Você está na página 1de 48

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Bahaya Rokok.

1. Zat Yang Terkandung Dalam Rokok.

Seperti yang diuraikan diatas, terdapat dua bahan utama zat

yang terkandung dalam setiap batang rokok yakni Nikotin dan Tar.

Menurut (Naingolan, 2000), Nikotin didalam tubuh menyebabkan

perangsangan sistem Saraf Simpatis. Perangsangan Saraf Simpatis

(Pelepasan Adrenalin), berdampak pada peningkatan Denyut Jantung,

Tekanan Darah, Kebutuhan Oksigen Jantung, serta menyebabkan

Gangguan Irama Jantung. Selain itu Nikotin mengaktifkan Trombosit

yang beresiko pada timbulnya Adhesi Trombosit (penggumpalan) ke

Dinding Pembuluh Darah termasuk Pembuluh Darah Jantung.

Adapun Tar, disebut sebagai zat Karsinogenik, karena ampas

Tar yang tersimpan terutama dalam saluran nafas akan mengubah

struktur dan fungsi saluran nafas dan Jaringan Paru. Pada saluran

napas besar, Sel Mukosa membesar (Hipertrofi) dan Kelenjar Mucus

bertambah banyak (Hiperplasia). Pada saluran napas kecil, terjadi

Radang ringan hingga penyempitan akibat bertambahnya Sel dan

Penumpukan lendir. Sedangkan pada Jaringan Paru-Paru, terjadi

Peningkatan jumlah Sel radang dan Kerusakan Alveoli. Hal ini yang

memungkinkan terjadinya pembentukan Sel Kanker. Selain kedua zat


9

tersebut, masih terdapat zat-zat lain yang terkandung dalam rokok dan

berakibat buruk terhadap sistem tubuh. (Naingolan, 2000) juga

mengungkapkan zat lain tersebut diantaranya :

a. Karbon Monoksida : Merupakan sejenis gas yang tidak berbau

yang dihasilkan dari pembakaran zat Arang atau Karbon yang

tidak sempurna. Gas ini memiliki sifat racun yang dapat

mengurangi kemampuan darah membawa Oksigen. Hal ini

disebabkan karena unsur ini memiliki kemampuan yang cepat

untuk bersenyawa dengan Haemoglobin, sehingga mengganggu

ikatan Oksigen dengan Haemoglobin yang pada akhirnya

menyebabkan supply Oksigen keseluruh Organ tubuh berkurang.

b. Arsenic : Sejenis unsur kimia yang digunakan untuk membunuh

serangga.

c. Nitrogen Oksida : Unsur kimia ini dapat mengganggu saluran

pernafasan bahkan merangsang kerusakan dan perubahan kulit

tubuh.

d. Ammonium Karbonat : Zat ini membentuk plak kuning pada

permukaan lidah dan menggangu kelenjar makanan dan perasa

yang terdapat dipermukaan lidah.

e. Ammonia : Merupakan gas yang tidak berwarna yang terdiri dari

Nitrogen dan Hidrogen. Zat ini sangat tajam baunya dan sangat

merangsang. Ammonia ini sangat mudah memasuki sel-sel

tubuh. Begitu kerasnya racun yang terdapat dalam zat ini


10

sehingga jika disuntikan sedikit saja kedalam tubuh bisa

menyebabkan seseorang pingsan.

f. Formic Acid : Jenis cairan yang tidak berwarna yang bergerak

bebas dan dapat mengakibatkan lepuh. Cairan ini sangat tajam

dan baunya menusuk. Zat ini dapat menyebabkan seseorang

seperti merasa digigit semut. Bertambahnya zat ini dalam

peredaran darah akan mengakibatkan pernafasan menjadi cepat.

g. Acrolein : Sejenis zat tidak berwarna, seperti Aldehid. Zat ini

diperoleh dengan mengambil cairan dari Gliserol dengan metode

pengeringan. Zat ini sedikit banyak mengandung kadar Alkohol.

Cairan ini sangat menganggu bagi kesehatan.

h. Hydrogen Cyanide : Sejenis gas yang tidak berwarna, tidak

berbau dan tidak memiliki rasa. Zat ini merupakan zat yang paling

ringan, mudah terbakar dan sangat efisien untuk menghalangi

pernapasan.

i. Cyanide adalah Salah satu zat yang mengandung racun yang

sangat berbahaya. Sedikit saja Cyanide dimasukkan langsung

kedalam tubuh dapat mengakibatkan kematian.

j. Nitrous Oksida : Sejenis gas yang tidak berwarna, dan bila

terisap dapat menyebabkan hilangnya keseimbangan dan

mengakibatkan rasa sakit.

k. Formaldehyde : Zat yang banyak digunakan sebagai pengawet

dalam Laboratorium (Formalin).


11

l. Phenol : Merupakan campuran yang terdiri dari kristal yang

dihasilkan dari Destilasi beberapa zat Organic seperti kayu dan

arang. Phenol terkait dengan Protein dan menghalangi aktivitas

Enzim.

m. Acetol : Hasil pemanasan Aldehide (sejenis zat berwarna yang

tidak bergerak) dan mudah menguap dengan Alkohol.

n. Hydrogen Sulfide : Sejenis gas beracun yang mudah terbakar

dengan bau yang keras. Zat ini menghalangi Oxidasi Enxym (Zat

Bezi yang berisi Pigmen).

o. Pyridine : Cairan tidak berwarna dengan bau yang tajam. Zat ini

dapat digunakan untuk mengubah sifat Alkohol sebagai pelarut

dan pembuluh hama.

p. Methyl Chloride : adalah campuran dari zat-zat bervalensi satu

dimana Hidrogen dan Karbon merupakan unsurnya yang utama.

Zat ini adalah merupakan Compound Organik yang dapat

beracun.

q. Methanol : Sejenis cairan ringan yang gampang menguap dan

mudah terbakar. Meminum atau mengisap Methanol dapat

mengakibatkan kebutaan dan bahkan kematian.

2. Masalah Yang Timbul Akibat Merokok.

Melihat dari kandungan bahan-bahan kimia yang terdapat dalam

rokok tersebut, sangat jelas bahwa rokok merupakan bahan yang

sangat berbahaya bagi tubuh dan dapat menimbulkan berbagai


12

macam gangguan pada sistem yang ada dalam tubuh manusia.

Bahkan WHO mencatat, zat-zat yang diuraikan diatas hanya

merupakan sebagian kecil zat yang terkandung dalam setiap batang

rokok, yang sebenarnya mengandung 4000 jenis zat kimia beracun, 43

jenis bersifat Karsinogenik (merangsang tumbuhnya Kanker). Zat yang

paling berbahaya adalah Tar, Nikotin, Karbon Monoksida. Tar

mengandung bahan kimia beracun yang akan merusak Sel Paru-Paru,

dan menyebabkan Kanker, menurut (Setiyawan, 2007). Beberapa

penyakit yang ditimbulkan akibat merokok antara lain:

a. Penyakit Paru.

Merokok dapat menyebabkan perubahan Struktur dan Fungsi

saluran napas dan Jaringan Paru-Paru. Pada saluran napas

besar, Sel Mukosa membesar (Hipertrofi) dan Kelenjar Mukus

bertambah banyak (Hiperplasia). Pada saluran napas kecil, terjadi

radang ringan hingga penyempitan akibat bertambahnya Sel dan

Penumpukan lendir. Pada Jaringan Paru-Paru, terjadi peningkatan

jumlah Sel radang dan Kerusakan Alveoli. Akibat perubahan

Anatomi saluran napas, pada perokok timbul perubahan pada

fungsi Paru-Paru dengan segala macam gejala klinisnya. Hal ini

menjadi dasar utama terjadinya Penyakit Paru Obstruksi Menahun

(PPOM), menurut (Sianturi, 2003). Bahkan Kanker Paru

merupakan jenis penyakit paling banyak yang diderita perokok.


13

Sekitar 90% kematian karena Kanker Paru terjadi pada perokok,

menurut (Basyir, 2005).

b. Penyakit Jantung Koroner.

Seperti yang telah diuraikan diatas mengenai zat-zat yang

terkandung dalam rorok. Pengaruh utama pada penyakit Jantung

terutama disebabkan oleh dua bahan kimia penting yang ada

dalam rokok, yakni Nikotin dan Karbon Monoksida. Dimana Nikotin

dapat mengganggu Irama Jantung dan menyebabkan sumbatan

pada Pembuluh Darah Jantung, sedangkan CO menyebabkan

supply Oksigen untuk Jantung berkurang karena berikatan dengan

Hb Darah. Hal inilah yang menyebabkan gangguan pada Jantung,

termasuk timbulnya penyakit Jantung Koroner.

Penyakit jantung merupakan penyakit pembunuh nomor

satu di dunia, sekitar 180.000 warga amerika meninggal setiap

tahunnya karena penyakit kardiovaskuler (jantung dan pembuluh

darah) akibat kebiasaan merokok, sedangkan hasil penelitian

lainnya menunjukan bahwa jumlah kematian perokok akibat

serangan jantung berkisar 50%-100% lebih besar dari pada non

perokok, tergantung usia dan jumlah rokok yang dikonsumsi

(Ariyadin,2007).

c. Impotensi.

Menurut (Tjokronegoro, 2003) Mengungkapkan bahwa,

Nikotin yang beredar melalui darah akan dibawa keseluruh tubuh


14

termasuk Organ reproduksi. Zat ini akan menggangu proses

Spermatogenesis sehingga kualitas Sperma menjadi buruk.

Sebuah penelitian perihal pengaruh rokok dan impotensi

dilakukan oleh Australian Study of Health dan dipublikasikan oleh

Tobacco Control, dari British Medical Journal (Sumber:

www.kalbe.co.id/ 24 Maret 2006). Hasil penelitian tersebut

menyebutkan jika laki-laki yang merokok lebih dari 20 batang

dalam seharinya tampaknya akan mengalami impotensi 40 %

lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang tidak merokok.

d. Kanker Kulit, Mulut dan Tenggorokan.

Tar yang terkandung dalam rokok dapat Mengikis selaput

lendir di mulut, Bibir dan kerongkongan. Ampas Tar yang

tertimbun merubah sifat Sel-Sel normal menjadi Sel ganas yang

menyebakan Kanker. Kanker Mulut dan Bibir ini juga dapat

disebabkan karena panas dari asap. Sedangkan untuk Kanker

Kerongkongan didapatkan data bahwa pada perokok

kemungkinan terjadinya Kanker Kerongkongan dan Usus adalah

5-10 kali lebih banyak dari pada bukan perokok, menurut (Basyir,

2005).

e. Merusak Otak dan Indera.

Sama halnya dengan Jantung, dampak rokok terhadap

Otak juga disebabkan karena Penyempitan Pembuluh Darah Otak

yang diakibatkan karena efek Nikotin terhadap Pembuluh Darah


15

dan Supply Oksigen yang menurun terhadap Organ termasuk

Otak dan Organ Tubuh lainnya. Sehingga sebetulnya Nikotin ini

dapat mengganggu seluruh sistem tubuh.

f. Gangguan Kehamilan dan Janin.

Dari berbagai penelitian medis menyatakan jika wanita

hamil yang merokok dipastikan memasukan ribuan gas kimia yang

berbahaya ke dalam aliran darahnya, seperti karbon monoksida

dan Nikotin. Kemudian aliran darah tadi membawa gas-gas

tersebut ke dalam plasenta si bayi. Akibatnya bayi kekurangan

jatah aliran oksigen.

Pengaruh nikotin menimbulkan kontraksi pada pembuluh

darah, akibatnya aliran darah ke janin melalui tali pusar janin akan

berkurang sehingga mengurangi kemampuan distribusi zat

makanan yang diperlukan oleh janin. Selain itu akibat

karbondioksida yang terkandung dalam asap rokok akan mengikat

hemoglobin yang mestinya mengikat oksigen untuk disalurkan

keseluruh tubuh. Sehingga rokok akan mengganggu distribusi zat

makanan serta oksigen ke janin. Ini meningkatkan risiko kelahiran

bayi dengan berat badan kurang, yaitu dibawah 2.500 gram

(Sukendro, 2007)

Hal ini terutama ditujukan pada Wanita perokok. Banyak

hasil penelitian yang menggungkapkan bahwa Wanita hamil yang

merokok meiliki resiko Melahirkan Bayi dengan Berat badan yang


16

rendah, Kecacatan, Keguguran bahkan Bayi meninggal saat di

lahirkan.

3. Aspek-Aspek Dalam Perilaku Merokok.

Aspek-aspek dalam perilaku merokok menurut (Aritonang,

1997).

a. Fungsi Merokok Dalam Kehidupan Sehari-hari.

Menurut (Komasari Dan Helmi, 2000) mengatakan bahwa,

merokok berkaitan dengan masa mencari jati diri pada diri remaja.

Menurut (Mu’ tadin, 2002) fungsi merokok ditujukan dengan

perasaan yang positif maupun perasaan negatif.

b. Intensitas Merokok.

Smet (1994) mengklasifikasikan perokok berdasarkan banyaknya

rokok yang dihisap yaitu:

1) Perokok berat yang menghisap lebih dari 15 batang rokok

dalam sehari

2) Perokok sedang yang menghisap 5-14 batang rokok dalam

sehari

3) Perokok ringan yang menghisap 1-4 batang rokok dalam sehari.

c. Tempat Merokok.

Tipe perokok berdasarkan tempat Menurut (Mu’ tadin, 2000)

dibedakan menjadi 2, yakni :

1) Merokok di tempat-tempat umum/ ruang publik.


17

a) Kelompok Homogen (sama-sama perokok), secara

bergerombol mereka menikmati kebiasaannya. Umumnya

mereka masih menghargai orang lain, karena itu mereka

menempatkan diri di Smoking Area.

b) Kelompok yang Heterogen (merokok di tengah-

tengah orang yang tidak merokok, anak kecil, orang jompo,

orang sakit, dll).

2) Merokok di tempat-tempat yang bersifat peribadi.

a) Kantor atau di kamar tidur peribadi. Perokok memilih

tempat-tempat ini sebagai tempat merokok digolongkan

kepada individu yang kurang menjaga kebersihan diri,

penuh rasa gelisah dan mencekam.

b) Toilet. Perokok jenis ini dapat digolongkan sebagai orang

yang suka berfantasi.

d. Waktu Merokok.

Menurut Smet (1994) remaja yang merokok dipengaruhi oleh

keadaan yang dialaminya pada saat itu, misalnya ketika sedang

berkumpul dengan teman, cuaca yang dingin, setelah dimarahi

oleh Orangtua, dll.(Sukendro,2007)

B. Tinjauan Umum Tentang Perilaku Merokok

Menurut (Komasari dan Helmi, 2000) perilaku merokok merupakan

fungsi dari lingkungan dan individu. Artinya, perilaku merokok selain


18

disebabkan oleh faktor-faktor dari dalam diri juga disebabkan dari

lingkungan. Faktor dari dalam itu sendiri dapat berupa sikap dan perilaku

dari Individu. Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup

dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek.

Masa sekarang, perilaku merokok merupakan perilaku yang telah

umum di jumpai. Perokok berasal dari berbagai Kelas sosial, Status, dan

Kelompok umur yang berbeda, hal ini mungkin dapat disebabkan karena

rokok mudah didapatkan dengan mudah, dan dapat diperoleh dimanapun

juga. Menurut (Poerwardarminta, 1995), mendefinisikan merokok sebagai

menghisap rokok, sedangkan rokok sendiri adalah gulungan tembakau

yang terbalut daun nipah atau kertas. Merokok adalah menghisap asap

tembakau yang dibakar kedalam tubuh dan menghembuskannya kembali

keluar, menurut (Armstrong, 1990).

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa perilaku

merokok adalah suatu kegiatan atau aktivitas membakar rokok dan

kemudian menghisapnya dan menghembuskannya keluar dan dapat

menimbulkan asap yang dapat terhisap oleh orang-orang disekitarnya.

(Laventhal dan 2000), Clearly, mengemukakan empat tahap dalam

perilaku merokok, yaitu :

1. Tahap Preparatory, Seseorang mendapatkan gambaran yang

menyenangkan mengenai merokok dengan cara mendengar,

melihat atau dari hasil bacaan, sehingga menimbulkan niat untuk

merokok.
19

2. Tahap Initiation, Tahap perintisan merokok, yaitu tahap apakah

seseorang akan meneruskan ataukah tidak terhadap perilaku

merokok.

3. Tahap Becoming A Smoker, Apabila seseorang telah

mengkonsumsi rokok sebanyak empat batang perhari maka

mempunyai kecenerungan menjadi perokok.

4. Tahap Maintaining Of Smoking, Pada tahap ini merokok sudah

menjadi salah satu bagian dari cara pengaturan diri (self regulating).

Merokok dilakukan untuk memperoleh efek yang menyenangkan.

Medical Research Council on Respiratory Symptoms (Dalam

Kurniawati, 2003) mengungkapkan bahwa: “Seseorang dikatakan

sebagai perokok adalah mereka yang merokok sedikitnya 1 batang

perhari sekurang-kurangnya selama 1 tahun. Sedangkan bukan perokok

merupakan orang yang tidak pernah merokok paling banyak 1 batang

perhari selama satu tahun”.

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimuli, perilaku dapat

dibedakan menjadi dua yakni :

1. Perilaku tertutup (Covert Behaviour) : adalah respons seseorang

terhadap stimuli yang tersembunyi (terselubung) atau tertutup

(Covert). Respons atau reaksi terhadap stimuli ini masih terbatas pada

perhatian, persepsi, pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi

pada orang yang menerima stimuli tersebut, dan belum dapat diamati
20

secara jelas oleh orang lain. Oleh karena itu disebut “Covert behavior”

atau “Unobservable behavior”.

2. Perilaku terbuka (Overt behavior) : adalah respons seseorang

terhadap stimuli dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respons

terhadap stimuli tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau

praktek (practice), yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh

orang lain (Observable behaviour). (Wijono, 2009).

C. Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan

1. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini menjadi setelah

orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu,

pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting

untuk terbentuknya tindakan seseorang (Over bahavior), selain itu

pengetahuan juga dapat diartikan sebagai kesan di dalam pikiran

manusia sebagai hasil penggunaan panca inderanya (Soekanto,2003).

Green (1980) mengatakan pengetahuan dan sikap seseorang

terhadap kesehatan merupakan salah satu faktor predisposisi yang

mempengaruhi perilaku seseorang (Notoatmodjo, 2007)


21

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan

seseorang, yaitu :

1. Pendidikan.

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan

kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan

berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses

belajar, makin tinggi pendidikan seeorang makin mudah orang

tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi

maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi,

baik dari orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak

informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang

didapat tentang kesehatan. Pengetahuan sangat erat kaitannya

dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan

pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula

pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa seorang yang

berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah

pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di

pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada

pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang tentang sesuatu

obyek juga mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan negatif.

Kedua aspek inilah yang akhirnya akan menentukan sikap

seseorang terhadap obyek tertentu. Semakin banyak aspek positif


22

dari obyek yang diketahui, akan menumbuhkan sikap makin positif

terhadap obyek tersebut .

2. Mass media / informasi.

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non

formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate

impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan

pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam

media massa yang dapat  mempengaruhi pengetahuan

masyarakat tentang inovasi baru.  Sebagai sarana komunikasi,

berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar,

majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap

pembentukan opini dan kepercayan orang. Dalam penyampaian

informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula

pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini

seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal 

memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan

terhadap hal tersebut.

3. Sosial budaya dan ekonomi.

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui  

penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan

demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun

tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan

menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk


23

kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan

mempengaruhi pengetahuan seseorang.

4. Lingkungan.

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu,

baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan

berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam

individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi

karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan

direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu.

5. Pengalaman.

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara

untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara

mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam

memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. Pengalaman

belajar dalam bekerja yang dikembangkan memberikan

pengetahuan dan keterampilan professional serta pengalaman

belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan

mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dari

keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari

masalah nyata dalam bidang kerjanya.


24

6. Usia.

Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir

seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang

pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang

diperolehnya semakin membaik. Pada usia madya, individu akan

lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta

lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya

menyesuaikan diri menuju usia tua, selain itu orang usia madya

akan lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk membaca.

Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan

verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini. Dua

sikap tradisional mengenai jalannya perkembangan selama hidup :

a. Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi

yang dijumpai dan semakin banyak hal yang dikerjakan

sehingga menambah pengetahuannya.

b. Tidak dapat mengajarkan kepandaian baru kepada orang yang

sudah tua karena mengalami kemunduran baik fisik maupun

mental. Dapat diperkirakan bahwa IQ akan menurun sejalan

dengan bertambahnya usia, khususnya pada beberapa

kemampuan yang lain seperti misalnya kosa kata dan

pengetahuan umum. Beberapa teori berpendapat ternyata IQ

seseorang akan menurun cukup cepat sejalan dengan

bertambahnya usia (Mubarak, Chayatin & Rozikin, 2007)


25

3. Tingkatan pengetahuan

Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai

enam tingkatan, yaitu :

a. Tahu (Know)

Tahu adalah sesuatu kemampuan dalam mengingat suatu materi

yang telah dipelajari sebelumnya, yang termasuk dalam tingkatan

pengetahuan ini adalah mengingat kembali terhadap suatu hal

spesifik yang dipelajari dari seluruh bahan yang dipelajari atau

rangsangan yang diterima.“ .Tahu merupakan tingkat pengetahuan

yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur pengetahuan ini

adalah : menguraikan, mengidentifikasi, menyatakan dan lain-lain.

b. Memahami (Comprehension)

Merupakan suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar

tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterprestasikan

materi tersebut secara benar. Orang yang telah memahami objek

tertentu harus mampu menjelaskan, menyebutkan contoh,

menyimpulkan, meramalkan, terhadap objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi adalah suatu kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi-situasi dan kondisi yang

sebenarnya. Mengaplikasikan dapat diartikan dengan

menggunakan hukum- hukum, rumus-rumus, metode, atau prinsip

dalarn konteksatau situasi yang lain.


26

d. Analisis (Analysis)

Analisis. adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu objek dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam

suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu

saran lain. Kemampuan menganalisis ini dapat dilihat dari

penggunaan kata kerja seperti: menggambarkan, membedakan,

memisahkan, mengelompokkan dan lain-lain.

e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukkan suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan

yang baru, dengan kata lain mensintesa adalah kernampuan untuk

menyusun, merencanakan, meringkas, menyesuaikan, terhadap

suaru rumusan yang telah ada.

f. Evaluasi (evaluation)

Mengevaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

penilaian terhadap suatu objek. Penilaian-penilaian ini didasarkan

pada suatu kriteria yang dilakukan sendiri atau kriteria-kriteria

yang sudah ada. (Wahit, dkk 2007)

4. Tahapan adaptasi perilaku

Berdasarkan pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku

yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku

yang tidak didasari pengetahuan. Penelitian Rogers (1974)


27

mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru di

dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yaitu :

a. Awareness (kesadaran) yakni orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.

b. Interest, yakni orang tertarik kepada stimulus.

c. Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus

tersebut bagi dirinya), hal ini berarti sikap responden sudah lebih

baik lagi.

d. Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru

e. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

Penelitian selanjutnya Rogers menyimpulkan bahwa perubahan

prilaku tidak selalu melewati tahap-tahap diatas apabila penerimaan

perilaku baru atau adopsi perilaku seperti ini didasari oleh

pengetahuan, kesadaran dan sikap. Faktor perilaku ini pula dapat

mempengaruhi perilaku seseorang dalam merokok.

5. Pengukuran Pengetahuan.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan memberikan

seperangkat alat tes / kuesioner tentang object pengetahuan yang

mau diukur, selanjutnya dilakukan penilaian dimana setiap jawaban

benar dari masing-masing pertanyaan diberi nilai 1 dan jika salah

diberi nilai 0.
28

Penilaian dilakukan dengan cara membandingkan jumlah skor

jawaban dengan skor yang diharapkan (tertinggi) kemudian dikalikan

100% dan hasilnya berupa prosentase dengan rumus yang digunakan

sebagai berikut :

Keterangan :
Sp N = Nilai pengetahuan
N = X 100 %
Sm Sp = Skor yang didapat
mm
m
Sm = Skor tertinggi maksimum
Selanjutnya prosentase jawaban diinterpretasikan dalam kalimat

kualitatif dengan acuan sebagai berikut :

 Baik : Nilai = 76-100%

 Cukup : Nilai = 56-75%

 Kurang : Nilai = 40-55%

 Tidak baik : Nilai < 40% (Sudijono,2006)

D. Tinjauan Umum Tentang Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari

seseorang terhadap suatu stimulus atau objek.. sikap dalam kehidupan

sehari-hari adalah merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap

stimulus social. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas,

akan tetapi merupakan predisposisi tindakan (Mubarak, Chayatin &

Rozikin, 2007).
29

Penelitian Campbell (1950) medefinisikan sikap itu suatu sindroma

atau kumpulan gejala dalam merespon stimulus atau objek, sehingga

sikap itu melibatkan pikiran, perasaan, perhatian, dan gejala kejiwaan

yang lain.

Sedangkan Newcomb menyatakan bahwa sikap itu merupakan

kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan

pelaksanaan motif tertentu. Dalam kata lain, fungsi sikap belum

merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau aktivitas, akan tetapi

merupakan predisposisi perilaku (tindakan) atau reaksi tertutup).

(Notoatmodjo, 2005)

Komponen pokok sikap menurut Allport (1954) menyatakan sikap

itu terdiri dari 3 komponen pokok, yaitu :

1. Kepercayaan atau keyakinan, ide, dan konsep terhadap

objek. Artinya, bagaimana keyakinan dan pendapat atau pemikiran

seseorang terhadap objek.

2. Kehidupan emosional atau evaluasi orang orang

terhadap objek, artinya bagaimana penilaian (terkandung di dalamnya

factor emosi) orang tersebut terhadap objek.

3. Kecendrungan untuk bertindak (tend to behave), artinya

sikap adalah merupakan komponen yang mendahului tindakan atau

perilaku terbuka. Sikap adalah ancang-ancang untuk bertindak atau

berperilaku terbuka (tindakan)


30

Seperti halnya pengetahuan, sikap juga mempunyai tingkat-tingkat

berdasarkan intensitasnya, sebagai berikut :

a. Menerima (Receiving).

Menerima diartikan bahwa seseorang atau subjek mau menerima

stimulus yang diberikan (objek).

b. Menanggapi (Responding)

Menanggapi diartikan memberikan jawaban atau tanggapan terhadap

pertanyaan atau objek yang dihadapi.

c. Menghargai (Valuing)

Menghargai diartikan subjek, atau seseorang memberikan nilai yang

positif terhadap objek atau stimulus, dalam arti membahasnya dengan

orang lain dan bahkan mengajak atau mempengaruhi atau

menganjurkan orang lain merespon.

d. Bertanggung jawab (Responsible)

Sikap yang paling tinggi tingkatnya adalah bertanggung jawab

terhadap apa yang diyakininya. Seseorang yang telah mengambil

sikap tertentu berdasarkan keyakinannya, dia harus berani mengambil

risiko bila ada orang lain yang mencemoohkan atau adanya risiko lain.

Sikap yang positif menghantar orang untuk bertindak positif,

walaupun bisa saja sebaliknya, tetapi perasaan untuk melakukan terbaik

sudah ada, sehingga bisa dikatakan sikap mendorong orang untuk

bertindak secara wajar dalam kondisi normal.


31

Karena motivasi merupakan dorongan dari dalam diri. Pengaruh

motivasi akan tergambar dari otorisasi atau kecendrungan dalam

bertindak didasari oleh motivasi merupakan gambaran perilaku yang

sadar, sehingga kesan dari perilaku dapat dinilai berdasarkan motivasi

seseorang.

Dalam ranah perilaku, motivasi bagian dari sikap karena suatu

dasar atas orientasi tindakan. Hal yang mempengaruhi motivasi

seseorang yaitu Predispossing factors (pengetahuan, norma, budaya),

Enabling factors (sarana dan prasarana) dan Reinforcing factors

(tekanan orang lain).

Proses perubahan sikap hampir selalu dipusatkan pada cara-cara

manipulasi atau pengendalian situasi dan lingkungan untuk

menghasilkan perubahan sikap ke arah yang dikehendaki. Dasar-dasar

manipulasi itu diperoleh dari pemahaman mengenai organisasi sikap,

mengenai factor-faktor yang mempengaruhi pembentukan dan proses

perubahan sikap, terutama yang berkaitan dengan pembentukan

stimulus tertentu untuk menghadirkan respon yang dikehendaki. Persuasi

merupakan usaha pengubahan sikap individu dengan memasukan ide-

ide, pikiran, pendapat dan bahkan fakta baru lewat pesan-pesan

komunikatif. (Azwar, 2000).

Tingkat pengetahuan dan sikap terhadap subjek tertentu akan

menentukan apa yang akan dipelajari oleh subjek mengenai metode


32

komunikasi (isi pesan) tersebut. Beberapa teori yang berhubungan

dengan persuasi yang dikutip dalam (Azwar,2000) yaitu bahwa :

1. Pesan yang ditujukan untuk mengubah sikap tanpa kentara biasanya

lebih berhasil dari pada pesan yang tampak jelas berusaha

memanipulasi kita (Walster & Festinger 1962 dalam Azwar 2000).

Efek komunikasi yang


Variabel Proses perantara tampak
mempengaruhi internal
Perubahan Sikap
Metode komunikasi Perhatian Perubahan pendapat

Sumber Pemahaman Perubahan persepsi

Pesan Penerimaan Perubahan afeksi

Perubahan tindakan
subjek

Gambar 2.1. Bagan Pendekatan Komunikasi dan Persuasi Menurut Model


Studi yale (Fishbein 8 Ajzen, 1975 dalam Azwar, 2000)

2. Komunikator yang popular dan menarik akan lebih efektif dari pada

komunikator yang tidak menarik (Kiesler, 1969 dalam Azwar, 2000).

3. Persuasi dapat diperkaya oleh pesan-pesan yang membangkitkan

emosi yang kuat dalam diri orang, terutama ketika pesannya berisi

rekomendasi mengenai bagaimana perubahan , sikap dapat

mencegah konsekuensi negative dari sikap yang hendak diubah

(Leventhal, Singer & jones, 1965 dalam Azwar 2000).


33

4. Cara diatas tampaknya sangat efektif apabila sikap atau perilaku yang

hendak diubah itu ada kaitanya dengan aspek kesehatan (Robberson

& Rogers, 1988 dalam Azwar 2000).

pengukuran sikap dapat dilakukan dengan menggunakan Skala

likert summated ratings. Skala ini merupakan teknik self report bagi

pengukuran sikap dimana subjek diminta untuk mengindikasikan tingkat

kesetujuan atau ketidaksetujuan mereka terhadap masingmasing

pernyataan.

Skala likert adalah salah satu teknik pengukuran sikap yang paling

sering digunakan dalam riset pemasaran. Dalam pembuatan skala likert,

periset membuat beberapa pernyataan yang berhubungan dengan suatu

isu atau objek, lalu subjek atau responden diminta untuk mengindikasikan

tingkat kesetujuan atau ketidaksetujuan mereka terhadap masing-masing

pernyataan.

Setiap jawaban dihubungkan dengan bentuk pernyataan atau

dukungan sikap yang diungkapkan dengan kata-kata sebagai berikut :

Pernyataan Positif Pernyataan Negatif

Sangat Setuju =5 Sangat Setuju =1

Setuju =4 Setuju =2

Netral =3 Netral =3

Tidak Setuju =2 Tidak Setuju =4

Sangat Tidak Setuju = 1 Sangat Tidak Setuju = 5

Rumus yang digunakan :


34

Sp

N= x 100 %

Sm

Keterangan :

N = Nilai pengetahuan

Sp = Skor yang didapat

Sm = Skor tertinggi maksimum

Kirteria Interpretasi Skor :

Angka 0 % - 20 % = Sangat lemah

Angka 21% - 40 % = Lemah

Angka 41 % - 60 % = Cukup

Angka 61 % - 80 % = Kuat

Angka 81 % - 100 % = Sangat kuat (Ridwan, 2007)

E. Tinjauan Umum Tentang Tindakan

Sikap adalah kecendrungan untuk bertindak (praktik). Sikap belum

tentu terwujud dalam tindakan, sebab untuk terwujudnya tindakan perlu

factor lain, yaitu antara lain adanya fasilitas atau sarana dan prasarana.

Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung yakni :

wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa

jam, hari atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan
35

secara langsung yang dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan

responden (Mubarak, Chayatin & Rozikin, 2007).

Menurut Notoatmodjo (2005) Praktik atau tindakan dapat dibedakan

menjadi 3 tingkatan menurut kualitasnya, yaitu :

1. Praktik terpimpin (guided response).

Apabila subjek atau seseorang telah melakukan sesuatu tetapi

masih tergantung pada tuntunan atau menggunakan panduan.

2. Praktik secara mekanisme (mechanism)

Apabila subjek atau seseorang telah melakukan atau mem-

praktikan sesuatu hal secara otomatis maka disebut praktik atau

tindakan mekanis.

3. Adposi (adoption)

Adopsi adalah suatu tindakan atau praktik yang sudah berkembang.

Artinya, apa yang dilakukan tidak sekedar rutinitas atau mekanisme

saja, tetapi sudah dilakukan modifikasi, atau tindakan atau perilaku

yang berkualitas

F. Tinjauan Umum Tentang Remaja

1. Pengertian Remaja.

Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan

manusia. Masa ini merupakan masa perubahanan peralihan dari masa

kanak-kanak kemasa dewasa yang melibatkan perubahan Biologi,

perubahan Pisikologik dan perubahan Sosial. Sedangkan menurut


36

World Health Organization (WHO) remaja merupakan individual yang

sedang mengalami masa peralihan secara berangsur-angsur

mencapai kematangan Seksual, mengalami perubahan jiwa dari jiwa

kanak-kanak menjadi dewasa dan mengalami perubahan keadaan

ekonomi dan ketergantungan menjadi relatif lebih mandiri, menurut

(Notoatmodjo, 2007).

Masa remaja merupakan masa dimana seorang individu

mengalami peralihan dari satu tahap ke tahap berikutnya dan

mengalami perubahan baik emosi, tubuh, minat, pola perilaku, dan

juga penuh dengan masalah-masalah (Hurlock, 1998). Oleh

karenanya, remaja sangat rentan sekali mengalami masalah

psikososial, yakni masalah psikis atau kejiwaan yang timbul sebagai

akibat terjadinya perubahan sosial (TP-KJM, 2002)

(Mohammad, 1994) mengemukakan bahwa, remaja adalah anak

berusia 13-24 tahun, dimana usia 13 tahun merupakan batas usia

pubertas pada umumnya, yaitu ketika secara Biologis sudah

mengalami kematangan Seksual dan usia 25 tahun adalah usia ketika

mereka pada umumnya secara Sosial dan Psikologis mampu mandiri.

Menurut (Monks,1997) maka terdapat tiga tahap proses

perkembangan yang dilalui remaja dalam proses menuju kedewasaan,

disertai dengan karakteristiknya yaitu :

1. Remaja awal (12-15 tahun).


37

Pada tahap ini, remaja masih merasa heran terhadap perubahan-

perubahan yang terjadi pada dirinya dan dorongan-dorongan yang

menyertai perubahan-perubahan tersebut. Mereka mulai

mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada lawan

jenis dan mudah terangsang secara Erotis. Kepekaan yang

berlebihan ini ditambah dengan berkurangnya pengendalian

terhadap Ego dan menyebabkan remaja sulit mengerti dan

dimengerti oleh orang dewasa.

2. Remaja madyah (15-18 tahun).

Pada tahap ini, remaja sangat membutuhkan teman-teman. Ada

kecenderungan narsistik mencintai dirinya sendiri, dengan cara

lebih menyukai teman-teman yang mempunyai sifat-sifat yang sama

dengan dirinya. Pada tahap ini remaja pada kondisi kebingungan

karena masih ragu harus memilih yang mana, peka atau peduli,

ramai-ramai atau sendiri, Optimis atau Pesimis, dan sebagainya.

3. Remaja akhir (18-21 tahun).

Tahap ini adalah masa mendekati kedewasaan yang ditandai

dengan pencapaiaan :

a. Minat yang semakin mantap terhadap fungsi-

fungsi Intelek.

b. Egonya mencari kesempatan untuk bersatu

dengan orang-orang lain demi mendapatkan pengalaman-

pengalaman baru.
38

c. Terbentuknya identitas Seksual yang tidak

akan berubah lagi.

d. Egonsentrisme (terlalu memusatkan kepada

diri sendiri) diganti dengan keseimbangan antara kepentingan

diri sendiri dengan orang lain.

e. Tumbuh dinding pemisah antara diri sendiri

dengan masyarakat umum.

Menurut ciri perkembangannya, masa remaja dibagi menjadi

tiga tahap, yaitu : (1). Masa remaja awal (10-12 tahun); (2) Masa

remaja tengah (13-15 tahun); (3) Masa remaja akhir (16-19 tahun). Ciri

khas tahap remaja awal antara lain: lebih dekat dengan teman

sebaya, ingin bebas, lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya

dan mulai berpikir abstrak. Ciri khas tahap remaja tengah antara lain:

mencari identitas diri, timbulnya keinginan untuk kencan, mempunyai

rasa cinta yang mendalam, mengembangkan kemampuan berpikir

abstrak, berkhayal tentang aktifitas seks. Ciri khas tahap remaja akhir

antara lain: pengungkapan kebebasan diri, lebih selektif dalam

mencari teman sebaya, mempunyai citra jasmani dirinya, dapat

mewujudkan rasa cinta, mampu berpikir abstrak (Depkes RI, 2001b)

2. Ciri-Ciri Remaja.

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh (Havighurst,

1997), ciri-ciri masa remaja antara lain :

a. Masa remaja sebagai periode yang penting.


39

Remaja mengalami perkembangan Fisik dan Mental yang cepat

dan penting dimana semua perkembangan itu menimbulkan

perlunya penyesuaian Mental dan pembentukan sikap, nilai dan

minat baru.

b. Masa remaja sebagai periode peralihan.

Peralihan merupakan perpindahan dari satu tahap perkembangan

ketahap perkembangan berikutnya, dengan demikian dapat

diartikan bahwa apa yang telah terjadi sebelumnya akan

meninggalkan bekas pada apa yang terjadi sekarang dan yang

akan datang, serta mempengaruhi pola perilaku dan sikap yang

baru pada tahap berikutnya.

c. Masa remaja sebagai periode perubahan.

Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa

remaja sejajar dengan tingkat perubahan Fisik. Perubahan Fisik

yang terjadi dengan pesat di ikuti dengan perubahan perilaku dan

sikap yang juga berlangsung pesat. Perubahan Fisik menurun

maka perubahan sikap dan perilaku juga menurun.

d. Masa remaja sebagai usia yang bermasalah.

Setiap periode mempunyai masalahnya sendiri-sendiri, namun

masalah masa remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi

baik oleh anak Laki-laki maupun anak Perempuan. Ada dua

alasan bagi kesulitan ini, yaitu :


40

1) Sepanjang masa kanak-kanak, masalah anak-anak

sebagian diselesaikan oleh Orangtua dan Guru-guru

sehingga kebanyakan remaja tidak berpengalaman dalam

mengatasi masalah.

2) Remaja merasa diri mandiri, sehingga mereka ingin

mengatasi masalahnya sendiri, menolak bantuan Orangtua

dan Guru.

e. Masa remaja sebagai masa mencari identitas.

Pencarian identitas dimulai pada akhir masa kanak-kanak,

penyesuaian diri dengan standar kelompok lebih penting dari

pada bersikap Individualistis. Penyesuaian diri dengan kelompok

pada remaja awal masih tetap penting bagi anak Laki-laki dan

Perempuan namun lambat laun mereka mulai mandambakan

identitas diri dengan kata lain ingin menjadi pribadi yang berbeda

dengan orang lain.

f. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan.

Anggapan Stereotype budaya bahwa remaja adalah anak-anak

yang tidak rapi, yang tidak dapat dipercaya dan cenderung

merusak dan berprilaku merusak, menyebabkan orang dewasa

yang harus membimbing dan mengawasi kehidupan remaja

muda takut bertanggung jawab dan bersikap tidak simpatik

terhadap prilaku remaja yang normal.

g. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik.


41

Remaja pada masa ini melihat dirinya sendiri dan orang lain

sebagaimana yang ia inginkan dan sebagaimana adanya, terlebih

dalam hal cita-cita. Semakin tidak terealistik cita-citanya ia

semakin menjadi marah. Remaja akan sakit hati dan kecawa

apabila orang lain mengecewakannya atau kalau ia tidak berhasil

mencapai tujuan yang ditetapkannya sendiri.

h. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa.

Semakin mendekatnya usia kematangan, para remaja menjadi

gelisah untuk meninggalkan Stereotip belasan tahun dan untuk

memberikan kesan bahwa mereka hampir dewasa, remaja mulai

memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan dengan status

dewasa yaitu merokok, minum-minuman keras, menggunakan

obat-obatan dan terlibat perbuatan seks. Mereka menganggap

perilaku ini akan memberi citra yang mereka inginkan.

3. Remaja dan Rokok

Di masa modern ini, merokok merupakan suatu pemandangan

yang sangat tidak asing. Kebiasaan merokok dianggap dapat

memberikan kenikmatan bagi si perokok, namun dilain pihak dapat

menimbulkan dampak buruk bagi si perokok sendiri maupun orang –

orang disekitarnya. Berbagai kandungan zat yang terdapat di dalam

rokok memberikan dampak negatif bagi tubuh penghisapnya.

Penelitian yang dilakukan Global Youth Tobacco Surveys pada

tahun 2001 hingga 2006, sebanyak 81,4 persen pelajar di Indonesia


42

terpapar asap rokok. Lebih dari 37,3 persen pelajar dilaporkan biasa

merokok dan yang lebih mengejutkan lagi adalah 3 diantara 10 pelajar

menyatakan pertama kali merokok pada umur di bawah 10 tahun.

Berdasarkan laporan penelitian (Raka Susanti dan Indirayati, 2003)

tentang pengetahuan, sikap dan perilaku siswa SLTP 1 Petang

terhadap kebiasaan merokok, didapatkan sebesar 44,7 % siswa yang

merokok sedangkan hanya 21,1% yang memiliki pengetahuan sedang

dan 26,3 % yang tidak setuju dengan kebiasan merokok.

Beberapa motivasi yang melatarbelakangi seseorang merokok

adalah untuk mendapat pengakuan (anticipatory beliefs), untuk

menghilangkan kekecewaan ( reliefing beliefs), dan menganggap

perbuatannya tersebut tidak melanggar norma ( permissive beliefs/

fasilitative) (Joewana, 2004). Hal ini sejalan dengan kegiatan merokok

yang dilakukan oleh remaja yang biasanya dilakukan didepan orang

lain, terutama dilakukan di depan kelompoknya karena mereka sangat

tertarik kepada kelompok sebayanya atau dengan kata lain terikat

dengan kelompoknya

Seperti yang diungkapkan oleh Leventhal & Clearly (dalam

cahyani tahun 1995) terdapat 4 tahap dalam perilaku merokok

sehingga menjadi perokok yaitu :

1. Tahap Preparatory. Seseorang mendapatkan gambaran yang

menyenangkan mengenai merokok dengan cara mendengar,


43

melihat, atau dari hasil bacaan. Hal-hal ini menimbulkan minat

untuk merokok.

2. Tahap Initiation. Tahap perintisan merokok yaitu tahap apakah

seseorang akan meneruskan ataukah tidak terhadap perilaku

merokok.

3. Tahap becoming a smoker. Apabila seseorang telah

mengkonsumsi rokok sebanyak 4 batang per hari maka

mempunyai kecendrungan menjadi perokok.

4. Tahap maintenance of smoking. Tahap ini merokok sudah menjadi

salah satu bagian dari cara pengaturan diri (self- regulating).

Merokok dilakukan untuk memperoleh efek fisiologis yang

menyenangkan

4. Penyebab Remaja Merokok

(Mu’ tadin, 2002) mengemukakan alasan mengapa para remaja

merokok adalah faktor pengetahuan. Dari pengalaman dan penelitian

terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan. Sebelum

orang berperilaku baru di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang

berurutan yaitu:

1. Kesadaran, menyadari dalam arti pengetahuan terlebih dahulu

terdapat stimulus.

2. Merasa tertarik, dimana orang mulai tertarik kepada stimulus

3. Menimbang-nimbang, terhadap baik dan tindakan stimulus

tersebut bagi dirinya.


44

4. Mencoba, dimana orang telah mulai mencoba perilaku baru

Sedangkan (Dharmayanti, 2008) mengemukakan alasan remaja

merokok adalah ingin tahu, gampang mendapat rokok, merokok itu

gampang, tak percaya bahwa merokok berbahaya bagi kesehatan.

Demikian pula, banyaknya perokok pemula di kalangan anak-anak

dan remaja karena mereka belum mampu menimbang bahaya

merokok bagi kesehatan dan dampak adiktif yang ditimbulkan Nikotin.

Perokok beranggapan mereka sendirilah yang menanggung semua

bahaya dan resiko akibat kebiasaannya , tanpa menyadari bahwa

mereka juga memberikan beban Fisik dan Ekonomi pada orang lain

disekitarnya sebagai perokok pasif. Hal ini dipengaruhi oleh

kurangnya pengetahuan mereka yang mengalami tahap

perkembangan, menurut (Sarjani jurnal, 2006. Peneliti Di Badan

Pengembangan Kesehatan Jakarta).

Sedangkan penyebab-penyebab lain remaja merokok selain yang

diungkapkan diatas adalah sebagai berukit :

a. Pengaruh Orangtua Salah satu temuan tentang remaja perokok

adalah bahwa anak-anak muda yang berasal dari rumah tangga

yang tidak bahagia, dimana orang tua tidak begitu memperhatikan

anak-anaknya dan memberikan hukuman fisik yang keras lebih

mudah untuk menjadi perokok dibanding anak-anak muda yang

berasal dari lingkungan rumah tangga yang bahagia (Baer &

Corado dalam Atkinson, Pengantar psikologi, 1999:294).


45

b. Pengaruh teman. Berbagai fakta mengungkapkan bahwa

semakin banyak remaja merokok maka semakin besar

kemungkinan teman-temannya adalah perokok juga dan demikian

sebaliknya. Dari fakta tersebut ada dua kemungkinan yang terjadi,

pertama remaja tadi terpengaruh oleh teman-temannya atau

bahkan teman- teman remaja tersebut dipengaruhi oleh diri remaja

tersebut yang akhirnya mereka semua menjadi perokok. Diantara

remaja perokok terdapat 87% mempunyai sekurang-kurangnya

satu atau lebih sahabat yang perokok begitu pula dengan remaja

non perokok (Al Bachri, 1991)

c. Faktor Kepribadian. Orang mencoba untuk merokok karena alasan

ingin tahu atau ingin melepaskan diri dari rasa sakit fisik atau jiwa,

membebaskan diri dari kebosanan. Namun satu sifat kepribadian

yang bersifat prediktif pada pengguna obat-obatan (termasuk

rokok) ialah konformitas sosial. Orang yang memiliki skor tinggi

pada berbagai tes konformitas sosial lebih mudah menjadi

pengguna dibandingkan dengan mereka yang memiliki skor yang

rendah (Atkinson, 1999).

d. Pengaruh Iklan. Melihat iklan di media massa dan elektronik yang

menampilkan gambaran bahwa perokok adalah lambang

kejantanan atau glamour, membuat remaja seringkali terpicu

untuk mengikuti perilaku seperti yang ada dalam iklan tersebut.

(Mari Juniarti, Buletin RSKO, tahun IX,1991)


46

G. Tinjauan Umum Tentang Metode dan Media Promosi kesehatan

1. Metode Promosi Kesehatan

Promosi atau pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah

suatu kegiatan atau usaha menyampaikan pesan kesehatan kepada

masyarakat, kelompok atau individu. Dengan harapan bahwa dengan

adanya pesan tersebut, maka masyarakat, kelompok atau individu

dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik.

Dengan adanya promosi kesehatan diharapkan dapat membawa

akibat terhadap perubahan perilaku kesehatan dari sasaran.

(Notoatmodjo,2005)

Promosi/pendidikan kesehatan juga sebagai suatu proses

dimana proses tersebut mempunyai masukan (Input) dan keluaran

(Output). Di dalam suatu proses pendidikan kesehatan yang menuju

tercapainya tujuan promosi, yakni perubahan perilaku. Factor yang

mempengaruhi suatu proses pendidikan disamping factor masukan

sendiri juga factor metode, factor materi atau pesannya..

2. Media Promosi kesehatan

Media promosi kesehatan adalah semua sarana atau upaya

untuk menampilkan pesan atau informasi yang ingin disampaikan oleh

komunikator, baik itu media cetak, elektronika (TV, radio, computer,

dan sebagainya) dan media luar ruang, sehingga sasaran dapat


47

meningkat pengetahuannyayang akhirnya diharapkan dapat berubah

perilakunya ke arah positif terhadap kesehatan.

Media elektronika yaitu suatu media bergerak dan dinamis,

dapat dilihat dan didengar dalam menyampaikan pesannya melalui

alat bantu elektronika (TV, Radio Spot, film,iklan ).

Seseorang atau masyarakat di dalam proses pendidikan dapat

memperoleh pengalaman/ pengetahuan melalui berbagai macam alat

bantu atau media pendidikan. Masing-masing alat mempunyai

intensitas yang berbeda-beda dalam membantu persepsi seseorang.

Edgar Dale membagi alat peraga tersebut menjadi 11 macam, dan

sekaligus menggambarkan tingkat intensitas tiap-tiap alat tersebut

dalam kerucut. Berikut adalah gamabar kerucut Edgar Dale.

Gambar 2.2 Kerucut Pengalaman Edgar Dale

Dari kerucut tersebut dapat dilihat bahwa lapisan yang paling

dasar adalah benda asli dan yang paling atas adalah “kata-kata”.
48

Media mempunyai pengaruh yang sangat kuat dalam

pembentukan kognisi seseorang. Media memberikan informasi dan

pengetahuan yang pada akhirnya dapat membentuk persepsi. Dan

penelitian menunjukan bahwa persepsi mempengaruhi sikap (attitude)

dan perilaku seseorang. Kognisi adalah semua proses yang terjadi di

fikiran kita yaitu, melihat, mengamati, mengingat, mempersepsikan

sesuatu, membayangkan sesuatu, berfikir, menduga, menilai,

mempertimbangkan dan memperkirakan.

3. Radio Spot

Radio Spot merupakan cara yang memungkinkan kita untuk

mengalihkan atau menjual pesan-pesan persuasive tentang suatu

kebenaran dengan biaya yang murah (Bovee dan Arens dalam

Liliweri, 1992) atau Spot (iklan) merupakan komunikasi non personal

untuk mengalihkan informasi mengenai produk, layanan atau gagasan

secara persuasive.

Format radio spot sangat sederhana dan biaya pembuatannya

sangat murah. Dengan latar belakang musik yang sudah akrab di

telinga, satu pesan inti biasanya diulang beberapa kali untuk

memudahkan pendengar dalam mengingat pesan yang disampaikan

(http ://www.hki-indo.org/radio-spot/ 23 Mei 2010)

Ada empat hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan radio

spot yaitu :

a. Menarik Perhatian
49

b. Memuat tema atau topik tunggal

c. Mengandung inti pesan

d. Mampu memandu penyusunan kalimat berikutnya. (Prayudha,

2004)

Terdapat tiga macam peralatan dalam menyampaikan pesan

melalui radio spot yaitu :

a. Suara manusia.

Suara manusia baik suara pemeran percakapan (voice) maupun

suara penyiar (announcer), adalah elemen yang paling penting.

Suara-suara tersebut dapat terdengar dalam suatu jingles, dialog,

maupun pemberitahuan. Kebanyakan iklan radio memiliki suara

penyiar, baik sebagai suara utama, maupun menjadi penutup

iklan dengan identifikasi produk. Dialog diperankan oleh orang-

orang yang bisa memberi imajinasi seperti keadaan

sesungguhnya

b. Musik

Musik adalah elemen penting lainnya. Banyak iklan radio yang

menampilkan musik instrumental saja, tetapi tidak sedikit yang

berupa jingle. Musik yang sederhana dan mudah, baik nada

maupun lirik akan dapat dengan mudah diingat atau bahkan

dinyanyikan oleh pendengarnya dalam berbagai kesempatan.

Apalagi jika dinyanyikan oleh penyanyi yang sedang menjadi

pujaan publik. Musik juga dapat digunakan sebagai ilustrasi latar


50

belakang di dalam dialog. Yang harus diperhatikan adalah jangan

sampai ada suara yang bertabrakan

c. Efek Suara

Efek suara dapat banyak membantu dalam pembuatan iklan

radio. Efek suara ini bisa merupakan suara aneh yang dapat

menarik perhatian pendengar, atau suara latar belakang yang

memberi kesan hidup pada suatu percakapan. Suara ombak

berdebur misalnya, bisa memberi imajinasi suatu percakapan

yang berlangsung di pantai. Begitu juga suara-suara piring pecah,

derit ban mobil, hingar bingar lalu lintas yang mengalami

kemacetan, dan suara-suara lainnya.(Romli, 2004).

Program Radio Spot merupakan salah satu program

periklanan, program ini tidak terlepas dari tujuan periklanan yaitu

menunjang keberhasilan pemasaran suatu produk sehingga penjulan

dan laba dapat meningkat, definisi tujuan periklanan menurut Kotler

(1997) di bagi menjadi tiga maca yaitu :

1. Informative advertising

Digunakan secara gencar untuk memperkenalkan suatu produk

baru. Melalaui informative advertising sebuah perusahaan dapat

menyarankan untuk menggunakan suatu produk serta

memperbaiki pemikiran yang keliru.

2. Persuasive advertising
51

Digunakan untuk mempersuasi atau membujuk seseorang untuk

menggunakan suatu produk, mempersuasi seseorang untuk

membeli suatu produk sekarang juga dan merubah persepsi

komsumen atau seseorang terhadap suatu produk.

3. Reminder edvertising

Iklan yang memiliki sifat mengingatkan ini dilakukan terutama

untuk mempertahankan merek produk di hati masyarakat.

Mengingatkan konsumen untuk menggunkan produk tersebut dan

selalu ingat akan produk tersebut.

Selain tiga kelompok tujuan periklanan yang sampaikan oleh

Kotler juga terdapat fungsi dasar periklanan yaitu :

1. Precipitation

Yaitu menciptakan kesadaran dan merangsang kebutuhan dan

keinginan. Usaha untuk menggerakan hati konsumen dari keadaan

ragu-ragu menjadi memikirkan pembelian suatu merek atau ide

pendukung yang mungkin nyata. Hal ini membuat terciptanya

suatu tingkat kesadaran umum pada penerima pesan.

2. Persuasion

Mendorong tindakan dan menciptakan janji. Usaha untuk

menggerakan konsumen pada suatu tingkat pembelian. Proses ini

memerlukan waktu dalam menit, jam, hari, bulan atau genap

setahun, tetapi ini merupakan sasaran utama dari seluruh

periklanan. Dengan mengunakan daya penarik untuk emosi dasar


52

seperti cinta, benci, takut atau kebutuhan untuk harga diri, yang

berusaha untuk mengembangkan penjualan actual.

3. Reinforcment.

Mendukung keputusan konsumen sebelumnya. Usaha untuk

menyediakan informasi yang akan mengakibatkan pilihan-pilihan

sebelumnya. Beberapa informasi membuat kita senang akan

keputusan kita membeli sebuah merek tertentu atau tidak membeli

merek lain.

4. Reminder

Menciptakan kebiasaan. Aksi sebagai alat pemicu untuk

menciptakan perilaku suatu merek kebiasaan (Brand Loyalty) akan

pengalaman-pengalaman.(Burnet, 1998;245-246)

H. Promosi Kesehatan di Sekolah

Sekolah adalah sebagai perpanjangan tangan keluarga dalam

meletakan dasar perilaku untuk kehidupan anak selanjutnya, termasuk

perilaku kesehatan. Sementara itu populasi anak sekolah di dalam suatu

komunitas cukup besar, antara 40% - 50%. Di dalam kehidupan bangsa,

anak-anak sekolah tidak dapat diabaikan, karena mereka mereka inilah

senagai generasi penerus bangsa.

Promosi kesehatan di sekolah merupakan langkah yang strategis

dalam upaya peningkatan kesehatan masyarakat, karena hal ini

didasarkan pada pemikiran bahwa :


53

1. Sekolah merupaka lembaga yang dengan sengaja didirikan untuk

membina dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia, baik

fisik, mental, moral maupun intelektual.

2. Promosi kesehatan melalui komunitas sekolah ternyata paling

efektif diantara upaya kesehatan masyarakat yang lain, khususnya

dalam pengembangan perilaku hidup sehat, karena :

a. Anak usia sekolah (6-18 tahun) mempunyai persentase yang

paling tinggi dibandingkan dengan kelompok umur yang lain.

b. Sekolah merupkan komunitas yang telah terorganisasi sehingga

mudah dijangkau dalam rangka pelaksanaan usaha kesehatan

masyarakat.

c. Anak sekolah merupakan kelompok yang sangat peka untuk

menerima perubahan atau pembaruan, karena kelompok anak

sekolah sedang berada dalam taraf pertumbuhan dan

perkembangan. (Notoatmodjo, 2005)

I. Kerangka Teori

Menurut Kurt Lewin (1970) yang dikutip oleh Notoatmodjo (2007)

berpendapat bahwa perilaku manusia suatu keadaan yang seimbang

antara kekuatan pendorong dan kekuatan penahan.

Pendorong-meningkat

Perilaku semula Perilaku Baru


Penahan-menurun

Gambar 2.3. Kerangka Teori (Konsep Perilaku Menurut Kurt Lewin)


54

Perubahan perilaku pada individu dapat terjadi karena terjadinya

beberapa hal berikut.

1. Kekuatan-kekuatan pendorong meningkat. Adanya stimulus-stimulus

berupa informasi sehubungan dengan perilaku yang bersangkutan.

2. Kekuatan-kekuatan penahan menurun. Adanya stimulus-stimulus

yang memperlemah kekuatan penahan tersebut.

3. Kekuatan pendorong meningkat, kekuatan penahan menurun.

Dengan keadaan semacam ini jelas akan terjadi perubahan perilaku.

Menurut WHO yang dikutip Notoatmodjo (2003) strategi untuk

memperoleh perubahan perilaku dikelompokan menjadi tiga :

1. Menggunakan kekuasaan atau kekuatan atau dorongan.

Cara ini dapat ditempuh misalnya dengan adanya peraturan/

perundang-undangan yang harus dipatuhi oleh anggota masyarakat.

Cara ini akan menghasilkan perilaku yang cepat, akan tetapi

perubahan tersebut belum tentu akan berlangsung lama karena

perubahan perilaku yang terjadi tidak atau belum didasari oleh

kesadaran sendiri.

2. Pemberian Informasi

Dengan memberikan informasi-informasi tentang cara mencapai hidup

sehat, cara pemeliharaan kesehatan, cara menghindari penyakit dan

sebagainya akan meningkatkan pengetahuan masyarakat (siswa)

tentang hal tersebut. Selanjutnya dengan pengetahuan-pengetahuan

yang dimiliki akan menimbulkan kesadaran mereka, dan akhirnya


55

akan menyebabkan orang berperilaku sesuai dengan pengetahuan

yang dimilikinya.

3. Diskusi Pertisipasi

Cara ini adalah sebagai penigkatan cara yang kedua diatas yang

dalam memberikan informasi-informasi tentang kesehatan tidak

bersifat searah saja, tetapi dua arah dan menggunakan alat bantu

sehingga memudahkan penerimaan.

Você também pode gostar

  • Modul 6 Model SCL
    Modul 6 Model SCL
    Documento11 páginas
    Modul 6 Model SCL
    Ismail Andi Baso
    Ainda não há avaliações
  • Modul 4 Perencanaan Pembljrn
    Modul 4 Perencanaan Pembljrn
    Documento15 páginas
    Modul 4 Perencanaan Pembljrn
    Ismail Andi Baso
    Ainda não há avaliações
  • Modul 1 Konsep Pengmb Kur
    Modul 1 Konsep Pengmb Kur
    Documento42 páginas
    Modul 1 Konsep Pengmb Kur
    Ismail Andi Baso
    Ainda não há avaliações
  • Modul 3 Pembelajaran SCL 2011
    Modul 3 Pembelajaran SCL 2011
    Documento17 páginas
    Modul 3 Pembelajaran SCL 2011
    Ismail Andi Baso
    Ainda não há avaliações
  • Modul 2 Penyusunan Kurikulum 2011
    Modul 2 Penyusunan Kurikulum 2011
    Documento29 páginas
    Modul 2 Penyusunan Kurikulum 2011
    Ismail Andi Baso
    Ainda não há avaliações
  • Modul 5 Penilaian Belajar 2011
    Modul 5 Penilaian Belajar 2011
    Documento27 páginas
    Modul 5 Penilaian Belajar 2011
    Ismail Andi Baso
    Ainda não há avaliações
  • Modul 7 Format KPT
    Modul 7 Format KPT
    Documento13 páginas
    Modul 7 Format KPT
    Ismail Andi Baso
    Ainda não há avaliações
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Documento2 páginas
    Daftar Pustaka
    Ismail Andi Baso
    Ainda não há avaliações
  • Kuisioner
    Kuisioner
    Documento5 páginas
    Kuisioner
    Ismail Andi Baso
    0% (1)
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Documento2 páginas
    Daftar Pustaka
    Ismail Andi Baso
    Ainda não há avaliações
  • Bab 1 Sampai Bab 5
    Bab 1 Sampai Bab 5
    Documento101 páginas
    Bab 1 Sampai Bab 5
    Ismail Andi Baso
    Ainda não há avaliações
  • Bab 1 - Bab 5
    Bab 1 - Bab 5
    Documento82 páginas
    Bab 1 - Bab 5
    Ismail Andi Baso
    Ainda não há avaliações
  • Abstrak Indonesia Dan Abstrak Inggris
    Abstrak Indonesia Dan Abstrak Inggris
    Documento2 páginas
    Abstrak Indonesia Dan Abstrak Inggris
    Ismail Andi Baso
    100% (1)
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Documento29 páginas
    Bab Iv
    Ismail Andi Baso
    Ainda não há avaliações
  • Bab I
    Bab I
    Documento8 páginas
    Bab I
    Ismail Andi Baso
    Ainda não há avaliações
  • Bab V
    Bab V
    Documento3 páginas
    Bab V
    Ismail Andi Baso
    Ainda não há avaliações
  • Bab II Yg Udh Diedit Repaired)
    Bab II Yg Udh Diedit Repaired)
    Documento23 páginas
    Bab II Yg Udh Diedit Repaired)
    Ismail Andi Baso
    Ainda não há avaliações
  • Bab I
    Bab I
    Documento8 páginas
    Bab I
    Ismail Andi Baso
    Ainda não há avaliações
  • BAB V Kesimpulan Dan Saran
    BAB V Kesimpulan Dan Saran
    Documento2 páginas
    BAB V Kesimpulan Dan Saran
    Ismail Andi Baso
    Ainda não há avaliações
  • BAB III Yang Udah Diedit
    BAB III Yang Udah Diedit
    Documento4 páginas
    BAB III Yang Udah Diedit
    Ismail Andi Baso
    Ainda não há avaliações
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Documento3 páginas
    Daftar Pustaka
    Ismail Andi Baso
    Ainda não há avaliações
  • Abstract
    Abstract
    Documento3 páginas
    Abstract
    Ismail Andi Baso
    Ainda não há avaliações
  • BAB IVdan V Baru May 2
    BAB IVdan V Baru May 2
    Documento45 páginas
    BAB IVdan V Baru May 2
    Ismail Andi Baso
    Ainda não há avaliações
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Documento3 páginas
    Daftar Pustaka
    Ismail Andi Baso
    Ainda não há avaliações
  • Bab II Tinpus
    Bab II Tinpus
    Documento34 páginas
    Bab II Tinpus
    Ismail Andi Baso
    Ainda não há avaliações
  • Abstrak Baru
    Abstrak Baru
    Documento2 páginas
    Abstrak Baru
    Ismail Andi Baso
    Ainda não há avaliações
  • Bab III Metil
    Bab III Metil
    Documento5 páginas
    Bab III Metil
    Ismail Andi Baso
    Ainda não há avaliações
  • BAB IV Hasil &amp Pembahasan
    BAB IV Hasil &amp Pembahasan
    Documento31 páginas
    BAB IV Hasil &amp Pembahasan
    Ismail Andi Baso
    Ainda não há avaliações
  • Bab I Pendahuluan
    Bab I Pendahuluan
    Documento6 páginas
    Bab I Pendahuluan
    Ismail Andi Baso
    Ainda não há avaliações
  • Bab Hasil
    Bab Hasil
    Documento54 páginas
    Bab Hasil
    Ismail Andi Baso
    Ainda não há avaliações