Você está na página 1de 16

ARTIKEL DASAR-DASAR PENDIDIKAN MIPA

DOSEN PENGAJAR : SAULIM D.T. HUTAHAEAN, S.Pd, M.Pd

DISUSUN OLEH : Kelompok : v Nama Anggota kolompok : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Ayu Wulandari (ACB 109 023) Dona Wijayanto (ACB 109 072) Elis Martini (ACB 108 001) Purnama (ACB 109 036) Tri Noormalasari (ACB 109 034) Wachyu Hidayat (ACB 109 074) Yully Yani (ACB 109 041) Yunus Febriyanto (ACB 109 020) Yuyun Sumarni (ACB 109

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIDKAN MIPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PALANGKA RAYA 2011

A. Pengertian Pendidkan IPA Pendidikan IPA merupakan disiplin ilmu yang didalamnya terkait dengan ilmu pendidikan dan IPA itu sendiri. Sebelum mengetahui lebih jelas mengenai pendidikan IPA serta ruang lingkupnya, IPA memiliki dua pengertian yaitu dari segi pendidikan dan IPA itu sendiri. 1. Pengertian Pendidikan Pendidikan menurut Siswoyo (2007: 21) merupakan proses sepanjang hayat dan perwujudan pembentukan diri secara utuh dalam arti pengembangan segenap potensi dalam rangka pemenuhan dan cara komitmen manusia sebagai makhluk individu dan makhluk social, serta sebagai makhluk Tuhan. Sugiharto (2007: 3) menyatakan bahwa pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan sengaja untuk mengubah tingkah laku manusia baik secara individu maupun kelompok untuk mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah suatu proses sadar dan terencana dari setiap individu maupun kelompok untuk membentuk pribadi yang baik dan mengembangkan potensi yang ada dalam upaya mewujudkan cita-cita dan tujuan yang diharapkan. Dari definisi di atas dapat dikatakan bahwa pendidikan tidak hanya menitik beratkan pada pengembangan pola piker saja, namun juga untuk mengembangkan semua potensi yang ada pada diri seseorang. Jadi pendidikan menyangkut semua aspek pada kepribadian seseorang untuk membuat seseorang tersebut menjadi lebih baik. 2. Pengertian IPA IPA sendiri berasal dari kata sains yang berarti alam. Sains menurut Suyoso (1998:23) merupakan pengetahuan hasil kegiatan manusia yang bersifat aktif dan dinamis tiada henti-hentinya serta diperoleh melalui metode tertentu yaitu teratur, sistematis, berobjek, bermetode dan berlaku secara universal. Menurut Abdullah (1998:18), IPA merupakan pengetahuan teoritis yang diperoleh atau disusun dengan cara yang khas atau khusus, yaitu dengan melakukan

observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori, eksperimentasi, observasi dan demikian seterusnya kait mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain. Dari pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan pengetahuan dari hasil kegiatan manusia yang diperoleh dengan menggunakan langkah-langkah ilmiah yang berupa metode ilmiah dan dididapatkan dari hasil eksperimen atau observasi yang bersifat umum sehingga akan terus di sempurnakan. Dalam pembelajaran IPA mencakup semua materi yang terkait dengan objek alam serta persoalannya. Ruang lingkup IPA yaitu makhluk hidup, energi dan perubahannya, bumi dan alam semesta serta proses materi dan sifatnya. IPA terdiri dari tiga aspek yaitu Fisika, Biologi dan Kimia. Pada apek Fisika IPA lebih memfokuskan pada benda-benda tak hidup. Pada sapek Biologi IPA mengkaji pada persoalan yang terkait dengan makhluk hidup serta lingkungannya. Sedangkan pada aspek Kimia IPA mempelajari gejala-gejala kimia baik yang ada pada makhluk hidup maupun benda tak hidup yang ada di alam.

Dari uraian di atas mengenai pengertian pendidikan dan IPA maka pendidikan IPA merupakan penerapan dalam pendidikan dan IPA untuk tujuan pembelajaran termasuk

pembelajaran di SMP. Pendidikan IPA menurut Tohari (1978:3) merupakan usaha untuk menggunakan tingkah laku siswa hingga siswa memahami proses-proses IPA, memiliki nilai-nilai dan sikap yang baik terhadap IPA serta menguasi materi IPA berupa fakta, konsep, prinsip, hokum dan teori IPA. Pendidikan IPA menurut Sumaji (1998:46) merupakan suatu ilmu pegetahuan social yang merupakan disiplin ilmu bukan bersifat teoritis melainkan gabungan (kombinasi) antara disiplin ilmu yang bersifat produktif. Dari kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan IPA merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar untuk mengungkap gejala-gejala alam dengan menerapkan langkah-langkah ilmiah serta untuk membentuk kepribadian atau tingkah

laku siswa sehingga siswa dapat memahami proses IPA dan dapat dikembangkan di masyarakat. Pendidika IPA menjadi suatu bidang ilmu yang memiliki tujuan agar setiap siswa terutama yang ada di SMP memiliki kepribadian yang baik dan dapat menerapkan sikap ilmiah serta dapat mengembangkan potensi yang ada di alam untuk dijadikan sebagai sumber ilmu dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian pendidikan IPA bukan hanya sekedar teori akan tetapi dalam setiap bentuk pengajarannya lebih ditekankan pada bukti dan kegunaan ilmu tersebut. Bukan berarti teori-teori terdahulu tidak digunakan, ilmu tersebut akan terus digunakan sampai menemukan ilmu dan teori baru. Teori lama digunakan sebagai pembuktian dan penyempurnaan ilmu-ilmu alam yang baru. Hanya saja teori tersebut bukan untuk

dihapal namun di terapkan sebagai tujuan proses pembelajaran. Melihat hal tersebut di atas nampaknya pendidikan IPA saat ini belum dapat menerapkannya. Perlu adanya usaha yang dilakukan agar pendidikan IPA yang ada sekarang ini dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan awal yang akan dicapai, karena kita tahu bahwa pendidikan IPA tidak hanya pada teori-teori yang ada namun juga menyangkut pada kepribadian dan sikap ilmiah dari peserta didik. Untuk itu maka kepribadian dan sikap ilmiah perlu ditumbuhkan agar menjadi manusia yang sesuai dari tujuan pendidikan. B. Pengertian Matematika Matematika (dari bahasa Yunani: - mathmatik) adalah studi besaran, struktur, ruang, relasi, perubahan, dan beraneka topik pola, bentuk, dan entitas. Para matematikawan mencari pola dan dimensi-dimensi kuantitatif lainnya, berkenaan dengan bilangan, ruang, ilmu pengetahuan alam, komputer, abstraksi imajiner, atau entitas-entitas lainnya. Dalam pandangan formalis, matematika adalah pemeriksaan aksioma yang menegaskan struktur abstrak menggunakan logika simbolik dan notasi matematika; pandangan lain tergambar dalam filsafat matematika. Para matematikawan merumuskan konjektur dan kebenaran baru melalui deduksi yang menyeluruh dari beberapa aksioma dan definisi yang dipilih dan saling bersesuaian. Euclid, matematikawan Yunani, abad ke3 SM, seperti yang dilukiskan oleh Raphael di dalam detail ini dari Sekolah Athena.

Terdapat perselisihan tentang apakah objek-objek matematika hadir secara objektif di alam menurut kemurnian logikanya, atau apakah objek-objek itu buatan manusia dan terpisah dari kenyataan. Seorang matematikawan Benjamin Peirce menyebut matematika sebagai "ilmu yang menggambarkan simpulan-simpulan yang penting". Albert Einstein, di pihak lain, menyatakan bahwa "sejauh hukum-hukum matematika merujuk kepada kenyataan, mereka tidaklah pasti; dan sejauh mereka pasti, mereka tidak merujuk kepada kenyataan." Melalui penggunaan abstraksi dan penalaran logika, matematika dikembangkan dari pencacahan, penghitungan, pengukuran, dan pengkajian sistematik terhadap bentuk dan gerak objek-objek fisika. Pengetahuan dan penggunaan matematika dasar selalu menjadi sifat melekat dan bagian utuh dari kehidupan individual dan kelompok. Pemurnian gagasan-gagasan dasar dapat diketahui di dalam naskah-naskah matematika yang bermula di dunia Mesir kuno, Mesopotamia, India, Cina, Yunani, dan Islam. Argumentasi kaku pertama muncul di dalam Matematika Yunani, terutama di dalam buku Euclid, UnsurUnsur. Pengembangan berlanjut di dalam ledakan yang tidak menenteramkan hingga periode Renaisans pada abad ke-16, ketika pembaharuan matematika berinteraksi dengan penemuan ilmiah baru, mengarah pada percepatan penelitian yang menerus hingga Kini. Kini, matematika digunakan di seluruh dunia sebagai alat penting di berbagai bidang, termasuk ilmu pengetahuan alam, rekayasa, medis, dan ilmu pengetahuan sosial seperti ekonomi, dan psikologi. Matematika terapan, cabang matematika yang melingkupi penerapan pengetahuan matematika ke bidang-bidang lain, mengilhami dan membuat penggunaan temuan-temuan matematika baru, dan kadang-kadang mengarah pada pengembangan disiplin-disiplin ilmu yang sepenuhnya baru. Para matematikawan juga bergulat di dalam matematika murni, atau matematika untuk perkembangan matematika itu sendiri, tanpa adanya penerapan di dalam pikiran, meskipun penerapan praktis yang menjadi latar munculnya matematika murni ternyata seringkali ditemukan terkemudian. Secara umum, semakin kompleks suatu gejala, semakin kompleks pula alat (dalam hal ini jenis matematika) yang melalui berbagai perumusan (model matematikanya) diharapkan mampu untuk mendapatkan atau sekadar mendekati penyelesaian eksak seakurat-akuratnya. Jadi, tingkat kesulitan suatu jenis atau cabang matematika bukan disebabkan oleh jenis atau cabang matematika itu sendiri, melainkan disebabkan oleh

sulit dan kompleksnya gejala yang penyelesaiannya diusahakan dicari atau didekati oleh perumusan (model matematikanya) dengan menggunakan jenis atau cabang matematika tersebut. Sebaliknya berbagai gejala fisika yang mudah diamati, misalnya jumlah penduduk di seluruh Indonesia, tidak memerlukan jenis atau cabang matematika yang canggih. Kemampuan aritmetika sudah cukup untuk mencari penyelesaian (jumlah penduduk) dengan keakuratan yang cukup tinggi. Matematika secara umum ditegaskan sebagai penelitian pola dari struktur, perubahan dan ruang. Matematika juga dapat didefinisikan sebagai penelitian bilangan dan angka. Dalam pandangan formalis, matematika adalah pemeriksaan aksioma yang mengaskan struktur abstrak menggunakan logika simbolik dan notasi matematika. Pandangan lain tergambar dalam filosofi matematika. Struktur spesifik yang diselidiki oleh

matematikawan seringkali berasal dari Ilmu Pengetahuan Alam, sangat umum di fisika, tetapi matematikawan juga menegaskan dan menyelidiki struktur karena struktur dapat menyediakan generalisasi pemersatu bagi beberapa sub bidang, atau alat bantu untuk perhitungan biasa. C. HUBUNGAN MATEMATIKA DAN IPA Ditinjau dari sejarahnya, studi setiap ilmu terdiri dari dua tahap utama. Pertama, ilmu dipelajari semata-mata hanya dari pandangan kualitatif, tetapi sesudah periode awal, metode kuantutatif makin banyak digunakan. Salah satu alasan utama untuk perkembangan jenis ini, yaitu dari kualitatif kekuantitatif adalah karena ilmu dimulai sebagai kaji pengamatan, dilanjutkan dengan percobaan atau eksperimen, dan akhirnya menjadi suatu teori. Mula-mula, suatu fenomena diamati sewaktu terjadai secara alami, kemudian dilakukan kerja ilmiah yaitu dengan melakukan percobaan, mengambil kesimpulan dari hasil-hasilnya, dan kemudian mencoba untuk merumuskan hukum yang umum. Beberapa ilmu, sesuai dengan sifat alaminya harus meloncat dari pengamatan ke teori tanpa memperhatikan keuntungan dari percobaan. Sebagai contoh yang jelas disini adalah astronomi, dan hebatnya astronomi yang bersifat pengamatan dan teoritis selama seribu tahun telah maju bersama-sama. Pada saat ini, fisika adalah ilmu yang sangat menonjol pada penggunaan matematika. Beberapa kejadian fisis agak lebih sederhana dibandingkan pada ilmu-ilmu lain, dan

subjek ini telah melewati tahap pengamatan dan percobaan, dan telah muncul sebagai suatu ilmu teoritis. Hal ini tidak menyatakan bahwa pengamatan dan percobaan tidak lagi dilakukan dalam fisika tetapi intinya adalah fisika telah mencapai tahap dimana telah terdapat bentuk utama yang memuat teori, yang sifatnya matematis dan berasal dari pengamatan dan percobaan. Didalam fisika pada saat ini, sisi yan bersifat eksperimen dan teoritis dari suatu subjek adalah sama-sama penting. Kejadian dalam kimia sering lebih kompleks dari pada dalam fisika, dan subjek ini pada sisi teoritis belum berkembang sejauh fisika. Meskipun akhir-akhir ini terdapat kemajuan yang spektakuler dalam kimia teoritis, kimia secara keseluruhan saat ini masih merupakan ilmu yang bersifat percobaan bila dibandingkan dengan fisika. Dalam biologi, situasinya sangat berbeda. Pertama-tama kejadian biologis sangat majemuk; kedua, terdapat cakupan yang hampir tidak terbatas untuk pengamatan yang murni atas kejadian biologis. Karena itu terutama hanya dalam abad ini bahwa biologi telah menjadi yang bersifat percobaan, padahal kerja yang bersifat percobaan dalam ilmu fisika telah dilakukan selama beberapa ratus tahun. Sebagai hasilnya, baru sekarang ini biologi teoritis muncul. Dari pernyataan di atas kelihatan bahwa teori matematis adalah tujun pokok dalam disiplin ilmiah. Hal ini benar, tidak hanya untuk kepentingan sendiri, tetapi karena dalam bentuk akhir, kejadian alam hanya bisa diterangkan dalam istilah matematik yang tepat. Sebagai gambaran kita lihat contah dari fisika sebagai berikut. Pengamatan: sebuah tongkat dimasukkan ke dalam air dengan sudut tertentu terhadap permukaan (bukan sudut siku-siku) sehingga sebagian dari tongkat berada di luar air dan sebagian tenggelam; tongkat kelihatan membengkok pada permukaan air. Percobaan: sebuah bejana air diletakkkan di atas meja laboratorium dan berkas cahaya dapat diikuti menembus air dari berbagai sudut datangnya cahaya; dari percobaan ini didapatkan bahwa pada permukaan udara air (diandaikan bahwa bejana dibuat dari gelas yang sangat tipis) perbandingan antara sinus sudut berkas cahaya di udara terhadap

permukaan airdengan sinus sudut dari berkas cahaya di udara terhadap permukaan air adalah tetap, dan tetapan ini disebut indeks pantulan. Deduksi teoritis: hasil percobaan di atas dapat digunakan dalam hubungannya dengan fakta-fakta yang dikumpulkan sedikit demi sedikit dari percobaan-percobaan pada kejadian lain dari cahaya, seperti pantulan (reflection), lenturan atau difraksi (diffraction), interferesi (interference), untuk menyusun pengetahuan tentang sifat cahaya. Ssebagai contoh, telah diketemukan bahwa kecepatan cahaya dalam media yang rapat lebih lambat daripada dalam medium yang longgar. Hasil percobaan terakhir ini dirangkaikan dengan hasil percobaan pembiasan cahaya dapat dianalisis secara matematis untuk menunjukkan bahwa cahaya bergerak dalam bentuk gelombang. Untuk contoh khusus ini, terdapat hubungan nyata antara pengamatan, percobaan, dan deduksi teoritis. Contoh sedemikian dapat diulangi beberapa kali. Dalam kimia, kita mengamati suatu reaksi tertentu, dan kita mencoba untuk mengetahui kondisi yang tepat di mana reaksi dapat terjadi. Bila kemudian kita ingin mengetahui mengapa reaksi yang tertentu ini terjadi dan tidak yang lain-lainnya, maka kita perlu melihat konsep kimia fisika dan kimia teoritis, di mana keduanya berdasar pada matematika. Apakah semua kejadian biologis dapat diterangkan dalam ilmu fisika atau tidak, apa pada akhirnya ditemukan bahwa sifat hidup itu adalah sesuatu yang istimewa, sungguh telah terbukti bahwa perwujudan dari hidup dapat diterangkan dalam hukum-hukum ilmu fisika, khususnya kimia. Karena ilmu fisika berdasar matematika, maka juga secara tidak langsung ilmu biologi. Sebagai rangkuman dapat dikatakan bahwa hasil-hasil percobaan biasanya dalam bentuk kuantitatif, termasuk juga dalam biologi, dan dengan demikian nampaknya deduksi teoritis hanya bisa dilakukan dengan analisis matematis. Hal ini merupakan alas an matematika pada akhirnya sangat diperlukan oleh setiap ilmu; dan demikian juga setiap ilmuwan, apapun keahlinnya, seharusnya mempunyai pengetahuan yang cukup tentang matematika.

1.

HUBUNGAN MATEMATIKA DAN FISIKA Matematika dan fisika adalah dua mata pelajaran yang tidak dapat dipisahkan. Banyak orang berpendapat bahwa untuk mempelajari fisika tingkat lanjut diperlukan bekal pengetahuan matematika yang cukup baik. Hal ini dapat kita lihat dalam buku fisika sering terdapat aturan-aturan yang akhirnya berbentuk matematika.

Perhitungan-perhitungan berdasarkan pengetahuan matematika akan sering muncul dan digunakan dalam mempelajari fisika. Materi fisika yang menggunakan konsep matematika antara lain: 1) Pengukuran Materi yang berhubungan dengan pengukuran yaitu yang membahas tentang alat ukur seperti alat ukur panjang, alat ukur massa, dan alat ukur waktu serta membahas tentang besaran yang dibedakan menjadi arah (besaran skalar dan besaran vektor) dan dimensi (besaran pokok dan besaran turunan). Besaran yang diukur dalam fisika dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu besaran pokok dan besaran turunan. Yang termasuk besaran pokok adalah panjang (meter/m), massa (kilogram/kg), waktu (sekon/s atau det), suhu (kelvin/K), intensitas (cahaya/candela (cd)), kuat arus (ampere/A), jumlah zat (mol). Sedangkan yang termasuk besaran turunan adalah luas (meter persegi/m2), volume (meter kubik/m3), kecepatan (meter per sekon/ m/s), percepatan (meter per sekon kuadrat/ m/s2), gaya (newton/N), massa jenis (kilogram per meter kubik/ kg/m3), daya (watt/W), usaha (joule/J). Konversi satuan yang digunakan adalah sebagai berikut: a. Konversi satuan panjang seperti km, hm, dam, m, dm, cm, mm, inci, kaki, mil, dan yard. Hubungan antara satuan-satuan tersebut adalah sebagai berikut: 1 km = 1000 m 1 inci = 2,54 cm 1 mil = 1,609 km 1 cm = 10 mm 1 kaki = 30,48 cm 1 yard = 91,44 cm b. Konversi satuan massa seperti kilogram, miligram, ons, kuintal, ton, dan lainlain. Hubungan antara satuan-satuan tersebut adalah sebagai berikut: I kg = 1000 g 1 ton = 10 kuintal 1 ons = 0,1 kg 1 kuintal = 100 kg

c. Konversi satuan waktu seperti sekon (detik), menit, jam, dan hari. Hubungan antara satuan-satuan tersebut adalah sebagai berikut: 1 hari = 24 jam 1 jam = 60 menit 1 menit = 60 detik Sedangkan pengukuran besaran turunan yang digunakan adalah sebagai berikut: a. Besaran luas seperti: 1 hektar = 10.000 m2, 1 are = 100 m2, 1 km2 = 106 m2, 1m2 = 104 cm2. b. Besaran volume Volume benda yang bentuknya teratur dapat ditentukan dengan menggunakan rumus volume, diantaranya benda yang berbentuk: Bentuk bangun Volume Kubus : V = s3 Balok : V = p. l . t Tabung : V = r2 t Contoh: 1). Diketahui luas lapangan bola adalah 0,0073 km2. Berapakah luas lapangan bola tersebut bila dinyatakan dalam satuan m2 dan cm2 ? Penyelesaian: Diketahui: luas lapangan bola = 0,0073 km2 1 km2 = 1000.000 m2 1 km2 = 10.000.000.000 cm2 Ditanya: luas lapangan bola = .....m2? luas lapangan bola = ....cm2? Jawab: 0,0073 km2 = 0,0073 1000.000 dam2 = 7300 dam2 0,0073 km2 = 0,0073 10.000.000.000 m2 = 73.000.000 m2 Jadi, luas lapangan bola tersebut adalah 0,0073 km2 = 7300 dam2 dan 0,0073 km2 = 73.000.000 m2 2). Sebuah balok kuningan berukuran 50 30 15 cm. Tentukan volume balok tersebut! Penyelesaian:

Diketahui: p = 50 cm = 0,5 m l = 30 cm = 0,3 m t = 15 cm = 0,15 m Ditanya: Vbalok = ....? Jawab: Vbalok = p l t = 0,5 0,3 0,15 = 0,0225 m3 Jadi, volume balok tersebut adalah 0,0225 m3 .

Dari ke-2 soal tersebut, konsep matematika yang digunakan pada masingmasing soal adalah satuan pengukuran (panjang dan luas), bilangan, volume bangun ruang (tabung dan balok) dan operasi hitung aljabar.

2.

Kalor Materi yang berhubungan kalor yaitu yang membahas tentang mengubah wujud misalnya menguap, serta membahas tentang mengubah suhu benda yang mengakibatkan titk didih dan titik lebur yang menyebabkan kalor jenis, kalor uap, dan kalor lebur. Banyaknya kalor yang diterima maupun yang dilepas tidak dapat dihitung secara langsung, namun diperlukan variabel lain, misalnya jenis benda (kalor jenis) dan massa benda yang memerlukan kalor atau melepas kalor. Jika sudah diketahui kalor jenis benda dan massanya, maka pemberian atau pelepasan kalor tinggal mengukur naik atau turunnya suhu dari benda tersebut. Dapat ditunjukkan bahwa pemberian atau pelepasan kalor (Q) berbanding lurus dengan massa benda (m), kalor jenis (c), dan pelepasan suhu ( T ). Secara matematika dapat ditulis, Q = m c T Dimana: Q = jumlah kalor yang diterima atau dilepas (joule/J) m = massa benda (kg) c = kalor jenis benda (J/kgoC) T = perubahan suhu (oC)

Benda yang mengalami kenaikan suhu berarti benda tersebut menerima kalor dari luar, sedangkan benda yang mengalami penurunan suhu berarti benda tersebut melepaskan kalor ke luar. Contoh: 1). Diketahui kalor jenis besi 460 J/kgoC. Berapa kalor yang diperlukan untuk memanaskan 1 kg besi dari suhu 20oC sampai 100oC? Penyelesaian: Diketahui : m = 1 kg T0 = 20oC T = 100oC t = 100oC 20oC = 80oC c besi = 460 J /kgCo Ditanya : kalor yang diperlukan (Q) Jawab : Q = m c t = 1 kg 460 J / kg oC 80oC = 36800J = 3,68 104J Jadi, kalor yang diperlukan sebesar 3,68 104J

Konsep soal yang digunakan pada soal tersebut di atas adalah satuan pengukuran berat/massa, bilangan, dan operasi hitung aljabar.

2. HUBUNGAN MATEMATIKA DAN KIMIA Salah satu syarat belajar kimia adalah memahami konsep matematika atau berhitung dengan baik. Pada ilmu Kimia sering kita jumpai perhitungan maematis yang memerlukan pemahaman dari ilmu matematika. Jika menghadapi soal diperlukan kecekatan dalam menyimak lalu menterjemahkan kalimat kimia ke dalam rumus. Soal kimia model seperti ini yang berbicara adalah kemampuan matematikanya, sedangkan dari segi kimia hanya konsep utamanya saja.

Kimia matematika adalah cabang ilmu kimia teori yang memanfaatkan fungsifungsi matematika untuk mempelajari fenomena kimia. Matematika adalah salah alat penyederhanaan masalah karena itu diterapkan pada semua modeling kuantitatif, termasuk dalam cabang kimia. Misalnya kita dapat menyederhanakan suatu proses difusi cukup dalam bentuk R = K*dc/dx. Misalkan pada perhitungan pH suatu larutan, diperlukan kemampuan matematikanya dalam menyelesaikan masalah logaritma. Kimia berperan dalam menyumbangkan perkembangan-perkembangan baru dalam matematika dan pembuktian-pembuktian keabsahan konsepnya. Contoh : Diferensial parsial dibuktikan berlaku dalam modeling perambatan kalor, difusi, dsb.

3. HUBUNGAN MATEMATIKA DAN BIOLOGI


Biologi (ilmu hayat) adalah ilmu mengenai kehidupan. Istilah ini diambil dari bahasa Belanda biologie, yang juga diturunkan dari gabungan kata bahasa Yunani, , bios (hidup) dan ,logos (lambang, ilmu). Dahulusampai tahun 1970-andigunakan istilah ilmu hayat (diambil dari bahasa Arab, artinya ilmu kehidupan). Obyek kajian biologi sangat luas dan mencakup semua makhluk hidup. Karenanya, dikenal berbagai cabang biologi yang mengkhususkan diri pada setiap kelompok organisme, seperti botani, zoologi, dan mikrobiologi. Berbagai aspek kehidupan dikaji. Ciri-ciri fisik dipelajari dalam anatomi, sedang fungsinya dalam fisiologi; Perilaku dipelajari dalam etologi, baik pada masa sekarang dan masa lalu (dipelajari dalam biologi evolusioner dan paleobiologi); Bagaimana makhluk hidup tercipta dipelajari dalam evolusi; Interaksi antarsesama makhluk dan dengan alam sekitar mereka dipelajari dalam ekologi; Mekanisme pewarisan sifatyang berguna dalam upaya menjaga kelangsungan hidup suatu jenis makhluk hidupdipelajari dalam genetika. Dalam pembelajaran biologi sering hanya dikaitkan dengan pandangan kualitatif saja, dan jarang dikaitkan dengan pandangan kuantitatif. Padahal sebenarnya, dalam pembelajaran biologi juga tidak lepas dari pandangan kuantitatif. Contoh sederhananya saja di dalam materi biologi terdapat materi yang berhubungan dengan aplikasi kuantitatif. Seperti hukum mendel I dan hukum mendel II. Dibawah ini adalah contoh singkat tentang materi Hukum Mendel I dan Hukum Mendel II.

a) Hukum Mendell I
Hukum Mendell I dikenal juga dengan Hukum Segregasi menyatakan: pada pembentukan gamet kedua gen yang merupakan pasangan akan dipisahkan dalam dua sel anak. Hukum ini berlaku untuk persilangan monohibrid (persilangan dengan satu sifat beda). Contoh dari terapan Hukum Mendell I adalah persilangan monohibrid dengan dominansi. Persilangan dengan dominansi adalah persilangan suatu sifat beda dimana satu sifat lebih kuat daripada sifat yang lain. Sifat yang kuat disebut sifat dominan dan bersifat menutupi, sedangkan yang lemah/tertutup disebut sifat resesif. Perhatikan contoh berikut ini: Disilangkan antara mawar merah yang bersifat dominan dengan mawar putih yang bersifat resesif.

Mawar merah (dominan)

Mawar putih (resesif)

b) Hukum Mendell II
Hukum Mendell II dikenal dengan Hukum Independent Assortment, menyatakan: bila dua individu berbeda satu dengan yang lain dalam dua pasang sifat atau lebih, maka diturunkannya sifat yang sepasang itu tidak bergantung pada sifat pasangan lainnya. Hukum ini berlaku untuk persilangan dihibrid (dua sifat beda) atau lebih. Contoh: disilangkan ercis berbiji bulat warna kuning (dominan) dengan ercis berbiji kisut warna hijau (resesif).

Selain Hukum Mendell I dan Hukum Mendell II , matematika juga ada sangkut pautnya dengan biologi. Contohnya saja dalam penggunaan logika. Logika dalam biologi juga sangat penting, khususnya bagi mereka para ilmuwan atau biologiwan dalam melakukan kegiatan penelitian ataupun eksperimen. Logika sangat berperan penting karena bagi mereka para ilmuwan atau biologiwan, karena sangat dituntut untuk dapat berpikir kritis dan mendalam dalam menggunakan logika mereka dalam melakukan semua kegiatan. Konsep matematika yang sering dipakai juga adalah tentang materi peluang. Contohnya, seorang dokter ingin mengoperasi seorang pasien yang sudah mengidap kanker otak stadium 3. Sebelum dokter ini melakukan operasi, dokter ini sudah tahu bahwa peluang untuk dapat menyelamatkan pasien ini adalah kecil. Sehingga sebelum melakukan operasi, umumnya seorang dokter memberitahukan kepada keluarga pasien, apakah operasi ini akan dilakukan atau tidak.

Você também pode gostar