Você está na página 1de 3

Catatan Perjalanan dalam Bentuk Karangan Narasi-Deskriptif Tempat : Kebun Binatang Bandung.

Jalan Taman Sari Waktu : Kelompok : Tono Viono Wulandari Agisna Siti Nurhijriyanti Sarah Yonanda Virginia

Suatu Saat di Penjara Hewan

Pukul 12.00 tepat, kami pergi dari UPI dengan menggunakan angkutan umum jurusan Cicaheum-Ledeng. Namun berhubung kebiasaan dari angkutan umum menunggu penumpangnya penuh dahulu, maka kami tiba di Kebun Binatang Bandung pukul 12.20 Setelah sampai kami tidak langsung masuk ke dalam area Kebun Binatang, tetapi kami hendak mencari makanan dahulu untuk kami berlima. Hingga pukul 13.00 tepat kami baru hendak memasuki area kebun binatang itu. Kami membeli tiket masuk dengan harga Rp 12.000. harga yang cukup murah untuk pengalaman yang ditawarkan. Suasana di kebun binatang itu sangat sepi, mungkin karena hari inipun bukan hari libur. Karena jika kami memilih dating kesini saat libur maka suasanapun akan sangat ramai. Tapi masih saja ada beberapa orang yang memilih berekreasi hari ini. Saat awal masuk, kami langsung saja dihadapkan pada kandang macan tutul. Pada awalnya kami mengira tidak ada apa-apa di kandang itu. Kami mulai mencari dengan lebih seksama ke sekeliling kandang itu. Ternyata macan tutul tersebut berada di atas pohon, bergelantungan sehingga tidak terlalu terlihat. Warna kulit macan tutul juga yang membuat kamuflase dengan lingkungannya yaitu batang pohon sehingga membuat dirinya mudah dalam hal menangkap makanannya ataupun menghindari musuhnya. Setelah itu kami beranjak ke kandang buaya diamana kandangnya tidak terl;alu jauh dari kandang macan tutul. Disana kami melihat berbagai macam jenis dan spesies buaya. Diantaranya adalah buaya muara, buaya sengkawang dll. Terdapat beberapa ekor disana. Habitatnya adalah di dekat sungai,

sehingga kandangnyapun dibuat sedemikian rupa sehingga berbentuk seperti sungai alami. Terlihat buaya itu sedang berjemur dan beberapa lain sedang berenang. Setelah puas melahap buaya dengan mata kita, kami berjalan ke kawasan khusus burung. Tidak ada yang aneh memang, hanya beberapa burung besar, dan warnanya mencolok mata. Bernyanyi riang di kandang burung yang berupa kandang bulat. Kandang setengah lingkaran itu di pagari dengan kawat besi yang rapat sehingga burung kecil tidak dapat kabur dari sangkar tersebut. Di sangkar itu dapat menampung beberapa macam spesies burung. Mulai dari burung yang tak dapat terbang, seperti merak yang indah ekornya, hingga ke burung yang dapat terbang tinggi dan warna bulunya mencolok mata. Sungguh indah sangkar burung tersebut. Kami melihat kea rah kanan dari sangkar burung tersebut. Disana terlihat ada beberapa akuarium yang entah untuk apa. Dan saat kami mendekat ada tulisan di pintu masuk kawasan tersebut bertuliskan Zona Reptil . Karena rasa penasaran yang semakin kuat kami segera memasuki area tersbut. Memang benar di dalam akuarium itu terdapat beberapa jenis ular. Dan yang paling kami sukai adalah akuarium berisikan King Cobra yang dikenal ular berbisa terbesar di dunia. Entah mengapa kami suka berlamalama di depan akuarium itu. Juga ada ular yang indah namun mengerikan, yaitu ular pucuk daun yang berwarna hijau ramping dengan bisa mematikan. Di tengah deret5an akuarium itu kami melihat seorang pria petugas kebun binatang ada di dalam kandang ular-ular besar. Kami pikir pria itu luar biasa besar keberaniannya. Setelah puas melihat ular yang jarang dapat kami temui di lingkungan kota, kami kembali berjalan menuju kandang unta. Disana terliahat hanya ada dua ekor unta yang sedang mencari makan. Dengan terus melangkah kami menuju kandang banteng. Disana dapat terlihat habitat asli banteng yaitu kubangan lumpur yang biasa digunakan banteng melumuri tubuhnya untuk menghindari panas matahari. Hal itu biasa dilakukan banteng karena dia memeliki lapisan kulit yang sangat tipis, sehingga dia melumuri tubuhnya agar panas matahari tak langsung ke kulitnya. Di dekat itu pula kami dapat melihat wahana Gajah tunggan yang banyak dimintai anak-anak untuk menaikinya dan berkeliling satu putaran mengelilingi taman disana. Kami enggan untuk menaiki wahana Gajah tunggang karena kami malu badan kami saja lebih besar dari gajah yang akan kami tunggangi. Terik matahari dan perut kami yang sudah kosong sedari tadi mulai menjerit. Kami melihat ada hamparan rumput yang teduh di lindungi pohon beringin yang rindang. Kami piker adalah tempat yang cocok untuk kami beristirahat dan membuka bekal makanan yang kami bawa. Kami langsung makan dan mengobrol sejenak melepas penat. Setelah selesai kami beranjak ke kandang wau-wau dan kera Jepang. Kami semakin p[enasaran dengan hewan apa yang disebut wau-wau dank era jepang itu. Mungkin karena mereka bernama aneh dan asing mendengar kera Jepang kami segera berlari kesana. Ternyata benar terlihat kera yang mirip dengan orang Jepang. Kera itu memiliki wajah sipit dan pantat yang merah. Kami geli sendiri melihat kera tersebut dan segera membuat guyonan dari kera itu. Terlihat di dekat kandang kera jepang banyak orang berkerumun melihat sesuatu. Karena memang kami penasaran Kami segera bergabung dengan kerumunan orang tersebut. Kami sangat terkejut karena yang terlihat di depan kami adalah seekor simpanse sedang bergaya ala foto model bersama orang-orang

dibelakangnya yang ikut befoto. Setelah berdebat panjang kami memutuskan untuk berfoto dengan simpanse tersebut yang setelah diketahui bernama Atim. Atim sendiri adalah seekor simpanse yang telah jinak dan menurut pada pawangnya. Dia pernah membintangi beberapa film. Kami piker inilah kesempatan kami untuk berfoto bersama artis yang sangat cantik bernama Atim. Setelah berfoto kami membayar Rp10.000 kepada pawingnya sebagai uang tambahan bagi pawing tersebut. Tujuan kami selanjutnya adalah museum hewan air dan fosilnya. Kami sempat memutari taman tersebut sebanyak dua kali tapi belum juga menumukan museum tersebut. Dan kami melihat ada peta yang menunjukan tempat tersebut. Segera kami menuju kea rah yang ditunjukkan oleh peta tersebut. Dan memang kami mendapatkan museum itu namun dengan keadaan tertutup. Setelah bertanya=Tanya museum itu ditutup dalam rangka pemugaran. Namun tidak ada orang yang bekerja di gedung itu. Mungkin benar, mungkin tidak. Ataupun terlambat entahlah. Yang jelas kami kecewa karena kami tidak bias melihat ikan air tawar dan fosilnya di temnpat tersebut. Kamipun tiba di kandang raja hutan Singa dan harimau. Dia berlalu lalang seolah tahu bahwa dia sedang dioperhatikan oleh kami. Dengan asyiknya dia meliuk-liuk seperti seorang model memerankan busana lorengnya yang cantik dan megah. Ditempat itu kami berpikir bahwa raja hutan ini merasa ini bukan tempatnya. Harimau dan hewan-hewan lain seharusnya berada di alam liar dan tetap terjaga populasinya sehingga keseimbangan alam tetap terjaga. Kebun binatang ini menurut kami adalah penjara bagi hewan disini. Karena insting alamnya pelan-pelan akan memudar dan tidak menjadi buas lagi. Dikarenakan alam yang terus-menerus di ambil-alih oleh manusia sehingga habitat asli mereka terancam. Juga perburuan pada hewan-hewan langka ini semakin mengganggu mereka. Tidak terasa matahari telah murung di ufuk barat, kami memutuskan untuk pulang. Disini, di kebun binatang ini kami berjanji ahgar memelihara alam agar terjaga keseimbangan antara hewan, tumbuhan dan kita. Manusia.

Você também pode gostar