Você está na página 1de 6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Proyeksi
Proyeksi adalah sebuah kegiatan yaitu memproyeksikan suatu gambar 2
dimensi pada suatu layar atau bidang datar, sedangkan alatnya disebut proyektor,
bisanya dibantu oleh lensa.

B. Obyek
Benda yang akan dilihat dapat berrentu 2D maupun 3D, tetapi pada alat ini
yang digunakan merupakan benda 2D.

C. Cahaya
Cahaya merupakan partikel-partikel yang bergerak sangat cepat, bahkan di
udara kecepatannya mencapai 300.000 km/jam. Cahaya dapat tercipta dari
berbagai hal, lilin yang kita nyalakan, korek api, lampu, dll, tetapi tetap saja
sumber cahaya terbesar yang didapat oleh manusia adalah cahaya dari matahari.
Nah! Cahaya ini sangat berperan dalam proses penglihatan kita. Selain cahaya
matahari lampu adalah sumber cahaya juga, tetapi lampu dapat menyala karena
adanya arus listrik yang mengalirinya. Lebih lengkapnya akan di bahas dibawah
ini.

D. Listrik

Listrik adalah kondisi dari partikel subatomik tertentu, seperti elektron dan
proton, yang menyebabkan penarikan dan penolakan gaya di antaranya.

Listrik adalah sumber energi yang disalurkan melalui kabel. Arus listrik
timbul karena muatan listrik mengalir dari saluran positif ke saluran negatif.

Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer
Bersama dengan magnetisme, listrik
membentuk interaksi fundamental yang dikenal
sebagai elektromagnetisme. Listrik
memungkinkan terjadinya banyak fenomena
fisika yang dikenal luas, seperti petir, medan
listrik, dan arus listrik. Listrik digunakan dengan
luas di dalam aplikasi-aplikasi industri seperti
elektronik dan tenaga listrik. ??? Sesuai hokum
kekekalan energy, maka energy tidak dapat
dimusnahkan maupun diciptakan, oleh karena itu
energy listrik dirubah menjadi energy cahaya dan
panas, itulah mengapa benda seperti lampu dapat menyala.

E. Lampu

Sejarah perkembangan lampu listrik sudah bermula dari abad-abad yang


lampau, ketika kebutuhan manusia akan penerangan pada malam hari muncul.
Dengan menggosok-gosokkan dua buah batu hingga mengeluarkan percikan api,
manusia berupaya untuk menghasilkan cahaya dari api. Kemudian dari api
dikembangkan dengan membakar benda-benda yang mudah menyala hingga
membentuk sekumpulan cahaya dan seterusnya sampai ditemukan bahan bakar
minyak dan gas yang dapat digunakan sebagai bahan penyalaan untuk lampu obor,
lampu minyak maupun lampu gas.

Penemuan lampu pijar

Seiring dengan perkembangan peradaban dan pemikiran manusia,


teknologi juga turut berkembang. Pada 21 Oktober 1879, di laboratorium Edison-
Menlo Part, Thomas Alpha Edison berhasil menemukan lampu pijar yang menjadi
cikal bakal perkembangan lampu listrik hingga saat ini.

Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer
Prinsip kerja dari lampu pijar temuan Thomas Alpha Edison ini adalah
dengan cara menghubungsingkatkan listrik pada filamen carbon (C) sehingga
terjadi arus hubung singkat yang mengakibatkan timbulnya panas. Panas yang
terjadi dibuat mencapai suhu tertentu agar filamen carbon tersebut berpijar dan
mengeluarkan cahaya. Besarnya arus cahaya yang dihasilkan pada saat itu baru
mencapai 3 Lumen/Watt (Lumen = satuan arus cahaya).

Lima puluh tahun kemudian, tepatnya tahun 1933, filamen carbon diganti
dengan filamen tungsten atau Wolfram (=wo) yang dibuat membentuk lilitan
kumparan sehingga dapat meningkatkan efficacy lampu menjadi +20 Lumen/W.
Sistem pembangkitan cahaya buatan ini disebut sistem pemijaran (incondescence).

Lampu luah

Revolosi teknologi perlampuan terus terjadi. Pada 1910 pertama kali


digunakan lampu luah (discharge) tegangan tinggi. Prinsip kerja lampu ini
menggunakan sistem emisi-elektron yang bergerak dari katoda menuju anoda
dalam tabung lampu. Pergerakan elektron ini akan “menumbuk” atom-atom dari
media gas yang ada di dalam tabung tersebut. Akibat tumbukan itu terjadi
pelepasan energi dalam bentuk cahaya. Sistem pembangkitan cahaya buatan ini
disebut luminescence (berpendarnya energi cahaya ke luar tabung).

Media gas yang digunakan pada lampu luah dapat berbagai ragam. Pada
1932 ditemukan lampu luah dengan gas sodium tekanan rendah sebagai medianya,
tahun 1935 dikembangkan lampu luah dengan gas merkuri, dan kemudian 1939
berhasil dikembangkan lampu fluorescen, yang biasa dikenal dengan lampu neon.
Pada 1959 dikembangkan lampu xenon.

Khusus untuk lampu sorot dengan warna yang lebih baik, pada 1964
dikembangkan lampu dengan media gas metalhalide (halogen yang dicampur

Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer
dengan iodine). Satu tahun kemudia dikembangkan pula lampu luah dengan media
gas sodium bertekanan tinggi.

Pada prinsipnya, emisi elektron dapat meningkatkan efficacy lampu di atas


50 Lumen/W, jauh lebih tinggi dibanding dengan prinsip pemijaran pada lampu
pijar. Hal ini disebabkan pada lampu luah terbuangnya energi listrik yang diubah
menjadi energi cahaya melalui proses emisi elektron dapat lebih diminimalisir
dibanding dengan cara pemijaran. Dalam pemijaran, energi listrik yang diubah
menjadi energi cahaya banyak yang hilang terbuang menjadi energi panas
(sebelum menjadi energi cahaya). Parktis pada lampu luah, energi listrik sebagian
besar diubah menjadi cahaya tanpa dibarengi dengan panas yang berlebih.

Lampu hemat energi

Dekade 1990-an bebarengan dengan kesadaran akan pentingnya lampu


listrik hemat energi (LHE), lampu fluorescent atau lebih dikenal dengan lampu
neon terus dikembangkan dan lahirlah dua model lampu neon yaitu model SL dan
PL yang hemat energi. Kedua model ini pada prinsipnya secara teknis sama
dengan model lampu jenis neon biasa yang memiliki efficacy lampu berkisar 60
Lumen/W,

Bedanya, bentuk lampu neon model SL dan PL lebih ringkas dan tidak
memanjang. Untuk model SL, komponen elektrisnya yang terdiri dari ballas,
kapasitor dan starter terpadu dalam suatu kesatuan di dalam lampu. Sedangkan
model PL untuk komponen elektrisnya terpisah dari lampu. Bentuk kaki lampu
dibuat sama seperti pada kaki lampu pijar yaitu dengan sistem ulir dengan ukuran
standar E.27. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan dalam proses penggantian
lampu pijar dengan lampu SL atau PL. Ada juga lampu neon model ring yang kaki
lampunya diubah mengikuti seperti lampu pijar, yaitu sistem ulir ukuran standar
E.27.

Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer
Kelebihan lain dari lampu neon ialah memiliki renderasi warna (color
rendering) beraneka, seperti warna white, cool white, day ligh, dan lain
sebagainya. Umur lampu fluorescent adalah 8000 jam, lebih lama bila
dibandingkan dengan umur lampu pijar yang hanya 1000 jam.

Pada saat ini tengah dikembangkan lampu pijar dengan sistem induksi magnit
yang mempunyai umur paling lama dari lampu-lampu jenis lain yaitu ± 60.000
jam. Pun, tengah dikembangkan lampu listrik dengan menggunakan light emitting
diode (LED) yang memapu menghemat energi hingga 90% dan 100 kali lebih
panjang umurnya dibanding lampu listrik jenis lain.

F. Lensa

Lensa atau kanta adalah sebuah alat untuk mengumpulkan atau


menyebarkan cahaya, biasanya dibentuk dari sepotong gelas yang dibentuk. Alat
sejeni digunakan dengan jenis lain dari radiasi elektromagnetik juga disebut lensa,
misalnya, sebuah lensa gelombang mikro dapat dibuat dari "paraffin wax".

Lensa paling awal tercatat di Yunani Kuno, dengan sandiwara


Aristophanes The Clouds (424 SM) menyebutkan sebuah gelas-pembakar (sebuah
lensa konveks digunakan untuk memfokuskan cahaya matahari untuk menciptakan
api).

Tulisan Pliny the Elder (23-79) juga menunjukan bahwa gelas-pembakar


juga dikenal Kekaisaran Roma, dan disebut juga apa yang kemungkinan adalah
sebuah penggunaan pertama dari lensa pembetul: Nero juga diketahui menonton
gladiator melalui sebuah emerald berbentuk-konkave (kemungkinan untuk
memperbaiki myopia).

Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer
Seneca the Younger (3 SM - 65) menjelaskan efek pembesaran dari sebuah
gelas bulat yang diisi oleh air. Matematikawan Arab Alhazen (Abu Ali al-Hasan
Ibn Al-Haitham), (965-1038) menulis teori optikal pertama dan utama yang
menjelaskan bahwa lensa di mata manusia membentuk sebuah gambar di retina.
Penyebaran penggunaan lensa tidak terjadi sampai penemuan kaca mata, mungkin
di Italia pada 1280-an.

Hingga Galilleo(1564) seorang pengamat bintang tertarik dengan hal ini


dan menciptakan teropong pertama, yang saat itu berguna untuk mengawasi kapal
yang akan melintas di dermaga itu, tetapi Galilleo memanfaatkannya untuk
mengawasi bulan yang berjarak rarusan kilometer dari bumi hingga ia menemukan
teori Helio Centris, disusul oleh Antonie Van Leeuwenhoek ilmuwan Belanda
yang menemukan mikroskop, disempurnakan Roben Hooke yang melihat sel pada
gabus menggunakan mikroskop yang diciptakannnya, sekali lagi ini adalah alat
yang memanfaatkan lensa.

Semakin lama lensa ini berkembang menjadi berbagai macam jenis. Mulai
dari yang rumit dan juga yang sederhana.

Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer

Você também pode gostar