Você está na página 1de 11

BAB IV BIAYA BAHAN BAKU

Bahan Baku merupakan bahan yang membentuk bagian menyeluruh produk jadi, Masalah khusus yang berhubungan dengan bahan baku : Produk Rusak ( Spoilage Goods ) Produk Cacat ( Defective Goods ) Sisa Bahan ( Scrap Materials)

Produk Rusak Produk Rusak adalah produk yang rusak ditengah pengerjaan (proses), dimana produk rusak rusak tsb tidak dapat diperbaiki kembali tetapi dapat dijual dengan harga yang lebih rendah dari produk jadi

Contoh: Perusahaan tenun dimana produk normal, lebar kain 90 cm tetapi karena keliru proses ada beberapa meter yang terpotong tinggal 60 cm, maka kain dengan lebar 60 cm tsb disebut produk rusak.

AKUNTANSI PRODUK RUSAK (SPOILAGE GOODS ACCOUNTING) Untuk produk yang rusak dalam proses, ada dua kemungkinan : 1. Biasa terjadi (normal) 2. Tidak biasa terjadi (tdk normal)

1. Biasa Terjadi (Normal) Apabila produk rusak dalam pengerjaan memang normal terjadi, maka produk rusak tersebut dinilai realisasinya dan dimasukkan sebagai persediaan produk rusak,nilai realisasinya yang diperkirakan ini dikurangi biaya produksi total. Contoh 1 : Perusahaan buku tulis memproduksi 10.000 unit buku, dari 10.000 unit 10% rusak (hal ini normal terjadi). Bahan baku yang digunakan Rp. 100.000,- Upah Langsung Rp. 80.000,- dan Overhead Pabrik dibebankan Rp. 100.000,- (100% dari bahan). Hasil penjualan produk rusak Rp. 10.000

CATATAN UNTUK NORMAL SPOILAGE : a) Mencatat Biaya Produksi Total

Barang Dalam Proses Persediaan Bahan Upah langsung Overhead Pabrik

Rp 280.000 Rp 100.000 Rp 80.000 Rp 100.000

b) Mengakui Produk Rusak sebagai Persediaan Persediaan Produk Rusak Produk dalam Proses Rp 10.000 Rp 10.000

Dari catatan tersebut bisa diketahui nilai persediaan per unit sebagai berikut : Produk rusak perunit Rp 10.000 : 1.000 unit = Rp 10 Produk jadi normal perunit Rp 280.000 Rp 10.000 : 9.000 unit = Rp 30 (Lebih Mahal)

2. Tidak Biasa Terjadi (Up Normal Spoilage) Apabila produk rusak jarang terjadi atau tidak biasa terjadi, maka produk rusak tersebut diperlakukan sbb : Selisih antara Biaya Produksi Perunit dengan nilai jual produk rusak dengan biaya produksi perunit segera diakui sebagai kerugian, yaitu prosedur pertama menghitung biaya produksi per unit normal, kemudian mengurangi biaya produk normal dengan nilai jual yang bisa direalisasikan. Dengan contoh yang sama pada normal spoilage, maka pencatatan yang dilakukan terhadap upnormal spoilage sbb :

a) Mencatat Biaya Produksi Barang Dalam Proses Persediaan Bahan Upah langsung Overhead dibebankan Rp 280.000 Rp 100.000 Rp 80.000 Rp 100.000

(Biaya produksi perunit (termasuk spoilage)= Rp 280.000:10.000 = Rp.28 b) Mengakui kerugian karena produksi rusak Kerugian Produk rusak Persediaan Produk Rusak Barang dalam proses Rp 18.000 Rp 10.000 Rp 28.000 (Rp 28 x 1.000 unit)

CATATAN : Dalam Up Normal Spoilage biaya produksi jadi normal perunit tidak dipengaruhi oleh adanya produk rusak yaitu tetap Rp 28,-/unit

Rp 280.000 (Rp 28 x 1.000 unit) = Rp 28 9.000 unit

PRODUK RUSAK DALAM PENENTUAN HARGA POKOK PROSES Apabila produk rusak terjadi pada perusahaan yang menentukan biaya produksi berdasar metode proses,maka perlakuan produksi rusak dapat dilakukan di antara dua kemungkinan (tergantung apakah rusaknya normal atau tidak normal)

1. Produk Rusak Tidak Normal terjadi

Diakui sebagai kerugian besar selisih biaya produksi dengan hasil jual (nilai jual) produk rusak. Dengan demikian tidak mempengaruhi equivqlen unit untuk menghitung biaya perunit. (Laporan harga pokok produksi sama dengan rusak di akhir proses) == dibebankan produk jadi - biaya produksinya jadi lebih tinggi

2. Produk rusak normal terjadi

Diakui sebagai keuntungan (pendapatan) lain-lain pada waktu penjualan produk rusak,dan equivalen unit rusak memperhitungkan adanya produk rusak. (Laporan Harga pokok produksi sama dengan rusak di awal proses ==terjadi penyesuaian

PRODUK CACAT (DEVECTIVE GOODS ACCOUNTING) Adalah produk yang rusak selama pengerjaan tetapi produk rusak ini dapat diperbaiki kembali kemudian dijual seperti produk lainnya Contoh 2 : Perusahaan Konveksi dalam prmbuatan produknya sering terjadi salah jahit atau salah potong, tetapi bagian cacat tersebutdapat dipotong dan diganti dengan yang normal sehinggA kembali menjadi produk jadi yang umumnya(normal)

AKUNTANSI PRODUK CACAT (DETECTIVE GOODS ACCOUNTING) Pada umumnya biaya yang dikeluarkan untuk memperbaiki kembali produk rusak tersebut dibebankan ke Biaya Overhead Sesungguhnya. Contoh 3 : Pada waktu periode didapat 100 produk cacat dari 5.000 pengerjaan produk, biaya yang diperlukan memperbaiki digunakan biaya bahan baku Rp.10.000 upah langsung Rp.5.000 dan Overhead pabrik dibebankan Rp 5.000. Biaya Produksi yang telah dikeluarkan sebelum perbaikan produk rusak bahan 1 juta upah langsung Rp 750 rb overhead pabrik Rp 750 rb JURNAL : a) Mencatat Biaya Produksi Barang dalam proses Persediaan bahan baku Gaji dan upah Overhead pabrik b) Mencatat Perbaikan produk Rusak Biaya Overhead Pabrik sesungguhnya Persediaan bahan Upah Langsung Rp 20.000 Rp Rp 10.000 5.000 Rp 2.500.000 Rp 1.000.000 Rp Rp 750.000 750.000

Overhead Pabrik dibebankan c) Mencatat Produk Jadi Persediaan barang jadi Barang dalam proses Rp 2.500.000

Rp

5.000

Rp 2.500.000

SISA BAHAN (SCRAP MATERIALS) Sisa bahan yaitu sisa sisa bahan produk akibat proses produksi yangtidak bisa dihindari.

Contoh 4: Dalam perusahaan penggergajian kayu, dibuat kayu ukutan @ 5 m tetapi panjang bahan ada yang 5,5 m, 6 m dan sebagainya setelah dipotong2 @ 5 m timbul sisa2 kayu 0,5 m,1 m,dan seterusnya.Sisa2 ini bisa dijual tersendiri dan disebut scrapt

AKUNTANSI UNTUK SISA BAHAN Sisa bahan pada umumnya dapat dijual, sehingga pencatatan atau hasil penjualan sisa bahan tsb. Pada harga pokok proses hasil penjualan sisa bahan dikreditkan pada biaya overhead pabrik sesungguhnya sedangkan pada metode harga pokok pesanan hasil jual sisa bahan (scrapt) dikreditkan pada barang dalam proses dan dikurangkan pada harga pokok pesanan yang dihubungkan dengan sisa bahan tsb.

Contoh :

Sisa bahan suatu periode dijual sebesar Rp 10.000 Maka Jurnal untuk metode proses sbb:

Kas Biaya Overhead Pabrik sesungguhnya

Rp 10.000 Rp 10.000

Contoh 6: Sisa bahan senilai Rp 10.000 diatas terjadi atas (job order) pesanan Tuan X maka perlakuannya sbb: Kas Barang Dalam Proses Bahan Rp 10.000 Rp 10.000

1. Metode Harga Jual Relatif

Dengan tidak mempemperhitungkan adanya produk sampingan (dianggap tidak ada) dan tidak ada biaya terpisah (separable cost)

2. Metode Unit Rata rata

Dalam metoda unit produksi rata rata,maka biaya bersama dibebankan ke produk berdasar

BAB V PRODUK BERSAMA ( JOINT PRODUCT) PRODUK SAMPINGAN (BY PRODUCT)

Produk bersama dapat diartikan produk yang diproduksi bersama dengan menggunakan satu jenis bahan atau satu kelompok biaya tetapi hasil jadinya (produk jadinya) menjadi beberapa jenis.Produk sampingan yaitu barang jadi yang dihasilkan dari satu kelompok biaya (bahan baku) perbedaannya antara produk bersama dgn produk sampingan terletak pada nilai produk jadinya.

Kriteria Nilai Jual Pembuatan produknya Harga Pokok Produksinya

Produk Bersama Relatif tinggi Tujuan Utama Alokasi Sebanding

Produk Sampingan Lebih Rendah Sampingan (tdk bertujuan memproduksi produk ini) Sampingan tidak dibebani biaya Produksi

Biaya bersama terjadi selama biaya tsb belum dibebankan ke masing2 produk, pada saat biaya bersama dipisahkan masing2 produk (disebut masa pemisahan/ Split off) apabila sesudah itu terjadi tambahan biaya untuk memproses lebih lanjut biaya ini disebut biaya terpisah (separable cost) dan dibebankan langsung ke masing2 produk.

ALOKASI BIAYA BERSAMA Untuk membebankan biaya bersama ke masing2 produk bisa digunakan metode: 1) Harga Jual Relatif 2) Unit Produk rata-rata 3) Rata rata tertimbang Contoh:

PT ABC mengeluarkan biaya bersama sebesar Rp 9.000.000 produk bersama berupa produk sabun X dan produk sabun Y dan sabun cuci ( sx,sy,sc) masing-masing unit yang dibuat sx 30.000 unit, sy 40.000 unit, sc 20.000 unit, harga jual perunit masing2 sx Rp 200, sy Rp 150, sc Rp 150

1. Metode Harga Jual Relatif 2. Metode Unit Produksi Rata rata Maka biaya bersama dibebankan ke produk berdasar jumlah unit yang diproduksi, makin besar unit diproduksi dibebani biaya produksi, metoda ini kurang tepat untuk digunakan bagi produk yang hasilnya jualnya mempunyai perbedaan yang besra antara produk satu dengan yang lainnya. 3. Metode Rata rata Tertimbang Metode yang digunakan u menyempurnakan metoda unit produksi, dalam metode rata rata tertimbang, unit diproduksi harus dicari bobotnya (timbangannya) sehingga Pembagian biaya bersama akan lebih tepat

PERLAKUAN PRODUK SAMPINGAN (BY PRODUCT) Ada beberapa cara u memperlakukan produk sampingan yakni: 1. Diakui sebagai tambahan penjualan 2. Dikurangkan pada HPP 3. Dikurangkan pada Harga pokok Produksi 4. Diakui sebagai pendapatan lain2

BAB VII METODA PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI (VARIABEL COSTING dan FULL COSTING)

Harga Pokok Variabel (Variabel Costing)/ Direct Costing adalah metode penentuan harga pokok produksi dimana hanya elemen biaya produksi variable saja yang diperhitungkan sebagai elemen biaya produksi Perbedaan dengan Full Costing terletak pada elemen biaya untuk menentuakan harga pokok prosduksi. Pada Full costing Harga pokok produksi termasuk biaya tetap yg terdapat pada biaya2 overhead pabrik masuk dalam penentuan harga pokok produksi.

JENIS BIAYA Bahan Baku (Variabel) Upah Langsung (variable) Overhead Pabrik Variabel Overhead Pabrik Tetap Harga Pokok Produksi

Full COSTINg Rpxxx Rpxxx Rpxxx Rpxxx Rpxxx

Variabel Costing Rpxxx Rpxxx Rpxxx

Rpxxx

Dlm metode variable costing biaya tetap mempunyai pengertian, biaya harus dibayar seluruhnya tanpa dipengaruhi oleh kapasitas, atau biaya yang berhubungan dengan waktu yang disebut sebagai period cost,Dengan pengertian tsb maka bisa dipahami bahwa biaya tetap produksi (yg trdpt pd Overhead pabrik tetap) tidak dimasukkan sebagai elemen harga pokok produksi,sebab harga pokok produksi ditentukan dari kapasitas sesunnguhnya sedangkan overhead pabrik tetap dibebankan berdasarkan tariff yang ditentukan pada kapasitas normal

Biaya Overhead Tetap satu periode: Gaji mandor bulanan Penyusutan mesin dan gudang Bahan Bakar Listrik Asuransi Dan lain2

Jam mesin sebagai dasar pembebanan overhead normal 1000 jam atau tariff overhead pabrik tetap perjam Rp 1.000. Menurut Variabel costing BOP tetap sebesar Rp 1.000.000 harus dibebankan seluruhnya pada periode tsb karena biaya2 tsb tidak dapat ditangguhkan. Full Costing Penjualan Harga Pokok Penjualan: BB UPL RP RP RP Variabel Costing Penjualan BIaya Variabel : BB UPL BOP VAriabel RP RP Rp xxx (+) Rpxxxx(-) RPxxxx

BOP Variabel RP BOP Tetap RPxxx(+) RPxxx (-)

Biaya produksi Variabel

Biaya Produksi

(Biaya Prod Var x jml prod) Marginal Income/CM RPxxxx

(Biaya produksi/unitxJml yg diprod) Laba Kotor Biaya Operasi : Selisih Kapasitas: (KN-K,Ses)xBOP Tetap /unitRpxxx Laba RPxxx Rp

(total penjualan Biaya Variabel Biaya Tetap Produksi Rpxxx Operasi Rpxxx(+) Rpxxxx(-) Laba Bersih Rpxxxx

Latihan 1 Sebuah perusahaan memiliki data produksi penjualan sbb: Jumlah produk dijual 8.000 unit harga jual perunit Rp 1.000 tidak ada persediaan awal, biaya prod per unit variable Rp.150,/unit,terdiri dari BB Rp 200, UPL Rp 250BOP variable Rp 150/unit BOP tetap total 1 juta KN 10rb unit prod dan prod sesungguhnya 9.000 unit .By operasi terdiri dari Biaya penjualan Variabel Rp 25/unit dan biaya penjualan tetap Rp.200/periode,By adm &umum Rp.250.000 Jawab: BOP tetap/unit = BOP tetap Kapasitas Normal = 1000.000= RP100 10000

Manfaat Direct costing bagi manajemen adalah variable costing menyajikan data yang bermanfaat untuk pembuatan keputusan jangka pendek. Dalam pembuatan keputusan jangka pendek yang menyangkut mengenai perubahan volume kegiatan,period cost tidak relevan karena tidak berubah dengan adanya perubahan volume kegiatan.Variabel costing khususnya bermanfaat u/penentuan harga jual jangka pendek

BAB VIII BIAYA STANDAR (STANDARD COST)

By. Standar: 1. By yg seharusnya terjadi u membuat satu unit produk 2. By prod yg d tentukan d muka u mengukur pelaksanaan (pengeluaran) by,prod sesungguhnya. Berdasarkan kegunaan dan tujuannya dapat d susun: 1. Standar Ideal 2. Standar yg diharapkan 3. Standar Normal?ekonomi (paling tepat) Menyusun analysis varian

3 Kelompok penyusunan biaya Standar: 1. By Standar bahan Baku Harga bahan bakux jumlah unit BB yg digunakan u/membuat 1 unit produk jadi

2. By Standar Upah langsung Tarif upah/jamxjumlah jam yang dibutuhkan u/membuat 1 unit produk jadi

3. By Standar BOP Tarif Perdasar Pembebanan (Jam mesin/jam)x Dasar pembebanan yang diperlukan (standar)

Penyimpangan standard (Variance)

Padaumumnya ada perbedaan antara biaya menurut standar dengan pelaksaanaannya itu disebut Selisih (variance)

SELISIH BAHAN BAKU: 1. Selisih By. Bahan Baku By.BB ses. By BB Standar Selisih By.BB Rpxxx Rpxxx Rpxxx(M/TM)

Sebab2 (analisis) By,BB: 1. Selisih harga Bahan Baku Harga Standar BB/unit-Harga Ses BB/unitxJml BB Ses (yg d gunakan) 2. Selisih pemakaian bahan baku Pemakaian BB standar-Pemakaian BB ses)x harga BB standar

SELISIH UPAH Upah langsung ses. Upah langsung Standar Selisih Upah langsung Rpxxx Rpxxx Rpxxx(M/TM

Analisis selisih upah: a. Selisih tariff: Tariff standar/unit-tarif ses/unit x jam ses yg digunakan

b. Selisaih efisiensi: Pemakaian jam standar-pemakaian ses x tariff standar

SELISIH BOP PABRIK

Dasar penentuan BOP: 1. Jam/kapasitas Normal 2. Jam Kapasitas Standar 3. Jam kapasitas sesungguhnya

SELISIH OVERHEAD PABRIK :

Overhead Pabrik ses. Overhead Pabrik Standar Selisih Overhead Pabrik

Rpxxx Rpxxx Rpxxx(TM/M)

Analisis selisih OVERHEAD PABRIK: 1. Analisis dua selisih : a. Selisih Pengawasan : By Overhead Pabrik sesungguhnya d bayarkan By Overhead Pabrik tetap total (anggaran) By Overhead Pabrik Variabel ses By Overhead Pabrik variable pada jam standar Selisih pebgawasan b. Selisih Volume Jam normal- jam syandarx tariff overhead tetap perjam Rpxxxx Rpxxxx (-) Rpxxxx Rpxxxx(-) rpxxxx

ANALISIS TIGA SELISIH a. Selisih Anggaran By Overhead Pabrik sesungguhnya d bayarkan By Overhead Pabrik tetap total (anggaran) By Overhead Pabrik Variabel ses By Overhead Pabrik variable pada jam ses Selisih anggaran b. Selisih Kapasitas Jam normal- jam ses x tariff BOP tetap c. Selisih effisiensi Jam ses- jam standar x tariff overhead pabrik( standar variable+tetap) Rpxxxx Rpxxxx (-) Rpxxxx Rpxxxx(-) rpxxxx

ANALISIS EMPAT SELISIH a. Selisih anggaran b. Selisih Kapasitas c. Selisih Efisiensi Variabel Jam ses-jamstandar x tariff Overhead Variabel d. Selisih Efisiensi tetap: Jam ses jam standar x tariff overhead tetap

Você também pode gostar