafat itu sendiri.

Tugas B
a. Saya mengambil artikel ini karena artikel ini sangat cocok bagi remaja maupun
umum. Seperti judulnya “filsafat Remaja”.
b. Jurnal / artikel tersebut begitu penting karena artikel ini membahas tentang
filasafat remaja yang mana dalam era saat ini para ramaja kurang memahami
maksud ataupun makna dari kata filsafat itu sendiri. Karena kenyataannya para
orang tua lebih sering melarang tanpa memberi alasan yang jelas.
c. Pokok pikiran yang di dapat:
 Harus ada hubungan yang baik ataupun komunikasi yang antara orangtua
dengan anaknya ataupun guru dengan murid agar tidak terjalin kesalah pahaman
dalam suatu masalah.
 Ilmu filsafat itu sangat penting bagi kalangan pendidik dan masyarakat yang
mengharapkan munculnya generasi terbaik yang akan menjadi pemimpin arif di
masa mendatang.minimal bagi dirinya sendiri.

– Pilihan berganda
1. Filsafat adalah…..
a. Seni betanya tentang segala sesuatu
b. Sikap dalam memikirkan sesuatu
c. Sesuatu dalam mencapai kebenaran yang asli
d. Pengetahuan tantang alam

2. Metode filsafat yaitu…


a. Berfikir
b. Bertanya dan melakukannya
c. Bertanya, berfikir dan kemudian bertanya kembali
d. Bertindak

3. Yang diharapkan penulis dalam artikel ini adalah….


a. Tidak terjadi perbedaan pendapat antara guru dan murid
b. Munculnya generasi terbaik yang akan menjadi pemimpin arif di masa
mendatang minimal bagi dirinya sendiri
c. Mengerti pentingnya filsafat dalam kehidupan
d. Dapat dilakukan dalam kehidupan sehari-hari
- Esai
Mengapa dialog dan berpikir antara guru dan siswa sangat penting????

Dialog dan berpikir antara guru dan siswa sangat penting karena dalam
hal pembelajaran ini sangat penting. Guru tidak sebagai dewa yang serba tahu
namun menempatkan guru sebagai sumber pertanyaan sekaligus
mengarahkannya pada tujuan "baik" yang ingin dicapai. Sedangkan siswa
bukanlah gelas kosong yang menunggu diisi, tapi mereka adalah teko
kebijaksanaan dan kearifan yang tinggi. Dengan adanya dialog yang baik dapat
terjalin hubungan yang baik dalam proses pembelajaran.

Você também pode gostar