Você está na página 1de 5

Ada Lanskap Kuno di Dasar Samudera, Atlantis?

Ditemukan terendam di bawah Samudera Atlantik Utara. Diperkirakan berusia 56 juta tahun.
Selasa, 12 Juli 2011, 06:29 WIB Elin Yunita Kristanti, Febry Abbdinnah

Lanskap kuno di bawah Samudera Atlantik Utara, Atlantis? (LiveScience) VIVAnews - Atlantis, entah mitos atau fakta, terus jadi misteri dan diburu. Kota legendaris itu kali pertama disebut Plato dalam bukunya Timaeus dan Critias. Spekulasi beredar, ada yang mengatakan kota kuno berperadaban tinggi itu berada di Kepulauan Mediterania, Gurun Sahara, Amerika Tengah, Antartika, Spanyol, bahkan Indonesia. Meski belum ada yang sahih terbukti. Baru-baru ini, sebuah lanskap kuno ditemukan terendam di bawah Samudera Atlantik Utara. Diperkirakan berusia 56 juta tahun lalu. Memiliki puncak-puncak yang diduga sebelumnya adalah gunung dan delapan sungai utama. Mengingatkan pada mitos Atlantis yang hilang.

"Ini seperti peta sebagian negara-negara darat," ujar Nicky White, peneliti senior dari Universitas Cambridge, seperti dimuat Live Science.

Ia pun menambahkan bahwa lanskap tersebut terlihat seperti fosil kuno yang diawetkan 2 kilometer di bawah dasar laut. Sejauh ini, data telah menunjukkan lanskap sekitar 3.861 mil persegi atau 10.000 km persegi -dari barat Kepulauan Orkney Shetland yang membentang di atas permukaan laut sepanjang 1 kilometer. Nicky White dan koleganya menduga itu merupakan bagian dari wilayah yang lebih besar yang bergabung dengan Skotlandia. Bahkan, dapat lebih panjang hingga Norwegia. Penemuan yang dirilis dalam jurnal Nature Geoscience terbaru ini muncul tak sengaja saat perusahaan kontraktor seismik menggunakan teknik gema (advanced echo-sounding) untuk mengumpulkan data untuk sebuah perusahaan minyak. Metodenya: tekanan tinggi udara melepaskan silinder logam, dan menghasilkan gelombang suara yang menjelajahi dasar laut dan permukaan di bawahnya, melalui lapisan sedimen. Setiap kali gelombang suara menghadapi perubahan material dari batu lumpur ke batu pasir, gema akan memantul kembali. Mikrofon mengikuti di belakan kapal dengan kabel merekam semua gema. Informasi yang dikumpulkan lantas digunakan untuk membuat peta tiga dimensi. Tim yang dipimpin oleh Ross Hartley, menemukan lapisan dengan tekstur yang berkeriput 2 km di bawah dasar laut. Para peneliti menelusuri delapan sungai besar, dan inti dari sampel yang diambil dari bebatuan di bawah dasar laut seperti serbuk sari dan batu bara. Hal ini merupakan bukti adanya kehidupan layaknya daratan. Tak hanya itu, di atas dan di bawah deposit ini, mereka menemukan bukti dari lingkungan laut termasuk fosil-fosil kecil yang mengindikasikan bahwa tanah ini sempat naik ke atas permukaan laut untuk kemudian tenggelam. Fakta ini memunculkan pertanyaan, apa yang membuat tanah ini naik dan tenggelam selama sekitar 2,5 juta tahun? Untuk diketahui, dari kaca mata geologi, 2,5 juta tahun hanyalah waktu yang sangat singkat. (art) VIVAnews

Betulkah Ada Piramida Raksasa di Jawa Barat


Sejumlah ahli geologi dan ahli sejarah ikut dalam peburuan Piramida raksasa itu.
Senin, 28 Februari 2011, 10:07 WIB Wenseslaus Manggut

Gunung Sadahurip Garut (Credit: Turangga Seta) (Turangga Seta) VIVAnews - Mentari nyaris berada di atas ubun-ubun, saat empat mobil menepi di pinggiran Jalan Raya Soreang-Cipatik, medio Februari 2011. Siang itu, Kampung Badaraksa yang terletak di lereng bukit, kedatangan tamu. Rombongan itu menyusuri jalan kecil mendaki di tengah pemukiman penduduk, hendak menuju ke atas puncak Gunung Lalakon, yang terletak di Desa Jelegong, Kecamatan Kotawaringin, Kabupaten Bandung. Dari Kampung Badaraksa yang berada di ketinggian sekitar 720 m di atas permukaan laut, mereka bergegas naik memutari bukit dari bagian selatan ke barat. Sambil membawa berbagai peralatan dan beberapa gulungan besar kabel, rombongan membelah hutan gunung. Derap langkah kaki mereka seolah berkejaran dengan ritme suara jengkerik, dan tonggeret di kanan-kiri. Tim yang terdiri dari sekelompok pemuda dan para peneliti itu, akhirnya sampai di puncak setinggi 988 meter dari permukaan laut. Kabel direntang. Tim mulai memasang alat geolistrik yang mereka bawa. Sebanyak 56 sensor yang dipasangi altimeter (alat pengukur ketinggian) diuntai dari puncak bukit ke bawah lereng, masing-masing berjarak lima meter, dicatu oleh dua aki listrik.

Alat-alat itu berfungsi mendeteksi tingkat resistivitas batuan, dan bisa digunakan menganalisa struktur kepadatan batuan hingga ratusan meter ke bawah. Tujuan kami saat itu mengetahui apakah ada bangunan tersembunyi di dalam gunung, kata Agung Bimo Sutedjo, kepada VIVAnews, di Jakarta, Selasa, 15 Februari 2011.

Bikin Kericuhan, 32 Tahanan Salemba Dipindah


Buntut dari kerusuhan di Lapas Salemba sore tadi. Dipindahkan ke tiga lapas lain.
Selasa, 12 Juli 2011, 23:11 WIB Elin Yunita Kristanti, Siti Ruqoyah

Rutan Salemba (VIVAnews/Anhar Rizki Affandi) VIVAnews - Kelapa Lembaga Pemasyarakatan kelas II A Salemba, mengatakan sebanyak 32 orang tahanan yang terlibat dalam keributan pada sore tadi akan dipindahkan. Mereka terdiri dari kelompok Palembang dan kelompok Ambon. Kedua kelompok ini dipisahkan agar tidak lagi terjadi keributan dan meresahkan narapidana lainnya. "Yang dipindakan ada 32 orang, dipindah ke LP Cipinang, LP Narkotika Cipinang dan LP Tanggerang," ujar Kalapas Salemba Yusril kepada VIVAnews, Selasa 12 Juli 2011. Seperti diketahui sebelumnya, Peristiwa tersebut bermula saat Fani dan Alfian dari kelompok Palembang sedang berbincang terkait utang piutang didalam kamar A 310 Blok A, tiba-tiba Dominggus dari kelompok Ambon memanggil Fani keluar dari selnya yang ada dilantai 3, tetapi Alfian tidak mengizinkan.

"Akhirnya, Domi naik kekamar sambil teriak-teriak gak jelas, lalu Domi turun dan terjadi keributan anntara kelompok Ambon dan Palembang," ujar Kepala Kepolisian Sektor Metro Cempaka Putih, Komisaris Djoko Dwi di Jakarta, Selasa 12 Juli 2011. Dijelaskan Djoko, kejadian tersebut terjadi pukul 16.00 WIB dan tidak berlangsung lama. Dalam peristiwa tersebut, salah satu kelompok Ambon bernama Andika yang menjadi sasarannya, Andika terkena pukul di bagian kepala dengan tangan kosong oleh kelompok Palembang.

Você também pode gostar