Você está na página 1de 9

TUGAS PENGANTAR ILMU LINGKUNGAN M.

BAARIK KHOIRUMAN 2408100016

ANALISIS KEBIJAKAN PENGURANGAN EMISI CO2 TERKAIT DENGAN MASALAH GLOBAL WARMING

Pemanasan global (global warming) pada dasarnya merupakan fenomena peningkatan temperatur global dari tahun ke tahun karena terjadinya efek rumah kaca (greenhouse effect) yang disebabkan oleh meningkatnya emisi gas-gas seperti karbondioksida (CO2), metana (CH4), dinitrooksida (N2O) dan CFC sehingga energi matahari terperangkap dalam atmosfer bumi. Berbagai literatur menunjukkan kenaikan temperatur global termasuk Indonesia yang terjadi pada kisaran 1,540 Celcius pada akhir abad 21. Sejak dikenalnya ilmu mengenai iklim, para ilmuwan telah mempelajari bahwa ternyata iklim di Bumi selalu berubah. Dari studi tentang jaman es di masa lalu menunjukkan bahwa iklim bisa berubah dengan sendirinya, dan berubah secara radikal. Apa penyebabnya? Meteor jatuh? Variasi panas Matahari? Gunung meletus yang menyebabkan awan asap? Perubahan arah angin akibat perubahan struktur muka Bumi dan arus laut? Atau karena komposisi udara yang berubah? Atau sebab yang lain? Sampai baru pada abad 19, maka studi mengenai iklim mulai mengetahui tentang kandungan gas yang berada di atmosfer, disebut sebagai gas rumah kaca, yang bisa mempengaruhi iklim di Bumi. Apa itu gas rumah kaca? Sebetulnya yang dikenal sebagai gas rumah kaca, adalah suatu efek, dimana molekulmolekul yang ada di atmosfer kita bersifat seperti memberi efek rumah kaca. Efek rumah kaca sendiri, seharusnya merupakan efek yang alamiah untuk menjaga temperatur permukaaan Bumi berada pada temperatur normal, sekitar 30C, atau kalau tidak, maka tentu saja tidak akan ada kehidupan di muka Bumi ini. Pada sekitar tahun 1820, bapak Fourier menemukan bahwa atmosfer itu sangat bisa diterobos (permeable) oleh cahaya Matahari yang masuk ke permukaan Bumi, tetapi tidak semua cahaya yang dipancarkan ke permukaan Bumi itu bisa dipantulkan keluar, radiasi merah-infra yang seharusnya terpantul terjebak, dengan demikian maka atmosfer Bumi menjebak panas (prinsip rumah kaca). Tiga puluh tahun kemudian, bapak Tyndall menemukan bahwa tipe-tipe gas yang menjebak panas tersebut terutama adalah karbon-dioksida dan uap air, dan molekul-

molekul tersebut yang akhirnya dinamai sebagai gas rumah kaca, seperti yang kita kenal sekarang. Arrhenius kemudian memperlihatkan bahwa jika konsentrasi karbon-dioksida dilipatgandakan, maka peningkatan temperatur permukaan menjadi sangat signifikan. Semenjak penemuan Fourier, Tyndall dan Arrhenius tersebut, ilmuwan semakin memahami bagaimana gas rumah kaca menyerap radiasi, memungkinkan membuat perhitungan yang lebih baik untuk menghubungkan konsentrasi gas rumah kaca dan peningkatan Temperatur. Jika konsentrasi karbon-dioksida dilipatduakan saja, maka temperatur bisa meningkat sampai 1C. Tetapi, atmosfer tidaklah sesederhana model perhitungan tersebut, kenyataannya peningkatan temperatur bisa lebih dari 1C karena ada faktor-faktor seperti, sebut saja, perubahan jumlah awan, pemantulan panas yang berbeda antara daratan dan lautan, perubahan kandungan uap air di udara, perubahan permukaan Bumi, baik karena pembukaan lahan, perubahan permukaan, atau sebab-sebab yang lain, alami maupun karena perbuatan manusia. Bukti-bukti yang ada menunjukkan, atmosfer yang ada menjadi lebih panas, dengan atmosfer menyimpan lebih banyak uap air, dan menyimpan lebih banyak panas, memperkuat pemanasan dari perhitungan standar. Sejak tahun 2001, studi-studi mengenai dinamika iklim global menunjukkan bahwa paling tidak, dunia telah mengalami pemanasan lebih dari 3C semenjak jaman praindustri, itu saja jika bisa menekan konsentrasi gas rumah kaca supaya stabil pada 430 ppm CO2e (ppm = part per million = per satu juta ekivalen CO2 yang menyatakan rasio jumlah molekul gas CO2 per satu juta udara kering). Yang pasti, sejak 1900, maka Bumi telah mengalami pemanasan sebesar 0,7C. Lalu, jika memang terjadi pemanasan, sebagaimana disebut; yang kemudian dikenal sebagai pemanasan global, (atau dalam istilah populer bahasa Inggris, kita sebut sebagai Global Warming): Apakah merupakan fenomena alam yang tidak terhindarkan? Atau ada suatu sebab yang signfikan, sehingga menjadi populer seperti sekarang ini? Apakah karena Al Gore dengan filmnya An Inconvenient Truth yang mempopulerkan global warming? Tentunya tidak sesederhana itu.

Perlu kerja-sama internasional untuk bisa mengatakan bahwa memang manusia-lah yang menjadi penyebab utama terjadinya pemanasan global. Laporan IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change) tahun 2007, menunjukkan bahwa secara rata-rata global aktivitas manusia semenjak 1750 menyebabkan adanya pemanasan. Perubahan kelimpahan gas rumah kaca dan aerosol akibat radiasi Matahari dan keseluruhan permukaan Bumi mempengaruhi keseimbangan energi sistem iklim. Dalam besaran yang dinyatakan sebagai Radiative Forcing sebagai alat ukur apakah iklim global menjadi panas atau dingin (warna merah menyatakan nilai positif atau menyebabkan menjadi lebih hangat, dan biru kebalikannya), maka ditemukan bahwa akibat kegiatan manusialah (antropogenik) yang menjadi pendorong utama terjadinya pemanasan global

KONDISI CO2 DAN PENGARUHNYA PADA GLOBAL WARMING Karbon diaoksida (CO2), gas yang disinyalir oleh para ahli lingkungan berperan besar dalam terjadinya pemanasan global, telah menjadi isu dunia. Berbagai upaya untuk mengurangi emisi CO2 ke atmosfir terus dicari. Memahami faktor-faktor penentu dibalik emisi CO2 menjadi penting sebelum menetapkan kebijakan sebagai upaya pengurangan emisi. Data tahun 2000 (lihat Error: Reference source not found), emisi dari sektor rumah tangga, tidak termasuk transportasi kendaraan pribadi, memberikan kontribusi sebesar 11% dari total emisi nasional. Ini belum termasuk emisi tidak langsung dari konsumsi energi listrik, dimana konsumsi listrik rumah tangga mencapai 38,6% dari konsumsi energi listrik nasional.

Emisi CO2 Nasional


250 200 Juta Ton 150 100 50 0 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000

Pembangkit Listrik

Rumah Tangga & Komersial

Industri

Transportasi

Lainnya

Sumber: Departemen ESDM

Estimasi emisi CO2 dunia tahun 1989 yang dihasilkan dari aktifitas manusia sebesar 5,8 8,7 juta ton, dimana 71% - 89% berasal dari pembakaran bahan bakar fosil. Konsumsi energi memberikan kontribusi sebesar 75% terhadap emisi CO2 antropogenik dunia. Oleh karena itu perlu diadakan upaya-upaya yang harus dilakukan untuk mengurangi emisi CO2 . Protokol Kyoto 1997, yang bertujuan untuk memperlambat pemanasan global telah diberlakukan sejak Rabu 16 Februari 2005, tujuh tahun setelah tercapai kesepakatan untuk menerapkan pembatasan pada emisi karbon dioksida dan gas-gas lain yang menurut para ilmuwan menyebabkan naiknya suhu dunia, melelehkan gletser, dan membuat permukaan laut naik. Kesepakatan itu menyatakan perlunya pengurangan emisi sebesar 5,2 persen dari tingkat pada tahun 1990, sebelum tahun 2012.

Sejak 1800 konsentrasi CO2 di atmosfer bumi meningkat dari sekitar 280 ppm (volume) menjadi hampir 370 ppm pada saat sekarang. Kenaikan ini dipercepat dengan industrialisasi dan banyak bukti yang menunjukkan bahwa emisi CO2 berasal dari kegiatan manusia. Kontributor utama terhadap emisi CO2 ke atmosfer adalah pembakaran bahan bakar fosil (seperti pembangkit listrik, kendaraan) dan pembakaran hutan (terutama di daerah tropis). Estimasi emisi CO2 tahun 1989 yang dihasilkan dari dari aktifitas manusia sebesar 5,8 8,7 juta ton, dimana 71% - 89% berasal dari pembakaran bahan bakar fosil dan 10% - 28% dari pembakaran hutan.

KEBIJAKAN KEBIJAKAN ENERGI Untuk dapat menjamin pemenuhan kebutuhan energi dan sekaligus mengantisipasi isuisu perubahan iklim secara menyeluruh di sektor energi, perlu dilaksanakan analisa kebijakan penyediaan dan pemanfaatan energi serta penyusunan peraturan dan program yang memasukkan unsur-unsur mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. Dalam upaya mitigasi perubahan dari sektor energi, hal yang menjadi sorotan utama adalah berapa besar emisi GRK yang dihasilkan oleh kegiatan-kegiatan di sektor energi. Berdasarkan perhitungan yang dilakukan oleh Pusat Data dan Informasi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (Pusdatin DESDM, dahulu dikenal dengan Pusat Infomasi Energi PIE), emisi GRK dari sektor energi mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Sejak tahun 1990, emisi GRK dari sektor energi tumbuh sebesar 7% per tahun dengan pertumbuhan tercepat di sektor pembangkitan listrik, yaitu sebesar 9% per tahun (Tabel 1). Tabel 1 Perkembangan Emisi CO2 menurut Sektor

Penggunaan bahan bakar penyedia energi, indonesia didominasi dengan penggunaan bahan dari fosil. Dan dari tabel 1 di atas tampak, tiap tahunnya penggunaan energi selalu bertambah. Sedangkan persediaan bahan fosil semakin menipis dan lagi bahan fosil bukan merupakan SDA dapat diperbarui.

Oleh karena itu, Pemerintah mengeluarkan kebijakan energi yang mengurangi ketergantungan terhadap minyak bumi, menitikberatkan pada pemanfaatan energi alternatif dan mendorong efisiensi di sektor energi. Kebijakan energi ini ditetapkan dengan Peraturan Presiden No. 5 tahun 2005 tentang Kebijakan Energi Nasional (KEN). Perpres No. 5 Tahun 2005 ini pada intinya menetapkan sasaran pada tahun 2025 yaitu: 1. Tercapainya elastisitas energi lebih kecil 1 (satu) 2. Terwujudnya energi (primer) mix yang optimal, dengan pangsa masing-masing jenis energi: minyak bumi sebesar-besarnya 20% batubara minimal 33% gas bumi minimal 30% energi baru terbarukan minimal 17%

Untuk mencapai hal tersebut di atas, maka Pengelolaan Energi Nasional melakukan strategi dan progam yang yang bersifat dinamis yang dapat berubah sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan. Pengelolaan Energi Nasional membuat Rencana Umum Diversifikasi Energi, yaitu mengidentifikasi jenis-jenis energi yang akan memenuhi

pangsa bauran energi primer Indonesia pada tahun 2025. energi primer yang lebih optimal pada tahun 2025. Penyediaan energi primer pada tahun 2005-2025 dapat diproyeksikan pada 2 (dua) tabel pembanding berikut. Tabel 2 Proyeksi Energi Primer Indonesia tanpa Diversifikasi dan Konservasi

Tabel 3 Proyeksi Energi Primer Indonesia dengan Diversifikasi dan Konservasi

Apabila dihitung emisi GRK yang timbul berdasarkan pemakaian energi primer tersebut, maka akan diperoleh proyeksi emisi GRK dari sektor energi seperti pada Gambar 4 berikut.

Dengan perhitungan di atas menunjukkan bahwa emisi GRK dari sektor energi meningkat sesuai dengan peningkatan energi primer. Peningkatan rata-rata emisi GRK dari sektor energi tahun 2005-2025 akan sebesar 10%, setara dengan peningkatan energi primer 2005-2025 yaitu 11%. PENERAPAN KONSERVASI ENERGI Program konservasi energi merupakan salah satu kebijakan nasional yang ditetapkan dalam Perpres 5 Tahun 2005 (elastisitas < 1). Untuk mencapai target tersebut , Pemerintah telah mengeluarkan Instuksi Presiden No. 10 Tahun 2005 tentang Penghematan Energi dan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 0031 Tahun 2005 tentang Tata Cara Pelaksanaan Penghematan Energi . Kedua peraturan ini mewajibkan fasiltas yang dimiliki oleh institusi pemerintah untuk menerapkan upayaupaya efisiensi energi. Selain kewajiban (mandatory actions) tersebut, DESDM juga menetapkan program-program konservasi energi yang bersifat sukarela (voluntary) bagi masyarakat yaitu program Demand Side Mangement (DSM), Program Kemitraan Konservasi Energi, Standardisasi dan Labelisasi Peralatan Hemat Energi, pengembangan Manajer Energi, Clearing House Konservasi Energi dan Sosialisasi langsung Namun tidak dapat dipungkiri bahwa program konservasi energi, baik yang bersifat mandatory maupun voluntary, saat ini belum diterapkan secara luas oleh masyarakat akibat kurangnya aturan wajib dan informasi tentang penerapan konservasi energi di masyarakat. Salah satu program konservasi energi yang mendapat sambutan baik adalah Program Kemitraan Konservasi Energi. Pada awal penerapannya program ini telah mendapat sambutan dari pengelola gedung dan kalangan industri yang menjadi target program. Penerapan progam ini menunjukkan adanya kesadaran dan kesediaan masyarakat, terutama dari kalangan industri dan komersial untuk ikut serta dalam program konservasi energi nasional. Hal ini dapat menjadi acuan bagi penerapan program konservasi energi secara mandatory dan lebih luas di masyarakat.

Você também pode gostar