Você está na página 1de 9

J.

Agrivigor 6 3 :243-251,Agustus 2007; ISSN 14122286 ()

VIABILITAS BENIH KAKAO (Theobroma cacao L.) PADA BERBAGAI TINGKAT KADAR AIR BENIH DAN MEDIA SIMPAN BENIH
Seed viability of cacao (Theobroma cacao L.) o n different seed moisture content a n d seed storage medium Syatrianty A. Syaifull, M. Amin Ishak' dan Jusriana3

1. Jurusan Budidaya Pertanian Universitas Hasanuddin 2. FS Ilmu Tanaman Pascasarjana Universitas Hasanuddin
Abstract This research aimed to determine the effect of different seed moisture content and seed storage media upon seed viability of cacao. It was arranged as factorial experiment in completely randomized design. The first factor was seed moisture content consisted of four levels, i.e. 31 - 35%,26 - 30%,21 - 25%,and 16 - 20%,and the second factor was seed storage medium consisted of three kinds of media i.e. saw dust, charcoal husk, and HzS04. The results indicated that seed moisture content of 26 - 30% and storage medium of charcoal husk gained the highest germination potential of 72,57%. The highest moisture content of 31 - 35% decreased lipid and carbohydrate content, although it increased free fatty acid content of cocoa seed in storage. Seed viability of cacao stored on charcoal husk was better than other of storage media, as indicated by growth uniformity of 29,64%, seedling height of 7,93 cm, number of seedling leaf of 1,90 and its volume of seedling root of 0,66 ml. Keywords: Seed viability - seed moisture content - seed storage medium

PENDAHULUAN Kandungan air benih dan kelembaban ruang penyimpanan merupakan kendala utama dalam penyimpanan benih kakao yang bersifat rekalsitran. Perlakuan pengeringan untuk menurunkan kadar air dan kondisi penyimpanan dengan kelembaban yang rendah dapat merusak dan menurunkan viabilitas benih dipenyimpanan, dan bahkan dapat menyebabkan kematian benih ( Liang dan Sun, 2000) . Pengaruh merugikan dari penurunan kadar air dibawah kritis disebabkan oleh 2 faktor yaitu secara langsung akan menyebabkan stress fisik karena kehilangan air dan kerusakan psikokimiawi jaringan sebagai

akibat dari gangguan metabolik pada saat pengeringan (Liang dan Sun, 2002). Berbagai penelitian rnengenai kisaran batas air kritis benih kakao yang aman untuk disimpan di antaranya adalah sekitar 25 - % yang diperoieh dengan penggunaan alat pengering benih pada suhu 35 - 40C (Robi, 1996); sekitar 16 % yang diperoleh dengan cara menurunkan kadar air benih menggunakan kipas angin pada suhu 24,75 O, RH 63,67 c % (Mudarismen, 1998); d a n sekitar 19 - 23 % yang diperoleh dengan cara menurunkan kadar air benih menggunakan kipas angin pada suhu kamar (Rachmawati, 1999). Penelitian serupa telah dilakukan oleh Yayuk (2006) pada mahkota dewa

Syatrianty A. Syaiful, M. Amin Ishakdan lusriana

yang dijemur selama 2 hari diperoleh kadar air benih 27.49 % dan pengeringan benih dengan menggunakan oven selama 2 x 12 jam diperoleh kadar air awal benih sebesar 31.42%. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu maka kisaran kadar air kritis benih kakao yang menjadi patokan pada penelitian ini adalah batas kadar air kritis terendahnya yaitu 16% sedangkan batas kadar air tertinggi adalah 35%. Salah satu usaha untuk mempertahankan kadar air benih agar tetap optimal adalah dengan menyimpan benih pada ruang atau wadah yang berkelembaban tinggi dengan meng-gunakan media simpan yang lembab. Kelembaban udara ruang atau wadah simpan benih dapat diatur dengan menggunakan media padat lembab, seperti serbuk gergaji dan arang sekam (Rahardjo, 2001), juga dapat meng-gunakan bahan-bahan kimia berupa larutan garam atau larutan asam seperti (Zuhri, 2000). Tujuan penggunaan media simpan lembab selain untuk mempertahankan kelembaban agar tetap stabil dan yang paling penting adaah untuk mencegah penurunan kadar air benih kakao melewati batas kadar air kritis. Berdasarkan beberapa hasil penelitian, kadar air benih yang tinggi dapat dipertahankan dengan penyimpanan penggunakan media berkelembaban tinggi berkisar 50 - 70%.Serbuk gergaji lembab merupakan salah satu media simpan yang dapat men-ciptakan suasana lembab yang baik untuk mempertahankan kadar air benih yang tinggi (Purwati, Kuswandani, Purwa-ningsih, Rusmiyatun,. dan Tohuri, 2000). Selanjutnya Ulfa (1994), menyatakan viabilitas benih kakao tertinggi dicapai pada kelembaban media simpan serbuk gergaji 50% karena kelembaban media tersebut mampu mempertahankan kadar air benih tetap tinggi dalam penyimpanan. Berdasarkan uraian diatas maka dilakukan percobaan yang memadukan

antara berbagai tingkat kadar air dan media simpan benih guna mencari kadar air penyimpanan yang optimal serta untuk mendapatkan media simpan yang dapat mempertahankan viabilitas benih kakao selama penyimpanan. Penelitian ini menekankan pada pengaruh tingkat kadar air dan berbagai media simpan terhadap viabilitas benih kakao yang nantinya dapat menjadi acuan dalam mempertahankan viabilitas benih rekalsitran selama penyimpanan, yang dapat dilihat dari beberapa indikator viabilitas benih.

BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Benih dan Green House Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin, Makassar, berlangsung dari April sampai dengan Juni 2005. Bahan yang digunakan adalah benih kakao jenis Upper Anzazone Hybrid (UAH) dari buah yang berwarna hijau kuning dengan tingkat kemasakan sekitar 50 % serta berasal dari batang utama atau cabang primer, abu gosok, serbuk gergaji, arang sekam dan Hzs0.1. Metode penelitian yang digunakan disusun berdasarkan Rancangan Faktorial dalam Rancangan Acak Lengkap. Faktor pertama adalah Tingkat Kadar Air Benih (a) yang terdiri dari 4 taraf, yakni : (al) : 31 - 35 %, (a2) : 26 30%, (a3) : 21 - 25 % dan (a4) : 16 - 20%. Faktor kedua adalah Media Simpan Benih (m) yang terdiri dari 3 jenis, yakni : (ml) : Serbuk Gergaji 100 gram, (m2) : Arang Sekam 100 gram dan (m3) : Larutan Hz504 (36%).Setiap perlakuan diulang 3 kali, sehingga seluruhnya terdapat 36 unit percobaan. Setiap satuan percobaan berisi 90 butir benih kakao (60 butir benih untuk dikecambahkan dan 30 butir benih untuk perhitungan kadar air sampai akhir penelitian). Data yang diperoleh di analisis dengan sidik ragam. Untuk mengetahui beda nyata antara perlakuan

Viabilitas benih kakao pada berbagai tingkat kadar air kenih dan Media simpan benih

dilakukan uji lanjut dengan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf kepercayaan 95 % (Gaspersz, 1991). Pelaksanaan Penelitian Persiapan benih Penurunan kadar air benih dilakukan dengan pengeringan masingmasing selama 4 jam untuk mendapatkan kadar air benih 31 - 35 % (ml), 8 jam untuk kadar air benih 26 - 30% (m2), 12 jam untuk kadar air benih 21 - 25 % (m3), dan 16 jam untuk kadar air benih 16 - 20% (1314). Waktu untuk mendapatkan masingmasing kadar air didasarkan pada pra penelitian sebelumnya. Persiapan media simpan Media simpan serbuk gergaji dan arang sekam dikering ovenkan hingga berkadar air 0 %. Pengeringan dengan oven h i sekaligus untuk mensterilkan media simpan. Selanjutnya dilembabkan sampai berkadar air 50% dengan cara setiap 100 gram media ditarnbah dengan air 50 ml (Ulfa, 1994). Larutan HzS04 dilarutkan dengan perbandingan 36% dari 1000 ml air sehingga tercapai tingkat kelembaban relatif 50% Penyimpanan benih Stoples di isi dengan media simpan sesuai perlakuan, kemudian kawat penyanggah atau pembatas, selanjutnya di atas kawat penyanggah tersebut diletakkan 6 buah plastik yang telah dilubangi berisi masing masing 15 butir benih sehingga setiap stoples berisi 90 butir kemudian disimpan dalam ruangan dengan suhu kamar. Penyemaian benih Setelah mengalami masa penyimpanan 0, 7, 14, 28, 35, dan 42 hari (setiap minggu), 10 butir benih setiap satuan percobaan disemaikan pada bak perkecambahan yang berisi media pasir steril. Penyiraman dilakukan setiap hari

untuk menjaga agar media tetap lembab. Pengamatan Paranzefer Setelah Penyiiirpartan 1. Kadar Air Benih (%) dengan menggunakan metode Berat Kering 2. Persentase Benih yang Berkecambah Selama Penyimpanan (%) Parameter Pada Penanaman Saat dan Setelah

3. Kecepatan Berkecambah (Km) Pengamatan dilakukan setiap hari hingga hari ke 17 terhadap kecambah normal. n % KN pada etmal ke-i KCI (% etmal) = 1 i=l Etmal ke - i KN = Kec Normal 4. Pertumbuhan bibit ( tinggi, jumlah daun dan volume akar bibit) Pengamatan dilakukan pada hari ke-21 setelah tanam terhadap daun yang telah membuka dengan panjang 1cm dan lebar 0,5 cm.

C. Parameter Kandungan Kimia Penentuan kadar lemak dilakukan pada minggu ke-3 clan ke-5 setelah penyimpanan terhadap sampel benih kakao pada perlakuan kadar air benih tertinggi (al) dan kadar air terendah (a4).. 5. Kadar Karbohidrat 6. Kadar Lipid 7. Kadar Asam Lemak Bebas
HASIL DAN PEMBAHASAN Kadar Air Benih Hubungan antara kadar air benih dan daya berkecambah benih kakao pada berbagai media simpan diperlihatkan pada Gambar 1.

Syatrianty A. Syaiful, M. Amin Ishak dan Jusriana

I
I

--

0'
. .. -.--. .~

10
-

20

30
-.

40
...~

rn3

-.

i.- .

Kadar Air (%)

Gambar 1.Hubungan antara kadar air benih (%) dan daya berkecambah benih kakao (%) pad a berbagai media simpan benih.

Berdasarkan hasil yang ditunjukkan pada Gambar 1, maka dapat diketahui bahwa kadar air benih sangat berpengaruh terhadap tinggi rendahnya daya ber-kecambah benih kakao. Hal tersebut sesuai yang telah dikemukakan oleh Liang and Sun (2002) bahwa laju pengeringan pada benih merupakan faktor fisiologis yang sangat mendasar pada benih kakao yang termasuk dalam kategori rekalsitran. Pada media simpan arang sekam , daya ber-kecambah cenderung konstan tingginya meskipun kadar air benih ditingkatkan. Hal ini berarti bahwa media arang sekam mampu menjaga kelembaban untuk tetap stabil serta kadar air benih tidak turun melewati batas kadar air kritis, sehingga viabilitas benih kakao tetap terjaga. Kemampuan arang sekam menjaga kelem-baban agar tetap stabil untuk pe-nyimpanan dapat dihubungkan dengan sifat lengas media ini. Menurut

Sutanto (2002), sekam padi memiliki tingkat kelengasan yang tinggi yak^ 9,02%. Sifat tersebut mempengaruhi kemampuan sekam untuk mengikat air atau uap air. Benih Berkecambah Selama Penyimpanan Pada Tabel 1, terlihat bahwa benih yang disimpan pada kadar air 26 - 30% terendah dengan media simpan &So4 jumlah benih berkecambahnya, namun tidak berbeda nyata dengan kadar air 16 20% pada media simpan serbuk gergaji serta pada media simpan arang sekam dengan kadar air 31 -35% dan 21 - 25%. Penurunan kadar air benih kakao yang dilakukan sebelum penyimpanan serta penggunaan media simpan yang tepat dapat mengurangi jumlah benih yang berkecambah selama penyimpanan.

Viabilitas benih kakao pada berbagai tingkat kadar a i benih dan Media simpan benih ~

Rendahnpa benih yang berkecambah pada kadar air 26 - 30% dengan media simpan H2S04 adalah kondisi yang cukup baik untuk penyimpanan benih kakao guna mengurangi terjadinya perkecambahan ditempat penyimpanan. Menurut Furwanti et al. (1999), penurunan kadar air b e ~ hsampai mencapai kadar air optimum untuk penyimpanan diduga akan lebih mampu mengatasi d a ~ n p a k negative selama penyimpanan terutama perkecambahan dalam penyimpanan, sehingga daya simpannya dapat ditingkatkan. Kecepatan Berkecambah Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa kecepatan berkecambah benih kakao cenderung lebih tinggi pada benih yang disimpan dengan kadar air 16 - 20% pada media simpan arang sekam dan terendah pada kadar am 31 - 35%

dengan media simpan H2S04 serta pada kadar air 26 - 30% dengan media simpan serbuk gergaji (Tabel 1dan Tabel 2). Benih kakao yang di simpan dengan kadar air dan media simpan yang tepat akan dapat mengurangi respirasi. Laju respirasi yang rendah dapat menghambat pengurasan cadangan makanan yang akan digunakan untuk perkecambahan. Menurut Rahayu (2002), benih yang cepat muncul cenderung memiliki daya berkecambah yang tinggi. Daya kecambah yang tinggi tersebut karena benih selama dalam penyimpanan dapat mempertahankan cadangan makanan dan bisa menekan perombakan akibat proses respirasi, sehingga pada saat dikecambahkan memiliki energi yang besar untuk cepat muncul.

Tabel 1.Rata-rata benih kakao yang berkecambah (%) selama penyirnpanan Media Simpan 31- 35 (al) Serbuk gergaji (ml) Arang sekam (m2) Lar. HzS04 (m3) 2,50 ab 2,70 a 0,57 fg Kadar air (%) 26-30 (a2) 2,13abc 2,30 ab 037 g 21-25 (a3) 1,83 bed 2,30 ab 0,47 fg 16-20 (a4) 0,83 efg 1,20 def 0,57 fg 1,82 1,93 1,98 Rata-rata

Keterangan: Angka-angka yang diiuti oleh huruf yang sama (a,b,....) pada baris dan kolom, berbeda tidak nyata pada uji Duncan a = 0,05 dengan NP berturut-turut : 0,724; 0,761; 0,781; 0,798; 0,813; 0,821; 0,828; 0,836; 0,838; 0,843, dan 0,845.

Syatrianty A. Syaiful, M. Amin Ishak dan Jusriana

Tabel 2. Kecepatan berkecambah (% etmal-1)benih kakao Kadar air Media Simpan 31- 35 Serbuk gergaji (ml) Arang sekam (m2) Lar. (m3) 4,43 Rata-rata 16-20 (a4) 5,06 5,79 4,63

(4

26-30 (a4 4,02 5,70 5,07

21-25 (a31 5,63 5,59 4,73

4,79 4,76 4,61

4,37 4,02

Pertumbuhan bibit (tinggi, jumlah daun dan volume akar bibit) Hasil uji statistik menunjukkan bahwa kadar air awal saat benih disimpan tidak berpengaruh terhadap

pertumbuhan bibit. Pada Tabel 3 menunjukkan bahwa media simpan berpengaruh terhadap pertumbuhan bibit. Terljhat pertumbuhan bibit terbaik pads yang disimpan media simpan arang sekam,

Tabel 3. Pertumbuhan bibit tanaman kakao (cm) umur 3 minggu Pertumbuhan Bibit Media Simpan Serbuk gergaji (ml) Arang sekam ( x 2 11) Lar. HzS04 (m3) Tinggi (cm) 54,l b 79,3a 46,5 b Jumlah Daun (helai) 1,32 b 1,90a 1,26 b Volume akar (ml) 0,47 b 0,66 a 0,51 b

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sarna (a,b) pada kolorn, berbeda tidak nyata pada uji Duncan a = 0,01 Indikator benih yang bervigor yang cukup tinggi setelah penyim-panan, sehingga saat di tanam partum-buhan bibitnya juga baik yang dapat dilihat pada tinggi bibit, jumlah daun yang terbentuk dan pertumbuhan akar.

tinggi salah satunya dapat dilihat partumbuhan bibitnya setelah dikecambahkan. Benih yang di simpan pada media arang sekam tetap memiliki vigor

Viabilitas benih kakao pada berbagai tingkat kadar air benih dan Media simpan benih

Kandungan kimia benih (kadar karbohidrat, lipid dan asam lemak bebas) Hasil analisis benih kakao yang disajikan pada Tabel 4 menunjukkan bahwa kadar karbohidrat dan lipid benih

semakin menurun dengan semakin tingginya kadar air awal benih saat disimpan dan semakin lamanya penyimpanan dan sebaliknya dengan kadar asam lemak bebas.

Tabel 4. Rata-rata perubahan kadar karbohidrat lipid dan asam lemak bebas benih kakao pada 3 minggu dan 5 minggu setelah penyimpanan Perlakuan Karbohidrat (%) 3minggu alml 7.58 5minggu 7.11 Lipid (%)
3 minggu

As. Lemak bebas (%)


3 minggu

5 minggu
41.39

5minggu 20.55

42.02

08.46

Cepatnya penurunan kadar lemak dan karbohidrat nada benih berkadar air tinggi yakni 31 - 35% dibandingkan dengan benih berkadar air rendah yakni 16 - 25% disebabkan oleh terjadinya perkecambahan dan respirasi selama penyimpanan. Menurut Justice dan Bass (2002), respirasi meningkat sejalan dengan kenaikan kadar air benih. Respirasi yang berlangsung lama menyebabkan cadangan makanan berupa karbohidrat, lemak, dan protein lebih banyak digunakan. Akibat ha1 tersebut benih akan kehilangan-berat dan menjadi lemah. Selain itu pada benih dengan kadar air yang rendah maka kadar karbohidrat akan tetap stabil (Crow, Oliver and Tablin, 2002). Menurut Cahairani (1991), kadar air yang tinggi akan menyebabkan ter-

jadinya respirasi yang lebih cepat, perubahan karbohidrat menjadi lemak selanjutnya membentuk asam lemak bebas, serta perubahan molekul molekul sukrosa menjadi glukosa. Respirasi yang sangat aktif dan berjalan terus akan menghasilkan alkohol. Senyawa alkohol ini dapat merusak membran sel, sehingga terjadi kebocoran membran yang mengakibatkan viabilitas benih menurun. Penelitian yang dilakukan oleh Kloko, Beljak and Parmenter (2006) pada benih Trichilin einetica yang bersifat rekalsitran menunjukkan bahwa penyimpanan dengan kadar air awal yang tinggi menyebabkan viabilitas benih menurun dengan cepat sebagai akibat dari terjadinya perubahan pada kulit benih yang banyak mengandung sellulose

Syatrianty A. Syaiful, M. AmiqIshak dan Jusriana

Peningkatan kadar asam lemak bebas berbanding terbalik dengan kadar lemak dan karbohidrat benih. Meningkatnya asam lemak bebas benih berati penurunan kadar lemak dan karbohidrat, sebab terjadi perombakan kedua capangan makanan tersebut yang salah satu produknya adalah asam lemak bebas. Menurut Toruan (1995) dalam Robi (1996), benih kakao selama penyimpanan mengalami perubahan sumber energi utama, seperti lemak dan karbohidrat menjadi senyawa sederhana seperti asam lemak bebas, gula, asam amino, dan alkohol. Beberapa metabolit proses metabolisme tersebut dapat bersifat racun ataupun penghambat bagi benih sehingga benih mati sebelum cadangan sumber energi habis, misalnya asam lemak bebas dan alkohol. KESIMPULAN Penyimpanan benih dengan kadar air awal benih 26 - 30% pada media simpan arang sekam memperlambat laju penurunan viabilitas benih kakao terlihat pada daya berkecambah tertinggi (72,67%). Viabilitas benih kakao yang disimpan pada media simpan arang sekam lebih baik dari media simpan lainnya yang diperlihatkan pada keserempakan tumbuh (29,64%), tinggi bibit (7,93 cm), jumlah daun bibit (1 ,90 helai), dan volume akar bibit (0,66

ml).

F'enyimpanan benih kadar air 31 35% menurunkan kadar karbohidrat dan lipid dan meningkatkan kadar asam lemak bebas benih kakao selama penyimpanan

DAFTAR PUSTAKA Chairani, M. 1991. Pengaruh Penyimpanan dan Pengupasan terhadap Daya Kecambah Benih Kelapa Sawit. Buletin Perkebunan. 22(1) : 21 - 32. Crowe, J.H., A.E. Oliver and F. TabIin. 2002. Is There a Single Biochemical Adaptation to Anhydrobiosis. Integrative and Comparative Biology. 42 (3): 477-503. Espindola, L.S., M. Noin, F. Corbineau and D. Come. 1994. Cellular and Metabolic Damage Induce by Desication in Recalcitrant Araucaria angustifolia Embryo. Seed Sc. 4 : 193 - 200. Hanapi. 2002. Analisis Kimiawi Benih Kakao (Tlzeobrorna cacao L.) setelah Penyimpanan. Agrinigor. 2(2) : 164 171. Justice, 0.L dan L.N. Bass. 2002. Prinsip Praktek Penyimpanan Benih. Rajawali Pers, Jakarta. Kloko, 1 , P. Berjak and N.W., Pammenter. 2006. Viability and Ultrastuctural Responses of Seeds and Embryonic Axes of Trichillia Emetica to Different Dehydration and Storage Condition. South African Journal of Botany. 27:167176. Liang, Y. and W. Q. Sun. 2000. Desication Tolerance of recalcitrant Theobroma cacao embryonic axes: the optimal drying rate and its physiological basis. Journal of Experimental Botany. 15 (352): 1911-1919. Liang, Y. and W. Q. Sun. 2002. Rate of dehydration and cumulative desiccation stress interacted to modulate desiccation tolerance of recalcitrant cacao and ginkgo embryonic tissue. Journal Plant Physiology. 128(4) : 1323 - 1331.

Viabilitas benih kakao pada berbagai tingkat kadar air benih dan Media simpan benih

Mudarismen. 1998. Pengaruh Perendaman K&P04 terhadap Viabilitas Benih Kakao (Tzeobroma cacao L.) pada berbagai Tingkat Kemunduran Benih. Skripsi Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Purwanti, S., AL. Kuswardani, 0. Purwaningsih, W. Rusmiyatun, dan Tohari. 2000. Usaha Mempertahankan Kualitas Benih Rambutan Selama Penyimpanan. INTAN Institut Pertanian, Yogyakarta. Rahardjo, P. 2001. Penyimpanan Bibit Kepelan Kopi Arabika dengan Berbagai Media Pelembab. Penelitian Kopi dan Kakao. 17 (1): 1017. Rahayu, AY. 2002. Efek Penggunaan Kapur Tohor dan Jenis Kemasan pada Penyimpanan Benih terhadap Viabilitas dan Vigor Benih Kedelai (Glycine max (L.) Merril). UNSOED. 3/XXVII P. 1-12.

Robi, A 1996. Pengaruh Kadar Air Awal terhadap Penurunan Vigor dan Upaya Invigorisasi terhadap Viabilitas Benih Kakao (Tlzeobromn cacao L.). Skripsi Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Ulfa, F. 1994. Pengamh Kelembaban Media Simpan pada Berbagai Lama Penyimpanan terhadap Viabilitas Benih Kakao F e o b r o n u cacao L.) Tes. Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin. Yayuk Nurmiaty. 2006. Pengaruh Kadar Air Media Simpan Terhadap Viabilitas Benih Mahkota Dewa. Research Report. Lampung University Library. 3p. Zuhry, E. 2000. Upaya Mempertahankan Viabilitas Benih Kakao selama Penyimpanan dengan Pengupasan 1 Kulit. Natur Indonesia. 1 (2) : 192201.

Você também pode gostar