Você está na página 1de 10

SISTEM ALARM ANTI MALING DAN ANTI KEBAKARAN UNTUK PENGAMANAN GEDUNG

M. Toha/10400755 Jurusan Teknik Elektro Universitas Gunadarma Jakarta ABSTRAKSI Sistem alarm ini mempunyai dua fungsi utama, yaitu untuk mendeteksi tindakan pencurian dan kebakaran yang sering menimpa gedung atau rumah. Gedung sebagai tempat hunian dan aktivitas manusia haruslah relatif aman dari dua hal tersebut. Pencurian dan kebakaran dapat menimbulkan korban baik manusia ataupun harta benda. Pencurian terjadi karena sistem keamanan yang tidak baik sedangkan kebakaran terjadi karena sistem instalasi listrik yang tidak sempurna disamping suhu udara di kota yang tinggi juga karena faktorfaktor tak terduga lainnya. Dua kejadian tersebut semakin parah karena respon dari lembaga terkait sangat lambat, oleh karena itu dibuat sistem alarm ini untuk mengatasinya. Rangkaian sistem alarm ini memiliki dua sensor utama. Sensor gerak (maling) dengan phototransistor sinar laser dan sensor kebakaran (api) dengan reisistor peka cahaya (LDR). Sensor maling dipasang pada pintu atau jendela gedung dan sensor api dipasang pada tiap-tiap ruangan. Disamping itu juga disediakan tombol panik manual untuk untuk mengaktifkan alarm jika sensor otomatisnya mendadak tidak bekerja. Untuk memudahkan monitoring digunakan dioda 7-segmen pada tiap-tiap ruangan yang dipantau. Pengujian dilakukan dengan mengukur besarnya arus dan tegangan pada rangkaian serta waktu tanggap sensornya. Secara keseluruhan sistem alarm dikatakan bekerja dengan baik jika memiliki perbedaan sekecil mungkin antara kenyataan dan teori terutama waktu tanggap sensor yang cepat dalam merespon gejala fisis terkait. Kata Kunci : Sistem alarm, sensor, phototransistor, LDR, dan waktu tanggap 1. PENDAHULUAN Ada beberapa hal yang menjadi alasan mengapa diangkat tema ini:pertama,rumah atau gedung sebagai tempat aktifitas manusia dan tempat penyimpanan barang berharga lainnya memerlukan sistem perlindungan yang mudah dioperasikan dan terjangkau harganya. Kedua, kejadian yang sering membahayakan rumah dan penghuninya adalah tindakan pencurian dan bahaya kebakaran.Tingginya kejadian pencurian dan kebakaran akibat lemahnya sistem pencegahan dan pengamanan terutama di perkotaan. Lambatnya respon yang diberikan oleh lembaga terkait jika terjadi pencurian maupun kebakaran. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk: Mendapatkan suatu rangkaian sistem alarm yang dapat mendeteksi tindakan pencurian (maling) dan menjelaskan bagaimana proses kerjanya. Memperoleh bentuk rangkaian yang mampu mendeteksi gejala kebakaran (api) dan menjelaskan seperti apa cara kerjanya. Memperoleh sebuah informasi yang jelas mengenai cara kerja model pengolahan input kedua sensor dan model responnya. Menganalisa secara keseluruhan sistem alarm tersebut. Sistem alarm ini sangat bermanfaat untuk mengurangi terjadinya tindakan pencurian dan kebakaran yang menimpa rumah atau gedung.

2. TEORI DASAR Rangkaian Kapasitor Resistor (C R) Pengisian muatan (charging) t = C.R Vc = Vs(1 e t/CR) i = Vs e t/CR Pelepasan muatan (discharge) Vc = Vs e t/CR i = Vs e t/CR

4. Daya keluaran optik dari dioda Laser adalah 12 sampai dengan 3dBm. 5. Karakteristik kemudi-daya optik dioda Laser tidak linear. 6. Kinerja (keluaran daya optik, panjang gelombang dan umur ) dari dioda Laser sangat dipengaruhi oleh temperatur operasi [2]. Dioda 7-segmen
Cammon Anoda
V+

R
+ V

a bc d e f g .

Gambar 2.5 7-Segmen Common anoda [3].


C am m on C at o da
Gnd

Gambar 2.1 Rangkaian C-R sederhana [1].


Tegangan kapasitor, Vc Vs Kecepatan perubahan awal = Vs/CR
Tegangan kapasitor, Vc
Vs

abcdefg.

0,63Vs
Kecepatan perubahan awal = -Vs/CR
0,37Vs

Gambar2.6 7-Segmen Common Catoda [3] Resistor Peka Cahaya (LDR)


Resistansi
t = CR Waktu, t
t = CR Waktu, t

Gambar 2.2 Kurva pertumbuhan dan pelepasan eksponensial [1]. Dioda Laser Dioda LASER (Light Amplification by Stimulated Emmission of Radiation) mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 1. Dioda Laser merupakan dioda semikonduktor yang memancarkan cahaya karena mekanisme pancaran/emisi terstimulasi (stimulated emmision). 2. Cahaya yang dipancarkan oleh dioda Laser bersifat koheren. 3. Dioda Laser memiliki lebar spektral yang sempit (~1nm) sehingga dispersi khromatik dapat ditekan.

LDR

Intensitas cahaya

Gambar 2.7 Kurva karakteristik dan simbol LDR [1]. Phototransistor Tak ada penyinaran. Arus kolektor dengan IB = 0, yaitu Ic = (+1) Ico Ada cahaya maka timbul IL, sehingga arus kolektor total adalah, Ic = (+1) (Ico + IL)

Ic (m A ) 6

Tabel 2.3 Tabel kebenaran Gerbang NOT


7 5

Masukan A 0 1

Keluaran Y 1 0

3 3 2 2 1 1

Gerbang AND Y=A.B


A

10

12

14

16 V c e (V )

Gambar 2.8 Karakteristik keluaran dari phototransistor [4].


Q1

Gambar 2.14 Lambang gerbang AND [6]. Tabel 2.4 Tabel kebenaran Gerbang AND
Masukan A B 0 0 0 1 1 0 1 1 Keluaran Y 0 0 0 1

+ Vce

Gambar 2.9 Pembiasan phototransistor [4]. Transistor sebagai Saklar


+Vcc

Gerbang OR Y=A+B
A Y B

Gambar 2.15 Lambang gerbang OR [6]. Tabel 2.5 Tabel kebenaran Gerbang OR
Masukan A B 0 0 0 1 1 0 1 1 Keluaran Y 0 1 1 1

Rc

Rb
NPN

Gambar 2.10 Transistor sebagai saklar [5]. IB = [VB 0,6] / RB IC = VCC / RC Denyut sulut (trigger pulse) perlu setinggi: VB = [IB. RB ] + 0,6V

Relay Relay adalah suatu saklar (switch) elektrik yang bekerja berdasarkan medan magnet.
RLY1

Ic (m A ) lu tu t

Gambar 2.16 Simbol Relay [3]. Timer 555 sebagai Multivibrator Astabil
Vcc (pin-8)
R1

D a e ra h je n u h

V c e ( V o lt)

Kontrol (pin-5) Ambang (pin-6)


R2

Reset (pin-4)
U1
S
R
Q

Gambar 2.11 Daerah operasi transistor sebagai saklar [5]. Gerbang Logika Digital Gerbang NOT Y=X
X Y

U3 _
Q

U2

Pemicu (pin-2)
U4A

Pelepas muatan (pin-7) 0V (pin-1)

R3

Q1 NPN

Output (pin-3)

Gambar 2.13 Lambang pembalik [6].

Gambar 2.17 Susunan internal dari sebuah timer 555 [1]. 3

+V
555
Gnd Trg Out Rst
Vcc Dis Thr Ctl

3. PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT


R1
LDR

ZO

NA

Tombol Panik

R2
LDR

ZO

NA

IV

Tombol Panik

C6 150uF
LDR

ZO

NA

I II

Tombol Panik

Gambar 2.18 Konfigurasi astabil timer 555 [1].


O u tp u t p in -3 +Vcc 0V
Tombol Pengatur Delay

LDR

ZO

NA

II
LDR

Tombol Panik Tombol Panik

to n t o n + t o ff

t o ff

Phototransistor

Sinar Laser

Pintu Utama

Gambar 3.1 Miniatur alat tampak luar.


INPUT
INPUT ZONA I Sensor Gerak (Laser & Phototransistor) Sensor Api (LDR)

Gambar 2.19 Bentuk gelombang untuk operasi timer astabil [1].

LED

Motor DC

INDIKATOR & RESPONSE


INPUT ZONA II Sensor Api (LDR)

ZO

PROSES
Delay Tune

NA

Moditoring Display

OUTPUT

Bentuk gelombang tersebut memiliki sifatsifat sebagai berikut: ton = W = 0,693.C (R1 + R2), Untuk timer 555 sebagai VCO (voltage control oscilator) dimana (pin-5) digunakan sebagai masukan kontrol, maka ton = - (R1 + R2) C ln {[Vcc Vcon] / [Vcc 0,5Vcon]} toff T = 0,693CR2 = ton + toff = 0,693.C (R1 +2R2) = 1,44 / [C (R1 + 2R2)] = [R1 + R2] / R2

LED

Motor DC

AND Gate

SIRENE

INDIKATOR & RESPONSE

INPUT ZONA III Sensor Api (LDR)

OR Gate

LED

Motor DC

INDIKATOR & RESPONSE

INPUT ZONA IV Sensor Api (LDR)

LED

Motor DC

INDIKATOR & RESPONSE

INPUT ZONA V Sensor Api (LDR)

Monitoring Display Lima Unit 7-Segment

LED

Motor DC

INDIKATOR & RESPONSE

Gambar 3.2 Blok diagram rangkaian sistem alarm. Sistem input, pada rangkaian ini pada dasarnya ada dua jenis yaitu pendeteksi pencurian dan pendeteksi terjadinya kebakaran. Sistem input yaitu bagian yang berfungsi untuk mendeteksi gejala-gejala fisis dari lingkungan terkait dengan keamanan sebuah gedung, seperti adanya tindak kriminal dalam hal ini pemaksaan untuk membuka pintu ataupun jendela gedung digunakan sensor deteksi gerakan maling dengan menggunakan

F ton / toff

ton / [ton + toff] = {[R1 + R2] / [R1 + 2R2]} x 100%

phototransistor dan sinar Laser. Sedangkan untuk mendeteksi adanya api yang berarti terjadi kebakaran, dalam hal ini akan digunakan sensor cahaya berupa resistor peka cahaya (light dependent resistor/LDR). Pada blok input ini juga disediakan saklar manual (tombol panik) sebagai input cadangan apabila sensorsensor mendadak tidak berfungsi. Sinyal input tersebut akan diumpankan pada gerbang logika NOT sehingga akan menjadi sinyal digital yang akan diberikan pada blok selanjutnya (pemroses data). Blok input dibagi dalam beberapa zona pengamanan dengan tingkat keamanan yang berbeda. Pada zona satu (lantai pertama dari gedung) diterapkan pola keamanan yang khusus hal ini ditandai dengan dipasangnya sensor kebakaran, sensor maling dan tombol panik serta tempat monitoring sekaligus pusat pemberi tindakan darurat lainnya. Untuk zona lainnya hanya diterapkan sensor kebakaran dan tombol panik dimana respon sinyal akan diberikan tindakan perlokasi kejadian. Pada bagian pemroses data ini, sinyal-sinyal input yang diterima sudah berbentuk sinyal digital yang selanjutnya akan diproses dengan rangkaian logika AND dan OR. Rangkaian pengolah data merupakan penentu apakah sinyal input tersebut sesuai atau tidak untuk diberikan respon. Dalam blok ini ada dua komponen utama yaitu IC CMOS 4082 (gerbang AND) dan IC CMOS 4072 (gerbang OR). Di samping itu juga ada sebuah transistor (BD139) yang berfungsi sebagai saklar otomatis untuk menggerakan relai untuk kemudian mengumpankannya pada sisi output. Sistem output, merupakan bagian terakhir dari rangkaian sistem alarm ini. Bagian ini berupa LED sebagai indikator bahwa sistem berfungsi dengan baik pada setiap zona pengamanan dan 7-segmen masing-masing zona akan menyala stabil di ruang monitoring. Sedangkan bentuk output sebagai respon adanya kebakaran ditandai dengan menyalanya LED

indikator pada zona terkait dan 7-segmen akan menyala berkedip-kedip (astabil) di ruang monitoring, sirene kebakaran akan diaktifkan oleh relay dan alat pemadam api juga akan aktif (hal ini disimbolkan dengan sebuah motor d.c/kipas yang berputar). Untuk merespon terjadinya tindakan pencurian sirene pencurian akan aktif. Dengan melihat dan mendengarkan output yang ada petugas pengamanan gedung dapat segera memberikan tidakan yang tepat dan cepat terhadap kasus-kasus tersebut. Rangkaian sensor maling
5V +V
12V +V
S2

R1 1k

Photo Transistor Q1

D4 1N4001

RLY 3 12VSPDT

Laser Diode

Q2

Gambar 3.3 Rangkaian sensor maling pada pintu Zona I Rangkaian sensor kebakaran
12V +V

LDR 1

R1 100k
M2

R2 1k
LED1

R3 1k
LED2
4069

R4 220k

D2 1N4148

4082
IC1a C2 100nF C3 100uF

D3 1N4148
I Out

S3

4069
RLY 4 12VSPDT

R5 1k
LED3

S4

IC1b

Gambar 3.4 Rangkaian sensor kebakaran pada Zona I


12V +V

LDR 2

R6 M3 100k

R7 1k
LED4
4069
C4 100nF

R8 1k
LED5

IC1c

II Out

S5

RLY 5 12VSPDT

Gambar 3.5 Rangkain sensor kebakaran pada zona II, III, IV dan V

Rangkaian pemroses data


12V +V

Rangkaian monitoring display


A

RLY 10

12V +V
555
Vcc Dis Thr Ctl

I In

II In
RLY12

III In
RLY13

IV In
RLY14

V In
RLY15

RLY11

B
I In
II In
III In

RLY 9 12VSPDT
D5 1N4148

R26 1k

R18 10k

Q3 NPN

R27 220k

Gnd Trg Out Rst

IV In
V In

C13 3.3uF

R28 1k

R29 1k
V+

R30 1k
V+

R31 1k
V+

R32 1k
V+

V+

Gambar 3.9 Rangkaian pemroses data.


abcdefg.
abcdefg.
abcdefg.
abcdefg.
abcdefg.

DISP1

DISP2

DISP3

DISP4

DISP5

Rangkaian sirene
A

U1 555
Vcc R19 Dis Gnd 10k Thr Trg Out
Ctl Rst

U2 555

Gambar 3.11 Rangkaian monitoring display. Monitoring display terdiri dari lima buah 7-segmen cammon anoda yang R25 memantau kelima zona yang ada dan 1k sebuah astabil multivibrator dengan timer 555. Contoh, untuk zona I pada saat tidak SPK terjadi kebakaran (berlogika 0) maka relay 11 tidak mendapat masukan arus dan tegangan sehingga ia tidak bekerja (off) dan pada kondisi ini 7-segmen akan menyala tanpa berkedip-kedip. Jika pada zona I ada kebakaran (berlogika 1) maka relay 11 akan mendapat masukan arus dan tegangan sehingga ia bekerja (on) dan pada kondisi ini 7-segmen akan berkedipkedip karena memperoleh catu dari multivibrator astabil.

R21 1k

R22 1k

Vcc Dis Thr Ctl

Gnd Trg Out Rst

R20 C12 22k 1uF


C8 C9 1uF 1uF

C10 47uF

R23 10k

R24 100k
C11 0.01uF

Gambar 3.10 Rangkaian sirene. IC 555 pertama berfungsi sebagai multivibrator astabil dan IC 555 kedua berfungsi sebagai multivibrator astabil dengan tegangan input kontrol (VCO/ Voltage Control Oscilator). Timer 555 pertama akan menghasilkan gelombang persegi dimana besarnya frekuensi ditentukan oleh nilai C8 dan C12, R19 dan R20. Keluaran timer 555 pertama akan menjadi tegangan kontrol terhadap timer 555 kedua setelah melalui rangkaian CR, sehingga keluaran pada pin-3 besarnya frekuensi akan tergantung besarnya tegangan yang masuk melalui pin-5. Outputnya masih berupa gelombang persegi namun frekuensinya berubah-ubah tergantung tegangan masukan di pin-5. Frekuensi inilah yang menjadi penggerak speaker.

4. PENGUJIANAN ALAT DAN PEMBAHASAN Tujuan Pengujian Untuk mengetahui apakah alat dapat bekerja secara baik dan benar, apakah setiap komponen bekerja sesuai karakteristik yang dimilikinya atau tidak. Dengan melihat hasil pengujian kita akan dapat menganalisa dan membuat kesimpulan. Hasil Pengujian dan Pembahasan Pengujian rangkaian dan waktu tanggap sensor maling
5V +V
12V +V
A

Pengujian rangkaian dan tanggap sensor kebakaran


12V +V

waktu

R1 LDR 1 100k

R2 1k

R3 1k

M2

LED1

LED2

R4 220k

D2 1N4148

4069 IC1a C2 100nF C3 100uF


+

4082

D3 1N4148

S3

I Out

D
4069
R5 1k

RLY 4 12VSPDT

S4

IC1b

LED3

S2

Gambar 4.2 Titik-titik pengujian pada rangkaian sensor kebakaran. Tabel 4.3 Data hasil pengujian LDR disaat tidak ada api.
Komponen LDR 1 LDR 2 LDR 3 LDR 4 LDR 5 Resistansi (K) 1,20 1,31 1,46 2,15 1,52 Arus (mA) 0,05 0,025 0,04 0,04 0,03 Tegangan (V) 11,20 11,23 11,30 11,30 11,20 Keteranga n Uji coba dilakukan dengan menutup rapat LDR

R1 1k

Photo Transistor Q1 B

D4 1N4001 C

RLY 3 12VSPDT

Laser Diode

Q2

Gambar 4.1 Titik-titik pengujian pada rangkaian sensor maling. Tabel 4.1 Data hasil pengujian rangkaian sensor maling.
Titik Uji Kondisi ada sinar Laser V I (V) (mA) 11 57,8 4 0,16 0,5 26,1 Keterangan Kondisi tidak ada sinar Laser V I (V) (mA) 11 27,2 0 0 10 0,1 Keterangan

Tabel 4.4 Data hasil pengujian LDR disaat ada api


Komponen LDR 1 LDR 2 LDR 3 LDR 4 LDR 5 Resistansi (K) 0,05 0,07 0,08 0,05 0,09 Arus (mA) 32 29 32 30 31 Tegangan (V) 2,3 1,92 1,96 2,68 3,19 Keterangan Uji coba dilakukan dengan sumber api (korek api) pada jarak 10 cm dari LDR

A B C

Q1 dan Q2 saturasi

Q1 dan Q2 tersumbat

Tabel 4.2 Data hasil pengujian waktu tanggap sensor maling.


Percobaan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Rata-rata Waktu tanggap (s) 0,24 0,21 0,20 0,19 0,14 0,20 0,17 0,13 0,17 0,19 0,184 Keterangan Uji coba dilakukan dengan membuka pintu miniatur alat hingga sirene berbunyi . Jarak antara sinar Laserphototransistor 20 cm

Tabel 4.5 Data hasil pengujian waktu tanggap LDR


Percobaan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Rata-rata Waktu tanggap (s) 0,48 0,67 0,32 0,53 1,33 3,51 0,26 2,47 1,45 0,39 1,168 Keterangan

Uji coba dilakukan dengan sumber api (korek api) pada jarak 10 cm dari LDR hingga sirene berbunyi.

Pengujian rangkaian pemroses data


12V +V

+Vcc O u tp u t p in -3 T .B .1 0V

22m s 0 ,0 3 7 s

15m s

RLY 10

B
I In
II In A
III In B

+Vcc O u tp u t p in -3 T .B .2 0V

RLY 9 12VSPDT
D5 R18 1N4148 10k E

0 ,0 4 s

0 ,0 3 s 0 ,0 6 9 s

Q3 NPN

+Vcc O u tp u t p in -3 T .E 0V

C
IV In D
V In

48m s 4 8 ,6 9 m s

0 ,6 9 m s

Gambar 4.5 Hasil pengujian (titik B dan E) bentuk gelombang output rangkaian sirene. Pengujian rangkaian monitoring display
12V +V

Gambar 4.3 Titik-titik pengujian rangkaian pemroses data. Tabel 4.9 Hasil pengujian rangkaian pemroses data.
A 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 Input (titik uji) B C 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 D 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 Level Tegangan (V) Output (titik uji E) 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 Level Tegangan (V)

I In
RLY11

II In

III In

IV In

V In

RLY12

RLY13

RLY14

RLY15

R26 1k

555
Vcc Dis Thr Ctl
Gnd Trg Out Rst

R27 220k A C13 3.3uF

R28 1k C
V+

R29 1k D
V+

R30 1k E
V+

R31 1k F
V+

R32 1k G
V+

abcdefg.

abcdefg.

abcdefg.

abcdefg.

abcdefg.

DISP1

DISP2

DISP3

DISP4

DISP5

0 = 0,05V 1 = 10V

0 = 0,03V 1 = 9V

Gambar 4.6 Titik pengujian rangkaian monitoring display.


+Vcc 0V

0,505s 1,008s

0,503s

Pengujian rangkaian sirene


A
U1 555
Gnd R19 Vcc Trg 10k Dis Out Thr
Ctl Rst

U2 555
R21 B 1k

Gambar 4.7 Hasil pengujian output pin-3 timer 555 multivibrator astabil.
E

R22 1k C
R23 10k

Vcc Gnd Dis Trg Thr Out Ctl Rst

Tabel 4.10 Hasil pengujian display monitoring.


R25 1k
Rly 11 0 1 Kondisi Input Relay Rly Rly Rly 12 12 13 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 Rly 14 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 2. Kondisi 7-segmen pada relay terkait 1. Menyala berkedipk edip pada saat berlogika 1 Menyala tanpa berkedipkedip saat berlogika 0

R20 C12 22k 1uF A C8 C9 1uF 1uF

C10 47uF

R24 100k D

SPK
0 1 0 1

C11 0.01uF

Gambar 4.4 Titik-titik pengujian pada rangkaian sirene.

0 1 0 1

5. PENUTUP Simpulan Setelah melakukan pengambilan data uji coba dan dilakukan analisa secara singkat, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Rangkaian sensor maling menggunakan phototransistor dan sinar Laser. Sensor bekerja dengan memanfaatkan saat dimana sinar Laser terpotong oleh gerak daun pintu/jendela yang dibuka secara paksa oleh pencuri sehingga mentrigger alarm hingga berbunyi. Berdasarkan hasil pengujian ternyata sensor maling dapat bekerja cukup baik, hal ini dilihat dari singkatnya waktu rata-rata yang dibutuhkan sensor untuk merespon gejala fisis terkait sebesar 0,184 s. 2. Rangkaian sensor kebakaran (api) menggunakan LDR sebagai sensornya. Ketika LDR mendapatkan api disekitarnya maka alarm akan berbunyi dengan waktu respon yang cukup baik. Hal ini bisa dilihat dari besarnya waktu tanggap rata-ratanya sebesar 1,168 s. 3. Sebagai pemroses data masukan alat ini menggunakan sebuah gerbang OR, sebuah transistor dan relay untuk mengatur pengaktifan sirene dan monitoring display. Sirene dua nada dibangkitkan oleh timer 555 sebagai multivibrator astabil. 4. Sistem alarm secara keseluruhan bekerja dengan baik dimana sensorsensornya memiliki waktu tanggap yang cepat. Dengan melihat data pengujian alat untuk masingmasing blok rangkaian terlihat faktor kesalahan yang relatif kecil.

Saran Untuk melakukan pembuatan alat dan penelitian sejenis penulis menyarankan beberapa hal agar diperoleh hasil yang baik dan memuaskan, yaitu: 1. Persiapkan penguasan terhadap teori-teori dasar komponen yang digunakan secara baik. Hal ini akan sangat sangat berguna dalam melakukan analisa kinerja alat. 2. Untuk memperoleh alat sensor yang memiliki waktu respon yang sangat kecil selektiflah dalam memilih komponen sensor, belilah yang berkualitas walaupun agak lebih mahal dari umumnya karena disinilah jantung dari rangkaian ini. 3. Lakukan pengujian terhadap komponen dan rangkaiannya diatas protoboard sebelum dilakukan perakitan untuk menghindari kesalahan dan keruksakan komponen saat dirangkai. 4. Buatlah rancangan PCB sesederhana mungkin agar mudah dalam melakukan alokasi kerusakan jika terjadi. 5. Rancang box alat sekuat mungkin sehingga tahan terhadap guncangan mekanik. 6. Lakukan sekali lagi pengujian dengan alat alat ukur yang memiliki presisi yang baik agar diperoleh informasi kinerja alat secara menyeluruh dan valid. DAFTAR PUSTAKA [1] Tooley, Michael, Rangkaian Elektronik Prinsip dan Aplikasi, Edisi ke-2, Erlangga, Jakarta, 2003. Anonim, Sistem Komunikasi Serat Optik, PT Telkom, Bandung, 1998. Pratomo, Andi, Rangkaian Elektronik Praktis, Puspa Swara, Jakarta, 2004. M. Barmawi dan M. O. Tjia, Integrated Electronics: Rangkaian dan Sistem Analog dan Digital, Jilid I, Erlangga, Jakarta, 1997.

[2] [3]

[4]

[5]

[6]

[7]

[8]

Prinsip-prinsip Malvino, Elektronik, edisi ke-2, Erlangga, Jakarta 1995. Malvino Leach, terjemahan oleh Ir Irwan Wijaya, Prinsip-prinsip dan Penerapan Digital, Erlangga, Jakarta, 1992. Januar, Jafet, Menggambar Rangkaian Elektronika dan Menjalankan Simulasi dengan Circuit Maker 5.0 for Windows, Elex Media Komputindo, Jakarta, 2004. Wasito, Data Sheet Book 1, Elex Media Komputindo, Jakarta, 1985.

10

Você também pode gostar