Você está na página 1de 29

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian a. Lokasi Penelitian Penelitian tentang aspek perilaku ibu dan budaya mengenai status gizi buruk pada balita di Desa Kelinjau Ulu Kecamatan Muara Ancalong Kabupatei Kutai Timur. Secara umum keadaan topografi Desa Kelinjau Ulu adalah dataran rendah dengan batas utara adalah Desa Long Nah, batas timur adalah Kecamatan Muara Bengkal, batas barat adalah hutan rimba dan batas selatan adalah Desa Kelinjau Ulu. Desa Kelinjau Ulu merupakan daerah pertanian dan perkebunan sehingga cocok untuk pengembangan dan pembukaan lahan perkebunan dalam skala besar seperti kelapa sawit. Sebagian besar wilayah Desa Kelinjau Ulu merupakan daerah aliran sungai. Desa yang memiliki luas wilayah 47,2 km2 ini memiliki 11 Rukun Tetangga (RT) dan seluruhnya bertempat di Desa Kelinjau Ulu. Dengan jumlah penduduk pada tahun 2009 sebanyak 5749 jiwa yang terdiri dari 1188 kepala keluarga keluarga. Dari total keseluruhan 5749 jiwa, 2810 di antaranya

berjenis

kelamin

laki-laki

dan

2939

jiwa

berjenis

kelamin

perempuan. b. Fasilitas Kesehatan Lokasi Penelitian Fasilitas kesehatan yang dimiliki Desa Kelinjau Ulu adalah Puskesmas Induk Muara Ancalong dengan 2 orang dokter umum, 1 orang dokter gigi, 2 orang bidan, 1 orang perawat, 1 orang ahli gizi, 1 orang kesehatan lingkungan dan 1 orang apoteker. Puskesmas ini juga telah dilengkapi dengan ruang rawat inap pada awal tahun 2010. 2. Identitas Informan Masyarakat yang menjadi informan dalam penelitian ini berjumlah 9 orang yang terdiri dari : a.7 informan utama yaitu ibu yang memiliki balita gizi buruk yang terdiri atas : 1. Ibu yang memiliki balita gizi buruk dengan berat badan 8,4 kg, tinggi badan 79 cm, dan usia 24 bulan yang hingga saat ni belum bisa berjalan seperti balita seusianya yang lain. 2. Ibu yang memiliki balita gizi buruk dengan berat badan lahir awal yaitu 1,6 kg dan sekarang berusia 18 bulan memiliki berat badan 7,5 kg dengan tinggi badan 72 cm.

3. Ibu yang memiliki balita gizi buruk dengan berat badan 8,7 kg, tinggi badan, 81 cm, dan usia 26 bulan. 4. Ibu yang memiliki balita gizi buruk dengan berat badan 7,7kg, tinggi badan 73 cm, dan usia 18 bulan. 5. Ibu yang memiliki balita gizi buruk dengan berat badan 8 kg, tinggi badan 76 cm, dan usia 21 bulan. Hingga saat ini balita tersebut belum dapat berjalan seperti balita lain yang seusianya. 6. Ibu yang memiliki balita gizi buruk dengan berat badan 9,1 kg, tinggi badan 80 cm, dan usia 29 bulan. 7. Ibu yang memiliki balita gizi buruk dengan berat badan 9,5 kg, tinggi badan 87 cm, dan usia 52 bulan. Hingga saat ini balita tersebut belum bisa berjalan maupun berbicara seperti balita yang seusianya. b. 2 informan pendukung yait 1 orang petugas gizi

Puskesmas dan 1 orang petugas Posyandu dengan identitas sebagai berikut : 1. 1 orang petugas gizi Puskesmas Muara Ancalong berusia 27 tahun dan lulus dari Diploma Gizi di Banjarmasin. Petugas kesehatan lahir dan besar di Muara Ancalong sehingga

paham

akan

karakteristik

budaya

serta

tingkah

laku

masyarakat setempat. 2. 1 orang kader Posyandu Muara Ancalong berusia 30 tahun hanya lulusan SMU. Kader posyandu menjadi petugas posyandu sudah lebih dari 5 tahun menggantikan ibu nya yang sudah tidak aktif lagi sebagai kader posyandu

dikarenakan sakit. Ibu lahir dan dibesarkan di muara Ancalong. Distribusi frekuensi jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, asal suku dapat dilihat pada tabel berikut ini
Tabel 4.1 Karakteristik Informan di Desa Kelinjau Ulu Kecamatan Muara Ancalong Kabupaten Kutai Timur Tahun 2010 No 1. Usia : a. 24 b. 27 c. 30 d. 32 e. 34 f. 35 g. 37 Tingkat Pendidikan : a. SD b. SMP c. SMA d. D3 Status pekerjaan : a. PNS b. Tidak bekerja Karakteristik Frekuensi (orang) 2 1 2 1 1 1 1 5 2 1 1 2 7

3.

4.

Sumber: Data primer

3. Hasil wawancara Dari kegiatan wawancara mendalam (Indepth Interview) yang dilakukan pada saat penelitian, maka diperoleh hasil sebagai berikut :

a.

Perilaku kesehatan

1. Pengetahuan Berdasarkan hasil wawancara yang mendalam (indepth interview) diperoleh informasi mengenai ciri-anak anak bergizi baik dan buruk, susunan menu bagi balita, cara pengolahan makanan balita, pengetahuan manfaat ikut posyandu. a) Ciri-Ciri Anak Bergizi Baik. Berdasarkan hasil wawancara mendalam, diketahui bahwa menurut ibu ciri-ciri anak yang bergizi baik adalah anak mau makan, tidak rewel, berat badannya naik, nda sakit. anak yang gizi nya baik tu anak yang sehat bergizi yang makan sayuran lauk-pauk hehehe mcam pkox. Klo sehat tu ya ndi sakit. (AT 6 Desember 2010) gak rewel trus makan, tidur, cepat tanggap, itu ja hak leh yang ku tahui ni. (YT 4 Desember 2010)

Tetapi terdapat pula ibu yang tidak mengetahui ciri-ciri balita yang bergizi baik. apa tu yo gizi baik hik tahu jua aq tu (WL 8 Desember 2010) Menurut petugas kesehatan dan kader posyandu, ciri-ciri anak bergizi baik adalah berat badan naik, jarang sakit, tidak rewel, sehat, tumbuh dan berkembang sesuai umur balita.
b) Ciri-ciri balita bergizi buruk nda mau makan, berat

badanya gak naik, jalannya lambat tidak sesuai umur sering nangis, gizi buruk tu misalnya hik nda makan, berat badannya hik nambeh, sering nangis. (MA 7 Desember 2010) jalannya lambat tidak sesuai umur, sering sakit, tu ja yang ku tau nya yoh. (WL 8 Desember 2010) Tetapi terdapat pula ibu yang tidak mengetahui tentang gizi buruk. Ha apa itu gizi buruk nda tau saya, ndak pernah dengar (AT 6 Desember 2010) Menurut petugas kesehatan dan kader posyandu, ciri-ciri anak bergizi buruk adalah sering sakit, badan kurus, sering nangis, rambutnya kuning, kulit tidak cerah.
c) Cara pengolahan makanan

biasanya

ibu

memperoleh

bahan

makanan

dengancara membeli di pedagang sayur, tetapi terdapat pula ibu yang menanam sendiri bahan makanan seperti sayur labu, bayam, lombok dan lain-lain. Selain itu ada pula yang memperoleh bahan makanan dengan cara mencari ikan di sungai. Sebagaimana yang diungkapkan ibu berikut ini. saya ngambil sayuran dikebun, nanam sendiri tapi kalo ga da yang diambil ya beli sama pedagang yang lewat naik motor (WL 8 Desember 2010) biasanya cari sendiri disungai, tapi kadang-kadang beli sama paklek sayur yang keliling naik motor (YT 4 Desember 2010)
2. Sikap

Pelayanan kesehatan di puskesmas atau posyandu Menurut ibu pelayanan kesehatan yang diberikan oleh

puskesmas maupun posyandu cukup baik yang dtinjau dari segi keramaian petugas. Tetapi didaerah tersebut jarang diadakan penyuluhan kesehatan khususnya tentang gizi balita. Petugas juga jarang

memberikan informasi tentang gizi balita sebagaimana yang diungkapkan ibu berikut ini

petugasnya baik aja, kalo dulu sering ada penyuluhan tapi sekarang ni hampir 2 tahunan ndak pernah ad lagi. Katanya ndak ada dana dari kades (MI 7 desember 2010) Berdasarkan pernyataan dari petugas kesehatan bahwa

pelaksanaan penyuluhan kesehatan terkendala oleh biaya. Sehingga jarang dilakukan penyuluhan kepada ibu mengenai gizi balita. susah disini dulu aja sering penyuluhan ni tapi sekarang ni jarang. Hik de dana nya dari kades. Jadi susah jua kami mau ngadakan penyuluhan (DS 8 Desember 2010) Kegiatan yang umumnya dilakukan ibu-ibu pada saat posyandu adalah menimbang balita, pemberian vitamin, pencatatan KMS.

Pelaksanaan kegiatan posyandu dilaksanakan setiap 1 bulan sekali. Sebagaimana yang diungkapkan oleh ibu dan diperkuat dengan petugas puksesmas. biasanya di posyandu tu kami nimbang balita, dikasih vitamin, catat di KMS tu aja (RN 6 Desember 2010) posyandu disini sebulan sekali diadakannya. Kegiatanya ya nimbang balita, ngasih vitamin, nyatat kebuku KMS. Kalau dulu bisa vaksin ke posyandu tapi sekarang ndak biasa lagi harus ke puskesmas kalo mau vaksin (DS 8 Desember 2010) Terdapat pula ibu yang tidak memiliki Kartu menuju Sehat (KMS) karena selama hamil hingga melahirkan ibu tidak pernah pergi ke

Puskesmas sehingga ibu tidak memiliki buku Kesehatan Ibu dan Anak serta KMS. Ibu tidak pergi ke puskesmas karena letak Puskesmas cukup jauh, tidak ad kendaraan untuk pergi, dan cuaca yang panas. Sebagaimana yang diungkapkan oleh ibu berikut ini. saya nda punya KMS, ndak tau dapatnya dari mana beli rasanya, ndak tau harganya berapa. Waktu hamil juga gak pernah ke puskesmas habis jauh kalo jalan kaki mana panas lagi, kalo ada kendaraan enak kepuskesmas ndak cape. (AT 6 Desember 2010) Menurut pernyataan petugas kesehatan ibu yang tidak memiliki KMS adalah ibu yang tidak berkunjung ke Puskesmas selama hamil. Petugas sudah menyarankan ibu untuk memeriksakan kehamilannya di Puskesmas tetapi ibu tetap tidak memeriksakan kehamilannya. susah disini ni ibu-ibunya kalau disuruh kepuskesmas jarang mau pergi banyak aja alasannya tu ya jauh lah, ya panas lah, ya capek lah, ya repot ngurus rumah lah, macam-macam alasannya. Padahal buku tu dikasih gratis tapi mereka yang gak datang ke puskesmas makanya ada tu ibu yang gak punya KMS (DS 8 Desember 2010) Saat balita sakit terdapat ibu yang tidak pergi ke puskesmas untuk memeriksakan balitanya di karenakan tidak memiliki biaya. Sebagaimana yang diungkapkan ibu berikut ini. pernah tu anak saya sakit saya diamkan aja habis nda ada uang bapaknya baru berapa hari kerja di sawit jadi belum gajian, biasanya

kalau dulu nelayan dapat aja uang tiap hari tapi sekarang ndak bisa, jadi nunggu kalo gajian aja.(AT 6 Desember 2010) Saat pelaksanaan kegiatan posyandu terdapat ibu yang tidak pergi ke posyandu dengan alasan anaknya masih tidur, sedang memasak, tidak ada yang menjaga rumah, dan malu karena berat badan anaknya tidak bertambah. Sebagaimana yang diungkapkan ibu berikut ini. kalo mau pergi tu anak saya tidur, malu juga habis berat badan anak saya gak naik-naik. (WL 8 Desember 2010) Hal ini di perkuat dengan pernyataan dari petugas kesehatan dan kader posyandu bahwa mereka memanggil ibu untuk dapat rutin pergi keposyandu tetapi ibu tetap tidak mau pergi ke posyandu karena sibuk dengan urusan rumah tangga dan tidak mau datang jika tidak ada pemberian makanan tambahan (PMT). susah disini diajak ke posyandu kalo ndak ada PMT , klo ada PMT rajin ibu-ibu ke posyandu, tapi kalo gak ada jarang yang mau keposyandu. Padahal sudah dipanggili kerumah buat datang tetap aja ndak mau datang (DS 8 Desember 2010) 3. Pola asuh

Cara merawat Balita Balita di wilayah tersebut biasanya dirawat oleh ibunya dari balita bangun tidur, memberi makan, memandikan, menemani tidur siang dan tidur malam. Tetapi terdapat pula balita yang diasuh oleh neneknya

dikarenakan orangtua bekerja. Sebagaimana yang diungkapkan ibu berikut ini. saya yang merawat sendiri dari bangun tidur, memandikan, ngasih makan kalau mau makan, nemani main, tapi kadang-kadang makan sendiri, semuanya saya yang melakukan.(YT 4 Desember 2010) kalau ada saya dirumah ya saya yang jagain, saya kan anu apa namana tu bekerja jadinya kalo saya nda ada ya neneknya yang jaga. Kadangkadang kalau kakaknya pulang sekolah ya kakaknya yang aga gantian sama neneknya. (MI 7 Desember 2010) b. Budaya a) Pantangan imunisasi Masyarakat desa kelinjau ulu memiliki kebiasaan untuk tidak mengimunisasi anaknya sejak lahir. Masyarakat beranggapan bahwa apabila bayi mereka diimunisasi dapat mengakibatkan bocor darah hingga kematian. Sebagaimana yang diungkapkan ibu berikut ini. ndak pernah anak saya ni diimunisasi takut bedarah, nanti habis suntik takut sakit ndak sembuh-sembuh, ndak tega liat anak saya disuntik hehehehe . Hal ini diperkuat dengan pernyataan dari petugas kesehatan bahwa sudah menjadi kebiasaan masyarakat untuk tidak

mengimunisasi anak mereka karena takut sakit dikemudian hari. Petugas telah menyarankan kepada ibu untuk mengimunisasi anak

mereka agar tidak mudah sakit, tetapi mereka tetap tidak mau pergi ke puskesmas untuk mengimunisasi anaknya. b) Memberi makan Umumnya balita di wilayah tersebut makan sebanyak 2 sampai 3 kali dalam sehari, tetapi terdapat pula balita yang tidak makan dalam sehari karena tidak ada nafsu makan. Sebagaimana yang

diungkapkan ibu berikut ini. biasanya kalau anakku ni kalau mau makan bilang sendiri minta makan, tapi mun nya ndik mau makan biar kita paksa ndi nda jua makan. Susah beneh makannya kanak ni bu. Klo dia nda minta bisa sharian ndak makan. (YN 4 Desember 2010) Menu makanan yang diberikan Ibu pada balitanya adalah nasi dan kuah sayur karena anak mereka tidak suka makan sayur. Umumnya anak mereka jarang mengonsumsi lauk karena kurang tersedianya lauk di daerah tersebut. susah anakku ni makannya, paling-paling ku kasih nasi ja sama kuah sayur nya. Mkan sayur jua hik ndak. Makan jua jarang ni. (RN 6 Desember 2010) Apabila ibu tidak memasak sayur maka ibu akan memberikan nasi yang diberi kuah mie instan agar makanan tidak hambar dan anaknya mau makan. Terkadang ibu juga memberikan semangkuk

gandum yang dicampur dengan air dan sedikit gula serta garam. Sebagaimana yang diungkapkan ibu berikut ini. aini ni dulu saya kasih makan pake tepung gandum di rebus pakai air trus dicampur gula sama garam sedikit, bikin sendiri aj tu. Sekarang makannya pakai nasi pakai kuah mie instant aj soalnya susah makan. Sebungkus bisa jadi 2 kali makan. (AT 6 Desember 2010) Terdapat seorang ibu yang memberikan satu jenis menu makanan setiap hari yaitu nasi dengan sayur santan labu. Begitupula dengan minumnya anak ini tidak mau minum susu melainkan hanya minum teh. jir ni makan nya tiap hari sayur santan labu ni ja sama nasi. Hari-hari dipolahkan tu maha. Makanan lain di coba muntah terus jir nya ndak mau, jadi makan ni ja tiap hari dari umur 1 tahun. Minum susu ndik mau jadi minum teh tiap hari kalau makan. Sehari jir makannya 3 kali tu. (MI 7 Desember 2010) Khusus untuk makanan selingan balita gemar memakan roti, sosis, dan makanan ringan (snack). Biasanya dikonsumsi pada siang atau sore hari. Sebagaimana yang diungkapkan ibu berikut ini. suka ni ngemil roti, sosis, ciki-ciki tu kalo siang makan tu tapi kadangkadang sore. Senang tu makan kaya tu tapi mun makan nasinya leh susah beneh. (MA 7 Desember 2010)

Makanan yang diberikan biasanya digabung dengan makanan untuk keluarga dirumah, tetapi terdapat pula ibu yang memisahkan makanan balita dengan keluarga. Balita diberi makan oleh ibunya pada saat makan bersama. Sebagaimana yang diungkapkan ibu berikut ini. kami makannya ya rame-rame sama-sama semuanya jadi satu aj biar ndak repot masaknya kalau dipisah. (YT 4 Desember 2010 ) c) Perilaku sakit Saat anaknya sakit ibu tidak memeriksakan anaknya ke Puskesmas melainkan melakukan ritual mandi lengkau yang bertujuan untuk menyembuhkan penyakit dan mengusir makhluk halus. kalau sakit dimandikan lengakau aja pake pucuk sereh, pucuk belimbing, pucuk jambu tu di rebus sambil dibaca-bacain sama boyok nya baru kalau sudah dingin airnya dipake buat mandi. Biar cepat sembuh penyakitnya terus supaya ndak diganggu makhluk halus. Pernah dibawa kedokter tapi dokter ndak tau sakit apa. Makanya dimandikan lengkau aja biar cepat sembuh. Trun-temurun tu dikasih tau sma boyok-boyoknya orang dulu tu. Hal ini sesuai dngan pernyataan dari kader posyandu bahwa memang terdapat ritual mandi lengkau karena anak kader posyandu juga mengalami sering sakit seperti panas.

kalau mandinya ku mandiin pake air rebusan dari rempah-rempah aja kata orag sini bilang mandi lengkau. Sembuh kalau sakit mandi air itu.

B. Pembahasan Bab ini merupakan rangkaian dari suatu penelitian ilmiah untuk mengetahui perilaku ibu dalam memilih dukun bayi sebagai tenaga penolong persalinan si Desa Kelinjau Ulu. Pada bab ini akan dibahas hasilhasil penelitian yang diperoleh dari lapangan. Adapun karakteristik informan pada penelitian ini yaitu seluruh informan berjenis kelamin perempuan baik dari informan dan juga petugas kesehatan. Seluruh informan yang berjenis kelamin perempuan ini karena yang mengetahui tentang pola asuh balita, pelayanan kesehatan, yang memiliki balita gizi buruk. Umur pada penelitian ini didominasi kelompok umur 24 hingga 37 tahun yaitu sebanyak 9 orang, dan menikah diusia kurang dari 20 tahun. Menikah diusia muda memiliki dampak negative seperti secara fisik ibu belum siap menerima kehadiran bayi dan secara mental kesadaran dan kemauan ibu untuk melakukan perawatan kepada balitanya masih kurang sehingga kemauan untuk memeriksakan balitanya ke puskesmas atau melakukan kunjungan keposyandu masih rendah.

Mayoritas informan untuk status pendidikan informan memiliki tingkat pendidikan yang rendah (<smp) hal ini dipengaruhi oleh usia menikah ibu yang relative masih muda (<20) karena tingkat pendidikan ibu yang rendah berpengaruh terhadap pengetahuan ibu bagaimana cara merawat balitanya dan untuk mengenali gejala gizi buruk serta bahaya balita gizi buruk. ibu juga kurang akses mengenai informasi gizi buruk terhadap perawatan balita juga masih rendah karena ibu yang seharusnya mendapatkan informasi dari petugas kesehatan atau dari sekolah justru mendapatkannya dari keluarga atau tetangga sekitar sehingga

pemahaman tentang gizi buruk masih kurang. Status pekerjaan pada umumnya ibu di desa kelinjau ulu berperan sebagai ibu rumah tangga, sehingga ibu lebih banyak meluangkan waktunya bersama balitanya. Umumnya ibu rumah tangga cenderung lebih memperhatikan kesehatan balitanya daripada ibu yang bekerja tetapi di wilayah ini ibu yang berperan sebagai ibu rumah tangga justru memiliki balita gizi buruk karena pemahaman ibu terhadap gizi buruk masih kurang. Sumber mata pencaharian keluarga adalah nelayan yaitu mencari ikan disungai dengan penghasilan perbulan antara 200-500 ribu. Penghasilan rumah tangga yang kecil menyebabkan ibu kurang bisa membeli bahan makanan yang bergizi sesuai dengan kebutuhan balita.

Keterbatasan pemasokan bahan pangan seperti ikan laut, ayam, daging, sayur-sayuran maupun buah-buahan terbatas sehingga informan susah untuk mendapatkan makanan yang mereka inginkan. Suku Kutai merupakan suku yang mendominasi di Desa Kelinjau Ulu, seperti semua informan bersuku kutai. Dalam suku Kutai sendiri masih banyak terdapat kebudayaan seperti hal nya upacara yang umumnya diadakan untuk menyembuhkan balita yang sakit dengan cara memandika lengkau, yaitu mandi yang menyediakan air berisi rempahrempah seperti daun belimbing, daun sereh, dan lain-lain. 1. Perilaku kesehatan Sistem medis masyarakat merupakan kompleksitas dari unsur unsur kebudayaan yang menjadi pandangan hidup anggota

masyarakat yang bersangkutan. Masyarakat dalam kesatuan suku bangsa, sub suku bangsa atau kelompok-kelompok tertentu dengan identitas kebudayaan masing-masing, memiliki dan mengembangkan sistem medisnya sendiri sebagai bagian dari kebudayaan mereka secara turun temurun. (Anderson dalam Swasono, 1998) Perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Perilaku dalam diri seseorang terbentuk oleh dua faktor yaitu keyakinan perilaku dan keyakinan normatif. (Fishbein (1975) dalam Littlejohn, 2002)

Keyakinan perilaku adalah keyakinan yang membentuk dasar dari sikap seseorang terhadap perilaku. Jika seseorang percaya bahwa melakukan perilaku tertentu akan menimbulkan hasil positif, maka dia akan mengadakan sebuah sikap yang menguntungkan terhadap perilaku yang bermasalah. Di sisi lain, orang yang percaya bahwa melakukan suatu perilaku akan mengarah pada sebagian besar hasil negatif akan terus sikap yang kurang baik. (Fishbein (1975) dalam Littlejohn, 2002) a) Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil dari penginderaan manusia atau seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya

(mata,hidung,telinga dan sebagainya). Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui pendengaran (telinga) dan indera

penglihatan (mata). Gizi adalah zat makanan pokok yang diperlukan bagi pertumbuhan dan kesehatan badan (Depdikbud, 1994). Menurut Suhardjo, suatu hal yang meyakinkan tentang

pentingnya pengetahuan gizi didasarkan pada tiga kenyataan yaitu,status gizi yang cukup adalah penting bagi kesehatan dan kesejahteraan, setiap orang hanya akan cukup gizi jika makanan yang dimakannya mampu menyediakan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan tubuh yang optimal, pemeliharaan dan energy dan ilmu gizi memberikan fakta-fakta yang perlu sehingga penduduk dapat

belajar menggunakan pangan dengan baik bagi kesejahteraan gizi. (Notoatmodjo, 2003) Semakin banyak pengetahuan gizinya, semakin diperhitungkan jenis dan kwantum makanan yang dipilih untuk dikonsumsinya. Awam yang tidak mempunyai cukup pengetahuan gizi, akan memilih makanan yang paling menarik pancaindera, dan tidak mengadakan pilihan berdasarkan nilai gizi makanan. Sebaliknya mereka yang semakin banyak pengetahuan gizinya, lebih mempergunakan

pertimbangan rasional dan pengetahuan tentang gizi makanan tersebut. (Sedioetama, 2000) Dengan pengetahuan tentang gizi yang baik, seorang ibu dapat memilih dan memberikan makan bagi balita baik dari segi kualitas maupun kuantitas yang memenuhi angka kecukupan gizi. Asupan makanan yang sesuai dengan kebutuhan gizi dapat mempengaruhi status gizi. Di desa Kelinjau Ulu ini umumnya para ibu kurang mengetahui tentang ciri-ciri gizi buruk, bahaya gizi buruk, serta penanganan gizi buruk. Hal ini disebabkan karena keterbatasan informasi yang didapat baik dari tenaga kesehatan maupun media cetak. Sehingga para ibu belum memahami tentang gizi buruk pada balita. pendidikan yang kurang salah satu faktor penyebab para ibu tidak mengetahui tenta gizi

buruk pada balita. bahkan terdapat pula ibu yang tidak mengetahui tentang gizi baik pada balita. Di Desa Kelinjau Ulu biasanya ibu memperoleh bahan makanan dengan cara membeli di pedagang sayur keliling tetapi ada juga ibu yang menanam atau mencari ikan sendiri. Di wilayah ini merupakan daerah yang cukup susah mendapatkan ikan laut atau macam-macam jenis sayuran karena keterbatasan pasokan bahan makanan. Sayuran yang mudah dijumpai di daerah ini adala terong, kacang panjang, kangkung, pakis dan ikan asin. Ikan yang terdapat di Desa ini

hanyalah ikan sungai seperti ikan haruan, ikan biawan, ikan lais, dan jenis ikan sungai lain. Ikan laut dan ayam didapat apabila pedagang sayur diperoleh dari Samarinda. Kebanyakan bahan pangan di pasok dari Samarinda. b) Sikap Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu yang melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan. Sikap mempunyai tingkat berdasarkan

intensitasnya yaitu menerima, menanggapi, menghargai, dan bertanggung jawab. (Notoatmodjo,2003) Menurut ibu pelayanan kesehatan yang diberikan oleh petugas kesehatan da kader posyandu baik dan orang nya ramah. Banyak ibu yang tidak pergi ke posyandu karena malas, repot

mengurus rumah tangga, anaknya tidur, tidak ada yang menjaga rumah dan malu akan berat badan balita yang tidak naik, selain itu tidak adanya lagi pemberian makanan tambahan (PMT) seperti susu dan bubur bayi, beberapa tahun yang lalu biasanya setiap bulan posyandu selalu diberi susu atau bubur bayi. Akan tetapi, setahun blakangan ini sudah tidak pernah lagi diberi susu atau bubur bayi karena tidak adanya dana yang diberikan dari kepala desa. Biasanya bantuan PMT didapat dari Sangatta. Dari petugas puskesmas sudah mengirimkan proposal dana untuk PMT atau penyuluhan tetapi masih belum direspon. Apabila ibu mengetahui ada pembagian PMT di posyandu maka para ibu rame

berbondong-bondong menuju posyandu untuk mendapatkan PMT tersebut. Kegiatan yang dilakukan diposyandu adalah menimbang balita dan pemberian vitamin B-kompleks sebanyak 5 butir kepada setiap ibu yang datang keposyandu. Pada saat ke posyandu ibu wajib membawa kartu menuju sehat (KMS) agar mengetahui perkembangan serta pertumbuhan balita setiap bulannya. Tetapi, masih terdapat ibu yang tidak memiliki buku KMS petugas kesehatan berpendapat karena selama hamil ibu tidak pernah berkunjung ke puskesmas untuk memeriksakan kandungannya.

Apabila tidak memiliki KMS biasa nya pencatatan dimasukkan dalam buku besar di posyandu. Terdapat ibu yang malas pergi ke puskesmas karena letak puskesmas yang cukup jauh, cuaca yang panas, serta tidak memiliki kendaraan sehingga akses menuju puskesmas susah. Adapun ibu yang tidak memeriksakan anaknya kepuskesmas dikarenakan tidak ada biaya.

c) Pola asuh Masalah gizi dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling mempengaruhi secara kompleks. Ditingkat rumah tangga, keadaan gizi dipengaruhi oleh kemampuan rumah tangga menyediakan pangan di dalam jumlah dan jenis yang cukup serta pola asuh yang dipengaruhi oleh faktor pendidikan, perilaku dan keadaan

kesehatan rumah tangga. Salah satu penyebab timbulnya kurang gizi pada anak balita adalah akibat pola asuh anak yang kurang memadai (Soekirman, 2000). Pengasuhan berasal dari kata asuh (to rear) yang mempunyai makna menjaga, merawat dan mendidik anak yang masih kecil. Menurut Wagnel dan Funk menyebutkan bahwa mengasuh itu meliputi menjaga serta memberi bimbingan menuju pertumbuhan ke arah kedewasaan. Pengertian lain diutarakan oleh Webster

yang mengatakan bahwa mengasuh itu membimbing menuju ke pertumbuhan ke arah kedewasaan dengan memberikan

pendidikan, makanan dan sebagainya terhadap mereka yang di asuh (Sunarti, 1989). Pengasuhan merupakan faktor yang sangat erat kaitannya dengan pertumbuhan dan perkembangan anak berusia di bawah lima tahun. Masa anak usia 1-5 tahun (balita) adalah masa dimana anak masih sangat membutuhkan suplai makanan dan gizi dalam jumlah yang cukup dan memadai. Kekurangan gizi pada masa ini dapat menimbulkan gangguan tumbuh kembang secara fisik, mental, sosial dan intelektual yang sifatnya menetap dan terus dibawa sampai anak menjadi dewasa. Secara lebih spesifik, kekurangan gizi dapat menyebabkan keterlambatan pertumbuhan badan, lebih penting lagi keterlambatan perkembangan otak dan dapat pula terjadinya penurunan atau rendahnya daya tahan tubuh terhadap penyakit infeksi. Pada masa ini juga, anak masih benarbenar tergantung pada perawatan dan pengasuhan oleh ibunya. Pengasuhan kesehatan dan makanan pada tahun pertama kehidupan sangatlah penting untuk perkembangan anak (Santoso, 2005). Pola asuh gizi merupakan praktek dirumah tangga yang diwujudkan dengan tersedianya pangan dan perawatan kesehatan

serta sumber lainnya untuk kelangsungan hidup, pertumbuhan dan perkembangan anak. Menurut Soekirman (2000), pola asuh adalah berupa sikap dan perilaku ibu atau pengasuh lain dalam hal memberi makan, kebersihan, memberi kasih sayang, dalam dan hal

sebagainya

berhubungan

dengan

keadaan

ibu

kesehatan (fisik dan mental). Sebagian besar ibu di wilayah Muara Ancalong merawat serta menjaga balitanya sendiri dikarenakan ibu hanya sebagai ibu rumah tangga sehingga segala sesuatunya diurus oleh ibu seperti memandikan balita, memberi makan balita, memakaikan baju pada balita, menidurkan balita, menemani bermain dan lain sebagainya. Terdapat pula ibu yang mempercayakan nenek atau kakak balita untuk merawat dan menjaga balita karena ibu balita yang bekerja sehingga tidak bisa menjaga balita pada saat ibu bekerja. 2. Budaya Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism. Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang

kemudian disebut sebagai superorganic. Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat. Menurut keseluruhan Edward Burnett Tylor, yang di kebudayaan dalamnya merupakan terkandung

yang

kompleks,

pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat. Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi,

kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat. Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan seharihari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya

ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat. a) Pantangan imunisasi Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang. Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti kebal atau resisten. Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan memberikan kekebalan atau resistensi pada penyakit itu saja, sehingga untuk terhindar dari penyakit lain diperlukan imunisasi lainnya. Tujuan dari diberikannya suatu imunitas dari imunisasi adalah untuk mengurangi angka penderita suatu penyakit yang sangat membahayakan kesehatan bahkan bisa menyebabkan kematian pada penderitanya. Beberapa penyakit yang dapat dihindari dengan imunisasi yaitu seperti hepatitis B, campak, polio, difteri, tetanus, batuk rejan, gondongan, cacar air, tbc, dan lain sebagainya. Masyarakat desa kelinjau ulu memiliki kebiasaan untuk tidak mengimunisasi anaknya sejak lahir. Masyarakat beranggapan bahwa apabila bayi mereka diimunisasi dapat mengakibatkan bocor darah hingga kematian. Petugas kesehatan telah

menyarankan para ibu untuk menyuntik anak nya ke puskesmas, tetapi ibu tetap tidak datang menyuntikkan anak nya. Ibu beranggapan apabila anak nya disuntik nanti bisa sakit tidak bisa sembuh-sembuh, selain itu ibu tidak tega melihat anak nya di suntik. b) Memberi makan Umumnya ibu memberi makan 2 sampai 3 kali dalam sehari. Menu yang biasa dikonsumsi balita antara lain, ibu memberi makan nasi dengan kuah sayur karena balita tidak mau makan sayur, ibu memberi makan tepung gandum yang dicampur air dan sedikit gula serta garam pada saat anak berusia 3 bulan, ibu memberikan menu makanan berupa nasi dan kuah mie instant yang 1 bungkus mie instant menjadi 2 kali makan, ada pula ibu yang memberikan menu yang sama semenjak usia balita 1 tahun diberi makana sayur labu dengan nasi. Menurut ibu apabila anak tida meminta makan maka ibu tidak memberikan makan karena bila di paksa makan makan anak juga tetap tidak mau makan. Untuk makanan ringan biasanya balita mengonsumsi roti, sosis, ciki-ciki dan makanan ringan yang lain. Makanan ringan di konsumsi balita pada siang atau sore hari. Umumnya ibu memasak untuk seluruh anggota keluarga di rumah. Tidak ada menu pembeda khusus antara anggota keluarga

degan balita karena ibu menganggap akan membuat repot kalau masak nya berbeda jenis masakannya. Akan tetapi terdapat pula ibu yang membedakan masakan buat anggota keluarga dengan makanan balita karena ada menu khusus yang biasa di konsumsi balita, apabila balita tidak makan menu tersebut maka balita tidak mau makan.

c) Pola pencarian pengobatan Saat anaknya sakit ibu tidak memeriksakan anaknya ke Puskesmas melainkan melakukan ritual mandi lengkau yang bertujuan untuk menyembuhkan penyakit dan mengusir makhluk halus. Mandi lengkau ini adalah mandi dengan air yang berisi rempah-rempah seperti daun sereh, daun belimbing, pucuk jambu dan lainnya. Setelah itu air yang berisi rempah-rempah tersebut di bacain mantra dari nenek balita tersebut. Ada ibu yang pernah membawa anaknya yang sakit pergi berobat ke puskesmas tetapi kata ibu anaknya malah tidak sembuh-sembuh. Ibu beranggapan dokter pun tidak dapat

menyembuhkan anaknya sehingga ibu

menganggap kalau ini

penyakit kampung jadi hanya dapat disembuhkan oleh obat kampung juga.

Anak kader posyandu pun melakukan hal yang sama yaitu mandi lengkau apabila anaknya menderita sakit. Dengan mandi lengkau balita akan sembuh dari penyakit yang dideritanya serta tidak akan diganggu oleh makhluk gaib.

Você também pode gostar

  • Modul 5 Penilaian Belajar 2011
    Modul 5 Penilaian Belajar 2011
    Documento27 páginas
    Modul 5 Penilaian Belajar 2011
    Ismail Andi Baso
    Ainda não há avaliações
  • Bab V
    Bab V
    Documento3 páginas
    Bab V
    Ismail Andi Baso
    Ainda não há avaliações
  • Modul 7 Format KPT
    Modul 7 Format KPT
    Documento13 páginas
    Modul 7 Format KPT
    Ismail Andi Baso
    Ainda não há avaliações
  • Modul 6 Model SCL
    Modul 6 Model SCL
    Documento11 páginas
    Modul 6 Model SCL
    Ismail Andi Baso
    Ainda não há avaliações
  • Bab II Yg Udh Diedit Repaired)
    Bab II Yg Udh Diedit Repaired)
    Documento23 páginas
    Bab II Yg Udh Diedit Repaired)
    Ismail Andi Baso
    Ainda não há avaliações
  • Abstrak Indonesia Dan Abstrak Inggris
    Abstrak Indonesia Dan Abstrak Inggris
    Documento2 páginas
    Abstrak Indonesia Dan Abstrak Inggris
    Ismail Andi Baso
    100% (1)
  • Modul 2 Penyusunan Kurikulum 2011
    Modul 2 Penyusunan Kurikulum 2011
    Documento29 páginas
    Modul 2 Penyusunan Kurikulum 2011
    Ismail Andi Baso
    Ainda não há avaliações
  • Modul 4 Perencanaan Pembljrn
    Modul 4 Perencanaan Pembljrn
    Documento15 páginas
    Modul 4 Perencanaan Pembljrn
    Ismail Andi Baso
    Ainda não há avaliações
  • Modul 3 Pembelajaran SCL 2011
    Modul 3 Pembelajaran SCL 2011
    Documento17 páginas
    Modul 3 Pembelajaran SCL 2011
    Ismail Andi Baso
    Ainda não há avaliações
  • Kuisioner
    Kuisioner
    Documento5 páginas
    Kuisioner
    Ismail Andi Baso
    0% (1)
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Documento2 páginas
    Daftar Pustaka
    Ismail Andi Baso
    Ainda não há avaliações
  • Bab I
    Bab I
    Documento8 páginas
    Bab I
    Ismail Andi Baso
    Ainda não há avaliações
  • Modul 1 Konsep Pengmb Kur
    Modul 1 Konsep Pengmb Kur
    Documento42 páginas
    Modul 1 Konsep Pengmb Kur
    Ismail Andi Baso
    Ainda não há avaliações
  • Bab 1 Sampai Bab 5
    Bab 1 Sampai Bab 5
    Documento101 páginas
    Bab 1 Sampai Bab 5
    Ismail Andi Baso
    Ainda não há avaliações
  • Bab 1 - Bab 5
    Bab 1 - Bab 5
    Documento82 páginas
    Bab 1 - Bab 5
    Ismail Andi Baso
    Ainda não há avaliações
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Documento2 páginas
    Daftar Pustaka
    Ismail Andi Baso
    Ainda não há avaliações
  • Abstract
    Abstract
    Documento3 páginas
    Abstract
    Ismail Andi Baso
    Ainda não há avaliações
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Documento3 páginas
    Daftar Pustaka
    Ismail Andi Baso
    Ainda não há avaliações
  • Bab I
    Bab I
    Documento8 páginas
    Bab I
    Ismail Andi Baso
    Ainda não há avaliações
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Documento3 páginas
    Daftar Pustaka
    Ismail Andi Baso
    Ainda não há avaliações
  • BAB III Yang Udah Diedit
    BAB III Yang Udah Diedit
    Documento4 páginas
    BAB III Yang Udah Diedit
    Ismail Andi Baso
    Ainda não há avaliações
  • BAB IVdan V Baru May 2
    BAB IVdan V Baru May 2
    Documento45 páginas
    BAB IVdan V Baru May 2
    Ismail Andi Baso
    Ainda não há avaliações
  • BAB V Kesimpulan Dan Saran
    BAB V Kesimpulan Dan Saran
    Documento2 páginas
    BAB V Kesimpulan Dan Saran
    Ismail Andi Baso
    Ainda não há avaliações
  • BAB IV Hasil &amp Pembahasan
    BAB IV Hasil &amp Pembahasan
    Documento31 páginas
    BAB IV Hasil &amp Pembahasan
    Ismail Andi Baso
    Ainda não há avaliações
  • Bab III Metil
    Bab III Metil
    Documento5 páginas
    Bab III Metil
    Ismail Andi Baso
    Ainda não há avaliações
  • Bab II Tinpus
    Bab II Tinpus
    Documento34 páginas
    Bab II Tinpus
    Ismail Andi Baso
    Ainda não há avaliações
  • Bab I Pendahuluan
    Bab I Pendahuluan
    Documento6 páginas
    Bab I Pendahuluan
    Ismail Andi Baso
    Ainda não há avaliações
  • Bab Hasil
    Bab Hasil
    Documento54 páginas
    Bab Hasil
    Ismail Andi Baso
    Ainda não há avaliações
  • Abstrak Baru
    Abstrak Baru
    Documento2 páginas
    Abstrak Baru
    Ismail Andi Baso
    Ainda não há avaliações