Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Tujuan: menurunkan prevalensi gizi kurang dan gizi buruk Tujuan khusus: mencegah kematian anak, mencegah gangguan tumbuh kembang, dan mencapai garis pertumbuhan anak. Sasaran: anak gizi buruk (BB/TB < -3 SD) dengan atau tanpa gejala klinis (marasmus, kwashiorkor, dan marasmikkwashiorkor) serta anak gizi kurang (BB/TB < -2 SD).
Kebijakan Operasional
Manajemen kasus: Terapi gizi medis Tempat pelayanan: Puskesmas - rumah sakit - rujukannya Komprehensif: berbagai disiplin ilmu spesialisasi: anak, bedah, mata, THT, gizi klinik, dan disiplin ilmu terkait lainnya. Pelayanan paripurna (tim asuhan gizi), meliputi penyuluhan, perlindungan khusus, deteksi dini, pengobatan segera, pencegahan kecacatan, dan rehabilitasi.
Arah garis pertumbuhan T (berat badan tidak naik atau naik tetapi tidak sesuai garis baku KMS selama 2 kali penimbangan berturutturut) Bawah garis merah (BGM). Anak sakit.
Penemuan Kasus Gizi Buruk Rujukan Balita Gizi Buruk Perawatan Balita Gizi Buruk Tindak Lanjut Pemulihan Status Gizi Pendampingan Pasca Perawatan
Kegiatan penimbangan seluruh balita secara serentak di Posyandu (Operasi Timbang) - tujuan: menemukan seluruh kasus gizi buruk secara dini - serentak rutin tiap Agustus.
Penimbangan rutin bulanan di Posyandu. BGM baru dan 2T dirujuk ke Puskesmas: konfirmasi status gizi dan pemeriksaan kesehatan.
Konfirmasi seluruh balita BGM dan 2T: memeriksa tanda-tanda klinis marasmus, kwashiorkor, dan marasmik-kwashiorkor.
Apabila tidak ditemukan tanda klinis, dilakukan pengukuran TB dengan microtoise dan PB dengan alat ukur panjang badan
5 6
Mencegah dan mengatasi hipoglikemia. Mencegah dan mengatasi hipotermia. Mencegah dan mengatasi dehidrasi. Memperbaiki gangguan keseimbangan elektrolit. Mengobati infeksi. Memperbaiki kekurangan zat gizi mikro. Memberikan
Hipoglikemia
Semua anak dengan gizi buruk berisiko hipoglikemia (kadar gula darah < 3 mmol/L atau < 54 mg/dl) sehingga setiap anak gizi buruk harus diberi makan atau larutan glukosa / gula pasir 10% segera setelah masuk rumah sakit. Pemberian makan yang sering sangat penting dilakukan pada anak gizi buruk. Jika fasilitas setempat tidak memungkinkan untuk memeriksa kadar gula darah, maka semua anak gizi buruk harus dianggap menderita hipoglikemia dan segera ditangani sesuai panduan. Tatalaksana sesuai 5 kondisi anak gizi buruk
TANDA CARA MENGATASI Sadar (tidak letargis) Berikan larutan glukosa 10% atau larutan gula pasir 10% secara oral atau NGT (bolus) sebanyak 50 ml Tidak sadar (Letargis) Berikan larutan glukosa 10 % iv (bolus) sebanyalk 5 ml/kg BB Berikan larutan glukosa 10 % atau larutan gula pasir 10 % secara oral / NGT sebanyak 50 ml Renjatan syok Berikan cairan iv berupa ringer laktat dan dekstrosa 10 % dengan perbandingan 1:1 sebanyak 15 ml/kg BB selama 1 jam pertama atau 5 tpm per kg BB Berikan larutan glukosa 10 % atau
Hipotermia
Suhu aksilar < 36,5oC. Tatalaksana: segera beri makan F75 (jika perlu lakukan rehidrasi dulu). Pastikan bahwa anak berpakaian, termasuk kepalanya. Tutup dengan selimut hangat dan letakkan pemanas (tidak mengarah langsung pada anak) atau lampu di dekatnya, atau letakkan anak langsung pada dada atau perut ibunya (metode kanguru). Bila menggunakan lampu listrik, letakkan lampu pijar 40 W dengan jarak 50 cm dari tubuh anak. Berikan antibiotik sesuai pedoman. Pencegahan: pastikan anak dalam keadaan hangat, berpakaian kering, jauh dari angin, jika perlu biarkan tetap dipeluk orangtuanya saat tidur, serta pemberian F75 atau modifikasi nya tiap 2 jam sesegera mungkin.
Tutup tubuh anak termasuk Hangatkan tubuh: kepalanya Cara kanguru kontak langsung Hindari adanya hembusan angin kulit ibu dengan kulit anak Tetap diselimuti pada malam hari Lampu diletakkan 50 cm dari Jangan biarkan tanpa baju terlalu tubuh anak lama Monitor suhu tiap 30 menit Tangan yang merawat harus hangat Hentikan pemanasan jika suhu Segera ganti baju atau peralatan mencapai 37 o C yang basah Segera keringkan badan setelah mandi Jangan menggunakan botol air panas untuk menghangatkan badan kulit terbakar
Dehidrasi
Status dehidrasi sulit ditentukan dengan gejala klinis saja. Anak gizi buruk dengan diare cair, jika gejala dehidrasi tidak jelas, dianggap sebagai dehidrasi ringan. Pada anak gizi buruk, tidak digunakan infus untuk rehidrasi kecuali kasus dehidrasi berat dengan / tanpa syok. Selama rehidrasi, frekuensi napas dan nadi akan berkurang dan mulai diuresis. Kembalinya air mata, mulut basah; cekung mata dan fontanel berkurang serta turgor kulit membaik merupakan tanda membaiknya hidrasi, tetapi anak gizi buruk seringkali tidak memperlihatkan tanda tersebut walaupun rehidrasi telah terjadi, sehingga sangat penting untuk memantau berat badan. Tanda kelebihan cairan (frekuensi napas meningkat 5x / menit dan frekuensi nadi meningkat 15x/ menit): hentikan pemberian cairan segera, ulang penilaian dalam 1 jam.
Infeksi
Anggap semua anak dengan gizi buruk mengalami infeksi --> antibiotik. Hipoglikemia dan hipotermia : tanda infeksi berat. Tatalaksana: antibiotik spektrum luas dan vaksin campak Pilihan antibiotik spektrum luas: Tidak ada komplikasi / tidak ada infeksi nyata, Kotrimoksazol per oral (25 mg SMX + 5 mg TMP / kgBB tiap 2 jam). Ada komplikasi / jelas ada infeksi: Ampisilin (50 mg/kgBB IM/IV tiap 6 jam selama 2 hari) dilanjutkan Amoksisilin oral (15 mg/kgBB tiap 8 jam selama 5 hari) atau ampisilin oral (50 mg/kgBB tiap 6 jam selama 6 hari) + Gentamisin (7,5 mg/kgBB IM/IV) tiap hari selama 7 hari. Tidak membaik dalam 24 jam: + Kloramfenikol (25 mg/kgBB IM/IV tiap 8 jam) 5 hari.
Tumbuh Kejar
Tumbuh kejar ditandai kembalinya nafsu makan dan edema minimal atau hilang. Tatalaksananya yaitu: Transisi bertahap F-75 ke F-100. Pemberian makan yang sering dengan jumlah sesuai kemampuan anak, energi 150-220 kKal/kgBB/hari dan protein 4-6 g/kgBB/hari. Bila anak masih mendapat ASI, lanjutkan pemberian ASI namun pastikan anak sudah mendapat F100 sesuai kebutuhan karena ASI tidak mengandung cukup energi untuk menunjang tumbuh-kejar. Makanan-terapeutik-siap-saji (Ready to use therapeutic food = RUTF) yang mengandung energi sebanyak 500 kKal/sachet 92 g dapat digunakan pada fase rehabilitasi.
Fase Stabilisasi
Anak digolongkan pada kondisi I jika ditemukan renjatan(syok), letargis, muntah atau diare dan atau dehidrasi. Kondisi II diterapkan jika terdapat letargis serta muntah dan atau diare atau dehidrasi. Kondisi III adalah jika terdapat muntah dan atau diare atau dehidrasi. Kondisi IV jika ditemukan letargis. Kondisi V dimana tidak ditemukan tiga tanda bahaya atau tanda penting tersebut. Secara umum perawatan awal pada fase stabilisasi meliputi: Pemeriksaan berat badan dan suhu tubuh (aksila) dan tindakan pemberian oksigen (pada kondisi I), penghangatan tubuh, pemberian cairan dan makanan sesuai Rencana I V sesuai kondisi, yaitu F75 dengan asupan gizi 80-100 kKal/kgBB/hari dan protein 1-1,5 gr/kgBB/hari dan antibiotika sesuai umur.
Segera: 1) Pasang oksigen 1-2 L/menit 2) Pasang infus RL dan Dextrosa/Glukosa 10% dengan perbandingan 1:1 (RLG 5%) 3) Berikan glukosa 10% i.v. Bolus 5 ml/kgBB bersama dengan 4) ReSoMal 5 ml/kgBB melalui NGT (nasogastric tube)
Jam I
Teruskan pemberian cairan RLG 5% sebanyak 15 ml/kgBB selama 1 jam atau 5 tpm/kgBB Catat nadi dan frekuensi nafas setiap 30 menit selama 1 jam.
Jam II - Bila nadi menguat & frekuensi nafas turun, infus diteruskan dengan cairan & tetesan yang sama selama 1 jam. - Bila rehidrasi belum selesai dan anak minta minum berikan ReSoMal sesuai kemampuan anak.
Jam II Denyut nadi << dan frekuensi nadi & nafas >> Teruskan pemberian cairan intravena dengan dosis diturunkan menjadi 1 tts makro/menit/kgBB (4 ml/kgBB/jam). Bila tidak mampu melakukan transfusi segera rujuk ke RS.
Di RS perhatikan tanda-tanda gagal jantung. 10 jam berikutnya - Bila pemberian cairan i.v selesai (jangan dulu dicabut) berikan ReSoMal dan F75 secara berselang seling tiap 1 jam.\ ReSoMal: dosis 5-10ml.kgBB/pemberian. F75: Dosis menurut BB (lihat lampiran dosis F75 dengan edema dan tanpa edema) Bila sudah rehidrasi: - Diare (-): hentikan ReSoMal, teruskan F75 setiap 2 jam. - Perhatikan over rehidrasi yang bisa menyebabkan gagal jantung. - Diare (+): tiap diare diberikan ReSoMal: Anak < 2 th: 50-100 ml tiap diare; Anak > 2 th: 100-200 ml tiap diare. Bila ada Bila tidak ada
Berikan furosemid 1 ml.kgBB secara iv, bila darah siap diberikan. Transfusikan segera packed red cell (PRC). Bila tidak ada PRC dapat diganti darah segar.
Ukur dan catat denyut nadi dan frekuensi nafas setiap 30 menit. berikan F75 tiap 2 jam (tanpa ReSoMal), dosis menurut BB. Bila anak masih menetek, berikan ASI setelah pemberian F75.
Bila tidak ada diare / muntah dan anak dapat menghabiskan F75 ubahlah pemberian F75 menjadi tiap 4 jam. Bila masih menetek berikan ASI antara pemberian F75.
Bila diare / muntah berkurang & anak dapat menghabiskan sebagian besar F75, berikan F 75 tiap 3 jam (sisanya diberikan lewat NGT). Bila masih menetek berikan ASI antara pemberian F75.
PEMBERIAN CAIRAN DAN MAKANAN UNTUK STABILISASI KONDISI II (Letargis dan Muntah / Diare / Dehidrasi)
Bolus glukosa iv, 5 ml/kgBB. Lanjutkan dengan glukosa / larutan gula pasir 10% melalui NGT sebanyak 50 ml. 2 jam pertama: Berikan ReSoMal secara oral / NGT tiap 30 menit, 5 ml/kgBB tiap pemberian. Catat nadi, frekuensi nafas, dan pemberian ReSoMal tiap 30 menit. Membaik Memburuk (renjatan / syok) Segera infus (lihat rencana I) tanpa pemberian bolus glukosa.
10 jam berikutnya: - Teruskan pemberian ReSoMal berseling dengan F75 tiap 1 jam, ReSoMal: 5-10 ml/kgBB/pemberian F75: tiap 2 jam dosis menurut BB - Catat denyut nadi, frekuensi nafas tiap 1 jam. Bila sudah rehidrasi: Diare (-): Hentikan ReSoMal, teruskan F75 tiap 2 jam. Diare (+): Setiap diare berikan ReSoMal (anak <2th 50-100 ml tiap diare; anak > 2th 100-200 ml tiap diare). Bila anak masih menetek, berikan ASI antara pemberian F75. - Diare dan muntah berkurang, anak mampu menghabiskan sebagian besar F75, berikan F75 tiap 3 jam. - Bila anak masih menetek, teruskan ASI antara pemberian F75. - Bila tidak ada diare / muntah berkurang, anak mampu menghabiskan F75, berikan F75 tiap 4 jam. - Bila anak masih menetek, teruskan ASI antara pemberian F75.
PEMBERIAN CAIRAN DAN MAKANAN UNTUK STABILISASI KONDISI III (Muntah dan atau Diare atau Dehidrasi)
Segera berikan 50 ml glukosa atau larutan gula pasir 10% melalui oral / NGT. 2 jam pertama: Berikan ReSoMal secara oral / NGT tiap 30 menit, 5 ml/kgBB tiap pemberian. Catat nadi, frekuensi nafas, dan beri ReSoMal tiap 30 menit.
Membaik
Memburuk (Renjatan / Syok) Segera infus, lihat Rencana I, tanpa pemberian bolus glukosa.
10 jam berikutnya: - Teruskan pemberian ReSoMal berseling dengan F75 tiap 1 jam, ReSoMal: 5-10 ml/kgBB/pemberian F75: tiap 2 jam dosis menurut BB - Catat denyut nadi, frekuensi nafas tiap 1 jam. Bila sudah rehidrasi: Diare (-): Hentikan ReSoMal, teruskan F75 tiap 2 jam. Diare (+): Setiap diare berikan ReSoMal (anak <2th 50-100 ml tiap diare; anak > 2th 100-200 ml tiap diare). Bila anak masih menetek, berikan ASI antara pemberian F75.
- Diare dan muntah berkurang, anak mampu menghabiskan sebagian besar F75, berikan F75 tiap 3 jam. - Bila tidak ada diare dan anak da[at menghabiskan F75, ubah pemberian F75 menjadi tiap 4 jam. - Bila anak masih menetek, teruskan ASI antara pemberian F75.
2 jam II: - Ulangi pemberian F75 tiap 30 menit, dari dosis untuk 2 jam sesuai dengan berat badan (NGT) seperti langkah di atas, -Pikirkan penyebab lain. - Catat nadi, pernafasan, kesadaran, dan masukkan F75 setiap 30 menit. Bila sudah sadar (tidak letargis)
10 jam berikutnya: - Lanjutkan F75 dosis setiap 2 jam (oral / NGT). - Catat nadi, pernafasan, kesadaran, tiap 1 jam. - Bila masih menetek berikan ASI antara pemberian F75. - Bila anak dapat menghabiskan sebagian besar F75, ubah pemberian F75 menjadi tiap 3 jam. - Bila anak masih menetek, teruskan ASI antara pemberian F75.
- Bila anak dapat menghabiskan F75, ubah pemberian F75 menjadi tiap 4 jam. - Bila anak masih menetek, teruskan ASI antara pemberian F75.
PEMBERIAN CAIRAN DAN MAKANAN UNTUK STABILISASI RENCANA V (tidak menunjukkan tanda bahaya/tanda penting)
- Segera berikan 50 ml glukosa / larutan gula pasir 10% oral. - Catat nadi, pernafasan, dan kesadaran. 2 jam pertama: - Berikan F75 tiap 30 menit, dari dosis untuk 2 jam sesuai berat badan. - Catat nadi, pernafasan, kesadaran, dan asupan F75 setiap 30 menit.
10 jam berikutnya: Teruskan pemberian F75 tiap 2 jam. - Catat nadi, frekuensi nafas, dan asupan F75 tiap jam. - Bila anak masih menetek berikan ASI antara pemberian F75. - Bila anak dapat menghabiskan sebagian besar F75, ubah pemberian F75 menjadi tiap 3 jam. - Bila anak masih menetek, teruskan ASI antara pemberian F75.
- Bila anak dapat menghabiskan F75, ubah pemberian F75 menjadi tiap 4 jam. - Bila anak masih menetek, teruskan ASI antara pemberian F75.
Pemeriksaan fisik khusus : Mata, Kulit, THT Pemeriksaan laboratorium : Kadar gula darah, Hemoglobin Tindakan : Pemberian vitamin A, asam folat, multivitamin tanpa Fe, Pengobatan penyakit penyulit, dan stimulasi.
Fase Transisi
Perawatan lanjutan fase transisi meliputi: Pemeriksaan berat badan. Pemberian makanan tumbuh kejar: makanan formula 100 (F100) dengan asupan gizi 100-150 kKal/kgBB/hari dan protein 2-3 gr/kgBB/hari, perubahan dari F75 menjadi F100; pemberian multivitamin tanpa Fe, Stimulasi, dan Pengobatan penyakit penyulit.
Bila BB < 7 kg
Berikan F135 ditambah dengan makanan bayi / lumat dan sari buah.
Berikan F135 ditambah dengan makanan anak / lunak dan sari buah.
Terus berikan makanan tahap rehabilitasi ini sampai tercapai: BB/TB-PB > -2 SD WHO NCHS (kriteria sembuh)
Fase Rehabilitasi
Monitoring tumbuh kembang Pemberian makanan tumbuh kejar: formula 135 (F135), nilai gizi 150-220 kKal/kgBB/hari dan protein 3-4 gr/kgBB/hari; disertai pemberian multivitamin dengan Fe, pengobatan penyakit penyulit, persiapan ibu, dan stimulasi.
Makanan beraneka ragam,porsi kecil dan sering. Anak disuapi dengan sabar. ASI tetap diberikan hingga usia 2 tahun. Kriteria Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P): Komposisi energi 350 kKal dan protein 15 gram. Kudapan yang dibuat dari bahan makanan setempat. Bahan makanan mentah berupa tepung beras, susu bubuk, gula, minyak, kacang-kacangan, sayuran, telur, dan lauk pauk lainnya (makanan keluarga). Diberikan tiap hari selama 90 hari.
Selera makan sudah bagus, makanan yang diberikan dapat dihabiskan. Kondisi mental anak baik Anak dapat tersenyum, duduk, merangkak, berdiri, atau berjalan sesuai perkembangan umurnya Suhu tubuh berkisar antara 36,5 37,5 oC Tidak muntah atau diare Tidak ada edema Kenaikan berat badan 5 gr/kgBB/hari selama 3 hari berturut-turut atau kenaikan sekitar 50 gr/kg BB/minggu selama 2 minggu berturut-turut Kondisi gizi kurang (BB/TB > - 3 SD) atau tidak ada gejala klinis gizi buruk
Ibu / pengasuh
Ibu mampu merawat serta dapat memberikan makanan dengan benar kepada anak Ibu dapat membuat makanan yang diperlukan untuk tumbuh kejar di rumah
Institusi Lapangan/Petugas:
Gizi buruk bukan merupakan penyakit yang ringan, gizi buruk dapat memberikan komplikasi yang serius seperti hipotermi, hipoglikemi, infeksi, diare, dehidrasi dan syok yang dapat berujung kematian. Ideal: mendapat perawatan yang intensif di rumah sakit. Alasan perawatan di rumah, karena menolak dirawat, menolak melanjutkan perawatan atau anak telah selesai perawatan di RS (rehabilitasi).
Petugas kesehatan harus segera mendatangi keluarga Petugas segera memberikan petunjuk perawatan: Memberi pemahaman pada keluarga mengenai bahaya gizi buruk dan cara perawatannya
Petugas melakukan supervisi yang ketat Kerjasama lintas sektoral, kader, dan bidan desa Pemantauan yang ketat harus dilakukan untuk menilai kemajuan atau kemunduran kondisi anak gizi buruk di rumah. Sasaran pemantauan meliputi penderita, keluarga dan petugas kesehatan.
Jadwal Kunjungan
Fase stabilisasi Fase transisi : setiap hari (petugas datang ke rumah) : seminggu sekali (petugas datang ke rumah)
Fase rehabilitasi : seminggu sekali selama 5 minggu (penderita datang ke puskesmas) Fase tindak lanjut : 2 minggu sekali selama 2 bulan (penderita datang ke puskesmas) 3 minggu sekali selama 3 bulan (penderita datang ke puskesmas)
Pengobatan terhadap infeksi, tanda bahaya, dan pemberian vitamin, mineral. Antibiotik wajib diberikan pada anak gizi buruk. Anak tampilan baik tanpa ada infeksi berat: Cotrimoksasol 48 mg/kg BB/ hari dibagi 2 dosis;
Asam folat diberikan awal 5 mg, selanjutnya 1x1 mg. Zink sulfat sirup 10 mg/cth hanya jika anak diare. Berikan mineral mix dengan dosis untuk resomal (20 cc tiap liter resomal); untuk F75 atau F100 (20cc tiap liter F75/F100); untuk F135 (27 cc tiap liter).
Berikan multivitamin yang mengandung antioksidan lengkap. Zat besi dapat diberikan pada fase rehabilitasi.
Cegah hipotermi dan hipoglikemi; menjaga ruangan agar tetap hangat, sedikit angin, bersih, atap tidak bocor, tidak menggunakan kipas angin; memakai baju yang cukup hangat; hindari kontak dengan benda dingin (tidur di lantai, popok yang basah, mandi > 5 menit); sering makan. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat; menjaga kebersihan diri (memandikan dengan air hangat <5 menit, memotong kuku, membersihkan telinga, kulit, kelamin, mata, gigi dan mulut); menjaga kebersihan lingkungan rumah dan sekitar rumah; menjaga kebersihan makanan dan penyajian makanan.
Dietetik
Pada anak gizi buruk yang menolak dirawat maka makanan yang pertama kali diberikan adalah F75, pada tahap pertama diberikan 12 kali tiap 2 jam sebanyak 50 cc tiap kali pemberian. Berikan contoh kepada pengasuh, cara membuat makanan padat gizi
Adanya tanda bahaya berupa tanda syok, hipoglikemi, hipotermi, dehidrasi. Suhu tubuh; pada fase stabilisasi suhu diukur tiap 2 jam Akseptabilitas makanan; apa ada jadwal pemberian makanan, apakah makanan dibuat dengan benar, apa ada alat ukur penakar volum, pemantauan volume makanan yang masuk, mencari penyebab akseptabilitas rendah. Berat badan dan tinggi badan; kategori peningkatan BB >10 g/kg BB/hari (Baik); 5-10 g/kg BB/hari (sedang), <5 g/kg BB/hari (kurang). Hasil pengukuran diplotkan dalam grafik pemantauan/ KMS Perkembangan anak sesuai umurnya. Prilaku hidup bersih dan sehat Perubahan psikososial dan ekonomi
Stimulasi Berikan stimulasi sensorik dan motorik sesuai umurnya dan berikan dukungan emosional serta kasih sayang bagi anak gizi buruk
Edukasi Merawat dengan benar Memberi makan dengan benar Kerjasama anggota keluarga Perilaku hidup bersih dan sehat Perbaikan psikososial ekonomi