Você está na página 1de 30

1

USULAN PENELITIAN EVALUASI EFEKTIFITAS SOSIALISASI PROGRAM LAYANAN KESEHATAN JAMSOSKES SUMSEL SEMESTA DI KECAMATAN SAKO KOTA PALEMBANG

1. Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan Undang -Undang Dasar 1945. Disamping itu, pembangunan kesehatan pada dasarnya menyangkut kehidupan fisik, mental maupun sosial ekonomi yang dalam perkembangannya telah terjadi perubahan orientasi baik tata nilai maupun pemikiran terutama upaya pemecahan masalah kesehatan. Pengetahuan masyarakat tentang konsep sehat dan sakit yang benar akan membuat masyarakat mengerti bagaimana memberdayakan diri untuk hidup sehat dan kebiasaan mereka untuk mempergunakan fasilitas kesehatan yang ada. Hal ini merupakan dua dari empat grand strategy yang dilakukan Departemen Kesehatan untuk mewujudkan visinya yaitu memandirikan masyarakat untuk hidup sehat dengan misi membuat masyarakat sehat (Depkes RI, 2009). Pelayanan jaminan sosial kesehatan (Jamsoskes) Sumatera Selatan Semesta, dari pemerintah kota Palembang merupakan program dari pemerintah provinsi Sumatra Selatan, guna mewujudkan program gratis untuk seluruh kabupaten maupun kota di Sumatera Selatan. Program ini diperuntukan bagi 1

warga tidak mampu, yang tidak tercover dalam Askes, Jamkesmas, Asbari dan Jaminan Kesehatan lainnya. Melalui program ini, setiap warga berhak mendapatkan layanan kesehatan di seluruh puskesmas dan Rumah Sakit rujukan yang telah di tentukan dengan menunjukan bukti berupa kartu jaminan, kartu jaminan dapat diperoleh setelah masyarakat mendaftarkan diri dengan melampirkan foto copy kartu keluarga maupun KTP. Dengan masih banyaknya rakyat miskin di Sumatera Selatan maka lahirnya kebijakan publik yang didasari atas komitmen untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat untuk memberikan keringanan biaya hidup yang semakin mahal, termaksud dalam hal berobat. Karena itu,

resistensi kepentingan politik dalam hal ini diminimalkan dengan terbangunnya komitmen dan koordinasi intensif. Program Kesehatan Gratis melalui Jamsoskes ini selain dipayungi sejumlah UU Nasional juga mendapatkan dukungan secara politik, ini dapat di lihat dengan adanya kesepakatan, dan hal inilah yang kemudian dijadikan sebagai landasan dasar pelaksanaan kesehatan gratis di Provinsi Sumatera Selatan saat ini. Kedepan pedoman Jamsoskes Semesta tersebut akan dijadikan Perda serta aturan aturan di dalam tahapan Jamsoskes nantinya. Menurut Mahsun di dalam artikelnya Menakar Implementasi Kebijakan Kesehatan Berobat Gratis 2011 menyebutkan guna mendukung berjalanya Kebijakan Kesehatan Gratis ini Pemprov Sumsel selain bekerja sama dengan Bupati dan WaliKota, ditambah melibatkan semua Puskesmas, Rumah Sakit di Kabupaten/kota juga menjalin kerja sama dengan Rumah Sakit Swasta. Dinas

kesehatan provinsi serta Dinas Kesehatan kabupaten/kota, juga telah memiliki kesepakatan bersama dengan Rumah Sakit selaku penyelenggara kesehatan dan Dinas Kesehatan itu sendiri selaku badan pembinaanya. Pasien yang bersifat emergency, Rumah Sakit tetap memberikan pertolongan pertama walaupun tidak menunjukan identitas Jamkesmas atau Jaminan Kesehatan lainnya, setelah berjalan satu hari maka Rumah Sakit memberikan kepada keluarga pasien untuk mengurus administrasi sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan di dalam Jamsoskes Semesta sumsel.

Dalam harian sumeks, program Jamsoskes Sumsel Semesta (2011) akan memfokuskan pada pemantapan pelaksanaan dilapangan, salah satunya menegaskan batasan program Jamsoskes Sumsel Semesta, dengan jaminan Kesehatan lainnya yang menjadi program pemerintah pusat, baik itu Jamkesmas, Askes, Asbari, dan lainnya.

Berdasarkan hitung-hitungan hanya bekisar 4 juta dari 7 juta lebih penduduk Sumsel yang belum memiliki Jaminan Kesehatan. Beban pembiayaan yang ditanggung pemprov akan berkurang dari Rp 240 Milyar itu seiring dengan meningkatnya alokasi sharing dana dari 15 kabupaten/kota yang mendukung suksesnya program Jamsoskes Sumsel Smesta, ada daerah yang tidak mengambil sharing sepeserpun dari Dinkes Sumsel, dan ada pula yang sudah menanggung 50% pembiayaan program ini. Untuk penyerapan alokasi dana Jamsoskes Sumsel Semesta 2010 per November, dari dana provinsi sekitar Rp 68 Milyar, sedangkan sharing kabupaten/kota yang terpakai sekitar

Rp 38 Milyar. Alokasi yang tersedia tidak teserap habis karena tidak semua masyarakat yang tercover sakit dan kurangnya sosialisasi penggunaan kartu Jaminan Kesehatan (Sumeks, 2011). Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti di kecamatan sako Palembang, diperoleh keterangan bahwa sebagian warga tidak mengetahui mengenai layanan Jamsoskesta yang di berikan pemerintah. Padahal layanan gratis ini secara penuh di alokasikan kepada masyarakat miskin sebagai sarana pembangunan kesehatan. Sebagian masyarakat mengetahui program

Jamsoskesta ini dari pihak Rumah Sakit/Puskesmas di tempat mereka tinggal ketika mengalami sakit dan kurangnya biaya untuk berobat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kurangnya informasi yang di terima oleh masyarakat terjadi karena kurangnya upaya sosialisasi dari pemerintah setempat. Dari uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Evaluasi Efektifitas Sosialisasi Program Layanan Kesehatan Jamsoskes Sumsel Semesta Di Kecamatan Sako Kota Palembang

2. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian dan latar belakang diatas maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah Bagaimana Efektifitas Sosialisasi Layanan Jamsoskes Sumsel Semesta di Kecamatan Sako Kota Palembang?

3. Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian dan latar belakang pada perumusan masalah maka tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui tentang Efektifitas Sosialisasi Layanan Jamsoskes Sumsel Semesta di Kecamatan Sako Kota Palembang.

4. Manfaat Penelitian

a. Bagi Penulis Penelitian ini diharapkan dapat menanbah dan mengembangkan wawasan peneliti, khususnya dalam sektor Akuntansi Publik, dengan cara teori yang diperoleh dengan kenyataan atau kondisi yang sebenarnya terjadi di lapangan. b. Bagi Pemerintah Menjadi bahan masukan dan untuk memberbaiki progaram Jamsoskes Sumsel Semesta dalam hal sosialisasinya. c. Bagi Almamater Diharapkan pembaca dapat bermanfaat sebagai bahan acuan untuk peneliti selanjutnya, bagi yang berminat untuk melakukan penelitian dalam tema dengan penelitian ini.

5. Kajian Pustaka A. Penelitian Sebelumnya Penelitian sebelumnya berjudul Faktor Penyebab Adanya Selisih Jumlah Antara Pengajuan Dengan Penyetujuan Klaim Jaminan Sosial

Kesehatan Puskesmas Sekota Palembang Pada Bulan Maret 2009 yang di lakukan oleh Uca Ayu Frama Diesty ( 2009 ). Pengajuan klaim terhadap pelayanan kesehatan pasien jaminan sosial kesehatan (Jamsoskes) diajukan oleh puskesmas sekota Palembang kepada dinas kesehatan Kota Palembang. Dari 38 puskesmas Kota Palembang hanya terdapat enam puskesmas yang tidak ada selisih antara pengajuan dengan penyetujuan klaim jamsoskes puskesmas pada Maret 2009. Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui faktor penyebab adanya selisih jumlah antara pengajuan klaim jamsoskes puskesmas dengan klaim yang disetujui Dinas Kesehatan Kota Palembang. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam serta observasi. Untuk melihat keabsahan informasi yang didapatkan, uji validitas yang digunakan adalah triangulasi kemudian hasilnya akan disajikan dalam bentuk narasi. Hasil penelitian menunjukkan selisih jumlah klaim jaminan sosial kesehatan puskesmas dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu administrasi kepesertaan, administrasi pelayanan, dan administrasi keuangan. Pada administrasi kepesertaan sebanyak 263 pasien, administrasi pelayanan sebanyak 87 pasien, dan administrasi keuangan 139 pasien dari 70.657 pasien jamsoskes pada Maret 2009. selisih jumlah dalam administrasi kepesertaan disebabkan identitas atau data tidak lengkap, dalam administrasi pelayanan disebabkan tindakan atau diagnosis tidak ada atau

tidak sesuai, dalam administrasi keuangan disebabkan biaya tindakan yang diajukan tidak sesuai dengan Peraturan Daerah (Perda) atau terjadi kekurangan karcis Hasil penelitian sebaiknya sosialisasi kepada puskesmas dilakukan secara komprehensif kepada petugas puskesmas terutama yang kepada petugas puskesmas yang berhubungan dengan program jaminan sosial kesehatan sehingga mereka lebih paham tentang bagaimana pengajuan klaim bisa disetujui seluruhnya oleh dinas kesehatan Kota Palembang. Perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian yang akan dilakukan adalah pada penelitian sebelumnya membahas tentang Faktor Penyebab Adanya Selisih Jumlah Antara Pengajuan dengan Penyetujuan Klaim Jaminan Sosial Kesehatan Puskesmas Sekota Palembang. Persamaan dari kedua penelitian ini adalah sama-sama membahas mengenai Program Jaminan Kesehatan.

B. Landasan Teori 1. Efektivitas Efektivitas berhubungan dengan tujuan atau sasaran yang harus dicapai. Kegiatan operasional dikatakan efektif apabila proses kegiatan mencapai tujuan dan sasaran akhir kebijakan (spending wisely). Mardiasmo (2002 : 132) efektivitas merupakan hubungan antara keluaran dengan tujuan atau sasaran yang harus dicapai. Kegiatan

operasional bisa dikatakan efektif apabila proses kegiatan mencapai tujuan dan sasaran akhir kebijakan. Semakin besar kontribusi output yang dihasilkan terhadap pencapaian tujuan atau sasaran yang ditentukan, maka semakin efektif proses kerja suatu unit organisasi. Mardiasmo (2002:125) menjelaskan point-point penting dalam penilaian efektifitas adalah sebagai berikut: a. b. c. d. Biaya Pelayanan. Kualitas dan Standar pelayanan Cakupan pelayan Kepuasan

2. Pengertian dan Elemen Indikator Kinerja pada Value For Money Indra Bastian (2001:337) menyatakan bahwa indikator kinerja adalah ukuran kualitatif dan kuantitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan, dengan memperhitungkan elemen indikator yang terdiri atas: a. Indikator masukan (Input) Indikator masukan adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar pelaksanaan kegiatan dapat berjalan dengan menghasilkan keluaran. Indikator ini berupa dana, sumber daya manusia, informasi, kebijakan/peraturan perundang-undangan dan

sebagainya, yang dipergunakan untuk melaksanakan kegiatan. Dengan melihat distribusi sumber daya, suatu lembaga dapat

menganalisis apakah alokasi sumber daya yang di miliki telah sesuai dengan rencana strategi yang ditetapkan. Tolak ukur ini dapat pula digunakan untuk perbandingan dengan lembaga yang relevan. b. Indikator proses Dalam indikator proses, organisasi merumuskan ukuran kegiatan, baik dari segi kecepatan, maupun tingkat akurasi pelaksanaan kegiatan tersebut. Rambu yang paling dominan dalam proses adalah tingkat efisiensi dan ekonomis pelaksanaan pemanfaatan jumlah input, sedangkan ekonomis dimaksudkan adalah bahwa pelaksanaan kegiatan tersebut lebih murah

dibandingkan dengan standard biaya atau waktu yang ditentukan. c. Indikator keluaran Indikator keluaran adalah suatu yang diharapkan langsung dicapai suatu kegiatan fisik dan atau non fisik, dengan membandingkan keluaran, instansi dapat menganalisis apakah kegiatan terlaksana sesuai dengan rencana. Indikator keluaran dijadikan landasan untuk menilai kemajuan atau suatu kegiatan apabila tolak ukur dikaitkan dengan sasaran yang terdefinisi dengan baik dan terukur. d. Indikator hasil Indikator hasil adalah suatu yang berkaitan dengan tujuan akhir dari pelaksanaan kegiatan. Indikator hasil lebih utama dari

10

sekedar kaluaran walaupun produk telah tercapai dengan baik, belum secara hasil kegiatan tersebut telah tercapai. Hasil menggambarkan tingkat kepentingan banyak pihak. Dengan indikator hasil, organisasi dapat mengetahui apakah hasil yang telah diperoleh dalam bentuk output memang dapat dipergunakan sebagaimana mestinya dan memberikan kegunaan yang besar bagi masyarakat banyak. e. Indikator manfaat Indikator manfaat adalah bentuk yang terkait dengan tujuan akhir dari pelaksanaan kegiatan atau menggambarkan manfaat yang diperoleh dari indikator hasil. Manfaat tersebut baru tampak setelah beberapa waktu kemudian, khususnya dalam jangka waktu menengah dan jangka panjang. Indikator manfaat

menunjukan hasil yang diharapkan untuk dicapai bila keluaran dapat disesuaikan dan berfungsi. Mardiasmo (2002:127) menyatakan bahwa indikator kinerja dan pengukuran value for money adalah inti pengukuran kinerja pada organisasi pemerintah. Kinerja pemerintah tidak dapat dinilai dari sisi output yang dihasilkan saja, akan tetapi harus mempertimbangkan input, output, dan outcome secara bersama sama. Dengan mekanisme untuk menentukan indikator kinerja tersebut memerlukan hal hal sebagi berikut:

11

1) Sistem perencanaan dan pengendalian Sistem pengendalian dan pengendalian meliputi proses, prosedur, dan struktur yang memberikan jaminan bahwa tujuan organisasi telah dijelaskan dan dikomunikasikan ke seluruh bagian organisasi dengan menggunakan rantai komando yang jelas yang didasarkan pada spesifikasi tugas pokok dan fungsi, kewenangan serta tanggung jawab. 2) Spesifikasi teknis dan standarisasi Kinerja suatu kegiatan, program, dan organisasi diukur dengan menggunakan spesifikasi teknis secara detail untuk memberikan jaminan bahwa spesifikasi teknis tersebut dijadikan sebagai standar penilaian. 3) Kompetensi dan profesionalisme Untuk memberikan jaminan terpenuhinya spesifikasi teknis dan standarisasi yang ditetapkan, maka diperlukan personel yang memiliki kopetensi teknis dan profesional dalam bekerja. 4) Mekanisme ekonomi dan mekanisme pasar Mekanisme ekonomi terkait dengan pemberian penghargaan dan hukum ( reward dan punishment) yang bersifat finansial, sedangkan mekanisme pasar terkait dengan penggunaan sumber daya yang menjamin terpenuhinya value for money.

12

5) Mekanisme sumber daya manusia Pemerintah perlu menggunakan beberapa mekanisme untuk memotivasi stafnya untuk memperbaiki kinerja personal dan organisasi. Peran indikator kinerja bagi pemerintah antara lain : Untuk membantu memperjelas tujuan organisasi. Untuk mengevaluasi target akhir ( final outcome) yang dihasilkan. 1) Sebagai masukan untuk menentukan skema insetif manajerial. 2) Memungkinkan bagi pemakai jasa layanan pemerintah untuk melakukan pilihan. 3) Untuk menunjukan standar kinerja. 4) Untuk menunjukan efektifitas. 5) Untuk membantu menetukan aktivitas yang memiliki efektifitas biaya yang paling baik untuk mencapai target sasaran dan, 6) Untuk menunjukan wilayah, bagian, atau proses yang masih potensial untuk dilakukan penghematan biaya. Mardiasmo (2002:133) menyatakan bahwa Langkah langkah pengukuran value for money adalah sebagai berikut : 1) Pengukuran ekonomi Pengukuran efektifitas hanya memperhatikan keluaran yang didapat, sedangkan pengukuran ekonomi hanya mempertim bangkan masukan yang dipergunaka. 2) Efesiensi merupakan hal penting dari ketiga pokok bahasan value for money. Efesiensi diukur dengan rasio antara output dengan

13

input. Semakin besar output dibanding input, maka semakin tinggi efesiensi suatu organisasi. 3) Pengukuran efektifitas Efektifitas adalah ukuran berhasil tidaknya suatu organisasi mencapai tujuannya. Apabila sutau organisasi berhasil mencapai tujuan, maka organisasi tersebut dikatakan telah berjalan efektif. 4) Pengukuran outcome Outcome adalah sutau program atau kegiatan terhadap masyarakat. Outcome lebih tinggi nilainya daripada output, karena output hanya mengukur hasil tanpa mengukur dampaknya terhadap masyarakat sedangkan output mengukur kualitas outputdan dampak yang dihasilkan ( Smith, 1996 ). 5) Estimasi unit organisasi perlu dilakukan estimasi untuk

menentukan target kinerja yang ingin dicapai pada perode mendatang. Penentuan target tersebut didasarkan pada

perkembangan cakupan pelayanan atau indikator kinerja. 6) Pertimbangan dalam membuat indikator kinerja Langkah pertama dalam membuat indikator kinerja ekonomi, efesiensi, dan efektifitas adalah memahami operasi dengan menganalisis kegiatan dan program yang akan dilaksanakan.

14

3. Audit Kinerja ( Performance Audit ) Indra Bastian (2007,47) menyatakan bahwa Audit Kinerja ( Performance Audit ) adalah pemeriksaan secara objektif dan sistematik terhadap berbagai macam bukti untuk dapat melakukan penilaian secara idenpenden atas kinerja entitas atau program kegiatan pemrintah yang diaudit. Dalam audit kinerja mencakup penetuan atas audit progaram yang terdiri atas: 1) Tingkat pencapaian hasil program yang diinginkan atau manfaat yang telah ditetapkan oleh perundang undangan atau badan lain yang berwewenang. 2) Efektifitas kegiatan entitas, pelaksanaan program, kegiatan, tau fungsi instansi yang bersangkutan. 3) Tingkat kepatuhan entitas yang diaudit terhadap peraturan perundangundangan program/kegiatan. Contoh pelaksanaan audit program: a. Menilai tujuan program, baik yang baru maupun yang sudah berjalan, untuk menentukan apakah tujuan tersebut sudah memadai dan tepat/relevan. b. Menentukan tingkat pencapaian hasil program yang diinginkan. yang berkaitan dengan pelaksanaan

15

c.

Menilai efektivitas program dan/unsur program secara sendirisendiri.

d.

Mengidentifkasi faktor yang menghambat pelaksanaan kinerja yang baik dan memuaskan.

e.

Menentukan

apakah

manajemen

telah

mempertimbangkan

alternatif-alternatif lain untuk melaksanakan program tersebut yang mungkin dapat memberikan hasil yang lebih baik dengan biaya rendah f. Menentukan apakah program tersebut melengkapi, tumapang tindih, atau bertentangan dengan progran lain yan terkait g. Mengidentifikasi cara untuk dapat melaksanakan program tersebut dengan lebih baik h. Menilai ketataan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk program tersebut i. Menilai apakah sistem pengendalian menajemen sudah cukup memadai untuk mengukur, melaporkan, dan memantau tingkat evektifitas program. j. Menentukan apakah menajemen telah melaporkan ukuran yang sah dan dapat dipertanggumgjawabkan mengenai evektifitas program.

16

4.

Tahap audit pendahuluan untuk audit atas hasil program Indra Bastian (2007,225) menyatakan bahwa Tahap audit pendahuluan untuk audit atas hasil program dalah pengorbanan/biaya yang dikeluarkan untuk suatu program dapat dihubungkan dengan penghasilan dan manfaat yang diproleh dari program tersebut. Selain itu terdapat keselarasan antara maksimalisasi pengahasilan dengan mencapai tujuan. Dalam audit atas hasil program, auditor menetukan apakh organisasi yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan program hasil mencapai tujuan yang diharapkan. Maka, pada kebanyakan audit atas program, auditor mengaitkan antara biaya yang dikeluarkan dengan penghasilan dan kemudian dengan tujuan program, sehingga auditor dapat menetukan apakh pengorbanan yang telah dikeluarkan dapat dikompensasi baik oleh penghasilan yang diperoleh. Hal ini, tujuannya diharapkan perlu dikuantifikasi dalam satuan moneter. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hal yang perlu

diperhatikan berkenaan dengan pelaksanaan suatu program adalah kemungkinan bahwa pelaksanaan suatu program tidak berhubungan secara langsung dengan seorang fungsionaris yang bertanggung jawab atas pencapaian tujuan program. Hal ini disebabkan karena adanya hubungan atau keterkaitan dalam ornanisasi, sehingga auditor sering justru harus menaruh perhatiannya ke luar organisasi utama guan

17

menetukan ukuran atas penghasilan atau ukuran efektifitas lain dalam kaitannya dengan besarnya biaya. 5. Sosialisasi Program Menurut Mc Quail (1987 : 251) Sosialisasi merupakan upaya mengajarkan norma dan nilai yang mapan melalui pujian dan hukuman simbolis bagi berbagai jenis pekrilau . Menurut Mulyana (1999: 68) Sosialisasi sebagai salah satu bentuk kegiatan komunikasi yang ditujukan untuk menyebarluaskan informasi tertentu tentang suatu program kerja/kegiatan organisasi kepada publik dengan maksud untuk diketahui dan didukung oleh public. Menurut rumus Laswell untuk memnatapkan strategi

sosialisasi, maka segala sesuatunya harus di perhatikan dengan komponen-komponen yang merupakan jawaban terhadap

pertanyaan.secara implisit mengandung pertanyaan lain yang perlu dijawab dengan seksama. Pertanyaan tersebut ialah : a. When ( Kapan dilaksanakannya ? ) Berkaitan dengan strategi pemilihan waktu yang tepat dalam melaksanakan kegiatan sosialisasi sehingga secara efe ktif mampu menarik perhatian publik.

18

b.

How ( Bagaimana melaksanakannya?) Pertannyaan ini berhubungan dengan implementasi dari strategi yang telah ditetapkan sebelumnya. Apakah implementasi di lapangan sesuai denngan apa yang telah direncanakan sebelumnya ataupun sebaliknya.

c.

Why ( Mengapa dilaksanakan demikian ? ) Pertannyaan ini berhubungan dengan motif atau alasan utama yang mendasari mengapa kegiatan itu penting. Sehingga layak untuk disosialisasikan.

d.

What : (Pesan /message ) Pesan yang disampaikan mengenai rencana sosialisasi program jamsoskes sumsel semesta.

e.

Whom: komunikan ( communicant, communicate, recerver, recipient) Obyek sasaran kegiatan sosialisasi ini adalah masyarakat pada kecamatan Sako.

Menurut Dallas Barnett (1968) Tujuan sosialisasi antara lain : 1) To secure understanding Untuk memastikan bahwa terjadi suatu pengertian dalam

berkomunikasi.

19

2)

To establish acceptance Bagaimana cara penerimaan itu dapat terus dibina dengan baik.

3)

To motive action Bagaimana komunikator mampu memberi motivasi kepada komunikan.

4)

The goal which the communicator sought to achieve Bagaimana mencapai tujuan yang hendak dicapai oleh pihak komunikator dari proses komunikasi itu. Menurut James (1994 : 31-37) penjelasan mengenai aspek

perencanaan sosialisasi berkaitan dengan pokok permasalahan dalam penelitian ini yang akan mengkaji mengenai strategi sosialisasi. Sosialisasi pada hakekatnya merupakan salah satu bagian kajian dan kegiatan dari humas atau public relations, oleh karena itu konsep mengenai perencanaan sosialisasi sangat penting untuk melandasi dalam melakukan analisis terhadap perencanaan dan strateginya. Pentingnya perencanaan ini didasarkan atas beberapa alasan utama sebagai berikut : a. Untuk menetapkan target-target operasi humas yang nantinya akan menjadi tolok ukur atas segenap hasil yang diperoleh. b. Untuk memperhitungkan jumlah jam kerja dan berbagai biaya yang diperlukan. c. Untuk menyusun skala prioritas guna menentukan jumlah program telah diprioritaskan itu.

20

d.

Untuk menentukan kesiapan atau kelayakan pelaksanaan berbagai upaya dalam rangka mencapai tujuan-tujuan tertentu sesuai jumlah dan kualitas personil yang ada dan daya dukung dari berbagai peralatan fisik seperti alat-alat kantor, mesin cetak, kamera, kendaraan, dan sebagainya serta anggaran dana yang tersedia. Menurut Gusti Ngurah (1999 ; 45-49 ) beberapa media utama

bagi kegiatan humas dalam mensosialisasikan suatu program, antara lain : 1) Media pers (press). Media ini terdiri dari berbagai macam Koran yang beredar di masyarakat secara umum, baik yang berskala regional maupun nasional atau bahkan internasional, koran-koran gratis, majalah yang diterbitkan secara umum, maupun hanya dalam jumlah terbatas untuk langganan tertentu, petunjuk khusus, buku-buku tahunan dan laporan tahunan dari berbagai lembaga yang sengaja dipublikasikan secara umum. 2) Audio-visual : media ini terdiri dari slide dan kaset video, atau bias juga film-film dokumenter. 3) Radio : kategori ini meliputi semua jenis radio, mulai dari yang berskala lokal, nasional hingga internasional baik yang dipancarkan secara luas maupun yang dikemas secara khusus seperti yang dilakukan oleh radio komunitas.

21

4) Televisi : sama halnya dengan radio, televisi yang sering digolongkan sebagai media humas tidak hanya televisi nasional atau regional tapi juga televisi internasional, termasuk juga televise kabel. 5) Pameran (exhibition). Dalam melaksanakan suatu program atau kampanye humas, para praktisi humas juga sering memanfaatkan acara ekshibisi atau pameran. Misalnya pameran perdagangan luar negeri, ekshibisi yang khusus diselenggarakan untuk

memperkenalkan suatu produk baru, dan sebagainya. 6) Bahan-bahan cetakan (printed material): yaitu berbagai macam bahan cetakan yang bersifat mendidik, informatif, dan menghibur yang disebarkan dalam berbagai bentuk guna mencapai tujuan humas tertentu. 7) Penerbitan buku khusus (sponsored books). Isi buku ini bisa bermacam-macam, misalnya mengenai seluk beluk organisasi, petunjuk lengkap mengenai cara penggunaan produk-produknya atau bisa mengenai keterangan tentang berbagai aspek yang berkenaan dengan produk atau organisasi itu sendiri. 8) Surat langsung (direct mail): media ini lazim pula digunakan sebagai alat penyampai pesan kehumasan. Surat humas seperti ini tidak hanya ditujukan kepada tokoh atau pribadi-pribadi tertentu

22

saja, tapi juga kepada berbagai macam lembaga yang sekiranya relevan, atau untuk dipajang di tempat-tempat umum. 9) Pesan-pesan lisan (spoken word). Penyampaian pesan humas tidak hanaya dilakukan lewat media massa tapi juga bisa melalui komunikasi langsung atau tatap muka. Kegiatan seperti ini bias dilangsungkan dalam berbagai kesempatan seperti dalam suatu seminar, lokakarya, workshop dan lain sebagainya. 10) Pemberian sponsor (sponsorship). Suatu organisasi bisa pula menjalankan kegiatan humasnya melalui penyedia data atau dukungan tertentu atas penyelenggaraan suatu acara khusus, seperti pertunjukan seni, olah raga, ekspedisi, sumbangan amal dan lain sebagainya. Dalam setiap sponsor selalu terkandung elemen humas, sebab di situ terdapat niat baik organisasi yang memberikannya. 11) Jurnal organisasi (house journals). Istilah jurnal internal memiliki bermacam-macam padanan, mulai dari jurnal internal, bulletin terbatas, sampai ke koran perusahaan. Namun semua istilah itu mengacu pada suatu bentuk terbitan dari sebuah perusahaan atau organisasi yanga sengaja dibuat dalam rangka mengadakan komunikasi dengan khalayaknya.

23

6. Metode Penelitian a. Jenis Penelitian jenis-jenis penelitian terdiri dari: 1) Penelitian Deskriptif Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik saatu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variabel lain. 2) Penelitian Komparatif Penelitian komperatif adalah penelitian yang

membandingkan, yang variabelnya masih sama dengan penelitian variabel mandiri tetapi yang lebih dari stu atau dalam waktu yang berbeda. 3) Penelitian Asosiatif Penelitian asosiatif adalah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih. Penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian Deskritif yaitu penelitian untuk mengetahui evaluasi efektifitas sosialisasi program jamsoskes Palembang. sumsel semesta kecamatan sako kota

24

b. Tempat Penelitian Tempat penelitian akan dilakukan pada Kecamatan Sako

palembang.Dinas Kesehatan kota palembang.

c. Operasionalisasi Variabel Operasional variabel adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel dengna cara memberikan arti atau menspesifikasikan bagaimana variabel atau kejadian yang diukur. Variabel yang digunakan dalam bentuk penelitian ini adalah sebagai berikut : Tabel 1 Operasionalisasi Variabel Variabel Efektifitas sosialisasi Program Jamsoskes Sumsel Semesta Definisi Merupakan hubungan antara keluaran dengan tujuan/sasaran yang harus dicapai program , atau ukuran berhasil tidaknya proses kegiatan sosialisasi Program Jamsoskes Sumsel Semesta mencapai tujuan/sasaran akhir kebijakan program Jamsoskes Sumsel Semesta. Indikator a) When b) How c) Why d) What e) whom

Sumber :penulis, 2011

d. Populasi dan Sampel

Menurut Sugiono (2006:72) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan

25

karakteristik tertentu yang diterapkan oleh penelitin untuk dipelajari dan kemudian diambil kesimpulan, Populasi yang diteliti adalah : a. b. c. d. e. f. g. Pihak Kecamatan Sako Pihak Kelurahan Sialang Pihak Kelurahan sako Pihak Kelurahan sako baru Pihak Kelurahan borang Pihak Puskesmas kecamatan Sako Masyarakat kecamatan Sako

e. Data yang Diperlukan Menurut Nur dan Bambang (2002; 146-147) data terdiri dari: a. Data Primer, adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumber aslinya ( tidak melalui perantara). b. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh peneliti secara tidak langsung (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah: 1) Data Primer yaitu Kuesioner dan wawancara 2) Data Sekunder yaitu, artikel, dan jurnal

26

d. Teknik Pengumpulan Data Menurut Sugiyono (2006:129-138), teknik pengumpulan data terdiri dari: a. Interview (Wawancara) Digunakan sebagai teknik pengumpulan data, apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil. Wawancara terbagi menjadi dua, yaitu; wawancara terstruktur dan wawancara tidak terstruktur. b. Kuesioner (Angket) Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. c. Observasi Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan teknik yang lain, observasi tidak terbatas terbatas pada orang tetapi juga obyek-obyek alam yang lain. d. Dokumentasi Dokumentasi adalah catatan tertulis tentang berbagai kegiatan atau peristiwa pada waktu lalu.

27

Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah dokumentasi, berupa laporan pengguna program jamsoskes sumsel semesta kota Palembang , wawancara pada pihak kelurahan , kecamatan, puskesmas, dan dinas kesehatan kota Palembang , dan penyebaran kuesioner kelurahan, kecamatan, puskesmas dan Dinas Kesehatan kota Palembang.

6. Metode dan Teknik Analisis Data Menurut Mudrajad (2003:124) metode analisis data terdiri dari: a. Analisis Kuantitatif Yaitu suatu metode analisis data yang diukur dalam suatu skala numerik (angka). b. Analisis Kualitatif Yaitu suatu metode analisis data yang diukur dengan cara memberikan penjelasan dalam bentuk kata-kata atau dalam bentuk kalimat. Anaisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif, dengan mengumpulkan, mencatat, menyusun, dan menganalisis penyajian data yang diperoleh dalam bentuk wawancara. Sosialisasi program jamsoskes sumsel semesta merupakan hubungan antara keluaran dengan tujuan atau sasaran yang harus dicapai. Kegiatan operasional bisa dikatakan efektif apabila proses kegiatan sosialisasi Jamsoskes Sumsel Semesta dalam mencapai tujuan sesuai

28

dengan sasaran akhir kebijakan. Semakin besar kontribusi output yang dihasilkan terhadap pencapaian tujuan atau sasaran yang ditentukan, maka semakin efektif proses kerja suatu unit organisasi. 7. Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN A. B. C. D. Latar Belakang Masalah Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. B. Penelitian Sebelumnya Landasan Teori a. b. Pengertian Evektifitas Pengertian dan Elemen Indikator Kinerja pada Value For Money c. d. Audit Kinerja ( Performance Audit ) Tahap audit pendahuluan untuk audit atas hasil program e. Sosilaisasi program

29

BAB III METODE PENELITIAN A. B. C. D. E. Jenis Penelitian Tempat Penelitian Operasional Variabel Data yang Diperlukan Teknik Pengumpulan Data

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. B. Hasil Penelitian Pembahasan Hasil Penelitian

BAB V SIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

30

Daftar pustaka Buku


Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik, Penerbit Andi Yogyakarta, Yogyakarta. Indra Bastian. 2006. Akuntansi Sektor Publik Suatu Pengantar , Penerbit Erlangga, Jakarta Mulyana. 1999. Dasar-dasar Komunikasi, Remaja Rosdakarya, hal:68

Putra, I. Gusti Ngurah 1999. Manajemen Hubungan Masyarakat. Yogyakarta: Penerbit Universitas Atmajaya. 45-49 Mulyana 1999, Dasar-Dasar Komunikasi, Jakarta: Remaja Rosdakarya, hal: 68

Jurnal Uca Ayu Frama Dkk, 2009. Faktor Penyebab Adannya Selisih Jumlah Antara Pengajuan Klaim Jaminan Sosial Kesehatan Puskesma Sekota Palembang Pada Bulan Maret 2009. ( Tidak dipublikasikan).

internet
Muhammad, Masmun. 2011. Menakaran Implementasi Kesehatan Gratis di Sumatera Selatan, http : // www. Mahsunm.blokspot.com/2011/04/menakarimplementasi-kebijakan.html Sumeks, 20011, Yakin Tak Tumpang Tindih, http://www.sumeks.co.id

Você também pode gostar