Você está na página 1de 10

TERM PAPER Credit Crisis dan AIG

American International Group, Inc atau biasa disebut AIG merupakan organisasi asuransi internasional yang beroperasi di lebih dari 130 negara dan wilayah. Jasa asuransi yang ditawarkan meliputi bidang komersial, institusi, individual, asuransi jiwa dan produk-produk jasa pensiun. 1 AIG merupakan lembaga finansial yang bersifat non-depository, di mana ia berfungsi lebih sebagai intermediaries ketimbang lembaga depository yang menerima deposito dari unit surplus dan menyediakan kredit untuk unit defisit. Jeff Madura mendefinisikan perushaan asuransi sebagai suatu perusahaan yang menyediakan insurance policies baik untuk individu maupun firma guna mengurangi beban finansial terkait dengan kematian, sakit ataupun kerusakan property. Sebagai gantinya, perusahaan membebankan biaya asuransi kepada pembeli insurance policies yang disebut premi. Perusahaan akan menyimpan dan menginvestasikan premi tersebut sampai pada saat mereka membutuhkan dana untuk membayar insurance claim/klaim asuransi. Biasanya perusahaan asuransi berinvestasi pada surat saham atau surat berharga (obligasi) yang diterbitkan oleh pemerintah ataupun swasta. Pencapaian perusahaan asuransi bergantung pada pencapaian daripada perusahaan maupun institusi di mana mereka menanamkan dananya.2 Pada tahun 2004-2006, di Amerika Serikat terjadi kenaikan yang luar biasa pada harga properti seperti rumah dan tanah. Dengan naiknya nilai properti, para lembaga finansial berlomba-lomba untuk mendapat keuntungan dari situasi ini melalui penerbitan hipotek (mortgage). Di dalam bukunya Mortgages What You Need to Know, David A. Muti, JD, RMA menjelaskan hipotek sebagai perjanjian surat berharga/surat hutang yang bertujuan untuk mendanai pembelian real estate (properti tak bergerak) seperti rumah, kondominium, apartemen, dsb dengan

1 2

http://www.aigcorporate.com/aboutaig/index.html Madura, Jeff. Financial Institutions and Markets 9th edition. 2010. Asia: Cengage Learning. Page 16

membayarkan terlebih dahulu properti tersebut lalu menerima cicilan pembayaran disertai bunga dari peminjam setelah dipotong down payment .3 Dana untuk hipotek sendiri dapat berasal dari commercial banks, saving institutions, perusahaan finansial, perusahaan hipotek maupun perusahaan asuransi. Namun ketika terjadi lonjakan harga real estate di Amerika Serikat, hampir seluruh lembaga finansial menginvestasikan dana mereka untuk kepemilikan hipotek itu sendiri ataupun kepemilikan surat berharga yang mendanai hipotek (mortgagebacked securities-MBS) dari secondary market. Pertimbangan mereka pada saat itu adalah dengan terus naiknya harga real estate, meskipun para pembeli jasa hipotek tidak mampu membayar ataupun tidak mampu melunasi (default) semua hutang berdasar tabel amortisasi, mereka tidak akan rugi. Seandainya sudah tidak mampu lagi melunasi, maka para lembaga finansial ini akan melakukan foreclosure (penyitaan barang jaminan) yaitu real estate itu sendiri. Dengan asumsi harga real estate yang terus meningkat, mereka bisa mendapat keuntungan lebih dengan menjual properti itu dengan harga yang jauh lebih tinggi dari pada harga awal saat hipotek dimulai. Intinya, default risk dan credit risk dianggap lebih kecil dibanding interest rate yang didapat beserta margin initial property price dengan harga real estate tersebut di masa depan. Berangkat dari pola pikir tersebut, lembaga finansial menurunkan standar credit worthiness yang meliputi kemampuan finansial peminjam, jumlah down payment yang mampu dibayarkan, tingkat pemasukan peminjam, sejarah kredit peminjam (good record atau bad record) dan jumlah uang yang dapat disimpan di luar pengeluaran kebutuhan hidup (saving/investment). Sehingga, masyarakat pun tergiur juga untuk membeli rumah, apartemen dan properti lainnya dengan iming-iming syarat yang mudah. Hal ini menyebabkan melonjaknya angka sub-prime mortgage, yaitu para peminjam yang dikategorikan sebagai peminjam yang credit worthiness nya sangat rendah dan memiliki default risk yang tinggi. Dengan tingginya credit risk, peran perusahaan asuransi sebagai penjamin sangat diminati terutama bagi lembaga yang menyuplai dana melalui MBS. AIG pada saat itu mengeluarkan produk baru yang bernama CDS credit default swap 4. CDS
3 4

http://www.mortgageswhatyouneedtoknow.com/ Madura, Jeff. Financial Institutions and Markets 9th edition. 2010. Asia: Cengage Learning. Page 218

dibuat melalui kontrak yang disetujui kedua belah pihak di mana AIG akan melindungi lembaga tersebut dari default risk. Lembaga tersebut hanya perlu membayar sejumlah uang secara rutin ke AIG sebagai pembayaran jasa. Lalu saat terjadi default (ketidakmampuan peminjam membayar), AIG yang akan mengcover sisa pembayaran tersebut sesuai dengan perjanjian dalam kontrak. Tahun 2007-2008 ternyata angka default meningkat drastis yang

mengakibatkan anjloknya harga real estate. Nilai rumah yang tadinya sebagai jaminan apabila terjadi default menjadi sangat rendah. Pada awal 2009, paling sedikit 10% dari total pemilik rumah di Amerika Serikat mengalami keterlambatan pembayaran hipotek ataupun sudah tidak mampu lagi membayar cicilan hipotek. Hal ini mengakibatkan terjadinya credit crisis. 5 AIG yang pada tahun 2008 telah memiliki kontrak CDS senilai $440 Milyar USD
6

mengalami kesulitan luar biasa dalam usaha mengcover klaim asuransi yang

diajukan oleh para lembaga finansial yang telah membeli kontrak penjaminan AIG. Karena sebagian besar dari total CDS tersebut adalah sub-prime mortgage. Apabila jumlah klaim asuransi tidak terlalu banyak, AIG pasti masih mampu membayar dengan premi ataupun pendapatan dan bunga dari investasi lainnya. Tetapi apabila serentak terjadi klaim, maka AIG akan mengalami kesulitan likuiditas, semua dana masih dalam bentuk aset tidak bergerak, surat berharga, surat utang, deposito, dll. Mereka tidak memiliki uang tunai yang cukup untuk membayar semua. Berikut adalah tabel timeline AIG dari tahun 2007 sampai dengan 2009. Semua tabel diambil dari: http://www.wikinvest.com/stock/American_International_Group_(AIG)/WikiChart

5 6

Madura, Jeff. Financial Institutions and Markets 9th edition. 2010. Asia: Cengage Learning. Page 22 Madura, Jeff. Financial Institutions and Markets 9th edition. 2010. Asia: Cengage Learning. Page 410

Dari tabel di atas ini, terlihat bahwa terjadi penurunan drastis pada Area R. Pada bulan Agustus 2007, tercatat dari seluruh aset AIG baik dalam bentuk tunai maupun aset sebesar $814 Milyar USD, sekitar 3,6% merupakan dana yang diinvestasikan untuk sub-prime mortgage backed securities. Hingga pada bulan November 2007, kerugian AIG yang disebabkan Credit Default Swap tercatat mencapai $352 Juta USD.
7

Pada tahun 2008, keadaan AIG semakin menurun dengan kerugian yang telah membengkak tercatat sebesar $20.6 Milyar hingga bulan Mei 2008 (lihat Area L). Pada akhir Mei 2008 pun (lihat Area K), Moodys Investor Agencies sebagai agensi
7

http://www.propublica.org/article/article-aigs-downward-spiral-1114

yang menentukan credit rating grades menurunkan pringkat AIG dari AAA (highest quality) menjadi Aa3 atau setara dengan AA- (high-medium quality). 8 Parahnya lagi, credit crisis menyebabkan hilangnya kepercayaan unit surplus untuk menginvestasikan dana mereka ke lembaga finansial. Dengan begini, aliran dana dari unit surplus menurun dan otomatis para uni defisit semakin terpuruk dengan keterbatasan dana yang tersedia (loanable funds) yang tentunya akan menyebabkan naiknya biaya peminjaman yaitu naiknya suku bunga kredit. AIG pun tidak bisa mendapat banyak pinjaman dengan bunga yang relatif rendah untuk mengcover kerugian. Ketika credit crisis semakin memburuk, pemerintah dapat melakukan bailout. Mereka melakukan intervensi dengan cara memberikan bantuan dana tunai guna meningkatkan likuiditas AIG. Sesuai dengan Emergency Economic

Stabilization Act of 2008, pihak Treasury menyuntikkan dana sebesar $700 Milyar USD ke dalam sistem finansial. Dengan syarat TARP (Troubled Assets Relief Program) yang memperbolehkan Treasury membeli MBS dengan harga yang pantas dari AIG sehingga AIG memegang uang tunai ataupun membiarkan pihak Treasury menginvestasikan sejumlah uang ke bank-bank komersial sebagai modal mereka untuk mengcover kerugian-kerugian dan melanjutkan peminjaman. 9

8 9

http://www.wikinvest.com/stock/American_International_Group_(AIG)/WikiChart Madura, Jeff. Financial Institutions and Markets 9th edition. 2010. Asia: Cengage Learning. Page 221

Setelah pemberian kompensasi oleh Federal Reserves System/The Fed Bank Sentral AS kepada 11 top-executives AIG pada tahun 2007 sebesar $44 Juta USD 10, AIG kembali mengajukan peminjaman kepada The Fed sebesar $37.8 Milyar USD dengan jaminan MBS yang dimiliki AIG (lihat Area G). Kerugian sebesar $24.5 Milyar USD pada kuartal ke-3 tahun 2008 membuat AIG kembali menjual asetnya dengan program TARP untuk mendapat pinjaman $40 Milyar USD dari The Fed (lihat Area F). Total dana bantuan yang telah diterima AIG dari The Fed mencapai $152.5 Milyar USD sampai pada bulan Februari 2009. 11

Mengenai Bailout: Seandainya AIG dibiarkan jatuh atau gagal begitu saja, hal ini akan berdampak sangat buruk pada lembaga finansial lainnya. Akan banyak sekali lembaga finansial lainnya yang sangat mungkin bahkan pasti terseret dan ikut jatuh bangkrut. Karena di sini AIG bertindak lebih sebagai intermediaries yang menjamin para lembaga finansial lainnya yang mendanai mortgage maupun mortgage-backed security. Dengan dibiarkannya AIG jatuh, secara otomatis para lembaga finansial yang telah memiliki kontrak dengan AIG kehilangan perlindungan dan ikut ambruk.

10 Madura, Jeff. Financial Institutions and Markets 9th edition. 2010. Asia: Cengage Learning. Page 254 11

http://www.propublica.org/projects/aig_timeline_20081114/aigtimeline.html

Mengapa depository institutions dan non-depository institutions terlibat semua? Hal ini dikarenakan oleh keserakahan yang mengakibatkan kurang teliti dalam menilai resiko pada saat harga real estate terus meningkat pada tahun 2004 sampai dengan 2006. Pada saat itu di Amerika Serikat, dari commercial banks, saving institutions, securities firm sampai pension funds institutions semuanya berlombalomba menginvestasikan dana dalam MBS yang mereka beli di secondary market, semua membeli dalam jumlah yang cukup banyak. Tanpa memperdulikan sub-prime mortgage yang memiliki credit risk dan default risk yang sangat tinggi, semua percaya bahwa meskipun para peminjam tidak dapat membayar, toh mereka telah mendapat untung dari interest rate mortgage dan seandainya sampai harus terjadi foreclosure pun tidak masalah. Asumsinya harga real estate yang terus meningkat, hingga semisal terjadi default, mereka tinggal menyita real estate tersebut dan menjualnya dengan harga yang pastinya lebih tinggi daripada initial price yang ada pada awal kontrak. Mereka tidak memperhitungkan kemungkinan tingginya default yang akan mengakibatkan turunnya permintaan terhadap real estate dan akhirnya turunnya harga real estate itu sendiri. Hal ini seperti efek bom waktu, mereka menyadari bahwa suatu saat para peminjam tidak akan mampu lagi dan default terjadi, namun tetap dibiarkan saja. Lalu kemungkinan terjadinya inflasi yang disebabkan oleh terlalu banyak uang yang beredar di masyarakat oleh karena kemudahan memperoleh kredit (low interest rate in borrowing) yang mendorong prilaku konsumtif. Demand pull inflation menyebabkan harga barang naik dan inflasi mampu mengakibatkan kredit macet (credit crisis) yang menyebabkan para investor/surplus unit tidak mau lagi berinvestasi (supply of loanable funds turun, interest rate naik, biaya kredit mahal) yang lalu mendorong low-growth economy dan akhirnya krisis moneter. Dalam bayangan mereka pada saat itu, credit risk dan default risk jauh lebih kecil dibandingkan dengan interest rate yang ditawarkan ditambah lagi dengan margin intial price real estate dengan current price yang diprediksi akan berlipat ganda. Terlebih lagi, banyak sekali lembaga finansial yang waktu itu sudah terlanjur membeli MBS namun menyadari resiko default yang cukup besar, berbondongbondong mengasuransikan diri dengan kontrak credit-default-swap ke perusahaanperusahaan asuransi. AIG sebagai perusahaan asuransi terbesar di Amerika Serikat muncul sebagai perusahaan dengan profil yang paling menjamin dengan credit rating AAA. Semua percaya bahwa AIG pasti sanggup menutup sisa peminjaman mortgage

yang belum lunas. Lembaga-lembaga finansial lebih memilih untuk membayar sebesar uang kepada AIG secara rutin (setiap 3 bulan biasanya) sebagai biaya jasa penjaminan yang jumlahnya tidak ada artinya dibandingkan dengan kerugian yang harus mereka tanggung sendiri untuk mengcover default mortgage. Keputusan pemerintah AS untuk memberi bailout kepada AIG dapat dikatakan menguntungkan hampir semua pihak termasuk lembaga finansial waktu itu. Sebab, sebaga pihak perusahaan asuransi yang menjamin credit default, otomatis AIG menjadi pihak akhir yang harus menanggung semua klaim default. Dengan dana dikucurkan kepada AIG, masalah likuiditas AIG teratasi dan AIG dapat mengcover setidaknya sebagian besar dari klaim lembaga finansial lainnya. Hal ini akan menghindarkan perusahaan-perusahaan finansial yang kapasitasnya di bawah AIG dari kebangkrutan. Bila terjadi kebangkrutan masal dalam sector finansial, sudah pasti ekonomi Amerika akan terperosok dan porak poranda. Perlu diingat bahwa uang-uang dan dana investasi itu semua berasal surplus unit. Supplier untuk loanable funds sendiri didominasi oleh rumah tangga yaitu masyarakat sendiri, baru pemerintah. Seandainya AIG tidak mampu memenuhi klaim lembaga finansial, otomatis lembaga finansial tidak mampu mengembalikan dana masyarakat yang sudah ditanamkan Akhirnya pun masyarakat yang akan menderita . kehilangan uang yang semestinya diharapkan berbunga malah digunakan dengan kurang hati-hati oleh para speculator yang serakah. Mungkin bagi investor besar tidak terlalu terasa, namun bagi rakyat menengah ke bawah y ang berharap dengan lebih memilih investasi ketimbang menabung saja akan mendapat yield yang lebih tinggi, malah uangnya tidak bisa kembali. Berpikir sampai pada titik terburuk, sikap anakris akan terjadi guna memprotes ketidakpedulian pemerintah yang tidak memberi bailout. Selain itu, intervensi pemerintah terhadap credit crisis sangat menguntungkan sistem lembaga finansial yang mendominasi dan memutarkan mayoritas dana di Amerika Serikat. Data menunjukkan bahwa aset perusahaan asuransi mencapai 14% yaitu sekitar $6,324 Milyar USD dari total aset finansial. Ditambah lagi dengan commercial banks, pension funds, finance companies dan saving institutions yang secara keseluruhan menduduki 53% atau sebesar $24,644 Milyar USD.12 Tentunya
12

Madura, Jeff. Financial Institutions and Markets 9th edition. 2010. Asia: Cengage Learning. Page 18

gabungan keduanya telah mencapai lebih dari separuh aset lembaga finansial Amerika Serikat. Dengan memberikan bailout kepada AIG yang lalu mengcover lembaga finansial lainnya dan pada akhirnya masyarakat, secara harafiah dapat dikatakan menyelamatkan lembaga finansial beserta seluruh rakyat Amerika Serikat. Kesimpulannya, AIG tidak boleh dibiarkan jatuh bangkrut dan gagal. Langkah pemerintah memberikan bailout sudah sangat tepat. Ada beberapa argumen yang mendukung mencegah jatuhnya AIG. Yang perlu dipertimbangkan adalah pentingnya memulihkan trust dari masyarakat terhadap system finansial AS beserta pemerintah AS, efek domino yang dapat terjadi dengan jatuhnya AIG, kesejahteraan masyarakat dilihat dari segi keamanan dan keteraturan yang sudah ada. Tidak percayanya surplus unit/masyarakat terhadap lembaga finansial akan berakibat pada sangat terbatasnya loanable funds yang tersedia bagi defici unit. Dengan begitu, interest rate akan naik dan membuat biaya kredit ikut naik sehingga orang tidak mau meminjam. Kemudian akan terjadi stagnansi pada pertumbuhan ekonomi yang melambat, pemecetan besar-besaran, meningkatnya angka

pengangguran dan menurunnya kesejahteraan masyarakat AS. Dengan pemerintah mendukung AIG melalui suntikan bailout, para lembaga finansial dapat memulihkan kepercayaan masyarakat terhadap system dan kekuatan finansial AS. Dengan begitu, investasi dapat perlahan meningkat dan akhirnya mendorong perekonomian AS dan membuka lapangan pekerjaan guna mengurangi angka pengangguran juga. Efek domino dari runtuhnya perusahaan asuransi finansial sekaliber AIG (terbesar di dunia) sangat berbahaya. AIG dengan tanggung jawabnya terhadap lebih dari operasi di 130 negara dengan pemasukan sekitar $100 Milyar USD per tahun 13 memiliki dampak terhadap sector finansial yang lebih besar dari lembaga finansial lainnya. Keterbatasan dana pemerintah AS memaksa pemerintah untuk memilih menyelamatkan beberapa saja, tidak semuanya. Apabila pemerintah memilih menyelamatkan security firm misalnya, Lehman Brothers, maka yang terselamatkan hanya beberapa lembaga saja yang berhubungan dengan Lehman Brothers. Cakupan

13

Madura, Jeff. Financial Institutions and Markets 9th edition. 2010. Asia: Cengage Learning. Page

658

SWAP netowork AIG jauh lebih besar daripada lembaga finansial manapun lainnya pada saat itu. Sehingga memilih menyelamatkan AIG sama dengan menyelesaikan masalah mulai dari akarnya. Efek domino kejatuhan AIG tidak dapat dibiarkan begitu saja. Yang terakhir adalah kepentingan pemerintah AS dalam menjaga stabilitas dan keamanan yang telah ada tidak dapat diremehkan. Susah payah pemerintah AS mencapai kondisi yang stabil dan aman, dalam artian tidak ada gerakan anarkis maupun teroris yang mengugat pemerintah AS yang terjadi dari masyarakat AS sendiri. Selama ini keadaan berada dalam kontrol kendali pemerintah dan AS sangat mementingkan keadaan yang terkendali tanpa intervensi kekerasan pihak pemerintah melebihi apapun terkait dengan nilai demokrasi dan HAM mereka. Apabila masyarakat merasa tidak puas karena pemerintah tidak memberikan bailout mengganti uang masyarakat yang hilang, mssyarakat akan menilai hal ini sebagai ketidakpedulian pemerintah terhadap kesejahteraan masyarakatnya. Protes terhadap pemerintah sangat mungkin dilakukan dengan cara yang lebih anarkis guna menarik perhatian dengan merusak fasilitas umum misalnya, atau merangsek memasuki gedung parlemen, membakar mobil-mobil pemerintah sampai pada kemungkinan terjadinya pemogokan kerja masal yang mempengaruhi produktivitas dan ekonomi AS apabila tuntutan masyarakat idak dipenuhi. Masyarakat yang kecewa tentunya akan menghalalkan segala cara, tidak ada lagi yang mereka takuti, toh me reka sudah tidak memiliki uang. Kriminalitas akan meningkat sebagai hasil dari cara orang-orang untuk bertahan hidup dengan mencuri, menjarah, bahkan membunuh untuk makan. Perut yang lapar akan meruntuhkan rasionalitas dan kemarahan yang berlebihan akan mendorong orang untuk melakukan apapun. Pemerintah AS tentunya tidak menginginkan chaos terjadi.

Você também pode gostar