Você está na página 1de 4

Penyiapan SDM Kelautan Indonesia di Abad 21

Oleh: Ir H. Endes N. Dahlan, MS NRP E 061 03 0011 Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan

Pendahuluan Lautan Indonesia memiliki potensi yang sangat beragam dan tinggi. Mulai dari padang lamun, karang, rumput laut, ikan, cumi, ubur-ubur, kerang, udang, hiu, agar-agar dan lain sebagainya. Sumberdaya alam yang kaya itu merupakan modal yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan sekaligus merupakan modal pembangunan. Mengingat SDM merupakan asset yang sangat menentukan kekuatan dan masa depan bangsa, maka SDM harus dipersiapkan sebaik mungkin, agar SDA yang ada dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya dan dapat dijaga pula kelestarian produksi dan manfaatnya. Oleh sebab itu, Departemen Kelautan dan Perikanan harus mempersiapkan SDM yang baik, agar maksud yang mulia itu dapat tercapai. Sikap, profesi dan ilmu yang harus dimiliki oleh SDM kelautan perlu dikaji, agar penyiapannya sesuai dengan kebutuhan yang ada. Kerangka pemecahan masalah Sikap jujur, rajin, ulet dan kreatif perlu diperhatikan ketika DKP akan menerima calon tenaga kerja yang akan diangkat sebagai tenaga tetap atau honorer. Demikian pula halnya dengan pengusaha. Profesi sebagai nelayan penangkap ikan, nelayan budi-daya agar-agar, pengolah ikan, agar, cumi dan udang serta profesi sebagai pedagang hasil komoditas perikanan juga perlu disiapkan dan dikaji profesi mana yang perlu mendapatkan perhatian utama. Selanjutnya, disiplin ilmu yang perlu diberikan kepada SDM kelautan dan perikanan perlu dikaji juga. Dari kajian AHP akan dapat dianalisis disiplin ilmu mana yang perlu di kedepankan, agar SDM memiliki ilmu yang handal dan sesuai dengan kebutuhan untuk tetap menjadikan SDA kelautan merupakan devisa negara yang tinggi dan berkelanjutan.

Pemilihan Alternatif dengan AHP

Dari kajian sikap: kejujuran, kerajinan, keuletan dan kreatif diperoleh matriks hubungan antara profesi dan ilmu pengetahuan seperti tercantum pada Tabel 1- 4:
Tabel 1. Hubungan Profesi dan Ilmu Pengetahuan Dilihat dari Sikap Kejujuran (0,265)

Nelayan Tangkap (0,085) Ekologi Ekonomi Teknik Sosial 0,155 0,227 0,345 0,275

Nelayan Budidaya (0,135) 0,276 0,345 0,138 0,241

Pengolahan Hasil Perikanan (0,235) 0,195 0,221 0,325 0,260

Pedagang Hasil Perikanan (0,546) 0,247 0,301 0,151 0,301

Tabel 2. Hubungan Profesi dan Ilmu Pengetahuan Dilihat dari Sikap Kerajinan (0,262)

Nelayan Tangkap (0,241) Ekologi Ekonomi Teknik Sosial 0,206 0,263 0,286 0,245

Nelayan Budidaya (0,223) 0,181 0,250 0,301 0,268

Pengolahan Hasil Perikanan (0,261) 0,097 0,287 0,323 0,294

Pedagang Hasil Perikanan (0,275) 0,083 0,415 0,124 0,378

Tabel 3. Hubungan Profesi dan Ilmu Pengetahuan Dilihat dari Sikap Keuletan (0,216)

Nelayan Tangkap (0,278) Ekologi Ekonomi Teknik Sosial 0,076 0,304 0,354 0,266

Nelayan Budidaya (0,255) 0,157 0,280 0,311 0,252

Pengolahan Hasil Perikanan (0,227) 0,208 0,231 0,294 0,267

Pedagang Hasil Perikanan (0,241) 0,185 0,316 0,214 0,284

Tabel 4. Hubungan Profesi dan Ilmu Pengetahuan Dilihat dari Sikap Kreatif (0,257)

Nelayan Tangkap (0,209) Ekologi Ekonomi Teknik Sosial 0,235 0,279 0,221 0,265

Nelayan Budidaya (0,239) 0,149 0,295 0,325 0,232

Pengolahan Hasil Perikanan (0,287) 0,113 0,345 0,394 0,148

Pedagang Hasil Perikanan (0,266) 0,048 0,476 0,095 0,381

Gambar 2. Resume Hasil AHP

Catatan: 1. Perbedaan penggunaan assesment berpasangan (pairwise) dan data kadang-kadang hasilnya berbeda. Jika assesment awal menggunakan data, ketika kemudian diconvert ke nilai pairwise yang dilihat pada matrix dengan numerical format (seperti yang disampaikan oleh Saaty) akan menghasilkan nilai desimal, misalnya 1,1 atau 3,4. Padahal Saaty tidak mengajukan contoh dengan angka desimal. Angka bulat antara 1 - 9. 2. Jika kita menggunakan pairwise dengan menggunakan matrix seperti yang telah diajukan oleh Saaty nilai numerical format yang harus diisikan harus bulat (bukan desimal) antara 1 sampai 9. 3. Jika kita menggunakan assesment data nilai rasio inkonsistensinya selalu 0,0. Lain halnya, jika kita menggunakan pairwise, nilai rasio inkonsistensinya kadang-kadang lebih besar daripada nilai yang diperbolehkan (0,10). Oleh sebab itu, hasil olahan dari kuesioner pairwise (perbandingan) jika nilai inkonsistensinya lebih besar dari 0,10 harus dikembalikan kepada responden untuk dipikir ulang, agar diperoleh nilai konsistensi yang tinggi. Kesimpulan 1. Disiplin Ilmu yang harus mendapatkan perhatian utama dalam membangun SDM Kelautan Indonesia abad ke 21 adalah Ilmu Ekonomi > Ilmu sosial > Teknik > Ekologi. Nilai inkonsistensi dari AHP yang dibuat kurang dari 1%. 2. Sikap jujur, rajin dan kreatif harus mendapatkan perhatian sungguhsungsuh, sedangkan sikap ulet menempati kedudukan paling rendah. 3. Sikap yang harus dimiliki SDM Kelautan berbeda menurut profesi. Atau dengan perkataan lain, profesi tidak ditentukan oleh sikap. Daftar Pustaka Expert Choice Inc., 1995. Expert Choice for Windows ver. 9.0. Pittsburgh, P.A. USA. Kusuma, Sri dan Hari Purnomo. 2004. Aplikasi Logika Fuzzy untuk Pendukung Keputusan. Graha Ilmu, Yogyakarta. 491 hal. Marimin. 2004. Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk. PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta. 197 hal. Saaty, Thomas L. 1993. Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin. PT. Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta. 270 hal.

Você também pode gostar