Você está na página 1de 16

KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah, hanya dengan izinNya terlaksana segala macam aktifitasyang dilakoni oleh

hambaNya. Shalawat, rahmat serta salam semoga tercurah kepadaNabi Muhammad saw, yang kepada beliau diturunkan wahyu Ilahi Al Qur an, danditugasi untuk menjelaskan seta memberikan contoh pelaksanaanya. Semoga tercurahpula kepada keluarga dan sahabat-sahabat beliau serta seluruh umatnya yang setia.Tak lupa pula penulis ucapkan terima kasih kepada Dosen pembimbing danteman-teman yang telah membantu kami hingga makalah ini dapat terselesaikan.Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan serta masihterdapat banyak kekurangan, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dansaran yang membangun.Semoga dengan terselesainya makalah ini, dapat bermanfaat bagi pembaca danteman-teman sekalian.Makassar, 26 Oktober 2010ALJABAR GROUP Daftar Isi H alaman JudulKata PengantarDaftar IsiBAB I PendahuluanA. Latar belakangB. Rumusan masalahBAB II Isi / PembahasanA. Kondisi Kemiskinan di IndonesiaB. Faktor Penyebab KemiskinanC. Penanggulangan Masalah Kemiskinan di IndonesiaBAB III PenutupA. KesimpulanB. SaranDaftar Pustaka / Sumber BAB IPENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemiskinan merupakan hal yang kompleks karena menyangkut berbagaimacam aspek seperti hak untuk terpenuhinya pangan, kesehatan,pendidikan, pekerjaan, dan sebagainya. Agar kemiskinan di Indonesiadapat menurun diperlukan dukungan

dan kerja sama dari pihak masyarakat dan keseriusan pemerintah dalam menangani masalah ini.Melihat kondisi negara Indonesia yang masih memiliki angka kemiskinantinggi, penulis tertarik untuk mengangkat masalah kemiskinan diIndonesia dan penanggulangannya. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka rumusanmasalahnya adalah:1. Bagaimana kondisi kemiskinan di Indonesia?2. Faktor apa yang menyebabkan kemiskinan di Indonesia?3. Bagaimana cara menanggulangi masalah kemiskinan di Indonesia? BAB IIISI / PEMBAHASAN A. Kondisi Kemiskinan di Indonesia PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2010 Secara harfiah, kemiskinan berasal dari kata dasar miskin yangartinya tidak berharta-benda (Poerwadarminta, 1976). Dalam pengertianyang lebih luas, kemiskinan dapat dikonotasikan sebagai suatu kondisiketidakmampuan baik secara individu, keluarga, maupun kelompok sehingga kondisi ini rentan terhadap timbulnya permasalahan sosial yanglain.Kemiskinan dipandang sebagai kondisi seseorang atau sekelompok orang, laki-laki dan perempuan yang tidak terpenuhi hak-hak dasarnyasecara layak untuk menempuh dan mengembangkan kehidupan yangbermartabat. Dengan demikian, kemiskinan tidak lagi dipahami hanyasebatas ketidak mampuan ekonomi, tetapi juga kegagalan pemenuhanhak-hak dasar dan perbedaan perlakuan bagi seseorang atau sekelompok orang, dalam menjalani kehidupan secara bermartabat. H idup miskin bukan hanya berarti hidup di dalam kondisi kekurangansandang, pangan, dan papan. Akan tetapi, kemiskinan juga berarti aksesyang rendah dalam sumber daya dan aset produktif untuk memperolehkebutuhan-kebutuhan hidup, antara lain: ilmu pengetahuan, informasi,teknologi, dan modal. Dari berbagai sudut pandang tentang pengertian kemiskinan, padadasarnya bentuk kemiskinan dapat dikelompokkan menjadi tigapengertian, yaitu:1.

Kemiskinan Absolut. Seseorang dikategorikan termasuk ke dalamgolongan miskin absolut apabila hasil pendapatannya berada dibawah garis kemiskinan, tidak cukup untuk memenuhi kebutuhanhidup minimum, yaitu: pangan, sandang, kesehatan, papan, danpendidikan.2. Kemiskinan Relatif. Seseorang yang tergolong miskin relatif sebenarnya telah hidup di atas garis kemiskinan tetapi masih beradadi bawah kemampuan masyarakat sekitarnya.3. Kemiskinan Kultural. Kemiskinan ini berkaitan erat dengan sikapseseorang atau sekelompok masyarakat yang tidak mau berusahamemperbaiki tingkat kehidupannya sekalipun ada usaha dari pihak lain yang membantunya.Keluarga miskin adalah pelaku yang berperan sepenuhnya untuk menetapkan tujuan, mengendalikan sumber daya, dan mengarahkanproses yang mempengaruhi kehidupannya. Ada tiga potensi yang perludiamati dari keluarga miskin yaitu:1. Kemampuan dalam memenuhi kebutuhan dasar, contohnya dapat dilihat dari aspek pengeluaran keluarga, kemampuan menjangkautingkat pendidikan dasar formal yang ditamatkan, dan kemampuanmenjangkau perlindungan dasar.2. Kemampuan dalam melakukan peran sosial akan dilihat dari kegiatanutama dalam mencari nafkah, peran dalam bidang pendidikan, peran dalam bidang perlindungan, dan peran dalam bidangkemasyarakatan.3. Kemampuan dalam menghadapi permasalahan dapat dilihat dariupaya yang dilakukan sebuah keluarga untuk menghindar danmempertahankan diri dari tekanan ekonomi dan non ekonomi.Kemiskinan merupakan masalah yang ditandai oleh berbagai halantara lain rendahnya kualitas hidup penduduk, terbatasnya kecukupandan mutu pangan, terbatasnya dan rendahnya mutu layanan kesehatan,gizi anak, dan rendahnya mutu layanan pendidikan. Selama ini berbagaiupaya telah dilakukan untuk mengurangi kemiskinan melalui penyediaankebutuhan pangan, layanan kesehatan dan pendidikan, perluasankesempatan kerja dan sebagainya.Berbagai upaya tersebut telah berhasil menurunkan jumlahpenduduk miskin dari 54,2 juta (40.1%) pada tahun 1976 menjadi 22,5juta (11.3%) pada tahun 1996. Namun, dengan terjadinya krisis ekonomisejak Juli 1997 dan berbagai bencana alam seperti gempa bumi dantsunami pada Desember 2004 membawa dampak negatif bagi kehidupanmasyarakat, yaitu melemahnya kegiatan ekonomi,

memburuknyapelayanan kesehatan dan pendidikan, memburuknya kondisi saranaumum sehingga mengakibatkan bertambahnya jumlah penduduk miskinmenjadi 47,9 juta (23.4%) pada tahun 1999. Kemudian pada 5 tahunterakhir terlihat penurunan tingkat kemiskinan secara terus menerus danperlahan-lahan sampai mencapai 36,1 juta (16.7%) di tahun 2004 sepertiyang terlihat pada gambar di bawah ini (catatan: terjadi revisi metode ditahun 1996).

Menurut data Badan Pusat Statistik Republik Indonesia (BPS-RI)per Maret 2010, jumlah penduduk miskin Indonesia mencapai 31,02 juta. y Jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapitaper bulan di bawah GarisKemiskinan) di Indonesia pada Maret 2010mencapai 31,02 juta (13,33 persen), turun 1,51 juta dibandingkandengan penduduk miskin pada Maret 2009 yang sebesar 32,53 juta(14,15 persen). y Selama periode Maret 2009-Maret 2010, penduduk miskin di daerahperkotaan berkurang 0,81 juta (dari 11,91 juta pada Maret 2009menjadi 11,10 juta pada Maret 2010), sementara di daerah perdesaanberkurang 0,69 juta orang (dari 20,62 juta pada Maret 2009 menjadi19,93 juta pada Maret 2010). y

Persentase penduduk miskin antara daerah perkotaan dan perdesaantidak banyak berubah selama periode ini. Pada Maret 2009, 63,38 persen penduduk miskin berada di daerah perdesaan, sedangkanpada Maret 2010 sebesar 64,23 persen. y Peranan komoditi makanan terhadap Garis Kemiskinan jauh lebihbesar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan,sandang, pendidikan, dan kesehatan). Pada Maret 2010, sumbanganGaris Kemiskinan Makanan terhadap Garis Kemiskinan sebesar 73,5persen, sedangkan pada Maret 2009 sebesar 73,6 persen. y Komoditi makanan yang berpengaruh besar terhadap nilai GarisKemiskinan adalah beras, rokok kretek filter, gula pasir, telur ayamras, mie instan, tempe, bawang merah, kopi, dan tahu. Untuk komoditibukan makanan adalah biaya perumahan, listrik, angkutan, danpendidikan. y Pada periode Maret 2009-Maret 2010, Indeks Kedalaman Kemiskinan(P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) menunjukkankecenderungan menurun. Ini mengindikasikan bahwa rata-ratapengeluaran penduduk miskin cenderung semakin mendekati GarisKemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin jugasemakin menyempit. Perkembangan Tingkat Kemiskinan Maret 2009-Maret 2010 Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada Maret 2010 sebesar31,02 juta orang (13,33 persen). Dibandingkan dengan penduduk miskinpada Maret 2009 yang berjumlah 32,53 juta (14,15 persen), berartijumlah penduduk miskin berkurang 1,51 juta jiwa.Jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan turun lebih besardaripada daerah perdesaan. Selama periode Maret 2009-Maret 2010,penduduk miskin di daerah perkotaan berkurang 0,81 juta orang,sementara di daerah perdesaan berkurang 0,69 juta orang (Tabel 2).Persentase penduduk miskin antara daerah perkotaan danperdesaan tidak banyak berubah dari Maret 2009 ke Maret 2010. PadaMaret 2009, sebagian besar (63,38 persen) penduduk miskin berada didaerah perdesaan begitu juga pada Maret 2010, yaitu sebesar 64,23persen.Penurunan jumlah dan persentase penduduk miskin selamaperiode Maret 2009-Maret 2010 nampaknya berkaitan dengan faktor-faktor berikut:a.

Selama periode Maret 2009-Maret 2010 inflasi umum relatif rendah,yaitu sebesar 3,43 persen. Menurut kelompok pengeluaran kenaikanharga selama periode tersebut terjadi pada kelompok bahan makanansebesar 4,11 persen; kelompok makanan jadi, minuman, rokok dantembakau sebesar 8,04 persen; kelompok pendidikan, rekreasi danolah raga sebesar 3,85 persen; kelompok kesehatan sebesar 3,18persen; kelompok sandang sebesar 0,78 persen; kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 2,08 persen,serta kelompok transpor dan komunikasi dan jasa keuangan sebesar1,38 persen. b. Rata-rata upah harian buruh tani dan buruh bangunan masing-masingnaik sebesar 3,27 persen dan 3,86 persen selama periode Maret 2009-Maret 2010.c. Produksi padi tahun 2010 (hasil Angka Ramalan/ARAM II) mencapai65,15 juta ton GKG, naik sekitar 1,17 persen dari produksi padi tahun2009 yang sebesar 64,40 juta ton GKG.d. Sebagian besar penduduk miskin (64,65 persen pada tahun 2009)bekerja di Sektor Pertanian. NTP (Nilai Tukar Petani) naik 2,45persen dari 98,78 pada Maret 2009 menjadi 101,20 pada Maret 2010.e. Perekonomian Indonesia Triwulan I 2010 tumbuh sebesar 5,7 persenterhadap Triwulan I 2009, sedangkan pengeluaran konsumsi rumahtangga meningkat sebesar 3,9 persen pada periode yang sama.

Dilihat dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2010,perkembangan tingkat kemiskinan ditunjukkan oleh tabel berikut: Perubahan Garis Kemiskinan Maret 2009-Maret 2010 Garis Kemiskinan dipergunakan sebagai suatu batas untuk menentukan miskin atau tidaknya seseorang. Penduduk miskinadalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapitaper bulan di bawah Garis Kemiskinan.Selama Maret 2009Maret 2010, Garis Kemiskinan naik sebesar 5,72 persen, yaitu dari Rp200.262,per kapita per bulanpada Maret 2009 menjadi Rp211.726,- per kapita per bulan padaMaret 2010. Dengan memerhatikan komponen Garis Kemiskinan(GK), yang terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) danGaris Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM), terlihat bahwaperanan komoditi makanan jauh lebih besar dibandingkanperanan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang,pendidikan, dan kesehatan). Pada Maret 2009 sumbangan GKMterhadap GK sebesar 73,6 persen, dan sekitar 73,5 persen pada

Maret 2010. Pada Maret 2010, komoditi makanan yang memberisumbangan terbesar pada Garis Kemiskinan adalah beras yaitusebesar 25,20 persen di perkotaan dan 34,11 persen di perdesaan.Rokok kretek filter memberikan sumbangan terbesar ke duakepada Garis Kemiskinan (7,93 persen di perkotaan dan 5,90persen di perdesaan). Komoditi lainnya adalah gula pasir (3,36persen di perkotaan dan 4,34 persen di perdesaan), telur ayam ras(3,42 persen di perkotaan dan 2,61 di perdesaan), mie instan (2,97persen di perkotaan dan 2,51 persen di perdesaan), tempe (2,24persen di perkotaan dan 1,91 persen di perdesaan), bawangmerah (1,36 persen di perkotaan dan 1,66 persen di perdesaan),kopi (1,23 persen di perkotaan dan 1,56 persen di perdesaan), dantahu (2,01 persen di perkotaan dan 1,55 persen di perdesaan).Komoditi bukan makanan yang memberi sumbangan besaruntuk Garis Kemiskinan adalah biaya perumahan (8,43 persen diperkotaan dan 6,11 persen di perdesaan), biaya listrik (3,30persen di perkotaan dan 1,87 persen di perdesaan), dan angkutan(2,48 persen di perkotaan dan 1,19 persen di perdesaan), danbiaya pendidikan (2,40 persen di perkotaan dan 1,16 persen diperdesaan). Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan Persoalan kemiskinan bukan hanya sekedar berapa jumlahdan persentase penduduk miskin. Dimensi lain yang perludiperhatikan adalah tingkat kedalaman dan keparahan darikemiskinan. Selain harus mampu memperkecil jumlah penduduk

miskin, kebijakan kemiskinan juga sekaligus harus biasmengurangi tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan.Pada periode Maret 2009-Maret 2010, Indeks KedalamanKemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)menurun. Indeks Kedalaman Kemiskinan turun dari 2,50 padaMaret 2009 menjadi 2,21 pada Maret 2010. Demikian pula IndeksKeparahan Kemiskinan turun dari 0,68 menjadi 0,58 pada periodeyang sama (Tabel 3). Penurunan nilai kedua indeks inimengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskincenderung semakin mendekati Garis Kemiskinan danketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga semakinmenyempit.Nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan IndeksKeparahan Kemiskinan (P2) di daerah perdesaan masih tetaplebih tinggi daripada perkotaan, sama seperti tahun 2009. PadaMaret 2010, nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) untuk perkotaan hanya 1,57 sementara di daerah perdesaan mencapai2,80. Nilai Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) untuk perkotaan

hanya 0,40 sementara di daerah perdesaan mencapai 0,75. Dapat disimpulkan bahwa tingkat kemiskinan di daerah perdesaan lebiburuk dari daerah perkotaan. B. Faktor Penyebab Kemiskinan Pada kondisi tertentu, kemiskinan dapat disebabkan dari berbagaisegi, diantaranya : y

Kemiskinan alamiah. Kemiskinan alamiah terjadi akibat sumber dayaalam yang terbatas, penggunaan teknologi yang rendah, dan bencanaalam. y Kemiskinan buatan. Kemiskinan ini terjadi karena lembaga-lembagayang ada di masyarakat membuat sebagian anggota masyarakat tidak mampu menguasai sarana ekonomi dan berbagai fasilitas lain yangtersedia hingga mereka tetap miskin. y Sulitnya pemenuhan hak-hak dasar kehidupan manusia antara lainmakanan, kesehatan, pendidikan, perumahan dan pendapatanperkapita masyarakat. y Kesenjangan pembangunan antara kota-kota besar dipulau jawa dankota-kota didaerah diluar pulau jawa, dan juga antara kota denganpedesaan dan daerah terpencil lainnya yang tentunya belum terjamahpembangunan, dan juga potensi sumber daya alam yang berbeda. y Guncangan perekonomian sebagai akibat dari lemahnya dasarperekonomian Indonesia, yang mengakibatkan banyaknyapengangguran. y Kemiskinan yang dialami oleh kaum perempuan, dimana kurangnyaperhatian pemerintah dalam mengikusertakan atau memberdayakanperempuan dalam pembangunan y Kultur dan Budaya daerah yang turut mempengaruhi. C. Penanggulangan Masalah Kemiskinan di Indonesia Penanganan berbagai masalah di atas memerlukan strategipenanggulangan kemiskinan yang jelas. Pemerintah Indonesia danberbagai pihak terkait lainnya patut mendapat acungan jempol atasberbagai usaha yang telah dijalankan dalam membentuk strategipenanggulangan kemiskinan. H al pertama yang dapat dilakukan olehpemerintahan baru adalah menyelesaikan dan mengadaptasikanrancangan strategi penanggulangan kemiskinan yang telah

berjalan.Kemudian hal ini dapat dilanjutkan dengan tahap pelaksanaan. Berikut ini dijabarkan sepuluh langkah yang dapat diambil dalammengimplementasikan strategi pengentasan kemiskinan tersebut.

Peningkatan fasilitas jalan dan listrik di pedesaan. Berbagai pengalaman di China, Vietnam dan juga di Indonesiasendiri menunjukkan bahwa pembangunan jalan di area pedesaanmerupakan cara yang efektif dalam mengurangi kemiskinan. Jalannasional dan jalan provinsi di Indonesia relatif dalam keadaan yangbaik. Tetapi, setengah dari jalan kabupaten berada dalam kondisiyang buruk. Sementara itu lima persen dari populasi, yang berartisekitar 11 juta orang, tidak mendapatkan akses jalan untuk setahunpenuh. H al yang sama dapat terlihat pada penyediaan listrik. Saat inimasih ada sekitar 6000 desa, dengan populasi sekitar 90 juta orangbelum menikmati tenaga listrik. W alaupun berbagai masalah di atas terlihat rumit dalampelaksanaannya, solusinya dapat terlihat dengan jelas. o Menjalankan program skala besar untuk membangun jalanpedesaandan di tingkat kabupaten.Program pembangunan jalan tersebut juga dapat meningkatkanpenghasilan bagi masyarakat miskin dan mengurangi pengeluaranmereka, disamping memberikan stimulasi pertumbuhan padaumumnya. o Membiayai program di atas melalui Dana Alokasi Khusus (DAK).Dana pembangunan harus ditargetkan pada daerah-daerah yangmempunyai kondisi buruk, terutama dalam masalah kemiskinan.Peta lokasi kemiskinan, bersama dengan peta kondisi jalan, dapat digunakan untuk mengidentifikasi daerah-daerah tersebut.Masyarakat miskin setempat juga harus dilibatkan agar hasilnyadapat sesuai dengan kebutuhan mereka, serta menjamintersedianya pemeliharaan secara lebih baik. o Menjalankan program pekerjaan umum yang bersifat padat karya.Program seperti ini dapat menjadi cara yang efektif untuk menyediakan fasilitas jalan di pedesaan

disamping sebagai bentuk perlindungan sosial. Untuk daerah yang terisolir, program inibahkan dapat mengurangi biaya pembangunan. o Menjalankan strategi pembangunan fasilitas listrik pada desa-desa yang belum menikmati tenaga listrik.Kompetisi pada sektor kelistrikan harus ditingkatkan denganmemperbolehkan perusahaan penyedia jasa kelistrikan untuk menjual tenaga listrik yang mereka hasilkan kepada PLN. Aksespada jaringan yang dimiliki PLN juga patut dibuka dalam rangkameningkatkan kompetisi tersebut. Penyusunan rencana dilakukan adalah: (i) mengadakan kesepakatan nasional untuk membahas masalah pembiayaan fasilitas sanitasi dan (ii)mendorong pemerintah local untuk membangun fasilitas sanitasipada tingkat daerah dan kota; misalnya dengan menyediakan DAKuntuk pembiayaan sanitasi ataupun dengan menyusun standarpelayanan minimum.

Penghapusan larangan impor beras Larangan impor beras yang diterapkan bukanlah merupakankebijakan yang tepat dalam membantu petani, tetapi kebijakan yangmerugikan orang miskin. Studi yang baru saja dilakukanmenunjukkan bahwa lebih dari 1,5 juta orang masuk dalam kategorimiskin akibat dari kebijakan tersebut. Bahkan bantuan beras yangberasal dari Program Pangan Dunia ( W orld Food Program) tidak diperbolehkan masuk ke Indonesia karena tidak memiliki izin impor.Kebijakan ini dimaksudkan untuk meningkatkan harga beras. Tetapiini hanya menguntungkan pihak yang memproduksi beras lebih dariyang dikonsumsi, sementara 90 persen penduduk perkotaan dan 70persen penduduk pedesaan mengkonsumsi lebih banyak beras dariyang mereka produksi. Secara keseluruhan, 80 persen dari penduduk Indonesia menderita akibat proteksi tersebut, sementara hanya 20persen yang menikmati manfaatnya. Bahkan manfaat tersebut tidaklah sedemikian jelas. H arga beras di tingkat petani tidak mengalami kenaikan yang berarti sementara harga di tingkat pengecer naik cukup tinggi. Dapat dikatakan bahwa hanya parapedagang yang menikmati manfaat kenaikan harga tersebut.Sementara itu, dukungan dan bantuan bagi petani dapat dilakukandengan berbagai cara lain, seperti penyediaan infrastruktur pertanian

dan pedesaan serta penyediaan riset dalam bidang pertanian.Pengenaan bea masuk juga dapat menjadi altenatif yang lebih baik daripada larangan impor.

Pembatasan pajak dan retribusi daerah yang merugikan usaha lokal dan orang miskin Salah satu sumber penghasilan terpenting bagi penduduk miskin didaerah pedesaan adalah wiraswasta dan usaha pendukung pertanian.Setengah dari penghasilan masyarakat petani miskin berasal dariusaha pendukung pertanian. Untuk meningkatkan penghasilantersebut, terutama yang berasal dari usaha kecil dan menengah, perludibangun iklim usaha yang lebih kondusif. Sayangnya, sejak prosesdesentralisasi dijalankan, pemerintah daerah berlomba-lombameningkatkan pendapatan mereka dengan cara mengenakan pajak dan pungutan daerah yang lebih tinggi. Usahawan pada saat ini harusmengeluarkan biaya yang tidak sedikit untuk mengurus berbagai izinyang sebelumnya dapat mereka peroleh secara cumacuma. Belumlagi beban dari berbagai pungutan liar yang harus dibayarkan untuk menjamin pengangkutan barang berjalan secara lancar dan aman.Berbagai biaya ini menghambat pertumbuhan usaha di tingkat lokaldan menurunkan harga jual yang diperoleh penduduk miskin atasbarang yang mereka produksi.

Pemberian hak penggunaan tanah bagi penduduk miskin Adanya kepastian dalam kepemilikan tanah merupakan faktorpenting untuk meningkatkan investasi dan produktifitas pertanian.Pemberian hak atas tanah juga membuka akses penduduk miskinpada kredit dan pinjaman. Dengan memiliki sertifikat kepemilikan mereka dapat meminjam uang, menginvestasikannya danmendapatkan hasil yang lebih tinggi dari aktifitas mereka1.Sayangnya, hanya 25 persen pemilik tanah di pedesaan yang memilikibukti legal kepemilikan tanah mereka. Ini sangat jauh dari kondisi diCina dan Vietnam, dimana sertifikat hak guna tanah dimiliki olehhamper seluruh penduduk. Program pemutihan sertifikat tanah diIndonesia berjalan sangat lambat. Dengan program pemutihan yangsekarang ini dijalankan, dimana satu juta sertifikat dikeluarkan sejak 1997, dibutuhkan waktu seratus tahun lagi untuk menyelesaikanproses tersebut. Disamping itu, kepemilikan atas 64 persen tanah diIndonesia tidaklah dimungkinkan, karena termasuk dalam klasifikasiarea hutan. W

alaupun pada kenyataannya, di area tersebut terdapat lahan pertanian, pemukiman, bahkan daerah perkotaan.

Perbaikan atas kualitas pendidikan dan penyediaan pendidikan transisiuntuk sekolah menengah Indonesia telah mencapai hasil yang memuaskan dalammeningkatkan partisipasi di tingkat pendidikan dasar. H anya saja,banyak anak-anak dari keluarga miskin yang tidak dapat melanjutkanpendidikan dan terpaksa keluar dari sekolah dasar sebelum dapat menamatkannya (lihat gambar dibawah). H al ini terkait erat denganmasalah utama pendidikan di Indonesia, yaitu buruknya kualitaspendidikan.

Membangun lembaga lembaga pembiayaan mikro yang memberimanfaat pada penduduk miskin Sekitar 50 persen rumah tangga tidak memiliki akses yang baik terhadap lembaga pembiayaan, sementara hanya 40 persen yang memiliki rekening tabungan. Kondisi ini terlihat lebih parah di daerahpedesaan. Solusinya bukanlah dengan memberikan pinjamanbersubsidi. Program pemberian pinjaman bersubsidi tidak dapat dipungkiri telah memberi manfaat kepada penerimannya. Tetapiprogram ini juga melumpuhkan perkembangan lembaga pembiayaanmikro (LPM) yang beroperasi secara komersial. Padahal, lembagalembaga semacam inilah yang dapat diandalkan untuk melayanimasyarakat miskin secara lebih luas. Solusi yang lebih tepat adalahmemanfaaatkan dan mendorong pemberian kredit dari bank-bank komersial kepada lembaga-lembaga pembiayaan mikro tersebut.

Mengurangi tingkat kematian Ibu pada saat melahirkan H ampir 310 wanita di Indonesia meninggal dunia pada setiap 10.000kelahiran hidup. Angka ini merupakan yang tertinggi di AsiaTenggara. Tingkat kematian menjadi tinggi terkait dengan dua sebab.Pertama karena ibu yang melahirkan sering terlambat dalam mencaribantuan medis. Sering terjadi juga bantuan medis yang

dibutuhkantersebut tidak tersedia. Kedua karena kebanyakan ibu yangmelahirkan lebih memilih untuk meminta bantuan bidan tradisionaldaripada fasilitas medis yang tersedia.

Menyedian lebih banyak dana untuk daerah-daerah miskin Kesenjangan fiskal antar daerah di Indonesia sangatlah terasa.Pemerintah daerah terkaya di Indonesia mempunyai pendapatan perpenduduk 46 kali lebih tinggi dari pemerintah di daerah termiskin.Akibatnya pemerintah daerah yang miskin sering tidak dapat menyediakan pelayanan yang mencukupi, baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Pemberian dana yang terarah dengan baik dapat membantu masalah ini.

Merancang perlindungan sosial yang lebih tepat sasaran Program perlindungan yang tersedia saat ini, seperti beras untuk orang miskin serta subsidi bahan bakar dan listrik, dapat dikatakanbelum mencapai sasaran dengan baik. Pada tahun 2004, pemerintahIndonesia mengeluarkan Rp 74 trilliun untuk perlindungan sosial.Angka ini lebih besar dari pengeluaran di bidang kesehatan danpendidikan. Sayangnya, hanya 10 persen yang dapat dinikmati olehpenduduk miskin, sementara sekitar Rp60 trilliun lebih banyak dinikmati oleh masyarakat mampu. Secara rata-rata, rumah tanggamiskin hanya memperoleh subsidi sebesar Rp12.000 untuk beras danRp 9.000 untuk minyak tanah setiap bulannya. BAB IIIPENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan bab II, kami dapat menyimpulkanbahwa, Kondisi kemiskinan di Indonesia sangat memprihatinkan. H al iniditandai dengan rendahnya kualitas hidup penduduk, terbatasnyakecukupan dan mutu pangan, terbatasnya dan rendahnya mutu layanankesehatan, gizi anak, dan rendahnya mutu layanan pendidikan. Olehkarena itu, perlu mendapat penanganan khusus dan terpadu daripemerintah bersama-sama dengan masyarakat. B. Saran

Pemerintah sebaiknya menjalankan program terpadu secaraserius dan bertanggung jawab agar dapat segera mengatasimasalah kemiskinan di IndonesiaSebagai warga negara Indonesia yang baik, mari kita dukungsemua program pemerintah dengan sungguh-sungguh demi masadepan bangsa dan negara Indonesia terbebas dari kemiskinan.Marilah kita tingkatkan kepedulian dan kepekaan sosial untuk membantu saudara kita yang masih mengalami kemiskinan.

DAFTAR PUSTAKA http://images.imnis.multiply.multiplycontent.com/attachment/0/SD H 88woKCt 8AAF8LARk1/Bagian%20III%20Kemiskinan.doc?nmid=96869950 Ind onesia Policy Briefs - Ide-Ide Program 100 H ariBADAN PUSAT STATISTIK - Berita Resmi Statistik No. 45/07/Th. XIII, 1 Juli 2010

Você também pode gostar