Você está na página 1de 6

Mutiara 3 Fashal Awal Kitab Talim al-Mutaallim Imam azZarnujiy

Ilmu yang paling utama adalah ilmu tingkah laku, dan amal yang paling utama adalah menjaga tingkah laku Kemulyaan ilmu pada diri seseorang itu tidaklah samar, melainkan sangat jelas dan khas, karena seperti sifat-sifat berani, kuat, pemurah, pengasih dan lain sebagainya (selain ilmu) juga dimiliki oleh hewan. Jadi, bukan sesuatu yang khas bagi seorang manusia. Syaikh Muhammad bin al-Hasan bin Abdillah rahimahumullah- mengatakan dalam sebuah syair, # belajarlah kalian, karena sesungguhnya ilmu adalah perhiasan bagi ahlinya, dan menjadi keutamaan serta sebagai penolong bagi setiap hal yang terpuji # jadilah kalian orang yang selalu mengambil faidah (pelajaran) disetiap waktu sebagai tambahan ilmu, selamilah samudera-samudera faidah itu # belajarlah ilmu Fiqh, karena ilmu Fiqih adalah paling utamanya hal yang bisa menuntun kepada kebajikan, takwa kepada Allah dan merupakan tujuan yang seimbang # Ilmu Fiqh adalah ilmu yang akan menuntun kepada jalan hidayah, ilmu Fiqh adalah yang akan menyelamatkan dari seluruh bencana (siksaan) # Sesungguhnya satu orang yang alim dalam ilmu Fiqh serta wara, itu lebih ditakuti oleh syaithan-syaithan daripada seribu ahli Ibadah. Ulama mengatakan, sesungguhnya belajar (mengetahui) ilmu-ilmu yang dibutuhkan seseorang pada saat itu juga laksana makanan yang memang dibutuhkan setiap orang, adapun mengetahui ilmu-ilmu yang akan dibutuhkan pada suatu saat nanti adalah laksana obat yang dibutuhkan pada saat-saat tertentu, adapun belajar ilmu nujum laksana berada pada tempat yang kering, dan belajar ilmu nujum itu haram karena membahayakan dan tidak bermanfaat, serta menyalahi Qadla Qadar Allah dan itu tidak mungkin. Maka selayaknya bagi seorang Muslim senantiasa menyibukkan diri dengan berdzikir kepada Allah, berdoa, selalu sopan santun dalam segala tingkah lakunya, senantiasa membaca al-Quran, memperbanyak shadaqah, selalu memohon ampun kepada Allah serta memohon selamat dunia dan akhirat, agar Allah menjaga dari segala bencana dan penyakit. Sebab, adanya penyakit itu sudah ketentuan, oleh karena itu mudah-mudahan Allah mempermudahnya.

Pengecualian, sekedar belajar ilmu nujum bisa dibolehkan jika seseorang senantiasa tetap menjaga ibadahnya dan tidak melupakan kedekatan kepada Allah. Adapun belajar ilmu pengobatan adalah diperbolehkan, karena hal itu merupakan sebab dari berbagai sebab (perantara kesembuhan) dan Nabi shallallahu alayhi wa sallam sendiri pernah berobat. Imam asy-Syafii pernah berkata, : Ilmu itu ada 2 macam, pertama ilmu Fiqh untuk kepentingan agama, kedua, ilmu pengobatan untuk badan... Imam Abu Hanifah berkata, Ilmu Fiqh adalah marifatun nafs (mengetahui diri sendiri) tentang yang bermanfaat dan yang tidak tidaklah ilmu itu kecuali untuk beramal dengannya, dan beramal dengannya adalah dengan meninggalkan keduniaan demi akhiratnya Niat Belajar Seorang pelajar (pencari ilmu) harus benar-benar memiliki niat untuk belajar, karena niat adalah dasar dari segala perbuatan, sebagaimana Nabi juga pernah bersabda dalam hadits shahih, setiap perbuatan tergantung pada niatnya Nabi juga bersabda, Betapa banyak perbuatan yang berupa amal-amal bersifat keduniaan, kemudian menjadi amal-amal akhirat disebabkan niat yang bagus, dan betapa banyak perbuatan yang berupa amal-amal akhirat namun hanya menjadi amal keduniaan karena jeleknya niat (niat yang keliru). Oleh karena itu, sepatutnya bagi pelajar berniat mencari ilmu untuk semata-mata mencari keridlaan Allah Subhanahu wa Taalaa, untuk kepentingan kehidupan akhirat, menghilangkan kejahilan pada diri seorang pelajar dan dari orang-orang jahil serta untuk menghidupkan syiar agama Islam. Sifat zuhud dan takwa tidaklah berguna jika hanya dibarengi dengan kebodohan.

agama Islam. Sifat zuhud dan takwa tidaklah berguna jika hanya dibarengi dengan kebodohan. Syaikh al-Imam al-Ajall Burhanuddin az-Zarnujiy pernah melantunkan bait nasyid, # Celaka orang yang besar yaitu orang alim yang tidak mengamalkan ilmunya, dan lebih celaka lagi yaitu orang bodoh yang melakukan ibadah Seorang pelajar harus berniat belajar dengan senantiasa bersyukur atas segala nikmat yang telah diberikan Allah seperti nikmat akal, nikmat kesehatan badan dan lain sebagainya. Tidaklah dibenarkan jikalau seorang pelajar berniat belajar hanya untuk menghadapi manusia lainnya, tidak boleh diniatkan untuk memperoleh perkara-perkara yang bersifat keduaniaan, kedudukan didepan penguasa dan lain sebagainya. Syaikh al-Imam al-Ajall al-Ustadz Qiwamuddin Ibrahim bin Ismail ash-Shaffar al-Anshariy pernah melantunkan nyanyian karena imla kepada Imam Abu Hanifah, # siapa yang mencari ilmu karena urusan akhirat, maka beruntunglah dia dengan memperoleh keutamaan dari perkara yang benar # hai.. hendaklah kalian semua mengetahui tentang betapa ruginya seorang pencari ilmu, karena mengharap keutamaan (kemulyaan) dari manusia-manusia lainnya Seorang pelajar harus selalu memikirkan tentang apa yang dipelajarinya dan merupakan hal yang wajar bagi seorang pencari ilmu menghadapi kesusahan (kepayahan). Maka, jangan berpaling dari ilmu kepada hal-hal duniawi yang hina yang sedikit yang rusak. Seorang pencari ilmu juga harus senantiasa merasa hina dan tidak bersifat tamak yang tidak pada tempatnya, selalu menjaga diri dari hal-hal yang bisa menghinakan ilmu dan ahli ilmu, sopan santun, tawadlu dan menjaga diri dari perkara yang haram. Sesungguhnya sikap tawadlu merupakan salah satu dari tanda seseorang takut kepada Allah, yang dengannya (dengan tawadlu) bisa mengangkat derajat yang tinggi. Memilih Ilmu, Guru dan Teman Seorang pencari ilmu harus benar-benar mencermati ilmu yang akan dipelajarinya dan memilih ilmu yang baik, yang dibutuhkan untuk kepentingan agama pada saat itu juga atau pada saatsaat yang akan datang (masa depan). Seorang penuntut ilmu juga harus mengedepankan ilmu Tauhid dan Marifat, mengetahui tentang Allah beserta dalil-dalilnya. Keimanan seorang Muqallid walaupun sah menurut Ahlussunnah wal Jamaah namun tetap berdosa karena telah meninggalkan beristidllal. Penuntut ilmu harus benar-benar memilih kitab klasik bukan kitab yang baru dan janganlah sekali-kali menyibukkan diri dengan perdebatan sebab sudah jelas betapa banyak orang besar

sekali-kali menyibukkan diri dengan perdebatan sebab sudah jelas betapa banyak orang besar yang telah jauh dari Ulama. Seorang penuntut ilmu harus benar-benar memilih guru yang akan mengajarkannya, maka selayaknya guru yang dipilihnya adalah guru yang lebih alim, lebih wara dan lebih sepuh, sebagaimana Imam Abu Hanifah memilih Imam Hammad bin Abi Sulaiman al-Asyariy sebagai gurunya setelah sebelumnya bertafakkur. Imam Abu Hanifah berkata, aku berjumpa dengannya (Imam Hammad) yang sepuh, memiliki kehormatan, halim dan sabar dalam segala hal aku tidak melihat ada yang lebih faqih dari Imam Hammad (al-Jawahirul Madliyah) aku berada disisi Imam Hammad bin Sulaiman dan aku tumbuh Imam Abu Hanifah juga berkata, : : aku mendengar hakim dari hakim-hakim yang ada di Samarqan berkata, sesungguhnya ada satu orang dari orang yang mencari ilmu bermusyawarah denganku, yang dimusyawarahkan adalah tentang keberangkan ke negeri Bukhara untuk tujuan menuntut ilmu Dari apa yang dituturkan oleh Imam Abu Hanifah, maka seorang penuntut ilmu hendaknya senantiasa bermusyarawah dalam setiap hal karena Allah dan Rasul-Nya juga memerintahkan bermusyawarah dalam segala hal, sedangkan Nabi sendiri adalah orang yang cerdas namun masih melakukan musyarawah dengan para sahabatnya hingga keperluan rumah tangga pun di musyawarahkan. Sayyidina Ali Karramallahu Wajhah berkata, : seseorang tidak akan celaka hanya karena bermusyawarah Dikatakan (qil), ada 3 klasifikasi seorang laki-laki ; 1. Laki-laki yang sempurna (tam), yaitu laki-laki yang memiliki pemikiran (rayu) yang benar dan melakukan musyawarah. 2. Laki-laki yang kurang (nishf), yaitu laki-kali yang memiliki pemikiran yang benar namun tidak bermusyawarah, atau melakukan musyawarah namun tidak memiliki pendapat. 3. Laki-laki yang kosong (laa syai), yaitu laki-laki yang tidak memiliki pandangan (pendapat)

3. Laki-laki yang kosong (laa syai), yaitu laki-laki yang tidak memiliki pandangan (pendapat) dan tidak melakukan musyawarah. Imam Jakfar ash-Shadiq berkata kepada Imam Sufyan ats-Tsauriy, hendaklah engkau memusyawarahkan perkara-perkaramu kepada orang-orang yang takut kepada Allah Musyarawah sangat dianjurkan dalam hal menuntut ilmu, sebab menuntut ilmu itu merupakan pekerjaan yang paling mulya sekaligus sulit, maka bermusyawarah itu sangatlah penting dan wajib. Imam Hakim pernah berkata, . . Apabila engkau pergi ke negeri Bukhara (untuk menuntut ilmu), janganlah engkau terburuburu (memutuskan) dalam hal ikhtilaf (perselisihan) para Imam, berdiam dirilah selama 2 bulan sambil berfikir dan memilih guru. Karena apabila engkau datang kepada orang alim dan memulai mengkaji pada orang alim maka kemungkinan kajiannya tidak cocok, engkau akan meninggalkannya dan mencari orang alim yang lain, Maka, apa yang engkau hasilkan dari belajar sama sekali tidak barakah pada diri engkau. Maka fikirlahkan oleh engkau selama dua bulan didalam hal memilih seorang guru, dan lakukanlah musyawarah sehingga tidak ada keinginan lagi untuk meninggalkan guru dan beralih, maka tetaplah engkau pada guru yang engkau pilih hingga apa yang engkau pelajari memberikan barakah dan ilmu yang engkau pelajari memberikan manfaat yang besar Seorang penuntut ilmu hendaknya selalu bersabar atas guru maupun kitab yang dipelajari selama seorang guru tidak meninggalkan kitab tersebut dan memulai kajian dengan kitab lainnya. Sebelumnya juga harus yakin bahwa tempat (negeri) yang ditempati untuk menuntut ilmu adalah sudah mantap, sehingga tidak menyebabkan seorang penuntut ilmu beralih ketempat lain kecuali hanya karena sebab dharurat. Karena jika hal itu terjadi, hanya akan menyia-nyiakan waktu, menyibukkan hati dan menyakiti hati seorang guru jika beralih ke tempat lain. Maka seorang penuntut ilmu, sekali lagi harus bersabar dari apa-apa yang diinginkan oleh dirinya. Sayyidina Ali karramallahu wajah pernah bersyair, : : Ingat-ingatlah, ilmu tidak akan diperoleh kecuali dengan 6 hal ; aku akan menjelaskan kepada engkau dari semuanya secara jelas Cerdas, tamak (dalam mencari ilmu), sabar (atas ujian) dan memiliki biaya ; guru yang menunjukkan yang benar serta lamanya masa (zaman) Adapun dalam hal memilih teman, maka seorang penuntut ilmu hendaknya memilih teman

Adapun dalam hal memilih teman, maka seorang penuntut ilmu hendaknya memilih teman yang rajin, wara, memikili watak yang lurus dan mengerti serta yang jauh dari sifat malas, menganggur, banyak membantah, membuat kerusakan dan memfitnah. Dalam sebuah syiir dikatakan, : : Jangan tanyakan tentang seseorang, namun lihatlah teman-temannya ; karena teman dengan teman yang lainnya itu akan mengikuti apabila temannya berperilaku buruk, maka menjauhlah secara cepat ; apabila baik maka dekatilah (bertemanlah) niscata engkau akan mendapat petunjuk Dalam syiir yang lain dikatakan, : : janganlah engkau bersahabat dengan orang malas didalam tingkah lakunya, karena betapa banyak orang shalih yang rusak disebabkan rusaknya yang lain (temannya) Permusuhan orang bodoh terhadap orang alim itu cepat, laksana meletakkan bara dalam tumpukan abu, maka bara langsung mati Syiir yang lain mengatakan, : : Teman yang memiliki keburukan itu lebih buruk dari ular yang buruk dan lebih bahaya, Demi dzat Allah yang suci dan yang Dituju teman yang buruk hanya akan membawa kepada tepi neraka jahanam, sedangkan teman yang baik akan menjadi sebab memperoleh surga yang nikmat Wallahu subhanahu wa taalaa, selesai ringkasan 3 bab awal kitab Talim al-Mutaallim Thariq at-Taallum. Semoga bermanfaat dan mohon koreksinya.

ashhabur-royi.blogspot.com

http://ashhabur-royi.blogspot.com/2010/09/mutia ra-3-fashal-awal-kitab-talim-al.html http://goo.gl/yYm25

Você também pode gostar