Você está na página 1de 158

BEDAH BUKU NASIONAL SIAPA TERORIS? SIAPA KHAWARIJ?

-Lagi, Sebuah Aliansi Nasional Kelompok Islam SempalanBismillahirrahmanirrahim.

Halawi menegaskan Salafy Yamani (Luqman Ba'abduh cs) adalah teroris dan khawarij sesungguhnya! (Bedah buku "SIAPA TERORIS?SIAPA KHAWARIJ?Penerbit Pustaka Al-Kautsar, Ahad, 13 Agustus 2006, di Masjid Al-Furqan Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) Jl.Kramat Raya 45 Jakarta Pusat. Pembicara Abduh Zulfidar Akaha, Lc (Penulis), Drs. Fauzan Al-Anshari, MM (Ketua Departemen Data & Informasi MMI), Halawi Makmun, MA (Mubaligh) Itulah salah satu nukilan ucapan jahat mereka.

Saudaraku kaum muslimin, kami tampilkan fakta taawun hizbiyyah antara Abduh Zulfidar Akaha, Halawi Makmun (Ketua Penerapan Syariat Islam Majelis Mujahidin) 1, Jalaluddin (tokoh Ikhwani di kota Malang) dan dai salafy Malang, Abdullah Hadrami 2 dalam acara Bedah Buku Nasional Siapa Teroris? Siapa Khawarij? Dalam acara yang diselenggarakan pada Ahad, 03 September 2006 - di Widyaloka Convention Hall Universitas Brawijaya, Malang, sebagai pembicara adalah Abduh Zulfidar Akaha 3, Lc., Abdullah Shaleh Hadromi dan Halawi
1

Pembaca yang budiman perlu mengetahui siapakah Halawi Makmun, sehingga dapat mengetahui dimanakah tempat duduknya. Halawi Makmun adalah ketua Departemen Penerapan Syariat dari organisasi Majelis Mujahidin Indonesia (MMI), pimpinan Abu Bakar Baasyir. Abu Baasyir adalah rekan Abdullah Sungkar saat bersama-sama mewarisi pemikiran Kartosurwiryo DI/TII/NII, sehingga keduanya terpaksa hengkang dari Indonesia beberapa tahun yang lalu. Organisasi MMII ini memiliki sayap militer yang dinamai Laskar Mujahidin, organisasi yang kerap dikaitkan dengan kerusuhan di Poso Sulteng dan Maluku. Pimpinan MMI, Abu Bakar Baasyir menurut Surat Keputusan Komite Penanggulangan Krisis (KOMPAK) Dewan Dakwah Pusat No. 03/SK/KOMPAK/II/200, pernah diangkat menjadi Pembina KOMPAK Dewan Dakwah Islam Indonesia (DDII) cabang Jawa Tengah dan DIY, bersama K.H Wahyudin (Direktur Pondok Pesantren (Ponpes) Al Mukmin Ngruki), (menurut situsnya sendiri, sempat aktif di tahun 2003, www.megaone.com/kompak/berita/utama.htm) dan diketuai Aris Munandar, Lc (Buron polisi, warga Boyolali). Imam Samudra (warga Banten, terkait bom Bali I) sang penulis buku Aku Melawan Teroris yang belakangan dibantah oleh Al Ustadz Luqman Ba'abduh dalam bukunya Mereka Adalah Teroris. Baik Imam, maupun Abu Bakar kita tahu sama-sama dalam jaringan Ngruki, serta sama-sama mendapatkan perhatian Tim Pengacara Muslim (TPM). Pembaca juga mengetahui - secara tidak langsung - adanya buku Siapa Khawarij?Siapa Teroris? karya Abduh Zulfidar Akaha, yang membantah - bantahan dari buku Imam Samudra- menunjukkan yang bersangkutan membela pemikiran Imam Samudra dkk. Disinilah letak keunikan DDII yang juga turut memfasilitasi acara bedah buku terbitan Pustaka Al Kautsar karya Abduh ZA, DDII tampak punya kepentingan terkait ulah jaringan Ngruki (Imam Samudra, Abu Bakar Baasyir cs) yang didukung langsung oleh pembesar MMI (Halawi Makmun, Fauzan Al-Anshari). Sementara kita tahu, rekan-rekan Abdullah Shalih Al Hadrami (pembicara dalam bedah buku di Malang) yakni Yazid Abdul Qadir Jawwas, Abdul Hakim Abdat, Abu Qatadah juga mendapat tempat di masjid DDII. Ada apakah gerangan ?
2

Abdullah Shalih Al-Hadrami adalah penulis di majalah As Sunnah yang dikelola oleh Ahmas Faiz dkk, salah satu artikelnya di muat di majalah As Sunnah berjudul Empat Racun Hati yang menyoroti salah satu racun hati adalah banyak bergaul dengan sembarang orang, yakni di majalah As-Sunnah 09/VII/1421H hal 24 25. Paradoks memang, dimanakah kecemburuan Abdullah sehingga bisa berdampingan dengan Abduh Z.A dan Halawi Makmun yang mencaci-maki salafiyyin dan ulamanya ? Apakah kehadirannya ini bertujuan untuk meluruskan dan membantah berbagai syubhat dan tuduhan yang dilontarkan oleh Abduh dan Halawi? Simak transkrip acara bedah buku ini. Abdullah juga salah satu dai yang direkomendasikan oleh LBI Al Atsary dalam postingnya ke 454 judul PENGAJIAN AKBAR NASIONAL: Islam Rohmatan Lil Alamin, juga direkomendasikan komunitas mereka di mailing listnya assunnah@yahoogroups.com pada pesan ke 10406, serta komunitas yang menamakan dirinya Forsitek Unibraw dalam informasi Kajian Rutin di Kota Malang. Abdullah juga termasuk pembicara pada acara Pengajian Akbar Nasional Indahnya Islam bersama Abdul Hakim bin Amir Abdat, Agus Hasan Bashori Lc., M. Ag (pimpinan majalah L-DATA Al-Ikhwani, QIBLATI) pada tanggal 13/07/2006, sebagai penceramah yang mengusung judul Pelecehan Terhadap Islam. Cukuplah nama-nama di atas menunjukkan dimanakah tempat duduknya. Kegiatan ini terselenggara berkat kerjasama Forsitek (Forum Studi Islam Teknik Elektro), Fortelis PWK (Forum Telaah Islam Perencanaan Wilayah Kota), Lembaga Bina Masyarakat (LBM) Malang serta Perpustakaan Masjid Raden Patah Unibraw. Sungguh sangat menyedihkan bahwa dai yang menyerukan kepada umat agar menjauhi Empat Racun Hati ternyata di acara ini dia sendiri meminum salah satu racun hati yang dia soroti, banyak bergaul dengan sembarang orang! Dan yang lebih menyayat hati, dai ini juga berhasil merealisasikan apa yang telah diajarkannya dalam acara Nasional bertajuk Pelecehan Terhadap Islam!!
3

Transkrip resmi dari penerbit Kautsar dari situs www.kautsar.co.id dicopy tgl 20-09-2006 pukul 16.17 WIB sbb: Menurut Abduh pemakaian kata 'ana salafiy' adalah muhdats (sesuatu yang baru). Tidak ada satu ulama pun, terutama sebelum Ibnu Taimiyah, yang menisbatkan dirinya pada salafiy. Bahkan Ibnu Taimiyah dan Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab pun tidak pernah menyebut dirinya sebagai 'as-salafiy'. Dalam kitab-kitab mu'jam atau kamus-kamus Arab, seperti; Mukhtar Ash-Shihah, Lisan al-'Arab, al-Qamus al-Muhith, dan al-Munjid; pun tidak ada disebutkan kata 'as-salafiy'. Halawi Makmun mengatakan: bahwa perselisihan yang terjadi di kalangan salafi bukan dikarenakan mereka berbeda pendapat, tetapi karena berbeda 'pendapatan'. Mereka ini sering sekali mengatasnamakan Ibnu Taimiyah, padahal setelah dicek, ternyata Ibnu Taimiyah tidak mengatakan seperti yang mereka katakan. Bahkan banyak sekali pendapat mereka yang berbeda dengan Ibnu Taimiyah. Dan menurut Abdullah Hadromy kelompok salafinya Luqman Ba'abduh sering bicara soal aqidah, tetapi ternyata aqidah mereka sendiri belum benar. Sebab, mereka tidak memperhatikan masalah akhlak dalam dakwahnya. Padahal aqidah dan akhlak tidak bisa dipisahkan. Nabi SAW bersabda,"Barang siapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaknya berkata yang baik atau diam. Barang siapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaknya menghormati tetangganya. Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaknya memuliakan tamunya." (Bedah buku "SIAPA TERORIS?SIAPA KHAWARIJ? Ahad, 03 September 2006, di Widyaloka Convention Hall Universitas Brawijaya, Malang. Selaku pembicara: Abduh Zulfidar Akaha, Lc.,Abdullah Hadromy dan Halawi Makmun, Lc.,MA). "Salafy senantiasa menjadikan ulama-ulama Salafy sebagai rujukan dalam segala persoalan agama, diantaranya: Syaikh Rabi, Syaikh Bin Baz & Syaikh Albani. Dengan mengutamakan pendapat Syaikh Rabi dibanding Syaikh yang lain..."menurut Abduh. Sementara Fauzan mempertanyakan posisi Luqman Ba'abduh, apakah Luqman berada diantara Goerge Bush (kalangan kafir)? Atau berada yang oleh Amerika disebut Teroris, seperti: Hamas, Al-Qaeda dan gerakan Islam lainnya. Sedangkan Halawi menegaskan Salafy Yamani (Luqman Ba'abduh cs) adalah teroris dan khawarij sesungguhnya! (Bedah buku "SIAPA TERORIS?SIAPA KHAWARIJ? Ahad, 13 Agustus 2006, di Masjid Al-Furqan Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) Jl.Kramat Raya 45 Jakarta Pusat. Pembicara Abduh Zulfidar Akaha, Lc (Penulis), Drs. Fauzan Al-Anshari, MM (Ketua Departemen Data & Informasi MMI), Halawi Makmun, MA (Mubaligh).)

Kita katakan: Fauzan al-Anshari adalah jubir MMI, sebagaimana pula kita ketahui bahwa Laskar Mujahidin (sayap militer MMI) memiliki peran yang sangat dominan dalam struktur KOMPAK-DDII, sampai-sampai banyak yang terkecoh dan menyangka bahwa KOMPAK adalah underbow dari MMI. Bahkan Umar al-Farouk-pun masuk ke Ambon di bawah bendera KOMPAK-DDII. Apakah dai terkenal semacam Yazid bin Abdul Qadir Jawaz dan Abu Qatadah (yang juga diminta Dewan Dakwah untuk mengisi kajian rutin di Masjid Al-Furqan) juga hadir dalam acara koalisi nasional anti Salafi di Masjid Al-Furqan Dewan Dakwah sebagaimana footnote di atas? Allahu alam.

Menurut Abduh,"Salafi gaya baru ala Syaikh Rabi' ini baru muncul paska Perang Teluk. Semua buku-buku, makalah-makalah, dan fatwa-fatwa yang mendiskreditkan IM dan para tokohnya, serta jamaah-jamaah Islam secara umum, terutama yang punya perhatian terhadap politik; baru muncul paska Perang Teluk? Sementara Budi Azhari mengatakan meskipun Syaikh Muqbil adalah orang yang paling mendekati dengan Syaikh Rabi; dalam hal kekasaran dan ketajaman lisannya, namun Syaikh Muhammad Aman Al-Jami (guru

Makmun, Lc.,MA - telah berkoalisi, bersatu padu melakukan serangan-serangan keji terhadap Salafush Shalih, Salafiyyin dan dakwahnya. Pemandu acara-pun (Jalaluddin, seorang ustadz Ikhwanul Muslimin) tidak ketinggalan untuk turut serta dalam serangan jahat ini (bukti rekaman suara ada pada kami). Diantara ucapan-ucapan nyeleneh mereka sbb : (beberapa pernyataan mereka telah kami berikan footnote komentar dengan tambahan bukti dan penjelasan dari berbagai sumber, semoga bermanfaat) :
Pemandu acara/Jalaluddin Al-Ikhwani:

Rekan-rekan yang kami hormati dan kami cintai, ustadz Zulfidar, Zulfidar Akaha, ustadz Abdullah Hadrami dan ustadz Halawi Makmun dan juga asatidz di sini. Asatidz dan Masyayikh.dan juga ikhwan dan akhwat yang dimuliakan Allah , pagi ini ada acara yang sangat menarik dan yang kita nanti-nanti, bedah buku nasional Siapa Teroris Siapa Khawarij. Acara ini sangat penting karena yang pertama adalah kita mencoba untuk merubah kebiasaan kita dalam belajar. Saya melihat banyak orang yang semangat belajar tapi yang dikaji itu tidak sembarang kitab. Judul kitabnya itu Kitab Fathul Jare (Jare, bhs Jawa artinya katanya,red), Fathul Jare. Katanya, jare ustadz ini, jare ustadz itu (he..he..he-hadirin tertawa). Sehingga yang terjadi adalah apa yang dikatakan oleh Salaf adalah kebenaran mutlak, kemudian disebarluaskan

Hadirin rahimakumullah, perlu kami informasikan bahwa sebetulnya panitia menyampaikan, ee, panitia sudah berusaha mengundang ustadz Luqman Baabduh secara langsung, tapi beliau tidak bisa hadir dengan 2 alasan yang disampaikan kepada saya. Alasan yang pertama, beliau lagi sibuk mempersiapkan buku berikutnya yang akan membantah ini (he..he.he-tertawa) dan nanti juga mungkin akan ada acara bedah buku nasional lagi

Kemudian yang kedua, beliau tidak hadir karena yang menjadi penengah bukan Syaikh, yang jadi penengah ustadz-ustadz. Saya nggak tahu kenapa beliau membedakan antara ustadz dengan Syaikh. Kalau di Timur Tengah, ustadz itu bermakna Profesor, ustadz Abdullah Hadrami dia Profesor Abdullah Hadrami, ustadz Halawi beliau adalah Profesor Halawi. Itu sah-sah saja beliau membuat definisi yang berbeda terkait dengan ustadz dengan syaikh, walaupun juga saya punya definisi yang lain terkait antara Syaikh dan ustadz ini. Disebut ustadz itu kalau istrinya baru satu, seperti ustadz Abdullah Hadrami, Halawi (he..he..he-tertawa bersama hadirin). Syaikh itu kalau istrinya dua (he..he..he-tertawa bersama hadirin), kalau istrinya tiga itu Syaikhul Kabir (he..he..he-tertawa bersama hadirin), kalau istrinya empat itu Syaikhul Akbar. Kalau istrinya lima itu Syaithon (he..he..he-tertawa bersama hadirin), menyelisihi, menyalahi syariat4.

Dan sebagai pembanding kita (Abdullah Hadrami-red) bukan sembarang ustadz, beliau adalah Ustadzun wa Syaikhun sekaligus. Disebut ustadz karena baru satu dan disebut juga Syaikh karena mau dua (ha..ha..ha-hadirin tertawa).

Ikhwati fillah rahimakumullah... Saya kira kita yakin bahwa yang hadir dihadapan kita, baik ustadz Abduh, ustadz Abdullah Hadrami dan ustadz Halawi, beliau adalah orang-orang yang sangat kompeten berbicara tentang persoalan yang akan kita bahas pada pagi hari ini dan dari sisi kapasitas keilmuan beliau sangat luar biasa. Dan kita selama ini juga banyak mengikuti taklim-taklim beliau dan juga kajian-kajian yang beliau sampaikan dan saya yakin kamipun dianggap sebagai

Syaikh Rabi') masih lebih kasar daripada Syaikh Rabi'. Kelompok salafi ini mempunyai kelemahan dan kesalahan yang sangat fundamental dalam manhajnya. (Bedah buku "SIAPA TERORIS?SIAPA KHAWARIJ? Ahad, 26 Agustus 2006, di Masjid Dakwah Islam (Pusat Studi Islam Al-Manar) Matraman, Jakarta Timur. Pustaka Al-Kautsar bekerjasama dengan Dewan Pengurus Cabang Partai Keadilan Sejahtera Matraman. Pembicara : Abduh Zulfidar Akaha, Lc. (Penulis buku) dan Budi Azhar, Lc. (Dewan Syariah Wilayah DPW PKS DKI Jakarta) ). Inilah bukti yang jelas dari publikasi dan ucapan mereka sendiri tentang hinaan mereka pada ulama, serta ridlonya salah satu dai mereka dengan para penghina ulama. Silakan pembaca yang budiman menyimak footnote-footnote lanjutan untuk bantahannya. Barakallahufiikum.
4

Kita tanyakan kepada ustadz ini : Pantaskah bagi anda untuk menasionalkan pelecehan terhadap syariat Allah ini dan menjadikannya sebagai bahan bersenda gurau dan tertawaan? Inikah forum ilmiah yang engkau dambakan selama ini ? Wahai orang yang alim, darimanakah engkau dapati berita ghaib bahwa syaithon itu beristri? Sekali lagi, dari manakah engkau dapatkan berita ghaib bahwa syaithon mempunyai lima istri ? Qul haatu burhanakum inkuntum shodiquun. Dan terakhir, beristri 5 telah engkau katakan sebagai syaithon, bagaimana dengan orang yang memiliki 9 istri sebagaimana Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam?! Apa sebutan yang tepat menurut pendapat hawa nafsumu?!

ustadz tapi kita yakin kapasitas keilmuan beliau semua di sini tidak kalah dengan Syaikh [Inna llillahi wa inna ilaihi rajiun-transkriptor].

Ikhwati fillah rahimakumullah... Pembicara kita pada pagi hari ini yang pertama langsung penulis buku Siapa Teroris? Dan Siapa Khawarij?. Kami sampaikan biodata beliau yang beliau itu ustadz Zulfidar Akaha, Lc. Beliau lahir di Demak, 28 Juni 1974. S1 beliau di fakultas Ushuluddin, Universitas AlAzhar dan sekarang beliau istrinya tiga, anaknya maksudnya.

Ikhwani fiddin rahimakumullah Beliau pernah aktif di waktu di Mesir, kebetulan kita ketemu di sana, aktif di Ikatan Keluarga Muhammadiyah di Mesir, kemudian pernah menjadi ketua Partai Amanat Nasional perwakilan Mesir, kemudian ketua panitia pemilihan luar negeri wilayah Mesir. Dan tadi beliau tekankan, setelah kembali ke Indonesia beliau tidak berafiliasi ke organisasi manapun dan juga partai politik manapun. Jadi nanti apa yang beliau tulis dalam buku ini dan apa yang beliau sampaikan tidak dilatarbelakangi oleh tendensi pada kelompok tertentu dan insya Allah bisa kita nilai obyektifitasnya.5

Kemudian yang kedua, ustadz Halawi Makmun, lahir di Brebes 27 Mei 1963. Beliau sudah menikah dengan dikaruniai Allah lima anak. Motto beliau: Hidup Mulia atau Mati Syahid. Riwayat pendidikan: SD, SMP, kemudianalumni Gontor, S1 Universitas Malik Suud dan S2 juga di universitas yang sama tahun 2003. Pengalaman beliau adalah organisasi, beliau sekarang aktif di Majelis Mujahidin sebagai Ketua Penerapan Syariat Islam.

Kemudian, berikutnya ustadz Abdullah Shaleh Hadrami, lahir di Malang 14 Januari 1972. Beliau sudah berkeluarga dan dikaruniai oleh Allah dua anak. Riwayat pendidikan beliau, pernah di LIPIA Jakarta kemudian pernah mulazamah dengan Syaikh Utsaimin selama empat tahun. Pengalaman organisasi: beliau pendiri dan pengasuh Majelis Taklim Khusnul Khatimah, ketua takmir masjid An-Nur Jagalan, pembina SMP Cendekia dan Mahad Al-Irsyad Al-Islamiyah di Batu Kalau toh nanti yang disampaikan itu kata-kata yang kasar, tolong disampaikan dengan suara yang pelan dan halus (he..he..he..-hadirin tertawa)

Abduh Zulfidar Akaha: kemudian juga ada yang menarik, kitab-kitab dulu, ya, yang masa lalu yang sudah jelasjelas katakanlah - dalam judulnya menyebutkan kata-kata Salaf, misalnya kitabnya syaikh Muhammad Ash-Shabuni, Aqidatus Salaf Ashabul Hadits disitu saya buka-buka, saya baca-baca tidak ada definisi as-Salaf 6 dan as-Salafiyyun itu nggak ada. Begitu pula dalam bukunya
5

Apakah membela tulisan Imam Samudra, Ikhwanul Muslimin dan tokoh-tokohnya, sementara dia pernah aktif di PAN bukan merupakan tendensi yang jelas pada partai dan kelompok tertentu? 6 Benarkah ucapannya ini ? Ketahuilah yang disebut dengan istilah salaf atau salafus shalih yang bermakna para pendahulu, seperti ucapan Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam kepada Fathimah: (98 . ) 542/2 "Bertaqwalah kepada Allah (wahai Fathimah) dan bersabarlah. Dan aku adalah sebaik-baik salaf (pendahulu) bagimu." (HR. Muslim) Yakni yang dimaksud oleh Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassalam ialah bahwa beliau yang mendahuluinya dalam kebaikan sehingga maknasalaf adalah orang-orang yang mendahului dalam kebaikan. Istilah Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassalam ini dikenal untuk menyebut para shahabat dan tabiin yang mendahului kita di jalan Sunnah. Jalan merekalah yang harus ditempuh oleh generasi yang datang setelahnya, memahami dengan pemahaman mereka, menerapkan dan mendakwahkannya seperti mereka. Jalan merekalah yang kemudian dikenal dengan istilah manhaj salaf, metode salaf, ajaran salaf atau pemahamansalaf dan lain-lain. Ringkas kata, ketika seseorang mengaku muslim, maka konsekwensinya adalah harus menjadi Ahlus Sunnah wal Jamaah. Dan seseorang yang mengaku Ahlus Sunnah wal Jamaah harus berpegang teguh dengan manhaj Salaf. Kalau tidak demikian maka hal itu hanyalah sekedar pengakuan tanpa bukti dan hanya penamaan tanpa arti. http://www.salafy.or.id/print.php?id_artikel=433 Para shahabatpun sering menggunakan istilah salaf untuk menyebutkan tentang mereka-mereka yang sudah mendahuluinya. Seperti ucapan Anas bin Malik -seorang shahabat yang paling akhir meninggal. Tatkala beliau melihat kerusakan-kerusakan kaum muslimin ketika itu, beliau berkata: Kalau saja ada seseorang dari kalangan salaf yang pertama dibangkitkan hari ini, maka dia tidak akan mengenali Islam sekarang sedikitpun kecuali shalat ini. (al-Itisham, Imam asy-Syathibi, juz 1 hal 34) Demikian pula para ulama sepeninggal beliau. Mereka pun sering menyebut istilah salaf untuk menerangkan bahwa jalan yang benar adalah jalan salaf, yakni jalannya para shahabat. Berkata Maimun bin Mahram meriwayatkan dari ayahnya: Kalau saja ada seseorang dari kalangansalaf dibangkitkan diantara kalian, niscaya dia tidak mengenali keislaman kecuali kiblat ini (Al-Itisham, Imam asy-Syathibi, Juz 1 hal 34). Oleh karena itu istilah salaf dikenal oleh para ulama untuk menunjukkan generasi pertama dan utama dari umat ini seperti yang pernah diucapkan oleh Imam Bukhari, Ibnu Hajar alAtsqalani dan selainnya. Simaklah apa yang dinasehatkan oleh Abu Amr al-Auzai: Sabarkanlah dirimu di atas jalan sunnah. Berhentilah kamu dimana kaum itu berhenti. Ucapkanlah apa yang mereka ucapkan. Tinggalkanlah apa yang telah mereka tinggalkan dan jalanilah jalan salafmu yang shalih. Beliau juga berkata: Wajib bagi kalian untuk berpegang dengan jejak-jejak salaf walaupun manusia menolakmu. Dan hati-hatilah kalian dari pendapat-pendapat manusia walaupun mereka mengindahkan ucapannya untukmu. Dan masih banyak

Imam Ibnu Rajab Al-Hanbali, Fadzlu Ilmi Salaf ala Ilmi Khalaf, saya buka saya baca kebetulan itu nggak terlalu tebaldefinisi Salaf juga tidak ada secara definitif disebutkan. 7

Dan para Salaf masa lalupun ketika disebut kata-kata Salaf seperti sudah menjadi semacam aksioma bahwa Salaf itu yang pada masa lalu, yang mendahului kita. Bahkan kalau misalnya kaum Salafi mengatakan kaum Salaf disebutkan dalam hadits Nabi khairunnasi qarni, yang terbaik adalah masaku, tsummalladzina yalunahum, tsummalladzinya yalunahum, kemudian orang-orang yang mengikuti mereka, kemudian orang-orang yang mengikuti mereka, yaitu masa shahabat, tabiin dan tabiut tabiin.

ucapan ulama yang lainnya. http://www.salafy.or.id/print.php?id_artikel=433 Imam Bukhari (6/66 Fathul Bari) : Rasyid bin Sa'ad berkata : Dulu para salaf menyukai kuda jantan, karena dia lebih cepat dan lebih kuat. Al-Hafidz Ibnu Hajar: Yaitu dari para sahabat dan orang setelah mereka. Imam Abu Hanifah (meninggal tahun 150 H) Rahimahullah berkata:"Ikutilah Atsar (yang telah diriwayatkan) dan jalannya para Salaf (ulama yang terdahulu yg shalih) serta berhatihatilah pada perkara-perkara yang baru (inovasi baru dalam Dien), sebab hal itu adalah bid'ah" (Diriwayatkan oleh As Suyuthi dalam Saunul Mantiq wal Kalam hal.32). Imam Muslim membawakan perkataan dari muqoddimah Shahihnya (Shahih Muslim hal 16) mengenai Abdullah Ibnul Mubarak yang berkata di depan orang-orang, "Tinggalkan hadits-haditsnya 'Amr bin Tsabit, yang dia gunakan untuk mencaci-maki para Salaf". http://www.salafy.or.id/print.php?id_artikel=23 Sedangkan manhaj salaf adalah suatu istilah untuk sebuah jalan yang terang lagi mudah, yang telah ditempuh oleh para shahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, tabi'in dan tabi'ut tabi'in di dalam memahami dinul Islam yang dibawa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Seorang yang mengikuti manhajsalaf ini disebut Salafy atau As-Salafy, jamaknya Salafiyyun atau As-Salafiyyun. Al-Imam Adz-Dzahabi berkata: "As-Salafi adalah sebutan bagi siapa saja yang berada di atas manhaj salaf." (Siyar A'lamin Nubala` 6/21). Al-Imam Al-Auza'i berkata: "Wajib bagimu untuk mengikuti jejak salaf walaupun orang-orang menolakmu dan hati-hatilah dari pemahaman/pendapat tokoh-tokoh itu, walaupun mereka mengemasnya untukmu dengan kata-kata (yang indah)." (Asy-Syari'ah, Al-Ajurri hal. 63). Al-Imam As-Sam'ani berkata: "Syi'ar Ahlus Sunnah adalah mengikuti manhaj as-salafush shalih dan meninggalkan segala yang diada-adakan (dalam agama)." (Al-Intishar li Ahlil Hadits, Muhammad bin 'Umar Bazmul hal. 88). Al-Imam Al-Ashbahani berkata: "Barangsiapa menyelisihi shahabat dan tabi'in (salaf) maka ia sesat, walaupun banyak ilmunya." (Al-Hujjah fii Bayanil Mahajjah 2/437-438). Al-Imam Asy-Syathibi berkata: "Segala apa yang menyelisihi manhaj salaf maka ia adalah kesesatan." (Al-Muwafaqat 3/284). Ibnu Mandzur: "Salaf adalah orang yang mendahuluimu dari nenek moyang serta kerabatmu yang lebih di atasmu baik dari usia maupun keutamaan. Oleh karenanya generasi pertama umat ini dari kalangan tabi'in dinamakan salafush shalih." (Lisanul Arab 9/159) Rasulullah Shallallahu 'alihi wa sallam pernah berkata kepada putri beliau Zainab Radhiyallahu 'anha ketika dia meninggal, "Susullah salaf shalih (pendahulu kita yang sholeh) kita Utsman bin Madz'un" (Hadits Shahih Riwayat Ahmad 1/237-238 dan Ibnu Saad dalam Thobaqaat 8/37 dan dishahihkan oleh Ahmad Syakir dalam Syarah Musnad No. 3103) Dalam keputusan Majelis Ulama (Saudi Arabia), No 1361 (1/165) disana terdapat pernyataan, "Salafiyyah adalah suatu penisbahan kepada Salaf dan Salaf adalah Shahabat Rasulullah (Shallallahu alaihi wasalam) dan di bawah bimbingan Imam dari tiga yang pertama generasi (semoga ALLAH meridlai mereka), kebaikan mereka telah disaksikan oleh Rasulullah (Shallallahu alaihi wasalam), "Yang terbaik adalah ummat generasiku (Shahabat Nabi), kemudian mereka yang mengikuti setelahnya (Tabiin), kemudian mereka yang mengikuti setelah mereka (Tabiiut Tabiin), kemudian akan ada ummat yang datang, kesaksian mereka mendahului sumpah mereka dan sumpah mereka akan mendahului kesaksian mereka." Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnadnya dan juga oleh al-Bukhari dan Muslim. Dan "Salafy" (Salafiyyun) adalah yang jamak dari Salafi", yang mereka menisbahkan kepada Salaf, dan berarti yang mendahului. Dan mereka yang berpegang diatas manhaj Salaf, diantara para pengikut Kitab (Al Quran) dan Sunnah, atau mereka yang berdakwah di atas keduanya dan serta yang bertindak sesuai mereka disebut kedua-duanya, dan beramal diatasnya (Al Quran dan Sunnah), maka mereka jelas termasuk dalam golongan Ahlus-Sunnah Wal-Jamaah." Sebagaimana dinyatakan Abdul Aziz bin Abdurahman Al As-Saud, " Tentu saja aku adalah Salafy, Aqidahku adalah Salafiyyah, dengannya (pernyataan ini) aku memerlukan untuk berpegang di atas Kitab (Al Quran) dan Sunnah". (yang dinyatakan saat berhaji th 1965, Al-Mushaf Was-Saif Hal.135). http://www.salafy.or.id/print.php? id_artikel=102 Al Allaamah Abdul Aziz Ibn Baz dahulu (sebelum meninggal) adalah mufti Saudi Arabia - pernah ditanya : "Apakah yang anda katakan tentang seseorang yang menamai dirinya 'Salafy' atau 'Atsari' ? Apakah ini termasuk menganggap dirinya bebas dari kesalahan/suci ?" Kemudian Syaikh menjawab : "Semoga ALLAH mengasihi dirinya. "Ketika dia berkata jujur (dengan klaim dirinya) bahwa dia adalah Salafy atau Atsari (dgn bukti dhohirnya - red, maka tidak mengapa penyebutan tsb. Hal ini identik dengan perkataan 'Si Fulan adalah Salafi' atau 'Si Fulan adalah Atsari'. Ini merupakan pujian yang diperlukan dan bahkan diharuskan". (Untuk membedakan diri dari aliran yg keliru - red). Sumber : Kaset Haqq ulMuslim 16/1/1413 Ta'if. "Sesungguhnya salaf adalah generasi pertama dan yang mulia dari umat ini. Barangsiapa yang mengikuti jejak mereka dan berjalan diatas metode mereka maka dialah Salafi dan barangsiapa yang menyelisihi mereka maka dia adalah al-kholaf" (Ta'liq Syaikh Hamd At-Tuwaijiri atas kitab Aqidah Hamawiyah hal 203) http://www.salafy.or.id/print.php?id_artikel=32

Allah telah menamai kita muslim, kenapa harus menisbahkan diri kita pada Salaf? Syubhat ini telah dijawab dengan sangat indahnya oleh Al Imam Al Albani rahimahullah muhadits ternama di era ini - dalam diskusinya dengan seseorang (Abdul Halim Abu Syakkah), yang direkam dalam kasetnya yang berjudul "Saya seorang Salafy", dan inilah sebagian hal yang penting dari diskusi itu: Syaikh Al Albani berkata : "Jika dikatakan padamu, apa madzhabmu, maka apa jawabanmu?" Penanya : "Muslim" Syaikh Al Albani : "Ini tidaklah cukup" Penanya : "Allah telah menamai kita dengan muslim (kemudian dia membaca firman Allah), 'Dialah yang telah menamai kalian orang-orang muslim dari dahulu (Al Haj Surat 22 ayat 78)'" Syaikh Al Albani : "Ini merupakan jawaban yang tepat, jika kita berada disaat Islam itu pertama kali muncul, sebelum firqah-firqah bermunculan dan menyebar. Tapi jika ditanyakan, pada saat ini, pada setiap muslim dari berbagai macam firqah yang berbeda dengan kita dalam masalah aqidah, maka jawabannya tidaklah jauh dari kalimat ini. Mereka semua, seperti Syi'ah Rafidlah, Khariji, Nusayri Alawi, akan berkata 'Saya muslim'. Sehingga penyebutan "muslim" (saja) tidak cukup pada saat ini." Penanya : "Kalau begitu, (saya akan berkata) saya adalah Muslim berdasarkan pada Al Qur'an dan As Sunnah" Syaikh Al Albani : "Ini juga tidak cukup" Penanya :"Kenapa?" Syaikh Al Albani : "Apakah kamu menemukan dari mereka yang telah kita sebutkan tadi, akan mengatakan ,'kami adalah adalah muslim yang tidak berdasarkan pada Al Qur'an dan As Sunnah?' atau seorang dari mereka berkata "Saya seorang Muslim tetapi tidak berdasarkan pada Al Qur'an dan As Sunnah?" Maka selanjutnya Syaikh Al Albani menjelaskan dengan jelas akan pentingnya berada di atas Al Qur'an dan As Sunnah dan memahami di atas cahaya (pemahaman) Salafush Shalih (pendahulu yang sholih). Penanya : "Kalau begitu, saya akan menyatakan bahwa saya adalah muslim yang berdasarkan pada Al Qur'an dan As Sunnah dengan mengikuti pemahaman Salafus Shalih" Syaikh Al Albani : "Jika seseorang bertanya padamu tentang madzhabmu, apakah ini yang akan kamu katakan?" Penanya : "Ya" Syaikh Al Albani : "Bagaimana pendapatmu, bila kita menyingkat kalimat ini dalam pembicaran (Muslim yang berdasarkan pada Al Qur'an dan As Sunnah dengan

Imam Ahmad Ibnu Hanbal-pun beliau sebetulnya bukan termasuk generasi Salaf kalau definisi itu didasarkan zamaniyah. Imam Ahmad tidak termasuk tidak termasuk generasi Salaf karena beliau bukan termasuk tabiut tabiin Ibnu Taimiyah sendiri mengingkari hal tersebut (adanya istilah salaf, simak footnote ke 6, red) 8, penisbatan seseorang kepada kelompok tertentu yang itu tidak ada dasarnya dari Al-Quran dan Sunnah dan peninggalan Salafushshalih

Kalau kata-kata ana muslim, nahnu muslimun itu dalam Al-Quran Dan Sunnah maruf. Tapi kalau kata ana Salafi atau nahnu Salafi, tidak ada satu bukupun terutama pada masa Ibnu Taimiyah yang membahas masalah as-Salaf dan as-Salafi secara definitif. Bahkan para ulama pada masa lalu tidak ada yang menisbatkan namanya itu sebagai as-Salafi, atau al-atsari tidak ada. Ibnu Taimiyah sendiri tidak pernah menyebutkan dirinya sebagai as-Salafi, itu tidak ada. Yang ada kalau Asy-Syafii, al-Hanbali, al-Maliki, al-Hanafi atau mungkin ke nisbat tempat, al-Madani, al-Makki, al-Mishriatau al-Malanji misalnya itu maruf

Bahkan dalam kitab kitab mereka yang sering dipakai misalnya As-Sunnah-nya Imam alBarbahari yaitu saya lihat kata-kata manhaj, kata-kata Salaf apalagi as-Salafi itu nggak ada. Justru kitab tersebut yang disyarah oleh Syaikh Ahmad bin Yahya An-Najmi hafidhahullah. Beliau sudah sepuh sekarang, sekitar 81 tahun umurnya, kata-kata manhaj, kata-kata Salafush-shaleh, Salafi justru banyak dari buku syarahnya, dari beliau.

Bahkan kata-kata al-Ikhwanul Muslimun 9, Quthbi, Sururiyyun, Kharijiyyun, Ikhwani, itu ada di syarah, di kitabnya nggak ada. Begitu pula dengan As-Sunnahnya Imam Al-Baghawi, saya mau nggak mau jadi mempelajari, mengamati kata-kata salaf ini, ternyata juga tidak ada definisi Salaf.

Dan itu sudah diluar dari yang dikehendaki oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab, sudah melenceng dari yang beliau-beliau pahami.

Saudara-saudaraku kaum muslimin yang berbahagia, ada yang menarik kalau kita mengamati sejarah kemunculan kelompok yang menamakan dirinya Salafi. Saya selalu menegaskan membagi bahwa yang namanya Salafi, kalau tidak bisa disebut kelompok, kalau tidak bisa disebut sebagai hizbiyyah dan sebagainya karena mereka tidak suka disebut hizbiyyah, entah maunya dia atau apa?

Sesungguhnya mereka ini membentuk hizbiyyah yang asadul hizbiyyah kata Syaikh Abdurrahman Abdul Khaliq, ketika Syaikh Rabi bin Hadi al-Madkhali menulis buku Jamaat Wahidah la Asyarat, Shiratul Wahid la Asyarat... itu menegaskan bahwa jamaah itu satu saja bukan jamaah-jamaah yang banyak dan yang paling benar adalah kelompoknya yang lalu dikatakan oleh, dikritik oleh Syaikh Abdurrahman Abdul Khaliq, teman beliau selama kuliah waktu di Jamiah Islamiyah di Madinah Munawaroh, ini Syaikh Rabi beliau sangat-sangat membenci sehidup semati dengan orang-orang dan kelompok dakwah Islam ini sampai memunculkan istilah-istilah hizbiyyah itu tadi. Bahkan menyebut hizbiyyah yang mematikan, mengancam

mengikuti pemahaman Salafus Shalih), yang lebih ringkas dan menunjukkan makna dengan 'Salafi'". (Selesai penukilan) Maka intisari dari percakapan itu adalah penamaan muslim atau sunni tidaklah cukup, sebab semua orang akan menyatakan demikian. Dan Imam Al Albani telah menekankan pentingnya Al Haq untuk membedakan diri dari kebathilan, dengan berdasarkan pada aqidah dan manhaj, yang diambil dari Salafus Shalih, yang merupakan lawan dari macam-macam firqah dan hizbi yang memahami Dien ini dengan berdasarkan pada pemikiran guru-guru mereka atau pemimpin-pemimpin mereka dan tidaklah mereka mengambilnya dariSalaf-secara mendasar -. http://www.salafy.or.id/print.php?id_artikel=23 . Kini jelas sudah penisbatan salafi dan al-atsari memiliki dasar jelas, disisi lain ternyata pimpinan MMI, pewaris aqidah DI/TII/NII, Abu Bakar Baasyir menelorkan istilah bidah NII, ALLAHKRASI sebagai tandingan bidah DEMOKRASI dalam acara di masjid Muhajirin, Malang. Sungguh aneh, Baasyir berulah bidah, salafi yang mereka lempar getah. Inikah jurus maling teriak maling? 7 Sangat disayangkan, definisi dan penjabaran panjang lebar dari kitab-kitab yang jelas-jelas memakai judul salaf tidak dapat dimengerti oleh yang bersangkutan. ilakan pembaca S menyimak footnote sebelumnya untuk lebih jelasnya. 8 Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata: "Tidak tercela bagi siapa saja yang menampakkan manhaj salaf, berintisab dan bersandar kepadanya, bahkan yang demikian itu disepakati wajib diterima, karena manhaj salaf pasti benar." (Majmu' Fatawa 4/155). Beliau juga berkata: "Bahkan syi'ar ahlul bid'ah adalah meninggalkan manhaj salaf." (Majmu' Fatawa 4/155). Kemudian berkata lagi (4/156) : "Adapun (anggapan) ajaran Salaf termasuk menjadi syi'ar Ahlul Bid'ah maka itu satu kebatilan karena hal itu tidak mungkin kecuali ketika kebodohan merajalela dan ilmu sedikit". Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata dalam Majmu' Fatawa 4/149 : Tidak ada celanya atas orang yang menampakkan manhaj Salaf, menisbatkan kepadanya dan bangga dengannya, bahkan pernyataan itu wajib diterima menurut kesepakatan Ulama, karena madzhab Salaf tidak lain adalah kebenaran itu sendiri. http://www.salafy.or.id/print.php?id_artikel=179 9 Penamaan Ikhwanul Muslimin adalah penamaan yang dipilih mereka sendiri, oleh Hasan Al Banna pendirinya.

gitu ya? Ternyata beliau membuat sendiri hizbiyyah yang lebih parah dari hizbiyyah yang beliau perangi, yang beliau tidak sukai tadi itu 10. Nah ini..mereka setelah mereka katakan Syaikh Bin Bazz, Syaikh Abdul Aziz Alu Syaikh, Syaikh Al-Utsaimin, Syaikh Al-Albani, Syaikh Bakr Abu Zaid, Syaikh al-Jibrin, Syaikh ..., Syaikh Hamud at-Tuwaijiri, Syaikh Hamud bin Uqala asy-Syuaibi. Kita harus membedakan Salafiyah-Salafiyah ini dimana beliau-beliau yang duduk di Haiah Kibarul Ulama di Saudi di Lajnah Daimah lil Ifta itu mereka para ulama besar, orang-orang yang shalih, orangorang alim, zuhud dan lisan dan tulisannya itu bersih dari caci-maki kepada kelompok dan orang lain. Itulah mereka yang duduk di Haiah Kibarul Ulama.

Yang heran, ketika saya selidiki disini, kenapa Syaikh Rabi yang beliau doktor, beliau secara usia itu beliau lahir tahun 1351 H, sekarang beliau berusia sekitar 75-an tahun ya,
10

Kita tidak yakin kalau dia sedang menasehati jamaah-jamaah hizbiyyah yang memerangi kaum Muslimin di Kunar dan mempersaudarakan agama-agama Samawi, karena dia menulis buku-bukunya justru dalam rangka membelanya dari bantahan dan nasehat Salafiyun kepada mereka. Adapun Salafiyun, mereka menyambut gembira manhajSalaf dan Syaikhul Islam serta orang-orang yang berada di atas jalannya dari kalangan Ahlus Sunnah. Tetapi apakah berarti dengan berhenti membantah ahlul bidah? Kita dengar jawaban Syaikh Rabi tentang hal ini : Salafiyun akan berkata : Marhaban (selamat datang) manhaj Ahlus Sunnah wal Jamaah yang sebenarnya. Karena sesungguhnya mereka tidak menginginkan pengganti selain itu. Diantara dasar-dasar manhaj ini adalah sabda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam : Tidak seorang nabi pun yang Allah utus pada satu umat sebelumku, kecuali memiliki dari umatnya para penolong shahabat-shahabat yang mengambil sunnahnya dan mengikuti perintahnya. Kemudian sesungguhnya akan datang setelah mereka generasi yang mengucapkan apa-apa yang tidak mereka kerjakan dan mengerjakan apa-apa yang tidak diperintahkan. Barangsiapa memerangi (jihad) mereka dengan tangannya maka dia mukmin, barangsiapa memerangi mereka dengan lisannya maka dia mukmin, dan barangsiapa memerangi mereka dengan hatinya maka dia mukmin . (HR. Muslim dalam Kitab Al Iman hadits nomor 80 juz I halaman 69-70) Dan firman Allah : Kalian adalah umat terbaik yang dikeluarkan untuk manusia. Kalian memerintahkan yang maruf dan melarang yang mungkar dan kalian beriman kepada Allah . (Ali Imran : 110) Sedangkan bidah, apalagi syirik dan kekufuran termasuk dalam kemungkaran tersebut. Adapun maruf yang paling puncak adalah tauhid. Akan tetapi Salafiyin tidak mengkafirkan seseorang kecuali setelah ditegakkan hujjah. Ingatlah bagaimana Umar radhiyallahu anhu memukul Shabiegh dan mengasingkannya. Ingatlah bagaimana Ibnu Umar radhiyallahuanhuma berlepas diri dari Qadariyyah. Ingatlah pembunuhan yang dilakukan Ali radhiyallahuanhu dan para shahabat ridwanullah alaihim ajmain terhadap Khawarij dengan perintah Nabi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam. Banyak hadits-hadits dalam masalah ini yang diriwayatkan oleh para imam di antaranya Imam Bukhari dan Muslim rahimahumallah. Ingatlah pula sikap Ibnu Masud radhiyallahuanhu dan Abu Musa radhiyallahuanhu terhadap halaqah-halaqah dzikir dan orang-orang yang bertasbih dengan kerikil. Bacalah kitab Khalqu Afali Ibad oleh Bukhari rahimahullah, kitab As Sunnah oleh Abdullah bin Ahmad rahimahullah, As Sunnah oleh Al Khallal rahimahullah yang disusun di dalamnya ucapan-ucapan Imam Ahmad rahimahullah dan ulama Salaf. Baca pula Asy Syariah oleh Al Ajurri rahimahullah , Syarah Ushul Itiqad Ahlis Sunnah oleh Al Lalikai rahimahullah, dua kitab Ibanah oleh Ibnu Baththah rahimahullah (Kubra dan Shugra), Ushul Itiqad oleh Abu Hatim rahimahullah dan Abu Zurah rahimahullah dan kitab Tauhid oleh Ibnu Khuzaimah rahimahullah, Mukadimah Syarhus Sunnah oleh Al Baghawi rahimahullah dan banyak lagi yang lainnya. Baca pula kitab-kitab Ibnu Taimiyah rahimahullah dan Ibnul Qayyim rahimahullah dan Ibnu Abdul Wahhab rahimahullah dengan tolok ukurSalafi dan jangan dengan tolok ukur politik dan perasaan semata. Engkau akan dapatkan bahwa Salafiyun telah mengambil manhaj sunni Salafi yang hakiki ini. Aku ingin memberikan untuk anda hadiah yang berharga yang dimiliki oleh Ahlus Sunnah yang merupakan petir bagi ahlul bidah dan para pembelanya. Al Baghawi rahimahullah dalam Mukadimah Syarhus Sunnah bab Mujanabatu Ahlil Ahwa (Menjauhkan Ahlul Ahwa/Ahlul Bidah) membawakan ayat-ayat, hadits-hadits, dan atsar-atsar di dalam bab ini tentang celaan terhadap ahlul bidah. Di dalamnya terhadap banyak nukilan di antaranya pengkafiran dan penyesatan (menganggap sesat) terhadap beberapa ahlul bidah (seperti Rafidlah dan Jahmiyah, pent.) hingga dia berkata : Telah berlalu para shahabat, tabiin, para pengikut mereka, dan ulama-ulama sunnah atas yang demikian, bersatu dan bersepakat atas permusuhan dan pemboikotan terhadap ahlul bidah. (Syarhus Sunnah juz I halaman 227) Demikianlah Al Baghawi rahimahullah menyebutkan kepada kita bahwa para shahabat, tabiin, dan tabiut tabiin bersatu dan sepakat atas permusuhan terhadap ahlul bidah dan pemboikotan mereka. Maka apakah engkau (wahai Abdurrahman Abdul Khaliq) menerima nasehat ini dan percaya dengan nukilan ini sebagaimana Salafiyin menerima dan membenarkannya? (Jamaah Wahidah halaman 80-82) Dia (Abdurrahman Abdul Khaliq) juga menyandarkan pendapatnya kepada Syaikhul Islam rahimahullah bahwa kita hanya memusuhi orang-orang kafir. Maka bandingkanlah dengan ucapan Syaikhul Islam berikut : Seorang yang membantah ahlul bidah adalah mujahid, hingga Yahya bin Yahya berkata : Pembelaan terhadap sunnah lebih baik daripada jihad. (Naqdul Mantiq halaman 12) Kita katakan : Layakkah para pembela Ahlus Sunnah yang membantah ahlul bidah dijuluki dengan pencela, pencaci, jelek akhlaqnya dan lain-lain? Atau apakah mereka pantas dikatakan mencela para ulama? Lihatlah pula ucapan Syaikhul Islam yang lain, yaitu beliau rahimahullah berkata setelah menjelaskan secara ringkas siapa yang boleh di-jarh (dicela) dan yang boleh diterangkan keadaannya, bahkan dianggap sebagai nasehat : Nasehat wajib dalam maslahat-maslahat dien yang khusus dan yang umum, seperti : 1.Para penukil-penukil hadits yang keliru atau berdusta. Sebagaimana dikatakan oleh Yahya bin Said rahimahullah: Saya bertanya kepada Imam Malik, Ats Tsauri, Al Laits Ibnu Saad, dan aku kira juga Al Auzai tentang seseorang yang tertuduh dalam masalah hadits dan tidak hafal? Mereka semua menjawab : Terangkan keadaannya! Berkata sebagian mereka kepada Imam Ahmad Ibnu Hambal rahimahullah : Berat atasku untuk mengatakan fulan seperti ini, fulan seperti itu? Maka berkata Imam Ahmad rahimahullah: Kalau engkau diam dan aku diam, maka kapan seorang bodoh akan tahu yang shahih. 2.Para tokoh ahlul bidah dari golongan yang memiliki ucapan-ucapa yang menyelisihi Al Kitab dan As Sunnah, juga ahlul ibadah yang menyelisihi Al Kitab dan As Sunnah. Maka sesungguhnya menjelaskan keadaan mereka dan memperingatkan umat dari mereka adalah wajib dengan kesepakatan kaum Muslimin. Hingga dikatakan kepada Imam Ahmad : (Apakah) seseorang berpuasa, shalat, itikaf, maka hanya untuk dirinya, sedangkan jika dia berbicara terhadap ahlul bidah, maka itu untuk kaum Muslimin. Inilah yang lebih afdhal. Maka ketika manfaatnya umum bagi kaum Muslimin dalam dien mereka, dia termasuk jihad fie sabilillah. Karena pembersihan jalan Allah, dien, manhaj, dan Syariat-Nya serta penolakan terhadap penyelewengan mereka (ahlul bidah) dan permusuhan terhadap mereka adalah wajib kifayah dengan kesepakatan kaum Muslimin. Kalaulah tidak ada orang-orang yang Allah tegakkan untuk menolak kejelekan-kejelekan mereka, maka akan rusaklah dien dan kerusakan ini lebih besar daripada rusaknya penjajahan musuh yang memerangi. Karena jika mereka menguasai/menjajah tidak akan merusak hati dan apa yang ada di dalamnya dari dien secara langsung, tetapi mengikut. Adapun mereka (ahlul bidah) merusak hati secara langsung. (Majmuur Rasail wal Masail 5/110)

berapa itu, itu sudah cukup sepuh itu tidak masuk di Haiah Kibarul Ulama, dimana angkatannya itu masih di bawah angkatan beliau. Ternyata yang duduk di Haiah Kibarul Ulama kalaupun misalnya ada yang pernah ... dengan Ikhwanul Muslimin, Jamaah Islamiyah atau dengan sebagian tokoh-tokoh gerakan dakwah selain Syaikh Shalih bin Fauzan alFauzan itu - beliauyang pernah mengkritik Syaikh Yusuf Qaradhawi dalam Jamaah Ikhwanul Muslimin itu tidak lebih dari mendekati sekitar masa-masa perang Teluk waktu itu. Yang berikutnya, pendapat beliau yang melarang orang untuk membicarakan orang lain, beliau mengalami perubahan pikiran setelah agak jauh dari perang Teluk. Sesungguhnya hal itu tidaklah dikehendaki oleh Ibnu Taimiyah dan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab.

Karena ternyata, kalau kita mau melihat lalu kita mau mencermati, pendapat kelompok Salafnya al-ustadz Luqman bin Muhammad Baabduh, faktanya kalau ada pendapat Syaikh Rabi yang berbeda dengan pendapat Syaikh Bin Bazz maka yang diambil adalah pendapatnya Syaikh Rabi. Kalau pendapatnya Syaikh Rabi juga berbeda dengan pendapatnya Syaikh Utsaimin, Syaikh Al-Albani, yang diambil pendapatnya Syaikh Rabi. Bahkan menggampangkan, kalau pendapat Syaikh Rabi dengan Syaikh Bakr Abu Zaid..., mereka berselisih dengan Syaikh Bin Jibrin dan Syaikh-Syaikh yang lain di Haiah Kibarul Ulama itu yang diambil adalah pendapatnya Syaikh Rabi daripada pendapat dari Haiah Kibarul Ulama itu sendiri11.

Dan jangan engkau sembunyikan -wahai Abduh ZA- tentang asadul hizbiyyahnya Ikhwanul Muslimin sebagaimana ucapan pembesar kalian, Jasim Al-Muhalhil di halaman 122 dari kitab Lid Duat Faqoth:Bahkan sesungguhnya dakwah Ikhwan adalah dakwah yang menolak di dalam barisan kita adanya orang yang enggan untuk mengikat dirinya dengan strategi dan peraturan Ikhwani, walaupun dia seorang dai yang paling paham terhadap Islam dan aqidahnya, yang paling banyak membaca kitab, paling besar semangatnya, dan paling khusyu di dalam shalatnya (Agar Pemuda, hal.44) Maka adakah kehizbiyyahan yang lebih membinasakan daripada kehizbiyyahan yang berusaha ditancapkan oleh Ikhwanul Muslimin? Jika demikian keadaannya, kenapa pula Syaikh Rabi hafidhahullah yang kalian kambing hitamkan?! Buruk muka janganlah kaca yang dicathitamkan!

11

Kalaulah pembicara ini ilmiyyah, tentu pernyataan-pernyataannya didukung dan diperkuat dengan data dan fakta yang diungkapkannya. Dalam masalah apakah Haiah Kibarul

Ulama berbeda dengan Syaikh Rabi? Dalam masalah apakah Syaikh Bin Bazz, Syaikh Utsaimin, Syaikh Al-Albani rahimahumullahu berbeda pendapat dengan Syaikh Rabi, sehingga salafi ekstrem bikinanmu lebih memilih pendapat Syaikh Rabi? Kenapa sang pembicara hanya memberikan pernyataan-pernyataan belaka tanpa fakta dan data? Faktor apakah yang mengharuskan kami mempercayai ucapatan yang sepi dari bukti ini? Kenapa dirimu tidak jujur ketika menyebutkan Kitab yang ditulis oleh Syaikh Rabi yang berjudul Jamaah Wahidah? Kenapa tidak engkau jelaskan kepada umat bahwa di kitab tersebut telah disertakan pula bukti-bukti dukungan para Masyayikh di atas terhadap manhaj yang ditempuh oleh Syaikh Rabi? Kenapa tidak engkau sebutkan pula nama-nama masyayikh dengan rinci bahwa Syaikh Shalih bin Fauzan al-Fauzan-lah yang memberikan kata pengantar kitab tersebut? Juga rekomendasi yang diberikan oleh Syaikh Al-Albani rahimahulllah? Syaikh Muhammad Abdul Wahhab Marzuq Al-Banna? Dan kenapa pula tidak engkau sebutkan bahwa di kitab beliau lainnya (An-Nasrul Aziz ala Raddul Wajiz, Hiwar maa Abdurrahman Abdul Khaliq yang engkau puji-puji tersebut, dicetak tahun 1417H-1996). Alangkah tragisnya bahwa para masyayikh rahimahumullahu jamian anda kesankan bertikai dengan Syaikh Rabi hafidhahullah, namun justru terbukti masyayikh mendukung manhaj beliau. Samahatusy Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Bazz rahimahullah Al-Muhaddits Al-Allamah Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani rahimahullah Fadhilatusy Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan Fadhilatusy Syaikh Muhammad bin Abdullah As-Subayil Fadhilatusy Syaikh Abdul Aziz Muhammad Sulaiman Fadhilatusy Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab bin Marzuq Albana Fadhilatusy Syaikh Ahmad bin Yahya An-Najmi Fadhilatusy Syaikh Zaid bin Muhammad bin Hadi Al-Madkhali Fadhilatusy Syaikh Al-Ustadz Dr. Ali bin Muhammad bin Nashir Al-Faqihi Fadhilatusy Syaikh Dr. Shalih bin Saad As-Suhaimi. Wahai ust. Abduh ZA, sungguh sangat menyedihkan bahwa tutur bahasamu yang sopan nan bijak ternyata tidak mampu menyembunyikan apa yang ada di dalam dada dari kebencianmu terhadap para masyayikh Salafiyyin. Cukuplah upaya adu dombamu diantara para masyayikh adalah bukti keanehan dakwah lemah lembutmu. Walaupun engkau seolaholah menghormati Haiah Kibarul Ulama, adakah salafiyyin yang tertipu dengan prinsip Ikhwanimu? Lebih-lebih lagi analisa suudzonmu tentang mengapa Syaikh Rabi tidak masuk menjadi anggota Haiah Kibarul Ulama, padahal beliau termasuk yang memiliki umur lebih tua. Mengapa analisamu berhenti hanya kepada Syaikh Rabi semata? Padahal di luar beliau juga banyak masyayikh yang cukup berumur dan berilmu? Kenapa tidak engkau lanjutkan untuk mengembangkan prasangka burukmu kepada Syaikh Abdul Muhsin Al-Abbad Al-Badr, Syaikh Muhammad Al-Banna, Syaikh Ahmad bin Yahya an Najmi hafidhahumullah? Dan beberapa Masyayikh lainnya yang tidak masuk di dalam Haiah Kibarul Ulama. Rupanya engkau hendak menggiring umat dengan opini dan ambisi kekuasaan ala parpol Ikhwanul Muslimin, bahwa para masyayikh tersebut bermasalah, sehingga tidak bisa masuk menjadi anggota Haiah Kibarul Ulama. Bagaimana mungkin engkau hendak menumbangkan salafiyyun dengan bahasa, analisa dan naluri partai politik kekuasaan Ikhwanul Muslimin, wahai saudara Abduh? Seolah-olah Haiah Kibarul Ulama adalah kursi kekuasaan yang mesti direbut dan dikuasai. Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun. Sungguh sangat mengherankan, bagaimana mungkin dirimu berlagak seolah-olah menjadi pembela Haiah Kibarul Ulama padahal di saat bersamaan dirimu juga berdiri dengan gagahnya menjadi benteng dan pembela orang-orang yang memusuhi dan melecehkan Haiah Kibarul Ulama? Bukankah dirimu menyusun buku Saya Teroris dan Saya Khawarij ini untuk membela Salman Al-Audah, Safar al-Hawali, Aidh Al-Qarni, Nashir al-Umr dan jaringan Ikhwaninya yang telah melecehkan para ulama sedemikian jahatnya?! Berkata Syaikh Zaid bin Muhammad bin Hadi Al-Madkhali hafidhahullah tentang para pemilik manhaj Ikhwanul Muslimin: 4. Banyak bersumpah dengan nama Allah secara dusta dan menipu. Mereka menganggap hal tersebut boleh demi kemaslahatan kesuksesan dakwah karena seluruh dakwah islam yang ada itu diperankan oleh dakwah Ikhwanul Muslimin, seangkan dakwah Ikhwanul Muslimin tidak butuh yang selainnya sebab yang telah menetapkannya adalah hasan Al-Banna. Hal itu seperti yang dikatakan oleh seorang penyair Ikhwani, alangkah banyaknya penyair dari kalangan Ikhwani: Sesungguhnya Ikhwan memiliki istana Setiap yang ada padanya adalah Hasan (keindahan/kebajikan) Jangan tanya saya siapa yang mendirikannya Dialah Hasan Al-Banna 6. Penyerangan mereka terhadap pemerintah ataupun para ulama baik secara sembunyi atau terang-terangan- sampai-sampai mereka berani menyerang mufti dunia Islam yang telah dipersaksikan keutamaannya, keilmuannya, kezuhudannya dan kehati-hatiannya oleh musuh-musuh Islam. Ada seorang Ikhwany mencelanya dengan kesombongan seorang penulis dalam tulisannya. Sungguh aku telah mendengar sebuah kaset milik seorang anggota pergerakan di jazirah arab yang dia tujukan kepada Syaikh Bin baz semoga Alah merahmatinya-, dia berkata: Kamukah wahai ilmunya yang mulia

Kembali pada sejarah kemunculan Salafi ini, meskipun sebelumnya dakwah Salafiyah telah dimulai pada masa Ibnu Taimiyah kemudian Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab itu tidak menyuarakan as-Salafi dalam kitab-kitab mereka, Ibnu Katsir, Ibnul Qayyim, termasuk yang dan Imam Adz-Dzahabi12, kemudianitu juga tidak banyak menyinggung masalah manhaj-manhaj as-salafi seperti ini... berbeda Salafi yang muncul akhir-akhir ini. Lebih tepatnya, Salafi yang gaya baru ini. Kalau saya menyebutnya sebagai Salafi radikal atau Salafi ekstrem kalau dikaitkan dengan Salafi yang moderat 13.

Kalau kita pernah membaca buku Dakwah Salafiyah Dakwah Bijak yang ditulis oleh ustadz Abu Abdirrahman al-Thalibi di mana beliau membagi Salafi menjadi dua, Salafi Yamani dan Salafi haraki, saya cenderung kurang setuju dengan pendapat tersebut karena ternyata Salafi
Kamu telah datang dengan pasukan yang besar, Apa yang harus kukatakan pada umatku dan pemudanya Apa yang harus kukatakan dan kamu telah tertimpa mushibah Kamu telah datang di depan kuda dan pasukan mereka Agar mereka saling berperang wahai orang tua yang pemberani 16. Celaan manhaj Ikhwani kepada setiap orang yang menyelisihi mereka dalam hal ideology mereka baik dari kalangan ulama atau para thullabul ilmi yang berjalan di atas manhaj salafy- bahwa mereka adalah ulama kertas, ulama suu (jelek), orang yang hanya duduk-duduk dan memenuhi duduk-duduk mereka dengan banyak bicara omong kosong, seperti perkataan mereka Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam tinggal di Makkah selama 13 tahun berdakwah kepada tauhid uluhiyyah dan saat ini sudah bukan saatnya untuk mendakwahkannya- dan perkataan lainnya dari celaan-celaan yang telah ditulis dan diterangkan dalam kitab yang lain. Apabila kamu ragu terhadap pentingnya masalah yang telah disebutkan di dalam nomor ini, maka dengarkanlah ucapan seorang Ikhwani bau kencur ini yang dia banyak dididik di atas buku-buku para petinggi manhaj Ikhwani dimana tulisan ini dia arahkan kepada para ulama yang menyibukkan diri-diri mereka dengan mengarang karangan-karangan dalam bahasan ilmu syarI sepanjang waktu merekaIkhwani bau kencur ini berkata (lebih lengkapnya lihat bait-bait syair Aidh Al-Qarni di bab-bab awal): bahkan di dalam bait-bait ini terdapat pengkafirannya terhadap para ulama, seperti perkataannya: Engkau rahib dari rahib-rahib Bukanlah kamu dari golongan Ahmad, Cukuplah bagimu celaan Aku katakan (Syaikh Zaid hafidhahullah): pemilik bait ini (Aidh Al-Qarni) telah menyebarluaskan kitab-kitab yang para pengarangnya telah memenuhi buku-bukunya dengan kesesatan yang banyak dan bidah-bidah yang telah masyhur seperti buku-bukunya Sayyid Quthb, Abul Ala Al-Maududi dan selain mereka berdua dari orang-orang yang serupa dengan mereka berdua semoga Allah mengembalikan pemilik pujian-pujian terhadap orang yang memiliki kesalahan-kesalahan yang berbahaya dan bidah-bidah yang masyhur ini kepada kebenaran dengan cara yang baik- 20. Sikap berlebih-lebihannya para pengikut manhaj Ikhwani yang telah terikat dengan prinsip-prinsip pergerakan manhaj mereka terhadap para tokoh dan pemimpin-pemimpin merekaDengarkanlah satu contoh sikap mereka yang berlebih-lebihan terhadap empat orang: Maka segala puji bagi Allah maka semua cita-cita itu pasti akan terlaksana Selama diantara kita ada Salman Al-Audah atau Safar Al-Hawaly Pemilik ketaqwaan, pengetahuan dan ilmu milik mereka berdua Mereka bagi negara ini laksana matahari dan bulan Salman wahai yang Allah selamatkan pandangannya Faqihnya kami, Syaikh kami dan pendapat yang dianggap Penjelasannya indah, mudah dan nikmat Ucapannya adalah permata. Lafadz-lafadznya seperti mutiara Mencintainya setiap hati yang beriman, sedangkan bagi orang Yang berhati munafik merajalela dengan hasadnya kepadanya Wahai orang yang bertanya tentang keinginan kami terhadap kekasih kami Maka kekasih dan keinginan kami semua adalah safar Berjalanlah Safar Al-Hawaly kami di pintu gerbang kemuliaan kami Maka untuk berjalan di pintuu gerbang ini sangatlah mampu Wahai Aidh Al-Qarni yang telah menghidupkan kebangkitan Dengan ilmunya yang luas dia meriwayatkannya maka kebangkitanpun bersinar Berjalanlah tanpa takut dari celaan pada tipudaya-tipudayanya Maka tidak ada yang membungkam gonggongan anjing selain batu Wahai kebangkitan yang kekuatannya membuat takut para musuh Bumi berguncang bukan karena takut atau muram Melukiskan garis jalan yang mulia untuk manhajnya Sejarahnya dengan pedang yang tajam penolong cita-cita Qasidah ini sangat panjang dan telah membakar perasaan orang-orang yang tergesa-gesa. Juga telah membangkitkan hati-hati orang yang masih sedikit pemahaman mereka terhadap agama ini sesuai dengan apa yang dibawa oleh Nabi yang pling mulia dan penutup para Nabi semoga tercurahkan bagi beliau shalallahu alaihi wa sallam shalawat yang paling suci dan salam yang paling sempurna dari Allah Subhanahu wa Taala Keempat orang ini adalah yang telah dipuji-puji secara berlebih-lebihan oleh penyair tersebut seperti yang telah anda dengar wahai para pembaca yang berilmu. Pada awalnya, keempat orang tersebut memulai dakwahnya dengan mematangkan sebagian dari bidang ilmu miliknya sehingga manusia berhusnudzan kepada mereka. Tetapi kemudian orang yang menyukai fitnah mengarahkan kepada mereka panah fitnah dan mereka menerima fitnah itu dengan dada-dada mereka sehingga mereka selisihi para ulama Kibar pada perkara-perkara yang berkaitan dengan manhaj Islami pada bab amar maruf nahi munkar sebagaimana hal tersebut berkaitan pula dengan manhaj Al-Kitab dan As-Sunnah daslam hal dakwah kepada Allah Subhanahu wa Taala dan perkara-perkara yang lain yang mereka selisihi para ulama yang kokoh dalam keilmuannya. Bahkan penyelisihan mereka telah melampaui batas-batas syarI terhadap pemerintah mereka dengan alasan nasehat dalam rangka menegakkan keadilan dan memerangi kedhaliman.. (Agar Pemuda Tetap Istiqamah, hal.39-58, Pustaka Al-Haura, 1427H/2006) Sekali lagi kita katakan kepada Abduh ZA dan kelompok Ikhwaninya: Apakah engkau hendak bersikap dzul wajhain? Bagaimana mungkin engkau mampu mengecoh Salafiyyin dengan berlagak menjadi pembela Haiah Kibarul Ulama sementara di saat yang sama dirimu menyusun makar dan kekuatan bersama-sama para pembela tokoh-tokoh besar Sururiyyin untuk menyerang Salafiyyin dan dakwahnya? Hendak menyatukan api dengan air wahai Abduh ZA? Setelah terbongkar taktik adu domba devide et impera yang hendak engkau terapkan, pecah-belah sesama ulama Ahlus Sunnah, sekarang apa komentar kalian wahai Pustaka Kautsar, Abduh Zulfidar Akaha dan para jajaran pendukung engkau terhadap dukungan para masyayikh di atas bagi manhaj dakwah yang sedang ditempuh oleh Syaikh Rabi?

Yamani yang penisbatan kepada Syaikh Muqbil bin Hadi al-Wadii rahimahullah yang gurunya ustadz Luqman ini tidak semuanya berasal dari Yaman dan Syaikh Rabi juga dari Jazan, dari Madinah. Dan apa yang disebut Salafi haraki itu ustadz al-Thalibi lebih mengarah keorangorang yang lebih mengarah ke orang-orang ber..partai politik atau kaum aktifis terutama yang berkaitan dengan Ikhwanul Musliminnya yang di Indonesia, termasuk juga Salafi Haraki adalah yang di HT, IM dan baik yang politik maupun non politik seperti di Al-Irsyad, Dewan Dakwah dan yang seperti itu. Itu kesalafiyahannya berbeda..

Saya sendiri lebih cenderung menyebut Salafi radikal dan Salafi moderat karena mereka sama-sama Salafi. Persoalannya kalau kita mau mencari akar permasalahan, mereka sama-sama membenci Ikhwanul Musliminsama-sama membenci terhadap gerakan dakwah apapun bentuknya cuma yang membedakannya lagi adalah penyikapannya, artinya baik lisan maupun tulisannya vulgar, keras kasar, cenderung orang baca itu butuh kesabaran ekstra.

Ada juga yang lebih santun, lebih menyembunyikan terutama kalau ketemu dengan orang yang bukan kelompoknya, terkadang ada juga seorang ustadz itu santun, tetapi dalam tulisan tetap kerasLalu saya bagi yang radikal dan moderat. Ustadz Luqman Baabduh termasuk golongan radikal yang ekstrem ini14
12

Nah, disinilah tampaknya saudara Abduh semakin terjebak oleh penelitiannya sendiri yang ternyata tidak teliti. Ingat ucapannya terdahulu : Bahkan para ulama pada masa lalu tidak ada yang menisbatkan namanya itu sebagai as-salafi, atsari tidak ada. Itukah hasil penelitian anda selama ini, yang nampak diwarnai oleh subyektifitas pemikiran ala Ikhwanul Muslimin, adapun kenyataannya? Simak kalimat al-Imam Adz-Dzahabi sendiri yang anda katakan dengan tidak hati-hati - tidak menyuarakan as-salafi dalam kitab-kitab mereka, Ibnu Katsir, Ibnul Qayyim, termasuk yangdan Imam Adz-Dzahabi: Adz-Dzahabi rahimahullah mengatakan:Telah disepakati bahwa ini merupakan aqidah seorang Salafi yang baik (Al-Munadzarat, Syaikh Salim Al-Hilali, hal.147) Adz-Dzahabi rahimahullah sendiri juga menyebutkan penisbatan al-Atsari di dalam Mujamul Mukhtash bil Muhadditsin hal. 199 tentang Yusuf bin Muhammad al-Haurani rahimahullah : Dia adalah seorang Syaikh yang memiliki keutamaan, sunni, atsari, shalih, qanaah dan menjaga diri. Berkata As-Samani rahimahullah di dalam Al-Anshab (1/84) : Al-Atsari dengan huruf alif difathhahkan dan tsa-nya dan ra di akhirnya ini adalah nisbah kepada al-atsar yakni al-hadits. Pada upaya mencari dan mengikutinya. Tersohor dengan penisbatan ini adalah Abubakar Saad bin Abdillah al-Atsari Ath-Thusi. Dan terakhir kami katakan kepadamu untuk meruntuhkan berbagai tuduhan keliru yang engkau nisbatkan kepada As-Salaf dan As-Salafi: Berkata Abu Hatim Ar-Razi rahimahullah:Ciri ahli bidah adalah memusuhi ahli atsar. (Atsar Shahih. Diriwayatkan Al-Lalikai dalam al-Itiqad (2/279) dan Ash-Shabuni dalam al-Itiqad (hal.118) dengan sanad yang shahih) Lagi-lagi engkau harus menemukan kenyataan pahit dari hasil penelitian tersebut tidak valid. Semoga Allah memberikan petunjuk kepadamu dan kepada kita semuanya.
13

Pembaca yang budiman, saling melindungi, saling merekomendasikan, adalah bahasa badan yang menunjukkan kesamaan visinya. Baik antara Abduh ZA dan Muhammad Arifin Badri Lc., MA, Muhammad mengucapkan pada artikel ke 176 dari situs LBIA : untuk lebih jelasnya silahkan baca sebuah buku berjudul: Bila Kyai Dipertuhankan, oleh Hartono Ahmad Jaiz dan Abduh Zulfidar Akaha hal: 265. Maka tak heran bila ada politik balas budi yang dilancarkan oleh Abduh dengan menyatakan bahwa kelompok Muhammad Arifin adalah salafy moderat. Abduh Zulfidar Akaha melalui bukunya Siapa Teroris? Siapa Khawarij? berkata: Meskipun sebagian kalangan salafi terbiasa dengan gelaran-gelaran buruk yang tidak berdasar semacam ini, sebagian dari mereka menganggap hal tersebut sebagai sesuatu yang sangat lumrah. Bahkan bisa jadi sebagian dari mereka menganggap gelaran-gelaran tersebut memang sudah seharusnya untuk diberikan dan mereka anggap sebagai ibadah (?). Akan tetapi, ketika Ustadz Abu Abdirrahman Al Thalibi dalam bukunya (Dakwah Salafiyah Dakwah Bijak) membagi salafi menjadi dua, yakni Salafi Yamani dan Salafi Haraki, banyak diantara mereka yang tidak terima. Mereka menganggapnya sebagai bidah, sangat tidak ilmiyah, dan tidak obyektif. Hal ini bisa anda temukan dari jawaban moderator LBIA - ketika memberikan pandangannya terhadap buku Dakwah Salafiyah Dakwah Bijak. Diantara yang dikatakan moderator situs ini yaitu, Kami (muslim.or.id) berlepas diri dari buku tersebut!! Dan kami nasehatkan kepada saudara-saudara kami agar tidak termakan oleh buku tersebut. (Huruf tebal dan italic asli dari moderator muslim.or.id) Bahkan, salah seorang aktifis salafi bernama Abu Fauzan tertanggal 9 maret 2006 jam 17:03 menyuruh membakar buku tersebut jika sudah terlanjur memilikinya. Abu Fauzan mengatakan, Bukunya si Abu Abdirrahman Al Thalibi memang tak ilmiyah sama sekali. Masa IM, HT bukan neo-khawarij, padahal suka demo sama sini. Saya setuju dengan akh moderator agar menjauhi buku itu. Kalau antum rahimakumullah sudah punya bakar saja bukunya karena memang tak ilmiyah sama sekali, hanya berdasarkan otaknya dia dan perasaannya dia. Lihat http://muslim.or.id/?p=284. Saudaraku, anda sekalian telah menyaksikan ketegasan dan kegarangan mereka untuk membakar buku Dakwah Bijak-nya Al Thalibi yang sangat dipuji sebagai laris bak kacang goreng oleh Abduh ZA. Apakah bapak Abduh marah dan murka kepada LBIA dan simpatisannya, sebagaimana marahnya dia dengan buku Mereka Adalah Teroris!-nya ustadz Luqman Baabduh? Inilah komentarnya terhadap ajakan pembakaran buku tersebut: Namun demikian, menurut kami, situs ini jauh lebih santun dan akomodatif daripada situs milik kalangan Salafi Yamani. Kami menaruh respek terhadap situs ini. Insya Allah mereka adalah kaum salafiyyin tulen tanpa embel-embel Yamani di belakangnya. (Siapa Teroris?..., footnote no.134, hal.78, Pustaka Al-Kautsar, cetakan pertama, Juni 2006) Abduh ZA. Berkata : Hanya saja yang membedakan adalah bahwa Ikhwanul Muslimin menerima perbedaan pendapat yang terjadi antara salaf dan khalaf (ibid, hal.89) Kita katakan : Walaupun Abduh dan jaringannya sudah disikapi sedemikian tegas dan kerasnya dengan instruksi pembakaran buku kelompoknya, ternyata yang tidak terduga adalah dia masih pula ingat siapa lawan dan siapa pula kawan seperjuangan. Subhanallah, sedikit kata-kata tegas Salafiyyin sudah divonisnya sebagai merasa benar sendiri, yang lainnya sesat, ahli bidah, dan ucapan sumbang lainnya. Adapun ajakan untuk membakar buku teman semanhajnya yang dilontarkan oleh anak buah Muhammad Arifin yang telah mentazkiyahnya? Jauh lebih santun!!! Amboi alangkah .persaudaraan ini.Wallahul mustaan.
14

Lalu bagaimana dengan golongan ekstrem, ulama mu, Syaikh Abdurrahman Abdul Khaliq yang mencela ulama-ulama Madinah dengan pimpinannya, Syaikh al-Imam Muhammad Amin Asy-Syinqithi dengan julukan cetakan lama, Salafi taqlid, muhannathin yang hidup dengan jasad-jasad mereka di jaman ini, tapi hidup dengan akal-akal mereka di masa lampau, dan lain-lain dari julukan yang dituduhkan kepada para ulama Ahlus Sunnah yang mendakwahkan tauhid dan sunnah? Apakah harakiyyun yang menamakan Syaikh bin Baaz dan para ulama di Saudi dengan pegawai, spionase, yang hanya mengerti qusyur (kulit) Islam, ulama haid dan nifas atau seperti yang diucapkan oleh Muhammad Surur : Budak dari budak dari budak dari budak dan tuan mereka yang terakhir Nashrani (Majalah As-Sunnah, no.23, hal.2930) Berkata Syaikh Rabi : Jangan engkau berpura-pura bodoh dengan apa yang ditulis oleh Muhammad Al Ghazali dalam beberapa kitabnya dari celaan dan pengkaburan terhadap Ahlus Sunnah dan Ahlul Hadits yang dulu dan sekarang. Jangan pula kau lupa dengan apa yang ditulis oleh At Tilmitsani terhadap Ahlus Sunnah dengan menjelekkan dan mencela mereka. Jangan lupa dengan apa yang ditulis oleh Said Ramadhan Al Buthi, Said Hawwa, Abu Ghaddah, Izzudin Ibrahim, dan seluruh tokoh-tokoh ikhwani yang memuji Rafidlah (Syiah) dan apa yang ditebarkan oleh tokoh-tokoh Quthbiyyah dari fitnah-fitnah dan gerakan-gerakan pencelaan yang dhalim dan kebohongan-kebohongan yang dibuat-buat terhadap Ahlus Sunnah. Jangan lupa pula apa yang ditulis oleh Sayyid Quthub dan celaannya terhadap para shahabat serta pengkafirannya terhadap Bani Umayyah, khususnya atas khalifah yang lurus Utsman bin Affan radhiallahu 'anhu dengan menjatuhkan kekhilafahannya dan anggapannya bahwa ruh dan dasar-dasar Islam telah runtuh di jamannya serta pengunggulannya bagi murid-murid Ibnu Saba atasnya (Utsman bin Affan). Jangan lupa pula terhadap tulisan mufti Oman dan celaannya terhadap Ahlus Sunnah yang sebenarnya, dan

ternyata ciri-ciri Khawarij sebagiannya ada pada diri merekaJadi sebelum tahun 91, sebelum terjadinya perang Teluk ketika Iraq menginvasi Kuwait. Saya katakan bahwa mulai masyhurnya, mulai marufnya Salafiyah dengan gaya barunya ini, itu setelah perang Teluk dala kasus dimana Saddam Husain dengan Iraqnya menyerbu Kuwait pada waktu itu, kemudian Saudi goncang. Dan bukan tidak mungkin memang sudah ada skenario disana dalam masalah ini, skenario Amerika ya, sebagai polisi dunia punya skenario yang lalu dalam merealisasikannya dengan cara yang macam-macam jugayang akhirnya Saudi Arabia - pada waktu itu dan sampai akhir hayatnya diketuai oleh Syaikh Abdul Aziz bin Abdillah bin Bazz rahimahullah .. merekomendasikan membolehkan raja Saudi Arabia untuk meminta bantuan kepada pihak yang dianggap bisa memberikan bantuan.

Sama sekali tidak disebutkan kata-kata Amerika atau pasukan multinasional itu nggak, yang lalu sama pemerintah Saudi minta kepada Amerika untuk masuk ke Saudi Arabia dan itu sudah diskenariokan dan itu pula yang disinggung oleh Syaikh Safar Al-Hawali dalam Wad Kissinger-nya. Kemudian belum selesai sampai di situ, pada saat itulah disinyalir ada permainan intelijen di sana, kalau sekedar kekuatan asing masuk ke Saudi tanpa dalil yang lebih kuat lagi itu bisa saja masih memunculkan penentangan. Kemudian muncullah doktor Muhammad Aman al-Jami ini rahimahullah dengan kelompoknya. Mereka mewakili suatu kelompok baru yang berbeda dengan Haiah Kibarul Ulama dan berbeda pula dengan kelompok yang sama sekali menentang pemerintah.

Jadi kalau misalnya sebagian tokoh-tokoh pada waktu itu seperti Syaikh Safar bin Abdurrahman Al-Hawali, Syaikh Salman bin Fahd al-Audah, Syaikh doktor Sulaiman bin Nashir al-Umr, - termasuk yang kemarin kesini - Syaikh Aidh bin Abdillah al-Qarni dan kawankawannya termasuk tokoh-tokoh muda terutama Syaikh Salman dan Syaikh Safar yang mereka bicara politik cukup keras, itu tokoh-tokoh mudanya para ulama mereka pada waktu itu sudah doktor - gencar menolak kedatangan pasukan asing tentara Amerika ini ke jazirah Arabia.

Nah ini kelompok pertama yang Haiah Kibarul Ulama kan berada di tengah-tengah, muncul kelompok lagi yang Muhammad Aman Jami dan Syaikh Rabi ini kelompoknya untuk mewajibkan mengikuti apapun kata penguasaYang tidak mau taat atau memprotes dikatakan sebagai Khawarij. Munculllah kemudian istilah mereka ini kelompok yang dalam salah satu ..formasinya dikenal dengan Khawarijul maad duat, Murjiatu maal hukkam, rafidhatu maal jamaah, Qadariyatul maal Yahudi wan nashara wal kuffar15, mereka bersikap Khawarij terhadap para duat, para dai, para mubaligh, para ulama, merekapun Murjiah pada penguasa dan mereka bersikap Rafidhah...terhadap Jamaah-jamaah Islamiyah dan Qadariyatul maal Yahudi wan nashara wal kuffar, mereka sifatnya Qadariyah, pasrah terhadap persoalan yang ditimbulkan orang-orang yahudi, orang-orang Nasrani dan orang kafir. Makanya jangan 16 heran dalam kasus Palestina, kasus Iraq, Israel , Palestina atau kemarin ini Libanon, meskipun mereka itu keras terhadap Yahudi dan orang kafir tapi tindakan nyatanya tidak. Faktanya untuk terjun bebas... itu tidak seperti itu. Mereka menganggap kita masih lemah, kita ... sehingga jihadpun menjadi dimatikan selama, baru boleh berjihad kalau ada Imam. Ya, kapan kita punya khalifah, punya amirul mukminin, ya... ? Ya, kalau misalnya jihad harus menunggu Imam yang membawahi umat Islam seluruh dunia, ya tidak akan ada jihad. Khilafah itu sendiri belum bisa dibentuk. Ketika jihad itu menang mungkin saja khilafah bisa dibentuk dan Ibnu Taimiyah-pun pada penggempuran Tartar yang kedua, khilafah Islamiyah pada waktu itu sedang jatuh, sedang kosong, tidak ada khalifah, tidak ada Amirul

celaannya terhadap shahabat bersama persaksiannya terhadap celaan Sayyid Quthub dan Maududi (dalam bukunya Khilafah dan Kerajaan, pent.). Kalau engkau merasa sakit dan gelisah dengan celaan-celaan yang dhalim dan jahat terhadap Ahlus Sunnah tersebut, maka berarti dirimu berada di atas kebenaran. Tetapi sangat disayangkan, engkau jauh dari apa yang saya sebutkan tadi. Dan sesungguhnya yang engkau inginkan (dengan ucapanmu) adalah Salafiyin. Innalillahi wa inna ilaihi rajiun. (Jamaah Wahidah halaman 80) 15 Inilah tuduhan yang jahat lagi buruk. Dan lihatlah wahai saudaraku bahwa berbagai serangan keji yang dilancarkan oleh pemandu acara, Abduh ZA dan Halawi Makmun sama sekali tidak dibantah oleh Abdullah Hadrami, sementara dia mengaku sebagai daI salafi yang 4 tahun bermulazamah kepada Syaikh Utsaimin rahimahullah, bahkan diapun turut memberikan kontribusi besar dalam peperangan ini. 16 Sebagaimana yang dijelaskan oleh para Masyayikh, lebih tepat jika kita menyebut mereka sebagai Yahudi, anak cucu kera dan babi, dan bukannya menyebut mereka sebagai Israel/Israil karena ini adalah nama lain dari Nabiyullah Yaqub alaihissalam. Pantaskah kita menisbatkan berbagai jenis kejahatan dan kebiadaban kepada Nabi Israil, Yaqub alaihis salam?

10

mukminin waktu itu tapi beliau menyuarakan jihad. Malu juga tuh, kalau mereka selalu merujuk pada Ibnu Taimiyah, tapi banyak sekali perkataan mereka yang berbeda dengan Ibnu Taimiyah...

Kemudian saya teliti lagi usia para masyayikh ini, Syaikh Rabi, Syaikh Muqbil, doktor Muhammad Aman Jami dimana buku-buku beliau sangat-sangat bagus sebelum perang Teluk, termasuk maqalah-maqalah beliau. Setelah perang Teluk, risalah dan bukunya itu kontra jamaat, kontra Ikhwanul Muslimin, mencela kesana-kemari. Jadi berbeda pada diri para masyayikh ini setelah perang Teluk. Sehingga kalau ada yang mengatakan bahwa ada permainan intelijen disana dan faktor X, itu sangat mungkin terjadi, karena faktanya garis batasnya itu jelas, ya?

Kemudian usianya Syaikh Ahmad bin Yahya An-Najmi...pada waktu perang Teluk beliau berusia 70-an tahum sudah sepuh sesungguhnya, tetapi semangat beliau terhadap Ikhwanul Muslimin sebelum perang Teluk dan masyayikh Yaman, Syaikh ... beliau, sebagian fatwanya itu agak mendiskreditkan Ikhwanul Muslimin dan sebagian tokohnya dan jamaah-jama'ah... Bahkan Syaikh Bin Bazz, fatwa beliau yang bertahun 1408 dalam masalah jamaah dimana beliau merekomendasikan Ikhwanul Muslimin dan Jamaah Tabligh untuk diikuti..., itu sempat berubah fatwa beliau 1413 H sekitar 1992-1993 dan fatwa beliau yang kontra jamaah itulah yang diambil oleh Syaikh Rabi dan itu yang selalu didengung-dengungkan... Fatwa beliau pada tahun berikutnya, ya, berfatwa lagi sekitar tahun 1417-an 1992, beliau mempunyai pendapat lagi yang berbeda, lalu merekomendasikan jamaah-jamaah Ikhwanul Muslimin,...17

Sifat ini jangan heran, jangan terlalu heran. Tadi saya katakan kitab Syaikh Muqbil saja Iskatu Kalbun Awi 18.. dan Syaikh Muqbil mengatakan bahwa doktor Abdul Karim Zaidan - tokoh fiqih ulama besar di Iraq pada saat ini - dikatakan oleh Syaikh Muqbil, sesungguhnya ilmunya ini sampah... Ini sebetulnya yang dikritik oleh Syaikh Bin Bazz, Syaikh Utsaimin, bahwa mereka ini sangat usil terhadap para ulama, para dai. Ya, begitu tajamnya lisan mereka, begitu tajamnya tulisan mereka, tidak mempertimbangkan manfaat mudharatnya dan apapula itu manfaatnya yang seperti itu.19 Kemudian perkataan muridnya, Syaikh Yahya bin Ali al-Hajuri, yang kata ustadz... itu dikatakan sekarang ini menandingi Syaikh Rabi bin Hadi al-Madkhali, dalam rangka... - mulutnya yang tajam itu - Syaikh Yahya bin Ali alHajuri... Pemandu acara:
17

Benarkah pernyataan ini, perlu dirinci buktinya. Kalaupun benar, walhamdulillah ulama kita mengajari celaan lebih didahulukan daripada pujian. Cukup banyak celaan para ulama tentang Ikhwanul Muslimin, baik karena kekeliruan manhaj pembesarnya, maupun dalam rilis resminya. 18 Alangkah manisnya bahwa pemilik Iskatu Kalbun Awi yakni Al-Qaradhawi sendirilah yang mengakui pemikiran takfir Sayyid Quthb (dan beliau ini adalah salah satu tokoh TakfiriIkhwani yang dikagumi dan dibela dengan gigihnya oleh Abduh ZA). Al-Qaradhawi berkata: Pada fase ini telah muncul buku-buku tulisan Sayyid Quthb yang merupakan pemikiran terakhirnya, yaitu pengkafiran masyarakat dan..., yang demikian itu nampak jelas dalam tafsir Fi Zhilalil Quran cetakan ke-2, Maalim fith Thariq yang kebanyakannya diambil dari Azh-Zhilal dan Al-Islam wa Musykilatul Hadharah dan sebagainya (Aulawiyyatul Harakah Al-Islamiyyah, hal.110. dinukil dari Adhwa Islamiyyah, hal.102) 19 Wahai bapak Abduh ZA, setelah strategi pertama mempertentangkan diantara para ulama Ahlus Sunnah gagal, engkau masih juga hendak mencoba untuk mengadu-domba lagi ? Tunjukkanlah bukti dan hujjah ilmiyyah engkau bahwa Syaikh Bin Bazz dan Syaikh Utsaimin rahimahumallah tidak sependapat dengan Syaikh Rabi. Kenapa engkau hanya bisa berkata-kata? Apakah dirimu merasa sakit hati kepada Syaikh Bin Bazz setelah keluar fatwa terakhir beliau tentang firqah Ikhwanul Muslimin dan Jamaah Tabligh, yang tidak sesuai dengan harapan engkau? Apakah diri anda merasa terpukul dengan dukungan para Masyayikh seperti Syaikh Bin Bazz, Syaikh Al-Albani, Syaikh Utsaimin, dan Kibar Masyayikh lainnya terhadap kelurusan manhaj Syaikh Muqbil rahimahullah dan Syaikh Rabi hafidhahullah? Bukankah dirimu bisa dengan rinci menyebut nama kitab hasil karya Syaikh Rabi hafidhahullah? Kenapa pula tidak engkau sebutkan nama-nama para ulama yang merekomendasikan buku beliau yang tertulis dengan jelas di dalam kitab tersebut? Sungguh upaya adu dombamu kini kandas. Syaikh Bin Bazz tidaklah seperti gambaran fitnah engkau terhadap Syaikh Rabi, beliau justru merekomendasikan kepada umat terhadap buku Syaikh Rabi (yang engkau katakan keras, kasar, mulutnya tajam dan sejenisnya) yang berjudul Manhaj Ahlus Sunnah fi Naqdir Rijal. Bagaimana engkau katakan bahwa beliau sangat usil terhadap tokoh anda, sementara Syaikh Bin Bazz sendiri justru mendukung dan merekomendasikan kitab beliau tersebut untuk membeberkan tokoh-tokoh anda itu. Bahkan tanda bukti keridhaan Syaikh Bin Bazz adalah di akhir-akhir hayat beliau, Syaikh Rabi beliau ijinkan untuk mengisi di masjid beliau rahimahullah. Sekali lagi, bahkan tanda keridhaan umat terhadap Syaikh Rabi hafidhahullah adalah fatwa beliau yang menyingkap tipu daya dua hizbusy-syaithan dalam kasus Libanon, Hizbur-Rafidhah dan Yahudi laknatullah, dalam ambisi mereka untuk menghabisi warga Libanon. Dimana fatwa itu beliau sampaikan? Di acara Daurah Syaikh Bin Bazz! Adapun Syaikh Utsaimin rahimahullah, ketika beliau ditanya tentang Syaikh Rabi, justru beliau balik mempersilakan si penanya untuk bertanya kepada Syaikh Rabi tentang beliau. Lihatlah wahai Abduh, betapa para masyayikh Salafiyyin ternyata saling kasihmengasihi dan saling menyayangi diantara mereka. Adapun terhadap hizbiyyun dkk, sikap merekapun sama, memperingatkan umat dari kesesatan firqah, baik Ikhwanul Muslimin dan Jamaah Tabligh. Anehnya, anda justru menyatakan bahwa para masyayikh di atas berubah pikiran setelah perang Teluk. Engkau hendak memuji Haiah Kibarul Ulama atau berubah pikiran dengan mengaduadudomba dan melecehkannya ?! Kalau salafiyyin saja engkau juluki sebagai salafi ekstrem, lalu apa julukan dan sebutan yang tepat bagi ulama junjunganmu yang engkau bela mati-matian dalam bukumu itu semacam Sayyid Quthb yang jelas-jelas mengkafirkan kaum muslimin yang diluar golonganmu, Ikhwanul Muslimin? Ghulat-Ikhwani? Takfiri nampaknya merupakan nama yang cukup mewakili untuk vonis pengkafirannya terhadap kaum muslimin selain Ikhwanul Muslimin!! Buruk muka kaca yang dipecah?

11

Ikhwan dan akhwati fillah rahimakumullah., berikutnya kita akan paparan yang akan diberikan oleh ustadz Halawi yang akan berbicara masalah seputar fikroh, pemikiran Salafi

Halawi Makmun: saya ingin sedikit menyinggung apa yang sudah disampaikan oleh al-akh Abduh tentang kata Salaf lalu menjadi penisbatan terhadapyang mengikuti ajaran Rasulullah dan para shahabatnya lalu disebut dengan Salafi. Tadi sudah dijelaskan bahwa kalau kita rujuk ke berbagai rujukan dari kamus maupun kitab, kita tidak akan mendapatkan kata Salaf.

Menurut pemikiran saya, kata-kata Salaf itu sendiri pengertiannya adalah orang-orang yang telah mendahului kita. Maka ketika kita hidup sesudah mereka atau pada jaman sekarang secara otomatis kita tidak bisa menisbatkan kepada Salaf karena kita masih hidup. Kemungkinan kita juga akan disebut Salaf, nanti setelah generasi setelah kita. Setelah kita meninggal dunia, maka mungkin akan menyebut kita sebagai Salaf. Oleh karena itu dari ketika sehabis kita meninggal dunia maka kita tidak bisa menyebut diri kita Salaf, mati sudah. Maka Salaf itu tidak pernah kita dapatkan.

Imam Malik atau siapapun ketika dia menyatakan ajaran-ajarannya berdasarkan Salaf, dia tidak menisbatkan dirinya sebagai kelompok Salafi. Sehingga kalau kita rujuk ke berbagai kitablalu tadi muncul kata-kata Salafiyyun sebagai kelompok yang paling dekat dengan manhaj Rasul, manhaj para Shahabat, Ahlus Sunnah wal Jamaah, maka itu tadi menjadi satu nama yang setiap orang akan membenarkan istilah ini.

Tapi sebetulnya barangkali tidak terlalu masalah kalau nama ini dinisbatkan kepada kelompok atau orang yang mengikuti agama Rasulullah, yang terpenting apakah ketika kita mengklaim diri kita sebagai Salafi itu tepat atau tidak? Itu benar atau tidak? Dengan perbuatan-perbuatan atau amalan-amalan yang dilakukan oleh para pendahulu. Yang pentingkan itunya, bukan masalah klaim-mengklaim ini, karena akhirnya setelah kita mengecek dan meneliti tidak mendapatkan apa yang mereka lakukan seperti yang dilakukan oleh Salaf terdahulu, maka Salafi ini menjadi alat penipuan! Inilah realitanya, banyak umat tertipu.

Inilah akhirnya menjadi panggilan kita untuk meluruskan agar rakyat ini, agar agama ini kepada masyarakat ini, rakyat ini tidak menjadi korban berikutnya. Makanya kita-kan mau, ingin membuka forum diskusi, ya untuk mempertanggungjawabkan ucapan-ucapan mereka, klaimklaim mereka secara terbuka, biar umat ini tentu bisa tahu apa yang disebut dengan kata Salafi.

Bahkan sekarang kata Salafi ini sudah lebih satu kelompok, bukan lagi rujukannya sepihak dua pihak yang mengikuti sebuah kebenaran dari Al-Quran dan Sunnah, tidak, menjadi kelompokSalafi sendiri juga terpecah menjadi dua golongan, blok Timur dengan blok Barat dan ini kedua-duanya sangat tidak akur. Ketika ditanya kenapa tidak akur? Apa beda pemahaman atau apa? Sebagian jumhur menjawabnya karena beda pendapatan (he..he..he-hadirin tertawa)20. Beda pendapatan, tidak adil (he..he..he-hadirin tertawa lagi). Nah ini sudah salah. Ketika seorang Murjiah namanya Abdullah bin Khuwaisharoh21 ketika Rasulullah membagikan barang kemudian dari belakang, lalu bagian belakang dalam keadaan tidak
20

Ini adalah bukti nyata bahwa Halawi tidak mengetahui permasalahan ini. Bagaimana mungkin dia katakan bahwa persoalan ini adalah karena beda pendapatan? Padahal sekian banyak ustadz yang dulu bergabung dengan kelompok berpendapatan tinggi ini pada akhirnya rujuk dan berlepas diri dan memiliih bergabung dengan dakwah Salafiyyah yang tidak samar lagi bahwa pendapatan mereka semakin tidak jelas. Hanyalah Al-Haq yang mereka pilih!! Kalau memang benar permasalahannya adalah karena beda pendapatan (dan hal ini dibenarkan oleh Abdullah Hadrami!! Inna lillahi wainna ilaihi rajiun), tentulah yang lebih mungkin adalah terjadinya eksodus para dai Salafiyyin untuk bergabung dengan kelompok sebelah yang pendapatannya jelas dan terjamin!! Kenapa yang terjadi malah sebaliknya? Mereka berlepas diri dari kelompok berpendapatan tinggi dan lebih memilih untuk hidup bersahaja dan pas-pasan!! Apa yang melatarbelakangi ini semua kalau bukan karena hidayah dan kebenaran wahai Halawi dan Abdullah Hadrami? 21 Saudaraku, perhatikan ucapan lulusan S2 Universitas Malik Suud ini yang menjadi ketua Penerapan Syariat Islam MMI yang semodel dengan NII, DI/TII. Bagaimana mungkin orang NII ini yang sedemikan mantapnya melemparkan tuduhan berat bahwa Salafy Yamani (Luqman Ba'abduh cs) adalah teroris dan khawarij sesungguhnya! sementara lulusan Master Universitas Malik Suud ini belum mampu menyebutkan dengan benar nama kakek moyang Khawarij, Dzul Khuwaishirah! Bandingkan dengan nama yang diucapkannya, Abdullah bin Khuwaisharoh!! Dari mana pula dia pungut nama Murjiah?!

12

kebagian, yang dikasih itu sebelah depan, kiri dan kanan, lalu dia menyatakan : Ya Rasulullah, Idil, hei Rasulullah bertindaklah adil. Kata Rasulullah : Kalau orang lain tidak adil, siapa yang disebut tuan adil? Ya kompleks, ketidakadilan itu, sifat-sifat jadi mereka terpecah. Namun, walaupun terpecah pada dasar pemikirannya ana lihat ada kesamaannya.

Karena ketika Luqman bin Muhammad Baabduh ini mengarang buku ini, kelompok Baratpun merasa terbantu, merasa tenang. Artinya merasa terjawab terhadap tantangan yang selama ini dihadapi oleh mereka di blok barat ini. Sehingga kita nanti juga akan menyamakan bahwa Salaf ini satu obyek yang akan kita luruskan tanpa harus mengeblok kelompok ini, kelompok tersebut.

Pada kesempatan ini, buku yang dibahas adalah buku karangan kelompok Timur. Ana melihatnya ada satu kesamaan, dasarnya sama karena pemikiran-pemikirannya. Adapun nanti dirujukkan kepada Syaikh al-Yamani, Syaikh Rabi itu memang saya katakan mereka tidak punya rujukan tetap, blok to blok nanti ketika mereka mengeblok Syaikh Rabi umpamanya kemudian Syaikh Rabi bertentangan dengan mereka ini juga pola seperti ini saya lihat kayak Syiah, Syiah itu ngaku-ngaku Ali, tapi ketika Ali bertentangan dengan mereka inilah sesungguhnya kelompok ini.

maka ini yang menjadi gambaran bahwa kata Salafi itu tidak ada. Jadi yang penting, betul nggak ketika mereka mengklaim Salafi sama dengan Salafi terdahulu? Tunjukkan satu orang saja Salafi terdahulu yang perbuatannya kayak kalian! Nah tunjukkan satu, karena sepotongkan tidak ada (he..he..he-tertawa). Satu saja, jangan banyak-banyak, satu sajasampai sekarang belum bisa memberikan jawaban, bahkan tidak bisa. Aa, itu yang pertama. (Silakan pembaca simak footnote ke 6, red)

Yang kedua tentang Khawarij, karena jargon mereka seperti itu, jadi untuk memantapkan keyakinan pengikutnya supaya tidak tahu bahwa sesungguhnya pimpinan mereka lebih sesat atau min ghairiha, itu mereka menjadikan jargon kelompok lain yang sesat. Sehingga dari itu jamaah-jamaah yang kelas menengah ke bawah itu meyakini betul, memahami betul seakan-akan kelompok selain dia itu sesat. Ya, itu cukup efektif ketika kita melihat jamaah mereka yang cukup banyak. Ya itu disebabkan karena faktor-faktor seperti itu. Jadi provokasi-provokasi bahwa jamaah selain dia itu tidak benar atau batil. Lha, ini yang selama ini mereka pakai

maka ana juga mohon maaf para hadirin kalau ana nanti menyangkut soal pemerintahan, ini bukan menyangkut pemerintahan itu tapi yang kita bahas menyangkut soal ilmiyyah dalilnya supaya nanti tidak dikaitkan terlalu jauh. Artinya bagaimana Islam mendefinisikan pemerintah yang itu boleh ditaati atau kita harus bara pada pemerintah itu. Ini keterkaitannya dengan kelompok ini yang ternyata keliru, kayak Khawarij memahami Al-Quran buruk, tidak benar. Kadang-kadang hanya sepintas lahiriyah, lalu ditafsiri menurut logika dia, itu persis kayak Khawarij. Bahkan kata Ibnu Hazm, Khawarij ini orang badung, nggak ngerti, asal kata-kata kafir, ditotalkan semua orang itu kafir selain dirinya. Ini banyak contoh-contoh seperti itu22
22

Kenapa diri anda tidak langsung saja memberikan contoh-contoh bukti orang badung yang nggak ngerti, asal ada kata kafir langsung ditotalkan semua orang itu kafir selain kelompoknya ? Kami bantu menyebutkan namanya sekaligus mengumpulkan bukti perbuatannya: Dari dalam negeri dulu, jangan bosan kalau kami sebut nama para teroris seperti Imam Samudra. Di dalam buku kebanggaannya, Aku Adalah Teroris, dia berkata: 23 mei 1924, mercusuar terakhir, benteng terakhir umat Islam tumbang sudah...Saat Khilafah Islamiyyah musnah, dunia kembali ke zaman jahiliyah (Aku Adalah Teroris, hal. 89-90) Vonisnya terhadap pemerintah Indonesia sebagai pemerintah kafir (semoga Abdullah Hadrami dapat menyadari konsekwensi vonis ini): Hukum di Indonesia tak ada bedanya dengan hukum Ilyasiq, yaitu hukum yang berlaku di zaman Jenghis-Khan Sebagaimana Halawi Makmun memvonis salafiyyin sebagai jahiliyyah, saudara semanhajnya (Imam Samudrapun) menghukumi pemerintah Indonesia di atas jalan jahiliyyah dan dirinya sendiri (dan kelompoknya) saja yang Islam:Aku di jalan Islam, di jalan Allah, sedangkan mereka di atas jalan jahiliyyah, di jalan Neo-Ilyasiq, atau clone (kembaran) Ilyasiq Mereka wajib menyesal karena hidup di atas jalan yang salah, mereka hidup dalam way of life yang sesat, jalan hidup jahiliyyah..Adapun aku Alhamdulillah, dengan hidayah dan rahmat Allah aku berada di dalam Islam Hidup di atas Islam.lalusiapakah yang pantas takut, akukah? Atau mereka itu para penegak hukum kafir? Imam Samudra (lagi-lagi) memvonis musyrik kepada pemerintah secara keseluruhan, tanpa kecuali.

13

sehingga banyak yang diyakini oleh orang-orang karena kebetulan yang menyampaikan juga kayak Syaikh Rabi dan sebagainya, maka dalam tataran seperti mahasiswapun banyak yang terlibat dan banyak yang mempercayainya tanpa menggunakan logikanya, tanpa menggunakan akal untuk berpikir. Kalau Rabi dan sebagainya itu kan manusia! Manusia! Yang bisa jadi mereka juga diperalat! Oleh Yahudi dan lain sebagainya!23 Sekarang kalau anda berfikir, Amerika itu nggak pernah bisa sampai kepada tanah haram, itu wujud fisiknya. Tetapi pemikirannya bisa sampai ke sana, dibuat satu fitnah seakan-akan di Mekkah itu ada teroris lalu tentara Saudi obrak-abrik suruh kejar teroris lalu terjadi tembak-menembak di tanah Haram dan itu sebetulnya merupakan pikiran orang kafir24

Nah inilah yang disebut dengan taashub, fanatik buta sehingga orang ketika bertindak semacam itu maka dia akan mencintai orang itu walaupun bertentangan dengan nash. Dia merasa marah kalau Syaikhnya dihina, walaupun syaikhnya bertentangan dengan al-Quran. Dia

Tetapi manusia, makhluk Allah yang zhalim, bodoh lagi lemah, malah membuat way of life sendiri, menandingi hukum Allah dengan hukum buatannya sendiri. Sesungguhnya manusia itu amat dzhalim dan amat bodoh. (Al-Ahzab:72). Tetapi mereka angkuh lagi musyrik, Manusia dijadikan bersifat lemah (An-Nisa8:28)...Di Indonesia, dimana-mana, banyak kita temukan tipe manusia seperti itu. Bahkan jumlah mereka mayoritas. Mereka telah menyekutukan hukum Allah dengan hukum made-in gado-gado. (Lihat pernyataan-pernyataan di atas di bukunya, hal.199-201) Selanjutnya dengan mantap dia kafirkan polisi : Kini giliran mereka -orang-orang kafir dan dzalim itu- membungkus seluruh muka kami sebegitu rupa (ibid, hal.269). Dan sekarang giliran nama dan bukti ucapan tokoh internasional kalian, wahai Halawi dan Abduh : Sayyid Quthb berkata (ketika melenyapkan umat Islam): Kita telah mengetahui bahwa kehidupan Islam seperti ini telah berhenti sejak lama di permukaan bumi. Dan keberadaan Islampun telah berhenti... (Hadhirul Islam wa Mustaqbaluh) ...sesungguhnya keberadaan agama Islam telah lenyap sejak kelompok terakhir dari kaum muslimin melepaskan pengesaan Allah dalam hakimiyah dalam kehidupan manusia...(al-Adalah, hal.183) Inilah sayyid Quthb yang mengkafirkan seluruh muadzin yang mengumandangkan adzan di masjid-masjid kaum muslimin: yaitu kemanusiaan seluruhnya, termasuk di dalamnya mereka yang mengulang-ulang di menara-menara adzan di Timur ataupun di Barat bumi ini kalimat Laailaha illallah tanpa maksud dan tanpa kenyataan. Mereka paling berat dosanya dan paling keras adzabnya karena mereka telah murtad kepada peribadatan para hamba setelah jelas baginya petunjuk dan karena mereka sebelumnya berada dalam dienullah (Fi Dzilalil Quran II/1057) Kalau seluruh Muadzin di muka bumi telah dikafirkan secara tegas oleh Sayyid Quthb, bagaimana dengan kedudukan masjid yang di sana diserukan adzan? Maabid Jahiliyyah , tempat peribadatan jahiliyyah! Dan fungsinya diganti dengan rumah-rumah milik anggota Ikhwanul Muslimin. Wallahul mustaan. Demikian pula keadaan di zaman Firaun pada masa kini. Di sini Allah mengarahkan kita pada beberapa perkara:menghindari tempat-tempat peribatan Jahiliyyah dan menjadikan rumah-rumah kelompok muslimin sebagai masjid yang di sana mereka dapat merasakan keterpisahan mereka dari masyarakat Jahiliyyah (ibid, III/1816) kecuali jika mereka memisahkan keyakinan, perasaan dan juga prinsip hidup mereka dari masyarakat Jahiliyyah dan memisahkan diri dari kaumnya. Hingga Allah mengizinkan bagi mereka untuk mendirikan negara Islam yang mereka berpegang padanya. Kalau tidak, maka hendaknya mereka merasakan dengan seluruh perasaannya bahwa mereka sendirilah sebagai umat islam dan merasakan bahwa apa dan siapa yang ada di sekitarnya yang tidak masuk kepada apa yang mereka masuki sebagai jahiliyyah dan masyarakat jahiliyyah(ibid, II/1125) Inilah solusi menurut Sayyid Quthb, yaitu menjadi Khawarij, mengkafirkan dan memisahkan diri dari umat Islam dan merasa bahwa hanya dirinya dan orang-orang yang sepaham dengannya sajalah yang Muslim. Mungkin sebagian pembaca akan menyatakan bahwa penilaian terhadap Sayyid Quthb di atas terlalu berlebihan dan dipaksakan. Harap pembaca tidak terburu mengingkari fakta ini, karena sesungguhnya hal ini juga dibenarkan dan disaksikan tokoh-tokoh besar Ikhwanul Muslimin sendiri, diantaranya: ~ Yusuf Al-Qaradhawi, ia berkata:Pada fase ini telah muncul buku-buku karya Sayyid Quthb yang merupakan pemikiran terakhirnya, yaitu pengkafiran terhadap masyarakat, yang demikian itu nampak jelas dalam tafsir Fi Dzilalil Quran cetk. ke-2, Maalim Fith Thariq yang kebanyakan diambil dari Adz-Dzilal, Al-Islam wa Musykilatul Hadlarah, dsb(Adhwa Islamiyyah, hal.102) ~ Farid Abdul Khaliq, ia berkata:Telah kami singgung dalam pernyataan yang lalu bahwa pemikiran takfir (dewasa ini) bermula dari sebagian pemuda-pemuda Ikhwanul Muslimin yang meringkuk di LP. Al-Qanathir pada akhir-akhir tahun 50-an awal-awal tahun 60-an yang mereka terpengaruh dengan pemikiran-pemikiran Sayyid Quthb dan karya-karya tulisnya. Mereka menimba dari karya-karya tulis tersebut bahwa masyarakat ini berada dalam kejahiliyyahan dan pemerintah-pemerintah yang ada ini kafir karena tidak berhukum dengan hukum Allah. Demikian pula rakyatnya karena kerelaan mereka terhadap selain hukum Allah itu (ibid, hal.103) [Mereka Adalah Teroris, hal.510-511]. Maka segala hal yang berbau Ikhwani haruslah kita waspadai dan dijauhkan dari pandangan umat. Pengkafiranatas muslimin adalah sungguh sangat berbahaya. Tidaklah mereka kehendaki kecuali kekacauan dan kesengsaraan umat. Setelah itumenggulingkan pemerintah kafir dan merebut kekuasaannya untuk kemudian diterapkan syariat ala Ikhwanul Muslimin. Wal iyadzubillah. Dan lihatlah wahai saudaraku cara mereka dalam upayanya menegakkan syari'at Islam. Menjadi pengawal demokrasi yang setia. Wanita-wanita muslimah yang sangat dilindungi dan dijaga kehormatannya oleh Dien ini telah mereka eksploitasi dan cemarkan kehormatannya, mereka gerakkan para muslimah ke jalan-jalan raya untuk berdemonstrasi, berteriak-teriak, membeberkan kesalahan dan dosa-dosa penguasa, di jalanan Tidak lupa pula kain bertuliskan kalimat syahadat diikatkan di kepala-kepala mereka. Sungguh inilah adalah pelecehan terhadap Islam. Kita tanyakan kepada rekan dai yang membahas Pelecehan Nasional Terhadap Islam tersebut: Saudara-saudara semanhaj dan tokoh-tokoh idola kalian sendirilah yang terbukti memiliki pemikiran Khawarij dan terbukti pula mengkafirkan kaum muslimin, lalu kenapa Salafiyyin yang kalian tuding? Kalaulah memang buruk muka, janganlah kaca cermin yang disalahkan. 23 Kenapa anda demikian meradang kepada Syaikh Rabi? Apakah karena fatwa beliau yang menyingkap kedok dan makar Hizbusy-Syaithon Rafidhah keturunan Abdullah bin Saba AlYahud yang JIHADNYA bersama Yahudi - anak cucu kera dan babi - yang berhasil membantai masyarakat Libanon yang hendak kalian bantu, wahai Baasyiriyyun? Dengan berbagai fakta yang diungkapkan oleh Syaikh Rabi hafidhahullah tentang makar Syiah Rafidhah di Iraq, Afghanistan dan terakhir di Lebanon serta pengeboman-pengeboman yang dilakukan oleh saudara-saudara semanhajmu sebagaimana diakui sendiri dengan bangganya oleh Imam Samudra, bukankah ucapanmu wahai Halawi Makmun Ketua Penerapan Syariat NIIlebih pantas tertuju kepada kalian sendiri? Kalau Baasyir dan sebagainya itu kan manusia! Manusia! Yang bisa jadi mereka juga diperalat! Oleh Yahudi dan lain sebagainya! Lho kok?! Berkata Abu Abdillah Muhammad bin Ali Ash-Shuri rahimahullah:katakanlah kepada orang yang menentang hadits dan berpagi-pagi mencela orang-orangnya dan orang yang menisbatkan diri kepadanya. Apakah dengan ilmu atau dengan kejahilan kamu mengatakan bahwa ini adalah anakku, sedangkan kejahilan itu perangi orang dungu? Apakah dicela orang-orang yang telah menjaga agama dari penyimpangan dan penyelewengan dan kepada ucapan yang telah mereka riwayatkan (tempat) kembalinya semua orang yang alim lagi faqih? (Syarfu Ashhabil Hadits, Al-Khatib, hal.142) Wahai Abdullah Hadrami, bukankah engkau yang mengaku diri sebagai salafi mendengarkan langsung tuduhan buruk dari tokoh MMI alias NII yang duduk persis di sebelah kiri anda? Dan bukankah sampai berakhirnya acara mungkar ini, terbukti engkau sama sekali tidak tergerak untuk mengingkarinya? Lalu apa gunanya anda mengaku-ngaku sebagai murid salah seorang ulama besar Ahlus Sunnah, sementara anda mencukupkan diri dengan membisu demi menyaksikan salafiyyah dan dakwahnya dibantai di depan mata? Inikah akhlaq mulia yang dimiliki oleh seorang salafi yang memiliki kecemburuan terhadap agama dan ulamanya?! 24 Bukan hanya fitnah seakan-akan ada teroris, wahai Halawi Makmun...Tetapi benar-benar darah kaum Muslimin telah ditumpahkan oleh aksi-aksi biadab saudara anda. Insya Allah, pembaca yang budiman dapat menyimak Fatwa Haiah Kibarul Ulama tentang Bom Bunuh Diri pada footnote yang akan datang sebagai jawabannya.

14

akan marah ketika syaikhnya dihina. Inilah sebetulnya bukan sifat Salafushshaleh, bukan sifat Ahlus Sunnah wal Jamaah ketika taashub kepada seorang Syaikh. Taashub kepada masyayikh itu tidak ada di dalam Kitabullah tapi mereka melakukannya. Sehingga apa kata Syaikh mereka itu diterima. Tetapi kalau Syaikh yang lain walau lebih alim daripada Syaikh mereka, maka tidak mau, menolaknya dan ini sifat Yahudi itu25 seperti itu

Jadi kata Khawarij itu tidak tepat, maka ketika mengqiyaskan itu batil karena tadi berangkat dari kejahiliyyahan mereka26. Mereka sering berbicara yang tidak didasarkan kepada perkara keilmuan, pada ilmu. Ana tidak tahu apakah mereka juga sering membuka diskusi-diskusi terbuka dengan orang-orang terpelajar karena biasanya yang ada dalam forum seperti ini akan terjadi pertanyaan-pertanyaan ilmiah. Ana belum tahu apakah mereka suka mengadakan seperti itu atau mengadakan dengan masyarakat umum yang memang mudah untuk ditekan untuk tidak bertanya apa-apa, menerima saja, mau salah, mau bener seperti botolbotol kosong, ketika diisi terus saja, diisi walaupun sudah ndak muat isiannya itu.

Biasanya seperti itu, sehingga ketika ada orang bahkan mahasiswa sekalipun, bahkan orang yang badannya kekar sekalipun, bila masuk pada kelompok ini menjadi loyo, menjadi tidak ada semangat dalam membela Islam itu. Cuma yang ditonjolkan sifat-sifat lahiriahnya, jenggotnya katakanlah dua meter setengah (he..he..he-hadirin tertawa), pakai baju koko, pakai celana setengah betis sehingga kalau pake celana dengan kasut itu kayak anak umur empat tahun (he..he..he-hadirin tertawa lagi) yang beli baju untuk lebaran, kan begitu. Iya nggak?27 Maka seperti itu.

justru kelompok ini menganggap jihad itu sebagai musuh, sebagai sesuatu yang sangat bertentangan dengan manhaj Salaf28. Sebuah dari sini saja kita sudah bisa menilai bahwa mereka sudah, sudah sirnalah hakekatnya, sudah keliru, sudah total itu bahkan oleh karena itu kita kadang-kadang bingung memberikan gelar bagi mereka atau sebutan bagi mereka Perandaian saja..kalau kita menyebutkan apakah mereka ini tersusupi oleh Yahudi dan lain sebagainya itu sulit, tetapi pada kenyataannya semua langkah, gerakan dan ucapan

25

Sekali lagi kita katakan, bukankah anda sekalian wahai Baasyiriyyun sudah membulatkan tekad hendak berjuang bahu-membahu mengirimkan pasukan membela Hizbullah di Libanon yang ternyata Syiah Rafidlah alias Hizbusy-Syaithon anak cucu Abdullah bin Saba Al-Yahud? Kenapa salafiyyin yang engkau hubung-hubungkan dengan manuver kalian bersama keturunan Yahudi itu?
26

Dan sekarang lihatlah wahai saudaraku sekalian, betapa miripnya kalimat jahiliyyah dari Halawi Makmun sang pembesar MMI dengan saudaranya semanhaj -Imam Samudra ketika menunjukkan pengkafirannya terhadap pemerintah: Merekalah; mereka; dan seluruh kaki tangan pemerintahannya yang seharusnya menyesal. Mereka wajib menyesal karena telah hidup di atas jalan yang salah, mereka hidup dalam way of life yang sesat, jalan hidup jahiliyyah. Selanjutnya dia bawakan ayat Al-Maidah:50 sebagai pembenaran. Setelah itu: Hukum di Indonesia tak ada bedanya dengan hukum Ilyasiq, yaitu hukum yang berlaku di zaman Jengis-Khan..Aku di jalan Islam, di jalan Allah, sedangkan mereka di atas jalan jahiliyyah, di jalan Neo-Ilyasiq, atau clone (kembaran) Ilyasiq.Adapun aku alhamdulillah- dengan hidayah dan rahmat Allah aku berada di dalam Islam. Hidup di atas Islam.lalu siapakah yang pantas takut, akukah? Atau mereka itu para penegak hukum kafir?....Maka, sampai sepersekian mikro detik sebelum hukuman mati syahid insya Allah- itu dijalankan kepadaku, sampai saat itu pula aku tidak akan pernah menyesali Jihad Bom Bali dan jihad-Jihad Bom lainnya. Tidak pula aku memohon grasi kepada hukum kafir Neo-Ilyasiq (Aku Seorang Teroris, hal.200-201) Kita tanyakan kepada Halawi Makmun: Apakah pengakuan jujur saudara semanhajmu - manusia berdarah dingin Imam Samudra ini - merupakan fitnah, seakan-akan di Indonesia (tidak perlu mengambil contoh Mekkah) itu ada teroris, lalu tentara Indonesia mengobrak-abrik, menyuruh mengejar teroris, lalu terjadi tembak-menembak, dan itu sebetulnya merupakan pikiran orang kafir? Ini bukan hanya pikiran, wahai Halawi! Ini adalah kenyataan pengakuan saudaramu engkau sendiri sebagai pelakunya. Dan ketahuilah, dia tidak menyesal sedikitpun dengan perbuatan biadabnya. Kenapa dirimu suka lempar batu sembunyi tangan? Kalian yang melempar dan orang kafir itu pula yang kalian tuduh. Atau memang kalian diajari taktik tipu daya yang demikian ini? Kenapa harus menyalahkan orang kafirnya, sementara saudara anda sendiri telah mengaku dengan bangganya, bahkan tidak menyesal atas aksi bombingnya di negeri yang mayoritas muslim ini? Ataukah kalian berdua telah melakukan konspirasi bersama? Jawablah Wahai Halawi Makmun dan jangan hanya bisa melempar isu sembunyi tangan. Kalianlah yang berbuat dan Syaikh Rabi yang engkau tuduh disusupi oleh Yahudi?! Allahul Mustaan. Satu pertanyaan lagi, kenapa kalian yang semanhaj ini meminta didampingi pengacara ahli hukum kafir neo-ilyasiq, memohon PK (Peninjauan Kembali) kepada hukum kafir neo-Ilyasiq ? Bukankah ini tulisan kalian sendiri? Semoga Allah menunjuki anda dan kita sekalian. 27 Saudaraku kaum Muslimin, lihatlah dan baca berulang-ulang ucapan Ketua Penerapan Syariat Islam-nya pimpinan Abu Bakar Baasyir, Baasyiriyyun ini. Keburukan telah dilemparkan atas warisan Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam dan orang-orang yang mengamalkannya. Inilah bukti nyata kebencian mereka terhadap warisan kenabian dan para pewarisnya. Lalu - syariat Islam yang mana - yang akan diterapkannya setelah Baasyir berhasil mengambil alih kekuasaan terhadap kaum Muslimin? Dan ustadz kita Abdullah Hadrami yang mengaku sebagai murid Syaikh Utsaimin Rahimahullah dan bermulazamah selama 4 tahun sama sekali tidak menunjukkan bahwa dirinya adalah salafi yang memiliki kecemburuan terhadap manhaj ini. Dan bahkan dia turut menabuh genderang peperangan terhadap Salafiyah dan dakwahnya dengan kehadirannya disana. Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun. 28 Apakah jihad yang engkau maksudkan adalah pengeboman dan peledakan-peledakan di negara-negara kaum Muslimin sebagaimana yang dilakukan oleh saudara-saudaramu? Bukankah hampir keseluruhannya bersanadkan ponpes Ngruki? Atau orang-orang yang dididik oleh orang-orang yang bersanad-kan Ngruki? Bagaimana mungkin kita berdiam diri sementara banyak saudara-saudara kami kaum Muslimin juga menjadi korban aksi bombing biadab tersebut? Bukankah saudaramu Imam Samudra di dalam syairnya juga menyerukan kepada kalian agar terus melakukan bombing? Dan jangan engkau berkelit tentang keterlibatan aktivis-aktivis MMI dalam kasus bom Bali (lihat artikel dalam bundel Badai Fitnah). Maka kalau itu yang engkau maksudkan wahai Ketua Penerapan Syariat NII, sungguh kami sama sekali tidak tertarik dengan ajakan mengerikan ini. Walaupun engkau kemas dengan label JIHAD.

15

tokoh mereka membuat Yahudi pada seneng, membuat orang Yahudi pada tertawa, dari sikap dan tindakan mereka itu29.

Seperti contoh kasus tentang istimata, tentang istimata bom syahid, ya ini jangan dikaitkan pemerintah, karena pemerintah ini sekarang sedang mencari-cari orang yang bom syahid itu sangit, ditangkap aja itu bukan melegalkan tindakannya bom meledak di Bali. Ya, ini sebatas pengetahuan.

Istilahnya bom syahid itu kayak bom matiorang mati bunuh diri itu-kan orang putus asa, putus asa punya utang gak bisa bayar-bayar, tiap hari ditagih teruus (he..he..he- hadirin tertawa), iya kan? Atau orang yang tidak mampu menghadapi dunia inilah, daripada pusing dia naik pohon kelapa atau naik tiang listrik lalu kesetrum mati, yang mati dia, yang lain nggak kena mati. Ini dari segi ini membedakan. Orang syahid itu tidak, orang syahidia ingin menegakkan agamanya. Yang aslinya, dia tidak mau mati 30, tetapi terpaksa harus mati dengan musuh dan ternyata cara ini efektif untuk bisa menggoyahkan kekuatan musuh. Sehebat apapun teknologi yang dia miliki, termasuk Israel itu paling takut dengan tindakan semacam ini.

Lalu ada orang yang katanya muslim gembor-gembor bahwa tindakan ini adalah bunuh diri, otomatis Israel itu senang dan ternyata cara ini efektif. Musuh itu gonjang-ganjing, musuh itu ketakutan31, lha ini menganggap itu perbuatan salah, dianggap mati bunuh diri. Nah seperti itu

Nah, kelompok ini, tapi semalam sebetulnya ana udah berunding dengan temen-temen boleh nggak mengeluarkan pendapat seperti ini atau apa nggak usah disebutkan yang tentang pengertian al-hukuma di sini maksudnya hukuma Islam itu? Ya, baik nanti mungkin akan disampaikan nanti kalau ada pertanyaan seperti itu ya, hehem. Baik ikhwan, ini harus stop dulu ini, karena suasananya tidak kondusif (he..he..he-hadirin tertawa). Ya nanti kita jelaskan berdasarkan animo dari masyarakat (he..he..he-hadirin tertawa), Jelas ya,Itu saja tentang kelompok-kelompok semacam ini atau kelompok orang ini. Nah itu banyak ya, yang ingin kita sebutkan, dan yang jelas kepada ikhwan-ikhwan, ya untuk selalu waspada dan untuk selalu kritis, tidak menerima begitu saja karena pada dasarnya tidak ada satu kelompok yang hanya atau harus menjadi rujukan dan tidak pernah melihat kepada kelompok yang lainnya. Sifat semacam inipun sebetulnya tidak pernah ada contohnya dari Salaf terdahulu, metode, pendidikan dan taklim yang diajarkan oleh merekapun ini juga sudah bisa kita menilai kalau merekapun ketika menggunakan istilah Salaf, itu dusta, ya katakanlah tidak benar, gitu ya seperti itu

Ana sungguh-sungguh prihatin sebetulnya kalau menilai lebih jauh pada kelompok ini, mereka sudah melecehkan justru orang-orang Salaf yang dianalogiskan kepada orang-orang yang sebetulnya tidak pantas untuk disamakan kedudukannya, tapi kalau kelompok ini dilakukan. Bahkan ana kadang-kadang ya, ana lebih suka kelompok JIL (Jaringan Islam Liberal), JIL, JIL yang sekarang sudah merasuk ke berbagai perguruan tinggi, ke pesantren dan yang lain29

Janganlah diri anda mengingkari kenyataan, justru dengan bombing, Yahudi tertawa karena mereka punya alasan untuk membalas dendam dan punya dalih di mata dunia. Apalah artinya mereka - akibat bombing mati satu bus, satu atau dua gedung, diculik 1 atau 2 orang, namun Yahudi memiliki pembenaran untuk membumi-hanguskan satu kota, satu provinsi bahkan satu negara muslimin dengan alasan adanya manusia/kelompok bombing tersebut? Hasil akhirnya bisa ditebak, siapakah yang diuntungkan dalam rentetan peristiwa tersebut? Silakan pembaca menilainya. 30 Bagaimana mungkin Halawi beralasan demikian (aslinya tidak mau mati), sementara bom-bom itu nyata-nyata asli telah dipasang dan dilekatkan di tubuh-tubuh mereka, lantas tangan mereka dan atau teman-temannya sendirilah yang memicu detonatornya ? 31 Apakah yang engkau maksudkan bahwa cara bom bunuh diri ini efektif untuk membikin takut dan gonjang-ganjing musuh adalah setelah aksi bombing itu sehingga berhasil membunuh 4-5 orang musuh, dan sebagai imbalannya puluhan bahkan ratusan muslimin yang terbunuh akibat pesawat-pesawat tempur musuh ganti membombardir desa-desa kaum muslimin? Sebagaimana yang disebutkan juga oleh saudaramu Abduh ZA- terakhir tentang kasus Libanon, bukankah taktik yang sangat luar biasa yang dipertontonkan oleh dua hizbusy-syaithan meminjam istilah syaikh Abdullah Ghudayyan - Hizbullah Rafidhah dan Yahudi ? Sekian desa di Libanon dapat dikuasai oleh Yahudi dan anehnya Si Yahudi mengaku kalah perang. Namun keanehan yang lebih besar lagi, Hizbusy-Syaithon yang telah berhasil menjadi pemandu target sasaran si Yahudi laknatullah, sehingga berhasil terbunuh ribuan warga Libanon, ribuan lainnya terluka dan cacat seumur hidup serta hancurnya rumah-rumah mereka, fasilitas umum dan infra struktur negeri malang tersebut. Yahudipun menganugerahi Hizbullah sebagai pemenang pertempuran karenanya. Apakah salafiyyin harus tertipu dengan semua sandiwara besar yang dipertontonkan oleh dua keturunan anak cucu kera dan babi itu? Bukankah kakek moyang pembesar Syiah Rafidhah adalah Abdullah bin Saba Al-Yahud? Ini adalah jual beli yang saling menguntungkan wahai Laskar Mujahidin - yang telah diagendakan untuk membantu Hizbusy-Syaithon, apakah kalian juga lupa bahwa salah satu target dakwah Ikhwanul Muslimin adalah pendekatan Sunnah dengan Syiah? Ya, mendekatkan Sunni dengan Syiah Abdullah bin Saba al-Yahud keturunan babi dan kera. Wallahul mustaan

16

lain. Ini juga cepet gerakannya. Kita akan lebih suka dalam artian maka JIL ini seberapapun kejahatan dia, JIL ini, mereka masih berani tampil berhadapan dengan kita, masih berani melawan, gitu lho (he..he..he-hadirin tertawa) dibandingkan dengan kelompok ini. Mereka ini kayak Trewelu (Trewelu bahasa Jawa, artinya kelinci, red) (he..he..hetertawa), Tahu Trewelu? Kelinci, kayak kelincipunya terowongan yang memiliki dua muka. Ditangkap di sini lari di sana, ketika ditangkap disana larinya disini (he..he..hetertawa), seperti itu. Aa, begitulah kenyataannya..32

Berkaitan dengan ini mudah-mudahan kita memberikan jawaban tidak bermaksud untuk mendiskreditkan kelompok, tidak, kita hanya memperbaiki, meluruskan agar semua orang bisa kembali kepada kebenaran yang sesungguhnya dan tidak terpaku atau terjebak oleh klaimklaim kelompok tertentu yang menganggap dirinya katanya paling salafi, paling benar dan paling dekat dengan manhaj Rasul walaupun setiap ditanya tentang manhaj mereka nggak pernah bisa jawab

Abdullah Hadrami: yang jadi masalah sekarang ini kelompok yang menyatakan diri mereka Salafi dan dengan seenaknya memasukkan orang, dengan seenaknya mengeluarkan orang, yang sama saya Salaf, tidak sama saya bukan Salaf, seakan-akan itu perusahaan dengan saham yang mereka kuasai seperti itu, ini nggak benar, tidak dibenarkan. Apalagi saling menyesatkan diantara mereka, membidahkan, memfasiqkan dan yang lain-lainnya, memberikan gelar-gelar yang buruk, seperti al-kadzdzab, al-pramuki atau dan yang lain-lain. Lha itu bukan Salaf dalam arti kembali kepada Salafush shalih. Itu Salaf dalam arti kelompok, hizbi, itu hizbi dan kita tidak meragukan lagi tentang hal itu33, ini penting definisi ini Kemudian ikhwan wa akhwati rahimakumullah, kalau saya membaca buku ini Siapa Teroris dan Siapa Khawarij dan juga buku yang dibantah Mereka Adalah Teroris, maka saya mendapatkan
32

Apakah engkau sedang menceritakan keadaan saudara-saudara anda yang terkait jaringan Ngruki atau orang-orang hasil didikan orang-orang yang bersanad-kan Ngruki? Bukankah setelah melakukan bombing mereka lari menghilang, tiada berani menampakkan batang hidungnya? Lari, bersembunyi, lari dan bersembunyi? Apakah kelinci-kelinci seperti ini yang hendak engkau tangkap, wahai Halawi Makmun? Bukankah hal ini wujud dari sikap pemberani, penuh tanggung-jawab dan ksatria? Lalu kapan kelinci-kelinci itu bisa menerapkan syariat NII model Ngruki tersebut jika selama hidupnya terus menjadi kejaran para pemburu? Allahul Mustaan. 33 Apakah engkau ingin tahu salah seorang yang engkau anggap suka memberikan gelar-gelar buruk semacam al-kadzdzab , wahai Abdulllah? Beliau adalah Imam Muslim rahimahullah. Dalam kitab Shahihnya al-Imam Muslim mencantumkan sebuah bab yang agung, dibawakan di dalamnya ucapan para ulama Islam tentang celaan (al-jarh) terhadap para perawi dimana dibawakan pula nama-nama mereka dalam mukadimah kitab ini. Beliau membawakan beberapa biografi dalam bab ini dengan ucapannya:Bab penjelasan bahwa sanad termasuk bagian dari agama dan riwayat itu tidak akan terjadi (diambil) kecuali dari ats-tsiqat (orang-orang terpercaya) dan celaan terhadap para perawi dengan kesalahan yang ada pada diri mereka adalah dibolehkan bahkan diwajibkan-. Sesungguhnya hal itu bukan termasuk ghibah yang dilarang bahkan termasuk membela syariat yang mulia ini beberapa riwayat yang beliau sebutkan: Dengan sanadnya sampai kepada Sufyan ats-Tsauri rahimahullah bahwa beliau ditanya tentang Muaalla ar-Raazi, maka beliau menjawab, Dia adalah pendusta (sama dengan al kadzdzab, red). Dengan sanadnya sampai kepada Asy-Syabi rahimahullah beliau berkata, Telah berkata kepadaku al-Harits al-Awar al-Hamdani, dia adalah seorang pendusta Kemudian dengan sanadnya sampai kepada Manshur dan al-Mughirah dari Ibrahim, dia berkata:Al-Harits seorang yang tertuduh Dengan sanadnya sampai kepada Ibnu Aun rahimahullah, ia berkata:Telah berkata kepada kami Ibrahim:Hati-hatilah kalian dari Mughirah bin Said dan Abu Abdurrahim, sesungguhnya kedua orang itu pendusta Riwayat lainnya: Dengan sanadnya sampai kepada Affan rahimahullah, ia berkata:Aku telah menceritakan kepada Hammad bin Salamah rahimahullah sebuah hadits dari Shalih al-Murri, ia mengatakan:Dusta. Dan sanadnya sampai kepada Abu Dawud yakni Ath-Thayalisi rahimahullah, beliau mengatakan:Telah berkata kepadaku Syubah rahimahullah, Datanglah kepada Jarir bin Hazim dan katakan kepadanya, Tidak halal bagimu meriwayatkan hadits dari al-Hasan bin Ammarah karena sesungguhnya dia pendusta. Dengan sanadnya sampai kepada Abdurrazzaq rahimahullah, ia berkata:Aku tidak pernah melihat Ibnul Mubarak rahimahullah fasih dengan ucapannya Kadzdzab (dusta) kecuali kepada Abdul Quddus, sesungguhnya aku mendengar beliau mengatakan kepadanya:Kadzdzaab Dan riwayat yang lain : Dengan sanadnya sampai kepada Abdullah bin Al-Mubarak rahimahullah, beliau berkata:Andai aku disuruh memilih antara masuk surga dengan berjumpa Abdullah bin Muharrah, pastilah aku akan memilih berjumpa dengannya kemudian masuk surga. Tatkala aku melihatnya, ternyata kotoran onta lebih aku sukai daripada dia. Setelah penukilan tikaman-tikaman tersebut, al-Imam Muslim mengatakan:Adapun pembahasan para ulama tentang tuduhan-tuduhan mereka terhadap para perawi hadits dan pemberitaan tentang aib serta kekurangan mereka yang srupa dengan apa yang telah kami sampaikan adalah banyak sekali, akan panjang kitab ini kalau kesemuanya mesti disebutkan. Dan apa yang telah kami singgung adalah cukup bagi siapa yang mau memahami dan memegangi madzab para ulama kaum muslimin tentang permasalahan yang mereka terangkan. Sesungguhnya mereka mengharuskan diri mengungkap kekurangan-kekurangan para perawi dan penukil hadits, kemudian berfatwa dengannya ketika ditanya, sebab di dalamnya terdapat bahaya yang sangat besar. Hadits termasuk perkara agama yang mengabarkan tentang penghalalan atau pengharaman sesuatu, perintah atau larangan, serta anjuran atau ancaman. Apabila seorang perawi tidak memiliki perangai yang jujur dan amanah, kemudian seseorang yang telah mengetahui siapa si perawi tersebut, meriwayatkan darinya tanpa menerangkan si perawi tersebut kepada yang lain dari orang-orang yang tidak mengenalinya maka orang tersebut berdosa dan perbuatan ini termasuk tindakan penipuan terhadap kalangan awam dari kaum muslimin. Dimungkinkan sebagian orang yang telah mendengar berita-berita itu akan mengamalkannya secara keseluruhan atau sebagiannya bahan mungkin juga sebagian atau mayoritasnya berisi kedustaan yang tidak ada asal-usulnya- padahal hadits-hadits shahih dari riwayat orang-orang yang terpercaya dan memiliki sifat qanaah adalah lebih banyak daripada memaksakan diri memilih orang-orang yang tidak tsiqah dan tidak memiliki qanaah. (Mukadimah Shahih Muslim, 1/26-28) Maka apa yang hendak engkau katakan -wahai dai yang bijaksana- menyaksikan bukti gelar-gelar buruk, al-kadzdzab dan kotoran onta lebih aku sukai daripada dia yang keluar dari lisan dan tulisan para aimmah ahlus Sunnah di atas?

17

buku itu jauh dari Salaf terutama dari segi akhlaq, akhlaq34. Seseorang yang aqidahnya benar itu akhlaqnya akan baik, itu otomatis. Jadi tidak ada istilah yang penting aqidahnya sementara akhlaqnya jelek. Kalau ada orang mengatakan yang penting aqidahnya sementara akhlaqnya jelek berarti aqidahpun juga belum benar. Karena ada keterikatan yang sangat kuat antara aqidah dengan akhlaq Nah kalau memang seseorang itu mengaku dirinya sebagai Salaf, ya tentu akhlaqnya akhlaq Salaf, apalagi akhlaq terhadap para ulama.

Ikhwan wa akhwati rahimakumullah, masalah ini sangat penting dan kita sekarang ini krisis akhlaq, terutama yang kami sesalkan orang itu semakin lama ngaji, semakin banyak khatam kitab, itu ternyata bukan semakin baik akhlaqnya, tetapi semakin buruk akhlaqnya, ini mushibah.

Sampai-sampai kadang kita berpikir lebih baik jadi orang awam saja, gak usah jadi orang pinter, kalau memang setelah pinter akhlaqnya malah jelek. Yang kasihan itu masyarakat umum, akhirnya mereka punya penilaian inikah orang beragama? Akhirnya merekapun meninggalkan agama, tidak mau dengan agama gara-gara akhlaq mereka yang buruk. Mereka beranggapan semakin orang beragama semakin kasar, semakin buruk akhlaqnya, kemudian semakin gampang memvonis orang, memvonis ya.

Kalau antum baca di buku ini (Mereka Adalah Teroris-transkriptor), waduh ngeri, ngeri sekali, Allahu Akbar, luar biasa ya Jadi orang-orang yang sudah meninggal diungkit-ungkit dituduh mati konyol macam-macam. Kalau ada orang mengatakan mati konyol, itu khusnul khatimah atau suul khatimah? Suul khatimah. Suul khatimah itu masuk mana? Neraka. Itu vonis masuk neraka, dan seorang muslim tidak boleh memvonis masuk neraka dan tidak boleh memvonis masuk surga, apalagi yang divonis itu orang-orang yang dikenal memperjuangkan Islam.35
34 35

Marilah kita menganjurkan saudara Abdullah untuk membaca lagi footnote di atas, barakallahufiik. Kita katakan kepada dai berakhlaq karimah ini: Allahu Akbar, luar biasaorang yang sudah meninggal digelari dengan ASY-SYAHID. Kalau ada orang mengatakan ASY-SYAHID, itu khusnul khatimah atau suul khatimah? Khusnul khatimah. Khusnul Khatimah itu masuk mana? Surga. Itu vonis, satu kata dan seorangpun tidak boleh memvonis masuk neraka dan tidak boleh memvonis masuk surga. Dan sekarang lihatlah orang-orang yang duduk di sebelahmu. Merekalah kelompok yang suka memvonis anggota alirannya baik yang mati dengan bom bunuh diri, mati digantung dan sebagainya dengan vonis masuk surga. Dan engkau tazkiyah sebagai orang-orang yang dikenal memperjuangkan Islam wahai Abdullah? Ini adalah bukti terang benderang bahwa anda berwala pada pihak ASY-SYAHID. Kami sangat terkesan dengan pengakuan anda yang telah bermulazamah dengan Syaikh Utsaimin rahimahullah selama 4 tahun, sungguh merupakan waktu yang cukup untuk menyerap keilmuan beliau dan mengokohkan diri untuk tegak di atas manhaj salafush shaleh. Namun demikian kami harap andapun terkesan dengan hadiah berupa untaian kalimat yang hendak kami haturkan, demi menghormati anda. Bahwasanya sikap Syaikh rahimahullah terhadap orang-orang yang suka memvonis para pembesar hizbinya mati SYAHID dan bahkan menggelari mereka sebagai orang-orang yang dikenal memperjuangkan Islam , perhatikanlah baik-baik wahai Abdullah: Yang mulia Syaikh Muhammad bin Shalih al-'Utsaimin pernah ditanya: "Apakah boleh kita menggunakan istilah "syahid" khusus hanya buat seseorang dan atau dengan sebutan: "yang syahid, dan seterusnya dan seterusnya'?" Syaikh menjawabnya seraya berkata: Kutipan: "Tidaklah dibenarkan kita itu menilai seseorang dengan menyebutkannya sebagai seorang yang syahid, walaupun dia itu mati dalam keadaan membela kebenaran, oleh karenanya kita tidak boleh menyebutnya "yang demikian dan seterusnya sebagai seorang yang syahid". Dan ini memang sangatlah bertentangan dengan apa yang selama ini ada dalam masyarakat, mereka dengan leluasanya menamai dan memberikan gelar bagi siapa yang meninggal, bahkan seringkali mereka yang meninggal dalam keadaaan jahiliyyah, mereka menamai mereka 'syahid'. Ini merupakan tindakan yang sifatnya haram karena dengan mengucapkan syahid terhadap seseorang yang terbunuh dia anggap sebagai sebuah kesaksian terhadap orang yang mati tersebut dan akan dimintai pertanggung-jawaban nanti di Hari Kebangkitan. Kita nanti akan ditanya: "Apakah anda tahu bahwa dia itu mati dalam keadaan syahid?" Rasulullah juga pernah bersabda: (Tak seorangpun yang terluka di jalan Allah, dan Allah itu lebih tahu siapa saja yang rela di jalanNya, melainkan dia akan datang di Hari Kebangkitan dan darah dari lukanya itu akan merembes, warnanya akan menjadi warna darah, dan baunya akan seperti parfum). Jadi memperhatikan apa yang disabdakan oleh baginda Rasul (bahwa Allah lebih tahu siapa yang rela berkorban di jalannya) (dalam hadits): itu berarti dia memang benar-benar terluka. Jadi bagi semua orang, meskipun mereka dalam keadaan berjuang, Allah-lah yang tahu segalanya, yang tahu semua yang tersimpan di lubuk hati kita masingmasing yang terkadang tidak sesuai dengan apa yang semestinya dikerjakan. Dalam Shahih Bukhari, bahwasanya: (Bab: tidaklah dikatakan yang demikian itu sebagai syahid}, karena kalimat shahadah itu letaknya ada didalam hati. Tak seorang pun yang tahu apa yang ada dalam hati kecuali Allah semata." Lihat Al-Fatawa Syaikh Ibn 'Utsaimin (Sumber artikel: http://www.salafitalk.net/st/viewmessages.cfm?Forum=9&Topic=5220 ) Kita katakan: Apakah engkau kenal dengan Syaikh Utsaimin rahimahullah wahai Abdullah (Hamba Allah) yang Shaleh? Belum selesai, kita tutup footnote ini dengan rincian nama-nama orang yang dituduh Abdullah Hadrami telah memvonis saudara-saudaranya yang telah memperjuangkan Islam sebagai mati konyol : Fatwa Para Ulama Senior Tentang Bom Bunuh Diri Penulis: Hai'ah Kibarul Ulama Saudi Arabia Fatwa-Fatwa, 19 Oktober 2003, 00:35:11 Segala puji hanyalah bagi Allah sendiri, semoga Shalawat dan Salam atas nabi terakhir Muhammad Shalallahu 'alaihi wassalam, keluarganya dan para shahabatnya. Amma Ba'du, Hai'ah Kibarul Ulama telah mengadakan pertemuan khusus pada hari Rabu, tanggal 13 Rabi'ul Awal 1424, yang pertemuan itu membahas mengenai ledakan di kota Riyadh yang terjadi

18

Ikhwan wa akhwati rahimakumullah, yang jadi masalah lagi, sekarang bukan ngaku, saya kelompok ini, saya kelompok ini, saya kelompok ini, itu nggak laku sekarang. Kita sudah bosan dengan yang seperti itu. Kita sekarang butuh orang-orang yang memperjuangkan Islam wal Muslimin dan memberikan contoh perilaku yang baik36. Kalau hanya ngaku saja, teori, teori, teori tetapi prakteknya berbeda, apa artinya? Yang kita inginkan sekarang kita berjuang untuk Islam, untuk muslimin.

Kemudian juga kita berikan contoh perilaku yang baik. Syaikh Utsaimin rahimahullah pernah marah ketika di majelisnya ada yang mengatakan : Syaikh di majelis antum sekarang ada Salafi, ada Ikhwani, ada Tablighi, beliau marah, kata beliau : Kullu al-Ikhwanul Muslimun, kita sama-sama saudara sama-sama Islamnya kita ini. Beliau marah, nggak mau
pada hari Senin, tanggal 11 Rabi'ul Awwal, yang peristiwa itu mengakibatkan adanya korban terbunuh, penghancuran, teror dan kerusakan yang ditimbulkannya di masyarakat, baik itu dari kalangan Muslimin dan selainnya. Sudah diketahui bahwa Syari'ah Islam telah datang untuk melindungi lima hal penting dan melarang untuk melanggar lima hal itu, lima hal itu adalah : 1. Agama, 2. Kehidupan, 3. Harta benda, 4. Kehormatan, 5. Akal budi Muslimin dilarang untuk melanggar hal tersebut di atas terhadap orang-orang yang berhak dilindungi. Orang-orang tersebut mempunyai hak-hak yang dilindungi berdasar pada syari'ah Islam yakni : Muslimin, adalah tidak diperbolehkan untuk melanggar hak setiap muslimin atau membunuhnya tanpa adanya sebab yang membolehkannya. Barangsiapa melakukannya, Maka ia telah melakukan dosa besar, bahkan merupakan salah satu dosa besar yang paling besar ! Dan Allah Ta'ala berfirman : "Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja, maka balasannnya ialah jahannam, Kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya". (QS An Nisa 93)

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman : "Oleh karena itu kami tetapkan (suatu hukum) bagi bani Israel, bahwa: barang siapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, ataubukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh seluruhnya". (QS Al Maidah 32) Mujahid rahimahullah berkata,"Dosanya (artinya dosanya membunuh seseorang adalah sama beratnya dengan membunuh seluruh umat manusia), ini menunjukkan bahwa besarnya dosa membunuh seseorang tanpa alasan yang dibenarkan". Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, : "Darah seorang muslim yang bersaksi bahwa tidak ada yang berhak untuk disembah selain Allah dan bahwa aku adalah Rasulullah adalah tidak diperkenankan (untuk ditumpahkan darahnya) kecuali berdasarkan pada tiga hal, (1) balasan karena telah membunuh seseorang (qishash, red), (2) menghukum pezina (rajam, red), (3) seseorang yang meninggalkan agamanya (murtad, red), meninggalkan dari al Jama'ah" (Bukhari dan Muslim, dan ini adalah lafadznya Al Bukhari) Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Aku telah diperintahkan untuk memerangi manusia sampai mereka bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak disembah selain Allah dan Muhammad adalah Rasulullah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan jika mereka melakukan hal tersebut, maka darah mereka dan hartanya adalah dilindungi dariku, kecuali dikarenakan hak Islam atasnya, dengan sebab itu mereka bersama Allah" (Muttafaq 'alaih, dari Ibnu'Umar radhiyallahu 'anhu) Dan dalam Sunan An Nasa'i, dari Abdullah bin 'Amr radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Sungguh hilangnya dunia ini lebih ringan di sisi Allah daripada terbunuhnya seorang muslim" . Pada suatu hari Ibnu Umar melihat ke Ka'bah dan berkata (ditujukan pada Ka'bah),"Begitu besarnya kamu, dan begitu besarnya kesucianmu, tapi orang-orang yang beriman itu lebih besar kesuciannya di hadapan Allah dibanding kamu" (Artinya Al Haram itu dilindungi dan aman dari peperangan dan pertumpahan darah, tapi orang-orang yang beriman itu lebih dilindungi dan diamankan dari mengalirnya darah mereka) Dan nash-nash itu dan yang lainnya menunjukkan tentang kenyataan yang sangat besar bilainya yaitu tentang kesucian darah muslimin, dan dilarang untuk membunuh muslim tanpa adanya alasan yang membenarkannya dari Syari'ah, maka tidak diperbolehkan untuk melanggar setiap muslim tanpa ada alasan (yang dibenarkan Syariat, red). Usamah bin Zaid berkata "Rasulullah mengutus kita ke Al Huruqa, dan pada pagi harinya kami menyerang mereka dan mengalahkan mereka. Aku dan seseorang dari kalangan Anshar mengikuti salah seorang dari mereka dan ketika kami akan menangkapnya, dia berkata:'La Ilaha Ilallah'. Demi mendengar hal ini orang dari Anshar itu menahan diri, tapi aku membunuhnya dengan menebasnya dengan pedangku. Ketika kami kembali, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam datang untuk menanyakan hal tersebut dan kemudian berkata,'Wahai Usamah apakah kamu membunuhnya setelah dia berkata 'La Ilaha Ilallah'? Aku (Usamah) berkata,'Tapi dia berkata itu karena dia ingin dirinya selamat'. Beliau mengulang-ngulang pertanyaan ini berkali-kali sampai aku merasa bahwa aku belum pernah masuk Islam sebelumnya"(Muttafaq 'Alaih, dan lafadznya dari Al Bukhari) Hal ini menunjukkan, dan mengindikasikan dengan sangat jelas, tentang ketinggian nilai dari kehidupan. Riwayat ini menceritakan seorang musyrikin yang ikut berperang dengan kaumnya, dan mereka berjihad melawan kaum musyrikin, dan ketika mereka (Usamah bin Zaid dan seorang dari Anshar) hendak menangkapnya, dia berkata dengan (ungkapan) Tauhid, tapi Usamah bin Zaid membunuhnya, dan menyatakan bahwa apa yang dia katakan itu hanyalah dalam rangka untuk melindungi dari kematiannya, namun Rasulullah shallallahu 'alaihi

19

beliau, yang ada sesama muslimin37 Yang penting adalah kita memperjuangkan Islam, memperjuangkan kaum muslimin dan memberikan contoh perilaku yang baik. INI YANG PALING PENTING38. Kalau hanya ngaji, teori, teori, teori, tidak dipraktekkan bahkan orang-orang yang memperjuangkan Islam malah dihalang-halangi, ya apalah artinya ngaji seperti itu? Kalau ada orang ngaji, ya alhamdulillah, ya masya Allah, menuntut ilmu dapat barakah, dapat ilmu segala macam. Tapi salahnya mereka adalah ketika ada orang yang memperjuangkan Islam dihalang-halangi, dituduh macam-macam.39 Kalau seandainya ada yang salah, mari diluruskan, diluruskan dengan sopan, dengan akhlaq cara-cara Islam, kita kembangkan dialog-dialog yang sangat adab, sangat akhlaq seperti yang diajarkan oleh Rasulullah Muhammad shalallahu alaihi wa sallam dan para shahabat40 Selanjutnya Ikhwan wa akhwati rahimakumullah, tentang memvonis orang, menvonis orang itu tidak gampang. Yang berhak memvonis hanya Allah saja
wa sallam tidak menerima pernyataan dan penjelasan Usamah tentang kondisi sebenarnya. Ini merupakan sesuatu hal yang sangat besar, yang menunjukkan sucinya darah kaum muslimin dan dosa besar bagi siapa saja yang melakukan pembunuhan terhadap kaum muslimin. Selain dari darah kaum muslimin, maka harta bendanya pun juga dilindungi. Berdasarkan pada sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, "Darahmu dan hartamu adalah suci dari orang lain, seperti sucinya harimu ini, dan sucinya kota kalian (Mekkah), dan bulanmu" (Diriwayatkan oleh Muslim, dan ini adalah merupakan dari khutbah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pada saat hari Arafah, Al Bukhari dan meriwayatkan yang semisalnya pada bab Yaumun Nahr) Dari sini, maka larangan dari membunuh nyawa yang telah dilindungi tanpa alasan yang diperbolehkan telah jelas. Dari orang-orang yang hidup yang dilindungi selain Muslim adalah: 1. Mereka (non muslim) yang mengadakan perjanjian, 2. Dzimmi, 3. Mereka (non muslim) yang mencari perlindungan dari kaum muslimin. Dari 'Abdullah bin 'Amr bin Al 'Ash radhiyallahu 'anhuma, dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda, "Barangsiapa yang membunuh seseorang yang telah mempunyai perjanjian dengan kaum muslimin, maka dia tidak akan mencium bau surga, walaupun baunya itu tercium dari jarak 40 tahun" (Riwayat Al Bukhari) Dan terhadap siapa saja yang Waliyul 'Amr telah membolehkannya masuk ke wilayahnya dengan perjanjian dan menjanjikan jaminan keamanan baginya, maka hidupnya dan hartanya adalah dilindungi, tidak dibolehkan untuk mengganggunya, dan barangsiapa membunuhnya maka dia adalah sesuai dengan apa yang telah disabdakan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, "Dia tidak akan mencium bau surga". Dan hal ini adalah merupakan peringatan keras terhadap siapa saja yang melawan mereka yang telah mengadakan perjanjian. Dan telah diketahui bahwa pelindung kaum muslimin adalah satu kesatuan, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,"Darah kaum mukminin adalah satu, dan ada beberapa orang dari mereka yang melindungi keamanan mereka". Ketika Ummu Hani' memberikan perlindungan pada seorang musyrikin pada tahun penaklukan (Fathu Makkah), maka Ali bin Abi Tahlib ingin membunuhnya, lalu Ummu Hani' pergi ke Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan memberitahukan tentang hal tersebut, maka Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam berkata, "Kami memberikan perlindungan terhadap siapa saja yang kau memberikan perlindungan padanya, wahai Ummu Hani'" (Riwayat Al Bukhari dan Muslim) Maksudnya disini adalah bahwa seseorang yang masuk ke suatu daerah (muslim) dengan berdasarkan pada perjanjian untuk mendapatkan jaminan keamanannya, atau seseorang yang telah diberikan janji oleh seseorang yang memegang kekuasaan berdasarkan pada adanya maslahah yang dia (pemegang kuasa) lihat dari orang itu, maka tidak diperbolehkan untuk melanggar dan tidak boleh untuk mengganggu hidup dan hartanya. Dan setelah menjelaskan tentang hal ini dengan sejelas-jelasnya, maka apa yang terjadi yaitu peristiwa pemboman (bom bunuh diri) di kota Riyadh adalah sesuatu yang dilarang, yang dinul Islam tidak menyetujui hal tersebut, dan hal ini adalah haram berdasarkan pada beberapa hal : 1. Kegiatan ini merupakan pelanggaran terhadap sucinya wilayah muslimin dan hal ini dapat menakut-nakuti siapa saja yang dilindungi dan keamanan didalamnya 2. Kegiatan ini mengandung sifat membunuh orang-orang yang hidup, yang syari'ah Islam melindunginya 3. Kegiatan ini mengakibatkan kerusakan di bumi 4. Kegiatan ini mengandung unsur perusakan harta benda dan apa-apa yang dimiliki, sementara hal itu dilindungi Dan Hai'ah Kibarul Ulama menjelaskan hal ini dalam rangka memberi peringatan kepada kaum muslimin supaya tidak melakukan penghancuran terhadap hal-hal yang dilarang untuk dihancurkan, dan dalam rangka memberi peringatan kepada kaum muslimin dari usaha-usaha syaithan, yang dia tidak akan pernah berhenti untuk mengganggu hamba Allah sampai dia masuk kepada hal-hal yang merusak, dengan melalui cara-cara yang ekstrim, melampaui batas dalam beragama, atau tidak senang pada agama, dan menentang aturan agama dan sebaikbaik untuk meminta perindungan adalah Allah. Dan Syaithan tidak akan memperdulikan pada cara apapun selama dia dia (syaithan) dapat menang terhadap hamba Allah, sebab dengan jalan-jalan itu, yaitu ekstrem dan tidak senang pada agama adalah merupakan jalannya syaithan yang dapat membuat seseorang jatuh ke dalam murka dan hukuman dari Ar Rahman (Allah). Dan apa-apa yang telah dilakukan oleh mereka yang melakukan perbuatan (bom bunuh diri) ini, adalah merupakan usaha membunuh diri-diri mereka sendiri dengan meledakkan diri mereka sendiri, yang perbuatannya itu akan menyebabkan dia secara umum masuk pada sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salllam, "Barangsiapa membunuh dirinya sendiri di dunia dengan cara apapun, maka Allah akan menghukum dia dengan hal yang sama (yang dia lakukan yang menyebabkan dia terbunuh) di hari kiamat" (Diriwayatkan oleh Abu 'Awanah dalam Mustakhraj-nya, dari Tsabit bin Ad Dhahak radhiyallahu 'anhu)

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Orang yang melakukan bunuh diri dengan menikam dirinya dengan besi (pedang) yang ada ditangannya, maka dia akan ditikam dengan pedang itu pada tubuhnya di neraka dan dia tetap di dalamnya (di neraka) selamanya. Barangsiapa mengambil racun dan membunuh diri dengannya, maka dia akan meminum racun itu di neraka dan dia tetap berada di dalamnya (di neraka) selamanya. Barangsiapa melemparkan diri dari atas gunung dan membunuh dirinya dengan cara itu, maka dia akan jatuh di dalam neraka dan dia tetap didalamnya (di neraka)

20

Ikhwani wa akhwati rahimakumullah, ketika kita menginginkan sesuatu itu, kita perlu memikirkan dampak seperti buku-buku yang ditulis dengan kata-kata yang kasar. Merekamereka para ulama itu punya pengikut. Kalau pengikut mereka nggak terima, nulis kitab juga akhirnya, apa yang akan terjadi? Kacau muslimin, yang jadi korban siapa? Yang jadi korban adalah kaum muslimin sendiri!!41 Tapi alhamdulillah, mereka-mereka, pengikutnya itu mungkin lebih berakal ya, sehingga gak mau jawab ya? Mungkin dengan bahasa-bahasa yang lebih sopan seperti buku Siapa Teroris? Siapa Khawarij?, saya seneng karena bahasanya sopan42

Ikhwah wa akhwati rahimakumullah, sesungguhnya materi saya ini cukup panjang ya? Saya membawakan hadits-hadits kemudian juga ayat-ayat tentang akhlaqul karimah, tentang
selamanya." (Riwayat Al Bukhari) Maka ketahuilah, bahwa musuh-musuhmu, dari setiap sisi, telah membentuk umat Islam demi kekuasaan mereka. Mereka bergembira dengan semua cara-cara yang dapat membenarkannya pada kekuasaan mereka, di atas umat Islam. Padahal hal itu untuk membenarkan mereka dalam menghina umat Islam, dan mengambil keuntungan dari sumber penghasilan dan kekayaan umat Islam. Maka barangsiapa mendukung mereka dalam mencapai tujuannya itu, dan membukakan untuk mereka jalan kepada kaum muslimin dan wilayahnya, maka dia telah mendukungnya dalam rangka membawa kesusahan di atas kaum muslimin dan dalam rangka menguasai wilayahnya. Ini merupakan perbuatan kesewenangwenangan yang amat besar. Maka wajib untuk mendasarkan diri pada ilmu yang didasari oleh Al Qur'an dan As Sunnah dengan mengikuti pemahaman Salaful Ummah, yang hal ini dapat ditemukan di sekolahsekolah, univeristas-universitas, masjid-masjid dan media informasi lainnya. Seperti juga wajib untuk mendasarkan diri pada 'amar ma'ruf nahi munkar dan saling memberikan nasehat satu sama lain di atas al haq. Hal ini sangat diperlukan, bahkan sangat diperlukan, dan mendakwahkan hal ini pada saat ini lebih diperlukan daripada pada waktu-waktu yang telah lampau. Dan sudah seharusnya para pemuda-pemuda Islam untuk selalu mendasarkan pada pendapat-pendapat yang baik yang berasal dari ulama mereka dan mengambilnya dari mereka, maka mereka akan tahu siapa musuh agama mereka sebenarnya, yang mereka-mereka (musuh agama) itu berusaha keras dalam mencaci maki para pemuda dan Ulama serta penguasa. Sebab dengan hal itu mereka ingin agar kekuatan para pemuda itu lemah dan akhirnya mereka dapat mengambil kendali pada diri-diri para pemuda dengan sangat muda. Oleh karena itu, wajib untuk berhati-hati dari hal itu. Semoga Allah melindungi setiap orang dari usaha-usaha musuh, dan supaya kaum muslimin takut pada Allah baik secara lahir dan batin, dan selalu beramal shalih, serta benar-benar bertaubat dari segala dosa. Tak ada malapetaka yang akan turun kecuali karena dosa, dan tak ada malapetaka akan dimunculkan kecuali dengan bertaubat. Kami meminta kepada Allah untuk mengembalikan keadaan kaum muslimin, dan menjauhkan wilayah kaum muslimin dari setiap kejahatan dan hal-hal yang tidak disukai. Sholawat dan salam atas Nabi Muhammad, keluarganya dan para shahabatnya. Hai'ah Kibarul Ulama (Majelis Ulama Senior) Diketuai oleh Abdul-Aziz bin Abdullaah bin Muhammad Aal ash-Shaykh Anggota : Salih bin Muhammad al-Lahaidaan Abdullah bin Sulaiman al-Muni Abdullah bin Abdurahman al-Ghudayan Dr. Salih bin Saalih al-Fauzaan Hasan bin Jafar al-Atami Muhammad bin Abdullah as-Subayyil Dr. Abdullah bin Muhammad bin Ibrahim Alus-Syaikh Muhammad bin Sulaiman al-Badr Dr. Abdullah bin Muhsin al-Turki Muhammad bin Zaid as-Sulaiman Dr. Bakr bin Abdullaah Abu Zaid (tidak hadir karena sakit) Dr. Abdul-Wahhab bin Ibrahim as-Sulaiman (tidak hadir) Dr. Salih bin Abdullah al-Humaid Dr. Ahmad bin Sair al-Mubaraki Dr. Abdullaah bin Ali ar-Rukban Dr. Abdullaah bin Muhammad al-Mutlaq (Diterjemahkan secara bebas dalam bahasa Indonesia oleh tim Salafy.or.id dari bahasa Inggris oleh Abul-'Abbaas dan Abu 'Iyaad (UK), URL asal http://www.fatwaonline.com/news/0030518.htm) (Sumber artikel : http://www.salafy.or.id/print.php?id_artikel=287)

Saudaraku sekalian rahimakumullah, silakan sekarang anda pilih antara pendapat Profesor Abdullah Hadrami yang kapasitas keilmuannya sangat luar biasa dan beliau ini tidak kalah dengan syaikh ataukah fatwa Haiah Kibarul Ulama mengenai vonis bom bunuh diri yang ternyata fatwanya tidak berhasil diadudomba dengan Syaikh Rabi hafidhahullah oleh Abduh ZA-Pustaka Al-Kautsar? Tentu saja anda sekalian mengetahui bahwa tidak semua anggota Haiah Kibarul Ulama bergelar Profesor sebagaimana gelar yang disematkan pembawa acara di pundak Profesor Abdullah Hadrami.
36

Alangkah bedanya antara Profesor Abdullah Hadrami (yang takut menunjukkan jati dirinya sehingga berdakwah dengan kalimat-kalimat politis dan bersayap agar bisa disantuni oleh semua kelompok dan yang tidak mengingkari ketika dipuji oleh pemandu acara sebagai dari sisi kapasitas keilmuan beliau sangat luar biasa dan saya yakin kapasitas keilmuan beliau semua di sini tidak kalah dengan Syaikh) dengan Syaikh Bin Bazz rahimahullah: Syaikh Abdul Aziz Bin Bazz rahimahullah ditanya:Apa pendapat anda terhadap orang yang menyebut dirinya as-salafi dan al-atsari, apakah itu termasuk tazkiyah (yang terlarang)? Beliau rahimahullah menjawab:Jika dia jujur sebagai seorang salafi atau atsari, maka tidak mengapa, seperti perkataan para ulamasalaf bahwa si fulan itu salafi, fulan atsari, tazkiyah semacam ini sangat diharuskan bahkan wajib (dari ceramah yang terekam dalam kaset dengan judul Hak Seorang Muslim di Thaif) Sungguh sangat menyedihkan bahwa fatwa beliau ini bagi Abdullah Hadrami tidak laku lagi, dan sudah bosan jika ditanya demikian. Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun. 37 Saudaraku sekalian, apakah anda merasakan siasat halus dalam menghancurkan al-wala wal bara dengan bersembunyi di belakang nama besar Syaikh rahimahullah? Bisakah engkau menyodorkan bukti ? Sungguh orang ini harus kita waspadai, sudah terbukti beberapa kali dia berkumpul dengan pembesar Ikhwanul Muslimin. Apakah kita hendak tidak mewaspadai,

21

bahayanya ghibah, apalagi tentang bahayanya kita mencacat para ulama. Katakanlah misalnya ustadz Luqman ini mencacat para ulama seperti itu, kita jangan niru dia.43 Jangan kesalahan dibantah dengan kesalahan, cukuplah mereka salah dan kita nggak usah ngikuti-ikut salah. Karena kalau kita nanti bantah dengan menghujat ulama-ulama juga44, nanti kita sama dengan dia.

Kita maunya meluruskan, malah kita yang diluruskan. Jadi kita bantah ngikuti yang salah. Ghibah ini tidak gampang, ghibah ini luar biasa, apalagi mengghibah para ulama. Agama Islam ini mengajarkan kita menghormati para ulama45. Saya pernah tanya kepada Syaikh Utsaimin rahimahullah, alhamdulillah saya belajar di beliau empat tahun. Beliau adalah salah seorang Imam Ahlis Sunnah wal Jamaah. Selama saya belajar kepada beliau tidak pernah menyebut fulan, fulan, fulan, kelompok ini, kelompok itu, nggak ada. Cuma beliau

tabayyun, tatsabut atas riwayatnya? Karena yang menjadi sasaran utama mereka (koalisi nasional Ikhwani-NII/Baasyiri-Sururi) adalah Syaikh Rabi hafidhahullah, maka inilah Syaikh Rabi sendiri yang akan menghancurkan gerakan anti al-wala wal bara fil Islam ini. Syaikh Rabi berkata: Kami menanyakan kepadanya apakah Jamaah Tabligh tegak di atas apa yang telah dibawa oleh Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam dan para shahabatnya dan sesuai dengan apa yang Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam batasi sebagai firqah yang selamat di antara firqah-firqah yang binasa . Apakah Jamaah Tabligh dengan thariqat Ad Diyobandi-nya mengajarkan di Madrasah (halaqah) mereka tauhid dengan manhaj Salafus Shalih, seperti kitab As Sunnah oleh Al Lalikai, Al Ibanah oleh Ibnu Baththah, Aqidah Wasithiyah, Al Hamawiyah ataupun At Tadmuriyah? Apakah mereka mencintai buku-buku tersebut dan para penulisnya, menasehatkan manusia untuk mempelajarinya? Atau sebaliknya mereka justru memerangi buku-buku tersebut dan penulisnya, membuangnya, serta menuduh para penulisnya dengan tuduhan kesesatan, kemudian menetapkan buku-buku bidah seperti An Nisfiyyah, Al Muyasirah, bukubuku Ar Razi dan buku-buku aqidah lainnya seperti Maturidiyah, Asyariyah, dan Jahmiyah? Apakah dalam masalah tauhid ibadah mereka menetapkan kitab tauhid dan syarah-syarahnya? Kitab tawassul dan wasilah, bantahan kepada Al Bakri, Ighatsatul Lahfan dan yang semisalnya? Atau apakah mereka justru memerangi buku-buku tersebut dan para penulisnya, kemudian mengajarkan buku-buku ilmu kalam, mantiq, filsafat, dan buku-buku tasawwuf yang syirik? Apakah mereka mencintai Ahlul Hadits, para muwahhidin (yang bertauhid) karena mereka bertauhid, memerangi syirik, dan menolak sikap tathil (penolakan sifat bagi Allah)? Apakah mereka mencintai Ahlus Sunnah yang berpegang dengan Kitabullah dan Sunnah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam atau membencinya? Terakhir, disamping bencana-bencana di atas mereka juga berbaiat kepada empat thariqat sufi yaitu : An Naqsyabandiyah, As Sahrurdiyah, Al Jistiyah, dan Al Qadiriyah. Padahal di dalam thariqat-thariqat tersebut terdapat aqidah al hulul (seluruh makhluk merupakan penjelmaan Allah) dan wihdatul wujud (keyakinan bersatunya Allah dengan hambaNya) dan juga keyakinan bahwa para wali (yang sudah mati) dapat berpengaruh pada alam ini. Pegangan mereka adalah kitab Tablighi Nishab (manhaj Tabligh) yang penuh dengan aqidah sesat dan hadits-hadits palsu. Bersamaan dengan ini semua mereka berpaham Murjiah. Semua perkara-perkara di atas telah melebihi mutawatir. (Jamaah Wahidah halaman 56. Untuk lebih jelasnya lihat buku Al Qaulul Baligh oleh Syaikh At Tuwaijiri) Apakah kelompok seperti mereka dapat dikatakan Ahlus Sunnah? Kemudian Syaikh Rabi mengatakan tentang Ikhwanul Muslimin : Adapun tentang Ikhwanul Muslimin, mereka sama halnya dengan Jamaah Tabligh dalam seluruh bencana-bencana di atas ditambah lagi masuknya Rafidlah, Khawarij, bahkan Nashara dalam jamaah mereka. Juga ucapan mereka tentang berbilangnya agama dan persaudaraan antar agama. Doktor At Turabi --penentu kebijaksanaan mereka-- telah mengajak dalam salah satu muktamar yang diadakan di Sudan kepada persatuan agama. (Lihat Shahifah As Sudan Al Hadits nomor 1202 tanggal 29 April 1993) Hasan Makky, salah satu tokoh Ikhwanul Muslimin yang paling menonjol, juga mengajak untuk menegakkan partai Ibrahimy yang merupakan partai gabungan antara Yahudi, Nashara, dam Muslimin. (Lihat Majalah Al Multaqa nomor 4) Berkata pula Qaradlawi tentang kebolehan berbilangnya agama dan bahwasannya kehidupan ini memungkinkan untuk lebih dari satu agama. Setelah dia mengkaburkan perselisihan antar firqah-firqah termasuk di dalamnya Rafidlah dengan kaidah mereka yang sesat : Kita tolong-menolong dalam hal yang kita sepakati, dan saling toleransi pada apa yang kita perselisihkan. Inilah sikap tengah (menurutnya, pent.). Sependapat dengannya dalam hal ini adalah Ghazali, At Turabi, dan Huwaidi. Mereka menamakan pandangan ini dengan ruh Islam. (Lihat Majalah Al Mujtama nomor 1118 tanggal 21 Rabiul Akhir 1415 H) Pada penjelasan yang dilontarkan oleh Ikhwanul Muslimin, mereka menetapkan sikap terhadap selain kaum Muslimin. Mereka berbicara tentangnya dengan nama Islam dan berlepas diri dari kelompok yang menyelisihi mereka. Mereka menjelaskan dengan ucapan mereka : Ikhwanul Muslimin berpendapat bahwa manusia seluruhnya adalah pembawapembawa kebaikan yang mampu memikul amanat. Sikap kita terhadap saudara-saudara kita dari kalangan Masihiyin (Kristen) di Mesir dan dunia Arab adalah sikap yang jelas, terdahulu, dan maruf yaitu : Bagi mereka apa yang bagi kita, dan atas mereka apa yang atas kita. Mereka adalah sekutu-sekutu dan saudara dalam pembelaan negara yang panjang. Untuk mereka semua hak-hak warga negara, baik segi materiil maupun moril, budaya maupun politik. Berbuat baik dan bekerja sama dengan mereka dalam kebaikan merupakan kewajiban-kewajiban Islam. Seorang Muslim tidak boleh meremehkan dan menyepelekan untuk menempatkan dirinya dalam hukum-hukum tersebut. Barangsiapa yang mengucapkan selain ini atau berbuat selain ini, maka kami berlepas diri dari ucapan dan perbuatan mereka. (Lihat Majalah Al Mujtama nomor 1149 tanggal 9 Dzulhijjah 1415 H) Pembicaraan tentang muktamar-muktamar persatuan agama dan diskusi antar agama sangat panjang merupakan perkara-perkara yang sangat jelas dan mutawatir. Mereka secara terang-terangan menjelaskan hal tersebut di dakam buku-buku, buletin-buletin, majalah-majalah mereka, dan di dalam jumpa pers. Apakah boleh bagi seorang yang memberikan nasehat bagi dirinya dan bagi Islam untuk membela mereka (Tablighi dan Ikhwani), dan senantiasa menggolongkan mereka pada Ahlus Sunnah wal Jamaah (wahai Abdullah Hadrami - yang mengaku telah bermulazamah kepada Syaikh Utsaimin rahimahullah selama 4 tahun- )? Syaikh Zaid hafidhahullah berkata:Demikianlah, wajib untuk diperingatkan dan hati-hati dari setiap prinsip yang pada hakekatnya menyelisihi manhaj salafy. Baik itu prinsip Sururi, Ikhwani, Tablighi dan semua prinsip yang menyimoang dari manhaj Salafush Shaleh dimana mereka telah menempuh jalan yang lurus yang Allah Subhanahu wa Taala telah tunjukkan di dalam firmannya: Dan sesungguhnya ini adalah jalan-Ku yang lurus maka ikutilah oleh kalian dan janganlah kalian ikuti jalan-jalan yang lain sehingga kalian akan terpisah dari jalan-Nya. Demikianlah Allah telah mewasiatkan dengannya agar kalian bertaqwa (QS.Al-Anam:153) (Agar Pemuda Tetap Istiqamah, hal.60-61) 38 Bagaimana mungkin engkau berani melakukan keberanian yang luar biasa seperti ini, sementara anda mengaku dan berjuang di atas manhaj salafush shalih? Lalu di nomor berapa aqidah itu sendiri engkau letakkan? Bagaimana mungkin engkau berhasil memperjuangkan Islam dan kaum Muslimin, sementara aqidah bagi anda bukanlah hal yang terpenting? Dengan manhaj siapa wahai Abdullah anda hendak memperjuangkan kaum Muslimin? Sesungguhnya semakin jelas tempat duduk anda dalam kemelut ini wahai Abdullah. Engkau sedang memperjuangkan kaum Ikhwanul Muslimin, dan ini yang paling penting. Semoga Allah berkenan memberikan hidayahNya kepadamu dan kepada kita semua.
39

Adakah salafiyyun yang menghalangi-halangi orang yang memperjuangkan Islam? Kenapa bapak Profesor menggunakan bahasa-bahasa politis dan bersayap? Kenapa tidak menjelaskan dengan rinci dan lebih ilmiah ? Siapa yang menghalang-halangi dan siapa pula yang dihalang-halangi? Bagaimana mungkin salafiyyin tidak memperjuangkan Islam, apalagi sampai menghalang-halanginya? Tetapi kalau yang bapak Profesor maksudkan adalah perjuangan Islam gaya partai Ikhwani sebagaimana induk semangnya yang dulu Profesor doakan dan berhasil ? Ataukah perjuangan Islam gaya bombingnya Imam Samudra dan NII-nya Baasyir, justru salafiyyin wajib menjeleaskan bagi umat untuk tidak terkecoh dan tertipu oleh tangan-tangan mereka yang sebenarnya telah berlumuran darah kaum Muslimin.

22

menjelaskan dengan santun, dengan baik dan semua orang mau kembali kepada kebaikan dengan cara yang beliau tempuh. Jadi bukan dengan membikin kacau, membuat diaduk kaum muslimin.46 Ustadz Luqman ini salah, dan kita jangan ngikuti yang salah. Kita luruskan dengan cara yang benar. Kepada para asatidz, semua ustadz saya harap tidak mengikuti caranya ustadz Luqman ya?47

40

Forum Nasional Pelecehan Dakwah dan Dai Salafiyyin seperti ini engkau katakan: dialog-dialog yang sangat adab, sangat akhlaq seperti yang diajarkan oleh Rasulullah Muhammad shalallahu alaihi wa sallam dan para shahabat.. wahai Abdullah? Bahkan sebaliknya para ulama justru memperingatkan Salafiyyin dari orang-orang seperti dirimu dan dari forum-forum jahat seperti ini yang hendak engkau kembangkan!! Syaikh Zaid hafidhahullah berkata:14.Memperingatkan para pemuda dari bergaul dengan orang-orang yang bergabung dengan jamaah-jamaah sesat seperti kelompok Ikhwanul Muslimin dan selain mereka dari jamaah-jamaah sesat yang mempunyai peraturan-peraturan tersembunyi (tandhim sirri) dan manhaj-manhaj yang didatangkan dari luar yang banyak menyelisihi manhaj Salafy di dalam masalah pokok-pokok agama, cabang-cabangnya dan juga menyelisihi tujuan dakwah kepada Allah serta dalam hal sarana dan prasarana dakwah. Hal ini dikarenakan, dengan bergaul bersama mereka dapat merusak aqidah generasi muda, melemahkan kecintaan para pemuda terhadap ilmu syari dan para pemiliknya, menjadikan akhlaq mereka rusak di dalam nenyikapi orang yang mengkritik manhaj yang didatangkan dari luar negara ini (Saudi pent.) dimana manhaj tersebut merupakan manhaj yang mennetang wahyu dan terlepas dari misi yang benar...(Agar Pemuda..., hal.34-35) 41 Apakah para ulama Ahlus Sunnah berdiam diri menyaksikan kitab-kitab yang menyimpang yang terus dicetak dan disebarluaskan oleh firqah-firqah sesat? Berapa banyak kitab-kitab salafush shalih baik yang dulu maupun sekarang yang khusus ditulis untuk membantah, menyingkap dan menelanjangi kedok kelompok-kelompok sesat, wahai Abdullah? Apakah engkau tidak pernah mendengar nama Ibnu Taimiyah rahimahullah, sehingga dirimu tega mengingkari kenyataan ini ? Bukankah kitab-kitab Radd beliau rahimahullah merupakan bukti ilmiyyah bahwa para ulama tidak akan pernah rela dengan berbagai bidah dan kesesatan yang berusaha ditancapkan kepada umat? Kalau mereka semua ridwanullah alaihim ajmain membiarkannya, berdiam diri dan tidak membantah kesesatan dan syubhat yang dilemparkan kepada umat sebagaimana proyek yang anda perjuangkan ini-, bukankah kaum Muslimin yang akan engkau korbankan? Engkau hendak menciptakan kemelut bagi umat ini wahai Abdullah? Engkau hendak membelenggu tangan-tangan Ahlul Haq agar tidak dapat memegang pena-pena mereka dan sebaliknya memberi jalan lempang bagi para penyesat umat untuk menjejalkan berbagai bidah, kesesatan dan hizbiyyahnya kepada kaum muslimin? Afala taqilun? Apakah engkau hendak mengingkari Ayat-ayat Allah Taala? Firman-Nya : Kalian adalah umat terbaik yang dikeluarkan untuk manusia. Kalian memerintahkan yang maruf dan melarang yang mungkar dan kalian beriman kepada Allah. (Ali Imran : 110) Dengan cara apa engkau melarang yang munkar wahai Abdullah, sementara dirimu melarang umat untuk membantah berbagai syubhat, bidah dan seribu satu macam kesesatan yang terus disuarakan oleh duatu ala abwabi jahannam? Sesungguhnya engkau bermimpi bahwa diamnya Ahlus Sunnah akan menjadikan Ahlul Batil berhenti pula menyuarakan kebatilannya. Peperangan Ahlul Haq melawan Ahlul Batil akan terus berlangsung hingga Kiamat berlangsung. Dan di acara bedah buku nasional ini, anda memberikan resep jitu dan solusi ampuh untuk menyelesaikannya ? Jawablah dengan kejujuran imanmu, wahai Abdullah. Benarnya akhlak anda adalah salah satu bukti kebenaran iman anda. Syaikh Zaid hafidhahullah berkata (setelah menjelaskan ciri-ciri pembawa manhaj Ikhwani):Ini adalah sekelumit dari betapa banyaknya sifat-sifat pengikut manhaj Al-Ikhwani Al-Haraki At-Tandhimi yang sudah sepatutnya untuk diketahui dan diwaspadai serta diperingatkan orang-orang yang dikhawatirkan akan tertipu dari keadaan mereka dari sisi dai-dai mereka yang selalu shalat siang dan malam agar mereka tidak bergabung bersama golongan ini. Begitu pula agar mereka tidak ikut bergabung bersama pasukan-pasukan mereka untuk menegakkan khilafah (!!?) yang selalu mereka dengung-dengungkan bahwa mereka sungguh-sungguh berusaha untuk merealisasikannya. Bahkan, mereka menganggap orang-orang yang tidak berusaha merealisasikannya sebagai orang-orang yang bodoh dan tolol (Agar Pemuda tetap Istiqamah, hal.60) 42 Lihatlah wahai saudaraku pernyataan yang sangat gamblang ini yang membuktikan bahwa dirinya benar-benar seorang Ikhwani yang berkedok salafi. Kini dia telah menyatakan dengan jujur tentang ke-Ikhwani-annya. Kalau anda sudah membaca buku Siapa Teroris Siapa Khawarij - yang dia puji dan dia bela sedemikian rupa ini - maka tidaklah anda membuka dan membaca awal halaman sampai di akhir halamannya, kecuali berisi pembelaan-pembelaan yang luar biasa terhadap tokoh-tokoh Ikhwanul Muslimin dan berbagai kerancuan serta kesesatan yang mereka kumandangkan. Jamaluddin Al-Afghani Ar-Rafidhi Al-Masuni, idola Ahmad Surkati (pendiri al Irsyad, red) pun dibelanya. 43 Perhatikanlah wahai saudaraku, dimana ustadz ini duduk dalam permasalahan manhajiyah ini? Di sisi ulama-ulama Ikhwanul Muslimin, Quthbiyyin, yang dicacat oleh ustadz Luqman ataukah di barisan ulama Salafiyyin yang dicintai oleh segenap Salafiyyin? 44 Apakah masih ada yang ragu bahwa ulama dia berbeda dengan ulama kita? Segala puji bagi Allah yang telah menyingkap wajah Ikhwani di balik nama harum salafi yang selama ini dikenakannya untuk mentalbis umat! Alhamdulillah. 45 Salafiyyun, apakah anda sekalian tidak diajari untuk menghormati para ulama Ahlus Sunnah? Dan apakah para ulama Ahlus Sunnah juga memberi teladan sebagaimana ustadz ini yang mengaku dengan bangganya sebagai murid Syaikh Utsaimin rahimahullah- kepada kita semuanya untuk menghormati ulama yang menyimpang (su) ? Pengibar panji-panji hizbiyyah? Penyeru dakwah Ikhwanul Muslimin? Penyeru pengkafiran terhadap masyarakat muslimin? Penghina Nabi-Nabi Allah? Maka jawablah dengan kejujuran iman anda, wahai Abdullah (Hamba Allah) yang Shaleh Hadrami. 46 Ini adalah talbis dan tadlis yang berusaha dia gambarkan, seolah-olah Syaikh tidak memiliki sikap tegas terhadap penyimpangan, kesesatan, kebidahan dan para penyerunya. Inilah salah satu bukti kebohongannya : Syaikh Abdul Latif bin Abdurrahman Alusy Syaikh membuat tahdzir (peringatan) kepada sebagian ahli bidah dari Oman yang telah menulis selebaran yang dapat mengaburkan pemahaman orang awam. Sudah menjadi ijma Ulama Salaf termasuk Imam Ahmad bin Hambal bahwa mereka bersikap keras kepada ahli bidah, memutuskan hubungan, membiarkan, tidak berdebat dan menjauhinya sebisa mungkin, lebih mendekat kepada Allah meskipun dibenci dan dimusuhi oleh ahli bidah. (Majmu ar Rasail wa Al Masail Najdiya, 3/111). Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin berkata, Yang dimaksud dengan memutuskan hubungan dengan ahli bidah adalah menjauhi mereka, tidak mencintai mereka dan tidak berwala loyal kepada mereka, tidak mengucapkan salam, tidak berkunjung dan tidak menjenguk ketika mereka sakit. Memutuskan hubungan dengan ahli bidah adalah wajib, karena Allah berfirman, Artinya : Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka. (Al Quran Surat Al Mujadilah 22). Karena Nabi Shalallahu alaihi wassalam telah memutuskan hubungan dan tidak mengajak bicara Kaab bin Malik, Murarah bin Rabi Al Amri dan Hilal bin Umaiyah al Waqifi ketika absen dari perang Tabuk (tanpa alasan syari, red). (Syarh Lumatul Itiqad hal 110). (Dinukil dari Kitab Mauqif Ahlussunnah wal Jamaah min Ahlil Ahwa wal Bida, Dr Ibrahim Ruhaili, Bab Definisi Ahli Bidah dan Ahli Ahwa) (Sumber artikel : http://www.salafy.or.id/print.php?id_artikel=414)

23

Wahai Abdullah Hadrami, Apakah engkau akan menyatakan bahwa Syaikh rahimahullah tidak memiliki sopan santum karena mengajarkan kepada kita bersikap tegas terhadap ahlul bidah, tidak memberikan salam kepada mereka dan lain-lain ketegasan seperti di atas yang diajarkan oleh Syaikh rahimahullah? Rasanya, engkau harus membaca ulang footnote di atas agar dirimu tersadar dari hipnotis Dakwah Bijaknya al-Thalibi al-Majhuli dan Saya Teroris, Saya Khawarij-nya Abduh ZA yang telah engkau tazkiyah sedemikian rupa. Terakhir, kami hadiahkan kepadamu tulisan Syaikh Bakr Abu Zaid hafidhahullah yang engkau sendiripun memuji beliau: Syaikh Bakar bin Abdullah Abu Zaid memberi batasan cinta dan benci karena Allah dalam kitab Hajr al Mubtadi,Kaidah ini termasuk logika aqidah Islam berdasarkan nash-nash dari Al Quran dan Assunnah yang banyak. Karena merupakan bagian dari ibadah yang berpahala. Bara dari ahli bidah dan menyatakan permusuhan serta memberi pelajaran dengan memutuskan hubungan hingga mereka bertaubat, merupakan ketetapan hampir dalam semua kitab-kitab aqidah ahli sunnah wal jamaah. (Hajr al Mubtadi hal. 19). 47 Wahai Abdullah, hanya satu kesalahan ustadz Luqman, beliau hanyalah memaparkan secara rinci makar-makar yang dilakukan oleh Hizbiyyun Ikhwanul Muslimin, Takfirriyyun dan sejenisnya beserta bukti ucapan-ucapan dan tulisan-tulisan keliru para pembesarnya, dengan menyertakan fatwa-fatwa para ulama Ahlus Sunnah mengenai permasalahan ini. Adapun anda -wahai Profesor Abdullah (Hamba Allah) yang Shaleh Hadrami- yang memiliki kapasitas keilmuan yang luar biasa dan tidak kalah dengan syaikh? Kebenaran andapun hanya satu, engkau mengaku sebagai murid salah satu ulama besar Ahlus Sunnah, tetapi dirimu duduk bersama dengan pembela hizbiyyun ahlul batil dan bersama-sama dengan mereka bahu-membahu memerangi Ahlus Sunnah dan dakwahnya. Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun

Bedah Buku Siapa Khawarij Siapa Teroris di Malang (Transkrip) Filed under: Umum, Fakta Bismillahirrahmanirrahim. Saudaraku kaum muslimin, kami tampilkan fakta betapa Abduh Zulfidar Akaha, Halawi Makmun (Ketua Penerapan Syariat Islam Majelis Mujahidin) [1] dan dai Malang, Abdullah Hadrami [2] berpadu dalam acara Bedah Buku Nasional Siapa Teroris? Siapa Khawarij?.. Dalam acara bedah buku "SIAPA TERORIS?SIAPA KHAWARIJ? Ahad, 03 September 2006 di Widyaloka Convention Hall Universitas Brawijaya, Malang, pembicara Abduh Zulfidar Akaha [3], Lc., Abdullah Shaleh Hadromy dan Halawi Makmun, Lc.,MA telah berkoalisi, bersatu padu melakukan serangan-serangan keji terhadap Salafush Shalih, Salafiyyin dan dakwahnya. Pemandu acara-pun tidak ketinggalan untuk turut serta dalam acara ini (bukti rekaman suara ada pada kami). Diantara ucapan-ucapan nyeleneh mereka sbb : (beberapa pernyataan mereka telah kami berikan footnote, semoga bermanfaat) : Pemandu acara (Jalaluddin) : Rekan-rekan yang kami hormati dan kami cintai, ustadz Zulfidar, Zulfidar Akaha, ustadz Abdullah Hadrami dan ustadz Halawi Makmun dan juga asatidz di sini. Asatidz dan Masyayikh.dan juga ikhwan dan akhwat yang dimuliakan Allah , pagi ini ada acara yang sangat menarik dan yang kita nanti-nanti, bedah buku nasional Siapa Teroris Siapa Khawarij. Acara ini sangat penting karena yang pertama adalah kita mencoba untuk merubah kebiasaan kita dalam belajar. Saya melihat banyak orang yang semangat belajar tapi yang dikaji itu tidak sembarang kitab. Judul kitabnya itu Kitab Fathul Jare (Jare, bhs Jawa artinya katanya,red), Fathul Jare. Katanya, jare ustadz ini, jare ustadz itu (he..he..he-hadirin tertawa). Sehingga yang terjadi adalah apa yang dikatakan oleh Salaf adalah kebenaran mutlak, kemudian disebarluaskan Hadirin rahimakumullah, perlu kami informasikan bahwa sebetulnya panitia menyampaikan, ee, panitia sudah berusaha mengundang ustadz Luqman Baabduh secara langsung, tapi beliau tidak bisa hadir dengan 2 alasan yang disampaikan kepada saya. Alasan yang pertama, beliau lagi sibuk mempersiapkan buku berikutnya yang akan membantah ini (he..he.he-tertawa) dan nanti juga mungkin akan ada acara bedah buku nasional lagi Kemudian yang kedua, beliau tidak hadir karena yang menjadi penengah bukan Syaikh, yang jadi penengah ustadz-ustadz. Saya nggak tahu kenapa beliau membedakan antara ustadz dengan Syaikh. Kalau di Timur Tengah, ustadz itu bermakna Profesor, ustadz Abdullah Hadrami dia Profesor Abdullah Hadrami, ustadz Halawi beliau adalah Profesor Halawi. Itu sah-sah saja beliau membuat definisi yang berbeda terkait dengan ustadz dengan syaikh, walaupun juga saya punya definisi yang lain terkait antara Syaikh dan ustadz ini. Disebut ustadz itu kalau istrinya baru satu, seperti ustadz Abdullah Hadrami, Halawi (he..he..he-tertawa bersama hadirin). Syaikh itu kalau istrinya dua (he..he..he-tertawa bersama hadirin), kalau istrinya tiga itu Syaikhul Kabir (he..he..he-tertawa bersama hadirin), kalau istrinya empat itu Syaikhul Akbar. Kalau istrinya lima itu Syaithon (he..he..he-tertawa bersama hadirin), menyelisihi, menyalahi syariat[4]. Dan sebagai pembanding kita (Abdullah Hadrami-red) bukan sembarang ustadz, beliau adalah Ustadzun wa Syaikhun sekaligus. Disebut ustadz karena baru satu dan disebut juga Syaikh karena mau dua (ha..ha..ha-hadirin tertawa). Ikhwati fillah rahimakumullah Saya kira kita yakin bahwa yang hadir dihadapan kita, baik ustadz Abduh, ustadz Abdullah Hadrami dan ustadz Halawi, beliau adalah orang-orang yang sangat kompeten berbicara tentang persoalan yang akan kita bahas pada pagi hari ini dan dari sisi kapasitas keilmuan beliau sangat luar biasa. Dan kita selama ini juga banyak mengikuti taklim-taklim beliau

24

dan juga kajian-kajian yang beliau sampaikan dan saya yakin kamipun dianggap sebagai ustadz tapi kita yakin kapasitas keilmuan beliau semua di sini tidak kalah dengan Syaikh [Inna llillahi wa inna ilaihi rajiun-transkriptor]. Ikhwati fillah rahimakumullah Pembicara kita pada pagi hari ini yang pertama langsung penulis buku Siapa Teroris? Dan Siapa Khawarij?. Kami sampaikan biodata beliau yang beliau itu ustadz Zulfidar Akaha, Lc. Beliau lahir di Demak, 28 Juni 1974. S1 beliau di fakultas Ushuluddin, Universitas Al-Azhar dan sekarang beliau istrinya tiga, anaknya maksudnya. Ikhwani fiddin rahimakumullah Beliau pernah aktif di waktu di Mesir, kebetulan kita ketemu di sana, aktif di Ikatan Keluarga Muhammadiyah di Mesir, kemudian pernah menjadi ketua Partai Amanat Nasional perwakilan Mesir, kemudian ketua panitia pemilihan luar negeri wilayah Mesir. Dan tadi beliau tekankan, setelah kembali ke Indonesia beliau tidak berafiliasi ke organisasi manapun dan juga partai politik manapun. Jadi nanti apa yang beliau tulis dalam buku ini dan apa yang beliau sampaikan tidak dilatarbelakangi oleh tendensi pada kelompok tertentu dan insya Allah bisa kita nilai obyektifitasnya.[5] Kemudian yang kedua, ustadz Halawi Makmun, lahir di Brebes 27 Mei 1963. Beliau sudah menikah dengan dikaruniai Allah lima anak. Motto beliau: Hidup Mulia atau Mati Syahid. Riwayat pendidikan: SD, SMP, kemudianalumni Gontor, S1 Universitas Malik Suud dan S2 juga di universitas yang sama tahun 2003. Pengalaman beliau adalah organisasi, beliau sekarang aktif di Majelis Mujahidin sebagai Ketua Penerapan Syariat Islam. Kemudian, berikutnya ustadz Abdullah Shaleh Hadrami, lahir di Malang 14 Januari 1972. Beliau sudah berkeluarga dan dikaruniai oleh Allah dua anak. Riwayat pendidikan beliau, pernah di LIPIA Jakarta kemudian pernah mulazamah dengan Syaikh Utsaimin selama empat tahun. Pengalaman organisasi: beliau pendiri dan pengasuh Majelis Taklim Khusnul Khatimah, ketua takmir masjid An-Nur Jagalan, pembina SMP Cendekia dan Mahad Al-Irsyad Al-Islamiyah di Batu Kalau toh nanti yang disampaikan itu kata-kata yang kasar, tolong disampaikan dengan suara yang pelan dan halus (he..he..he..-hadirin tertawa) Abduh Zulfidar Akaha: kemudian juga ada yang menarik, kitab-kitab dulu, ya, yang masa lalu yang sudah jelas-jelas katakanlah dalam judulnya menyebutkan kata-kata Salaf, misalnya kitabnya syaikh Muhammad Ash-Shabuni, Aqidatus Salaf Ashabul Hadits disitu saya buka-buka, saya baca-baca tidak ada definisi as-Salaf [6] dan as-Salafiyyun itu nggak ada. Begitu pula dalam bukunya Imam Ibnu Rajab Al-Hanbali, Fadzlu Ilmi Salaf ala Ilmi Khalaf, saya buka saya baca kebetulan itu nggak terlalu tebaldefinisi Salaf juga tidak ada secara definitif disebutkan. [7] Dan para Salaf masa lalupun ketika disebut kata-kata Salaf seperti sudah menjadi semacam aksioma bahwa Salaf itu yang pada masa lalu, yang mendahului kita. Bahkan kalau misalnya kaum Salafi mengatakan kaum Salaf disebutkan dalam hadits Nabi khairunnasi qarni, yang terbaik adalah masaku, tsummalladzina yalunahum, tsummalladzinya yalunahum, kemudian orang-orang yang mengikuti mereka, kemudian orang-orang yang mengikuti mereka, yaitu masa shahabat, tabiin dan tabiut tabiin. Imam Ahmad Ibnu Hanbal-pun beliau sebetulnya bukan termasuk generasi Salaf kalau definisi itu didasarkan zamaniyah. Imam Ahmad tidak termasuk tidak termasuk generasi Salaf karena beliau bukan termasuk tabiut tabiin Ibnu Taimiyah sendiri mengingkari hal tersebut (adanya istilah salaf, simak footnote ke 6, red) [8], penisbatan seseorang kepada kelompok tertentu yang itu tidak ada dasarnya dari Al-Quran dan Sunnah dan peninggalan Salafush-shalih Kalau kata-kata ana muslim, nahnu muslimun itu dalam Al-Quran Dan Sunnah maruf. Tapi kalau kata ana Salafi atau nahnu Salafi, tidak ada satu bukupun terutama pada masa Ibnu Taimiyah yang membahas masalah as-Salaf dan as-Salafi secara definitif. Bahkan para ulama pada masa lalu tidak ada yang menisbatkan namanya itu sebagai as-Salafi, atau alatsari tidak ada. Ibnu Taimiyah sendiri tidak pernah menyebutkan dirinya sebagai as-Salafi, itu tidak ada. Yang ada kalau Asy-Syafii, al-Hanbali, al-Maliki, al-Hanafi atau mungkin ke nisbat tempat, al-Madani, al-Makki, al-Mishriatau al-Malanji misalnya itu maruf Bahkan dalam kitab kitab mereka yang sering dipakai misalnya As-Sunnah-nya Imam al-Barbahari yaitu saya lihat kata-kata manhaj, kata-kata Salaf apalagi as-Salafi itu nggak ada. Justru kitab tersebut yang disyarah oleh Syaikh Ahmad bin Yahya An-Najmi hafidhahullah. Beliau sudah sepuh sekarang, sekitar 81 tahun umurnya, kata-kata manhaj, kata-kata Salafush-shaleh, Salafi justru banyak dari buku syarahnya, dari beliau. Bahkan kata-kata al-Ikhwanul Muslimun [9], Quthbi, Sururiyyun, Kharijiyyun, Ikhwani, itu ada di syarah, di kitabnya nggak ada. Begitu pula dengan As-Sunnahnya Imam Al-Baghawi, saya mau nggak mau jadi mempelajari, mengamati kata-kata salaf ini, ternyata juga tidak ada definisi Salaf. Dan itu sudah diluar dari yang dikehendaki oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab, sudah melenceng dari yang beliau-beliau pahami. Saudara-saudaraku kaum muslimin yang berbahagia, ada yang menarik kalau kita mengamati sejarah kemunculan kelompok yang menamakan dirinya Salafi. Saya selalu menegaskan membagi bahwa yang namanya Salafi, kalau tidak bisa disebut kelompok, kalau tidak bisa disebut sebagai hizbiyyah dan sebagainya karena mereka tidak suka disebut hizbiyyah, entah maunya dia atau apa? Sesungguhnya mereka ini membentuk hizbiyyah yang asadul hizbiyyah kata Syaikh Abdurrahman Abdul Khaliq, ketika Syaikh Rabi bin Hadi al-Madkhali menulis buku Jamaat Wahidah la Asyarat, Shiratul Warid la Asyarat itu menegaskan bahwa jamaah itu satu saja bukan jamaah-jamaah yang banyak dan yang paling benar adalah kelompoknya yang lalu dikatakan oleh, dikritik oleh Syaikh Abdurrahman Abdul Khaliq, teman beliau selama kuliah waktu di Jamiah Islamiyah di Madinah Munawaroh, ini Syaikh Rabi beliau sangatsangat membenc sehidup semati dengan orang-orang dan kelompok dakwah Islam ini sampai memunculkan istilah-istilah hizbiyyah itu tadi. Bahkan menyebut hizbiyyah yang mematikan, mengancam gitu ya ? Ternyata beliau membuat sendiri hizbiyyah yang lebih parah dari hizbiyyah yang beliau perangi, yang beliau tidak sukai tadi itu [10]. Nah ini..mereka setelah mereka katakan Syaikh Bin Bazz, Syaikh Abdul Aziz Alu Syaikh, Syaikh Al-Utsaimin, Syaikh Al-Albani, Syaikh Bakr Abu Zaid, Syaikh al-Jibrin, Syaikh , Syaikh Hamut at-Tuwaijiri, Syaikh Hamud bin Uqala asy-Syuaibi. Kita harus membedakan Salafiyah-Salafiyah ini dimana beliau-beliau yang duduk di Haiah Kibarul Ulama di Saudi di Lajnah Daimah lil Ifta itu mereka para ulama besar, orang-orang yang shalih, orang-orang alim, zuhud dan lisan dan tulisannya itu bersih dari caci-maki kepada kelompok dan orang lain. Itulah mereka yang duduk di Haiah Kibarul Ulama. Yang heran, ketika saya selidiki disini, kenapa Syaikh Rabi yang beliau doktor, beliau secara usia itu beliau lahir tahun 1351 H, sekarang beliau berusia sekitar 75-an tahun ya, berapa

25

itu, itu sudah cukup sepuh itu tidak masuk di Haiah Kibarul Ulama, dimana angkatannya itu masih di bawah angkatan beliau. Ternyata yang duduk di Haiah Kibarul Ulama kalaupun misalnya ada yang pernah dengan Ikhwanul Muslimin, Jamaah Islamiyah atau dengan sebagian tokoh-tokoh gerakan dakwah - selain Syaikh Shalih bin Fauzan al-Fauzan itu beliauyang pernah mengkritik Syaikh Yusuf Qaradhawi dalam Jamaah Ikhwanul Muslimin itu tidak lebih dari mendekati sekitar masa-masa perang Teluk waktu itu. Yang berikutnya, pendapat beliau yang melarang orang untuk membicarakan orang lain, beliau mengalami perubahan pikiran setelah agak jauh dari perang Teluk. Sesungguhnya hal itu tidaklah dikehendaki oleh Ibnu Taimiyah dan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab. Karena ternyata, kalau kita mau melihat lalu kita mau mencermati, pendapat kelompok Salafnya al-ustadz Luqman bin Muhammad Baabduh, faktanya kalau ada pendapat Syaikh Rabi yang berbeda dengan pendapat Syaikh Bin Bazz maka yang diambil adalah pendapatnya Syaikh Rabi. Kalau pendapatnya Syaikh Rabi juga berbeda dengan pendapatnya Syaikh Utsaimin, Syaikh Al-Albani, yang diambil pendapatnya Syaikh Rabi. Bahkan menggampangkan, kalau pendapat Syaikh Rabi dengan Syaikh Bakr Abu Zaid, mereka berselisih dengan Syaikh Bin Jibrin dan Syaikh-Syaikh yang lain di Haiah Kibarul Ulama itu yang diambil adalah pendapatnya Syaikh Rabi daripada pendapat dari Haiah Kibarul Ulama itu sendiri[11]. Kembali pada sejarah kemunculan Salafi ini, meskipun sebelumnya dakwah Salafiyah telah dimulai pada masa Ibnu Taimiyah kemudian Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab itu tidak menyuarakan as-Salafi dalam kitab-kitab mereka, Ibnu Katsir, Ibnul Qayyim, termasuk yangdan Imam Adz-Dzahabi[12], kemudianitu juga tidak banyak menyinggung masalah manhaj-manhaj as-salafi seperti ini berbeda Salafi yang muncul akhir-akhir ini. Lebih tepatnya, Salafi yang gaya baru ini. Kalau saya menyebutnya sebagai Salafi radikal atau Salafi ekstrem kalau dikaitkan dengan Salafi yang moderat [13]. Kalau kita pernah membaca buku Dakwah Salafiyah Dakwah Bijak yang ditulis oleh ustadz Abu Abdirrahman al-Thalibi di mana beliau membagi Salafi menjadi dua, Salafi Yamani dan Salafi haraki, saya cenderung kurang setuju dengan pendapat tersebut karena ternyata Salafi Yamani yang penisbatan kepada Syaikh Muqbil bin Hadi al-Wadii rahimahullah yang gurunya ustadz Luqman ini tidak semuanya berasal dari Yaman dan Syaikh Rabi juga dari Jazan, dari Madinah. Dan apa yang disebut Salafi haraki itu ustadz al-Thalibi lebih mengarah keorang-orang yang lebih mengarah ke orang-orang ber..partai politik atau kaum aktifis terutama yang berkaitan dengan Ikhwanul Musliminnya yang di Indonesia, termasuk juga Salafi haraki adalah yang di HT, IM dan baik yang politik maupun non politik seperti di Al-Irsyad, Dewan Dakwah dan yang seperti itu. Itu kesalafiyahannya berbeda..

Saya sendiri lebih cenderung menyebut Salafi radikal dan Salafi moderat karena mereka sama-sama Salafi. Persoalannya kalau kita mau mencari akar permasalahan, mereka sama-sama membenci Ikhwanul Musliminsama-sama membenci terhadap gerakan dakwah apapun bentuknyacuma yang membedakannya lagi adalah penyikapannya, artinya baik lisan maupun tulisannya vulgar, keras kasar, cenderung orang baca itu butuh kesabaran ekstra. Ada juga yang lebih santun, lebih menyembunyikan terutama kalau ketemu dengan orang yang bukan kelompoknya, terkadang ada juga seorang ustadz itu santun, tetapi dalam tulisan tetap kerasLalu saya bagi yang radikal dan moderat. Ustadz Luqman Baabduh termasuk golongan radikal yang ekstrem ini[14] ternyata ciri-ciri Khawarij sebagiannya ada pada diri merekaJadi sebelum tahun 91, sebelum terjadinya perang Teluk ketika Iraq menginvasi Kuwait. Saya katakan bahwa mulai masyhurnya, mulai marufnya Salafiyah dengan gaya barunya ini, itu setelah perang Teluk dala kasus dimana Saddam Husain dengan Iraqnya menyerbu Kuwait pada waktu itu, kemudian Saudi goncang. Dan bukan tidak mungkin memang sudah ada skenario disana dalam masalah ini, skenario Amerika ya, sebagai polisi dunia punya skenario yang lalu dalam merealisasikannya dengan cara yang macam-macam jugayang akhirnya Saudi Arabia pada waktu itu dan sampai akhir hayatnya diketuai oleh Syaikh Abdul Aziz bin Abdillah bin Bazz rahimahullah .. merekomendasikan membolehkan raja Saudi Arabia untuk meminta bantuan kepada pihak yang dianggap bisa memberikan bantuan. Sama sekali tidak disebutkan kata-kata Amerika atau pasukan multinasional itu nggak, yang lalu sama pemerintah Saudi minta kepada Amerika untuk masuk ke Saudi Arabia dan itu sudah diskenariokan dan itu pula yang disinggung oleh Syaikh Safar Al-Hawali dalam Wad KissingerJami ini rahimahullah dengan kelompoknya. Mereka mewakili suatu kelompok baru yang berbeda dengan Haiah Kibarul Ulama dan berbeda pula dengan kelompok yang sama sekali menentang pemerintah. Jadi kalau misalnya sebagian tokoh-tokoh pada waktu itu seperti Syaikh Safar bin Abdurrahman Al-Hawali, Syaikh Salman bin Fahd al-Audah, Syaikh doktor Sulaiman bin Nashir alUmr, termasuk yang kemarin kesini Syaikh Aidh bin Abdillah al-Qarni dan kawan-kawannya termasuk tokoh-tokoh muda terutama Syaikh Salman dan Syaikh Safar yang mereka bicara politik cukup keras, itu tokoh-tokoh mudanya para ulama mereka pada waktu itu sudah doktor gencar menolak kedatangan pasukan asing tentara Amerika ini ke jazirah Arabia. Nah ini kelompok pertama yang Haiah Kibarul Ulama kan berada di tengah-tengah, muncul kelompok lagi yang Muhammad Aman Jami dan Syaikh Rabi ini kelompoknya untuk mewajibkan mengikuti apapun kata penguasaYang tidak mau taat atau memprotes dikatakan sebagai Khawarij. Munculllah kemudian istilah mereka ini kelompok yang dalam salah satu ..formasinya dikenal dengan Khawarijul maad duat, Murjiatu maal hukkam, rafidhatu maal jamaah, Qadariyatul maal Yahudi wan nashara wal kuffar[15], mereka bersikap Khawarij terhadap para duat, para dai, para mubaligh, para ulama, merekapun Murjiah pada penguasa dan mereka bersikap Rafidhah terhadap Jamaah-jamaah Islamiyah dan Qadariyatul maal Yahudi wan nashara wal kuffar, mereka sifatnya Qadariyah, pasrah terhadap persoalan yang ditimbulkan orang-orang yahudi, orang-orang Nasrani dan orang kafir. Makanya jangan heran dalam kasus Palestina, kasus Iraq, Israel [16], Palestina atau kemarin ini Libanon, meskipun mereka itu keras terhadap Yahudi dan orang kafir tapi tindakan nyatanya tidak. Faktanya untuk terjun bebas itu tidak seperti itu. Mereka menganggap kita masih lemah, kita sehingga jihadpun menjadi dimatikan selama, baru boleh berjihad kalau ada Imam. Ya, kapan kita punya khalifah, punya amirul mukminin, ya ? Ya, kalau misalnya jihad harus menunggu Imam yang membawahi umat Islam seluruh dunia, ya tidak akan ada jihad. Khilafah itu sendiri belum bisa dibentuk. Ketika jihad itu menang mungkin saja khilafah bisa dibentuk dan Ibnu Taimiyah-pun pada penggempuran Tartar yang kedua, khilafah Islamiyah pada waktu itu sedang jatuh, sedang kosong, tidak ada khalifah, tidak ada Amirul mukminin waktu itu tapi beliau menyuarakan jihad. Malu juga tuh, kalau mereka selalu merujuk pada Ibnu Taimiyah, tapi banyak sekali perkataan mereka yang berbeda dengan Ibnu Taimiyah

26

Kemudian saya teliti lagi usia para masyayikh ini, Syaikh Rabi, Syaikh Muqbil, doktor Muhammad Aman Jami dimana buku-buku beliau sangat-sangat bagus sebelum perang Teluk, termasuk maqalah-maqalah beliau. Setelah perang Teluk, risalah dan bukunya itu kontra jamaat, kontra Ikhwanul Muslimin, mencela kesana-kemari. Jadi berbeda pada diri para masyayikh ini setelah perang Teluk. Sehingga kalau ada yang mengatakan bahwa ada permainan intelijen disana dan faktor X, itu sangat mungkin terjadi, karena faktanya garis batasnya itu jelas, ya? Kemudian usianya Syaikh Ahmad bin Yahya An-Najmipada waktu perang Teluk beliau berusia 70-an tahum sudah sepuh sesungguhnya, tetapi semangat beliau terhadap Ikhwanul Muslimin sebelum perang Teluk dan masyayikh Yaman, Syaikh beliau, sebagian fatwanya itu agak mendiskreditkan Ikhwanul Muslimin dan sebagian tokohnya dan jamaahjamaah Bahkan Syaikh Bin Bazz, fatwa beliau yang bertahun 1408 dalam masalah jamaah dimana beliau merekomendasikan Ikhwanul Muslimin dan Jamaah Tabligh untuk diikuti, itu sempat berubah fatwa beliau 1413 H sekitar 1992-1993 dan fatwa beliau yang kontra jamaah itulah yang diambil oleh Syaikh Rabi dan itu yang selalu didengungdengungkan Fatwa beliau pada tahun berikutnya, ya, berfatwa lagi sekitar tahun 1417-an 1992, beliau mempunyai pendapat lagi yang berbeda, lalu merekomendasikan jamaahjamaah Ikhwanul Muslimin,[17] Sifat ini jangan heran, jangan terlalu heran. Tadi saya katakan kitab Syaikh Muqbil saja Iskatu Kalbun Awi [18].. dan Syaikh Muqbil mengatakan bahwa doktor Abdul Karim Zaidan tokoh fiqih ulama besar di Iraq pada saat ini dikatakan oleh Syaikh Muqbil, sesungguhnya ilmunya ini sampah Ini sebetulnya yang dikritik oleh Syaikh Bin Bazz, Syaikh Utsaimin, bahwa mereka ini sangat usil terhadap para ulama, para dai. Ya, begitu tajamnya lisan mereka, begitu tajamnya tulisan mereka, tidak mempertimbangkan manfaat mudharatnya dan apapula itu manfaatnya yang seperti itu.[19] Kemudian perkataan muridnya, Syaikh Yahya bin Ali al-Hajuri, yang kata ustadz itu dikatakan sekarang ini menandingi Syaikh Rabi bin Hadi al-Madkhali, dalam rangka mulutnya yang tajam itu - Syaikh Yahya bin Ali al-Hajuri Pemandu acara: Ikhwan dan akhwati fillah rahimakumullah., berikutnya kita akan paparan yang akan diberikan oleh ustadz Halawi yang akan berbicara masalah seputar fikroh, pemikiran Salafi Halawi Makmun: saya ingin sedikit menyinggung apa yang sudah disampaikan oleh al-akh Abduh tentang kata Salaf lalu menjadi penisbatan terhadapyang mengikuti ajaran Rasulullah dan para shahabatnya lalu disebut dengan Salafi. Tadi sudah dijelaskan bahwa kalau kita rujuk ke berbagai rujukan dari kamus maupun kitab, kita tidak akan mendapatkan kata Salaf. Menurut pemikiran saya, kata-kata Salaf itu sendiri pengertiannya adalah orang-orang yang telah mendahului kita. Maka ketika kita hidup sesudah mereka atau pada jaman sekarang secara otomatis kita tidak bisa menisbatkan kepada Salaf karena kita masih hidup. Kemungkinan kita juga akan disebut Salaf, nanti setelah generasi setelah kita. Setelah kita meninggal dunia, maka mungkin akan menyebut kita sebagai Salaf. Oleh karena itu dari ketika sehabis kita meninggal dunia maka kita tidak bisa menyebut diri kita Salaf, mati sudah. Maka Salaf itu tidak pernah kita dapatkan. Imam Malik atau siapapun ketika dia menyatakan ajaran-ajarannya berdasarkan Salaf, dia tidak menisbatkan dirinya sebagai kelompok Salafi. Sehingga kalau kita rujuk ke berbagai kitablalu tadi muncul kata-kata Salafiyyun sebagai kelompok yang paling dekat dengan manhaj Rasul, manhaj para Shahabat, Ahlus Sunnah wal Jamaah, maka itu tadi menjadi satu nama yang setiap orang akan membenarkan istilah ini. Tapi sebetulnya barangkali tidak terlalu masalah kalau nama ini dinisbatkan kepada kelompok atau orang yang mengikuti agama Rasulullah, yang terpenting apakah ketika kita mengklaim diri kita sebagai Salafi itu tepat atau tidak? Itu benar atau tidak? Dengan perbuatan-perbuatan atau amalan-amalan yang dilakukan oleh para pendahulu. Yang penting-kan itunya, bukan masalah klaim-mengklaim ini, karena akhirnya setelah kita mengecek dan meneliti tidak mendapatkan apa yang mereka lakukan seperti yang dilakukan oleh Salaf terdahulu, maka Salafi ini menjadi alat penipuan! Inilah realitanya, banyak umat tertipu. Inilah akhirnya menjadi panggilan kita untuk meluruskan agar rakyat ini, agar agama inikepada masyarakat ini, rakyat ini tidak menjadi korban berikutnya. Makanya kita-kan mau, ingin membuka forum diskusi, ya untuk mempertanggungjawabkan ucapan-ucapan mereka, klaim-klaim mereka secara terbuka, biar umat ini tentu bisa tahu apa yang disebut dengan kata Salafi. Bahkan sekarang kata Salafi ini sudah lebih satu kelompok, bukan lagi rujukannya sepihak dua pihak yang mengikuti sebuah kebenaran dari Al-Quran dan Sunnah, tidak, menjadi kelompokSalafi sendiri juga terpecah menjadi dua golongan, blok Timur dengan blok Barat dan ini kedua-duanya sangat tidak akur. Ketika ditanya kenapa tidak akur? Apa beda pemahaman atau apa? Sebagian jumhur menjawabnya karena beda pendapatan (he..he..he-hadirin tertawa). Beda pendapatan, tidak adil (he..he..he-hadirin tertawa lagi). Nah ini sudah salah. Ketika seorang Murjiah namanya Abdullah bin Khuwaisharoh[20] ketika Rasulullah membagikan barang kemudian dari belakang, lalu bagian belakang dalam keadaan tidak kebagian, yang dikasih itu sebelah depan, kiri dan kanan, lalu dia menyatakan : Ya Rasulullah, Idil, hei Rasulullah bertindaklah adil. Kata Rasulullah : Kalau orang lain tidak adil, siapa yang disebut tuan adil? Ya kompleks, ketidakadilan itu, sifat-sifatjadi mereka terpecah. Namun, walaupun terpecah pada dasar pemikirannya ana lihat ada kesamaannya. Karena ketika Luqman bin Muhammad Baabduh ini mengarang buku ini, kelompok Baratpun merasa terbantu, merasa tenang. Artinya merasa terjawab terhadap tantangan yang selama ini dihadapi oleh mereka di blok barat ini. Sehingga kita nanti juga akan menyamakan bahwa Salaf ini satu obyek yang akan kita luruskan tanpa harus mengeblok kelompok ini, kelompok tersebut. Pada kesempatan ini, buku yang dibahas adalah buku karangan kelompok Timur. Ana melihatnya ada satu kesamaan, dasarnya sama karena pemikiran-pemikirannya. Adapun nanti dirujukkan kepada Syaikh al-Yamani, Syaikh Rabi itu memang saya katakan mereka tidak punya rujukan tetap, blok to blok nanti ketika mereka mengeblok Syaikh Rabi umpamanya kemudian Syaikh Rabi bertentangan dengan mereka ini juga pola seperti ini saya lihat kayak Syiah, Syiah itu ngaku-ngaku Ali, tapi ketika Ali bertentangan dengan mereka inilah sesungguhnya kelompok ini.

27

maka ini yang menjadi gambaran bahwa kata Salafi itu tidak ada. Jadi yang penting, betul nggak ketika mereka mengklaim Salafi sama dengan Salafi terdahulu? Tunjukkan satu orang saja Salafi terdahulu yang perbuatannya kayak kalian! Nah tunjukkan satu, karena sepotong-kan tidak ada (he..he..he-tertawa). Satu saja, jangan banyak-banyak, satu sajasampai sekarang belum bisa memberikan jawaban, bahkan tidak bisa. Aa, itu yang pertama. (Silakan pembaca simak footnote ke 6, red) Yang kedua tentang Khawarij, karena jargon mereka seperti itu, jadi untuk memantapkan keyakinan pengikutnya supaya tidak tahu bahwa sesungguhnya pimpinan mereka lebih sesat atau min ghairiha, itu mereka menjadikan jargon kelompok lain yang sesat. Sehingga dari itu jamaah-jamaah yang kelas menengah ke bawah itu meyakini betul, memahami betul seakan-akan kelompok selain dia itu sesat. Ya, itu cukup efektif ketika kita melihat jamaah mereka yang cukup banyak. Ya itu disebabkan karena faktor-faktor seperti itu. Jadi provokasi-provokasi bahwa jamaah selain dia itu tidak benar atau batil. Lha, ini yang selama ini mereka pakai maka ana juga mohon maaf para hadirin kalau ana nanti menyangkut soal pemerintahan, ini bukan menyangkut pemerintahan itu tapi yang kita bahas menyangkut soal ilmiyyah dalilnya supaya nanti tidak dikaitkan terlalu jauh. Artinya bagaimana Islam mendefinisikan pemerintah yang itu boleh ditaati atau kita harus bara pada pemerintah itu. Ini keterkaitannya dengan kelompok ini yang ternyata keliru, kayak Khawarij memahami Al-Quran buruk, tidak benar. Kadang-kadang hanya sepintas lahiriyah, lalu ditafsiri menurut logika dia, itu persis kayak Khawarij. Bahkan kata Ibnu Hazm, Khawarij ini orang badung, nggak ngerti, asal kata-kata kafir, ditotalkan semua orang itu kafir selain dirinya. Ini banyak contoh-contoh seperti itu[21] sehingga banyak yang diyakini oleh orang-orang karena kebetulan yang menyampaikan juga kayak Syaikh Rabi dan sebagainya, maka dalam tataran seperti mahasiswapun banyak yang terlibat dan banyak yang mempercayainya tanpa menggunakan logikanya, tanpa menggunakan akal untuk berpikir. Kalau Rabi dan sebagainya itu kan manusia! Manusia! Yang bisa jadi mereka juga diperalat! Oleh Yahudi dan lain sebagainya![22] Sekarang kalau anda berfikir, Amerika itu nggak pernah bisa sampai kepada tanah haram, itu wujud fisiknya. Tetapi pemikirannya bisa sampai ke sana, dibuat satu fitnah seakan-akan di Mekkah itu ada teroris lalu tentara Saudi obrak-abrik suruh kejar teroris lalu terjadi tembakmenembak di tanah Haram dan itu sebetulnya merupakan pikiran orang kafir[23] Nah inilah yang disebut dengan taashub, fanatik buta sehingga orang ketika bertindak semacam itu maka dia akan mencintai orang itu walaupun bertentangan dengan nash. Dia merasa marah kalau Syaikhnya dihina, walaupun syaikhnya bertentangan dengan al-Quran. Dia akan marah ketika syaikhnya dihina. Inilah sebetulnya bukan sifat Salafushshaleh, bukan sifat Ahlus Sunnah wal Jamaah ketika taashub kepada seorang Syaikh. Taashub kepada masyayikh itu tidak ada di dalam Kitabullah tapi mereka melakukannya. Sehingga apa kata Syaikh mereka itu diterima. Tetapi kalau Syaikh yang lain walau lebih alim daripada Syaikh mereka, maka tidak mau, menolaknya dan ini sifat Yahudi itu[24] seperti itu Jadi kata Khawarij itu tidak tepat, maka ketika mengqiyaskan itu batil karena tadi berangkat dari kejahiliyyahan mereka[25]. Mereka sering berbicara yang tidak didasarkan kepada perkara keilmuan, pada ilmu. Ana tidak tahu apakah mereka juga sering membuka diskusi-diskusi terbuka dengan orang-orang terpelajar karena biasanya yang ada dalam forum seperti ini akan terjadi pertanyaan-pertanyaan ilmiah. Ana belum tahu apakah mereka suka mengadakan seperti itu atau mengadakan dengan masyarakat umum yang memang mudah untuk ditekan untuk tidak bertanya apa-apa, menerima saja, mau salah, mau bener seperti botol-botol kosong, ketika diisi terus saja, diisi walaupun sudah ndak muat isiannya itu.

Biasanya seperti itu, sehingga ketika ada orang bahkan mahasiswa sekalipun, bahkan orang yang badannya kekar sekalipun, bila masuk pada kelompok ini menjadi loyo, menjadi tidak ada semangat dalam membela Islam itu. Cuma yang ditonjolkan sifat-sifat lahiriahnya, jenggotnya katakanlah dua meter setengah (he..he..he-hadirin tertawa), pakai baju koko, pakai celana setengah betis sehingga kalau pake celana dengan kasut itu kayak anak umur empat tahun (he..he..he-hadirin tertawa lagi) yang beli baju untuk lebaran, kan begitu. Iya nggak?[26] Maka seperti itu. justru kelompok ini menganggap jihad itu sebagai musuh, sebagai sesuatu yang sangat bertentangan dengan manhaj Salaf[27]. Sebuah dari sini saja kita sudah bisa menilai bahwa mereka sudah, sudah sirnalah hakekatnya, sudah keliru, sudah total itu bahkan oleh karena itu kita kadang-kadang bingung memberikan gelar bagi mereka atau sebutan bagi mereka Perandaian saja..kalau kita menyebutkan apakah mereka ini tersusupi oleh Yahudi dan lain sebagainya itu sulit, tetapi pada kenyataannya semua langkah, gerakan dan ucapan tokoh mereka membuat Yahudi pada seneng, membuat orang Yahudi pada tertawa, dari sikap dan tindakan mereka itu[28]. Seperti contoh kasus tentang istimata, tentang istimata bom syahid, ya ini jangan dikaitkan pemerintah, karena pemerintah ini sekarang sedang mencari-cari orang yang bom syahid itu sangit, ditangkap aja itu bukan melegalkan tindakannya bom meledak di Bali. Ya, ini sebatas pengetahuan. Istilahnya bom syahid itu kayak bom matiorang mati bunuh diri itu-kan orang putus asa, putus asa punya utang gak bisa bayar-bayar, tiap hari ditagih teruus (he..he..he- hadirin tertawa), iya kan? Atau orang yang tidak mampu menghadapi dunia inilah, daripada pusing dia naik pohon kelapa atau naik tiang listrik lalu kesetrum mati, yang mati dia, yang lain nggak kena mati. Ini dari segi ini membedakan. Orang syahid itu tidak, orang syahidia ingin menegakkan agamanya. Yang aslinya, dia tidak mau mati [29], tetapi terpaksa harus mati dengan musuh dan ternyata cara ini efektif untuk bisa menggoyahkan kekuatan musuh. Sehebat apapun teknologi yang dia miliki, termasuk Israel itu paling takut dengan tindakan semacam ini. Lalu ada orang yang katanya muslim gembor-gembor bahwa tindakan ini adalah bunuh diri, otomatis Israel itu senang dan ternyata cara ini efektif. Musuh itu gonjang-ganjing, musuh itu ketakutan[30], lha ini menganggap itu perbuatan salah, dianggap mati bunuh diri. Nah seperti itu Nah, kelompok ini, tapi semalam sebetulnya ana udah berunding dengan temen-temen boleh nggak mengeluarkan pendapat seperti ini atau apa nggak usah disebutkan yang tentang pengertian al-hukuma di sini maksudnya hukuma Islam itu? Ya, baik nanti mungkin akan disampaikan nanti kalau ada pertanyaan seperti itu ya, hehem. Baik ikhwan, ini harus stop dulu ini, karena suasananya tidak kondusif (he..he..he-hadirin tertawa). Ya nanti kita jelaskan berdasarkan animo dari masyarakat (he..he..he-hadirin tertawa), Jelas ya,Itu saja tentang kelompok-kelompok semacam ini atau kelompok orang ini. Nah itu banyak ya, yang ingin kita sebutkan, dan yang jelas kepada ikhwan-ikhwan, ya untuk selalu waspada dan untuk

28

selalu kritis, tidak menerima begitu saja karena pada dasarnya tidak ada satu kelompok yang hanya atau harus menjadi rujukan dan tidak pernah melihat kepada kelompok yang lainnya. Sifat semacam inipun sebetulnya tidak pernah ada contohnya dari Salaf terdahulu, metode, pendidikan dan taklim yang diajarkan oleh merekapun ini juga sudah bisa kita menilai kalau merekapun ketika menggunakan istilah Salaf, itu dusta, ya katakanlah tidak benar, gitu ya seperti itu

Ana sungguh-sungguh prihatin sebetulnya kalau menilai lebih jauh pada kelompok ini, mereka sudah melecehkan justru orang-orang Salaf yang dianalogiskan kepada orang-orang yang sebetulnya tidak pantas untuk disamakan kedudukannya, tapi kalau kelompok ini dilakukan. Bahkan ana kadang-kadang ya, ana lebih suka kelompok JIL (Jaringan Islam Liberal), JIL, JIL yang sekarang sudah merasuk ke berbagai perguruan tinggi, ke pesantren dan yang lain-lain. Ini juga cepet gerakannya. Kita akan lebih suka dalam artian maka JIL ini seberapapun kejahatan dia, JIL ini, mereka masih berani tampil berhadapan dengan kita, masih berani melawan, gitu lho (he..he..he-hadirin tertawa) dibandingkan dengan kelompok ini. Mereka ini kayak Trewelu (Trewelu bahasa Jawa, artinya kelinci, red) (he..he..he-tertawa), Tahu Trewelu? Kelinci, kayak kelincipunya terowongan yang memiliki dua muka. Ditangkap di sini lari di sana, ketika ditangkap disana larinya disini (he..he..he-tertawa), seperti itu. Aa, begitulah kenyataannya..[31] Berkaitan dengan ini mudah-mudahan kita memberikan jawaban tidak bermaksud untuk mendiskreditkan kelompok, tidak, kita hanya memperbaiki, meluruskan agar semua orang bisa kembali kepada kebenaran yang sesungguhnya dan tidak terpaku atau terjebak oleh klaim-klaim kelompok tertentu yang menganggap dirinya katanya paling salafi, paling benar dan paling dekat dengan manhaj Rasul walaupun setiap ditanya tentang manhaj mereka nggak pernah bisa jawab Abdullah Hadrami: yang jadi masalah sekarang ini kelompok yang menyatakan diri mereka Salafi dan dengan seenaknya memasukkan orang, dengan seenaknya mengeluarkan orang, yang sama saya Salaf, tidak sama saya bukan Salaf, seakan-akan itu perusahaan dengan saham yang mereka kuasai seperti itu, ini nggak benar, tidak dibenarkan. Apalagi saling menyesatkan diantara mereka, membidahkan, memfasiqkan dan yang lain-lainnya, memberikan gelar-gelar yang buruk, seperti al-kadzdzab, al-pramuki atau dan yang lain-lain. Lha itu bukan Salaf dalam arti kembali kepada Salafush shalih. Itu Salaf dalam arti kelompok, hizbi, itu hizbi dan kita tidak meragukan lagi tentang hal itu[32], ini penting definisi ini Kemudian ikhwan wa akhwati rahimakumullah, kalau saya membaca buku ini Siapa Teroris dan Siapa Khawarij dan juga buku yang dibantah Mereka Adalah Teroris, maka saya mendapatkan buku itu jauh dari Salaf terutama dari segi akhlaq, akhlaq[33]. Seseorang yang aqidahnya benar itu akhlaqnya akan baik, itu otomatis. Jadi tidak ada istilah yang penting aqidahnya sementara akhlaqnya jelek. Kalau ada orang mengatakan yang penting aqidahnya sementara akhlaqnya jelek berarti aqidahpun juga belum benar. Karena ada keterikatan yang sangat kuat antara aqidah dengan akhlaq Nah kalau memang seseorang itu mengaku dirinya sebagai Salaf, ya tentu akhlaqnya akhlaq Salaf, apalagi akhlaq terhadap para ulama. Ikhwan wa akhwati rahimakumullah, masalah ini sangat penting dan kita sekarang ini krisis akhlaq, terutama yang kami sesalkan orang itu semakin lama ngaji, semakin banyak khatam kitab, itu ternyata bukan semakin baik akhlaqnya, tetapi semakin buruk akhlaqnya, ini mushibah. Sampai-sampai kadang kita berpikir lebih baik jadi orang awam saja, gak usah jadi orang pinter, kalau memang setelah pinter akhlaqnya malah jelek. Yang kasihan itu masyarakat umum, akhirnya mereka punya penilaian inikah orang beragama? Akhirnya merekapun meninggalkan agama, tidak mau dengan agama gara-gara akhlaq mereka yang buruk. Mereka beranggapan semakin orang beragama semakin kasar, semakin buruk akhlaqnya, kemudian semakin gampang memvonis orang, memvonis ya. Kalau antum baca di buku ini (Mereka Adalah Teroris-transkriptor), waduh ngeri, ngeri sekali, Allahu Akbar, luar biasa ya Jadi orang-orang yang sudah meninggal diungkit-ungkit dituduh mati konyol macam-macam. Kalau ada orang mengatakan mati konyol, itu khusnul khatimah atau suul khatimah? Suul khatimah. Suul khatimah itu masuk mana? Neraka. Itu vonis masuk neraka, dan seorang muslim tidak boleh memvonis masuk neraka dan tidak boleh memvonis masuk surga, apalagi yang divonis itu orang-orang yang dikenal memperjuangkan Islam.[34] Ikhwan wa akhwati rahimakumullah, yang jadi masalah lagi, sekarang bukan ngaku, saya kelompok ini, saya kelompok ini, saya kelompok ini, itu nggak laku sekarang. Kita sudah bosan dengan yang seperti itu. Kita sekarang butuh orang-orang yang memperjuangkan Islam wal Muslimin dan memberikan contoh perilaku yang baik[35]. Kalau hanya ngaku saja, teori, teori, teori tetapi prakteknya berbeda, apa artinya? Yang kita inginkan sekarang kita berjuang untuk Islam, untuk muslimin. Kemudian juga kita berikan contoh perilaku yang baik. Syaikh Utsaimin rahimahullah pernah marah ketika di majelisnya ada yang mengatakan : Syaikh di majelis antum sekarang ada Salafi, ada Ikhwani, ada Tablighi, beliau marah, kata beliau : Kullu al-Ikhwanul Muslimun, kita sama-sama saudara sama-sama Islamnya kita ini. Beliau marah, nggak mau beliau, yang ada sesama muslimin[36] Yang penting adalah kita memperjuangkan Islam, memperjuangkan kaum muslimin dan memberikan contoh perilaku yang baik. INI YANG PALING PENTING[37]. Kalau hanya ngaji, teori, teori, teori, tidak dipraktekkan bahkan orang-orang yang memperjuangkan Islam malah dihalanghalangi, ya apalah artinya ngaji seperti itu? Kalau ada orang ngaji, ya alhamdulillah, ya masya Allah, menuntut ilmu dapat barakah, dapat ilmu segala macam. Tapi salahnya mereka adalah ketika ada orang yang memperjuangkan Islam dihalang-halangi, dituduh macam-macam.[38] Kalau seandainya ada yang salah, mari diluruskan, diluruskan dengan sopan, dengan akhlaq cara-cara Islam, kita kembangkan dialog-dialog yang sangat adab, sangat akhlaq seperti yang diajarkan oleh Rasulullah Muhammad shalallahu alaihi wa sallam dan para shahabat Selanjutnya Ikhwan wa akhwati rahimakumullah, tentang memvonis orang, menvonis orang itu tidak gampang. Yang berhak memvonis hanya Allah saja Ikhwani wa akhwati rahimakumullah, ketika kita menginginkan sesuatu itu, kita perlu memikirkan dampak seperti buku-buku yang ditulis dengan kata-kata yang kasar. Mereka-mereka para ulama itu punya pengikut. Kalau pengikut mereka nggak terima, nulis kitab juga akhirnya, apa yang akan terjadi? Kacau muslimin, yang jadi korban siapa? Yang jadi korban adalah kaum muslimin sendiri!![39] Tapi alhamdulillah, mereka-mereka, pengikutnya itu mungkin lebih berakal ya, sehingga gak mau jawab ya? Mungkin dengan bahasa-bahasa yang lebih sopan seperti buku Siapa Teroris? Siapa Khawarij?, saya seneng karena bahasanya sopan[40] Ikhwah wa akhwati rahimakumullah, sesungguhnya materi saya ini cukup panjang ya? Saya membawakan hadits-hadits kemudian juga ayat-ayat tentang akhlaqul karimah, tentang bahayanya ghibah, apalagi tentang bahayanya kita mencacat para ulama. Katakanlah misalnya ustadz Luqman ini mencacat para ulama seperti itu, kita jangan niru dia.[41]

29

Jangan kesalahan dibantah dengan kesalahan, cukuplah mereka salah dan kita nggak usah ngikuti-ikut salah. Karena kalau kita nanti bantah dengan menghujat ulama-ulama juga[42], nanti kita sama dengan dia. Kita maunya meluruskan, malah kita yang diluruskan. Jadi kita bantah ngikuti yang salah. Ghibah ini tidak gampang, ghibah ini luar biasa, apalagi mengghibah para ulama. Agama Islam ini mengajarkan kita menghormati para ulama[43]. Saya pernah tanya kepada Syaikh Utsaimin rahimahullah, alhamdulillah saya belajar di beliau empat tahun. Beliau adalah salah seorang Imam Ahlis Sunnah wal Jamaah. Selama saya belajar kepada beliau tidak pernah menyebut fulan, fulan, fulan, kelompok ini, kelompok itu, nggak ada. Cuma beliau menjelaskan dengan santun, dengan baik dan semua orang mau kembali kepada kebaikan dengan cara yang beliau tempuh. Jadi bukan dengan membikin kacau, membuat diaduk kaum muslimin.[44] Ustadz Luqman ini salah, dan kita jangan ngikuti yang salah. Kita luruskan dengan cara yang benar. Kepada para asatidz, semua ustadz saya harap tidak mengikuti caranya ustadz Luqman ya?[45] Ditranskrip oleh Abu Dzulqarnain Abdul Ghafur Al-Malanji Malang, 21 September 2006, 26 Syaban 1427 H. Syahidnya Seorang Ulama Besar/Negarawan Sejati dan Estafeta Kepemimpinan Bab Sembilan Syahidnya Seorang Ulama Besar/Negarawan Sejati dan Estafeta Kepemimpinan

Tentang kisah wafatnya S.M. Kartosoewirjo, ternyata Sukarno dan A.H. Nasution cukup menyadari bahwa S.M. Kartosoewirjo adalah tokoh besar yang bahkan jika wafat pun akan terus dirindukan umat, maka mereka dengan segala konspirasinya, didukung oleh Umar Wirahadikusuma, berusaha menyembunyikan rencana jahat mereka ketika mengeksekusi Imam Negara Islam ini. Ketika pihak keluarga Kartosoewirjo mengajukan permintaan kepada pemerintah untuk mengambil jenazah orangtuanya yang seterusnya akan dikebumikan di Tasikmalaya, sebagaimana wasiat yang ditulis sebelum meninggalnya. Namun lagi-lagi permintaan ini ditolak oleh A.H. Nasution yang disaat itu menjadi Menhankam setelah berkonsultasi dengan Soekarno. Kalau jenazahnya tidak dikembalikan ke keluarganya, maka pihak keluarganya juga meminta agar bisa melihat di mana kuburan atau pusaranya. Namun, anehnya, permintaan ini pun tidak diberikan oleh Soekarno. Kartosoewirjo benar-benar berpisah dengan keluarganya dan juga dengan umat Islam Indonesia. Pemisahan ini memang disengaja oleh Soekarno yang ketakutan terhadap kekuatan spiritual yang bisa dimunculkan oleh tokoh S.M. Kartosoewirjo ini di masa depan. Sekalipun jasad beliau telah tiada dan tidak diketahui di mana pusaranya berada karena alasan-alasan tertentu dari pemerintahan Soekarno, tapi jiwa dan perjuangannya akan tetap hidup. Itulah makna dari firman Allah: Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah (bahwa mereka itu mati); bahkan sebenarnya mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya. (QS. 2:154). Terbukti ketika seminggu sebelum eksekusi dilaksanakan terhadap Imam Negara Islam Indonesia Kartosoewirjo, melalui dialog antara Kartosoewirjo dengan seorang Mujahid Darul Islam, yang waktu itu sama-sama menjadi tawanan Pemerintah RI antara lain sebagai berikut ini: Z.H. : Kalau saya mau tanya Imam, bagaimana ya, bisa atau tidak? K. : Hayo tanya apa ! Z.H. : Ini, seandainya Imam berhalangan, untuk selanjutnya itu bagaimana kira-kira? K. : Itu bagus sekali kalau begitu. Ya, lanjutkan ! Z.H. : Ya, kalau lanjutkan itukan mesti saya konsolidasi dulu nanti. K. : Tidak begitu ! Disini ! Z.H. : Kalau di sini bagaimana ini ya? K. : Begini, di sana sahabat kita ada beberapa orang? Z.H. : Ada banyak, ada Pak Kiayi Maksum, Haji Sobari. K. : Nah, sekarang begini, kalau memang ada Pak Kiayi Sobari, ya, tolonglah bantu dengar dengan Pak Kiayi Maksum supaya saya ini mengamanatkan kepada beliau sampaikanlah kepada Pak Kiayi Haji Sobari, lanjutkan dan bentuklah di sini secara sederhana bentuk organisasi sementara. Nah, kemudian pimpinlah sementara !. Z.H. : Ini, bagaimana Imam kalau Pak Kiayi haji Sobari itu bertahan tidak mau terima, sebab ini urusannya berat?. K. : Sementara ini ! Ini harus terima, karena ini kan tidak permanen. Di situ ada struktur organisasi negara yang perlu menangani nanti kalau sudah ketemu dengan dia, serahkanlah pada dia. Dia yang harus mampu mengembalikan. Jadi, lanjutkan perjuangan ini. Ikutilah kondisi dan situasi !. Z.H. : Bagaimana kalau nanti saya dapat keluar kemudian saya mau mengunjungi putra bapak Den Dodo atau yang lain-lainnya?. K. : Nanti dulu, ya, sekalipun Dodo itu anak saya atau yang lain anak saya, itukan harus wudhu lagi !. Imam mengatakan harus wudhu lagi, karena beberapa hari sebelum dialog itu, telah datang seorang Letnan Kolonel yang pada dadanya dicabut namanya, membawa map. Pertama ia hormat kepada Imam. Ia hormat juga kepada pemeriksa. Ia menyodorkan isi daripada pernyataan dari yang 32 orang. Ia memperlihatkan juga kepada Imam . Imam tidak kelihatan panik. Bahkan beliau ditanya, Bagaimana Pak Imam mengenai pernyataan ini?. Imam dengan tenang, jawab beliau, Keseluruhannya orang itu sudah mengundurkan diri dan sudah dianggap batal. Jadi, itu bukannya hanya menyerah, tapi menyeberang !. Dari dialog tersebut diambil kesimpulan bahwa dalam keadaan sedarurat apapun perjuangan harus terus dilanjutkan. Pemimpin perjuangan harus tetap ada, seperti diwashiyatkannya di tahun 1959, bahwa prajurit petit pun dalam keadaan terputus hubungan dengan para perwira harus sanggup tampil mengemban tugas sebagaimana Imam. Apabila keadaan telah berangsur pulih dan hubungan dengan para panglima yang lain bisa dilakukan kembali, maka struktur kepemimpinan negara harus kembali kepada seperti apa yang dinyatakan dalam perundang undangan. Keteguhan Kartosoewirjo seperti dinyatakan di atas menjadi bukti bahwa dia berjuang di atas keyakinannya yang utuh. Syahidnya Kartosoewirjo tidak menghancur kan nilai negara yang telah didirikannya. Ia tidak menyerah, lebih baik pergi menyongsong syahid, dari pada harus menyerah seperti bawahannya. Ia rela menyaksikan nyawanya lepas dari badan, daripada proklamasi Negara Islam Indonesia dicabut kembali. Kartosoewirjo tetap konsisten seperti diwashiyatkannya pada tahun 1959, kalaupun warga negara Islam berjuang, baik angkatan perang maupun sipilnya, terputus hubungan dengan

30

pimpinan, maka perjuangan harus terus dilanjutkan. Prajurit petit pun harus sanggup tampil sebagaimana Imam, dalam keadaan hilang syarat berjuang pun, selama kebathilan masih ada, selama itu pula perjuangan harus terus dilanjutkan kalaupun hanya tinggal punya satu gigi, gunakan gigi yang satu itu untuk menggigit ! Permasalahnnya sekarang, siapakah yang melanjutkan perjuangan ini setelah Kartosoewirjo menemui syahidnya? Banyak kalangan berpendapat bahwa dari tahun 1962 hingga tahun 1965 tampuk kepemimpinan NII dipegang oleh Kahar Muzakar. Dilanjutkan oleh Agus Abdullah hingga tahun 1970. Setelah Agus Abdullah wafat, kepemimpinan dipegang oleh Tengku Daud beureueh dari tahun 1973 hingga 1978. Dan dari tahun 1978 1981 dipegang oleh Adah Djaelani Tirtapradja. Dibalik kepemimpinan Adah Djaelani Tirtapradja itu ada juga yang dipimpin oleh Djadja Sudjadi dari Malangbong Garut. Adanya pandangan sedemikian di atas itu disebabkan oleh beberapa faktor antara lain yaitu: a) Tidak memakai peraturan estapeta kepemimpinan NII yang berdasarkan perundang-undangan NII sehingga mengangkat pemimpin hanya berdasarkan figuritas atau idolanya masingmasing. b) Sebagian besar dari para mujahid belum memahami nilai hukum mengenai yang sudah desersi dari NII atau menyerahkan diri kepada musuh sehingga dianggap masih bisa diangkat sebagai pemimpin NII. Padahal mengenai estapeta (kelanjutan) kepemimpinan NII Dalam Darurat Perang itu sudah ada undang-undangnya. Hal demikian tercantum dalam MKT (Maklumat komandemen Tertinggi) No.11 tahun 1959 . Dengan tegas bahwa dalam Negara Islam Indonesia yang berhak memegang estapeta Imam NII itu ialah yang terdiri dari A.K.T. atau yang jabatannya setaraf dengan A.K.T. seperti halnya K.S.U. dan K.U.K.T.(Kuasa Usaha Komandemen Tertinggi). Ditinjau dari sudut sejarah bahwa sebelum Imam S.M. Kartosoewirjo tertangkap musuh tanggal 4 Juni 1962, beberapa tokoh tersebut di atas memiliki catatan sendiri sendiri diantaranya : Kahar Muzakar sudah membatalkan NII dengan memproklamirkan R.P.I.I tanggal 14 Mei 1962, artinya sejak itu Kahar Muzakar bukan lagi sebagai pejabat NII. Agus Abdullah masih bertahan sewaktu Imam tertangkap 4 Juni 1962, namun dua puluh hari kemudian Agus Abdullah itu menyerah kepada pemerintah R.I. Dengan itu bukan lagi sebagai A.K.T. Daud Beureuh, dirinya sudah kembali kepada Pemerintah RI tanggal 9 Mei 1962 sebelum Imam tertangkap tanggal 4 Juni 1962. Jadi, sebelumnya juga sudah bukan lagi sebagai A.K.T. Adah Djaelani Tirtapradja menyerah kepada musuh tanggal 28 Mei 1962, dengan itu dirinya sudah bukan A.K.T. lagi. Djadja Sudjadi memang dirinya sampai Imam tertangkap 4 Juni 1962, tidak menyerah yakni tidak datang melaporkan diri kepada musuh, namun akhirnya ikut juga menandatangani Ikrar Bersama 1Agustus 1962 sehingga lenyap pula jabatan yang diembannya dalam NII. Dengan gugurnya jabatan mereka dalam NII, maka secara hukum pengangkatan mereka bertentangan dengan undang-undang NII. Sungguh penting mengetahui sejarah. Firman Allah: Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir (Q.S.7:176). Dari ayat di atas itu diambil arti, bagi yang tidak mau mengetahui sejarah sama artinya dengan yang tidak mau berpikir secara obyektif sehingga tidak bisa mengambil pelajaran dari sejarah. Dalam Al-Quran banyak ayat yang mensitir mengenai orang-orang yang meninggalkan tugas (Q.S.5:54, 33:13-15) dari medan perang. Tentu, hal itu supaya menjadi peringatan bagi generasi penerusnya sehingga jangan terulang kembali. Allah memerintahkan kita menceritakan sejarah (Q.S.7:176), berarti sejarah itu cepat atau lambat akhirnya akan terungkap pula, walau tidak sedap dibacanya. Seperti halnya lembaran Ikrar Bersama 1 Agustus 1959 di bawah ini : Untuk lebih jelasnya, berikut salinan dari ikrar bersama tersebut : IKRAR BERSAMA Bismillahirrachmanirrachim. Allah Jang Maha pengasih dan Penjajang telah membukakan mata-hati nurani kami, memberi kesadaran dan keinsjafan kepada kami tentang kesesatan kami dan kemelaratan jang diakibatkan oleh perbuatan2 kami, maka kami bekas pimpinan apa jang dinamakan DI/TII/NII dengan ini menjatakan: 1. Bahwa gerakan kami dulu (DI/TII/NII dan segala sesuatu jang berhubungan kepadanja) adalah sesat, salah dan menjalahi Hukum2 Islam, Hukum2 Kenegaraan, norma2 kemanusiaan dan bertentangan dengan djalan jang seharusnja ditempuh untuk memperdjoangkan idiologie Islam menurut petundjuk2 Allah s.w.t. dalam Al-Quran dan Sabda Nabi Muhammad s.a.w. 2. Bahwa kami telah berbuat dosa terhadap Masjarakat Djawa-Barat chususnja dan masjarakat Indonesia umumnja atas gerakan2 kami pada masa jang lalu, atas dosa2 mana kami mengharapkan ampunan masjarakat dan kami sanggup menebus dosa tersebut dengan djalan mewudjudkan perbuatan jang berfaedah, demi kepentingan masjarakat dan Negara R.I. 3. Bahwa kami telah melepaskan diri lachir dan bathin dari ikatan apa jang dinamakan DI/TII dan NII seraja bertaubat memohon ampunan Allah s.w.t. menjesal sebesar-besarnja atas perbuatan2 kami dulu dan berdjandji untuk tidak mengulanginja. 4. Bahwa djalan jang ditempuh oleh Pemerintah R.I. dengan segala dasar/haluan politik dan pembangunannja adalah djalan jang benar dan diridloi Allah s.w.t. dan oleh karenanja dalam pengabdian kepada Agama dan Negara, kami bersumpah: Demi Allah: Setia kepada Pemerintah R.I. dan tunduk kepada Undang2 Dasar R.I. 1945. Setia kepada Manifesto Politik R.I., Usdek, Djarek jang telah mendjadi garis besar haluan Politik Negara R.I. Sanggup menjerahkan tenaga dan fikiran kami guna membantu Pemerintah R.I. cq. Alat2 Negara R.I. Selalu berusaha mendjadi Warga Negara R.I. jang taat, baik dan berguna dengan didjiwai Pantja sila. 5. Bahwa kami mempertjajakan serta akan menerima dan mentaati seluruh tjara penjelesaian nasib kami, jang meliputi lapangan hukum, politik dan sosial, kepada kebidjaksanaan Pemerintah Republik Indonesia. 6. Kami jakin bahwa Mudjahidin lainnja akan mengikuti djedjak kami. Semoga pernjataan kami ini diberkahi Allah s.w.t. Amien Jaa Robbal Alamien.Bandung, tgl. 1 Agustus 1962.Kami jang mengeluarkan Ikrar.-

31

Agus Abdullah Sukunsari. Djadja Sudjadi Widjaja. Adah Djaelani Tirtapradja. Hadji Zaenal Abidin. Ateng Djaelani Setiawan. Danu Mohamad Hassan. Mohamad Godjin. Toha Machfud. Dodo Mohamad Darda. Tachmid. Cholil. Hassan Anwar. Atjeng Abdullah Mudjahid. Maskun Sudarmi. Atjeng Hadjar. Rahmat Slamet. Ules Sudjai. Engkar Rusbandi. Hadji Jusuf Kamal. Usman. Sjarif Muslim. Hadji Zakaria. Bakar Misbah. Emod Hasan Saputra. Achmad Mustofa Hidajat. Sobir. Mubaroq. Zainudin Abd. Rahman. Hadji Djunaedi. Tohir. Salam. O.Z.Mansjur Ada yang berdalih bahwa hal di atas itu karena dipaksa. Namun, bisanya dipaksa karena didahului dengan sebab datang lapor kepada musuh. Jadi, masalahnya itu ialah penyebabnya, dan bukan akibatnya . Para mujahid NII, baik itu pada strata bawah maupun atas tidak semuanya memiliki nilai menyerah kepada musuh. Jadi, pada saat Imam S.M. Kartosoewirjo menjalani eksekusi di hadapan regu tembak, masih ada figur yang jabatannya setaraf dengan A.K.T. yaitu Abdul Fattah Wirananggapati sebagai K.U.K.T.(Kuasa Usaha Komandemen Tertinggi). Beliau tidak menyerah kepada musuh, melainkan tertangkap di Jakarta tahun 1953 sekembalinya dari Aceh melaksanakan tugas dari Imam mengangkat Daud Beureuh sebagai Panglima Wilayah V TII (Tentara Islam Indonesia) Cik Di Tiro. Dan dikeluarkan dari penjara Nusakambangan tahun 1963. Kemudian setelah aktivitasnya tercium oleh Pemerintah RI maka tahun 1975 dipenjarakan lagi, dan keluar tahun 1982. Setelah beliau aktif memberikan penjelasan mengenai perundang- undangan NII serta mengkoordinasi para mujahid, maka pada tahun 1991 Abdul Fattah Wirananggapati itu tertangkap kembali, dan dibebaskan tanggal 2 Agustus 1996. Mengenai kelanjutan estapeta kepemimpinan NII sesudah Abdul Fattah Wirananggapati bukan pada tempatnya dikemukan dalam uraian ini. Adanya kekeliruan pada masa yang telah lampau mengenai estapeta kepemimpinan NII adalah lumrah karena ketidakpahaman akibat proses memiliki keilmuan serta menerima pemahaman sedemikian adanya. Akan tetapi, jika sudah datang Bayyinah (penjelasan) mengenai perundang-undangan serta sejarah mengenai figur-figur yang jabatannya tertera dalam undang-undang itu, maka wajib mengikuti bayyinah sehingga tidak berselisih. Firman Allah: Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang meendapat siksa yang berat. (Q.S.3:105). Kartosoewirjo memerintahkan dalam MKT No. 11 antara lain berbunyi: "Ikutilah zaman, jang beredar setjepat kilat dan kedjarlah waktu, dan djanganlah biarkan waktoe mengejar-ngejar kita !. Goenakanlah tiap saat dan detik oentoek menoenaikan perang mentegakkan Kalimatillah, dalam bentoek dan sifat apa dan manapoen !. Ketahoeilah ! Sekali lampau, ia tidak beroelang kembali !. Songsonglah kedatangan kembali Imam Plm. T., dengan realisasi M.K.T. Nomor 11 ini !". Kemudian ditambahkannya lagi: "Toenjoekkanlah boekti patoeh-setiamoe kepada Allah ! kepada Rasoeloellah lm. ! Dan kepada Oelil-Amrimoe, Oelil Amir Islam, tegasnja: Imam-Plm. T. !. Itoelah jalan Jihad fi Sabilillah, satoe-satoenja Sirathal-Moestaqim !". Begitu dalamnya ungkapan yang diucapkan oleh Kartosoewirjo, dan mengisyaratkan kepada kita bahwa totalitas kehidupan dalam mendarma baktikan diri kepada Allah sudah terpatri begitu kuat dalam jiwa Kartosoewirjo sehingga tidak ada kesempatan barang sedikitpun untuk dia bermain-main dengan kehidupan dunia."Hayatuna kulluha ibadatun" (Kehidupan kami seluruhnya hanya untuk satu pengabdian). Mungkin ungkapan ini, dapat menggambarkan tentang kepribadiannya secara menyeluruh. Estafet kepemimpinan Negara Islam Indonesia tetap berlanjut dan eksis untuk beberapa waktu karena dipegang oleh orang-orang hanif dan konsekwen sebagai penerus perjuangannya, dan hal itu memang sudah digariskan oleh Kartosoewirjo dalam penjelasan lain di MKT No. 11 yang berisi: "Pada oemoemnja segala saloeran kenegaraan, dalam bidang-bidang Militer maoepoen dalam lapangan politik, joega selama masa perang ini, berjalan teroes melaloei systeem Komandemen, seperti jang tetap berlakoe hingga saat ini. Tetapi disaat-saat genting-roencing, dimana Imam. Plm.T. mengeloearkan Komando Oemoem, maka disaat itoe kita hanja

32

akan mengenai 2 (doea) tingkatan Pimpinan Perang, Pimpinan Negara dan Pimpinan Jamaah Mujahidin, Pimpinan Oemmat berjoeang, Jani: Tingkatan Pimpinan Perang pertama selakoe pemberi Komando, ialah: 1. Imam-Plm.T., 2. Plm. Per. K.P.W.B., 3, Plm. Per. K.P.W., dan 4. Kmd. Pertempoeran Kompas;dan Tingkatan Pimpinan Perang kedoea selakoe pelaksana Komando, terdiri daripada Kmd.2 Pertempoeran sejak Kmd. Pertempoeran Soeb-Sektor/Kmd. Lapangan/Kmd.2 Komandemen hingga sampai Kmd2. Baris, pelaksanaan mana akan melipoeti lapisan-lapisan raiat jelata seloeroehnja, tanpa kecoeali. Sendi-dasar bagi tiap gerak-langkah kedepan, teroetama disaat-saat jang menentoekan, seperti tergambarkan diatas, perloe diletakkan moelai sekarang oentoek menghindarkan tiap-tiap pengjimpangan, penjelewengan, persimpang-sioeran, atau pertentangan dalam saloeran, pimpinan dan pelaksanaan segala toegas-toegas moethlak, menoenaikan hoekoem-hoekoem Jihad, Hoekoem-hoekoem Perang sepanjang ajaran Islam. Dengan cara, sifat dan bentoek, sepanjang isi dan jiwa M.K.T. Nomor 11 ini, maka Insja Allah terhindarlah Negara kita, Negara Islam Indonesia, istimewa dimasa Hoekoem Perang masih berkobar, daripada setiap jenis, sifat dan bentoek Doealisme, dalam bidang dan lapangan apa dan manapoen. Sehingga dilingkoengan Negara kita hanja dikenal satoe Pimpinan Negara, jang joega bertoegas memegang Pimpinan Perang dan Pimpinan Oemmat Berperang. Dalam pada itoe, tiap-tiap Moejahid, teroetama Pemimpinannja, haroes percaja dan jakin dengan sepenoeh jiwanja, akan benarnja perintah-perintah Allah, perintah-perintah Nabi lm. Dan perintah-perintah Imam-Plm. T., jang terealisasi dalam Hoekoem-hoekoem Jihad dan Perintah-perintah Jihad beserta pelaksanaannja. Tegasnja tiap Moejahid, choesoes Pemimpin Moejahid, haroes percaja, dan jakin akan benarnja tiap-tiap tingkah-lakoenja, berwoejoedkan amal-amal pembinaan Negara Koernia Allah, Negara Islam Indonesia. Dikala JamaatoelMoedjahidin meroepakan satoe kesatoean Oemmat kompak, dlahir dan bathin, tidak tercerai berai dan tidak berpecah belah, maka baroelah setiap anggauta atau bagian Djamaah tsb. berhak menerima dan menikmati kasih-sajang dan Koernia Allah. Tapi apa yang terjadi sebaliknya dari hal di atas itu, pada tahun 1978 terjadi pembunuhan terhadap Djadja Sudjadi oleh Adah Djaelani cs . Saksi Toha Machfud dalam persidangan membenarkan tahun 1978 ia mendapat perintah dari terdakwa untuk memimpin pelaksanaan pembunuhan. Namun ketika operasi berlangsung, saksi hanya menunjukkan rumah Djadja Sudjadi, sedangkan yang membunuhnya adalah Komandan Pasus, Syarif Hidayat . Tanpa satu alasan yang syar'i dengan begitu mudahnya mereka menghilangkan nyawa seorang mu'min. Padahal membunuh manusia merupakan satu dosa besar setingkat dibawah dosa melakukan kemusyrikan. Allah berfirman: "Dan barang siapa yang membunuh seorang mu'min dengan sengaja, maka balasannya ialah Jahanam." (Q.S. 4: 93). Terjadinya pembunuhan terhadap Jaja ini awal mula dari kehancuran sendi-sendi moral para pejuang Darul Islam dan terpecah belahnya kesatuan jama'ah mujahidin. Selanjutnya, setelah terbunuhnya Jaja, Adah Jaelani dengan cara yang sangat kontroversial bekerja sama dengan Ali Moertopo, ketua CSIS (Center for Strategic and International Studies), L.B. Moerdany dan Soedjono Hoemardhani untuk menghidupkan kembali NII atau DI, yang rencananya pun telah disiapkan begitu matangnya, sampai orang yang mutaakhir tidak mengetahui tentang kejadian ini. Maka terhadap orang yang belum mengerti betul akan sejarah perjuangan Darul Islam yang sekarang, hendaklah mentabayyunkan dengan orang yang berpengetahuan jangan sampai tersesat dari jalan yang lurus. Karena Allah telah berfirman: "Jika datang kepadamu orang-orang yang fasik dengan membawa berita, maka telitilah terlebih dahulu dengan seksama. Supaya kamu jangan sampai mencelakakan orang lain tanpa mengetahui keadaan yang sebenarnya, sehingga kamu nanti akan menyesal atas kecerobohanmu itu." (Q.S. 49: 6). Begitupun program yang dilaksanakan Adah Jaelani hanyalah untuk memeras uang rakyat demi kekayaannya sendiri. Sungguh satu perbuatan yang tercela bila hal itu terjadi pada kehidupan seorang mu'min. Allah swt. Berfirman: "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamu dengan jalan yang bathil,......." (QS. 4: 29). Ternyata, bagian dari kehidupan yang rendah telah menodai langkah perjuangan mereka, dibandingkan mengambil kehidupan yang hakiki di akhirat kelak. Dalam kondisi hidup perjuangan yang sedang mengalami pasang surut ini, Kartosoewirjo telah memberikan penjelasan yang sangat rinci tentang bagaimana cara mengorganisir Negara untuk bekal para pejuang Darul Islam. Di dalam sebuah penjelasan maklumatnya, ia menerangkan: "Soedah agak lama kita beladjar hidoep berorganisasi, dan memang tiada manoesia, djiwa moedjahid, jang pandai berdiri sendiri, jang tidak tergantoeng, tidak terpengaroeh atau tidak memerloekan sesoeatoe diloear pribadinja. Moela pertama kita merasa hidoep seorang diri. Lambat-laoen perasaan itoe meningkat hingga mendjadi kesadaran dan keinsjafan selakoe anggauta sesoeatoe keloearga. Dan selandjoetnja meningkat lagi, hingga kita merasa dan menganggap diri kita, insjaf dan sadar sepenoehnja, sebagai warga masjarakat dan negara, warga oemmat dan bangsa. Dengan meningkatnja nilai perasaan dan anggapan, jang kemoedian terrealisir dalam kelakoean dan perboeatan, maka makin bertambah2 meningkat poela rasa tanggoeng djawab kita. Sebagai seorang diri, kita hanja bertanggoeng djawab atas diri kita. Sebagai warga sesoeatoe keloearga atau kelompok, tanggoeng djawab kita meningkat mendjadi tanggoeng djawab terhadap keloearga dan kelompok". "Begitoelah selandjoetnja, sebagai warga sesoeatoe oemmmat, bangsa atau djamaah, maka pertanggoeng djawab kita akan melipoeti seloeroeh oemmat, bangsa dan djamaah itoe. Rasa tanggoeng-djawab jang makin meningkat itoe, tidak hanja akan menambah besarnja hak kita, melainkan djoega makin menambah besar dan beratnja kewadjiban antar-warga, antarkelompok dan antar-oemmat." "Sjahdan, dengan sandaran Maloemat K.T. jang mendjadi sendi-dasar hidoep dan perdjoeangan kita, hidoep dan berdjoeang hanja oentoek melaksanakan toegas Ilahy moethlak, merealisir dharma jang tertanam dalam djiwa setiap Moedjahid, maka seloeroeh Barisan Moedjahidin tanpa kecoeali, dimanapoen mereka berada dan bertoegas, terikat erat satoe sama lain demikian roepa, baik oleh Baiat Negara, Baiat Djabatan, Baiat Setia maoepoen Baiat selakoe Moedjahid, sehingga mereka itoe berwoedjoedkan satoe Djamaah Besar, jang anggauta-anggautanja terdiri daripada tiap-tiap Moedjahid dan Moedjahidah, tegasnja: Djamaah Besar Moedjahidin. Selakoe warga Djamaah Besar Moedjahidin, maka tiap-tiap Moedjahid akan merasa makin bertambah-tambah besar dan mendalamnja rasa-setiakawannja, rasa-tanggoeng-djawabnja, rasa wadjibnja. dst. dst. dst., sampai-sampai achirnja melipoeti seloeroeh Oemmat dan Bangsa, Negara dan Agama. Hendaklah semangat, kesadaran dan keinsjafan seroepa itoe ditanam dalam-dalam dan dipoepoek baik-baik dalam djiwa setiap Moedjahid, dan kemoedian diperkembangkan dan diwoedjoedkan dalam bentoek amal dan djasa2, baik djasa terhadap Oemmat dan Bangsa maoepoen terhadap Negara dan Agama. Djika demikian halnja, maka cita-cita Baldatoen Thajibatoen wa Rabboe Ghafoer boekan impian atau khajalan belaka. Daja selamat-menjelamatkan, daja rahmat merahmati dst. dst. akan samboeng menjamboeng tidak koendjoeng-poetoes, sehingga melipoeti seloeroeh Oemmat dan bangsa, seloeroeh Negara dan Agama. Demikianlah dharmaning ksatrija soeci pentegak-Kalimatillah ! Harap direnoeng-resapkan sebaik-baik dan sedalam-dalamnja, hingga terwoedjoed dalam bentoek boekti-kenjataan jang sebenarnja." Jika para pejuang belum insyaf terhadap kekeliruannya bahwa apa yang telah mereka lakukan sebelumnya hanyalah menguntungkan kaum kafir dan sangat melemahkan posisi keberadaan Negara Islam. Dan terlebih lagi mereka telah melupakan statemen Imam Negara Islam kartosoewirjo tentang hal tersebut di atas. Padahal kalau dibandingkan dengan Soekarnoyang menyandang gelar Paduka Yang Muliabelumlah seberapa kemampuannya untuk menciptakan sebuah negara yang begitu kuat dan kokohnya, hanya karena dibelakang Kartosoewirjo para pejuang tidak siap untuk berjiwa militan maka mengalami kemunduran setelah meninggalnya Kartosoewirjo. Semoga dalam hal ini janji Allah untuk mendatangkan satu kaum yang lebih baik dan lebih siap melanjutkan misi-Nya segera hadir dengan segala kebenarannya sebagaimana yang tertera dalam Al-Quran, Surah Al Maidah, ayat 54. "Siapa saja diantara kalanganmu yang murtad dari din-Nya , maka Allah akan mendatangkan satu kaum yang Allah cinta kepada mereka, begitupun mereka cinta kepada-Nya,..." Padahal kalaulah mereka para pejuang mujahidin mau mengerti tentang situasi dan kondisi umat hari ini, yang mereka semua merindukan kehadiran " Juru Penyelamat" untuk

33

melepaskan dan mengeluarkan mereka dari kondisi keterjajahannya dari penguasa dzalim di bumi Indonesia. Maka tentulah mereka semua umat Islam siap dibelakang para pejuang untuk membela jihad suci baik berupa harta bendanya atau jiwanya sekalipun.Tetapi sangat disayangkan, risalatul haq kepada mereka untuk saat ini belum sampai, mungkin juga disebabkan para pejuang mujahid Darul Islam belum memberikan kontribusi apa-apa demi kemajuan Islam pada umumnya. Belumlah tampil untuk waktu sekarang sosok pejuang sejati pengganti para mujahidin terdahulu sebelum mereka. Imam Assyahid Kartosoewirjo telah meletakkan dasar-dasar manhaj harakah Darul Islam dari segi akhlakul karimah, bagaimana seharusnya Negara Islam Indonesia yang telah diproklamasikannya dibawa oleh para penerusnya. 1. Membina rasa cinta, tha'at, setia dan patuh. Thaat-patuh tanpa rasa-cinta setia, akan merasakan kaku-tegang dan kurus-kering-tandus, laksana suara irama. Bahkan kadang-kadang terasakan sebagai sesuatu yang keras dan kejam, kasar dan bengis. Demikian pula benar dan adil, tanpa qisthi dan palamarta. Maka untuk memperoleh hasil amal jang sempurna, jasa-jasa jang besar manfaat dan maslahat untuk umum, untuk Ummat, Negara dan Agama, maka kuncinja terletak dalam jiwa, atau lebih tegasnja: jiwa Mujahid yang harmonis, selaras dengan tugasnja. Mujahid yang memiliki keselarasan jiwa ini akan menunaikan segala tugas wajibnja dengan sepenuh-jiwanja, dengan tekun, dengan khusu dan khudlu tanpa menghiraukan atau terpengaruh oleh sesuatu diluarnya. Dan keselarasan jiwa itu hendaknya bersifat vertikal (1) mulai tingkatan pemimpin teratasi hingga bawahan yang terendah, dan sebaliknya, dan bersifat pula horizontal (2), merata-mendatar, hingga sampai meliputi Jamaatul-Mujahidin sebagai kesatuan dan keseluruhan. Maka pokok-pangkal daripada keselarasan jiwa itu terletak pada rasa-cinta, ialah rasa-suci-murni. Yang bersemajam dalam lubuk kalbu setiap Mujahid sejati. Bagi membina jiwa baru, atau menanam jiwa jihad, jiwa yang sanggup dan mampu menyelaraskan diri dengan hukum-hukum Jahad, jiwa yang berani bertindak menyalurkan tingkatlaku dan amal-perbuatannya dengan Hukum-hukum Jihad, maka landasan pembinaan jiwa kesatria suci semacam ini a.l.l. adalah sbb: Rasa-cinta setia kepada Allah (Mahabbah) dalam mana dan wujudnya: = sanggup dan mampu melaksanakan tiap-tiap perintah-Nya dan menjauhi tiap- tiap larangan-Nya, tanpa kecuali dan tanpa tawar-menawar; = mendahulukan dan mengutamakan pelaksanaan perintah-perintah Allah, daripada sesuatu diluarnya; dan = mendasarkan tiap-tiap laku lampah dan amalnya atas Wahdanijat Allah, tegasnya: atas Tauhid sejati, dan tidak atas alasan, pertimbangan dan dalil apapun, melainkan hanya berdasarkan Khulishan-mukhlisan semata, atau dengan kata-kata lain: Allah-minded 100%. Rasa-cinta-setia kepada Rasulullah lm., dalam mana dan wujud: = sanggup dan mampu merealisir ajaran dan Sunnah lm., dengan kepercajaan dan kejakinan sepenuhnya, bahwa tiada contoh dan tauladan lebih utama daripada ajaran dan Sunnahnya: khusus dalam rangka jihad, tegasnya rangka usaha membina Negara Madinah Indonesia; dan = pantang melakukan sesuatu diluar ajaran dan hukum Islam, sepanjang Sunnah, hingga mencapai taraf Islam-minded 100%. Rasa-cinta setia kepada Ulil-Amri Islam, atau Imam N.I.I., atau Plm. T. A.P.N.I.I., yang didalamnya termasuk (1) rasa-cinta-setia kepada pemerintah Negara Islam Indonesia, dan tidak kepada sesuatu Pemerintah diluarnya; (2) rasa cinta-setia kepada Negara Islam Indonesia, dan tidak kepada sesuatu Negara diluarnya; (3) rasa-cinta-setia kepada Undang-Undang (Qanun-Asasy) N.I.I., dan tidak kepada Undang-undang negara manapun; dst. dst. dst., yang semuanya itu tercakup dalam istilah Negara Islam Indonesia-minded 100%. Catatan. Kita hanya mengenal satu Ulil Amri Islam, satu Imam-Plm. T. A.P.N.I.I., tidak lebih, dan tidak kurang. Tiap-tiap kepercayaan, keyakinan, anggapan dan perlakuan, yang menyimpang atau bertentangan dengan dia, adalah sesat dan menyesatkan, salah, keliru dan durhaka. Rasa-cinta-setia kepada tanah-air, ummat dan masyarakat, sampai-sampai kepada diri pribadi, dengan catatan dan perhatian: = bahwa kecintaan dan kesetiaan kita dalam hubungan ini tidak sekali-kali boleh melanggar atau menyimpang, melebihi atau mengurangi barang apa yang termaktub pada huruf-huruf A., B. dan C. diatas; melainkan semuanya tetap berlaku dalam batas-batas rangka jihad dan usaha jihad, dan tidak sesuatu diluarnya. Dan rasa-cinta-setia kepada tugasnya, tugas dan wajibnya melaksanakan Jihad-berperang pada Jalan Allah, karena Allah, untuk mentegakkan Kalimatillah, langsung menuju Mardlatillah, lebih dan dilebihkan daripada setiap kecintaan diluarnya, dalam makna dan wujud: = percaya dan yakin dengan sepenuh jiwanya, bahwa Jihad adalah satu-satunya dharma-bakti muthlak dan maha-suci indallah wa indannas, yang boleh membawa pelakunya naik meninggi sampai kepada harkat-derajat yang termulia, dibawah para Anbiya-Allah dan para Rasulullah; = karena Jihad berhukumkan Fardluain dan Fardlu kifayah (bersama-sama), maka pada tiap-tiap saat Allah berkenan mengidzinkannya, wajib jihad itu diletakkan atas pundak tiap-tiap Mujahid dan atas pundak seluruh Jamaah Mujahidin, atau dengan kata-kata lain; atas seluruh ummat, tanpa kecuali. = percaya dan yakin sepenuhnya, bahwa Jihad fi sabilillah adalah satu-satunya cara, laku, usaha dan amal memperjuangkan Keluhuran Agama Islam, Kedaulatan Negara Islam Indonesia beserta Hukum-hukum Syariat Islam yang menjadi sendi-dasarnya, dan Kebahagiaan Ummat dan Bangsa, yang berharap ingin mengucap-menikmati Kurnia Allah yang Maha-Besar, dalam Kerajaan Allah didunia dan diakhirat, atau sekurang-kurangnya dalam lingkungan Baldatun Thayyibatun wa Rabbun Ghafur di Indonesia atau Negara Islam Indonesia, ialah ujung kesudahan cita-cita Ummatul-Mujahidin, Ummat pilihan dan kekasih-Allah di Indonesia; dan = sanggup serta mampu menyalurkan tiap-tiap gerak-langkah dan tingkah-lakunya, dlahir maupun bathin, sepanjang Hukum-hukum Jihad; Hukum-hukum Islam dimasa Perang, sehingga menjadi Mujahid tulen dan Mujahid sejati genap-lengkap dlahir-bathin, tegasnya Mujahid yang Jihad minded 100%, kejakinan mana akan mendorong Mujahid-pelakunya: Untuk menumpahkan dan mengorbankan segenap tenaga dan hartanya hanya pada Jalan yang ditaburi rahmat dan ridla Ilahy; - Untuk menggunakan tiap detik sepanyang umurnya hanya bagi jihad mentegakkan Kalimatillah; Untuk mempertaruhkan jiwa, raga dan nyawanya hanya untuk persembahan dharma-bakti muthlak kepada Dzat Azza wa Jalla semata; tegasnya hanya untuk mentegakkan Kalimatillah, mendhahirkan Kerajaan Allah didunia, khusus dipermukaan bumi Allah Indonesia. Dan tiada sesuatu diluarnya. 2. Menggalang Benteng Islam Nan Kuat Sentausa. Jika Jamaatul-Mujahidin sungguh-sungguh sanggup, mampu dan kuasa mewujudkan ajaran-ajaran Kitabullah, Al-Qur-anul-adzim, dan mengikuti Sunnah lm., dengan tepat dan seksama, setingkat demi setingkat, selangkah demi selangkah, sepanjang rangka Jihad dan Hukum Jihad, Insja Allah dalam waktu yang singkat gelombang Jamaah tsb. akan merupakan satu Benteng Islam raksasa yang maha-kuat dan maha-sen tausa, dlahir maupun bathin, yang sanggup dan mampu menghadapi serta mengatasi segala kemungkinan dan keadaan betapapun sifat dan bentuknya. Beberapa fakta utama, yang akan dapat dijadikan landasan-landasan dan pembinaan ini antara lain ialah: Memupuk dan memperkembangkan rasa-tanggung-jawab dlahir-bathin yang makin bertambah-tambah besar, dalam mana: = Bertanggung-jawab sepenuhnya akan berlakunya Hukum-hukum Allah, Hukum-hukum sepanjang ajaran Al-Qur-an, dan Sunnah lm., tegasnya: Hukum-hukum Sjariat Islam, atau Undang-undang Islam, atau Undang-undang Negara Islam Indonesia; dan = Bertanggung jawab sepenuhnya akan berlakunya dan dilaksanakannya dengan tepat Hukum-hukum Islam dimasa Perang.

34

Memupuk dan memperkembangkan rasa-setiakawan yang makin bertambah-tambah mendalam, terutama, dalam lingkungan Jamaatul-Mujahidin, sepanjang ajaran Islam, sebagaimana yang telah terlaksana dalam pergaulan antara kaum Anshar dan Muhajirin, ialah kaum Mujahidin dibawah pimpinan, bimbingan, tuntunan dan asuhan langsung Rasulullah lm. Pada zaman Madinah awal, di Negara Basis Islam Pertama di Jaziratul-Islamijah termaksud meliputi segala bidang dan segi, khusus dan umum, sakhsy dan ijtimaI, dalam sepanjang ajaran suci, terutama dalam menanam, membangkitkan dan mengobar-ngobarkan Semangat Jihad dalam membina dan memperkembangkan Jiwa Jihad, dan dalam melaksanakan Hukumhukum Jihad.Dengan demikian, maka cita-cita hendak menggalang Persatuan Islam dan Persatuan Ummat, terutama Ummatul-Mujahidin yang kuat-kompak dlahir-bathin bukanlah satu impian khajal ! Jadikanlah Tali-tali Allah, perintah-perintah Allah beserta Sunnah lm. Selaku tafsirnya, sebagai daya-pengikat antar-jiwa dalam lingkungan Jamaatul-Mujahidin! Dan kemudian perkuat dan sempurnakanlah segala usahamu dalam jurusan itu, hingga seluruh tubuh Jamaah akan merupakan satu Benteng Islam raksasa nan kuat-sentausa ! Dalam pada itu, hendaklah diingati pula, tanda setia-kawan itu hendaknya dibuktikan lebih dahulu dari atas kebawah, dan bukan dari bawah keatas, karena pihak atasan Komandan atau Pemimpin, harus lebih dahulu pandai menunjukkan kesungguh-sungguhnya melaksanakan wajibnya: memperlindungi, menuntun dan membimbing pihak bawahan atau anak buahnya, daripada hanya pandai menuntut kepatuhan, kesetiaan, kesetiakawanan, pembelaan dan pertanggung-jawab pihak bawahan terhadap pihak atasnya! Itulah bukti yang nyata daripada apa yang disebut Mahabbah kepada Allah dan Mushahabah terhadap sesama Mujahidin, sesama Ummatul Muslimin ! Menanam dan memperkuat disiplin, umum dan terutama militer. Disiplin (Dicipline), dalam mana Thaat patuh dan setia, baik dalam bidang-bidang umum maupun dalam segi-segi kemiliteran, wajib ditanam, dipupuk, diperkembangkan dan diperkuat dalam dada, jiwa, tekad dan amal setiap Mujahid. Karena tiap Mujahid selaku pelaksana hukum-hukum Jihad, Hukum-hukum Islam dimasa Perang, dengan automatis sesungguhnya adalah Prajurit-Tentara Allah. Tanpa disiplin, maka seorang Mujahid hanya merupakan pejuang liar, pejuang yang ingkar, menyimpang dan menyeleweng daripada Jamaah Besar, Jamaatul-Mujahidin. Dalam keadaan biasa, sikap liar itu hanya akan mengecewakan. Tapi dimasa berlaku Perang Semesta, Perang Totaliter, maka disiplin masuk salah satu kewajiban muthlak, yang harus berlaku tanpa sjarat, tanpa kajid dan tanpa tawar-menawar.Oleh sebab itu, hendaklah setiap Mujahid suka melatih diri demikian rupa, sehingga rasa-disiplin sungguh-sungguh meresap dan terbukti dalam segala hal, sampai-sampai kepada tingkah-laku dan perbuatannya sehari-hari. Beberapa pokok, yang boleh dijadikan anak-tangga mencapai disiplin adalah sebagai berikut: Disiplin kepada Allah, dalam arti kata: thaat, patuh dan setia melaksanakan setiap perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya, dengan hati nan jujur, ikhlas dan ridla, tanpa tawarmenawar, tanpa syarat dan tanpa kajid apa dan manapun. Disiplin kepada Rasulullah Saw., dengan kenyataan mengikuti jejak Saw., sesempurna mungkin, terutama dalam Jihad membina Negara Basis Madinah. Disiplin terhadap kepada Ulil-Amri Islam, tegasnya thaat, patuh dan setia melaksanakan segala perintah Imam-Plm.T., dengan penuh keyakinan dan kepercayaan, dan lepas daripada sjak, nifaq, dan dhan. Catatan. Sikap dan perbuatan disipliner terhadap kepada Ulil-Amri, boleh dianggap sebagai tanda-bukti yang nyata akan benarnya apa yang termaktub pada huruf C, 1., dan E diatas. Sepanyang qiyas dan dalam batas-batas tertentu, maka termasuk pula dalam golongan C 3. Ini: Disiplin terhadap kepada para Panglima (Perang), para Komandan (LapanganPertempuran) dan para Pemimpin N.I.I. (atasan) lainnya. Disiplin terhadap sesuatu lain diluarnya, termasuk didalamnya disiplin terhadap diri-pribadi. Mitsalnya: = pandai mengawasi dan menguasai amal dan tindakan sendiri; = pandai mengekang dan mengatur segala nafsu getaran jiwa, niat, hajat, adzam, rencana dan segala gerak-gerik panca-indranya sendiri; = sehingga tetap berjalan dan tersalurkan pada jalan dan melalui Hukum-hukum yang ditaburi Rahmat dan Ridla Ilahy; tegasnya: tetap tertib, teliti dan hati-hati dalam melakukan Hukum-hukum Jihad. Hukum-hukum militer, ketentuan-ketentuan militer, tata-tertib Militer, siasat militer, dst. dst.; dalam pada itu segala hal yang membawa kepada daerah dan lalai, ceroboh, dan sembrono/lalainya harus dijauhkan dan dienyahkan, tegasnya sikap tawakkal alallah secara muthlak harus dipersatu-padukan dengan perbuatan-perbuatan taqwa, sifat-sifat ittiqa sepanjang Sunnah; dan kedua unsur jiwa ini harus ditanam dan diperkembangkan dalam jiwa dan amal setiap Mujahid ! Disinilah setiap Mujahid memperoleh kesempatan melakukan Jihadul-Akbar, disamping dan bersama-sama Jihadul-Asghar. Alangkah tinggi nilai setiap Mujahid, yang tahu dan sadar sepenuhnya akan keluhuran fungsinya, dan yang pandai serta cakap-cukup menunaikan tugasnya nan maha-mulia dan mahasuci itu, walau acapkali terasa maha-berat sekalipun! Beberapa Macam Kualitas Pejuang Sekalipun S.M. Kartosoewirjo demikian telaten membina aparat dan tentaranya untuk berakhlaq Islam. Namun akibat dari situasi revolusi yang sungguh mendesak maka dalam situasi demikian, pada waktu itu Negara Islam Indonesia ditegakkan dengan beberapa keterbatasan, terutama mengenai kualitas para pejuangnya. Diantaranya kurang lebih ada lima tipe gerilyawan NII yang berjuang di tengah tengah berkecamuknya peperangan : Pertama, yaitu kader yang khusus sudah dipersiapkan untuk menempati posisi dan fungsi fungsi vital dalam struktur Negara Islam Indonesia. Jauh sebelum revolusi proklamasi dikumandangkan Imam S.M. Kartosoewirjo telah menggembleng mereka dalam Institut Suffah di Malangbong. Mereka bukan hanya berani dan siap syahid untuk tugas suci ini, tetapi betul betul berangkat dari semurni murninya jiwa tauhid, setinggi tinggi ilmu dan sepandai pandai siasat. Siap memimpin perang, siap pula mengelola negara di saat kemenangan telah dicapai. Mampu memelihara diri dan menjadi contoh teladan bagi mujahidin lainnya -baik di masa damai maupun di masa perang. Dan merekalah yang selalu berada di pront terdepan memimpin perjuangan, membangun kesadaran rakyat dalam melawan kebathilan, pada perjalanan jihad NII kader pilihan ini banyak yang memperoleh syahidnya lebih dahulu. Akibat kekurangan kader yang mengerti persis langkah strategi perjuangan NII, akhirnya perjalanan jihad NII bisa bergeser ke arah yang lain tergantung siapa yang ikut bergabung kepadanya. Imam memang terus memimpin hingga tahun 1962, tetapi pengelolaan jumlah besar dengan sedikit orang kader negarawan, membuat jalannya negara tidak lagi seperti direncanakan semula. Kedua, pejuang yang bergabung karena kesadarannya didorong oleh ilmu yang telah dimilikinya, walaupun tidak dikader secara khusus di Institut Suffah. Sehingga rasa setianya pada NII sebatas pandangan dirinya saja, belum tentu sejalan dengan misi dan visi NII sebagaimana dicanangkan sebelum proklamasi. Dengan kesadaran ilmu yang dimilikinya, ia bersegera mendukung dan membela Negara Islam, dengan kesadarannya ia tinggalkan Darul Kufur Republik Indonesia, namun karena kesadaran sebatas muncul dari dirinya, apalagi di saat berkecamuknya perang, proses penyamaan visi pemikiran mujahidin agak sulit dilakukan. Hal ini disebabkan tuntutan keadaan untuk mendahulukan pertahanan, berjuang menahan gempuran pasukan TNI yang terus menerus memberondong daerah daerah basis. Waktu untuk duduk bersama, merundingkan jalannya negara, pada tingkat komandemen wilayah ke bawah relatif agak sulit dilakukan. Akhirnya pasukan pasukan TII perlahan lahan bermetamorphosis mimiliki kekhasan masing masing tergantung latar belakang pemikiran para perjuang sebelum menggabungkan diri dengan NII. Jejak langkah pasukan yang dipimpin komandan yang berasal dari suffah, menjadi berbeda dengan karakter pasukan yang dipimpin oleh seorang kiayi dari sebuah pasantren yang menekankan nilai nilai kesufian misalnya. Namun karena kesadarannya yang tulus tadi, mereka menjadi mujahid mujahid yang tangguh membela Negara Islam. Di Jawa Tengah di antaranya ialah kiayi Ghafur Ismail. Beliau Syahid ketika mereka yang di Jawa Barat tahun 1962 sudah turun. Kiayi Ghafur tidak mau

35

menyerah, meski bersama sanak keluarganya disergap oleh tentara Republik. Beliau kena tembak. Kemudian sesudah Syahid, maka istrinya mengambil senjata dari suaminya langsung menghantam musuh, tapi kehabisan peluru, lalu istrinya juga menjadi Syahidah. Kemudian seperti halnya juga di Jawa Barat,Kiayi Khoer Affandi dari Manonjaya dirinya bergabung dengan NII hanya karena keilmuan, dan setelah turun gunung Kiayi Khoir Affandi tidak merancang taktik gerilya selanjutnya untuk menggalang Negara Karunia Alloh NII, tetapi membuka pasantren. Walaupun memang ruh tauhid dan ruh jihadnya demikian kental, cintanya pun pada NII tidak diragukan, namun beliau bukanlah seorang negarawan yang terus membela eksistensi Negara Islam Berjuang sebagaimana layaknya sebuah negara dipertahankan. Ketiga, gerilyawan dan rakyat berjuang yang bergabung ketika revolusi (perang fisik) dimulai. Dalam suasana seperti ini, disaat kebutuhan akan tenaga tempur begitu mendesak, demikian juga keperluan atas rakyat yang mendukung, maka proses rekruitment menjadi kurang memperhatikan unsur kualitas lagi. Saat itu siapa yang siap membantu gerilyawan, siapa yang mendukung mujahidin, maka dia bisa ikut berjuang bersama. Tidak lagi melihat sejauh mana kedalaman ilmunya, sedalam apa kesadarannya dan apakah mereka mengetahui tentang visi negara Islam atau tidak, karena keperluan akan tenaga demikian mendesak maka diterimalah mereka sebagai pasukan TII dan warga Berjuang NII. Masalah yang timbul kemudian adalah, kesulitan memelihara kebersihan citra perjuangan NII itu sendiri, sebab akhlak ketika bertempur, baik keshabaran dan ketabahannya, atau akhlak disaat mereka berinteraksi dengan masyarakat tidaklah sama. Berbeda dengan kader pertama yang benar benar terdidik dengan nilai nilai perjuangan Nabi. Gerilyawan yang bergabung di tengah jalan ini terkadang melangkah atas dasar kemauannya sendiri dan mengabaikan akhlak tentara Islam. Dalam hal ini NII terpaksa harus memikul tanggung jawab kelompok, walaupun itu dilakukan bukan oleh kadernya, maka semua tindakan tidak disiplin mereka berakibat buruk pada citra Negara Islam. Kempat, yaitu gerilyawan dari yang membelot dari TNI kepada TII, Ketika pasukan tentara Republik kembali dari Yogyakarta menuju Jawa Barat, mereka dicegat oleh kawan kawannya yang tidak ikut mundur ke Yogya, kepada mereka dikatakan bahwa sekarang di Jawa Barat telah diproklamasikan Negara Islam, sebagai wadah bagi tegaknya hukum-hukum Allah secara sempurna. Mendengar itu, berbekal dorongan hati nuraninya yang tulus maka langsung bergabung dengan TII. Misalnya Kadar Solihat seorang perwira TNI yang kemudian bergabung dengan NII, dan menjadi perwira Tentara Islam Indonesia. Kelima, yaitu pejuang yang lahir dan tumbuh dari daerah yang berhasil dikuasai TII, meskipun mereka bukan dari daerah santri atau kiayi.Mereka pun tidak pernah menjalani masa pengkaderan, bahkan surat Al Fatihah saja banyak yang sama sekali tidak tahu artinya. Namun, karena daerahnya bisa dikuasai TII dan kemudian menjadi basis , maka lama kelamaan mengetahui tujuan Darul Islam. Bahkan tertarik dengan akhlak TII yang demikian wara, membuat mereka pun tertempa menjadi kader mujahid pula, bahkan tidak bisa dianggap sepele. Sebab kenyataannya pada tahun 1962 bulan Juni saja dari salah satu daerah di Brebes, masih banyak baik laki-laki maupun perempuan ada yang masih berangkat ke hutan bergerilya padahal sebelumnya itu sudah banyak pamlet dari pihak musuh yang isinya bahwa Darul Islam di Jawa Barat sudah cease fire. Dari itu para mujahid NII tidak semuanya menyerah kepada musuh. Itu adalah Sunnattullah. Firman Allah: Di antara orang-orang mumin ada yang menepati apa yang sudah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada (juga) yang menunggu-nunggu (apa yang Allah janjikan kepadanya) dan mereka sedikitpun tidak merobah (janjinya). (Q.S.33:23). Di samping ke lima unsur di atas ada pula mereka yang sengaja disusupkan musuh ke dalam tubuh TII, dengan memperalat orang orang yang telah luntur semangat jihadnya dan turun ke kota. Dari mereka yang telah turun ke kota inilah mereka memperoleh jalan masuk ke pusat pemerintahan NII, seperti yang dilakukan oleh Serma Ukon Sukandi. Yang lebih potensial lagi untuk menghancurkan dukungan rakyat muslim terhadap perjuangan Islam yang dilakukan para mujahid ini adalah; adanya pasukan liar yang sengaja menggunakan tanda tanda pengenal TII, kemudian melakukan aksi aksi brutalnya membunuhi setiap ulama yang mendukung perjuangan NII, merampok dan membakar rumah rumah penduduk yang dicurigai memihak pada Darul Islam dan merusak kehormatan wanita wanita mereka. Dengan didukung oleh mass media yang memang dikuasai pemerintah Republik Indonesia, maka bermunculanlah kabar kabar buruk mengenai Darul Islam. Di sebut gerombolan, perampok bahkan DI diidentikan dengan Duruk Imah (bahasa Sunda yang artinya Bakar Rumah). Namun demikian, betapapun kejinya fitnah yang dilemparkan fihak fihak yang membenci mereka. NII sebagai wadah Al-H Mnb ak di Indonesia maka jelas estafeta kepemimpinannya tetap berlanjut. Firman Allah: Kemudian Kami selamatkan rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman, demikianlah menjadi kewajiban atas Kami menyelamatkan orang-orang yang beriman. (Q.S.10:103). Pengantar untuk buku Pemikiran Politik SM Kartosoewirjo Diskusi seputar Pemerintahan Islam kian marak berlangsung di Indonesia. Kampus-kampus ramai menggelar keunggulan pemerintahan Islam ini, berbagai pemikiran dari luar negeri mencuat kepermukaan; Gagasan-gagasan Abul Ala Al Maududi dari Jamaat Al Islami Pakistan, Dr. Yusuf Qaradhawi dari Ikhwanul Muslimin Mesir maupun Taqiyuddin An Nabhani dari Hizbut Tahrir. Gegap gempita pembahasan ini mau tidak mau membuat fakta perjuangan Negara Islam pun tersingkap, dimasukkan dalam analisis diskusi demi diskusi. Berbagai penilaian atas NII pun bermunculan, dalam berbagai ragam keberpihakan. Ketika DR. Yusuf Qardhawi mengulas tentang perjuangan NII ; Di Indonesia, terdapat pengalaman Darul Islam yang berlindung di gunung, mereka berperang sebagai pahlawan pahlawan. Dan ini berlangsung beberapa tahun. Mereka telah melakukan contoh contoh yang menakjubkan, dan kepahlawanan yang jarang bandingannya. Kemudian, mereka diusir oleh pesawat pesawat tempur .. Orang terperangah dan berkata mengapa para pejuang itu kalah. Ketika Hafidz Muhammad Al Jabari, menuliskan tentang Darul Islam dan Al Qoid Kartossuwiryo ia menulis : Adapun tatanan dan prinsip prinsip gerakan ini tidaklah keluar dari tuntunan Allah dan rosulNya serta hal hal yang pernah dilaksanakan oleh para sahabat rasulullah saw dan yang mengikuti mereka dalam kebaikan. Undang undang negaranya adalah syariat Allah dan kekuasaan mutlak adalah pada syariat . Dari segi akidah orang tak ragu bahwa Al Qoid Kartosuwiryo pengikut kaum salaf. Putra putri DI Indonesia telah mengikat diri dengan kuat. Hal itu dibuktikan dengan kerasnya Al Qaid dan keinginan beliau akan berdirinya Negara Islam Indonesia berdasarkan Kitabullah dan Sunnah Rosulullah saw. Beliau sangat kokoh menghadapi kelompok kelompok yang ingin memasukkan tatanan dan undang undang yang didatangkan ke negeri ini, mengganti kedudukan kitab Allah. Orang jadi bertanya mengapa ia ditinggalkan para pengawalnya, mengapa banyak orang menyebutnya sebagai pemberontak, pengacau dan sebutan buruk lainnya ..? Ketika telah menjadi kesepakatan (Ijma) bahwa Mendirikan Negara Islam merupakan suatu kewajiban yang telah disepakati ulama di segala jaman . Orang jadi bertanya mengapa NII diburu dan dihancurkan orang, siapakah penghancur penghancur itu. Dan mengapa banyak orang ingin menghancurkannya, apakah NII didirikan di kawasan Non Muslim sehingga orang menolaknya? Pertanyaan ini sungguh menggelitik, dimana sebenarnya letak ketergeseran penilaian ini? Pada Negara yang diproklamasikannya? pada Imam sang proklamator? pada tentara yang besertanya?, pada rakyat yang mendukungnya? Atau pada interpretasi peristiwa karena kepentingan tertentu? Bukankah sejarah milik pihak yang menang? Banyak orang mencoba coba menjawab ini, banyak analisa mencuat kepermukaan. Banyak dari analisis mereka sering kali terkesan miring karena mengambil referensi dari sumber yang miring pula. Sebab buku yang beredar jauh sebelum ini, memang banyak mengungkap data kejadian, tetapi tidak menukik pada masalah yang melatar belakangi kejadian kejadian itu. Sejarah menjadi kumpulan tahun dan tanggal, tetapi menutup mata dari gagasan dasar yang menjadikan sejarah itu membentuk dirinya. Pada penerbitan perdana bulan April tahun ini penulis mencoba menganalisis kehadiran Negara Islam Indonesia dari konsep yang mendasarinya, dari gagasan pemikiran politik proklamatornya, dengan berusaha sebanyak mungkin mengutip fikiran fikiran autentik S.M. Kartosoewirjo sendiri. Baik dalam kapasitasnya sebagai pribadi muslim yang tercerahkan

36

maupun dalam kapasitasnya sebagai Imam Negara Islam Indonesia setelah pemerintahan itu terbentuk. Saya tersentak melihat antusiasme pembaca atas buku ini, 9000 buku terjual habis dalam waktu satu bulan saja, diskusi diskusi kian marak, dan topik pembicaraan kini bergeser. Bukan lagi pada masalah apa dan mengapa gerombolan Kartosoewirjo, tetapi bagaimana Negara Islam Indonesia. Diskusi tidak lagi terfokus pada pribadi S.M. Kartosoewirjo, tetapi lebih terpusat pada Negara dan dokumen resminya. Ini sebuah perkembangan yang sehat dalam tataran diskusi ilmiah. Sebab sebagai pribadi baik anda maupun saya tidak ada hubungan apapun dengan pribadi besar ini. Namun sebagai sebuah kenyataan sejarah dimana S.M Kartosoewirjo hadir sebagai sosok yang memproklamasikan Negara Islam Indonesia, maka mengenal lebih jauh pribadi ini menjadi bagian dari desakan nurani ilmu pengetahuan, seperti kita ingin mengenal pribadi pribadi besar lainnya. Mengenal masa silam adalah bagian dari upaya menatap masa depan secara lebih jernih. Negara Islam Indonesia yang lahir disaat Republik Indonesia sebagai negara mengalami krisis pemerintahan, ketika arah politik bergeser ke kiri kirian. Disini pun kita melihat dimana sifat negara yang stabil, rigid dan inhuman tidak selalu sejalan dengan sifat pemerintahan yang labil, tergantung pada siapa yang berkuasa. Baik Republik Indonesia yang telah stabil berdiri di atas dasar Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945, maupun Negara Islam Indonesia yang ditegakkan di atas dasar Islam serta menjadikan Quran dan Hadits yang shohih sebagai hukum tertinggi, dalam perjalanannya tidaklah selalu stabil seperti watak negaranya. Sebab negara sebagai wadah pada tataran praktis diisi oleh manusia sebagai pemerintah dengan integritas moral yang variatif yakni para manusia yang menjalankan kekuasaan dalam negara tersebut. Negara Islam Indonesia, menjadikan Quran dan Hadits Shohih sebagai hukum tertinggi ini sudah pasti sebagai sebuah negara, namun bagaimana dengan kualitas pribadi tentaranya, integritas moral rakyatnya, maka ini merupakan suatu pertanyaan yang terpisah. Negara adalah satu hal, sedang rakyat dan pemerintah adalah hal yang lain. Demikian juga dengan Republik Indonesia, walaupun negaranya berdasar Pancasila, tidak demikian halnya dengan pemerintah, sejarah membuktikan betapa pemerintah RI cenderung miring ke kiri ketika Nasakom dielu elukan Presiden Sukarno. Suasana Revolusi akan menapis setiap individu sehingga nyata emas dan loyang, hingga terbukti mana yang berjalan sesuai dengan asas dan hukum tertinggi negara, dan mana yang bergeser dengan berubahnya keadaan. Pengkajian sejarah membuktikan hal ini, sebagaimana Gustav Le Bon memaparkannya dalam psychology of Revolution. Peperangan antara RI dan NII melahirkan beragam potret psikologis anak manusia, mulai dari yang berjuang mempertahankan masing masing negaranya, hingga kutu Loncat yang mengambil keuntungan dari konflik ideologis tersebut. Kita pun melihat bagaimana sebuah solusi ditawarkan, bagaimana upaya mencapai tujuan dijalankan. Dari sini kata heroik dan pembangkangan, menjadi amat relatif, tergantung di fihak mana orang itu tengah berpendapat. Namun sebagai kenyataan sejarah, pergulatan bathin di tengah guruh debu dan mesiu, terlalu berarti untuk dikesampingkan. Di dalamnya kita melihat betapa persahabatan dan permusuhan menjadi sangat relatif berhadapan dengan kepentingan memenangkan perjuangan. Pribadi besar S.M. Kartosoewirjo yang pernah menjabat sebagai wakil Presiden PSII, yang menuliskan Brosur Sikap Hijrah sebagai arah jihad PSII, akhirnya dipecat oleh karena PSII memilih untuk meninggalkan sikap hijrah itu dan bergabung dengan Gabungan Partai Partai Politk Indonesia lainnya guna menempuh kemerdekaan lewat jalur politik kooperatif. Akhirnya sikap konsisten pribadi besar S.M Kartosoewirjo mendorongnya untuk membuktikan sendiri apa yang digagaskannya bersama para ulama yang istiqamah dan membangun institut suffah, mempersiapkan kader negarawan yang ulama dan ulama yang negarawan, yang menjadi cikal bakal mujahid awal Negara Islam indonesia. Setelah cetakan pertama buku ini beredar di pasaran, di saat saat sibuknya menghadiri simposium, kupas buku dan diskusi atas buku buku saya terdahulu. Pejuang maupun keluarga pejuang NII yang walaupun secara pribadi dirinya tidak tertulis dalam buku itu namun mereka merasa memiliki peristiwa dan kejadian yang dipaparkan dalam buku tersebut datang menemui saya. Mereka muncul dengan beragam komentar, variasi ungkapan psikologis, yang jelas kehadiran mereka menambah sejumlah data untuk diungkapkan kehadapan pembaca. Saya merasa perlu merevisi buku yang baru saja 4 bulan terbit itu, sebab pandangan pandangan para pelaku sejarah itu sangat berharga untuk dicuatkan kepermukaan. Untuk difahami dan diambil hikmahnya, betapa sebuah revolusi membentuk karakter para pelakunya, dan atas tuntutan objektivitas, maka dalam terbitan ini, semua pandangan dan gagasan Kartosoewirjo, baik sebagai individu maupun imam Negara Islam Indonesia, seluruhnya saya lampirkan di akhir buku ini. Beberapa bagian dari buku ini saya hilangkan, beberapa cuplikan berita koran yang akhirnya saya ragukan kredibilitas pewartanya, setelah mendengar pengakuan para pelaku sejarah tersebut, terpaksa saya hapus. Diganti dengan analisa tambahan berdasarkan wawancara wawancara baru dengan para pelaku tadi. Dengan terbitnya edisi revisi ini, sekaligus meralat terbitan sebelumnya. Dan apa yang tidak ada di edisi revisi ini, harus dianggap tidak ada pada edisi sebelumnya. Semoga terbitnya edisi revisi ini, dengan idzin Allah, mampu membangkitkan nuansa baru pada pembahasan dan diskusi diskusi Negara Islam Indonesia di masa masa mendatang. Aamiin Ya Robbal Alamiin. Jakarta 17 Jumadil Ula 1420 H 29 Agustus 1999 M

Al Chaidar Pengantar penulis utk buku Pemikiran Politik SM Kartosoewirjo, edisi Pertama Sejarah Islam mengungkapkan kepada kita bahwa Rasulullah Muhammad SAW telah berjuang semaksimal mungkin dengan mengerahkan kekuatan dan pikiran, yang ditopang hidayah wahyu, untuk mendirikan Daulah Islam atau negara bagi dakwah beliau serta penyelamat bagi para pengikut beliau. Orang-orang yang beriman tidak cukup hanya beriman saja, melainkan harus berhijrah dan berjihad memperjuang-kan tegaknya Dienullah dengan mengumpulkan segenap kekuatan dan kekuasaan. Negara adalah bentuk konkrit dari kekuatan dan kekuasaan itu. Kekuasaan itu sangat ajaib. Kita bisa berbuat apa saja dengan kekuasaan. Namun hanya kekuasaan yang berdasarkan Islam sajalah yang dapat dijamin akan memuaskan semua orang. Tidak ada bentuk kekuasaan yang diterapkan atas manusia kecuali, mengutip istilah Yusuf Qardhawy , kekuasaan syariat. Banyak orang menyebut kekuasaan berdasarkan syariat ini sebagai theo-demokrasi atau demokrasi Islam atau apa saja. Namun, di Indonesia, S.M. Kartosoewirjo secara tegas menyatakan bentuk kekuasaan itu sebagai negara Al-Jumhuriyah Al-Indonesiah atau suatu Ad-Daulatul Islamiyah atau dengan sebutan Darul Islam yang secara nasional dikenal dengan nama Negara Islam Indonesia. Dalam mewujudkan Darul Islam pada masa Rasulullah SAW, beliau sendiri yang mendatangi berbagai kabilah, agar mereka beriman kepada Allah SWT dan mendukung untuk ikut menjaga dakwah beliau, hingga akhirnya Allah menganu-gerahkan Anshar dari kalangan Bani Aus dan Khazraj, yang beriman kepada risalah beliau. Kaum Anshar adalah rakyat yang mendukung perjuangan tanpa ikut berhijrah secara fisik bersama-sama beliau. Tatkala Islam mulai menyebar di kalangan mereka, maka pada suatu musim haji datang utusan dari mereka yang terdiri dari tujuh puluh tiga orang laki-laki dan dua wanita, lalu mereka ber-baiat kepada beliau, menyatakan kesediaan untuk melindungi beliau sebagaimana mereka melindungi diri sendiri, isteri dan anak-anak mereka, siap untuk tunduk dan taat, memerintahkan kepada yang maruf (perbuatan yang baik), mencegah dari yang mungkar (perbuatan yang tidak baik) dan seterusnya. Mereka melakukan sumpah setia (baiat) untuk berjihad atas semua itu, hingga hijrah ke Madinah hanya sekedar sebagai upaya untuk mendirikan

37

masyarakat Islam yang berdaulat, dengan daulah Islam yang juga berdiri sendiri. Madinah menjadi Darul-Islam (wilayah Islam) dan pijakan daulah Islam yang baru, yang dipimpin langsung oleh Rasulullah SAW. Beliau menjadi komandan tertinggi kaum Muslimin dan pemimpin mereka, sebagaimana beliau menjadi Nabi dan Rasul Allah yang diutus kepada mereka. Setelah Rasulullah SAW mendirikan Negara Madinah, tidak ada satu orang pun yang menapak tilas semangat jihad Rasulullah SAW di Indonesia ini selain S.M. Kartosoewirjo. Ia adalah ulama besar dan negarawan sejati yang teguh hati dan jujur mulai dari pemikiran. Di Indonesia, pada abad ini, Darul Islam didirikan ulang oleh S.M. Kartosoewirjo dengan nama Negara Islam Indonesia (NII) yang memiliki kekuatan asykariah bernama Tentara Islam Indonesia (TII) atau Angkatan Perang Negara Islam Indonesia (APNII). Sebagaimana dikatakan oleh Yusuf Al-Qardhawy, Bergabung ke dalam daulah ini untuk mendukung kekuatannya, hidup di bawah lindungannya dan berjihad di bawah panjinya merupakan keharusan bagi siapa pun yang masuk Islam. Selan-jutnya, Yusuf Al-Qardhawy mengatakan, Imannya belum dianggap sempurna kecuali jika dia ikut hijrah ke dalam wilayah Islam dan keluar dari wilayah orang-orang kafir dan yang memusuhi Islam. Imannya belum dianggap sempurna kecuali setelah dia ikut dalam barisan jamaah orang-orang Mukmin yang berjihad dan yang menjadi sasaran serangan seluruh dunia saat itu. Allah befirman, Dan (terhadap) orang-orang yang beriman tetapi belum berhijrah, maka tidak ada kewajiban sedikit pun atas kalian melindungi mereka, sebelum mereka berhijrah. (Al-Anfal: 72). Allah juga befirman tentang sikap atau respon yang harus diberikan kepada orang-orang yang tidak berhijrah ini, Maka janganlah kalian jadikan di antara mereka penolong-penolong (kalian), hingga mereka berhijrah kepada jalan Allah. (An-Nisa: 89). Ayat-ayat Al-Quran yang diturunkan diatas, sebagaimana dikatakan Yusuf Al-Qardhawy, memberikan ancaman yang keras terhadap orang-orang yang lebih suka memilih hidup di wilayah orang-orang kafir dan wilayah perang, tanpa mau mendu-kung penegakan agama dan melaksanakan kewajiban serta syiarnya. Maka jika masih memilih untuk tetap tinggal di negara kafir tidak ada kewajiban menolong orang-orang Mukmin yang disakiti, yang dibantai atau yang dizalimi. Begitu juga sikap yang diperlihatkan oleh Darul Islam, mereka tidak akan pernah meminta bantuan dari orang-orang yang tidak mau berhijrah ke Negara Islam Indonesia atau Darul Islam yang pernah didirikan oleh S.M. Kartosoewirjo yang masih ada hingga sekarang ini. Oleh karena itu, dalam sikap baraah-nya, Darul Islam tidak akan pernah membantu partai-partai Islam, apalagi yang sekuler, jika mereka tidak mau berhijrah atau setidak-tidaknya menjadi kaum Anshar dalam jihad untuk menegakkan hukum-hukum Allah di bumi Indonesia ini. Banyak sikap yang ditunjukan oleh orang-orang yang mengaku dirinya Islam atau banyak orang-orang yang mengaku beriman terhadap Darul Islam atau Negara Islam Indonesia. Ada yang mengatakan bahwa Tidak ada Negara Islam atau Islam bukan negara, ada juga yang mengatakan Tuhan tidak menyuruh kita mendiri-kan Negara Islam, atau ada pandangan yang menyebutkan bahwa Tidak ada satu ayat pun yang menyebutkan keharusan atau kewajiban mendirikan Negara Islam. Semua itu adalah usaha-usaha untuk menutupi cahaya agama Allah. Bahwa agama Allah, agama Islam, seakan-akan tidak mencakup semua segi kehidupan. Seakan-akan politik bukan bagian dari urusan Islam. Atau dengan cara yang sangat licik, ada beberapa ulama suu yang mengatakan bahwa Negara RI yang berdasarkan Pancasila atau Negara Pancasila adalah Negara Islam, jadi perjuangan sudah final sehingga tidak perlu lagi memperjuangkan tegaknya Negara Islam di Indonesia. Berbagai cara ditempuh agar Daulah Islamiyah hilang dari muka bumi dan umat Islam berada dalam keadaan gelap gulita selamanya. Inilah ulah para elit penguasa atau kaum intelektual yang pekak, buta dan tuli terhadap realitas sosial Indonesia yang berkem-bang saat ini, yang tidak melihat pembantaian umat Islam di mana pun di dunia ini sebagai satu tanda perlunya negara ini diganti ideologinya dengan ideologi Islam. Setelah kita memiliki Negara Islam, baru wilayahwilayah lain di mana umat Islam dibantai harus segera diperangi satu per satu dan kemudian menundukkan negara-negara kafirin lainnya yang tidak mau tunduk atau taslim pada sistem Allah. Pada masa reformasi sekarang ini, di mana ideologi kiri radikal bangkit melalui berbagai partai-partai sekuler dan corong-corong media massa yang mereka miliki, maka dakwah yang paling penting adalah bagaimana mengubah ideologi negara dengan ideologi Negara Islam. Kita berharap, dengan dakwah siyasah ini, maka pada milenium ketiga yang akan kita jelang beberapa saat lagi adalah milenium Negara Islam. Negara Islam Indonesia adalah Ad-Daulatul Islamiyah yang merupakan bentuk negara Al-Jumhuriyah Al-Indonesiah yang tegak setelah rakyat mengalami: kezaliman, penindasan, ketidakadilan, kesusahan, dan berada di bawah penguasa yang mengumbar janji-janji kosong. Hal ini sudah lama diramalkan oleh empat tokoh wali abad XIX di Aceh yang berbentuk kasyaf yang berisi nasihat menghadapi zaman edan yang semakin anarkis akhir-akhir ini bagi rakyat Indonesia. Surat wasiat amanat yang menurut sejarawan Ibrahim Alfian sangat tinggi nilainya dan penting artinya ditulis pada 12 Rabiul Awwal 1283 H (14 Juli 1866 M), pada hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Isi amanahnya adalah sebagai berikut: Bahwa dalam lslam dunia ini mulai pada masa zaman dahulu dan pada masa zaman sekarang hingga pada zaman akan datang turun menurut yang sangat dihajat dan diharap oleh sekalian ummat manusia yaitu pertama-tama adil hukum dan kedua aman negeri dan ketiga senang rakyat dan keempat makmur dan kelima perjanjian dan pelajaran nasihat yang benar lagi teguh. Maka yang sangat dibenci dan amarah sakit hati sekalian ummat manusia, yaitu pertama zalim dan kedua tidak ada keadilan dan ketiga memberi susah atas rakyat dan keempat tidak memperbuat makmur dalam negeri, dan kelima mengubah janji dengan rakyat dan pelajaran nasihat yang tidak baik dan teguh setia. Maka dengan sebab lima perkara tersebut ini maka jadilah huru-hara dalam alam dunia ini timur-barat tunong (utara) barh (selatan), yaitu keluar sekalian perbuatan yang mungkar, dengki dan khianat dan tamak dan hasutan fitnah. Maka Allah Taala Tuhan Rabbul Alamin menurunkan bala yang bermacam-macam, tetapi manusia pada masa itu tidak memikir dengan seluas-luas dan dengan faham yang mendalam. Pegang olehmu agama Islam yang suci lagi benar, selamat dunia akhirat, dan taat setialah pada qanun syara (Undang-undang Dasar) Kerajaan Al-Jumhuriyah Allndonesiah dan jangan sekali-kali bughat yakni durhaka melawan Kerajaan Al-Jumhuriyah Al Indonesiah yang sah dan jangan sekali-kali dalam kerajaan mendirikan lagi kerajaan dan dalam negeri mendirikan negeri. Maka ingat jangan membikin pecah-belah ummat manusia dalam satu-satu kerajaan yang sah dengan keputusan ijma mufakat alim ulama yang ahli sunnah wal jamaah dan sekalian orang yang besar-besar yang cerdik ahli akal bijaksana faham luas dan fikiran yang tajam dan mendalam dan jernih hati dan sehat otak dengan dingin beserta rakyat yang terbanyak. Maka inilah yang mutamad saheh sah benar. Maka yang diluar yang tersebut ini, maka itulah bughat, maka tiap-tiap bughat berhak mesti Kerajaan AlJumhuriyah Al-Indonesiah menghancurkan dan menghilangkan dan melenyap-kan tiap-tiap bughat walau siapa-siapa sekalipun. Jangan diam. Wassalam. Di dalam buku ini saya menggambarkan betapa hanya Darul Islam sajalah yang telah menumpahkan darahnya untuk memperjuangkan tegaknya Daulah Islamiyah di Indonesia. Tidak satu pun gerakan yang radikal yang berusaha untuk menegakkan kalimatillah di muka bumi ini secara lebih sistematis. Mereka adalah orang-orang yang anti perjanjian kompromistis dengan kekuatan-kekuatan bathil. Sebagaimana digambarkan oleh M. Isa Anshari, orang-orang Darul Islam adalah orang-orang yang tidak mudah dibujuk, tidak mudah dikalahkan, dan tidak pernah mau berkompromi dengan segala kemunafikan: Mereka orang pergerakan, orang perdjuangan. Mereka orang jang sangat fanatik, tak mudah dikalahkan.Mereka orang jang ,,konsekwen, tak mudah dibudjuk. Mereka menamakan diri kaum proklamator, anti imperialis dan kapitalis. Mereka anti KMB, tak boleh ditawar. Haluan politiknja lebih kiri daripada kiri. Lebih radikal dan revolusioner dari orang lain. Karena fanatiknja, ,,membang-kang tak sudi bertolak angsur. Karena revolusionernja, tak sudi menjerah-kalah, bertekuk lutut kepada ,,lawan. Warna mereka berlain-lain. Tjoraknja berbedabeda. Ada jang merah, ada jang hidjau. Tapi perdjuangannja paralel, sedjalan. Bukan setudjuan dan seasas. Pada pokoknja mereka mempunjai kejakinan. Kejakinan politik. Kejakinan perdjuangan. Tempo2 kejakinan itu merupakan mistik. Perdjuangannja jang mistik itu, tidak lagi berdasarkan perhitungan akal dan pikiran. Tetapi berdasarkan kejakinan mistik, kebatinan halus jang berpegang kepada jang ghaib, tidak berdasarkan perhitungan alam jang sjahadah. Jang demikian itu adalah Darul Islam, jang telah mendjadi buah tutur orang banjak itu. Itulah kaum jang telah memproklamasikan Negara Islam Indonesia pada tanggal 7 Agustus 1949. Lepas dari Republik Indonesia. Mereka mempunjai Undang-undang Dasar sen-diri, terdiri dari 34 fasal. Mereka mempunjai tentara sendiri, bernama Tentara Islam Indonesia. Apa dan bagaimana kejakinan politiknja? Apa dan bagaimana kejakinan perdjuangannja? Mari kita ikuti analisa-kupasannja tentang djalannja revolusi Indonesia.

38

Dalam penerbitan buku kali ini, kami baru dapat menghadirkan analisis pemikiran S.M. Kartosoewirjo dengan mengambil beberapa kutipan dari sekian banyak karya besar Sang Proklamator Negara Islam Indonesia tersebut. Berhubung semakin dekatnya waktu pelaksanaan pemilu dan begitu gencarnya arus kiri dalam mengadakan aksi propagandanya untuk menghadirkan ideologi sesatnya di bumi Indonesia yang mayoritas Muslim. Sehingga perlulah kami menyegerakan penerbitan buku ini yang seyogyanya disertai dengan lampiran terlengkap tulisan-tulisan baik berupa artikel-artikel maupun buku karangan langsung S.M. Kartosoewirjo. Di antara karya-karya beliau adalah sebagai berikut: 1. Artikel-artikel di Harian Fadjar Asia dari tahun 1929-1930, sebanyak tiga puluh delapan buah. 2. Brosoer Sikap Hidjrah PSII. 3. Sikap Hidjrah PSII, jilid 1. 4. Sikap Hidjrah PSII, jilid 2. 5. Daftar Oesaha Hidjrah PSII. 6. Artikel di Madjalah Soeara PSII. 7. Artikel di Madjalah Soera MIAI. 8. Itibar Maani dan Madjazi daripada 9. Perjalanan Isra dan Miradj Rasulullah SAW. 10. Pedoman Dharma Bakti, jilid 1. 11. Pedoman Dharma Bakti, jilid 2. 12. Haloean Politik Islam. 13. Tulisan yang berjudul Menjongsong Ad-Daulatul Islamiyah di dalam buku Sebuah Manifesto karya M. Isa Anshari. Dan, buku Pengantar Pemikiran Politik Proklamtor Negara Islam Indonesia S.M. Kartosoewirjo ini tidak disertai tulisan-tulisan tersebut dengan pertimbangan agar lebih cepat terbit untuk mengantisipasi gerakan-gerakan radikal-kiri, seperti: Komu-nisme, Sosialisme atau Sekulerisme lainnya yang saat ini sudah sedemikian parah dan menyakitkan umat Islam. Kampanye mereka harus dipatahkan oleh perlawanan radikal-kanan atau Darul Islam yang selama hampir seabad ini menjadi predator alam bagi mereka. Bagaimanapun, mengutip istilah Pram, dengan segala kemampuan dan ketidakmampuan kita telah melawan. Selama lebih kurang tiga puluh dua tahun umat Islam Indonesia melakukan perlawanan bersenjata maupun tidak bersenjata berada dalam penindasan Orde Baru yang dipimpin oleh rezim otoriter Soeharto. Bentuk-bentuk penindasan itu sangat beragam, dari pembantaian rakyat, ulama hingga pemenjaraan tokoh-tokoh politik dan aktivis yang memperjuangkan tegaknya Negara Islam di bumi Allah ini. Ketika gelombang demokratisasi dan gerakan reformasi mencuat di tengah-tengah kebekuan politik, Soeharto terpaksa turun dari kursi kekuasaannya. Maka sejumlah tokoh pun berkoar dan menguak semua kebohongan penguasa. Maka terungkaplah sisi-sisi gelap penguasa yang telah membantai umat Islam di Aceh, Lampung, Haor Koneng, Tanjung Priok, bahkan hingga kepada kekerasan negara di Kupang, Ketapang, Ambon, Tual, dan Sambas. Umat Islam hidup di tengah-tengah sistem yang zalim; menjadi domba yang lemah dan tak berdaya di tengah-tengah kawanan serigala. Namun, di tengah-tengah suasana reformasi yang anarkis ini, ada seberkas cahaya yang dipendarkan oleh beberapa ilmuwan dan ahli sejarah yang membongkar kembali semua manipulasi sejarah yang dilakukan oleh rezim Orde Baru Soeharto dan Orde Lama Soekarno. Sejarah mulai terluruskan kembali. Sejauh ini upaya perekaman catatan-catatan sejarah dan pelurusan kembali sejarah pergerakan umat Islam berjalan sangat lamban. Kesibukan mengejar ketinggalan dari gerakan-gerakan reformasi telah justru tidak menyisakan perhatian kepada nasib anak bangsa sendiri. Buku ini berusaha mencoba merekam kisah-kisah yang rasional maupun yang terjadi secara tidak logis yang dialami oleh para pejuang Islam di Indonesia. Bahkan, banyak karomah yang tidak masuk akal terjadi dan juga banyak kisah-kisah kekejaman yang menyelimuti perjalanan dakwah mereka serta kisah-kisah lucu menyangkut sosialisasi dan hubungan para tahanan dan narapidana Islam dengan aparat militer selama berlangsungnya masa tahanan tersebut. Ketakutan, kelucuan, humor dan kesedihan yang mereka alami bercampur-aduk menjadi satu. Namun uniknya, tidak ada satu pun yang merasa menyesal dan menyimpan dendam terhadap tentara Orde Baru. Seakan mereka menyadari bahwa tentara hanyalah alat penguasa yang bekerja tanpa kesadaran. Bahkan, karena sikap mulia para mujahidin Darul Islam selama berada dalam tahanan, tidak sedikit tentara yang kemudian simpati dan mendukung ideologi para tapol/napol. Hanya Islam yang mengajarkan kepada manusia bagaimana menghargai hidup ini dan hanya Islam sajalah yang mengajarkan kepada manusia tentang bagaimana indahnya mati di jalan Allah. Maka, hanya Islam sajalah yang bisa menunjuki jalan bagi manusia di mana pun di muka bumi ini, khususnya rakyat Indonesia, untuk keluar dari kemelut sosial, politik dan ekonomi yang tak pernah habisnya dihadapi manusia. Dengan hadirnya buku ini, kita berharap petunjuk ke arah Indonesia yang lebih baik di masa depan mulai terterangi. Dan para pejuang Darul Islam diharapkan bersatu dan tidak lagi berpecah-belah. Penulis mengharapkan kritik, saran dan peringatan dari para pembaca. Selama penyusunan buku ini juga penulis banyak dibantu oleh Bapak Dr. Ahman Sya di Tasikmalaya yang telah meminjamkan bahan-bahan langka tulisan S.M. Kartosoewirjo. Juga kepada Nyonya Hajjah Endang Saifuddin Anshari, kepada Bapak Sardjana Kartosoewirjo serta kepada akhi Usep, akhi Syahrul, akhi Abdurrauf, akhi Anhar, akhi Haris Amir Falah, akhi Abdurrahman, akhi Rakhmat di Pontianak, akhi Jamaluddin di Kendari, akhi Ruli dan juga Bapak Maman Abdurrahman serta Profesor Ahmad Mansur Suryanegara. Kepada Imam Shalahudin serta Zulfikar Shalahudin. Jakarta, 1 Muharram 1420 H. 17 April 1999 M.

Al Chaidar Wajah Negara Islam Islam tidak pernah memaksakan seseorang dan tidak pula disebarkan lewat tajamnya pedang, sebagaimana yang diklaim oleh musuh-musuh Islam. Islam mensyariatkan perang, untuk menyingkirkan thaghut-thaghut yang menghalangi jalan dakwah ke rakyat dan penduduk. Setelah thaghut-thaghut ini disingkirkan dan dakwah Islam dikumandangkan, permasalahannya terserah kepada rakyat, apakah mereka mau menerima Islam, ataukah tetap pada agamanya sendiri, tapi ia harus tunduk sebagai ahlu dzimmah. Tendensi dakwah Islam semacam ini dikuatkan dengan perkataan Rabi bin Amir di hadapan Rustum, pemimpin pasukan Persia, Kami diutus Allah untuk mengeluarkan manusia dari penyembahan makhluk ke penyembahan Allah, dari dunia yang sempit ke dunia yang lapang dan dari kesewenangan agama ke keadilan Islam.

39

Mengenai jizyah yang harus disetorkan oleh ahli dzimmah, bukan dimaksud untuk memberi penekanan-penekanan tertentu agar mereka mau masuk Islam, sekali-kali tidak, jizyah itu sebagai pengganti dari tanggung jawab dan jerih payah orang-orang Islam untuk melindungi mereka. Kebebasan yang diberikan kepada orang-orang yang ditundukkan kaum Muslimin untuk memilih masuk Islam ataukah membayar jizyah, merupakan bukti yang kuat, jelas dan gamblang bahwa Islam melarang mengetrapkan kultur paksaan. Firman Allah Subhanahu wa Taala, Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam), sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang salah. (Al-Baqarah: 256). Orang-orang yang membayar jizyah kepada pemerintah Islam dinamakan ahlu dzimmah. Mereka berhak menerima hak dan jaminan seperti yang diterima oleh orang-orang Islam. Salah seorang gubernur pada zaman Khalifah Umar bin Abdul Aziz menulis surat kepada beliau yang isinya menerangkan bahwa ahli dzimmah yang baru masuk Islam justru lebih berbahaya kalau seandainya mereka tidak dibebani jizyah. Maka dengan dasar pikiran semacam ini, ia tetap menarik jizyah meskipun ada ahli dzimmah yang sudah masuk Islam. Setelah membaca surat tersebut, Khalifah Umar bin Abdul Aziz segera mengirim surat yang isinya: Allah memburukkan pendapatmu itu. Karena sesungguhnya Allah tidak mengutus Muhammad Shallallahu Alaihi wa Salam sebagai pemungut pajak. Tapi beliau diutus untuk memberi hidayah. Apabila suratku ini telah kau baca maka segera batalkan jizyah itu bagi ahlu dzimmah yang telah masuk Islam. Abu Yusuf menyebutkan dalam bukunya bahwa Umar bin Khathab bertemu dengan seorang tua ahlu dzimmah peminta-minta di pintu masjid untuk membayar jizyah, demi kebutuhannya, Umar berkata kepada orang tua itu, Kami akan berbuat adil terhadapmu, kami bebaskan setelah kamu tua. Kemudian Umar membawa orang tersebut ke Baitulmal, lalu diberinya kebutuhan secukupnya dan ia dibebaskan dari pembayaran jizyah. Lebih lanjut hal ini dikuatkan lagi dengan pengakuan-pengakuan beberapa orang yang pernah mempelajari Islam secara benar. Dalam bukunya Dakwah kepada Islam, Arnold Toynbe seorang guru besar berkata, Setelah pasukan tentara Islam yang dipimpin Abu Ubaidah sampai di lembah Urdun, para penduduk yang beragama Kristen yang menetap di situ menulis surat yang ditujukan kepada orang-orang Arab yang beragama Islam itu, yang berbunyi: Wahai semua orang Islam, kalian lebih kami cintai daripada orang-orang Romawi, meskipun mereka seagama dengan kami. Kalian lebih menepati janji, bersikap lemah-lembut kepada kami, mencegah kesewenangan yang menimpa kami dan mau menjaga diri kami. Tapi orang-orang Romawi itu menindas kami dan bumi kami. Para penduduk kota saling menutup pintu masuk agar tentara Heraclius tidak menjarah. Mereka menyampaikan kabar kepada orang-orang Islam bahwa mereka lebih senang dengan orang-orang Islam dan keadilan mereka daripada kesewenang-wenangan orang-orang Greek itu. Segala pikiran dan tuduhan bahwa peranan pedanglah yang telah mengubah manusia masuk Islam, jelas merupakan tuduhan yang jauh dari benar. Dakwah dan pemuasan merupakan dua faktor esensial tersebarnya dakwah Islam, dan bukan karena kekuatan dan kekerasan. Crustav Loban juga mengeluarkan kata-kata yang sangat terkenal, Sejarah manusia tidak mengenal penakluk yang adil dan lebih lemah lembut kecuali dari orang-orang Islam. Itulah sebagian kecil hak-hak yang telah diberikan kepada ahli kitab Yahudi dan Nasrani yang hidup di bawah perlindungan Negara Islam. Suatu hak yang tidak akan didapati dalam agama samawi lain, atau undang-undang dan tatanan yang dibuat oleh manusia sepanjang zaman. MENIMBANG KETOKOHAN S.M. KARTOSOEWIRJO DAN PEMIKIRAN POLITIKNYA KATA PENGANTAR MENIMBANG KETOKOHAN S.M. KARTOSOEWIRJO DAN PEMIKIRAN POLITIKNYA Oleh : Ahmad Suhelmi, MA PROLOG Pepatah mengatakan sejarah itu berulang, Lhistoire serepete. Kebenaran pepatah ini menemukan relevansinya saat ketika kita menyaksikan belakangan ini gejala kebangkitan politik aliran atau ideologi politik yang pernah hidup di zaman lampau . Politik aliran atau ideologi politik yang saya maksud adalah ideologi kiri radikal (Komunisme, PKI) dan ideologi kanan radikal (Darul Islam). Komunisme, apa pun definisinya, bangkit kembali. Tidak mudah untuk meng-identifikasi secara pasti organisasi dan aktivis berideologi komunis yang bangkit itu. Namun, dengan mengamati berbagai gejala politik yang belakangan terjadi sukar mempercayai Komunisme telah benar-benar mati . Pembebasan Napol/Tapol PKI, an-tara lain kolonel (pur.) Latief, Dr. Subandrio, Bungkoes, Ketek, Rewang dan bebas berkeliarannya mantan tokoh Lekra (Lembaga Kesenian Rakyat), Pramoedya Ananta Toer, tampaknya memiliki andil dalam membangkitkan kembali ideologi Komunisme. Menolak versi sejarah Orde Baru yang menganggap PKI aktor utama tragedi 30 September 1965, beberapa mantan PKI itu mengatakan bahwa aktor utama gerakan bukanlah PKI karena ia hanyalah korban pertarungan di tubuh Angkatan Darat. PKI digunakan sebagai alat oleh segelintir elite Angkatan Darat, antara lain mantan Presiden Soeharto, untuk memukul lawan-lawan politiknya. Kini para mantan PKI itu ingin meluruskan sejarah PKI seperti yang dilakukan Pramoedya, Carmel Budiardjo dan mantan penculik Mayjen M.T. Haryono, eks. Serda Bongkoes. Tidak tertutup kemung-kinan usaha pelurusan sejarah itu tendensius: upaya cuci tangan tokoh-tokoh PKI atas kejahatan-kejahatan politiknya di masa lampau. Mereka menyadari era keterbukaan saat ini adalah peluang emas untuk bersih-bersih diri. Sejarah Indonesia kontemporer ibarat bandul jam yang bergerak ke kanan, ke kiri. Ketika bergerak ke kiri, ada kekuatan yang menariknya ke arah berlawanan. Proses historis itulah yang kini terjadi. Kebangkitan Komunisme diikuti oleh kebangkitan ideologi radikal kanan lawannya, Darul Islam (aktivitas NII). Aktivis NII yang selama Orde Baru berkuasa bergerilya politik di bawah tanah (underground movement) menggugat wacana sejarah Orde Baru yang amat memojokkan perjuangan suci Darul Islam. Sejarah DI, dalam perspektif mereka, tidak seburuk yang dikonstruksikan Orde Baru. Gerakan Darul Islam sesungguhnya tidak pernah mati, tetap survive. Kini terasa telah muncul usaha menawarkan ideologi DI sebagai wacana ideologi alternatif. Dan momentum politik saat ini dinilai paling tepat untuk itu. IDEOLOGI DARUL ISLAM Ideologi sesungguhnya tak pernah mati, apalagi ia bersumber pada ajaran agama-agama klasik seperti Islam. Dalam suatu kurun sejarah tertentu --karena ditindas penguasa politik-- bisa saja ideologi itu tenggelam, tapi suatu saat ia akan bangkit kembali manakala situasinya kondusif. Strategi pagar betis TNI (1960-an) telah berhasil menumpas para pejuang DI.

40

Pemimpinnya, S.M. Kartosoewirjo diekskusi mati, 1962. Tapi kematian para pejuang DI itu, bukan berarti ideologi Negara Islam yang mereka perjuangkan mati pula. Ideologi itu tetap survive hingga memasuki dekade 1980-an. Apa latar belakang kebangkitan kembali ideologi DI, juga ideologi radikal kiri seperti Komunisme, saat ini? Mengapa sebagian kaum muda kita tertarik pada ideologi-ideologi radikal anti kemapanan itu? Apa daya tariknya? Dari perspektif struktural, kebangkitan DI saat ini akibat struktural kekuasaan repressif Orde Baru selama berkuasa tiga dekade. Di bawah kekuasaan Orde Baru, ideologi negara Pancasila menjadi demikian repressif dan monolitik (monolithic ideo-logy). Penguasa Orde Baru mengklaim hanya Pancasila yang boleh hidup, sementara ideologi lain termasuk ideologi Negara Islam mesti dikubur dalam-dalam. DI diseja-jarkan dengan PKI dan Kartosoewirjo dengan Muso dan Aidit. Image DI pengkhianat dan pemberontak ditanamkan sedemikian rupa agar menimbulkan ketakutan kepada siapa pun yang ingin mengetahui --meski dalam bentuk kajian ilmiah-- apa sesungguhnya DI dan ajaran-ajaran Kartosoewirjo. Buku-buku DI dilarang, para penerbit atau mengedarnya dituduh subversif. Aktivis-aktivis DI ditangkapi dan pengadilan terhadap mereka diekspose di berbagai media massa. Repressif politik Orde Baru meredam gerakan DI dan ideologinya itu memang efektif untuk jangka waktu tertentu. Namun, cara itu justru membangkitkan ingin tahu publik (curiousity) --khususnya anak-anak muda Muslim yang kritis dan enerjik-- tentang apa sesungguhnya DI itu dan mengapa ia dilarang, ditutup-tutupi. Maka, semakin pemerintah melarang dan merepressif DI, semakin kuat rasa ingin tahu mereka. Disadari atau tidak tindakan repressif penguasa Orde Baru justru membuat ideologi DI dan Kartosoewirjo semakin populer di kalangan aktivis-aktivis muda Islam. Mereka, melalui jalur-jalur khusus yang rahasia --memperoleh karya-karya tentang DI dan karangan-karangan Kartosoewirjo. Dari sinilah rasa ketertarikan itu mendorong mereka kemudian terlibat dalam gerakan DI bawah tanah. Dalam konteks inilah ideologi DI sebagai ideologi tandingan (counter ideology) dimunculkan. Gejala serupa juga terjadi di kalangan aktivis-aktivis gerakan kiri radikal. Jadi, struktur kekuasaan Orde Baru yang repressif dikehendaki atau tidak menyediakan lahan subur bagi bangkitnya ideologi-ideologi radikal itu. Kegagalan ulama, kyai atau kaum intelektual Muslim menawarkan sebuah konseptualisasi ideologis bagi perubahan sosial merupakan unsur penting dalam membangkitkan semangat kaum muda mempelajari ideologi-ideologi radikal. Mereka kecewa dengan tokoh-tokoh agama yang seakan membiarkan maraknya kezaliman penguasa, penindasan, kemaksiatan, kesenjangan sosial. Di mata mereka ulama yang seharusnya memainkan peran suci sebagai pewaris perjuangan para Nabi (ulama warotsatu al anbiyaa) justru menjadi pendukung kekuasaan tiranik, koruptif dan zalim. Godaan kekuasaan membuat kaum ulama menjadi ulama as suu. Bagi anak-anak muda itu, keadaan ini memuakkan dan harus dirubah. Bila perlu dilawan dengan kekerasan. Di sinilah motif perlawanan politik dan gejala radikalisasi muncul di kalangan anak-anak muda itu. Salahkah mereka? Tidaklah arif menimpakan seluruh kesalahan pada anak-anak muda yang sedang mencari jati diri itu. Nampaknya para ulama dan cendekiawan Muslim kita perlu intropeksi diri bahwa mereka telah gagal menawarkan wacana ideologi alternatif bagi anak-anak muda itu. Anak-anak muda yang tertarik pada Marxisme, Komunisme atau Sosialisme Demokratis (democratic socialism) menjadikan Marx-Engels, Tan Malaka, Bung Karno, Che Guevarra, atau Antonio Gramci atau tokoh-tokoh teologi pembahasan (theologi of liberation) panutan. Dan kekaguman terhadap tokoh-tokoh itu melampaui batas-batas agama (trans agama). Di antara mereka sebagian beragama Islam, Kristen atau Khatolik. Karya para tokoh legendaris sejarah itu dijadikan sumber inspirasi, ideologi dan platform perjuangan mereka. Anak-anak (mahasiswa) Muslim yang memiliki kecenderungan radikal serta terlibat dalam kelompok diskusi Islam di kampus, usrah, atau kegiatan tarbiyyah menemukan sumber kekuatan spiritual dan ideologis dalam sosok Hasan Albana, Sayyid Qutb, Abul Ala Maududi, Mohammad Natsir atau S.M. Kartosoewirjo. Ada juga yang mengagumi Dr. Ali Syariati, ideolog dan arsitek Revolusi Islam Iran. Sebagian mereka juga mengagumi pemikir-pemikir Islam moderat seperti Nurcholish Madjid atau Amien Rais. Idealisasi terhadap Kartosoewirjo semakin diperkuat oleh proses sosiologis yang berlangsung selama Orde Baru. Modernisasi --sebagai prasyarat pelaksanaan ideologi developmentalisme (ideology of developmentalism)-- telah menyebabkan disorientasi kehidupan keagamaan, dan meretakkan ikatan-ikatan persaudaraan dalam struktur kehidupan Muslim Indonesia. Ukhuwah Islamiyah yang intinya, meminjam Emile Durkheim, solidaritas organis digantikan oleh solidaritas mekanis. Semangat kolektif digantikan individualisme. Manusia menjadi egois dengan dirinya. Kehausan spiritual pun menggejala, khususnya di kalangan kaum muda terpelajar di kampus-kampus. Mereka frustasi dengan ideologi sekuler --sebagai bagian dari modernitas-- dan meng-anggapnya sebagai bencana bagi kemanusiaan dan penyebab degradasi kehidupan spiritual. Mereka mengalami kehausan spiritual, lalu mencari jalan yang bisa memuaskan dahaga spiritual itu. Dalam proses pencarian itulah sebagian mereka menemukan air penyejuk kehausan spiritualisme dengan memasuki perkumpulan Jamaah Tabligh atau sejenisnya yang banyak tersebar di kota-kota besar seperti di Jakarta, Bandung dan Surabaya. Sebagian lainnya menemukan air penyejuk kedahagaan spiritual itu dalam ajaran-ajaran S.M. Kartosoewirjo, tokoh utama Darul Islam. Dengan memasuki kelompok pergerakan ini mereka merebut kembali kehangatan persaudaraan sesama Muslim, kesatuan jamaah dan menemukan wadah yang pas untuk mengeks-presikan makna-makna simbolik politik Islam. Alasan ini misalnya yang melatari keter-libatan Al Chaidar dalam gerakan DI. Dalam wawancaranya dengan Aliansi Keadilan, ia mengatakan, Saya memang merasa haus belajar Islam karena suasana kampus itu sangat sekuler dan sangat individualis. Jadi, hati saya kosong dan kering. Maka saya merasa harus belajar Islam, tapi harus Islam yang berpolitik, biar tidak tanggung. Saya malas belajar Islam kalau bukan Islam yang berpolitik. Keterlibatan anak-anak muda dalam gerakan DI juga disebabkan ideologi dan ajaran-ajaran Kartosoewirjo memiliki daya pikat kuat. Ini salah satu kunci untuk mema-hami mengapa gerakan DI mampu bertahan selama puluhan tahun. Daya pikat itu terletak pada: Pertama, kemampuan Kartosoewirjo mengartikulasikan gagasan-gagasan Islam yang langsung diambil dari sumber utama Islam, Al-Qur`an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW. Tampaknya ia juga menguasai khasanah sejarah (tarikh) periode Islam klasik. Perpaduan analisa tekstual-skripturalis dengan analisa historis yang dikemu-kakan dalam karya-karyanya memiliki daya tarik kuat khususnya bagi mereka yang terobsesi untuk kembali kepada Al-Qur`an dan Sunnah Nabi dan perjuangan mene-gakkan Islam kaffah (sempurna). Kedua, image Kartosoewirjo sebagai pembela kaum dhuafa (mustadhafien, tertindas) menjadi daya tarik lain mengapa kaum muda terpikat pada DI. Ideologi DI yang Kartosoewirjo memiliki andil penting merumuskannya, menunjukkan keberpihakan kuat pada kaum tertindas ini (Buktinya? Lihat kutipan idiom-idiom Al-Qur`an tentang dhuafa dalam Sikap Hidjrah PSII). Image keberpihakan itu diperkuat oleh kehidupan sehari-hari Kartosoewirjo yang sederhana. Jauh dari kemewahan. Bila tokoh-tokoh nasionalis sekuler banyak menghabiskan waktu mereka dengan berdansa-dansi, minum khamar --sebagaimana kolonialis Belanda yang dimusuhinya-- maka Kartosoewirjo mengha-biskan waktunya di Insitute Suffah, di pedesaan Malangbong Tasikmalaya (Jawa Barat). Di tempat itu ia memasuki dunia tasawuf, mistisisme Islam. Dalam soal keberpihakan DI terhadap kaum tertindas ideologinya memiliki kemiripan dengan ideologi Marxis (Marxisme). Marxisme memiliki daya pikat kuat bagi kaum tertindas (istilah Marxis: kaum proletariat). Di mata kaum marxis, Karl Marx (1818-1885) adalah Nabi kaum tertindas (Prophet of the Proletariat). Di masa jayanya PKI (1950-1965) pelecehan terhadap Marx membangkitkan kemarahan kaum komunis, sama seperti kemarahan umat beragama manakala seorang nabinya dilecehkan. Ketiga, janji-janji dan harapan-harapan messianistik yang ditawarkannya kepada generasi muda Islam. Ideologi DI menjadikan bahwa keterlibatan dalam aktivitas DI dan perjuangan demi DI kelak memberikan penyelamatan manusia. Bila tidak di dunia ini, maka penyelamatan itu kelak akan diperoleh di akhirat. Pengorbanan apa pun yang diberikan untuk perjuangan DI tak pernah sia-sia. Kematian akibat perjuangan DI dijanjikan memperoleh kesyahidan (martyrdom) dan membawa seseorang ke surga yang penuh kenikmatan. Ideologi inilah yang menyebabkan banyak anggota DI yang tahan menghadapi siksaan dan penderitaan. Di sini terletak salah satu kekuatan ajaran DI yang tidak mudah dipatahkan. Keempat, daya pikat ideologi DI juga terletak pada wataknya yang romantis. DI merupakan sebuah gerakan revolusioner yang berupaya menghidupkan kembali romantisme Islam zaman Rasulullah Muhammad SAW. DI merupakan sebuah simboli-sasi glorification of the past. Di kalangan aktivis DI, ajaran-ajaran Kartosoewirjo memberikan --meminjam istilah Holk H. Dengel-- angan-angan akan kejayaan Islam masa lampau, khususnya di zaman Nabi Muhammad. Perjuangan DI berupaya mewu-judkan kembali kejayaan masa lampau Islam

41

itu dalam konteks dunia (modern) masa kini. Romantisme secara emosional memang memikat, karena ia melahirkan gairah untuk perjuangan membela cita-cita. Kelima, sebagaimana Marxisme, ideologi DI merupakan ideologi monolitik (monolithic ideology). Sebagai ideologi monolistik, ideologi DI meyakinkan para penganutnya akan kemampuannya sebagai alat penjelasan terhadap apa pun persoalan hidup manusia. Tidak hanya persoalan dunia, tapi juga akhirat. Segala persoalan hidup manusia di dunia dan akhirat seakan ada jawabannya dalam ideologi itu. Dan, dalam kehidupan spiritual manusia modern yang mengalami kegamangan, ketidak berdayaan menghadapi masa depan yang tidak pasti, dan kekeringan jiwa ideologi monolistik seperti itu berdaya pikat luar biasa. Inilah faktor-faktor yang membuat ideologi DI dan Kartosoewirjo memiliki daya tarik. KARTOSOEWIRJO: BIOGRAFI POLITIK INTELEKTUAL Sampai saat ini biografi Kartosoewirjo tetap merupakan misteri sejarah. Siapa sesungguhnya Kartosoewirjo? Bagaimana tokoh ini menapaki jalan kehidupan intelektual, spiritual dan politiknya ketika hidup? Mengapa akhir kehidupan tokoh ini tragis, mati ditembak seperti anak-anak revolusi Indonesia lainnya? Selama Orde Baru biografi Kartosoewirjo, seperti juga biografi Mohammad Natsir, Syafruddin Prawira-negara, Isa Anshary, Tan Malaka, Syahrir, Bung Karno dan Jenderal Sudirman seakan dihalangi dinding-dinding tebal wacana sejarah formal. Ada semacam kesengajaan untuk menyembunyikan peran-peran historis mereka dengan tujuan politis melanggengkan kekuasaan. Ini berakibat buruk. Angkatan muda Indonesia saat ini yang nota bene tidak pernah mengalami pahit getirnya dinamika politik zaman Revolusi, Demokrasi Parlementer, dan Orde Lama, kurang atau bahkan tidak mengenal sama sekali tokoh-tokoh sejarah bangsa mereka sendiri. Mereka tidak mengenal secara objektif sisi plus-minus peran historis dan jasa-jasa tokohtokoh sejarah itu. Bila demikian, bagaimana mungkin bangsa ini bisa belajar dari kesalahan atau kearifan mereka di masa lampau? Bagaimana mungkin bangsa ini menghargai jasa-jasa pahlawannya bila mereka tak dikenal? Padahal, seperti dikatakan Bung Karno, Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa-jasa pahlawannya. Yang berkembang kemudian, yang justru diyakini sebagai kebenaran sejarah, adalah mitologisasi sosok mereka. Mitologisasi itu misalnya terjadi dalam sosok Bung Karno. Cerita-cerita sejarah tentang Bung Karno berkembang penuh mitos yang kebenarannya sukar dipertanggungjawabkan secara akademis. Anak-anak muda kita mengidolakan Bung Karno tanpa pemikiran kritis. Dinding-dinding mitos di sekitar tokoh ini tentu perlu di sobek, agar sosok tokoh sejarah itu nampak sebagaimana adanya (as it is). Biografi dan sejarah Bung Karno perlu didekonstruksi, sekaligus direkonstruksi. Ketokohan Kartosoewirjo juga diliputi mitos dan manipulasi sejarah. Di masa Orde Baru karakter tokoh ini dimanipulasi dan dimitoskan, sehingga yang tampil di hadapan kita adalah Kartosoewirjo pemberontak, pengkhianat bangsa dan musuh negara jauh dari apa yang digambarkan Hiroko Horikoshi yang menilai tokoh ini sebagai pejuang anti penindasan kolonial, berjasa membendung Komunisme di zaman pergerakan nasional dan pejuang keadilan. Lukisan distortif tentang Kartosoewirjo itu diindoktrinasi selama Orde Baru melalui berbagai penataran P4 (Pedoman, Peng-hayatan, Pengamalan Pancasila) dan pelajaran sekolah dari SD hingga SMU. Hal serupa dilakukan dalam pendidikan-pendidikan militer tingkat SESKO ABRI. Sisi-sisi positif kehidupan pribadi dan politiknya nyaris tidak akan ditemukan dalam buku-buku sejarah formal Orde Baru. Dalam hal ini Orde Baru berhasil mensosialisasikan kebohongan sejarah untuk waktu relatif lama. Biografi Kartosoewirjo oleh karena itu perlu didekonstruksi. Peran-peran historisnya, terutama pra-gerakan DI (1949) perlu dikaji secara akademis, jujur dan objektif. Tanpa campur tangan kepentingan kekuasaan. Kartosoewirjo harus dilihat sebagai manusia yang memiliki kelebihan, sekaligus kelemahan. Sama seperti kita melihat sosok Bung Karno. Hanya dengan cara itulah kita bisa jujur pada sejarah. Saya kira dengan cara itulah generasi muda Indonesia akan mampu menempatkan ketokohan Kartosoewirjo dalam spektrum wacana sejarah yang adil dan objektif. Lepas dari bias-bias kepentingan politik. Dan dengan cara itu pula bangsa kita belajar semakin dewasa dalam menatap sejarah masa lampau. Dekonstruksi sejarah dan biografi Kartosoewirjo dilakukan dengan menggali beberapa topik berikut. Pertama, bagaimana sesungguhnya peran Kartosoewirjo di zaman Kolonial, pergerakan nasional sebelum Indonesia merdeka? Apa makna historis keberadaannya dalam perjuangan melawan penjajahan? Kedua, dengan maksud dan tujuan apakah Kartosoewirjo membentuk DI? Mengapa ia memberontak terhadap pemerintahan Bung Karno? Apa motif sosial-ekonomi, militer dan ideologis yang melatari pemberontakannya? Adakah ia merasa dikhianati oleh Republik, ataukah karena wataknya yang tidak kompromistis? Mengapa kemudian ia menggunakan cara kekerasan (dengan membentuk Tentara Islam Indonesia/TII) untuk membentuk Negara Islam? Faktor-faktor apakah yang menyebabkan gerakan yang dipimpinnya mampu bertahan untuk jangka waktu relatif lama? Jawaban-jawaban jujur dan objektif terhadap pertanyaan itu akan mampu memberikan gambaran yang lebih jernih tentang sosok sesungguhnya Kartosoewirjo. Untuk sampai kepada penjelasan-penjelasan historis yang objektif itu tentu diperlukan berbagai persyaratan tehnik-metodologis. Dua di antaranya adalah tersedianya data-data primair seperti tulisan, karya atau pidato-pidato Kartosoewirjo. Data primair ini sangat penting dalam kajian biografis karena mampu memberikan gambaran pemikiran Kartosoewirjo langsung dengan menggali sumber pertama. Sayangnya, tulisan-tulisan Kartosoewirjo sukar diperoleh. Peneliti serius mungkin dapat memperolehnya di perpustakaan luar negeri, seperti perpustakaan Leiden (Belanda), Monash University, Australian National University (Australia), Cornell University (Ithaca, AS), atau Library Congress (Washington DC, AS). Diperlukan juga sejarawan biografi profesional yang benar-benar mumpuni melacak kehidupan pribadi tokoh sejarah. Namun di sinilah letak kelemahan dunia akademik kita selama ini. Kita belum memiliki, kalau pun ada jumlahnya amat terbatas, sejarawan ahli biografi itu. Dunia akademik barat telah lama memiliki sejarawan yang mengkhu-suskan kajiannya pada biografi tokoh-tokoh sejarah. Rudolf Mrazeck misalnya yang mengkaji biografi Tan Malaka dan Sutan Syahrir. Karya Mrazeck tentang Tan Malaka menarik dilihat dari perspektif kultural dan psikoanalisa yang dipakainya untuk memahami dinamika pemikiran dan tingkah laku kedua tokoh itu. Riwayat hidup Tan Malaka ibarat cerita detektif, penuh kisah dramatis. Dia juga tokoh unik dan misterius. Mungkin karena alasan ini Mrazeck tertarik mengkaji biografinya. Biografi Kartosoewirjo, saya kira tidak kalah menariknya dengan Tan Malaka, Syahrir, atau juga Bung Karno. Liku-liku dan perjuangan hidup Kartosoewirjo unik, dramatis, penuh misteri. Kartosoewirjo, meminjam Herbert Marcuse, bukan manusia satu dimensi (one dimensional man) yang melulu bergulat dengan wacana teoritis yang abstrak. Dia juga seorang aktivis politik yang bergulat dengan dunia praxis dan menjadi bagian darinya. Karier semasa hidup membuktikan hal itu; Kartosoewirjo menjadi teoritisi dan politikus (PSII dan Masyumi, era 1920-an - pertengahan 1940-an), mistikus, wartawan, dan iman gerilyawan DI TII. Kartosoewirjo adalah tokoh gerilyawan legendaris. Tidak berlebihan menyebut reputasinya sebagai gerilyawan jauh di atas tokoh Falintil, Xanana Gusmao. Ia mungkin setara dengan Che Guevarra, gerilyawan dan teoritisi Marxis terkemuka Amerika Latin. Atau setara dengan Nur Misuari, gerilyawan MNLF (Moro National Liberation Front). Belasan tahun lamanya Kartosoewirjo bersama pengikutnya tetap survive bergerilya di belantara hutan-hutan pegunungan Jawa Barat. Dalam keadaan sakit parah pun, sama seperti almarhum Panglima Besar Jenderal Sudirman, gerilya itu tetap dilakukannya. Banyak persoalan di sekitar kehidupan pribadinya sejak remaja, masa pendudukan Jepang, zaman revolusi hingga detik-detik terakhir kehidupannya masih menjadi teka-teki sampai saat ini. Sejarawan telah mengungkap sebagian perjalanan hidupnya. Namun, sejauh penelitian yang telah dilakukan mereka, tetap saja masih banyak misteri kehidupan Kartosoewirjo yang tetap menuntut kejelasan. Kartosoewirjo dilahirkan 7 Januari 1907 di Cepu, perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur. Ayahnya seorang makelar candu di desa Pamotan, Rembang. Melihat pekerjaan ayahnya, jelas Kartosoewirjo bukanlah dilahirkan dalam keluarga santri, tapi keluarga abangan atau priyayi. Yang pasti keluarganya termasuk keluarga terpandang di masa itu. Ini dibuktikan dengan kemampuan keluarganya menyekolahkan Kartosoewirjo ke sekolah Belanda. Mengenai struktur nasabnya, Kartosoewirjo pernah menyebarkan desas-desus dirinya berdarah biru, keturunan Aryo Jipang, seorang cucu Raden Patah sang penakluk kerajaan Hindu Majapahit. Pada usia 6 tahun ia masuk SR (Sekolah Rakyat), sekolah yang khusus bagi pribumi di Pamotan. Kartosoewirjo belajar hanya sampai kelas IV di SR itu, karena kemudian pindah ke HIS (Hollandsch-Inlandsche School). Tahun 1919 orang tuanya pindah ke Bojonegoro, maka Kartosoewirjo pun pindah sekolah. Oleh orang tuanya ia dimasukkan ke ELS (Europeesche

42

Leger School). Semasa di Bojonegoro inilah ia belajar Islam pada Notodihardjo. Inilah satu-satunya pendidikan agama yang diperoleh Kartosoewirjo di masa kanak-kanak dan remajanya. Kartosoewirjo tidak pernah memasuki sistem pendidikan Islam seperti pesantren yang banyak terdapat di Jawa Timur. Kartosoewirjo, seperti Soekarno, adalah seorang otodidak. Pengetahuannya tentang Islam sangat mungkin diperolehnya melalui buku-buku agama (berbahasa Belanda dan Inggris) atau diskusi dengan pemimpin-pemimpin politik Islam seperti H.O.S. Tjokroaminoto dan H. Agus Salim. Setelah lulus dari ELS (1923) Kartosoewirjo masuk Sekolah Kedokteran NIAS (Nederlandsche Indische Artsen School). Pendidikannya di NIAS tidak diselesaikannya karena ia diberhentikan (drop out) akibat menyimpan buku-buku Marxis-Komunis, 1927. Di mana itu (1926-1927) pemerintah kolonial Belanda sedang gencar-gencarnya memburu orang-orang komunis yang dianggap terlibat dalam pemberontakan PKI. Sebagian komunis yang tertangkap dipenjarakan, disiksa atau dibuang ke Boven Digoel. Siapa pun yang kedapatan menyebarkan ideologi Marxis-Komunis ditangkap. Maka sangat beralasan bila pihak sekolah NIAS menghukum Kartosoewirjo dengan mengeluarkannya dari sekolah tersebut. Berhenti dari sekolah, bukanlah akhir proses belajar otodidaknya. Sistem pendidikan kolonial yang sempat digelutinya memberi-kannya bekal yang relatif cukup untuk menjelajahi berbagai pemikiran dan filsafat politik yang berkembang pada zaman itu, antara lain Marxisme. Kartosoewirjo mempelajari (menyimpan) karya-karya Marxis? Dari mana ia memperoleh tulisan-tulisan itu? Kartosoewirjo mempunyai seorang paman bernama Marko Kartodikromo, tokoh komunis (PKI) seangkatan dengan Alimin, Tan Malaka, Semaun dan Darsono. Marko inilah yang memberikan buku-buku itu kepada Kartosoewirjo . Juga melalui pamannya inilah Kartosoewirjo tertarik pada Marxisme. Tetapi, kenapa ia tertarik? Tampaknya Marxisme (dan Komunisme) di zaman itu merupa-kan sebuah ideologi anti kolonialismeimperialisme dan berpihak kepada rakyat tertindas. Inilah yang menjadi daya tarik Marxisme-Komunisme bagi kaum pergerakan ketika itu. Maka, tidak terlalu mengejutkan bila banyak tokoh pergerakan --termasuk yang beragama Islam-- yang mempelajari dan terinspirasi ideologi itu (terutama Marxisme). Di antara tokoh pergerakan itu antara lain: Tjokroaminoto, Soekarno, Hatta, Syahrir, Haji Misbach dan Kartosoewirjo. Bila ini diakui keabsahannya, maka terbuka kemungkinan radikalisme Kartosoe-wirjo dan semangat anti kolonialisme-imperialismenya di masa remajanya produk interaksi intelektualnya yang intensif dengan pemikiran-pemikiran Marxis. Ini bisa dimengerti mengingat akses Kartosoewirjo terhadap pemikiran atau ideologi Islam amat terbatas. Pendidikan agamanya, sebagaimana dikatakan di atas, juga terbatas. Ini barulah sebuah hipotesis yang perlu diteliti lebih jauh. Tapi tidak tertutup kemungkinan pula Kartosoewirjo mengalami radikalisasi akibat persentuhan dirinya dengan gagasan-gagasan Pan Islamisme Al-Afghani yang di masa itu cukup berpengaruh terhadap tokoh-tokoh pergerakan Islam. Situasi revolusioner, khususnya menjelang pemberontakan 1926-1927 juga telah membentuk wataknya menjadi radikalis. Kartosoewirjo diusia remaja tidak seperti Natsir atau K.H. Agus Salim --tidak menguasai bahasa Arab yang amat vital bagi usaha memahami pemikiran Islam. Dalam soal ini, Kartosoewirjo tidak banyak berbeda dengan Soekarno. Interaksi pemikiran Kartosoewirjo paling intensif terjadi ketika belajar Islam dari Ajengan Ardiwisastra di Malangbong (Tasikmalaya, Jawa Barat). Lalu, salahkah Kartosoewirjo, seperti juga Soekarno, Hatta, Tan Malaka, Syahrir dan lain-lain mengadopsi pemikiran-pemikiran Marxis? Saya kira tidak juga. Karena pertama, mereka adalah sebagian dari produk sistem pendidikan kolonial. Dalam sistem pendidikan kolonial, guru-guru Belanda yang mendidik tokoh-tokoh itu sebagian bersemangat marxis-humanis dan liberal. Mereka inilah yang mempengaruhi anak-anak didiknya seperti Soekarno, Syahrir, atau Hatta. Kedua, di zaman itu bangsa kita membutuhkan sebuah ideologi perlawanan terhadap kolonialisme-imperialisme. Kekejaman penjajahan mesti di sobek, dan itu hanya mungkin dilakukan oleh gerakan-gerakan ideologis radikal seperti Marxisme. Ketiga, struktur sosial mengalami proses ideologisasi dalam skala pasif. Berbagai aspek kehidupan sosial, politik dan agama mengalami ideologisasi. Oleh karena itu, sejarawan Kuntowijoyo menyebut zaman itu (dekade pertama abad XX), fase ideologi. Dalam konteks historis itulah pengadopsian Marxisme mesti dipahami. Dalam perspektif mereka Marxisme menyediakan suatu basis ideologis bagi perlawanan itu. Di mana itu, bahkan berkembang anggapan bahwa Marxisme-Komunisme tidak bertentangan dengan Islam karena keduanya sama-sama berpihak kepada kaum tertindas dan anti kolonialisme-imperialisme. Penganut pandangan ini antara lain Soekarno dan Haji Misbach. Di sinilah saya kira perbedaan menyolok antara Kartosoewirjo dengan Natsir misalnya. Sama seperti patriot bangsa lainnya, Natsir juga anti kolonialisme-impe-rialisme. Namun wataknya yang demikian lebih terinspirasikan oleh Islam, ketimbang Marxisme. Natsir sejak kanak-kanak telah belajar Islam di surau dan beranjak remaja dididik tokoh-tokoh Islam seperti Ahmad Hasan, radikalis Persis (Persatuan Islam) dan Haji Agus Salim. Bagi Natsir, Islam adalah agama anti penindasan yang menolak ekploitasi manusia oleh manusia (Lexploitation de Lhomme par Lhomme). Bila benar radikalisme Kartosoewirjo terinspirasikan oleh Marxisme maka persoalannya kemudian adalah bagaimana tokoh ini bisa memilah Marxisme sebagai ideologi perlawanan (ideologi of protest) dan pada saat yang sama membuang jauh-jauh unsur-unsur ateistik dalam ajaran-ajaran Marx itu? Persoalan ini patut dikaji sejarawan biografi. Kecenderungan Kartosoewirjo pada kegiatan organisasi sudah mulai nampak tatkala memasuki Jong Java, Jong Islamieten Bond (JIB) dan kemudian PSII. Dalam waktu relatif singkat Kartosoewirjo telah menunjukkan kemampuannya memimpin. Tidak terlalu mengejutkan bila tokoh Sarekat Islam H.O.S. Tjokroaminoto kemudian mengangkatnya menjadi sekretaris pribadinya. Sebagai sekretaris Tjokroaminoto, Kartosoewirjo jelas memiliki tempat tersendiri di hati tokoh puncak Sarekat Islam itu. Dalam hubungan dekatnya dengan Tjokroaminoto itulah nampaknya Kartosoewirjo belajar banyak tentang Islam, metode organisasi, berkomunikasi dengan massa dan membangun kekuatan umat. Dan di masa ini pula sosok Islam ideologis Kartosoe-wirjo mulai terbentuk. Ia mulai mendambakan lahirnya Negara Islam dan masyarakat Islam ideal di Indonesia suatu saat kelak. Juga di rumah Tjokroaminoto (Cimahi, Bandung) untuk pertama kalinya Kartosoewirjo berkenalan dengan Soekarno yang ketika itu telah menjadi ketua PNI. Interaksi Soekarno dengan Kartosoewirjo di rumah Tjokroaminoto masa itu tentu merupakan peristiwa sejarah menarik yang patut diteliti sejarawan. Dalam usia 20 tahun (1927), Kartosoewirjo menjadi wartawan surat kabar Fadjar Asia mulai dari bawah sebagai korektor dan reporter. Dalam waktu 16 bulan kemudian ia diangkat sebagai wakil pemimpin redaksi dan kuasa usaha. Ini prestasi cukup mengesankan ketika itu. Dalam fase kehidupan jurnalistik inilah Kartosoewirjo mengembangkan kemampuan artikulasi gagasan-gagasannya. Fadjar Asia wadah pa-ling tepat untuk itu. Dalam Fadjar Asia itulah tulisan-tulisannya mengalir bak air terjun. Gagasan-gagasan radikal Kartosoewirjo mulai nampak dalam artikel-artikel Fadjar Asia itu. Ia menentang para bangsawan Jawa (kaum priyayi) yang bekerja sama dengan pemerintahan Belanda. Pembelaannya terhadap kaum tertindas, petani kecil dan buruh-buruh juga dikemukakan. Ketika para petani kecil di Lampung diusir dari tanah miliknya oleh kapitalis asing, Kartosoewirjo menulis: Orang-orang Lampung dipandang dan diperlakukan sebagai monyet belaka, ialah monyet yang diusir dari sebatang pohon ke sebatang pohon lainnya. Dikecamnya Volksraad yang tidak melindungi dan berpihak kepada rakyat serta hanya omong kosong belaka. Kepada kaum buruh ia menyerukan melawan para penindasnya: Jangan berkeluh kesah, jangan meminta-minta! Jangan tinggal diam saja! Kalau takut mati jangan hidup! Kalau hendak hidup janganlah takut mati! Dalam tulisannya yang lain ia mengatakan bahwa kemerdekaan Indonesia hanya bisa diperoleh dengan pengorbanan: Sebab kemerdekaan tanah air itu tidaklah sedikit harganya, yang oleh karenanya harganya, tentu bakal memakan korban luar biasa. Kepada kaum abangan dan PNI Soekarno yang menyerang Islam, reaksi Kartosoewirjo lebih keras lagi. Mengetahui Parada Harahap --ketua redaksi Bintang Timoer-- menghina Islam, Kartosoewirjo menulis: Si Parada Harahap menjilat-jilat pantat dan mencari muka kaum Nasionalis (PNI). Menjilat pantat dan mencari muka, karena ia perlu akan hal itu sebab boleh jadi Parada Harahap takut kalau ia lantaran berbuat berkhianat terhadap kepada bangsa dan tanah air -mendapat kemplangan di arah kepalanya, sehingga boleh jadi ia menjadi tidak sadar kalau tidak mampus sama sekali. Kartosoewirjo juga menjuluki Parada Harahap Penjual Bangsa Indonesia, dan Binatang Tikus dari Krekot. Dalam dekade 1930-an peran politik Sarekat Islam semakin menurun akibat wafatnya Tjokroaminoto (1934), krisis keuangan, munculnya golongan nasionalis sekuler (PNI Soekarno),

43

dan konflik internal antara kubu kooperatif versus non-kooperatif. Sebelumnya SI dilanda konflik antara SI Merah versus SI Putih? Dalam pergolakan di tubuh SI itu, Kartosoewirjo bersama Abikoesno Tjokrosoejoso berpihak ke kubu SI Putih dan kubu non-kooperatif. Di masa ini Kartosoewirjo memainkan peran politiknya yang strategis dalam Sarekat Islam. Ia seakan menjadi pemimpin politik bayangan yang menggantikan Tjokroaminoto. Peran sentral tampak dari per-mintaan organisasi agar Kartosoewirjo menulis Brosur Sikap Hidjrah PSII yang dapat dijadikan landasan ideologis perjuangan PSII. Sikap Hidjrah PSII merupakan master-pice, salah satu karya tulis terbaik Kartosoewirjo. Dalam tulisan itu Kartosoewirjo membahas fase-fase perjuangan Islam PSII, kewajiban jihad dan hijrah dan konsolidasi kekuatan Islam. Secara kreatif-inovatif ia menganalogikan Indonesia sebagai Makkah yang harus ditransformasikan menjadi Madinah. Makkah dan Madinah bermakna simbolik, yang pertama bermakna negara kafir (jahiliyah) dan yang kedua Negara Islam. Menegakkan negara berdasar Islam menurutnya adalah bagian dari upaya umat Islam mengikuti sunnah (tradisi) Rasulullah Muhammad SAW. Di sini Kartosoewirjo mendemonstrasikan secara piawai pengeta-huannya mengenai tarikh klasik Islam, tafsir Al-Qur`an dan strategi perjuangan mene-gakkan Islam. DI : ANGAN-ANGAN KEKUASAAN POLITIK ISLAM Soekarno-Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945. Proklamasi merupakan ekspresi simbolik tegaknya Indonesia sebagai sebuah negara bangsa yang berdaulat penuh, otonom. Indonesia memasuki fase paska kolonialisme. Tidak semua pejuang kemerdekaan sepakat dengan proklamasi itu. Tokoh-tokoh ber-ideologi komunis (PKI) seperti Muso dan Amir Syarifuddin menolak negara Republik Soekarno. Mereka berontak, dan meletuslah peristiwa Madiun (1948). Pemberontakan gagal, dan keduanya ditembak mati. Kartosoewirjo pada awalnya tidak bersikap antagonistik terhadap RI. Tapi kekecewaan demi kekecewaan yang dialami Kartosoewirjo dan pengikut-pengikutnya menyangkut berbagai sektor sosial, ekonomi, politik, militer, agama dan psikologis mengubah keadaan itu. Ia membentuk Darul Islam dan Tentara Islam Indonesia (DI/TII) dan melakukan perlawanan frontal terhadap RI. Jadi, pemberontakan Kartosoewirjo bukanlah suatu peristiwa politik yang berdiri sendiri lepas dari konteksnya. Maka, tidak-lah adil menilai Kartosoewirjo dan DI sebagai pemberontak tanpa menganalisis sebab-sebab yang melatarinya. Awal kekecewaan Kartosoewirjo, dan saya kira juga banyak faksi-faksi politik Islam, adalah ketika tujuh kata dalam Piagam Jakarta (Jakarta Charter) dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluknya dicoret oleh Hatta tidak lama setelah teks proklamasi dibacakan. Peristiwa pencoretan itu merupakan pukulan telak (KO, Knock out) bagi umat Islam yang sejak zaman penjajahan Belanda mendambakan diberlakukannya syariat Islam dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam pan-dangan Kartosoewirjo pencoretan itu merupakan awal kekalahan politik Islam berha-dapan dengan golongan nasionalis sekuler di saat negara Indonesia baru saja dilahirkan. Benih-benih perlawanan terhadap RI pun mulai tumbuh. Kekecewaan lain menyusul. Paska perjanjian Renville (1948), semua kekuatan gerilya TNI yang berada di kantong-kantong pertahanan Jawa Barat diwajibkan hijrah (mengungsi) ke Yogyakarta. Ibu Kota negara pindah dari Jakarta ke Yogyakarta. Bagi para pejuang DI hal itu mengecewakan tidak hanya karena menunjukkan sikap kompro-mistis RI dan TNI kepada pihak Belanda, tapi juga membiarkan rakyat Jawa Barat tidak terproteksi. Hijrah TNI ini dianggap penghianatan yang kemudian membang-kitkan amarah rakyat Jawa Barat. Apalagi yang mengungsi itu adalah Divisi Siliwangi, tentara kebanggaan rakyat Jawa Barat. Kartosoewirjo dan laskar bersenjatanya menolak hijrah ke Yogyakarta dan tetap bertahan di kantongkantong gerilya di hutan-hutan Jawa Barat. Dari sinilah awal munculnya simpati rakyat Jawa Barat terhadap perjuangan heroik-patriotik Kartosoewirjo dan DI. Apalagi selama itu Kartosoewirjo dikenal sangat tidak kompromistis terhadap Belanda, khususnya menyangkut eksistensi Negara Pasundan. Natsir, ketika itu menteri penerangan mengomentari hijrah TNI: Hubungan kami dengan Kartosoewirjo pada masa sebelumnya rapat sekali. Bung Hatta juga selalu berhubungan dengannya. Soalnya, Persetujuan Renville telah mengusir TNI hijrah dari Jawa Barat ke Jawa Tengah. Orang-orang Jawa Barat merasa ditinggalkan dalam perjuangan. Waktu itu Kartosoewirjo pulang balik ke Yogyakarta dan langsung menemui Bung Hatta. Bung Hatta memberi bantuan supaya Kartosoewirjo bisa sedikit mendi-nginkan orang-orang Jawa Barat yang merasa ditinggalkan Republik. Menurut pengakuan Natsir, tidak hanya Kartosoewirjo dan rakyat Jawa Barat yang kecewa dengan hijrah TNI itu. Bung Hatta juga sedih Perjanjian Renville menyebabkan Jawa Barat di-tinggalkan TNI. Hatta menilai hijrah TNI akibat ulah Perdana Menteri Amir Syarifuddin (PKI) yang tanpa pikir panjang menyerahkan Jawa Barat begitu saja kepada Belanda. Merasa posisinya semakin kuat pada 7 Agustus 1949 Kartosoewirjo memprokla-masikan Negara Islam Indonesia (NII) di Cisampah, daerah Cisayong (Jawa Barat) sebagai tandingan atas Negara Republik Indonesia. NII menjadi negara dalam negara. Negara bentukan Kartosoewirjo ini memiliki konstitusi (Qonun Azasi), struktur administratif dan birokrasi pemerintahan maupun angkatan bersenjata yang terlatih (Tentara Islam Indonesia/TII). Sejak awal kelahirannya NII telah menunjukkan keunggulannya sebagai negara berdasar agama di abad modern Indonesia. Sejauh yang saya ketahui tidak ada satu pun gerakan Islam Indonesia sejak kemerdekaan hingga saat ini yang mampu mengungguli struktur kenegaraan NII dan angkatan bersenjatanya. Tidak semua pemimpin politik Islam ketika itu setuju dengan NII. Mohammad Natsir, tokoh puncak Partai Islam Masyumi misalnya menolak NII. Melalui surat yang dikirim melalui mantan gurunya di Persis, Ahmad Hassan, Natsir meminta Kartosoewirjo membatalkan proklamasi berdirinya NII. Namun ikhtiar Natsir sudah terlambat, sebab Kartosoewirjo telah memproklamasikan NII tiga hari sebelumnya. Mengapa Natsir menolak NII? Bukanlah elite-elite partai Islam ketika itu, termasuk Masyumi, juga memiliki obsesi untuk mendirikan Negara Islam atau negara berdasar Islam? Dan mengapa DI bersikeras mendirikan NII? Penolakan elite-elite politik Islam itu antara lain karena umat Islam telah memiliki konsensus bersama bahwa persoalan genting yang harus segera diselesaikan bukanlah persoalan apa dan bagaimana bentuk negara Indonesia, tetapi bagaimana menghadapi agresi kolonial Belanda yang ingin kembali menjajah Indonesia. Dengan memproklamasikan NII berarti kekuatan umat Islam terpolarisasi. Di satu pihak memprioritaskan soal bentuk negara, sementara di pihak lain mempersiapkan diri untuk menghadapi agresi kolonial. Antara Natsir dengan Kartosoewirjo juga terdapat pertikaian ideologis yang cukup tajam. Meski keduanya sama-sama Muslim puritan dari segi akidah Islam, namun prilaku politik keduanya menunjukkan perbedaan yang cignifikan. Natsir adalah seorang politikus moderat, atau bahkan liberal seperti yang ditunjukkannya ketika menjadi Perdana Menteri (19501951). Dalam menyusun komposisi kabinetnya ia merekrut anggota kabinetnya tidak hanya berasal dari Masyumi atau partai-partai Islam tapi juga tokoh Partai Katolik seperti Kasimo atau tokoh Partai Sosialis Indonesia, seperti Soemitro Djoyohadikusumo. Sikap politik Natsir ini membedakannya secara tegas de-ngan Kartosoewirjo yang cenderung ekslusif. Kartosoewirjo mustahil merekrut golongan Katolik, kaum sosialis atau nasionalis sekuler menjadi orang penting dalam struktur kenegaraan NII. Meskipun terdapat perbedaan pandangan cukup tajam di antara keduanya, hubungan pribadi mereka tetap baik. Keadaan itu baru berubah setelah Natsir menjadi Perdana Menteri (19501951). Natsir, didukung tentara (Abdul Haris Nasution) meme-rintahkan agar memerangi Kartosoewirjo dan pengikut-pengikutnya. Di mata Natsir, gerakan Kartosoewirjo telah mengacaukan situasi keamanan nasional. Oleh karena itu harus segera diredam. Banyak tentara Islam Kartosoewirjo (TII) yang terbunuh dalam berbagai clash bersenjata itu. Peristiwa ini terus berlangsung hingga Kabinet Natsir jatuh dan digantikan oleh Kabinet Dr. Sukiman. Kartosoewirjo, sebagaimana dikatakan Natsir ketika itu berucap, Dari sekarang, tidak ada lagi hubungan dengan RI. Perpecahan yang melanda umat Islam akibat perseteruan Natsir versus Karto-soewirjo itu menguntungkan PKI, musuh bebuyutan keduanya. Konflik Natsir versus Kartosoewirjo memberikan angin segar bagi kekuatan komunis (PKI) mengon-solidasi diri. Apalagi ketika itu partai kiri ini telah membentuk jaringan aliansi khusus dengan kekuatan nasionalis sekuler, termasuk Soekarno. PKI memanfaatkan konflik internal kubu Islam untuk menyusun kekuatan di berbagai lapisan sosial khususnya lapisan bawah (graas root). Hasilnya kongkrit, PKI yang sempat dihancurkan paska peristiwa Madiun (1948) mulai bangkit kembali, dan dalam pemilu 1955 partai kiri ini berada di urutan keempat pemenang pemilu.

44

Mengapa Natsir bertarung dengan Kartosoewirjo? Siapa yang salah? Siapa yang benar? Kartosoewirjo memaksakan kehendaknya? Ataukah Natsir --demi memperta-hankan jabatannya sebagai Perdana Menteri-- mengkhianati cita-cita kenegaraan Islam yang diperjuangkan Kartosoewirjo? Bagi angkatan muda Islam sekarang tidak terlalu penting siapa yang benar atau yang salah. Yang jelas pertarungan terbuka antara dua tokoh politik Islam itu amat merugikan Islam dan menguntungkan PKI. Di benak mereka muncul berbagai pertanyaan mengapa hal itu harus terjadi. Apakah perbedaan-perbedaan visi, orientasi dan tujuan politik Natsir dan Kartosoewirjo sama sekali tidak memiliki titik temu sehingga harus diselesaikan melalui clash bersenjata? Ataukah konteks historis saat itu tidak memungkinkan penyelesaian konflik secara damai, sehingga harus diselesaikan melalui jalan kekerasan? Pertarungan kedua tokoh umat itu menjadi warisan dan beban sejarah (historical burden) bagi generasi Islam masa kini dan mendatang. Perlu diratapi? Mungkin. Tapi pertarungan itu telah menyejarah. Angkatan muda Islam saat ini perlu mengambil hikmah dari peristiwa itu agar ikhtilaf (perbedaan visi dan misi politik) setajam apa pun di antara umat Islam tidak dieks-presikan dalam konflik bernuansa kekerasan. Salahkah Kartosoewirjo dan DI menawarkan ideologi Negara Islam? Tentu saja tidak. Sah-sah saja karena pada masa paska kolonialisme, khususnya dekade 1950-an semua, kekuatan sosial politik (organisasi kemasyarakatan dan partai-partai politik) diberikan hak sama untuk menyuarakan aspirasi ideologis mereka, termasuk PKI. PKI berhak mempropagandakan Komunisme menjadi dasar negara. Demikianlah juga pen-dukung Pancasila, atau faksi Murba (Musyawarah Rakyat Banyak) yang memper-juangkan ideologi sosial ekonomi atau Masyumi dan DI yang memperjuangkan Islam. Menawarkan Islam menjadi dasar negara Indonesia --apalagi dalam forum resmi seperti Dewan Konstituante (1956-1959) dan alam kebebasan Demokrasi Parlementer-- bukanlah aib politik, apalagi sebuah pengkhianatan dan pemberontakan. Hanya satu hal mesti dicamkan: perjuangan ideologis itu tidak boleh melanggar konstitusi. Semua pihak harus mematuhi aturan main (rule of the game) yang disepakati bersama. Di sinilah letak demokratisnya zaman Demokrasi Parlementer yang oleh Orde Baru diklaim sebagai masa-masa suram kehidupan politik Indonesia. Kebebasan benar-benar ditegakkan. Dan kebebasan politik masa itu berhasil mengantarkan bangsa ini ke pemilu pertama (1955) yang paling demokratis dalam sejarah Republik kita. Kita saat ini mestinya banyak belajar dari pengalaman-pengalaman historis masa itu. Dan umat Islam patut bangga karena pemilu itu dilakukan di masa Kabinet Burhanuddin Harahap, seorang tokoh penting Masyumi. Saya katakan patut bangga karena tidak terbayangkan apa yang terjadi seandainya pemilu itu dilaksanakan di masa kabinet yang dipimpin tokoh PKI. Persaingan politik dan ideologis akan demokratis dan adil manakala masing-masing pihak yang bersaing menanggalkan cara-cara kekerasan untuk mencapai kemenangan. Sekali cara kekerasan dipakai, ketika itu persaingan yang demokratis pun mati. Keke-rasan akan melahirkan kekerasan pula. Inilah yang terjadi ketika Kartosoewirjo dan DI-nya memakai jalan kekerasan sebagai cara paling legitimate untuk mendirikan Negara Islam. Kartosoewirjo harus berhadapan dengan Natsir yang pada mulanya menolak jalan kekerasan. Namun akhirnya memakai kekerasan pula. Apakah perbedaan perspektif mengenai apa sesungguhnya Negara Islam itu merupakan sumber konflik di antara pemimpin-pemimpin Islam? Mungkin juga. Sejak lama tidak ada kejelasan tentang persoalan eksistensi-fundamental ini. Dalam perspektif Kartosoewirjo Islam memiliki konsepsi negara yang sangat jelas. Islam adalah agama dan negara (ad dien wa ad daulah). Gagasan Negara Islam bukanlah wishful thinking, tapi sebuah kenyataan historis. Bukan sekedar teori politik normatif (normative political theory), tapi teori politik empiris (empirical political theory). Negara Madinah zaman Nabi Muhammad SAW membuktikan hal itu. Negara Islam memang alat belaka, tapi sangat diperlukan demi terealisasinya syariat-syariat Islam. Di luar Negara Islam yang ada hanyalah negara thagut, sebuah pemaknaan simbolik Al-Qur`an bagi negara yang tidak didasarkan Islam. Tidak semua tokoh-tokoh politik Islam di masa itu memiliki konsep negara yang sama seperti Kartosoewirjo. Tokoh Masyumi, Zainal Abidin Ahmad misalnya, menulis karya Membentuk Negara Islam (1956). Bila ditelaah, konsep Negara Islam versi Zainal tidak lain merupakan konsep kenegaraan barat yang dibungkus dengan wacana, idiom-idiom Islam. Jadi, konsep barat berbaju Islam. Institusi-institusi politik Negara Islam (seperti DPR) yang dikemukakannya dalam buku itu nyaris tidak ada bedanya dengan institusi-institusi politik barat modern. Di sini letak perbedaan tajam konsep Zainal dengan Kartosoewirjo tentang Negara Islam. Beberapa tokoh Masyumi menegaskan bahwa partai Islam ini menghendaki masyarakat Islam (Islamic society). Kalaupun ada yang menghendaki Negara Islam dalam Masyumi, itu bukan kecende-rungan umum dalam partai Islam itu. Tokoh senior Masyumi, Mohammad Roem mengatakan bahwa dalam statuta dan anggaran dasar Masyumi tidak ditemukan satu pun kalimat yang menyebut Negara Islam. Yang ada, masyarakat Islam. Konflik politik rupanya tidak hanya terjadi antara mereka yang berbeda organisasi namun juga yang seorganisasi. Ini misalnya nampak dalam Darul Islam sendiri seperti yang terjadi antara Kartosoewirjo dengan K.H. Yusuf Tauzuri. Di masa awal gerakan, K.H. Tauzuri adalah pendukung setia Darul Islam, namun dalam fase selanjutnya ia memisahkan diri dan berpihak ke tentara Republik. Para tentara perlawanan itu, terma-suk K.H. Tauzuri berpihak kepada Republik Indonesia antara lain karena alasan ideologis. Dalam Masyumi juga terjadi pertikaian antara tokoh moderat seperti Natsir dengan Sukiman. Atau antara Natsir dengan K.H. Isa Anshari, tokoh radikal Masyumi Jawa Barat. Keduanya berselisih paham tentang metode menghadapi Komunisme (PKI). Natsir menghendaki cara moderat-konstitusional sedangkan Anshari memilih jalan radikal-revolusioner dalam menghadapi Komunisme. Setelah melalui pertarungan panjang, melelahkan dan memakan banyak korban DI berhasil dilumpuhkan. Sebagian anggota DI menyerah atau kembali kepangkuan Republik. Kartosoewirjo berhasil ditangkap. Peristiwa ini menyebabkan intensitas gerakan DI berada di titik paling rendah. Pada 5 September 1962 jam 5.50 Kartosoewirjo dihukum mati. Ini sesuai dengan keputusan sidang ke tiga MAHADPER, 16 Agustus 1960 (?). Kartosoewirjo dinyatakan bersalah karena kejahatan-kejahatan politik yang dilakukannya: (1) Makar untuk merobohkan negara Republik Indonesia; (2) Pembe-rontakan terhadap kekuasaan yang sah di Indonesia dan; (3) Makar untuk membunuh kepala negara Republik Indonesia (Presiden Soekarno). Dalam pengadilan terhadap dirinya Kartosoewirjo menolak tegas telah memerin-tahkan anak buahnya membunuh Presiden Soekarno. Keterangan-keterangan para saksi (11 orang) tentang adanya perintah pembunuhan oleh Kartosoewirjo itu, dibantahnya. Perintah pembunuhan itu diibaratkannya dongeng dan isapan jempol berbahaya yang sengaja direkayasa untuk memastikan Kartosoewirjo dijatuhkan hukuman mati. Kartosoewirjo memberikan analogi tentang isapan jempol berbahaya yang benar-benar pernah terjadi dalam sejarah. Hitler, katanya telah memanfaatkan kebakaran Gedung Reichstag di Berlin untuk membunuh kaum Yahudi Jerman. Belanda pernah meng-asingkan ratusan pejuang ke Boven Digoel (Irian Barat) karena dituduh terlibat pembe-rontakan komunis (1926-1927) padahal mereka itu tidak ada sangkut-pautnya dengan pemberontakan itu. Disebutkannya juga isapan jempol berbahaya lainnya yang dikemukakan seorang saksi bernama Haris. Saksi ini mengaku telah melihat Karto-soewirjo ongkang-ongkang di Klub Konkordia (Bandung) bersama seorang Belanda bernama Schmidt sambil minum bir dan bertemu dengan Komisaris Tinggi Mahkota Belanda Lovink di Hotel Des Indes Jakarta. Mana yang benar, pengakuan Kartosoewirjo itu, ataukah kesaksian para saksi bohong? Perihal perintah pembunuhan oleh Kartosoewirjo itu tentu perlu diteliti se-jauh mana kebenarannya. Tidakkah terbuka kemungkinan --seperti dikatakan Karto-soewirjo-- bahwa pengadilan terhadap dirinya adalah rekayasa kekuasaan Soekarno, tokoh nasionalis sekuler yang semenjak zaman pergerakan menjadi musuh utamanya. Kita telah memaklumi bahwa pengadilan terhadap tokoh DI itu sepenuhnya pengadilan yang bersifat politis, bukan pengadilan demi penegakkan keadilan. Dalam pengadilan politis --sebagaimana terjadi pada masa-masa Orde Baru-- keputusan hukuman terhadap terpidana sering telah ditentukan dari atas (penguasa politik) sebelum proses pengadilan dilangsungkan. Misteri hukuman mati terhadap Kartosoewirjo juga diperkuat oleh kenyataan bahwa hukuman itu benar-benar dilaksanakan. Persoalan begini. Setelah mengetahui keputusan hukuman mati itu, para pembela hukum Kartosoewirjo memohon keringanan agar kliennya tidak dihukum mati. Hukuman itu menurut mereka terlalu berat. Kartosoewirjo pun sudah tua renta dan sakit-sakitan. Ia juga sangat berjasa bagi negara semasa zaman pergerakan dan di pengadilan bersikap baik, mempermudah jalannya persidangan dan masih memiliki tanggung jawab menghidupi keluarganya. Lalu, bagaimana dengan Presiden Soekarno sebagai orang paling otoritatif menen-tukan nasib akhir Kartosoewirjo? Soekarno ternyata juga menolak memberikan grasi yang diajukan penasihat hukum Kartosoewirjo, dengan alasan tidak ada dasar argumen-tasi untuk mengabulkannya. Tidak tertutup kemungkinan PKI berperan penting mem-pengaruhi keputusan

45

Presiden Soekarno mengingat hubungan antara keduanya di masa itu sangat dekat. Dengan demikian, maka hukuman mati atas tokoh sejarah ini harus dilaksanakan. Yang menarik, menurut catatan Dengel, keputusan hukum mati itu disambut antusias oleh kaum komunis. Mereka mengirimkan telegram-telegram ke MAHADPER berisi pernyataan senang atas dijatuhkannya hukuman mati itu. Fakta sejarah ini tentu menarik dikaji mengingat --seperti dinyatakan di atas-- keputusan pengadilan terhadap Kartosoewirjo lebih bersifat politis, ketimbang usaha mencari dewi keadilan. Kematian Kartosoewirjo ibarat revolusi memakan anaknya sendiri persis seperti yang dialami oleh Amir Syarifuddin (PKI), dan Soekarno.

MENGGAGAS IDEOLOGI ALTERNATIF? Kegetiran perjuangan DI menegakkan Negara Islam menimbulkan trauma historis dan ketegangan dalam hubungan Islam-negara Orde Baru selama beberapa dekade. Islam kemudian seakan identik dengan kekerasan politik (political violence) dan pem-berontakan. Umat Islam yang merupakan mayoritas penduduk negeri ini mengidap apa yang dinamakan Wertheim kompleks minoritas (minority complex). Keadaan ini merugikan umat Islam secara keseluruhan. Inilah salah satu alasan strategis kemunculan pemikiran yang menolak konsep Negara Islam dan menyebut fenomena DI kekeliruan sejarah Islam di masa lampau. Gagasan penolakan Negara Islam terutama muncul di kalangan cendekiawan terkemuka seperti Nurcholish Madjid, Amien Rais dan Abdurrahman Wahid. Mereka sependapat dengan Moehammad Roem bahwa Islam tidak memiliki bentuk negara. Nurcholish menilai Negara Islam sebagai apologia dan reaksi atas gelombang ideologi sekuler barat (Sosialisme, Komunisme, Nasionalisme) di dunia Islam. Tiada suksesi kepe-mimpinan negara paska kewafatan Rasul Muhammad SAW menurut Nurcholish merupa-kan bukti kuat bahwa Islam tidak secara spesifik menentukan negara yang harus dibangun. Amien Rais menilai Negara Islam tidak ada, karena tidak ada satupun ayat dalam Al-Qur`an yang menyebut istilah Negara Islam. Abdurrahman Wahid menolak Negara Islam, karena konsep itu mengancam eksistensi demokrasi, plurarisme, ekslusif-sektarian dan bahaya bagi integrasi bangsa Indonesia. Memaksakan Islam menjadi dasar negara berbahaya karena Islam dalam konteks ke-Indonesiaan menurut Abdurrahman hanyalah sub-kultur dan komplementer bagi nasion Indonesia yang memiliki prinsip bhineka tunggal ika. Menegakkan Negara Islam samalah artinya memporak-poran-dakan negara kesatuan RI. Konsep Negara Islam dalam perspektif mereka memposisikan umat Islam menjadi kelompok pinggiran, oposisional dan selalu bersitegang dengan pemerintah (Orde Baru). Kondisi ini merugikan kepentingan umat Islam. Oleh karena itu, menurut Abdurrahman, konsep Negara Islam harus ditolak dan Islam dituntut akomodatif terhadap Pancasila. Bukan sebaliknya, Pancasila akomodatif terhadap Islam. Terlepas kita setuju atau tidak dengan logika itu, kecenderungan menolak konsep Negara Islam mendominasi wacana politik Islam Orde Baru. Dalam tingkat tertentu akomodasi Islam ke dalam struktur politik Orde Baru berhasil mencairkan ketegangan hubungan antara keduanya. Interaksi Islam-negara Orde Baru semakin membaik memasuki dekade 1990-an. Inilah fase bulan madu hubungan Islam-negara Orde Baru. Saat ini ketika sistem politik Orde Baru mulai rontok dengan lengsernya mantan Presiden Soeharto (21 Mei 1998), masihkah relevan penolakan Negara Islam, atau negara berdasarkan Islam itu? Masihkah kita harus terus menerus menyalahkan Karto-soewirjo dan DI-nya? Masihkah kita tetap bersikeras bahwa ideologi Pancasila yang tertutup (versi Orde Baru) dan UUD 1945 itu harus dipertahankan mati-matian sementara gugatan terhadap relevansinya dengan perkembangan zaman semakin dipertanyakan dari hari ke hari? Kekalkah Pancasila sebagai ideologi negara? Sampai kapan ia mampu bertahan? Sampai dunia kiamat? Para pembela Pancasila percaya bahwa nilai-nilai universal Pancasila membuat ideologi ini bertahan menghadapi gempuran zaman. Pancasila abadi, tak lekang karena panas, tak lapuk karena hujan. Tapi beberapa pengamat menilai ke-cenderungan-kecenderungan politik akhir-akhir ini serta proses globalisasi yang melanda Indonesia menimbulkan pertanyaan serius tentang daya tahan (resistensi) Pancasila sebagai ideologi negara. Pengamat politik seperti Arbi Sanit menilai Pancasila tidak akan mampu bertahan menghadapi gempuran zaman. Cepat atau lambat Pancasila akan menjadi peninggalan sejarah. Tanda-tanda zaman ke arah itu menurut Arbi Sanit telah nampak saat ini. Jadi sebenarnya Pancasila tidaklah sakti seperti yang disakralkan dan dimitoskan Orde Baru selama tiga dekade. Ideologiideologi yang mampu bertahan menghadapi gempuran zaman menurut Arbi adalah ideologi-ideologi klasik seperti Islam, Kristen, Sosialisme dan Liberalisme. Demikian juga dengan UUD 1945. Dr. Mochtar Pabottingi dan Syamsu Rizal Pangabean berpendapat bahwa UUD 1945 dirumuskan dalam situasi darurat. Karena itu UUD 1945 tidak bisa dianggap UUD yang telah final. Oleh karena itu ia perlu direvisi atau diubah apabila UUD itu ingin tetap relevan dengan perkembangan zaman. Buyung Nasution bahkan berpendapat pasal-pasal tertentu UUD 1945 memposisikan seorang presiden RI menjadi penguasa otoriter, bahkan diktator. Pandangan ini disetujui pakar hukum tata negara Yusril Ihza Mahendra. Kini bangsa kita sedang membangun Indonesia baru yang demokratis. Dalam konteks perkembangan itulah berbagai usaha menawarkan wacana ideologi alternatif harus ditolerir --sejauh tidak menggunakan cara-cara repressif dan anti demokratis. Sebagai ideologi, Pancasila semestinya akomodatif terhadap tawaran-tawaran ideologis dari mana pun datangnya. Tidak menutup diri dan merasa benar sendiri seperti di zaman Orde Baru. Ini bila Pancasila ingin tetap bertahan menghadapi gempuran zaman. Di sinilah letak tugas penting sejarah para pemimpin bangsa yang kini berada di tampuk kekuasaan. Mereka dituntut untuk mampu menjadikan Pancasila sebagai ideologi terbuka yang akomodatif terhadap tawaran-tawaran wacana ideologis lain. Di pihak lain, di sini pula letak tanggung jawab historis mereka yang kini mencoba menawarkan ideologi alternatif itu, termasuk dari kalangan faksi-faksi Islam. Dalam sebuah diskusi buku Wacana Ideologi Negara Islam karya Al Chaidar di Masjid Ukhuwah Islamiyah Univeritas Indonesia, Depok (9 April 99), Fahri Hamzah mengemukakan pandangannya tentang bagaimana kita seharusnya mensikapi munculnya tawaran ideologi Negara Islam sebagai wacana alternatif bagi ideologi negara saat ini seperti dilakukan Al Chaidar, aktivis muda DI. Dalam perspektif Fachry tawaran ideologi alternatif Al Chaidar itu tidak lain dimaksudkan sebagai upaya untuk menciptakan proses dialogis di antara komponen bangsa. Dialog yang jujur, terbuka, cerdas dan penuh pengertian sangat dibutuhkan saat dimana kita saat ini mengalami keterpurukan akibat iklim politik yang tertutup selama beberapa dekade lalu. Ikhtiar tawaran dialog Al Chaidar itu perlu didukung. Dan dalam proses dialog itu kita harus terus menerus melakukan kritik-kritik tajam terhadap gagasan-gagasan Al Chaidar. Atau kepada siapa pun yang menawarkan wacana ideologi alternatif saat ini. Ini perlu dilakukan menurut Fachry agar ia tidak jalan sendirian, lalu justru membahaya-kan tidak hanya bagi dirinya. Tapi juga bagi orang lain. Dengan melakukan kritik terus menerus, kita memperkuat basis argumentasi wacana ideologi Negara Islam yang ditawarkan Al Chaidar. Di sisi Al Chaidar sendiri ia perlu mensikapi kritik-kritik itu secara dewasa, cerdas dan terbuka dan menghindari sikap mau menang sendiri. Sikap mau menang sendiri jelas menutup rapat-rapat pintu dialog. Saya sependapat dengan Fachry. Wacana ideologi yang ditawarkan Al Chaidar perlu dikritik agar ia tidak kebablasan dan gegabah. Ia dituntut memiliki kesadaran historis dalam menawarkan sebuah ideologi negara alternatif mengingat persoalan ini bukan persoalan sepele. Dan, tidak menawarkan ideologi alternatif itu sebagai ekpe-rimentasi belaka. Suatu kekeliruan kecil yang tidak perlu, bisa akan berdampak besar bagi perjalanan sejarah Islam Indonesia di masa depan. Bila kebablasan bukan tidak mungkin TNI akan mengambil sikap keras. Sejarah lampau hubungan TNI-DI telah membuktikan hal itu. Ideologi negara bagi TNI adalah masalah amat prinsipil. Masalah hidup-matinya. Menawarkan ideologi Negara Islam dengan cara mendongkel ideologi Pancasila diibaratkan Prof. Mansur Suryanegara membangunkan macan tidur. Era liberalisasi ideologi saat ini patut disambut antusia, sekaligus kewaspadaan penuh. Mengapa? Proses ideologisasi potensial menimbulkan konflik politik di antara kelompokkelompok masyarakat. Konflik ideologis sangatlah serius implikasinya bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Kita sudah mengalaminya di era pergerakan nasional dan dekade 19501960an. Konflik ideologi itu mencapai puncaknya dalam tragedi berdarah G 30 S/PKI 1965. Di sisi lain, liberalisasi ideologi membuka peluang Komunisme PKI untuk merasa berhak dijadikan wacana ideologi alternatif pula. Ini tentu merugikan umat Islam. Oleh karena itu usaha pendongkelan Pancasila yang gejalanya nampak akhir-akhir ini bila kebablasan akan merugikan umat Islam sendiri. Jadi bagaimana pun, dalam mensikapi sejarah DI dan ideologi Negara Islam kita selalu dituntut hati-hati, kritis, objektif dan evaluatif. Agar tidak terjebak dalam --meminjam Jalaluddin

46

Rakhmat-- jebakan determinisme sejarah (historical determi-nism). Orang yang terjebak dalam determinisme sejarah, menganggap apa yang terjadi dalam sejarah Islam masa lampau sebagai acuan yang paling absah (legitimate) dan ideal karena itu patut dijadikan contoh. Masa lalu dijadikan patokan kebenaran bagi masa kini. Padahal sesungguhnya tidak demikian. Dalam sejarah ada mutiara hikmah yang patut diambil sebagai pelajaran, namun ada juga warisan buruk yang mesti dibuang ke tempat sampah. Generasi muda Islam saat ini dituntut kritis mensikapinya. Di sisi lain, sejarah merupakan suatu proses kreatif dan inovatif yang kerap melahirkan model-model pergerakan Islam yang baru sama sekali dengan apa yang pernah muncul di masa lampau. Ini karena, seperti dikatakan Hegel, setiap zaman memiliki jiwanya sendiri (zeitgeist). Prilaku mencontoh gerakan-gerakan Islam masa lampau tanpa sikap objektif dan kritis samalah artinya dengan memasukkan diri ke dalam jebakan determinisme sejarah itu. Determinisme sejarah mematikan proses kreativitas dan inovatif. Mudah-mudahan penawaran ideologi alternatif yang dike-mukakan Al Chaidar tidak terjebak dalam determinisme sejarah itu. EPILOG Karya tentang DI dan pemikiran politik Kartosoewirjo ini merupakan upaya untuk menawarkan proses dialogis yang kreatif, cerdas dan konstruktif. Oleh karena itu perlu disambut baik. Dari segi akademis upaya ini tentu memiliki makna yang cukup berarti mengingat selama ini karya tentang pemikiran politik Kartosoewirjo apalagi yang ditulisnya sendiri tergolong langka dan sukar ditemukan. Bagi saya ini mengherankan, sebab ketokohan Kartosoewirjo dalam sejarah Indonesia kontemporer tak perlu dipertanyakan. Apa pun kekhilafan politiknya di masa lampau, Kartosoewirjo tetaplah seorang tokoh sejarah yang pemikiran dan prilaku politiknya perlu dikaji. Dari kajian itu, generasi kini dan mendatang mungkin bisa memetik hikmahnya. Mengambil apa yang baik, membuang segala yang buruk. Penerbitan karya ini melengkapi bacaan kita tentang pemikiran politik Indonesia yang telah ada yaitu karya Dr. Deliar Noer, Pengantar ke Pemikiran Politik dan karya suntingan Dr. Herbert Feith dan Dr. Lance Castles, Indonesian Political Thinking 1945-1965. Keduanya karya klasik yang selama ini dijadikan buku teks di pelbagai perguruan tinggi, khususnya untuk studi pemikiran politik Indonesia. Karya Deliar memfokuskan pembahasannya pada pemikiran tentang hubungan agama-negara, demokrasi dan kebangsaan sebelum dan sesudah masa perjuangan kemerdekaan. Feith dan Castles mengoleksi tulisan dan pidato yang berisi pemikiran politik para negarawan dan tokoh politik Indonesia terkemuka (1945-1965) yang mewakili lima politik aliran atau ideologi: Islam, Jawa Tradisional, Nasionalisme, Marxisme, dan Sosialisme Demokrasi. Jadi pemikiran politik dalam buku ini sangat variatif; ada pemi-kiran politik tokoh PKI (Aidit), Nasionalis Radikal (Soekarno), Masyumi (Natsir), Jawa Tradisional (Atmodarminto), Partai Sosialis Indonesia (Syahrir) dan lain-lain. Anehnya karya Feith dan Castles itu tidak memuat satu pun tulisan atau pidato Kartosoewirjo. Saya katakan aneh karena ketokohan Kartosoewirjo dan pemikiran-pemikiran politiknya tidak kalah pengaruhnya dibanding tokoh-tokoh sejarah lain seperti Syahrir, Soekarno, Natsir, atau Aidit. Apalagi dibandingkan dengan Atmodarminto misalnya, jelas ketokohan Kartosoewirjo atau pengaruh pemikirannya jauh melebihi pengaruh anggota Dewan Konstituante dari kelompok abangan itu. Apakah karena kedua editor buku itu tidak memiliki sumber-sumber otentik tulisan atau pidato Kartosoewirjo? Karena pertimbangan akademis, ataukah pertimbangan politis? Meng-ingat integritas keilmuan dua penyunting itu, saya percaya alasan pertama dan kedua, bukan yang ketiga (pertimbangan politis) yang mendasari tidak dimuatnya pemikiran Kartosoewirjo dalam buku itu. Ada beberapa studi awal tentang DI dan Kartosoewirjo seperti yang ditulis Pinardi, Hersri dan Joebaar Ayoeb, serta Soebardi. Karya mendalam mengenai topik yang sama dilakukan Nazaruddin Syamsuddin, Anhar Gonggong, Al Chaidar dan Agus Nugraha. Namun sayangnya, tidak semua karya itu ditulis dengan tujuan akademis. Karya-karya itu termasuk kajian terbaik mengenai Kartosoewirjo dan DI, meskipun ada di antaranya yang ditulis sarat kepentingan politik. Karya Pinardi misalnya, meskipun kaya dan data akurat - lebih merupakan pamplet politik propaganda anti Darul Islam dan Kartosoewirjo- daripada kajian akademis yang objektif dan jujur. Ada indikasi karya Pinardi ditulis untuk mendukung usaha operasi militer dan Soekarno (didukung PKI) mengikis sisa-sisa pengaruh ideologi DI paska kematian Kartosoewirjo. Selama ini kajian DI dan Kartosoewirjo lebih banyak dilakukan oleh kaum Indo-nesianists asing, seperti: Karl D. Jackson (1990), Hiroko Horikoshi, Nieuwenhijze, Van Dijk , B.J. Boland dan Dengel (1995). Dalam menganalisis Darul Islam dan peran historis Kartosoewirjo, mereka --sebagaimana umumnya Indonesianis asing-- kerap terjebak oleh bias-bias orientalisme dan Islamo-phobia, sehingga karya akademis yang dilahirkan tidak jarang memberikan gambaran distortif. Bias orientalisme dan Islamo-phobia itu relatif sukar kita temukan dalam karya Al Chaidar atau Agus Nugraha. Dengan diterbitkannya buku berisi pemikiran politik Kartosoewirjo ini tentu semakin memperkaya khazanah intelektual Islam Indonesia. Lahirnya karya ini patut disyukuri. Kelahiran karya ini mesti dipandang sebagai suatu langkah maju tidak hanya dalam konteks perkembangan dunia penerbitan buku, tapi juga dunia keilmuan. Saat ini, seperti telah dikemukakan di atas, bangsa kita perlu mengenal tokoh-tokoh sejarah dengan segala sisi plus-minus peran-peran historis mereka. Oleh karena itu, kajian-kajian akademis atas pemikiran tokoh -tokoh itu sangat strategis. Di sinilah makna penting penerbitan buku ini. Saya tidak menafikan kenyataan bahwa ada sebagian kalangan dihinggapi rasa khawatir karya ini dijadikan instrumen sosialisasi dan penyebaran gagasan-gagasan Islam ekstrim dan ideologi Negara Islam. Bagi mereka yang pernah mengalami per-golakan sejarah masa lampau khususnya di kalangan TNI (Angkatan 45) kekhawa-tiran itu cukup beralasan karena citra Kartosoewirjo dan DI bagi mereka identik dengan trauma sejarah dan pemberontakan. Angkatan muda saat ini relatif bebas dari trauma sejarah itu, sehingga mampu memandang jernih persoalan Kartosoewirjo dan DI. Di kalangan TNI pun mulai tumbuh paradigma baru yang relatif bebas dari trauma sejarah itu. Ada perubahan paradigmatik, khususnya di kalangan para perwira muda TNI. Dalam kaitan ini, seorang perwira tinggi TNI, Mayjen Agus Wirahadikusumah mengatakan, Kita tidak usah bicara lagi masalah radikal kanan atau kiri, komunis atau liberal, siapa pun dipersilakan mengembangkan pikirannya. Yang penting taat hukum. Saat ini kita memang dituntut berfikir positif (positive thinking) dalam menatap sejarah masa silam itu. Sebab bagaimana pun sejarah masa silam itu bagian dari alam ingatan kolektif (collective memory) yang membentuk kejatidirian bangsa kita saat ini. Yang penting dalam menatap masa silam itu, kita pandai-pandailah mengambil pelajaran darinya. Pengalaman (masa lampau) adalah guru yang paling baik. Lagi pula seperti dikatakan Bung Karno, kita tidak bisa melarikan diri dari sejarah (We can not escape from history). Mudah-mudahan karya ini, terlepas dari kelemahan dan kekurang-annya, bisa memberikan hikmah dan pencerahan bagi kita semua. Dan dengan itu kita menyongsong Indonesia baru yang demokratis, adil, makmur dan memperoleh ampunan Allah. Wallahu alam bis showwab. Bojong Gede, 6 Mei 1999. Bab Satu JAWA PADA AWAL ABAD XX Bab Satu JAWA PADA AWAL ABAD XX

47

Untuk memahami sosok dan pemikiran S.M. Kartosoewirjo sebagai seorang tokoh gerakan Islam, harus dipahami bagaimana lingkungan sosial-budaya dan masyarakat tempat ia berasal, yang membentuk pribadi dan mempengaruhi pemikirannya. Sebagai seorang yang dilahirkan dari lingkungan masyarakat Jawa pesisiran, Kartosoewirjo sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosial-budaya dan tradisi Jawa, yang kemudian membentuk nilai-nilai bagi gerakan dan pemikirannya, sebagaimana ia memahami dan menerjemahkan ajaran-ajaran Islam ke dalam gerakannya, untuk itu harus dilihat situasi sosial masyarakat dan kondisi politik pada masa ia lahir dan tumbuh menjadi sosok proklamtor Negara Islam Indonesia. Sudah sejak lama pulau Jawa merupakan pulau yang paling padat populasi penduduknya dibandingkan dengan pulau lainnya yang ada di kepulauan Indonesia. Di samping itu, pulau Jawa sangat strategis letaknya sebagai jalur lintas antar-pulau dan perdagangan di Nusantara. Maka tidak mengherankan jika pada abad ke-6 dan ke-7, telah berdiri kerajaan-kerajaan Hindu yang dibawa orang-orang India yang menandai perkembangan awal sejarah kerajaan Hindu di Nusantara. Disamping itu, pulau Jawa memiliki kesuburan tanah yang sangat baik bagi pengembangan pertanian. Tanahnya yang subur juga mempengaruhi suburnya gerakan-gerakan pemikiran. Meskipun agama Hindu telah memberi kontribusi yang banyak terhadap perkembangan masyarakat Indonesia, ditambah dengan inkulturasi budaya Islam dan Indo-Eropa, telah menghasilkan suatu "affinities and extreme" bagi perkembangan Indonesia modern kelak, namun Islamlah yang paling dinamis memberikan bentuk bulat-lonjongnya sejarah Indonesia hingga kini. Bulat-lonjongnya Indonesia terutama sangat dipengaruhi gerak dinamika kehidupan orang-orang di Jawa. Dengan gemah-ripah-nya pulau Jawa membangkitkan semangat para imperialis Barat untuk menjadikan Indonesia khususnya pulau Jawa sebagai garden continuum untuk menyokong perekonomian negerinya. Para pedagang Belanda datang ke Hindia dengan maksud hendak menguasai perdagangan yang menguntungkan dari daerah ini, khususnya perdagangan rempah-rempah. Daya upaya untuk itu, telah mendorong hasrat untuk bersaing diantara negara-negara Eropa, seperti Portugis di wilayah perairan timur Indonesia ; Belanda, yang umumnya dilakukan Persekutuan Dagang Hindia Timur (Verenigde Oost-Indische Compagnie, disingkat VOC); dan Inggris di wilayah barat. Semenjak berdirinya VOC pada tahun 1602, Belanda menjadi empirium dagang yang kuat. Tahun 1619 Belanda memperkuat tempat pijakannya bagi perdagangan di Jawa Barat, dan berlanjut pada tahun 1620-an dengan mengusir pesaing-pesaingnya Portugis dan Inggris keluar dari Kepulauan Maluku, untuk mendapatkan basis kekuasaannya di kawasan ini. Dengan daya pikat yang demikian besar dari Jawa atau Nusantara ini, maka kita melihat selama paruh pertama abad ke-18, Belanda sudah ikut campur tangan dalam kekuasaan para raja Jawa dengan serangkaian perang dalam suksesi di masa keruntuhan kerajaan Mataram. Dengan demikian, persaingan diantara penguasa Jawa ini telah menggugah Belanda untuk terlibat jauh dalam urusan politik di Jawa, tidak terkecuali persoalan intern di tubuh kerajaan-kerajaan Jawa. Upaya yang dilakukan Belanda dalam hal ini adalah dengan melindungi salah seorang diantara penuntut tahta kekuasaan yang saling bersaing. Begitu pula dalam usahanya mengembangkan perdagangannya, Belanda melalui VOC melibatkan diri dalam usahausaha "menentramkan" daerah pantai, yang berlanjut ke daerah pedalaman Jawa. Penentraman ini dimaksudkan untuk mengatur masyarakat dan penguasa Jawa dengan pola politik mereka. Selama bertahun-tahun Belanda menjalankan pengaruh terhadap penguasa-penguasa di Jawa dan perdagangan dikuasainya. Sampai kemudian pemerintah Belanda mengambil alih utang-piutang VOC yang bangkrut pada akhir abad ke-18, Belanda telah menjalankan kekuasaan politik yang luas atas Jawa. Semua orang yang hidup, beranak dan mati di Jawa sekecil apapun merasakan pengaruh kekuasaan Belanda ini. Dan, Kartosoewirjo adalah salah satu di antara mereka. Tiga dasawarsa menjelang berakhirnya abad ke-19, politik liberal sudah mulai menggejala dan berpengaruh dalam perekonomian Indonesia. Di tengah-tengah sistem ekonomi yang tradisional, kondisi ekonomi Belanda mulai menampakkan perbedaannya yang mencolok. Keberadaan "pembangunan ekonomi" Barat ala Belanda belum mengangkat taraf hidup masyarakat pribumi di Jawa. Pengejaran keuntungan pengusaha-pengusaha Eropa membawa dampak yang sangat buruk dan memporak-poranda sendi-sendi perekonomian. Perkebunan dan pabrik muncul di mana-mana dan semuanya dikelola Belanda. Di pihak lain, usaha pertumbuhan ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sangat jauh tertinggal dari percepatan perkembangan penduduk Jawa. Melihat kenyataan pengusaha-pengusaha swasta Belanda yang tidak mau memberi keuntungan dan kemakmuran bagi penduduk pribumi, telah menyadarkan para politikus yang dipengaruhi pemikiran humanisme liberal dan Marxisme yang sedang melanda daratan Eropa pada saat itu, bahwa kemiskinan pribumi harus diatasi terlebih dahulu, sebelum menumbuhkan tanah jajahan menjadi sebuah pasar yang lebih menggembirakan. Melihat kebijakan kolonial Belanda yang tidak ada keberpihakannya terhadap kaum pribumi di Hindia, beberapa tokoh humanis memberikan reaksi yang sangat keras, bahkan dari orang-orang Belanda sendiri. C. Th. Van Deventer, seorang pengacara dan bekas pejabat peradilan kolonial kemudian anggota parlemen Negeri Belanda, menuliskan cerita-cerita nasib rakyat jajahan di dalam sebuah bukunya di tahun 1899, tentang kebiadaban dan kesewenang-wenangan yang dilakukan para pengusaha Belanda. Kritik ini, sekecil apapun telah sangat berpengaruh yang menentukan bagi perubahan politik kolonial. Desakan ini membuat Ratu Wilhelmina mengubah kebijakan Kerajaan Belanda dalam menghadapi persoalan tanah jajahan dan rakyat pribumi. Di tahun 1901 Ratu Wilhelmina menyerukan perubahan kebijakan politik tanah jajahan, yang merupakan bermulanya zaman baru dalam politik kolonial Belanda, yang kemudian disebut sebagai "Politik Etis" Belanda. Inilah pidato yang diucapkannya dari atas tahta Kerajaan Belanda: "Sebagai negara Kristen, Negeri Belanda wajib memperbaiki kedudukan hukum orang-orang Kristen pribumi di Kepulauan Hindia, memberikan dukungan kuat pada misi Kristen, dan menanamkan pada seluruh sistem pemerintahan dengan kesadaran bahwa Negeri Belanda mempunyai kewajiban moral terhadap penduduk di kawasan ini. Walaupun pada awalnya, sasaran yang diharapkan dari pidato Ratu tersebut lebih menekankan kepada kesejahteraan pribumi Kristen, namun perhatian itu kemudian meluas meliputi juga seluruh penduduk pribumi, tanpa pandang agama. Tetapi sangatlah penting untuk diperhatikan, bahwa sikap politik etis ini didasari oleh suatu keyakinan yang mendalam tentang keunggulan budaya Barat. Dengan perkataan lain pembaharuan harus dilaksanakan dari atas; modernisasi dipersamakan dengan pem-Barat-an atau lebih tegas lagi pem-Belanda-an." Maka, dengan segala "keinsyafannya", meskipun dangkal di mata pribumi negeri jajahan, dibangunlah institusi-institusi pendidikan modern di Nusantara. Jawa mendapat prioritas karena pulau ini memiliki masyarakat pasifis dalam jumlah yang besar. Perangkat-perangkat keras berdatangan dari Eropa, memasuki masyarakat agraris tradisional dan berpola pikir sederhana. Perangkat ideologis pun ikut serta di dalamnya secara bersamaan. Yang terlihat kemudian adalah sebuah potret yang berubah dari wajah-wajah Jawa dan pribumi lainnya. Kalaulah disimak lebih jauh lagi, sikap politik etis itu mempunyai sifat yang ganda, diantaranya: (1) ingin meningkatkan kesejahteraan penduduk pribumi; dan (2) berangsur-angsur ingin menumbuhkan otonomi dan desentralisasi politik di Hindia Timur Belanda. Dalam hal ini pemerintah kolonial Belanda amat menyadari bahwa dua tujuan ini tidak dipisahkan, dan bahwa tujuan yang pertama hanya bisa diwujudkan apabila pemerintahan lokal benar-benar mau bertanggung jawab terhadap penduduk pribumi. Oleh Karena itu, walaupun masalah kesejahteraan yang lebih penting, namun langkah pertama yang diambil oleh pemerintah adalah masalah desentralisasi. Adapun yang menjadi alasannya ialah bahwa: kekuasaan pemerintahan harus dialihkan (1) dari Negeri Belanda ke Hindia, (2) dari Batavia ke daerah-daerah lain, dan (3) dari bangsa Eropa ke penduduk pribumi. Politik kolonial kali ini berbelok ke arah menumbuhkan otonomi pemerintahan, tetapi Belanda tidak bermaksud memberikan kemerdekaan politik kepada Hindia. Namun dalam kenyataannya, peralihan kekuasaan dari Negeri Belanda ke Hindia tidak pernah dapat dilaksanakan. Mereka hanya "memindahkan" tradisi dan ideologi mereka di Barat untuk bisa hidup di tanah-tanah yang tadinya dikuasai oleh orang-orang Timur. Pemerintah Belanda mengadakan desentralisasi dan ekspansi birokrasi kolonial ke dalam lapanganlapangan baru, yaitu menciptakan tuntutan sejumlah besar orang Jawa terpelajar untuk mengabdikan diri di dalam tubuh pemerintahan. Ayahanda S.M. Kartosoewirjo adalah salah seorang dari ratusan ribu kaum birokrat kolonial yang menghirup suasana ini, menghirup harapan-harapan baru yang tumbuh di tanah ini. Dengan harapan bahwa Pemerintah kolonial dapat mengisi jabatan itu bekerjasama dengan para pembesar pribumi dan bawahan mereka yang masih bekerja, alasan mereka adalah karena hanya merekalah orang-orang di Jawa yang benar-benar bisa menjalankan pekerjaan birokrasi. Kaum tani yang berwawasan animisme pada umumnya tidak terdidik secara teknis, demikian juga secara psikologis tidak siap untuk pekerjaan semacam itu. Pedagang dan petani yang berwawasan Islam agaknya enggan memangku jabatan demi "sesuatu" dengan pemerintahan asing dan sekuler. Maka, tidaklah berlebihan jika dikatakan bahwa perkembangan masyarakat Indonesia banyak dilihat dari mula kedatangan Islam di Indonesia. C. Snouck Hurgronje, salah seorang sarjana Politis Etis

48

yang paling berpengaruh, menyimpulkan bahwa pem-Barat-an Hindia Timur Belanda hanya bisa dilakukan dengan dukungan bangsawan Jawa oleh karena kecanggihan budaya mereka, hubungan mereka dengan pengaruh Barat, dan kerenggangan sikap tradisional mereka terhadap Islam. Maka yang terjadi kemudian adalah timbulnya arogansi di kalangan kaum terpelajar Indonesia saat itu yang telah mengikuti pendidikannya di luar negeri. Pengaruh budaya Barat teradopsi dalam alam pikiran mereka sehingga tidak ada lagi dalam otak mereka untuk memperjuangkan Islam. Kendatipun Politik Etis secara resmi dimulai tahun 1901, namun politik tersebut masih belum sepenuhnya bisa mengganti liberalisme laissez-faire dengan campur tangan negara di dalam masalah-masalah ekonomi dan suatu program legislasi kesejahteraan yang ambisius. Swasta, yang terwakili oleh kalangan pedagang dan usahawan pribumi Islam, adalah bagian dari gerakan laissez-faire yang mulai menggeliat di jantung Nusantara: Jawa. Fungsi kelas pedagang Islam ini adalah untuk menciptakan kondisi-kondisi sosial dan politik yang langgeng di negeri jajahan sehingga bisa mengimbangi efek-efek disintegrasi dari pengaruh Barat terhadap Indonesia. Kemakmuran haruslah menggantikan eksploitasi, dan pembaharuan haruslah menggantikan regimentasi yang merupakan kata kunci penjajahan Belanda abad keduapuluh. Karena dengan menjalankan politik eksploitasinya penjajah Belanda telah menguras habis kekayaan alam yang dimiliki oleh bangsa Indonesia, sehingga bukan hanya ekonomi yang dimatikan sampai kepada politik pun dihapuskan. Maka, Jawa adalah wilayah pertumbuhan ekonomi yang sangat subur, sekaligus juga tanah yang membesarkan banyak pembangkang dan penerobos zaman yang brilian dan para penentang kemapanan serta arogansi kekuasaan. Politik Etis juga merupakan suatu reformasi politik dalam rangka mengukuhkan status-quo dengan jalan mengelola perubahan dalam suatu siklus konjungtur yang teratur dan sedapat mungkin diatur. Secara administratif, Zaman Etis membawa langkah-langkah otonomi dari negara induk, penyerahan tanggung jawab sebagian dari pemerintahan pusat di Batavia kepada pejabat-pejabat daerah, dari korps administratif pribumi dan dari penjagaan yang ketat oleh pejabat Belanda. Reformasi politik difokuskan pada pembentukan dewan-dewan perwakilan untuk penduduk Jawa. Reformasi politik ini, sebagaimana reformasi politik Indonesia di bawah Habibie sekarang ini, hanyalah semata-mata membuat sebuah perubahan bagi mapannya sebuah situasi yang kembali statis. Ini termasuk dewan-dewan walikota dengan keanggotaan terbanyak pada orang-orang Eropa, Dewan-dewan Propinsi dan, yang terpenting dari semuanya, Dewan Kabupaten di wilayah-wilayah pedesaan, yang direncanakan sebagai pengontrol yang kuasi-demokratik terhadap otoritarianisme tradisional kelas yang memerintah, para priyayi. Kartosoewirjo sesungguhnya adalah seorang priyayi, namun karena pengaruh Islam, ia lebih merasakan dirinya sebagai seorang rakyat biasa. Dan tidaklah mengherankan bahwa respons organisatoris yang pertama terhadap Politik Etis itu terjadi di kalangan para anggota kelas priyayi, di mana mereka merasa telah diuntungkan dengan diadakannya pendidikan Barat. Organisasi Budi Utomo yang dibentuk sebagai suatu persekutuan kebudayaan pada tahun 1908, memperlihatkan usahanya dengan menggelar sebuah program pengembangan diri sendiri --organisasi Budi Oetomo banyak merangkul pengikutnya yang berpendidikan Barat, orang-orang Indonesia profesional-- yang didasarkan atas gabungan antara nilai-nilai Barat dan nilai-nilai Jawa. Organisasi ini menghargai orang berdasarkan derajat keterpengaruhan sistem Barat dan darah priyayi Jawa. Di sini bisa terlihat bahwa mereka berusaha untuk mempertahankan harapan-harapan tinggi kaum pembaharu asosiasionis. Beruntung Kartosoewirjo tidak pernah masuk organisasi "sesat" ini. Begitupun partai politik pertama Indische Partij (Partai Hindia) dari Douwes Dekker, yang secara eksplisit berdasarkan prinsip asosiasi dan dipimpin oleh orang-orang Indo-Eropa dan orang-orang Indonesia, namun masih menghitung orang berdasarkan latar-belakang derajat pendidikannya. Maka, hanya mereka yang berpendidikan saja yang "dianggap orang" oleh tokoh-tokoh the founding father kita ini. Namun, organisasi ini dengan intelektualitasnya yang tinggi menggaruk langit itu adalah kelompok orang-orang yang paling banyak menuntut. Tuntutan-tuntutannya itulah yang telah memberi banyak pengaruh bagi kemajuan bangsa, meski dengan jalan yang penuh liku dan curam sehingga banyak biaya dan kurban yang hilang. Dengan tuntutan-tuntutan otonominya demi kebaikan semua kelompok-kelompok ras yang berdomisili tetap di tanah jajahan tersebut, maka dibentuklah dewan penasehat yang dinamakan Volksraad. Semua kalangan, tak terkecuali Islam maupun sekuler, menghabiskan banyak energinya untuk "rumah rakyat" yang diciptakan sebagai arena bermain baru bagi pribumi yang mulai bisa berpikir ini. Yang sangat pesat dalam gerakan politik Indonesia, hanya partai Sarekat Islam (SI), yang mana organisasi ini tidak berjalan di atas jalan asosiasionis. Partai Sarekat Islam ini lahir di perkotaan sebagaimana Budi Oetomo dan Indische Partij sama-sama berasal dari kota, begitu juga latar belakang sosial dan pendidikan pemimpin-pemimpinnya yang utama, seperti Haji Oemar Said Tjokroaminoto dan Haji Agus Salim; kedua-duanya dididik dalam sekolah-sekolah Barat dan masing-masing adalah elite Indonesia tradisional di Jawa dan Sumatra. Yang sangat menarik dari organisasi ini adalah rekrutmen anggotanya, di mana tidak terbatas kepada anggota-anggotanya yang mendapat pendidikan Barat saja sebagaimana yang dilakukan oleh Organisasi Budi Oetomo. Maka tidak heran partai ini mendapatkan pengikut-pengikutnya dari semua kelas, baik di kota maupun di desa. Bahkan para pimpinannya mengambil inspirasi dari sumber-sumber yang berbeda-beda termasuk sumber Islam. Sebagai alasan lain, bahwa daya tarik yang ditimbulkan oleh organisasi Sarekat Islam ini lebih jauh jangkauannya daripada sekedar mencapai sekelompok penduduk kota yang berorientasi Barat. Karena partai Sarekat Islam memusatkan perhatiannya secara eksklusif bagi orang-orang Indonesia, para pedagang Muslim, para pekerja di kota-kota, para kiai dan ulama, dan bahkan beberapa priyayi. Kartosoewirjo pun terlibat di dalam partai ini. Sarekat Islam menempati suatu tempat yang unik namun kompleks, baik di dalam sejarah nasionalisme Indonesia maupun sejarah Islam Indonesia. Sejarah Indonesia masa lalu yang penuh dengan dinamika telah mengilhami para elit politik SI untuk membuat perencanaan yang lebih representatif terhadap perkembangan politik Indonesia yang sedang tumbuh. Jawa adalah tempat pertama di mana organisasi diperkenalkan sebagai wadah modern bagi misi dan idealisme bergerak. Maka organisasi pertama, SI, secara ideologis, dia mendahului suatu nasionalisme yang programatik sebagaimana kemudian diungkapkan dalam istilah kebangsaan yang merdeka. Secara religius, dia juga mendahului formulasi program pembaharuan Islam sebagaimana kemudian secara khusus diungkapkan di dalam nilai-nilai sosial dan politik Islam. Namun protes-protesnya yang keras melawan status quo kolonial, keluhankeluhannya yang lantang di bidang ekonomi dan sosial, dan tuntutan-tuntutannya yang tidak sabar lagi bagi otonomi yang lebih besar, menggabungkan aspirasi-aspirasi nasionalis dan Islam, betapa pun tidak jelasnya diterangkan, ke dalam suatu program politik yang menjadi semakin militan dan khas Indonesia. Akan tetapi radikalisme program ini bukanlah pantulan ideologis para pemimpinnya yang oleh kebanyakan pengikutnya, terutama sebagian besar orang-orang desa, dianggap terjelma di dalam Sarekat Islam. Para pengikut partai Islam ini, terutama di desa, berhimpun di sekeliling panjinya bukan karena perjuangannya untuk otonomi atau pembaharuan sosial dan ekonomi, akan tetapi karena dia tampak mengekspresikan kegelisahan dan keinginan berontak kaum tani yang selama ini tertahan melawan perubahan jaman. Para petani Jawa hanya membutuhkan pemimpin sebagai ujung, sedangkan mereka sendiri adalah batang dan tiang penegak. Sarekat Islam yang berdiri jauh lebih awal ketimbang Boedi Oetomo adalah pendingin kegelisahan dan sekaligus penghangat darah untuk memberontak. Dengan membuat aksi seperti itu, Sarekat Islam berada dalam kerangka konservatisme Islam yang selama berpuluh tahun memberikan inspirasi kepada keresahan di desa. Ini berarti bahwa di tingkat desa, "keanggotaan" partai tersebut tidak dengan sendirinya menjadi indikasi tentang sesuatu yang barumisalnya sebagai kekuatan organisatoris yang realakan tetapi lebih sebagai penegasan kembali tentang sesuatu yang tradisional. Ketidakpuasan berpusat di sekeliling pujaan atau pahlawan jaman lalu (laudatores temporis acti) yaitu para kiai dan para ulama yang bertempur melawan pemerintahan "kafir" dan terutama melawan para pegawai-priyayi Indonesia dari pemerintah itu, yang di mata kaum tani adalah wakil par excellence dari suatu perubahan sosial yang tidak diingini. Dengan demikian Sarekat Islam membawa sebuah perubahan kuantitatif, bukannya kualitatif di dalam hakekat Islam di desa di Jawa. Untuk beberapa tahun, dia merangkaikan insideninsiden lokal karena ketidakpuasan di bawah pimpinan orang-orang Islam ke dalam suatu fenomena nasional di bawah pimpinan orang-orang kota. Akan tetapi hal ini dibuatnya tanpa mengarahkan baik kepercayaan abangan atau keyakinan ortodoks yang militan ke jalan-jalan yang positif dan modern. Oleh karena itu, Sarekat Islam lebih banyak mempunyai makna sosial daripada ideologi. Dengan memanfaatkan kontrol administratif Belanda yang tidak terlalu ketat dan prestise priyayi yang semakin melemah, para pemimpin Sarekat Islam telah menerobos desa-desa di Jawa yang terpencil dan membuatnya menjadi juru bicara malaise sosial yang lantang dari penduduk tani Jawa dan menghasutnya melewati para pemimpin agama yang tradisional, untuk memberontak melawan kekuasaan yang sedang berlangsung, walaupun pemberontakan tersebut sifatnya abortif dan bunuh diri. Begitu Sarekat Islam muncul sebagai simbol keberanian dan vatalisme serta menjadi pelepas ketegangan-ketegangan yang berakumulasi sepanjang satu dasawarsa, yang lahir dalam

49

bentuk ledakan pergolakan-pergolakan di desa-desa dan pemogokan di kalangan proletar di kota, perpecahan di dalam dirinya sendiri dan tindakan tegas pemerintah kolonial sebagian besar dalam bentuk tindakan-tindakan represif dan memperkuat kekuasaan kaum priyayibergabung dan meruntuhkan Sarekat Islam dalam tempo singkat pada awal tahun 1920. Para pemimpin Islam akhirnya memutuskan aliansinya dengan komunisme pada tahun 1924 dan sejak itu beralih menjadi propaganda pan-Islam. Sisa-sisa keresahan di desa yang berkobarkobar diperbesar menjadi suatu pemberontakan terakhir dan besar-besaran di Jawa Barat di bawah hasutan orang-orang komunis pada akhir tahun 1926 - disusul juga oleh pemberontakan yang serupa di Pantai Barat Sumatra pada permulaan tahun berikutnyayang tanpa kesulitan sedikit pun dipadamkan oleh pemerintah kolonial dengan kekerasan. Dengan padamnya pemberontakan-pemberontakan ini, maka panggung jaman pertama yang penuh pergolakan berakhir dan bersamanya massa aksi politik yang berbasiskan dukungan para petani berakhir pula, untuk memberikan jalan kepada perkembangan baru di dalam nasionalisme Indonesia dan Islam Indonesia. Karena kedua-duanya menjadi lebih jelas mengkristal di dalam kelompok-kelompok ideologis dan organisatoris, maka kerangka persatuan dan perbedaan di dalam masyarakat Indonesia diberikan batasan-batasan yang jelas. Di satu pihak, tampil kekuatan-kekuatan yang berusaha menuju realisasi peradaban Islam yang modern, sambil merangkul dan pada saat yang sama melampaui pusat-pusat santri abad-yang lalu. Di pihak lain, nasionalisme yang berorientasi Barat dan berpusat di kota-kota tampil ke depan, sebagian sekurang-kurangnya berakar di sekitar lingkungan para priyayi yang ditolaknya dan di saat yang sama digantinya. Memang benar, bahwa golongan Muslim dan kaum nasionalis sama-sama menolak pemerintahan kolonial. Akan tetapi oposisi bersama terhadap pemerintahan Belanda itu jauh daripada berhasil menempa aliansi yang bertahan lama, namun hanya sekedar mengaburkan jurang yang semakin melebar antara nasionalisme 'sekuler' dan lslam Indonesia yang sebagian besar tujuan akhirnya tidak dapat bertemu satu sama lain. Adalah penting bahwa Sarekat Islam, yang merupakan bayangan. awal dari dan sebagian mengandung benih nasionalisme dan Islam modern, mendapatkan dirinya semakin terpenjara antara kedua pergerakan itu, dan kemudian ditakdirkan bertahan sebagai suatu kekuatan militan yang berada di tepi-tepi selama bertahun-tahun berikutnya. Sebagaimana disebutkan oleh Benda, aliran-aliran ideologis politis yang mempengaruhi Indonesia di awal abad keduapuluh berasal mula di luar negeri maka renesans Islam Indonesia pun bermula dari perkembangan-perkembangan Islam di luar negeri. Seperti Muslimin Cina, Jepang, Turki, Timur Tengah, dan India berada di dalam genggaman reaksi yang kurang lebih keras terhadap pengaruh Barat. Ragi politik dan agama segera meluas ke dunia Muslim lainnya. Kemudian Islam menjadi salah satu kekuatan dalam peta kekuatan politik dalam sejarah. Pemberontakan Turki Muda terhadap kekaisaran Ottoman tahun 1908 disusul oleh kejatuhan Sultan dan Khalifah satu dasawarsa kemudian. Kekalahan Turki dalam Perang Dunia pertama menyebabkan perluasan. dan konsolidasi kekuasaan Perancis dan Inggris di wilayah-wilayah seperti Mesir, Palestina, Syria, dan Lebanon. Kemenangan kaum Wahabi di Mekkah pada pertengahan tahun 1920-an menandakan juga suatu perubahan penting lainnya di pusat Islam itu sendiri. Maka perang-perang yang kemudian dibawa oleh Belanda dan penjajah lainnya ke Indonesia adalah suatu "war without mercy" yang paling keji dan biadab. Semua ini untuk menghancurkan Islam dan merupakan kelanjutan dari Perang Salib di dunai Barat terhadap Islam. Perkembangan-perkembangan politik ini pun paralel dengan kebangkitan reformisme Islam, yang dilahirkan dalam pertukaran abad ini di Timur Tengah dan India, dan Wahabisme yang puritan di Arab. Dibukanya Terusan Suez tahun 1869 memungkinkan peningkatan hubungan dan semakin dekatnya hubungan antara Indonesia dan Timur Tengah. Dari Mekkah dan Universitas Al-Azhar Kairodalam ukuran yang tidak terlalu besar dari pusat-pusat Islam di India seperti Lahore, Qadian, dan Perguruan Tinggi Islam di Aligarh. Ketiga, kaum reformis Indonesia berusaha untuk membendung gelombang Westernisasi dengan mengidentifikasikan Islam dengan keterpisahan yang berpusatkan Indonesia, bertentangan dengan penyerahan bulat-bulat kepada nilai-nilai dan norma-norma Barat baik yang Kristen maupun yang sekuler. Meskipun pendidikan Barat terbatas dalam jangkauan, dan terpisah dari kebijakssnaan-kebijaksanaan asosiasionis di pihak para penguasa Barat, kaum reformis melihat kaum intelektual yang berpendidikan Barat, apa pun orientasi politiknya terhadap pemerintahan Belanda, sebagai musuh-musuh Islam yang paling mengkhawatirkan. Lagi-lagi mereka menganut pendapat yang sama dalam kecurigaan yang mendalam ini bersama kaum ortodoks. Akan tetapi berbeda dengan kaum ulama, mereka berusaha melawan ideologi Westernisasi dengan mempergunakan senjata organisasi Barat itu sendiri. Jong Islamieten Bond (Liga Pemuda Islam) yang didirikan Haji Agus Salim di ibukota Batavia pada akhir tahun 1925, menjadi suatu organisasi yang secara politik amat penting dalam serangan balasan kaum reformis terhadap alienasi di kalangan mahasiswa yang terdidik secara Belanda. Dia bertumbuh menjadi pusat latihan bagi kepemimpinan Islam yang berbeda dari intelektual Indonesia 'sekuler' yang berorientasi ke Barat. Kedatangan perangkat-perang teknologi, pendidikan dan ideologi Barat telah menyebabkan Islam dan non-Islam masing-masing terbelah dua; yang satu reformis dan lainnya ortodoks. Kemudian di Jawa juga terjadi suatu keadaan di mana reformisme Indonesia terpaksa berbenturan dengan status quo kolonial itu sendiri. Ini adalah suatu konsekuensi yang hampir tidak terelakkan bukan saja dari kesadaran Islam yang mendalam yang timbul dari aktivitas-aktivitas yang beragam-ragam itu di kalangan orang-orang kota dan di kalangan orang-orang desa yang lebih makmur yang berada dalam wilayah pengaruhnya, akan tetapi juga dari kebijaksanaan Belanda yang mendukung lembaga-lembaga adat sebagaimana akan dilihat dalam bab berikut ke mana pemerintahan kolonial berpaling di akhir tahun 1920-an dan selanjutnya. Tampaknya segala hal mungkin terjadi di "Pulau Jahiliyah" ini. Di Jawa perbedaan gaya hidup Barat dan Islam, juga antara Islam modern Islam ortodoks, sudah mulai memperlihatkan dampak disintegratifnya. Kebangkitan kaum reformisme Islam, dengan semangat pertentangannya yang sekaligus diarahkan kepada Islam ortodoks, adat, orang-orang Indonesia bergaya Barat, membangkitkan dendam dan permusuhan di kalangan Islam Indonesia dan dalam masyarakat Indonesia pada umumnya. Kaum ortodoks menggalang kekuatannya melawan kaum reformisme, dan untuk beberapa tahun bahkan mengundang dukungan musuh-musuh tradisionalnya, para kepala adat dan elite priyayi - dan bahkan pemerintah kolonial itu sendiriuntuk melawan pendatang baru yang terlalu bersemangat tersebut. Sama halnya, kaum reformis mengalami konflik yang semakin meningkat dengan kaum elite yang dididik secara Barat; pada mulanya berpusat pada ketidaksetujuannya terhadap jalanjalan organisasi --yang bersifat politis atau religius sosial-- yang paling sesuai untuk meningkatkan penemuan diri (self realization) Indonesia itu sendiri, akan tetapi tidak lama berselang bergeser kepada perpecahan yang semakin mendalam tentang tujuan perkembangan sosial Indonesia itu sendiri. Tambahan pula kebijaksanaan kolonial Belanda yang memberikan reaksinya terhadap ketegangan-ketegangan yang semakin meningkat yang diciptakan oleh penyebaran reformisme, maupun terhadap kekhawatiran yang baru terhadap perkembangan Islam di luar negeri, untuk beberapa waktu cenderung untuk semakin mempertajam perpecahan di dalam kalangan Islam itu sendiri. Namun pada saat yang sama setting kolonial sendiri cenderung untuk mengaburkan perpecahan-perpecahan tertentu yang memisahkan orang-orang Islam dari nasionalis-nasionalis 'sekuler' sampai akhir pemerintahan Belanda. Berhadapan dengan rintangan-rintangan inilah, bangkitnya reformisme Islam sebagai suatu gerakan organisatoris yang terkuat di tanah jajahan Indonesia adalah suatu fenomena yang patut dicatat. Jawa, sejak dulu hingga sekarang, adalah pusat bagi bentrokan ideologis: sekuler dan Islam; lebih dinamis dari tempat lain di manapun di dunia ini. Bangkitnya nasionalisme 'sekuler' tidak saja mempengaruhi Sarekat Islam; dia membangkitkan masalah yang serius bagi segenap gerakan Islam di Jawa. Dihadapkan dengan tantangan yang kuat ini, kaum reformis dan ortodoks dipaksa merapatkan barisannya untuk bertahan. Yang lebih penting adalah, terkesan oleh kemunduran Sarekat Islam secara spektakuler dan takut akan kekejian pemerintah maka Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama mengambil jalan yang secara sadar non-politis, dan meninggalkan aksi-aksi politik Islam kepada Sarekat Islam yang semakin lumpuh dan kepada sekelompok kecil orang-orang muda yang terorganisasikan dalam Jong Islamieten Bond. Tidaklah terhindarkan bahwa pemisahan secara sadar antara aliran ortodoks yang utama dan organisasi-organisasi reformis Islam dari politik kelihatannya sesuai dengan diktum Snouck Hurgronje akan menciptakan jurang antara nasionalisme dan Islam, antara kebudayaan Indonesia yang berorientasi ke Barat dan kebudayaan santri. Jawa adalah juga tempat munculnya beragam polah para pemimpin dan para pendukung atau pengikutnya. Keseganan pemimpin-pemimpin Islam untuk melibatkan organisasiorganisasinya secara terbuka di dalam gerakan nasionalis Indonesia, dan yang lebih buruk lagi, kesediaannya secara malu-malu untuk menerima sedikit bantuan dari pemerintah kolonial, bisalah dimengerti bilamana ditafsirkan sebagai tindakan-tindakan pengkhianatan baik oleh kaum nasional 'sekuler' dan oleh juru bicara Sarekat. Akan tetapi, cukup paradoks,

50

perpecahan antara agama dan politik dalam hal-hal tertentu lebih artifisial daripada real - dan karena itu untuk sebagian sifatnya lokal dan sementara daripada universal dan bertahan lama - sedangkan dalam hal-hal tertentu dia berakar di dalam alasan-alasan yang lebih fundamental yang menghalangi perkembangan kekuatan-kekuatan politik Islam yang langgeng untuk dasawarsa-dasawarsa mendatang. Maka secara politik Jawa sangat penting artinya dibandingkan secara ekonomi. Di luar Jawa pembagian antara politik dan tidak begitu terlihat seperti dalam bidang ekonomi. Terutama di Sumatra, reformisme Islam hampir sejak semula terlibat dalam politik, dan beberapa kali malah menjadi gerakan-gerakan radikal keras, meskipun hal itu menimbulkan kekhawatiran di kalangan pemimpin-pemimpin pusat di Jawa. Hal ini bukanlah karena kenyataan bahwa reformisme Sumatra itu ada dalam dirinya (sui generis) tapi lebih disebabkan oleh lingkungan sosial tempat dia bergerak. Di Sumatra, terutama di daerah Minangkabau di pantai barat pulau tersebut, telah bangkit sebuah kelas menengah baru yang hampir secara eksklusif berasal dari diperkenalkannya tanaman-tanaman ekspor terutama karetdi daerah tersebut. Sementara di Jawa hal ini tidak terlihat. Daya respon orang-orang Sumatera lebih tinggi dibandingkan orang-orang di Jawa. Kalau sekiranya di Jawa ada 'kelas menengah' maka itu adalah terutama fenomena sosial, dan bukannya ekonomi, di Sumatra dia berakar di dalam perubahan ekonomi. Bilamana di Jawa kaum inteligensia yang memperoleh pendidikan Barat lebih berkuasa daripada masyarakat dagang yang berorientasi kepada Islam, maka di Sumatra yang terjadi adalah sebaliknya. Dengan demikian arti penting reformisme Sumatra secara politis sebagian besar adalah akibat dari ketiadaan elite politik di pulau tersebut yang memperoleh pendidikan Barat dan berorientasi kepada Barat. Memang benar orang-orang Sumatra, mengambil manfaat dari sekolah Belanda sama besarnya, kalau relatif tidak lebih besar, dengan orangorang Jawa dan orang Sunda. Akan tetapi karena pendidikan tinggi, maupun lowongan menjadi pegawai pemerintah lebih bisa diperoleh di Jawa, maka orang-orang Sumatra yang telah memperoleh pendidikan Barat bukannya kembali ke daerahnya akan tetapi menetap di Jawa, di mana mereka memainkan peranan yang penting dalam gerakan nasionalisme 'sekuler' yang berpusat di Jawa. Maka, Jawa awal abad ke-20 adalah wilayah yang sangat heterogen, tapi juga sangat berwarna-warni, penuh dengan spektrum keanehan dan keganjilan. Di Jawa terlihat banyak ketidakadilan dan menciptakan banyak kubu-kubu yang berbeda: yang mendapatkan fasilitas dan yang dianaktirikan oleh penguasa. Kaum elite Indonesia yang memperoleh pendidikan Barat bisa berbuat lebih banyak karena akomodasi yang disediakan oleh pemerintah kolonial terhadap kaum pelajar berpendidikan Barat. Di Jawa juga gaya hidup Jahiliyah pertama dimulai di Nusantara ini. Berbeda dengan kepemimpinan agama, yang mempunyai kubu-kubunya di pusat-pusat kediaman orang-orang Indonesia, kebanyakan pemimpin-pemimpin nasionalis berkelompok di seputar kota-kota bergaya Barat, terutama di ibukota Batavia, tempat kediaman pemerintahan kolonial dan Volksraad, yang menjadi titik tumpu politik nasional. Gaya orang-orang beragama menjadi ejekan dan gaya Barat menjadi pujaan. Orang pribumi sekuler mempunyai kemampuan mengungkapkan dirinya secara baik bukan saja di dalam warisan tradisi politik liberalisme dan sosialisme Barat, akan tetapi juga di dalam permainan politik parlementer di dalam lembaga-lembaga perwakilan di pusat dan di propinsi, kaum nasionalis 'sekuler' dengan demikian memberi dampak semacam keahlian yang bagi kebanyakan pemimpin Islam. Jawa adalah tempat di mana pertimbangan pendidikan telah menghilangkan pertimbangan agama untuk loyalitas kepada pemimpin. Bilamana ini benar bagi para pemimpinnya maka ini pun sama benarnya bagi anggota-anggota eselon kedua para pengikutnya masing-masing. Karena pendidikan gaya Barat merupakan prasyarat bagi pegawai negeri dan bagi pekerjaanpekerjaan di perusahaan-perusahaan Barat, beberapa orang Indonesia yang mengambil manfaat dari pendidikan Barat mulai berkenalan dengan metode-metode administrasi Barat dan, sebagian kecil, metode-metode kewiraswastaan Barat, dari mana kebanyakan tamatan sekolah-sekolah Islam ipso facto tersingkirkan. Di Jawa pula, oleh karena pengaruh Barat yang demikian hebat, agama menjadi sesuatu yang tidak rasional lagi di tengah-tengah masyarakatnya. Dibandingkan dengan tujuan-tujuan politik Islam, nasionalisme Indonesia menawarkan kritik yang masuk akal terhadap kolonialisme dan sebuah program bagi negara Indonesia yang sekuler, yang berdasarkan lembagalembaga perwakilan, yang berdedikasi kepada prinsip-prinsip nasionalisme dan demokrasi maupun tugas-tugas perencanaan ekonomi dan sosial kalau bukan sosialis atau singkatnya reproduksi sistem politik Barat di bawah naungan paham Barat yang secara paradoks anti Barat (anti-Westernism) yang begitu khas bagi kebanyakan negara-negara bukan Barat. Paradoks ini hanya terdapat di Jawa, tidak di Aceh atau wilayah lainnya. Maka kondisi yang demikian inilah yang menggambarkan betapa jahiliyahnya penduduk Jawa di awal abad ke-20 ini. Di Jawa awal abad ke-20 inilah terlihat arogansi orang-orang yang mengaku intelektual; mereka memandang rendah terhadap agama. Meskipun ada beberapa orang Indonesia yang memperoleh pendidikan Barat yang berhasil membangun jembatan antara kebudayaan Barat dengan reformisme Islam, mayoritas kaum nasionalis yang secara politis sadar, menganut sikap angkuh dan menghina terhadap Islam, suatu sikap yang jelas-jelas diambil dari Barat, dan sangat serupa dengan sikap-sikap yang ada di kalangan-kalangan orang Barat. Negara sekuler dan modern yang diidamkannya hanya sedikit saja gunanya bagi para santri dan ulama demikian pula bagi adat dan priyayi. Kedua-duanya, di dalam pandangannya mewakili elemen-elemen yang secara intrinsik konservatif yang telah ditakdirkan untuk hancur di dalam evolusi politik negaranya. Bahkan mereka mulai mengejek dan menuduh agama (Islam) dengan macam-macam istilah yang tidak masuk akal. Beberapa pemimpinnya malah melihat di dalam Islam sebuah unsur perusak historik persatuan Indonesia yang lebih besar di masa lalu, sambil memuja kebesaran kerajaan pra-Islam seperti Sriwijaya dan Majapahit, sebagai model-model ideal tentang Indonesia Raya menurut aspirasi-aspirasi politiknya. Padahal Islamlah yang telah menyatukan semua hati mereka pada awal dan akhirnya. Maka di pulau Jawa mulai terjadi perang logika tingkat tinggi. Kaum Muslimin melihat kaum intelegensia berpendidikan Barat sebagai produk Barat tanpa Allah serta materialistik, yang secara licik meremehkan justru dasar identitas Indonesia, yang menurut anggapannya serupa dengan Islam. Khususnya, juru bicara kaum ortodoks melawan ide nasionalisme dengan kosmopolitanisme Islam sebagai suatu budaya dunia. Dan bahkan kaum reformis, yang lebih bersimpati kepada ide negara nasional, mengatakan bahwa negara Indonesia merdeka, sejauh dia menjadi negara sekuler, akan menjadi musuh besar Islam sebagaimana kekuasaan penjajahan orang-orang 'kafir'. Perang logika tingkat tinggi ini kemudian diturunkan ke tingkat yang lebih rendah. Mereka mulai membenci kenyataan bahwa inspirasi ideologis nasionalisme lndonesia datang dari sumber-sumber asing, sedangkan Nabi sendiri, di dalam pesannya, mempersiapkan norma-norma etis yang mengandung dan melebihi semua spekulasi politis tandus milik pemikir-pemikir Barat. Kaum intelektual dan semua orang yang bukan intelektual serta berpikiran waras di Jawa adalah orang-orang yang "sabar" dan perlahan-lahan. Namun ketika suasana ini sudah demikian mengendap di dasar alam bawah sadar, maka pemberontakan terhadap situasi statis mulai muncul. Awal pemberontakan adalah konflik. Kaum nasionalis sekuler dan nasionalis Muslim berada dalam suasana konflik yang semakin meningkat di dalam masa pemerintahan kolonial, dalam hal kaum nasionalis ini terjadi karena mereka semakin tidak sabar terhadap perubahan kekuasaan kolonial yang begitu perlahan-lahan dan menjengkelkan, sedangkan dalam hal kaum Muslim terutama karena arah yang diambil oleh perubahan tersebut. Perbedaan-perbedaan yang menentukan ini tetap membekas dalam sejarah Indonesia selanjutnya, sebuah sejarah, yang karena masalah itu, tetap dalam proses yang tak kunjung mencapai akhir. Semua orang di Indonesia hampir gila menanti kapan berakhirnya semua drama kemanusiaan ini, kapan Negara Islam berkesempatan mengatur semua ketidakteraturan ini. Masa Kecil SM Kartosoewirjo Bab Dua Masa Kecil SM Kartosoewirjo

51

Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo demikian nama lengkap dari S.M. Kartosoewirjo, yang dilahirkan pada tanggal 7 Januari 1907 di Cepu, sebuah kota kecil antara Blora dan Bojonegoro yang menjadi daerah perbatasan Jawa Timur dengan Jawa Tengah. Kota Cepu ini menjadi tempat di mana budaya Jawa bagian timur dan bagian tengah bertemu dalam suatu garis budaya yang unik. Untuk memahami dalam konteks yang bagaimana ia lahir dan tumbuh besar, kita perlu melihat bagaimana setting sejarah Indonesia di awal abad ke-20 ini. Mungkin gaya pendekatan sejarah alternatif (alternative hiostory) akan cocok untuk memahami sosok Kartosoewirjo sebenarnya. Pada awal abad ini dimulai suatu perubahan besar di Hindia Belanda (nama Indonesia ketika itu). Pada bulan Januari 1901 Ratu Wilhelmina di depan Parlemen yang anggota-anggotanya ketika itu baru terpilih, mengumumkan sebuah kebijakan program Pemerintah Belanda tentang negeri jajahan yang nantinya akan berpengaruh besar terhadap perkembangan situasi dan kondisi Indonesia selanjutnya. Ketika Pemerintah Kerajaan Belanda sangat menyadari betul bahwa di masa lalu sudah banyak perusahaan milik orang-orang Belanda dalam menjalankan roda perekonomiannya telah memperoleh keuntungan materi yang berlimpah ruah dari Hindia Belanda, sementara itu mereka melihat banyak sekali dari penduduk di tanah jajahan Hindia Belanda mengalami dampak eksploitasi ekonomi besar-besaran tersebut berupa kemiskinan di mana-mana. Sejarah ekonomi Indonesia masa kolonial Belanda telah menghasilkan banyak kemelaratan di tengah gemerlapannya kemodernan ekonomi yang dibawa penjajah kafir ini. Maka timbul niat untuk sedikit mengubah kondisi yang ada. Kesadaran ini menjadikan tujuan utama pemerintah jajahan di masa mendatang, adalah bagaimana dari program itu mampu merubah dan memperbaiki kesejahteraan rakyat. Dan memang haruslah mereka fahami bahwa selama ini bangsa Belanda telah berhutang budi kepada rakyat Hindia Belanda. Dengan bernaung di bawah apa yang kemudian dikenal dengan politik etis (Etische Politiek), pemerintah Hindia Belanda mencoba perlahan demi perlahan menjalankan programnya membuka kesempatan bagi anak-anak Indonesia dari golongan atas untuk mengikuti sekolah-sekolah berbahasa Belanda tingkat dasar dan menengah. Maka enlightened elit modern kolonial mulai terbentuk di Indonesia setelah pegawai-pegawai negeri pemerintah kolonial Hindia Belanda melahirkan generasi pertamanya. Seiring dengan dibukanya kesempatan bagi rakyat Indonesia untuk mendapatkan pendidikan yang lebih maju, maka terjadilah proses transisi masyarakat Indonesia dari tradisional ke modern. Dari Generasi terdidik inilah yang nantinya sebagai tonggak awal kebangkitan bangsa Hindia Belanda dimana kesadaran nasionalisme telah muncul di dalam hati sanubari mereka yang paling dalam. Begitulah Kartosoewirjo, dia lahir dalam situasi yang sedemikian menguntungkan sehingga karena kedudukan "istimewa" orang-tuanya ia termasuk dalam salah seorang anak-anak negeri ini yang berkesempatan mengecap pendidikan modern kolonial Belanda yang sangat maju di zamannya. Maka, Belanda tidak hanya menggunakan kekuatan senjata untuk "menjinakkan" Indonesia. Selama ini tentara marsose sering sekali dipakai sebagai kekuatan represif yang ampuh untuk menentramkan Indonesia. Politik Etis telah memberikan perhatian yang cukup besar pada pendidikan Barat bagi penduduk Indonesia, dengan dibangunnya sejumlah sarana pendidikan di beberapa tempat. Namun sayangnya kebanyakan dari sekolah-sekolah ini menggunakan bahasa daerah sebagai bahasa pengantarnya, sedikit sekali dari sekolah-sekolah tersebut yang menggunakan bahasa Belanda sebagai pengantar, kalaupun ada itupun yang prestigious, yang para tamatannya kemudian mendapat pekerjaan orang-orang berdasi (white collar jobs), yang memang banyak dicari, atau meneruskan pelajarannya ke perguruan tinggi di daerah jajahan ataupun di negeri Belanda. Semangat penggalian akan pendidikan Barat oleh kebanyakan pelajar Indonesia ternyata jauh lebih besar dari yang diantisipasi atau diinginkan oleh pemerintah Hindia Belanda. Kebutuhan ini disambut dengan pertumbuhan pesat sekolah-sekolah swasta pada tahun 1920-an dan 1931-an, khususnya di Jawa dan di daerah Minangkabau, Sumatera Barat. Sangat disayangkan sekolah-sekolah swasta ini yang umumnya kecil-kecil, tidak mempunyai perlengkapan dan gedung yang memadai, serta kurikulumnya seringkali tidak sama dengan kurikulum sekolah pemerintah, Atau istilahnya sekolah yang didirikan ini dikenal sebagai "sekolah liar" dan bervariasi yang dibuat dari sistem yang longgar, dimana sekolah ini dikelola oleh Taman Siswa dan Muhammadiyah hingga ke sejumlah sekolah perorangan yang didirikan oleh organisasi-organisasi keagamaan dan partai-partai politik. Namun di Minang berkembang suatu kesadaran historis dan pendidikan yang luar biasa bagi dunia gerakan penyadaran bangsa lewat usaha swasta. Organisasi Islam modern Muhammadiyah merupakan organisasi paling penting di Indonesia ketika itu. Berdiri di Yogyakarta pada tahun 1912. Didirikan oleh Kyai Haji Ahmad Dahlan (1868-1923) yang berasal dari elite agama kesultanan Yogyakarta. Ahmad Dahlan ini pada dasarnya adalah seorang tokoh aristokrat, namun karena keberpihakannya pada rakyat Muslim menjadikan ia dikenal sebagai tokoh populis. Selain itu, sesuai dengan semangat pada masa itu, ia juga adalah seorang peletak dasar pendidikan Islam modern. Sebagai pendidik, ia memulai karir intelektualnya pada tahun 1890 ketika ia naik haji ke Mekah sekaligus belajar bersama-sama Ahmad Khatib dan yang lain-lain. Haji merupakan simbol pengakuan agamis terhadap seseorang, sedangkan belajar atau berguru pada beberapa syech di sana merupakan simbol pengakuan dunia pendidikan yang relatif sekuler. Usai pengembaraan intelektualnya, ia kembali pulang dengan tekad bulat untuk memperbaharui Islam dan menentang usaha-usaha kristenisasi yang dilakukan oleh kaum misionaris Barat. Tahun 1909 ia masuk ke dalam organisasi Budi Utomo dengan harapan dapat berkhotbah tentang pembaharuan di kalangan anggotanya, namun para pendukungnya yang telah mengenal pemikiranpemikirannya berusaha mendesak Ahmad Dahlan untuk mendirikan sebuah organisasi sendiri. Akhirnya pada tahun 1912 didirikanlah organisasi Muhammadiyah di Yogyakarta. Berbeda dengan Budi Utomo, Muhammadiyah di sebagian besar programnya sangat mencurahkan pada usaha-usaha pendidikan serta kesejahteraan sekaligus gencar melakukan kegiatan program dakwah guna melawan usaha-usaha kristenisasi yang mulai menjamur di daerah Jawa, juga memberantas 'ketakhyulan-ketakhyulan' lokal yang memang sudah menjadi kepercayaan dikalangan rakyat. Dengan semangat pembaharuan pemikiran yang dilaksanakan oleh Organisasi Muhamadiyah ini banyak sekali mengalami hambatan, sehingga pada awal berjalannya, Muhamadiyah berkembang secara lamban. Organisasi ini ditentang atau diabaikan oleh para pejabat, guru-guru Islam gaya lama di desa-desa, hierarki-hierarki keagamaan yang diakui pemerintah, dan oleh komunitas-komunitas orang saleh yang menolak ide-ide Islam Modern. Dalam rangka upaya-upaya pemurniannya, organisasi ini mengecam kebiasaan-kebiasaan yang telah diyakini oleh orang-orang saleh Jawa selama berabad-abad sebagai Islam yang sebenarnya, seperti selamatan, ziarah ke kubur. Dengan demikian, maka kehadiran Muhammadiyah dianggap mengancam kelanggengan tradisi masyarakat sehingga menimbulkan banyak permusuhan dan kebencian di dalam komunitas agama di Jawa. Bersamaan dengan itu, lingkungan politik berbalik arus menentang radikalisme, tetapi ironisnya keadaan ini malah menempatkan ISDV (Indische Social-Democratische Vereniging) dalam posisi untuk memimpin gerakan politik rakyat. ISDV saat itu berada di tangan Semaun dan seorang pemuda bangsawan Jawa yang bernama Darsono (lahir tahun 1897). Pada awal perjalanannya, dengan jumlah anggotanya hanya 269 orang pada tahun 1920, organisasi ini memang masih sangat kecil dan juga sangat terbatas, tetapi kemudian sebagian besar anggotanya adalah orang Indonesia. Maka organisasi ini menjadi organisasi pribumi yang meraup banyak pengikut. Inilah cikal-bakal organisasi yang menggerogoti Islam secara sangat kejam hingga ke PKI dan gerakan-gerakan kiri lainnya di era reformasi sekarang ini. Pada bulan Mei 1920 organisasi ini mengalami pergantian nama menjadi Perserikatan Komunis di Hindia dan pada tahun 1924 berganti nama lagi menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI). Organisasi inilah yang paling banyak berperang dengan kalangan ideolog Islam, secara fisik maupun psywar. Dengan pasang naiknya paham-paham Barat non-agama, maka PKI dan organisasi-organisasi yang bergerak dengan kesadaran kiri ini kemudian banyak diuntungkan, sementara Islam mulai memasuki pasang surut yang semakin hari semakin "kurang darah". Untuk melihat kondisi Islam Indonesia pada masa-masa awal sebelum the formative age yang dialami Kartosoewirjo, kita harus melihat Islam yang mulai berubah pada tingkat dunia. Menjelang tahun 1925, di dunia internasional Islam mengalami sebuah perubahan besar. Ketika pada tahun 1924 negara Turki telah menghapus jabatan khalifah, pemimpin agama semua kaum muslim, yang telah dituntut sebagai haknya oleh sultan-sultan Usmani selama sekitar enam dasawarsa. Mesir bermaksud menyelenggarakan suatu konferensi Islam Internasional guna membahas masalah kekhalifahan tersebut. Perpecahan ini tidak hanya memperlihat betap barbariannya para penguasa-penguasa negeri yang dulunya pernah menjadi negeri Islam. Akan tetapi, terjadi kekacauan lagi ketika pada tahun 1924 Ibn Sa'ud merebut Mekah, dan menyebarkan ide-ide pembaharuan Wahabi serta menyatakan bahwa dirinya adalah khalifah. Dia juga menghimbau seluruh kaum muslim supaya menghadiri konferensi-konferensi tersebut, tetapi wakil-wakilnya sebagian besar berasal dari kalangan Islam Modernis, dan ketika itu tokoh Tjokroaminoto sangat menonjol dalam konferensi tersebut. Di Timur Tengah sedang terjadi kemerosotan Islam, maka di Nusantara Islam mengalami titik

52

awal kebangkitan yang baru terlihat seperti seberkas sinar lampu kecil. Sinar lampu Islam juga terlihat dengan bangkitnya umat Islam melalui pergerakan-pergerakan yang mewarnai gerakan-gerakan lainnya. Muhammadiyah, SI, NU, Al-Irsyad dan lain-lain bermunculan. Namun tak lama kemudian mengalami kekurangan darah semangat kembali. Seiring dengan telah wafatnya Ahmad Dahlan sebagai orang nomor satu di Muhamadiyah, organisasi ini mengalami penyusutan anggota dengan hanya beranggotakan 4.000 orang saja pada tahun 1925, tetapi organisasi ini telah mendirikan lima puluh lima sekolah dengan 4.000 orang murid, dua balai pengobatan di Yogyakarta dan Surabaya, sebuah panti asuhan, dan sebuah rumah miskin. Organisasi Islam Jawa modern ini adalah organisasi yang bisa menyatukan antara orang-orang beriman di Jawa dengan di tempat-tempat lain di Nusantara. Organisasi ini diperkenalkan di Minangkabau oleh Haji Rasul pada tahun 1925 dan mendapatkan sambutan yang luar biasa oleh kalangan agamawan Islam di sana. Sesaat setelah berhubungan dengan dunia Islam yang dinamis di Minangkabau, maka organisasi ini berkembang dengan pesat. Minang adalah sumber darah segar bagi perkembangan organisasi Islam yang dilahirkan dan dibidani di Jawa. Pada tahun 1930, menurut catatan M.C. Ricklefs, jumlah anggota organisasi ini sebanyak 24.000 orang, pada tahun 1935 berjumlah 43.000 orang, dan pada tahun 1938 organisasi ini mengklaim mempunyai anggota yang luar biasa banyaknya, yaitu 250.000 orang. Pada tahun 1938 organisasi ini telah menyebar di semua pulau utama di Indonesia, mengelola 834 mesjid dan langgar, 31 perpustakaan umum dan 1.774 sekolah, serta memiliki 5.516 orang mubalig pria dan 2.114 orang mubalig wanita. Perkembangan yang pesat ini tampaknya tidak diikuti oleh organisasi Islam modern lainnya, karena itu, menuriut Dengel, bisa dikatakan bahwa sejarah Islam Modern di Indonesia sesudah tahun 1925 adalah sejarah Muhammadiyah. Namun, kemerosotan Muhammadiyah setelah tahun-tahun kejayaannya itu dimulai justru di Pulau Jawa, Pulau Penggembosan. Demikianlah sekilas setting sejarah yang mengitari saat-saat S.M. Kartosoewirjo lahir. Ia lahir dan mengalami masa-masa kecilnya pada saat gerakan-gerakan Islam mengalami pasang naik dan pasang surut secara bersamaan. Maka orang tuanya bukanlah orang yang dikenal fanatik atau anti-Islam; melainkan orang tua yang biasa-biasa saja, yang menyerahkan anaknya pada perputaran zaman. Ayahnya, yang bernama Kartosoewirjo, bekerja sebagai mantri yang bekerja pada kantor yang mengkoordinasikan para penjual candu di kota kecil Pamotan dekat Rembang. Di bawah sistem administrasi pemerintahan Hindia Belanda, profesi pedagang candu memiliki kedudukan istimewa. Karena itu pedagang candu diangkat menjadi pegawai oleh pemerintah kolonial Belanda di bidang distribusi perdagangan candu yang dikontrol oleh pemerintah. Candu, ketika itu, tidak pernah masuk ke dalam persoalan yang dianggap penting oleh organisasi-organisasi Islam. Namun, juga karena ketidakperhatiannya organisasi-organisasi Islam ketika itu, bagi pemerintah Hindia Belanda adalah sesuatu yang sangat penting. Ekonomi Hindia Belanda hampir seperempatnya disokong oleh perdagangan candu ini. Sedemikian pentingnya perdagangan candu di mata penguasa kolonial Belanda, maka jabatan mantri candu pun disamakan dengan Sekretaris Distrik. Dalam posisi inilah, ayah S.M. Kartosoewirjo mempunyai kedudukan yang cukup penting sebagai seorang pribumi saat itu. Kedudukan orang tua berpengaruh terhadap pembentukan dan garis sejarah anaknya. Maka Kartosoewirjo pun kemudian mengikuti tali pengaruh ini hingga pada usia-usia remajanya. Dengan kedudukan istimewa inilah serta makin mapannya "gerakan pencerahan Indonesia", S.M.Kartosoewirjo dibesarkan dan berkembang. Ia terasuh di bawah sistem rasional Barat yang mulai dicangkokkan Belanda di tanah jajahan Hindia. Suasana politis ini juga mewarnai pola asuh orang tuanya yang berusaha menghidupkan suasana kehidupan keluarga yang liberal. Masing-masing anggota keluarganya mengembangkan visi dan arah pemikirannya ke berbagai orientasi. Ia mempunyai seorang kakak perempuan yang tinggal di Surakarta pada tahun 50-an yang hidup dengan penuh keguyuban, dan seorang kakak laki-laki yang memimpin Serikat Buruh Kereta Api pada tahun 20-an, ketika di Indonesia terbentuk berbagai Serikat Buruh. Gerakan buruh kemudian banyak dipengaruhi oleh konsepsi-konsepsi Karl Marx tentang "ideologi kaum buruh". Pada masa sekitar tahun 1909, di seluruh Indonesia banyak bermunculan organisasi-organisasi baru di kalangan elite terpelajar, yang sebagian besar didasarkan atas identitas-identitas kesukuan. Sarekat Ambon (1920) dan organisasi-organisasi pendahulunya sejak tahun 1909 bertujuan untuk melindungi kepentingan-kepentingan orang Ambon; Jong Java (Pemuda Jawa, 1918) merupakan lembaga para mahasiswa yang pertama; Jong Pasundan (1914) merupakan organisasi semacam Budi Utomo untuk orang Sunda; Sarekat Sumatra (Sumatranen Bond, 1918) merupakan kelompok mahasiswa Sumatera; Jong Minahasa (Pemuda Minahasa, 1918) adalah untuk orang-orang Minahasa; Timorsch Verbond (Persekutuan Orang-orang Timor, 1921) didirikan oleh orang-orang Timor yang keluarga-keluarganya berasal dari Roti dan Savu untuk melindungi kepentingan-kepentingan rakyat Timor; Kaum Betawi (1923) giat berusaha memajukan hak-hak warga Indonesia 'asli' dari Batavia; Pakempalan Politik Katolik Jawa (Persatuan Politik Orang-orang Jawa yang Beragama Katolik, 1925) mengabdi kepada kepentingan-kepentingan kelompok minoritas itu. Organisasi-organisasi tersebut dan masih banyak kelompok lainnya tidak hanya mencerminkan adanya euphoria atau kegairahan baru untuk berorganisasi namun juga mencerminkan masih kuatnya identitas-identitas kesukuan dan kemasyarakatan yang terus berlangsung. Organisasi yang mempunyai konsep tentang suatu identitas untuk seluruh Indonesia masih belum mempunyai pendukung yang berarti. Pembelahan organisasi selain karena masalah kedaerahan, juga masalah ideologi. Organisasi yang menanamkan ideologi hanya dari kalangan pemikir dan tokoh-tokoh pergerakan Islam dan gerakan kiri. Maka Organisasi yang memperoleh kemajuan adalah organisasiorganisasi Islam dan organisasi sosialis maupun komunis. Islam tidak ketinggalan dalam soal pendidikan, maka tidak ketinggalan juga para buruh dan pegawai yang tergabung dalam serikat-serikat pekerja kiri pun berdiri di Indonesia ketika masa ramai-ramainya pembentukan organisasi ini. Antara tahun 1908 dan 1918 berdiri serikat-serikat bagi para guru di sekolah-sekolah pemerintah, para petugas pabean, para pegawai pegadaian pemerintah, para pegawai monopoli candu pemerintah, para pegawai pekerjaan umum, para pekerja perbendaharaan, para buruh pabrik gula, serta untuk kaum tani dan kaum buruh pada umumnya. Kehadiran pabrik gula ini telah menghasilkan banyak perubahan dalam kehidupan ekonomi petani pedesaan Jawa. Akan tetapi, yang mengambil manfaat dari kehadiran industri gula ini adalah kaum politisi yang menggerakkan buruh untuk kepentingan politik mereka sendiri. Akan tetapi, organisasi serikat buruh pada umumnya lemah karena adanya tenaga kerja yang berlebihan dan tekanan para majikan (pemerintah maupun swasta) yang tidak dilarang secara hukum maupun sentimen untuk memanfaatkan segala alat yang ada guna mematahkan pemogokan-pemogokan. Pada bulan 1918 gairah politik masa Perang Dunia I mencapai puncaknya ketika revolusi sosial demokrat di Jerman seolah-olah akan juga berpengaruh ke negeri Belanda. Namun ternyata upaya tersebut mengalami kegagalan. Walaupun hasilnya yang pasti belum diketahui di Indonesia, van Limburg Stirum, yang barangkali juga sudah tahu bahwa kerajaan Belanda selamat dan ssemata-mata memanfaatkan kesempatan itu untuk mendukung pembaharuan lebih lanjut, memberikan 'janji-janji November'-nya yang menyetujui pengalihan wewenang selanjutnya kepada Volksraad dan perbaikan-perbaikan sosial lainnya yang tidak terinci. Bagi para aktivis pergerakan tampaknya Volksraad semakin memberi harapan. Dua aliran yang bertentangan telah muncul sebagai dasar bagi dilakukannya peremajaan secara nasional, dan kini ditambah aliran pemikiran yang ketiga. Aliran kalangan atas yang mencari modernisasi secara Barat (dan setidak-tidaknya mempunyai unsur-unsur anti Islam) paling jelas diwakili oleh Budi Utomo dan aliran Islam Modern diwakili oleh Muhammadiyah, kini ditambah dengan ide-ide sosialis yang radikal. Namun, perkembangan revivalisme Islam paling hebat justru didukung oleh massa petani di pedesaan. Pada tahun 1911 suatu partai politik yang bernama Indische Partij (Partai Hindia) didirikan oleh seorang Indo-Eropa yang radikal bernama E.F.E. Douwes Dekker (Setiabudi, 1879-1850), seorang keluarga jauh E. Douwes Dekker (Multatuli). Partai ini mempermaklumkan suatu nasionalisme 'Hindia' dan menuntut kemerdekaan. Dua orang Jawa yang terkemuka, Tjipto Mangunkusumo dan Suwardi Surjaningrat (kemudian disebut Ki Hajar Dewantara, 1889-1959), bergabung dengan Douwes Dekker. Pemerintah tidak mau mengakui partai ini, dan pada tahun 1913 ketiga pemimpin tersebut diasingkan ke negeri Belanda (Tjipto sampai tahun 1914, Douwes Dekker sampai tahun 1918, dan Suwardi sampai tahun 1919). Organisasioraganisasi kaum nasionalis ini seperti organisasi KNPI, AMPI atau HMI sekarang yang hanya bisa berdiskusi dan tak berbuat banyak. Yang sebenarnya berbuat adalah para petani di pedesaan yang habis-habisan berontak dan mengadakan resistensi politik sehebat mungkin bahkan tak pernah ada suatu pemberontakan yang lebih hebat dari pemberontakanpemberontakan yang dilakukan petani. Dalam dunia ekonomi yang berubah, kaum tanilah yang paling kena getahnya dari sistem baru yang dibawa Belanda. Pada tahun 1909 seorang lulusan OSVIA bernama Tirtoadisurjo yang telah meninggalkan dinas pemerintahan dan menjadi wartawan, mendirikan Sarekat Dagang Islamiyah di Batavia.

53

Pada tahun 1911, dia mendirikan suatu organisasi semacam itu lagi di Buitenzorg (Bogor). Kedua organisasi tersebut dimaksudkan untuk membantu pedagang-pedagang bangsa Indonesia dalam menghadapi saingan orang-orang Cina. Pada tahun 1911 dia mendorong seorang pedagang batik yang berhasil di Surakarta bernama Haji Samanhudi (1868-1956) untuk mendirikan Sarekat Dagang Islam sebagai suatu koperasi pedagang batik anti-Cina. Di daerah Jawa Timur juga didirikan cabang-cabang lainnya, adapun sasaran yang ingin dicapai adalah bagaimana mempungsikan peranan Islam dalam masyarakat desa, disamping itu memberikan pendidikan politik terhadap mereka sehingga bisa berperan aktif dalam setiap perjuangan kemerdekaan. Di Surabaya HOS Tjokroaminoto (1882-1934) menjadi pimpinan organisasi itu, ia juga seorang lulusan OSVIA yang telah mengundurkan diri dari dinas pemerintahan. HOS Tjokroaminoto adalah seorang tokoh yang memiliki kharisma yang menjadi terkenal karena sikapnya yang memusuhi orang-orang yang memegang kekuasaan, baik yang berkebangsaan Belanda maupun Indonesia, dan dengan cepat menjadi pemimpin yang paling terkemuka dari gerakan rakyat yang pertama itu. Sejak tahun 1912, SI berkembang dengan pesat, dan untuk pertama kalinya tampak adanya asas rakyat walaupun sukar dikendalikan dan hanya berlangsung sebentar. Pada tahun 1919, SI menyatakan mempunyai anggota 2 juta orang, tetapi jumlah yang sesungguhnya mungkin tidak pernah lebih dari setengah juta orang. Tidak seperti Budi Oetomo, SI berkembang dari Jawa ke daerah-daerah luar Jawa, tetapi Jawa tetap menjadi pusat dari kegiatan-kegiatannya. Anggota-anggotanya harus mengangkat sumpah rahasia dan memiliki kartu anggota yang sering kali dianggap sebagai jimat oleh orang-orang desa. Tjokroaminoto kadang-kadang dianggap sebagai Ratu Adil, 'raja yang adil' yang diramalkan oleh tradisi-tadisi Jawa yang bersifat mesianistis, dan yang disebut Eru Cakra (yaitu nama yang sama dengan Cakra-aminata, Tjokroaminoto). SI menyatakan setia kepada rezim Belanda, tetapi ketika organisasi tersebut berkembang di desa-desa maka meletuslah tindak kekerasan. Rakyat pedesaan tampaknya lebih menganggap SI sebagai alat bela diri dalam melawan struktur kekuasaan lokal yang kelihatannya monolitis, yang tidak sanggup mereka hadapi, daripada sebagai gerakan politik modern. Oleh karena itulah, maka organisasi tersebut menjadi lambang kesetiakawanan kelompok yang dipersatukan dan tampaknya didorong oleh perasaan tidak suka kepada orang-orang Cina, pejabatpejabat priyayi, mereka yang tidak menjadi anggota SI, dan orang-orang Belanda, kira-kira dengan urutan seperti itu. Di beberapa daerah SI benar-benar menjadi pemerintahan bayangan dan para pejabat priyayi harus menyesuaikan diri. Aksi boikot yang dilakukan terhadap pedagang batik Cina di Surakarta dengan cepat meningkat menjadi aksi saling menghina antara Cina-Indonesia dan tindak kekerasan di seluruh Jawa. Pada tahun 1913-1914 terjadi letupan tindak kekerasan yang sangat hebat di kota-kota dan desa-desa; dalam hal ini cabang-cabang Sarekat Islam lokal memainkan peranan penting. Inilah gerakan nasionalis Islam yang kelahirannya mendahului gerakan Boedi Oetomo pada tahun 1908. Ketika lahirnya Boedi Oetomo, Gubernur Jenderal van Heutsz menyambut baik Budi Utomo sebagai tanda keberhasilan Politik Etis. Memang itulah yang dikehendakinya: suatu organisasi pribumi yang progresif-moderat yang dikendalikan oleh para pejabat yang maju. Pejabat-pejabat Belanda lainnya mencurigai Budi Utomo dan menganggapnya sebagai gangguan yang potensial. Akan tetapi, pada bulan Desember 1909 organisasi tersebut dinyatakan sebagai organisasi yang sah. Adanya sambutan yang hangat dari Batavia menyebabkan banyak orang Indonesia yang merasa tidak puas dengan pemerintah untuk mencurigai Budi Oetomo itu. Sepanjang sejarahnya (organisasi ini secara resmi dibubarkan pada tahun 1935) sebenarnya Budi Utomo sering kali tampak sebagai partai pemerintah yang resmi. Organisasi-organisasi yang lebih aktif dan penting segera berdiri. Beberapa di antaranya bersifat keagamaan, kebudayaan, dan pendidikan, dan beberapa lagi bersifat politik, ada pula yang bersifat keduanya. Organisasi-organisasi itu bergerak di kalangan masyarakat bawah dan untuk pertama kalinya terjalin hubungan antara rakyat desa dan elite-elite baru. Golongan priyayi rendah merupakan lapisan anggota dan pengurus yang paling penting di dalam beberapa gerakan tersebut, tetapi golongan ini merupakan cabang priyayi rendah yang berbeda dari priyayi yang aktif di dalam Budi Oetomo. Kalau anggota-anggota Budi Oetomo sebagian besar mencetak karir mereka dalam dinas pemerintahan, maka mereka yang memimpin gerakan-gerakan yang lebih aktif tersebut hampir semuanya merupakan orang-orang yang telah berhasil menyelesaikan sekolah-sekolah Belanda, namun kemudian mengundurkan diri atau diberhentikan dari pekerjaan-pekerjaan pemerintahan. Muncul pula suatu kepemimpinan agama yang baru ketika Islam Indonesia diterapkan pada periode pembaharuan yang paling penting dalam sejarahnya. Dalam masyarakat Jawa, kelompok minoritas yang berusaha benar-benar mentaati kewajiban-kewajiban Islam dalam kehidupan sehari-hari mereka disebut silih berganti wong muslimin (kaum muslim), putihan (golongan putih), atau santri (murid sekolah agama). Ada dua kelompok yang dapat dibedakan dalam golongan masyarakat ini: kaum muslim pedesaan yang mengelompok di sekeliling para guru agama Islam (kyai) dan sekolah-sekolah agama mereka (pesantren, tempat para santri) dan, di lain pihak kelompok-kelompok muslim perkotaan yang sering kali melibatkan diri di bidang perdagangan. Kelompok-kelompok muslim perkotaan ini tinggal di daerah-daerah yang terpisah di kota-kota Jawa yang disebut kauman (tempat orang-orang yang saleh), biasanya di dekat masjid utama. Pada awal abad XX kaum muslim perkotaan ini merasakan bahwa kegiatan-kegiatan dagang mereka semakin terancam oleh saingan orang-orang Cina. Cina adalah kelompok "luar" yang sangat berpengaruh dalam ekonomi yang sangat fluktuatif ketika itu. Maka pada tahun 1911, saat para aktivis ramai-ramai mendirikan organisasi, saat itu Kartosoewirjo berusia enam tahun dan masuk Sekolah ISTK (Inlandsche School der Tweede Klasse) atau Sekolah "kelas dua" untuk kaum Bumiputra di Pamotan. Empat tahun kemudian, ia melanjutkan sekolah ke HIS (Hollandsch-Inlandsche School) di Rembang. Tahun 1919 ketika orang tuanya pindah ke Bojonegoro, mereka memasukkan Kartosoewirjo ke sekolah ELS (Europeesche Lagere School). Bagi seorang putra pribumi HIS dan ELS merupakan sekolah elite, hanya dengan kecerdasan dan bakat yang khusus yang dimiliki Kartosoewirjo maka dia bisa masuk sekolah yang direncanakan sebagai lembaga pendidikan untuk orang Eropa dan kalangan masyarakat Indo-Eropa. Semasa remajanya di Bojonegoro inilah Kartosoewirjo mendapatkan pendidikan agama dari seorang tokoh bernama Notodihardjo yang menjadi "guru" agamanya. Notodihardjo adalah tokoh Islam modern yang mengikuti Muhammadiyah dan pemikiran-pemikirannya sangat mempengaruhi bagaimana Kartosoewirjo bersikap dalam merespon ajaran-ajaran agama Islam. Notodihardjo ini kemudian menanamkan banyak aspek kemodernan Islam ke dalam alam pikir Kartosoewirjo remaja, dalam masa-masa yang bisa kita sebuat sebagai the formative age-nya. Ketika Kartosoewirjo mulai memasuki pintu gerbang kedewasaan, ia mulai berkenalan dengan organisasi Islam modern yang lebih jelas garis politiknya ketimbang Muhammadiyah yaitu Sarekat Islam. Pada tahun 1912 organisasi SDI merubah namanya menjadi Sarekat Islam (SI). Ketika itu terjadi percekcokan antara Tirtoadisurjo dan Samanhudi, sehingga Samanhudi yang sebagian besar waktunya tersita untuk urusan-urusan dagang, meminta bantuan Tjokroaminoto untuk memimpin organisasi itu. Asal-usul organisasi yang bersifat Islam dan dagang segera menjadi kabur, dan istilah Islam pada namanya kini sedikit banyak lebih mencerminkan adanya kesadaran umum bahwa anggota-anggotanya yang berkebangsaan Indonesia adalah kaum muslim, sedangkan orang-orang Cina dan Belanda adalah bukan muslim. Tjokroaminoto sendiri tampaknya tidak mempunyai pengetahuan yang mendalam tentang Islam, setidak-tidaknya jika dibandingkan dengan para ulama yang mendirikan gerakan pembaharuan agama yang sebenarnya. Tokoh Tjokroaminoto inilah yang kemudian banyak mempengaruhi perkembangan pemikiran dan aksi politik Kartosoewirjo. Kartosoewirjo dalam Kancah Gerakan Nasionalisme Indonesia Bab Tiga Kartosoewirjo dalam Kancah Gerakan Nasionalisme Indonesia Pada tahun 1923, setelah menamatkan sekolah di ELS, Kartosoewirjo pergi ke Surabaya melanjutkan studinya pada Sekolah Kedokteran Belanda untuk Pribumi, NIAS (Nederlandsch

54

Indische Artsen School). Di sekolah tersebut ia mengikuti tingkat persiapan (Voorbereidende School) selama tiga tahun. Kemudian pada tahun 1926 ia memulai kuliah utama yang sebenarnya, yang hanya khusus membahas persoalan-persoalan medis. Justru pada saat-saat kuliah inti inilah ia terlibat dengan banyak aktivitas organisasi pergerakan nasionalisme Indonesia di Surabaya. Dikenal ketika itu daerah Surabaya merupakan kota pergerakan kaum nasionalis Hindia. Untuk melihat bagaimana kiprah dan pemikiran Kartosoewirjo yang dipengaruhi oleh berbagai ideologi ketika itu, maka kita perlu terlebih dahulu memahami konteks sosial-politik kota Surabaya tahun 1920-an. Di Surabaya sudah banyak bermunculan gerakan kaum nasionalis dengan berbagai organisasi tempat mereka berkumpul dan berdebat tentang cita-cita bagaimana bentuk Indonesia di masa depan. Para intelektual mulai memikirkan tentang sistem negara, ideologi atau haluan politik dan bentuk perjuangan yang kesemuanya mengambil konsep-konsep modern dari Barat. Hanya sedikit yang mengambilnya dari latar belakang sejarah Islam. Maka, tidaklah terlalu salah jika kita mengatakan bahwa modernisasi Indonesia dimulai pada periode ini. Keengganan para modernis Indonesia untuk memakai sistim Islam yang nantinya telah menyeret bangsa Indonesia yang akan diperjuangkan ke dalam lembah krisis yang berkepanjangan. Kunci perkembangan pada masa ini, sebagaimana disebut M.C. Ricklefs, adalah "munculnya ide-ide baru mengenai organisasi dan dikenalnya definisi-definisi dan konsep-konsep baru yang sebelumnya tidak pernah didengar oleh sebagian besar masyarakat Indonesia waktu itu." Ide baru tentang organisasi meliputi bentuk-bentuk organisasi dan sistem kepemimpinan yang baru, sedangkan definisi yang baru dan konsep-konsep baru yang, mengutip Ricklefs, "lebih canggih mengenai identitas meliputi analisis yang lebih mendalam tentang lingkungan agama, sosial, politik, dan ekonomi." Organisasi-organisasi kaum nasionalis itu terhimpun menjadi satu di dalam wadah yang bernama Perhimpunan Indonesia (PI). Di dalam perhimpunan ini terdapat banyak aliran pemikiran dan kecenderungan ideologis yang sedikitnya ada empat pikiran pokok dalam ideologi PI yang dikembangkannya sejak permulaan tahun 1925. Ideologi perhimpunan menempatkan kemerdekaan Indonesia sebagai tujuan politik utama dengan memperhatikan persoalan-persoalan sosial dan ekonomi serta politik. Keempat pemikiran pokok itu adalah: Pertama, Kesatuan Nasional: perlunya bangsa Indonesia mengenyampingkan perbedaan-perbedaan sempit dan perbedaan etnis serta kedaerahan sehingga perlu ada kesatuan aksi melawan Belanda untuk menciptakan negara kebangsaan Indonesia yang merdeka dan bersatu. Kedua, Solidaritas: kebulatan dan persatuan yang kukuh antara pribumi tanpa melihat perbedaan yang ada antara sesama orang Indonesia. Yang perlu disadari adalah antara "kita di sini" dan "mereka di sana" berbeda dan ada pertentangan kepentingan yang mendasar antara penjajah dan kaum nasionalis haruslah mempertajam konflik antara orang kulit putih dan sawo matang. Persatuan biasanya diperoleh karena ada musuh bersama dari luar. Ketiga, Non-kooperasi: gerakan yang sama sekali tidak mau berkompromi dengan segala hal yang berbau kolonial. Tidak bekerjasama ini diartikan sebagai upaya menyadari bahwa kemerdekaan bukan hadiah sukarela dari Belanda tetapi harus direbut dan diperjuangkan oleh seluruh rakyat bangsa Indonesia dengan mengandalkan kekuatan dan kemampuan sendiri, oleh kerena itu tidak perlu mengindahkan segala kebijakan yang dibuat oleh dewan perwakilan kolonial seperti Volksraad (Majelis Rakyat). Bahkan kaum nasionalis Islam lebih keras lagi dalam memandang Volksraad seperti Volkshuis (Rumah Rakyat) yang bertentangan "Rumah Tuhan" (Masjid). Keempat, Swadaya: dengan swadaya gerakan kaum nasionalis dimaksudkan sebagai "gerakan yang tidak berkenan bersyarikat dengan penjajah"; mengandalkan kekuatan sendiri dan mengembangkan suatu struktur alternatif dalam kehidupan nasional, politik, sosial, ekonomi, dan hukum, yang kuat dan berakar dalam masyarakat pribumi dan sejajar dengan administrasi kolonial. Yang jauh lebih penting dari pada kemenonjolan sementara dari sayap kooperasi gerakan nasionalis tahun 1930, adalah perpecahan yang terbuka antara kelompok nasionalis sekuler dan nasionalis Islam. Organisasi jahiliyah pertama yang menjadi cikal-bakal semua organisasi sekuler adalah Perserikatan Nasional Indonesia. Pada tanggal 4 Juli 1927 Sukarno dan Algemeene Studieclubnya memprakarsai pembentukan sebuah partai politik baru, Perserikatan Nasional Indonesia, dengan Sukarno sebagai ketuanya. Namun sekitar bulan Mei 1928 nama partai ini diubah menjadi Partai Nasional Indonesia (PNI). Tujuan PNI adalah kemerdekaan bagi Kepulauan Indonesia yang akan dicapai secara nonkooperatif dan dengan basis serta dukungan dari organisasi massa. Inilah partai politik penting pertama yang beranggotakan bangsa Indonesia, dimana program yang ingin dicapai dari PNI ini semata-mata mencitacitakan kemerdekaan politik, berpandangan kewilayahan yang meliputi batas-batas Indonesia yang nantinya akan memberlakukan ideologi nasionalisme 'sekuler'. Pada bulan Mei 1929 PNI telah mempunyai cabang-cabangnya di kota-kota besar di Jawa dan satu cabang di Palembang, serta menyatakan memiliki anggota sebanyak 3.860 orang (sebagian besar di Bandung, Batavia, dan Surabaya); pada akhir tahun 1929 jumlah anggota partai ini mencapai 10.000 orang. Perbedaan paham antara kedua kelompok antara nasionalis Sekuler dan Islam melebar secara nyata pada tahun 1928 dan 1929 ketika pemimpin-pemimpin PSI semakin khawatir atas dominasi PNI dalam gelanggang politik dan atas kemerosotan dirinya yang berjalan terus. Usaha untuk mengorganisasi kembali dan meremajakan PSI tidak mampu mencegah merosotnya partai ini. Desas-desus tentang korupsi dalam partai hanya mempercepat proses kemunduran tersebut. Ketegangan antara golongan nasionalis sekuler dengan PSI mendekati titik perpecahan ketika dalam pengadilan terhadap Sukarno pada bulan Agustus diungkapkan sepucuk surat Tjipto Mangunkusumo kepada Sukarno tertanggal Maret 1928, di mana Tjipto memperingatkan bahaya Pan-Islamisme dan kemungkinan usaha-suaha Tjokroaminoto dan Salim untuk menguasai PPPKI. Kalau mereka berhasil, menurut Tjipto, akibatnya akan hancurlah gerakan nasionalis. Tjipto memperingatkan Sukarno terhadap ulah pengkhianat yang dilakukan oleh Tjokroaminoto dengan PSI. Semua pembaharu pada awalnya adalah "pemberontak" atau cap-cap negatif lainnya yang diberikan oleh lawan-lawannya. Begitu tajamnya kritikan yang dialamatkan kepada kelompok Islam telah membuat kalangan pemimpin Islam marah, disamping itu adanya kemerosotan di tubuh organisasi PSI, maka pemimpin-pemimpin Islam yang tergabung dalam PSI mengadakan perlawanan dengan serangan balasan terhadap kaum nasionalis sekuler pada umumnya dan PNI pada khususnya. Dibalik pertentangan yang begitu sengit ini sebenarnya telah tercipta sebuah pembentukan kepemimpinan Indonesia dimasa mendatang. Namun karena adanya pertentangan mengenai antara garis-garis agama dan ideologi dengan kesadaran diri untuk keluar dari kolonialisme membawa akibat besar dengan telah terpecah belahnya bentuk dasar kepemimpinan. Dan hal ini dimanfaatkan sekali oleh pihak Belanda untuk membuat penindasan baru sebagai jawaban terhadap permasalahan yang sedang terjadi yaitu dengan mengubah pandangan tentang kepemimpinan Indonesia di masa yang akan datang. Bukan hanya di sektor politik tapi juga di sektor ekonomi kolonialisme Belanda telah menghancurkan sendi-sendi kehidupan masyarakat yang ada di Pulau Banda. Pengerukan besar-besaran dari hasil kebun pala yang menjadi komoditas di daerah tersebut telah menyeret rakyat disana menghadapi segala kesulitannya. miskin Sesungguhnya peran yang dimainkan oleh PPPKI pada sekitar tahun 30an untuk meminimalisasi perseteruan yang sedang terjadi antara golongan nasionalis Islam dan Sekuler tidak mampu berbuat banyak, bahkan perseteruan itu semakin meningkat sehingga membawa akibat perlu adanya koreksi tentang fungsi PPPKI sebagai suatu forum antara golongan yang mempunyai prinsip perjuangan koperatif dan non kooperatif. Dan hal ini pula yang mengancam tentang eksistensi PPPKI. Dalam rapat PPPKI yang diadakan pada bulan Maret telah diambil keputusan berupa pelarangan membentuk kepengerusan ditingkat daerah tetapi cukup dengan menunjuk agen-agennya di kota-kota besar di Jawa yang bertujuan untuk mengadakan satu kontrol terhadap Dewan Penasehat dalam menjalankan semua aktifitas partai. Namun tidak menutup kemungkinan bahwa federasi telah menyebar ke tingkat bawah dan terbentuk menjadi satu kekuatan politik. Pada rapat PPPKI di Solo tanggal 25 Desember 1929, ketika wakil-wakil partai anggota sedang mengadakan kongres partai, di di luar dari perkiraan mereka bahwa setelah beberap hari acara kongres itu dilangsungkan ada beberapa dari peserta kongres itu yang akan ditangkap. Padahal inti pembicaraan dalam kongres itu bukanlah pada reaksi terhadap pihak federasi tetapi pada seputar perkembangan gerakan nasionalis di masa depan. Dan di dalam serangkaian perdebatan ketegangan antara golongan nasionalis sekuler dengan nasionalis Islam mencapai puncaknya dan mengancam kelangsungan eksistensi federasi itu. Hal yang menarik selama periode perjuangan PSI dalam federasi ini ialah dimana Sukiman seorang fungsionaris partai PSI yang juga merupakan pendiri dari PPPKI dan penganjur yang paling gigih dalam keinginannya memasukkan PSI ke dalam PPPKI. Pada kongres partai di Yogyakarta tanggal 24 27 Januari 1930, dia dan Drijowongso melaporkan tentang adanya serangan-serangan terhadap PSI, sambil mengajukan usul agar partai itu segera menarik diri dari federasi. Namun usulan yang diajukan oleh Sukiman tidak mendapat jawaban pasti karena dirinya tidak lagi mendapat dukungan dari ketua partai Tjokroaminoto. Bahkan sekarang peranan itu menjadi terbalik karena Tjokroaminoto berusaha mempengaruhi partai

55

tentang manfaat PPPKI dalam situasi di mana Sukiman menghendakinya untuk keluar. Dalam pemikiran Tjokroaminoto sangat riskan jika PSI keluar dari kenggaotaanya di PPPKI dan berakibat buruk terhadap masa depan partai, ditambah semakin terjepitnya posisi partai antara kaum pembaharu Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama yang konservatif. Ditambahkan oleh Tjokroaminoto, jika hal itu terjadi dalam partai maka lepaslah kesempatan dalam mempengaruhi golongan nasionalis sekuler, dan yang lebih parah lagi lambat atau cepat partai akan mati. Dan terhadap kesalahan-kesalahan yang dilakukannya selama menjadi anggota PPPKI, Tjokroaminoto dan Kartosoewirjo akan siap mempertanggungjawabkannya. Namun demikian, rapat tersebut tidak menyiapkan suasana untuk pengakuan semacam itu. Tjokroaminoto kemudian terpaksa memperbaiki usul ini dengan suatu usul lain bahwa bila PPPKI tidak puas dengan permintaan maaf secara tertulis dari dia dan Sukarmadji maka PSI akan keluar dari federasi. Sekitar tahun 1930 PSI mengadakan kongres partainya, dan dalam salah satu keputusan kongresnya adalah mengubah nama partai menjadi Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII). Disamping itu ingin membuktikan kepada para pengecam tentang jati diri partainya, bahwa PSII| ini didirikan juga bertujuan hendak membentuk Negara Kesatuan Indonesia. Sekaligus berupaya untuk mengadakan rujuk dengan kalangan nasionalis sekuler. Akan tetapi rujuk dengan golongan nasionalis sekuler bukannya semakin lebih dekat. Pada bulan Juli dan Agustus hubungan ini malah memburuk akibat serangkaian karangan dalam surat kabar Soeara Oemoem, koran baru dari kelompok Studi Indonesia, yaitu karangan-karangan yang oleh banyak anggota PSII ditafsirkan sebagai penghinaan secara sengaja terhadap keyakinan mereka. Karangan-karangan yang dimuat selama hampir dua bulan mempertanyakannya manfaatnya perjalanan naik haji ke Mekkah yang dibandingkan dengan pembuangan para pemimpin nasionalis ke Boven Digul. Yang tersebut belakangan ini dianggap sebagai lebih berhak memperoleh penghargaan. Haruslah kita mengenal lebih jauh lagi tentang bagaimana ideologi yang diperjuangankan oleh para nasionalis dalam kancah panggung politik Indonesia saat itu. Sesungguhnya Kaum nasionalis Indonesia saat itu memang sudah banyak terpengaruh oleh paham-paham demokrasi, liberalisme, kapitalisme, sosialisme, Islam dan, yang terbanyak, komunisme. Namun "daya celup Indonesia" terhadap semua ideologi itu sangat luar biasa. Misalnya, walaupun para pemimpin PI sangat terpengaruh oleh pikiran-pikiran Marxis-Leninis karena sudah menunjukkan kesuksesannya dalam membebaskan Rusia dan mengubahnya menjadi Soviet melalui sebuah Revolusi Bolshevik pada tahun 1917, namun sedikit sekali dari mereka itu yang menggunakan analisa konflik kelas (antara kelas buruh dan kelas majikan/bourguies) dalam masyarakat Indonesia. Sebagai gantinya, mereka melancarkan suatu perjuangan ras (race struggle) sesuatu yang tidak ada di Rusia antara orang Indonesia yang berkulit coklat melawan orang Belanda yang berkulit putih, antara bangsa Asia melawan bangsa Eropa atau, sebagaimana disebut Ingleson, sebagai perjuangan sini lawan sana. Rakyat Indonesia berusaha menekan perbedaan ideologis di antara mereka dan berusaha berjalan menuju suatu "revolusi integrasi". Perjuangan antara ras coklat dengan ras putih juga merupakan pergulatan antara ras Asia dengan ras Eropa yang imperialis. Jika abad ke-20 dianggap sebagai abad Asia, maka kegagalan Belanda untuk hidup sesuai dengan cita-cita politik etis mengakibatkan kaum muda Indonesia berkesimpulan bahwa orang Asia tidak dapat lagi mengharapkan bantuan yang berarti dari bangsa Barat dalam usaha mereka mencapai kemerdekaan. Janji palsu yang sangat terkenal pernah diucapkan secara meyakinkan oleh Gubernur Jenderal Van Limburg Stirum tahun 1918 tidak dapat diwujudkan karena terjadinya serangkaian kegagalan pembaharuan konstitusional tahun 1922 untuk mengadakan perubahan-perubahan penting; dan penolakan States General pada tahun 1925 terhadap pasal dalam rancangan undang-undang yang memungkinkan orang Indonesia menjadi mayoritas dalam Volksraad (parlemen yang didirikan di Batavia tahun 1918 dengan kekuasaan yang kecil, dengan mayoritas wakil-wakil orang Eropa dan dengan pemilihannya secara tidak langsung); maka semuanya itu semakin memerosotkan kepercayaan mereka kepada Belanda. Dalam pandangan kaum nasionalis Volksraad merupakan "parlemen palsu", untuk mengelabui kenyataan bahwa semua aspek kehidupan orang Indonesia sudah diakomodasi oleh pemerintah Belanda. Kemudian muncullah zaman yang lebih buruk lagi di bawah masa pemerintahan Gubernur Jenderal Fock. Zaman ini ditandai oleh semakin ganasnya tekanan yang dilakukan oleh Gubenur Jenderal Fock terhadap kegiatan politik sejak tahun 1923, terutama terhadap PKI, memperkuat keyakinan mereka bahwa berkerja sama dalam sistem kolonial hanya merupakan "onani politik" yang sia-sia saja. Sistem kolonial harus dirombak secara radikal. Perombakan radikal ini hanya mungkin dilakukan dengan cara menarik garis perbedaan antara sana dan sini, artinya mereka menolak untuk berjuang dengan mempergunakan fasilitas pemerintah kolonial Belanda. Dalam suasana yang penuh hiruk pikuk perdebatan ideologis seperti inilah Kartosoewirjo dibesarkan. Dan mudahlah dipahami dalam atmosfir seperti ini ia berkenalan dengan berbagai aliran pemikiran, dan aliran pemikiran yang paling berpengaruh ketika itu adalah pemikiran Islam. Selama di sekolah inilah Kartosoewirjo mulai berkenalan dengan pemikiran-pemikiran Islam. Di masa kuliahlah ia mulai "mengaji" secara serius. Saking seriusnya, ia kemudian begitu "terasuki" oleh shibghahtullah sehingga ia kemudian menjadi Islam minded dan semua aktivitasnya kemudian hanya untuk mempelajari Islam semata dan berbuat untuk Islam sahaja. Dia pun kemudian meninggalkan sekolah dan menjadi tidak begitu peduli dengan ilmu-ilmu yang diajarkan oleh sekolah Belanda, tentunya setelah ia mengkaji dan membaca banyak buku-buku dari berbagai disiplin ilmu, dari kedokteran hingga ilmu-ilmu sosial dan politik. Dengan modal ilmu-ilmu pengetahuan yang tidak sedikit itu, ia kemudian aktif di berbagai diskusi politik. Ia juga memasuki organisasi politik Sjarikat Islam di bawah pimpinan Hajo Oemar Said Tjokroaminoto. Pemikiran-pemikiran Tjokroaminoto inilah yang kemudian banyak mempengaruhi sikap, tindakan dan orientasi Kartosoewirjo. Setahun kemudian dia dikeluarkan dari sekolah karena dituduh menjadi aktivis politik, dan didapati memiliki sejumlah buku sosialis dan komunis yang diperoleh dari pamannya yaitu Marko Kartodikromo, seorang wartawan dan sastrawan yang cukup terkenal pada zamannya. Sekolah tempat ia menimba ilmu tidak berani menuduhnya karena "terasuki" ilmu-ilmu Islam, melainkan dituduh "komunis" karena memang ideologi ini sering dipandang sebagai ideologi yang akan membahayakan. Padahal ideologi Islamlah yang sangat berbahaya bagi penguasa yang zalim. Karena pengaruh pamannya yang sangat kuat, semakin membangkitkan minat Kartosoewirjo untuk memperdalam ilmu di bidang politik. Tidaklah mengherankan, kalau Kartosoewirjo nantinya telah tumbuh menjadi pribadi yang memiliki kesadaran politik dan sekaligus memiliki integritas keislaman yang tinggi. Buktinya ialah semenjak tahun 1923, dia sudah aktif dalam gerakan kepemudaan, di antaranya gerakan pemuda Jong Java, di organisasi ini dia terpilih menjadi ketua cabang Jong Java di Surabaya. Kemudian pada tahun 1925, ketika anggotaanggota Jong Java yang lebih mengutamakan cita-cita keislamannya mendirikan Jong Islamieten Bond (JIB). Kartosoewirjo pun pindah ke organisasi ini karena sikap pemihakannya kepada agamanya, bukan pada paham nasionalisme, dan tak lama setelah masuk dalam organisasi ini dia terpilih menjadi ketua cabang JIB Surabaya. Melalui dua organisasi inilah kemudian membawa dia menjadi salah satu pelaku sejarah gerakan pemuda yang sangat terkenal "Sumpah Pemuda". Jadi Sumpah Pemuda bukanlah diprakarsai oleh segelintir orang-orang priyayi Jawa, melainkan oleh tokoh-tokoh Islam. Di dalam kalangan priyayi Jawa yang 'baru', mereka memandang bahwa pendidikan merupakan sebagai kunci menuju kemajuan. Oleh karena itu mereka membentuk suatu organisasi yang benar-benar modern. Kelompok ini mewakili suatu aliran sosial dan budaya yang penting di Indonesia pada abad XX. Mereka itu terutama adalah abangan Pada awal abad XX. Di antara kalangan-kalangan atas pemerintahan (priyayi) yang berada di lingkungan kaum abangan ada yang berpendapat bahwa pendidikan Barat akan memberikan kepada mereka suatu kunci menuju suatu perpaduan baru yang mereka anggap sebagai dasar bagi suatu peremajaan kembali terhadap kebudayaan, kelas, dan masyarakat mereka. Di antara kelompok ini sebagian besar memandang Islam secara netral dan bersahabat, tetapi dengan semakin meningkatnya tekanan-tekanan Islam beberapa di antaranya menjadi memusuhi Islam. Dengan keaktifannya di organisasi kepemudaan, Kartosoewirjo berkenalan dengan tokoh Agoes Salim dan Oemar Said Tjokroaminoto, pemimpin PSI (Partai Sjarikat Islam) yang kharismatik, di mana pandangan politiknya, terutama cita-citanya akan suatu Negara Islam (Daulah Islamiyah), yang di kemudian hari ternyata sangat mempengaruhi jalan pikiran Kartosoewirjo. Keakraban secara pribadi terjalin setelah Kartosoewirjo tinggal di rumahnya dan secara kontinyu memperoleh transformasi pengalaman politik dari Tjokroaminoto. PSI merupakan lawan ideologis partai-partai sekuler ketika itu. Partai sekuler yang paling anti dengan PSI adalah Partai Nasional Indonesia (PNI). PNI merupakan puncak usaha menemukan suatu partai yang didasarkan kepada ideologi yang pada intinya berusaha mewujudkan persatuan nasional, non-kooperasi, dan swadaya. PNI adalah organisasi sekuler yang sesungguhnya sangat anti Islam, namun tidak banyak disadari oleh rakyat Indonesia yang sudah tertutup matanya oleh figur kharismatik Soekarno. Maka, menjelang akhir tahun 1927,

56

dominasi PNI dalam gerakan nasionalis sudah sangat luas, seiring dengan dominasi pribadi Soekarno dalam dunia pergerakan. Penantangan atau persaingan kepemimpinan dan harapan untuk menjadi partai massa yang terbesar hanya diberikan secara tunggal oleh Serikat Islam. Sejak pembentukannya dalam tahun 1911 Sarekat Islam telah merupakan partai politik Islam yang terkemuka dan selama beberapa tahun telah menjadi partai massa satu-satunya dalam zaman kolonial. Kebesaran SI ini karena diawali oleh sebuah gerakan mesianistik Sjarikat Dagang Islam yang didirikan oleh Hadji Samanhoedi di Solo pada tahun 1905 yang kemudian berubah menjadi Sjarikat Islam yang lebih mengkonsentrasikan diri pada gerakan politik dan bukan semata-mata gerakan ekonomi sebagaimana dilakukan oleh SDI. Perkembangan SI mencapai puncaknya hingga tahun 1919 di mana hampir semua tempat di Indonesia sudah memiliki kantor cabang SI. Setelah jaya biasanya segera datang masa surut. Masa surut ini ditandai oleh terpecahnya SI menjadi dua bagian yang secara ideologis berbeda jauh: SI Merah (komunis) dan SI Putih (Islam). Tetapi pendukungnya telah menurun secara dramatis setelah tahun 1919, ketika PKI mengambil alih sebagian besar anggota SI dan memasukkannya pada SI Merah yang merupakan cikal-bakal Partai Komunis Indonesia (PKI). PKI pun mengalami kemerosotan karena meletusnya pemberontakan pada tahun 1926. Namun, kelemahan PKI bukan berarti kekuatan bagi PSI yang ternyata tetap berada dalam kemerosotan yang berjalan perlahan-lahan tetapi pasti. Namun demikian, kemerosotan PKI setelah pemberontakan, memberi keyakinan kepada para pemimpin Serikat Islam bahwa mereka mempunyai kesempatan untuk mengembalikan kejayaan mereka sebelumnya, dan mengisi kekosongan politik dengan suatu partai yang diremajakan kembali. Meskipun telah diadakan peningkatan kegiatan dan perhatian terhadap reorganisasi tahun 1927, Serikat Islam, yang pada tahun 1921 telah mengubah namanya menjadi Partai Serikat Islam (PSI), gagal untuk memperoleh kembali dukungan yang telah hilang, Kelemahan kepemimpinan, baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah, merupakan sebab utama kegagalan tersebut. Tjokroaminoto dan Salim adalah para veteran dalam gerakan nasionalis religius, dan meskipun ada kegiatan sekelompok kecil anggota-anggota muda yang dipimpin oleh Sukiman, seorang dokter lulusan Amsterdam, mereka tetap dapat menguasai partai tersebut. Tekanan utama yang terus diberikan kepada Islam dan gerakan Pan Islamisme, telah menyia-nyiakan usaha-usaha PSI untuk menarik dukungan dari elite intelektual muda. Orang-orang ini sebaliknya lebih tertarik kepada citra yang lebih radikal yang diproyeksikan oleh PNI dan memberikan kepada partai tersebut kekuatan kepemimpinan eselon satu atau dua, yang merupakan suatu faktor utama bagi dominasi PNI dalam gerakan nasionalis. PSI juga gagal dalam mencapai dukungan yang berarti pada tingkat pedesaan, terutama karena ia semakin mengucilkan dukungan kyai-kyai dan ulama pedesaan yang dalam tahun 1910 merupakan elemen kunci bagi keberhasilan PSI. Hilangnya dukungan ini sebagian juga disebabkan oleh tindakan-tindakan keras dari pemerintah terhadap PKI. Hanya sedikit orang yang sekarang bersedia mengambil resiko membantu suatu partai politik. Lebih penting lagi, sikap keagaamaan Tjokroaminoto yang tidak ortodoks dan acaman bahwa modernisme Islam PSI akan menyulitkan posisi mereka sendiri, menyebabkan mereka meninggalkan PSI. Untuk mempertahankan ortodoksi terhadap penyelewengan-penyelewengan ini, beberapa ulama di Jawa Timur mendirikan Nahdatul Ulama pada tahun 1926, yang keorganisasiannya segera tersebar ke seluruh Jawa. PSI akan jauh lebih sulit untuk dapat berakar di daerah pedesaan. PSI semakin terjepit antara modernisme dinamis dari Muhammadiyah yang mempunyai basis di kota dan ortodoksi dan konservatisme Nahdatul Ulama yang mempunyai basis di pedesaan. Pada sisi yang lain, langkah-langkah imbangan yang dilakukan oleh pemerintah pada tingkat kabupaten dan desa ternyata efektif, dan baik pegawai-pegawai bangsa Eropa maupun pegawai-pegawai Indonesia semakin menaruh perhatian terhadap keluhan-keluhan di daerah, dalam suatu usaha yang yang cukup berhasil menghilangkan setiap isyu yang dapat dieksploitir oleh PSI. Perhatian terhadap keluhan yang benar ataupun yang merupakan hasil bayangan saja kemudian dibarengi dengan tindakan hukuman terhadap pemimpin-pemimpin PSI setempat yang kegiatannya mengancam ketenangan di daerah. Tindakan itu dapat berbentuk denda atau penjara bagi pemimpin daerah, tetapi meliputi juga taktik-taktik seperti pengaturan kembali kerja-kerja di desa yang bersifat mendesak agar jadwalnya jatuh bersamaan dengan rapat-rapat terbuka yang diselenggarakan oleh PSI, sehingga orang-orang desa akhirnya terhalang untuk mengikutinya, atau tercatat semua yang mengikuti rapat-rapat PSI setempat dan kemudian melaporkan kepada wedana untuk diwawancarai dan diperingatkan masing-masing secara pribadi. Tekanan tersebut memberikan masing-masing secara pribadi. Disamping itu memberikan hasil sebagaimana yang diharapkan sebab di mana pun taktik itu dijalankan maka ternyata bahwa sejumlah besar anggota PSI segera melepaskan keanggotaannya atau mengembalikan kartu keanggotaannya kepada lurah desa. Akhirnya, pembaharuan organisasi PSI hanya berlangsung di atas kertas, dan partai tersebut ternyata tidak mampu, bahkan saja pada tahun 1927 tetapi juga pada tahun-tahun berikutnya, untuk menciptakan suatu struktur organisasi yang kuat. PSI tidak bisa mencegah proses kemundurannya secara pelan-pelan, baik melalui kepemimpinan yang kuat maupun melalui reorganisasi. Dari persoalan ini kemudian timbul masalah lain yang lebih permanen sifatnnya seperti masalah kekurangan dana untuk menjalankan proyek-proyek yang lebih ambisius, yang sudah cukup membuat mereka mampu menyaingi nasionalisme keras dari PNI. Sidang kongres pada tanggal 1 Oktober 1927 menyetujui PSI untuk masuk sebagai anggota federasi yang direncanakan, sehingga dengan demikian memberikan kepada Sukiman dan Sukarno dukungan yang mereka perlukan untuk mengatur pembentukannya secara resmi. Untuk tujuan tersebut diadakan sebuah rapat pada tanggal 17 18 Desember 1927 di Sekolah Taman Siswa di Bandung. Hadir dalam pertemuan tersebut wakil-wakil dari PSI, PNI, Budi Utomo, Pasundan, Sumatranenbond, Kaum Betawi dan Kelompok Studi Indonesia. Pada pertemuan tersebut menerima AD yang dipersiapkan oleh Sukarno dan Sukiman untuk membentuk suatu federasi yang dikenal dengan nama Pemufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI) dan memilih sebuah panitia yang terdiri dari Sabiran sebagai ketua, Sunarjo sebagai Sekretaris dan Dr. Samsi sebagai anggota ketiga untuk menyelenggarakan suatu konferensi dalam bulan Juli 1928. Sebuah dewan penasehat dibentuk untuk mengurusi masalah-masalah yang dihadapi oleh badan federasi sampai terbentuknya pengurusan tetap pada konferensi yang akan datang. Iskaq Tjokroadisurjo menjadi ketua, Dr. Samsi menjadi sekretaris merangkap bendahara, dan Sukiman berserta Sukarno menjadi anggota dewan penasehat tersebut. Terakhir sekali, rapat tersebut memutuskan agar dibentuk sebuah suratkabar nasional dan menunjuk Sartono dan Parada Harahap untuk menjajagi dan melaporkan rencana tersebut. Akan tertapi, selama tahun 1919 pemerintah kolonial meninggalkan paham liberal, karena van Limburg Stirum mulai menyadari segala sesuatunya mulai tidak terkendalikan. Mula-mula dia berpaling kepada ISDV. Sejak Revolusi Rusia tahun 1917 ISDV telah menjadi badan komunis yang lebih nyata. Pada akhir tahun 1917 organisasi ini menghimpun sebanyak 3.000 orang serdadu dan kelasi ke dalam soviet-soviet (dewan-dewan), terutama di kota pelabuhan Surabaya. Selama tahun 1918 dan 1919 pemerintah membubarkan dewan-dewan tersebut, mengasingkan Sneevliet dan menahan atau mengasingkan sebagian besar orang-orang Belanda lainnya yang menjadi pimpinan partai ini. akan tetapi, ketika orang-orang Belanda yang radikal itu menghilang, ISDV atuh pada pimpinan orang-orang Indonesia, yang dengan cepat memungkinkan partai ini akhirnya mendapatkan basis masanya. Insulinde adalah organisasi berikutnya yang terkena pukulan. Pada awal tahun 1919 di Surakarta berlangsung kekacauan-kekacauan pedesaan yang dipimpin oleh Haji Misbach, yang khotbahnya mengenai doktrin bahwa Islam dan Komunisme adalah hal yang sama menjadikan dirinya terkenal sebagai 'haji merah'. Pemimpin-pemimpin Insulinde lainnya tampaknya juga terlibat, sehingga Misbach dan Douwes Dekker ditahan dan Tjipto Mangunkusumo diasingkan dari semua wilayah yang berbahasa Jawa. Selanjutnya adalah giliran SI. Kaum nasional dari segala aliran politik dengan cepat menyambut pembentukan PPPKI sebagai suatu kemajuan penting dalam perjuangannya melawan Belanda. Ada kecenderungan untuk melihat pembentukan PPPKI itu sendiri sebagai pergeseran penting dalam perimbangan kekuatan dalam wilayah jajahan, walaupun peringatan-peringatan terhadap sikap puas semacam itu dikeluarkan oleh organ PNI dan oleh suratkabarnya Singgih Timboel. Problem utama ialah bahwa satu-satunya ikatan bersama yang kuat antara organisasi-organisasi nasionalis tersebut adalah suatu ikatan negatif, yaitu bahwa semua mereka menentang musuh yang sama, yaitu Belanda. Dalam bentuknya yang positif, semua partai-partai anggota menyatakan dengan lantang dan berulang-ulang keinginan mereka untuk bersatu agar dapat menghidupkan kembali masyarakatnya dan memaksa Belanda menarik diri, tetapi masih terdapat hal-hal yang belum disetujui bersama yang menarik masing-masing partai ke arah yang berbeda-beda. Dua isue terpenting adalah prinsip kooperasi dan non-kooperasi dan peranan gerakan Islam dalam gerakan kebangsaan dan, akhirnya, peranan Islam dalam negara Indonesia yang direncanakan. Dalam rumusan AD federasi Sukiman dan Sukarno berkeyakinan bahwa masalah-masalah ini telah dapat diselesaikan dengan menghindari pembahasan tentangnya dan menegaskan bahwa badan federasi hanya menaruh perhatian kepada hal-hal sampingan saja hal-hal yang paling sedikit sangkut-pautnya dengan tujuan-tujuan dasar dari partai-partai anggota sementara bidang-bidang yang paling utama dalam kegiatan

57

politik diserahkan kepada masing-masing partai. Namun demikian, pembentukan federasi tersebut merupakan sukses besar bagi Sukarno dan Sukiman. Pada saat isyu kooperasi/non-kooperasi menimbulkan emosi yang hebat dan di saat PSI merasa bahwa nasionalisme Islam terancam oleh ideologi sekuler PNI, maka terbentuknya suatu badan federasi merupakan suatu kemenangan bagi jerih payah dan keunggulan diplomatis dari kedua orang tersebut. Usaha keduanya bersifat saling mengisi dan tanpa salah satu dari keduanya maka PPPKI tak akan dapat terbentuk. Sukarno memberi dorongan kepada persatuan dan menunjukkan komitmen pribadi yang mampu menyingkirkan semua rintangan dan yang menggairahkan sejumlah besar partai dan pemimpin-pemimpin dari berbagai keyakinan untuk percaya bahwa suatu badan persatuan dapat terbentuk, dan adalah kemenangan pribadi bagi pembela yang gigih dari prinsip non-kooperasi itu bahwa ia dapat melakukan tawar-menawar secara damai dengan penganut paham kooperasi. Tetapi untuk dapat berhasil, ia memerlukan kerjasama dari partai Islam yang paling besar. Pada awal tahun 1927 ketika dikeluarkan dari NIAS dan dikeluarkan dari JIB, Kartosoewirjo pulang ke rumah orang tuanya di Bojonegoro untuk beberapa bulan. Kepulangan Kartosoewirjo tersebut setelah sebelumnya mendengar khabar bahwa orangtuanya telah meninggal dunia. Untuk menunjukkan sebuah pengabdian kepada orangtua di sana dia menjadi guru partikulir guna membantu biaya hidup ibunya. Kehidupannya kemudian mengalami suatu pergolakan yang luar biasa. Pemikiran-pemikirannya menjadi demikian berkembang dan oleh beberapa orang Jawa yang masih jahiliyah ketika itu, pandangan-pandangan Kartosoewirjo dianggap cukup radikal. Bahkan hingga Jepang datang menjadi kekuatan imperialis baru, kisah hidup Kartosoewirjo masih berjalan pada jalur yang radikal ini, yang istiqamah. Padahal, imperialisme Jepang yang sudah dimulai sejak 1894 terkenal begitu kejam. Namun dari serangkaian siksaan tentara Jepang yang terkenal biadab itu, ternyata ada seberkas janji yang membesarkan hati: janji pemberian kemerdekaan bagi Indonesia. Pada tanggal 7 September 1944 Perdana Menteri Koiso menjanjikan kemerdekaan bagi 'Hindia Timur' (To-indo, istilah dalam bahasa Jepang yang terus dipakai secara resmi sampai bulan April 1954). Akan tetapi, dia tidak menentukan tanggal kemerdekaan itu, dan jelas diharapkan bahwa bangsa Indonesia akan membalas janji ini dengan cara mendukung Jepang sebagai ungkapan rasa terima kasih. Angkatan Darat ke-16 di Jawa kini diberitahu supaya mendorong kekuatan-kekuatan nasionalis, dan bendera Indonesia boleh dikibarkan di kantor-kantor Jawa Hokokai. Pada umumnya pihak angkatan laut masih tetap tidak tertarik pada keseluruhan gagasan tersebut. Sejak bulan Maret 1944 pihak angkatan laut telah membentuk beberapa komite penasihat di daerah kekuasaannya, tetapi komite-komite itu tidak mempunyai kekuasaan, hanya beranggotakan para pejabat serta bangsawan pribumi dan hanya mengadakan pertemuan beberapa kali sebelum menyerahnya Jepang. Angkatan Darat ke-25 di Sumatera mengumumkan berdirinya suatu Badan Penasihat Pusat (Sumatera Chuo Sangi-in) yang sifatnya konsultatif untuk pulau itu pada bulan Maret 1945, tetapi lembaga ini hanya satu kali mengadakan pertemuan di Bukittinggi sebelum berakhirnya perang. Dalam bulan September pada tahun yang sama, Kartosoewirjo kembali ke Surabaya, dan selanjutnya menerima tawaran Hadji Oemar Said Tjokroaminoto untuk menjadi sekretaris pribadinya. Kemudian, dia turut serta menemani HOS Tjokroaminoto yang pindah ke Cimahi dekat Bandung. Di rumah Tjokro ini untuk pertama kalinya bertemu dengan Soekarno, yang di saat itu telah menjadi ketua PNI (Peserikatan Nasional Indonesia). Di rumah itulah mereka lama berdiskusi tentang politik, yang akhirnya Kartosoewirjo mendapat kesan bahwa Tjokroaminoto adalah penasehat politik Soekarno pada masa itu. Pertemuan yang sering antara Kartosoewirjo dan Soekarno pada saat konferensi PPPKI (Permufakatan PerhimpunanPerhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia), yaitu suatu musyawarah organisasi-organisasi politik Indonesia, yang dibentuk atas inisiatif Soekarno. Baru bertemu kembali dengan Soekarno pada tahun 1942 di Jakarta pada kantor pusat Djawa Hokokai, ketika dalam pemerintahan militer Jepang. Kini terbentuklah kelompok-kelompok pemuda dan militer yang baru. Untuk yang pertama kalinya Jawa Hokokai diberikan organisasi pemuda sendiri, Barisan Pelopor, yang pada akhir perang konon beranggotakan 80.000 orang. Pada mulanya Barisan Pelopor akan digunakan untuk menyiarkan propaganda, tetapi pada bulan Mei 1945 organisasi ini mulai mengadakan latihan gerilya. Para pemimpin pemuda perkotaan yang berpendidikan berhubungan dengan pemuda-pemuda kelas-bawah yang ada di kota-kota besar dan kecil, dan sebaliknya mereka secara resmi berhubungan dengan tokoh-tokoh Hokokai yang dipimpin oleh Sukarno. Pada bulan Desember 1944 Masyumi juga diperbolehkan memiliki sayap militer yang bernama Barisan Hizbullah (Pasukan Tuhan), yang memulai latihannya pada bulan Februari 1945 dan konon mempunyai 50.000 orang anggota pada akhir perang. Kepemimpinan didominasi oleh tokoh-tokoh Muhammadiyah dan anggota-anggota kelompok PSII dari masa sebelum perang yang bersifat kooperatif yang dipimpin oleh Agus Salim. Sekali lagi, para politisi penting Islam dari masa sebelum perang yang bersifat nonkooperatif dilangkahi. Pada bulan Desember 1927 di Pekalongan, saat kongres PSIHT (Partai Sjarikat Islam Hindia Timoer) Kartosoewirjo terpilih menjadi sekretaris umum PSIHT. Kemudian diputuskan juga melalui kongres, bahwa pimpinan partai harus dipindahkan ke Batavia. Setahun kemudian tepatnya pada bulan Oktober 1928, Kartosoewirjo pernah menjadi peserta kongres pemuda Indonesia mewakili partainya di Batavia, pada kongres tersebut Kartosoewirjo memberikan pandangan tentang hakikat pendidikan pada masa yang akan datang. Namun pandangannya itu bertentangan dengan pemikiran ketua kongres Sugondo. Sehingga, debat sengit pun tak dapat terelakan. Ketika Kartosoewirjo tetap mempertahankan argumentasinya, terpaksa Sugondo memukulkan palu di atas meja, maka berakhirlah perdebatan itu. Selain bertugas sebagai sekretaris umum PSIHT, Kartosoewirjo pun bekerja sebagai wartawan di koran harian Fadjar Asia. Semula ia sebagai korektor, kemudian diangkat menjadi reporter. Pada tahun 1928 Kartosoewirjo banyak melakukan perjalanan ke provinsi-provinsi dalam rangka tugasnya, berkaitan dengan jabatannya sebagai Sekretaris Umum PSIHT dia mengunjungi cabang atau ranting di daerah-daerah. Dan sempat dalam perjalanan tugasnya itu dia pergi ke Malangbong, di sana dia bertemu dengan pemimpin PSIHT setempat yang terkenal bernama Ajengan Ardiwisastera, yang pernah tertangkap oleh Belanda beberapa bulan karena terlibat dalam peristiwa Cimareme. Di sana pulalah dia berkenalan dengan Siti Dewi Kalsum putri Ajengan Ardiwisastera, yang kemudian dinikahinya pada bulan April tahun 1929, di saat itu usianya lebih muda dua tahun dari Kartosoewirjo. Dengan kepindahan dia ke Malangbong, maka terangkatlah diri Kartosoewirjo menjadi orang yang sangat terpandang di daerah tersebut. Bukan hanya karena reputasi mertuanya saja yang sangat berpengaruh di daerah Malangbong, akan tetapi reputasi dia juga cukup tinggi, di mana dia pernah merasakan sekolah di NIAS, menjadi sekretaris pribadi HOS Tjokroaminoto, menjabat sebagai sekretaris umum PSIHT dan anggota staff harian Fadjar Asia. Begitu banyaknya pengalaman telah menghantarkan dirinya sebagai aktor intelektual dalam kancah pergerakan nasional. Pada tahun 1929, dalam usinya yang relatif muda sekitar 22 tahun, Kartosoewirjo telah menjadi redaktur harian Fadjar Asia. Dalam kapasitasnya sebagai redaktur mulailah dia menerbitkan beberapa artikel-artikel. Langkah awal dalam artikelnya sudah berani mengkritik, sasaran pertama kritiknya ditujukan untuk menentang bangsawan-bangsawan Jawa yang bekerja sama dengan Belanda. Di antara yang diserang oleh Kartosoewirjo adalah Sultan Solo, ketika Sultan ini mengadakan resepsi ulang tahunnya yang ke-64, Sultan Solo itu hanya memperhatikan wartawan-wartawan Belanda. Tentang Sri Sultan Kartosoewirjo menulis sebagai berikut: Rasa kebangsaan ta ada, keislaman poen demikian poela halnja, kendatipoen ia menoeroet titelnja mendjadi kepala agama Islam. Agama kebangsaan kita di tanah toempah darah ini. Bangsanja dibelakangkan dan bangsa lain diberi hak jang lebih dari batas..., jang soedah terang dan njata ialah: Boekan karena tjinta bangsa dan tanah air, melainkan karena keperloean diri sendiri belaka, keperloean jang bersangkoetan dengan kesoenanannja. Selanjutnya dia menulis, bahwa tidak ada perbedaan, siapa yang berkuasa, apakah itu pemerintah sendiri atau pemerintahan bangsa lain, hasilnya sama saja, yaitu bahwa rakyat tidak memiliki kemerdekaan. Semendjak zaman keradjaan Padjadjaran sampai ke zaman Browidjojo, maka jang boleh dianggap merdeka tjoema radjanja sadja. Tetapi rakjatnja sedjak zaman itoe sampai ini waktoe

58

tetap tinggal dalam gelombang perhambaan dan perhinaan jang serendah-rendahnja dan sedalam-dalamnja. PSIHT selalu berupaya untuk membela rakyat dan bangsanya, agar supaya kelak di kemudian hari Indonesia menjadi Indonesia merdeka dan agama Islam menjadi agama nasional bangsa Indonesia, demikian tulis Kartosoewirjo. "Nasionalisme dalam Islam boekan satoe sport atau peloeang waktoe dan joega boekan satoe tempat kesenangan melainkan adalah soeatu kewadjiban jang berat atau ringannja haroes ditanggungkan. Kartosoewirjo melihat saatnya telah tiba, di mana rakyat telah terjaga dari tidurnya yang selama berabad-abad lamanya dan sadar akan kewajiban dan haknya serta sama-sama menemukan suatu persatuan yang berjuang untuk kepentingan rakyat. Persatuan ini bagi Kartosoewirjo adalah PSIHT. Dia mengeritik, bagaimana dengan cepatnya seseorang dituduh komunis, termasuk anggota PMI (Pemoeda Moeslim Indonesia) yang dituduh sebagai gerakan komunis yang dapat membahayakan keamanan dan tata tertib. Kartosoewirjo memperhatikan nasib para petani kecil, yang menyewakan tanahnya kepada perusahaan Barat atau pada kapitalis pribumi. Dia juga marah sekali atas kenaikan pajak sawah hingga 90%. Dia juga mengeritik kerja rodi (Heerendienst) yang diganti dengan pembayaran tahunan, hanya karena tidak ada lagi lapangan kerja, akibat krisis ekonomi di Hindia Belanda pada masa itu. Ketika beberapa petani di Lampung yang diusir dari tanah mereka oleh sekelompok kapitalis asing, petani ini meminta bantuan kepada partai, Kartosoewirjo menulis tentang itu: Orang-orang Lampoeng dipandang dan diperlakoekan sebagai monjet belaka, ialah monjet jang dioesir dari sebatang pohon ke sebatang pohon lainnja. Katanja ada Madjlis ini dan Madjlis itoe, ada Volksraad ada Vinciale Raad dan Madjlis Negeri (Tweede Kamer) dan segalanja boeat melindoengi rajat boeat menertibkan keamanan dan keadilan. Tapi mana buktinya, tanya Kartosoewirjo. Bukankah ini semua: omong kosong belaka? Dia mengajak para buruh untuk memperbaiki keadaan mereka: Djanganlah berkeloeh-kesah! Djanganlah meminta-minta! Djanganlah tinggal diam sadja! Kalau takoet mati djanganlah hidoep! Kalau hendak hidoep, djanganlah takoet mati. Kartosoewirjo juga mencela hubungan orang-orang Belanda di perkebunan-perkebunan dengan wanita-wanita pribumi. Dan dia mengajak para orang kulit putih terutama pers Belanda untuk menjernihkan masalah ini: Kalau mereka sesoenggoehnja menghendaki perlakoean jang manis dari fihak kita, hendaklah mereka memboeang segala perlakoean jang tidak lajak kepada bangsa Indonesia. Kemerdekaan bangsa Indonesia hanya bisa dicapai dengan pengorbanan yang besar, demikianlah keyakinan Kartosoewirjo pada saat itu: Sebab kemerdekaan tanah air tidaklah sedikit harganja, jang oleh karena harganja, tentoe bakal memakan korban loear biasa. Karena artikel-artikel itu, Kartosoewirjo mendapat banyak musuh, tapi justru bukan di pihak penguasa kolonial, melainkan di pihak bangsanya sendiri, terutama di kalangan kaum nasionalis yang netral agama. Perbedaan pendapat antara kaum nasionalis Islami dan yang netral agama lebih jelas nampak pada tahun 1928/29, dan yang lebih menonjol lagi ketika PNI lebih dominan di dalam pergerakan kebangsaan Indonesia dan di lain pihak mundurnya Partai Serikat Islam Hindia Timoer (PSHIT). Ketika kemunduran partainya tak dapat dibendung lagi, Kartosoewirjo meluapkan kekecewaannya dan menyerang para Nasionalis netral agama, terutama mereka yang menjadi anggota PNI. Maka dia dalam bulan-bulan terakhir jabatannya sebagai redaktur dan wakil pimpinan Fadjar Asia menyerang kaum Nasionalis netral agama. Artikel-artikelnya yang paling tajam tidak lagi ditandatanganinya dengan nama aslinya, melainkan dengan nama samaran Arjo Djipang. Sasaran kritiknya adalah pimpinan redaksi Bintang Timoer, Parada Harahap yang dimakinya dengan kata-kata emosional tanpa meninggalkan analisis intelektualnya. Koran Bintang Timoer disebutnya reaksioner, Parada Harahap sendiri disebut sebagai penjual Bangsa Indonesia dan "Binatang tikoes dari Krekot. Tentang Parada Harahap dia menulis sebagai berikut: Si Parada Harahap mendjilat-djilat pantat dan mentjari moeka dan perlindoengan kepada kaoem Nasionalis (PNI), Mendjilat pantat dan mentjari moeka, karena ia perloe akan hal itoe sebab boleh djadi Parada Harahap takoet kalau ia lantaran berboeat berchianat terhadap kepada bangsa dan tanah-air kita --mendapat kemplangan di arah kepalanya, sehingga boleh djadi ia mendjadi tidak sadar kalau tidak mampoes sama sekali. Dan dia bertanya, Parada Harahap kaja dari mana? Ta melainkan dari mendjilat pantat kaoem kapitalis dan mendjoeal boedi rochnja kepada orang asing. Keresahan yang besar di antara para Nasionalis timbul karena artikel Kartosoewirjo mengenai bank nasional. Apa itu, tanyanya: Jang dinamakan national jang tak lain melainkan bank setjara barat, bank systeem tiroean, bank jang menimboelkan kapitalisme, bank jang mendorong kita ke arah persesatan, bank jang akan memperoleh hasil karena memoengoet rente. Koran harian Darmo Kondo di Solo menulis, bahwa artikel ini menggoncangkan kaum nasionalis Indonesia dan mendidihkan darah mereka. Darmo Kondo menganggap Nasionalisme kita ini aneh, tulis Kartosoewirjo. Dan dia melanjutkan: Kebangsaan kita dianggap aneh oleh Darmo Kondo. Djanganlah kira kalau kita kaoem kebangsaan jang berdasarkan kepada Islam dan ke Islaman tidak berangan-angan ke Indonesia merdeka. Tjita-tjita itoe boekan monopolinja collega dalam Darmo Kondo. Dan lagi djangan kira, bila kita orang Islam tidak senantiasa beroesaha dan ichtiar sedapat-dapatnja oentoek mentjapai tjita-tjita kita, soepaja kita dapat menguasai tanah air kita sendiri. Tjoema perbedaan antara collega dalam Darmo Kondo dan kita ialah, bahwa kemerdekaan kebangsaan Indonesia bagi Nasionalisme jang dinjatakan oleh redaksi Darmo Kondo itoe adalah poentjaknja jang setinggi-tingginja, sedang kemerdekaan negeri toempah darah kita ini bagi kita hanjalah satoe sjarat, soeatoe djembatan jang haroes kita laloei, oentoek mentjapai tjita-tjita kita jang lebih tinggi dan lebih moelia, ialah kemerdekaan dan berlakoenja agama Islam di tanah air kita Indonesia ini dalam arti kata jang seloeas-loeasnja dan sebenarnja. Djadi jang bagi kita hanja satoe sjarat (midel) itoe, bagi redaksi Darmo Kondo adalah maksoed dan toejoean (doel) jang tertinggi. Dengan demikian pengertian Kartosoewirjo tentang kebangsaan sesuai dengan pandangan Tjokroaminoto yang menulis sebagai berikut: Islam itoelah tjita-tjita kita jang tertinggi, sedang nasionalisme dan patriotisme itoe ialah tanda-tanda hidoep kita sanggoep akan melakoekan Islam dengan seloeas-loeas dan sepenoehpenoehnja. Pertama-tama adalah kita Moeslim, dan didalam ke Moesliman itoe adalah kita Nationalist dan Patriot, jang menoedjoe kemerdekaan negeri toempah darah kita tidak tjoema dengan perkataan-perkataan jang hebat dalam vergadering sadja, tetapi pada tiap-tiap saat bersedia djoega mendjadikan korban sedjalan apa sadja jang ada pada kita oentoek mentjari kemerdekaan negeri toempah darah kita.

59

Pemerintah kolonial merasa khawatir akan dinamika baru di dalam pergerakan kebangsaan terutama yang ditimbulkan oleh PNI, karena dari permulaan, partai ini mengambil sikap radikal dan non-kooperatif dengan pemerintah kolonial. Tuntutannya jelas-jelas kemerdekaan Indonesia. Sehingga pemerintah mengambil tindakan respresif berupa pelarangan mengunakan istilah-istilah seperti Merdeka atau Kemerdekaan di dalam pidato-pidato Soekarno. Dan pada akhir tahun 1929 Soekarno bersama dengan tokoh-tokoh nasionalis lainnya ditangkap oleh polisi kolonial karena kegiatan politiknya sudah sangat meresahkan pemerintah kolonial. Tidak lama setelah itu PNI malah dibubarkan sendiri oleh tokohnya, Mr. Sartono. Sementara pada tahun yang sama Kartosoewirjo masih relatif tanpa rintangan dapat mengeluarkan gagasan-gagasan politiknya dalam Fadjar Asia. Kecewa akan perkembangan politik pada umumnya dan karena kejatuhan partainya sendiri, Kartosoewirjo menulis: Dikelak kemoedian hari, djika soedah terbit perang Brontojoedo Djojobinangoen kita berdiri di muka barisan kita. Sekarang ini baroe perang gagal sadja. Selama dia bekerja di Batavia, Kartosoewirjo hidup sangat sederhana, Sebagai seorang lulusan ELS dan putus kuliah di NIAS, sesungguhnya dia dapat hidup cukup mampu sekiranya dia mau menjadi pegawai pemerintah atau bekerja pada kantor swasta. Tetapi Kartosoewirjo tampaknya lebih suka dalam kehidupan yang sederhana (qanaah) serta mengabdikan semua tenaga dan pikiran bagi kehidupan partai dan jurnalistiknya. Ketika H.O.S Tjokroaminoto jatuh sakit, pada bulan September 1929 Kartosoewirjo mengambil alih pimpinan redaksi Fadjar Asia. Tidak lama setelah dia memangku jabatan sebagai pimpinan redaksi, Kartosoewirjo pun jatuh sakit disebabkan penyakit beri-beri. Karena ketekunan, kesungguhan dan kegairahan pengabdian yang tinggi dalam menjalankan tugas-tugasnya di harian Fadjar Asia, untuk membebaskan negeri ini dari penjajahan. Sehingga, untuk sementara waktu dia dibebaskan dari tugas kesehariannya di Batavia, kemudian dia pulang ke kampung halaman istrinya di Malangbong untuk beristirahat sejenak menyembuhkan penyakit yang dideritanya. Pada waktu Kartosoewirjo pindah ke Malangbong, di akhir tahun 1929 dalam kongres partai PSII, Kartosoewirjo terpilih menjadi wakil Partai tersebut untuk daerah Jawa Barat. Selama dia menjalankan tugas-tugasnya di Malangbong, dia tidak muncul di pentas percaturan politik. Sejarah tentang Jawa Barat ini perlu kita pahami terlebih dahulu sehingga kita bisa mengerti mengapa Kartosoewirjo memilih geografi Sunda ini sebagai tempat dikristalkannya Darul Islam, tempat dimulainya satu pernyataan sikap seorang mujahid. Tindak kekerasan di wilayah pedalaman Jawa semakin meningkat pada awal tahun 1924 ketika bermunculan kelompok-kelompok yang menamakan diri 'sarekat hijau', terutama di Priangan. Kelompokkelompok tersebut merupakan gerombolan-gerombolan penjahat, para anggota polisi, dan para kyai yang mendapat dukungan pemerintah Belanda dan pejabat-pejabat priyayi. Pada awal tahun 1925 sekitar 20.000 orang anggotanya menyerang rapat-rapat PKI dan SI serta mengancam para anggota mereka. Pengawasan pemerintah semakin diperketat, dan apa yang tersisa dari pimpinan PKI sering berada dalam tahanan. Pada tahun 1911 kaum muslim Indonesia di Jawa Barat mengambil langkah-langkah pertama ke arah pembaharuan secara hati-hati. Guru-guru Syafi'i membentuk Persyarikatan Ulama (Perserikatan Para Ilmuwan Agama); tetapi mereka juga terbuka menerima beberapa ide pembaharuan paham modern dan sedikit sekali berhubungan dengan kalangan pesantren yang bergaya lama. Keterbukaan dimulai ketika Persyarikatan Ulama membuka sebuah sekolah di tahun 1916, juga mendirikan sebuah panti asuhan yang dikelola oleh cabang wanitanya, serta melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan ekonomi, seperti percetakan, pertenunan, dan pertanian. Oleh karena itu kesempatan bagus tidak disia-siakan oleh Kartosoewirjo untuk menggunakan pengaruhnya demi meluasnya kegiatan PSII di daerah itu. kesempatan ini dipergunakan juga untuk menjalin hubungan pribadi dengan ulama setempat, bukan hanya di sekitar Malangbong, bahkan juga di daerah-daerah lain di Priangan Timur. Di bawah bimbingan mertuanya Ardiwisastera yang menjadi salah seorang anggota PSII terkemuka dari daerah itu dan seorang guru agama yang sangat masyhur dibantu para ulama yang lain Kartosoewirjo memperdalam pengetahuannya tentang agama Islam. Usaha Kartosoewirjo tidak berlalu begitu saja, pada kongres Partai PSII tahun 1931 dia menjabat sebagai Sekretaris Umum PSII. Partai Sjarikat Islam Indonesia (PSII) merupakan kelanjutan dari Sjarikat Islam (SI) yang dibentuk Hadji Samanhudi tahun 1912 di Solo. Sjarekat Islam itu sendiri berkembang dari Sjarekat Dagang Islam yang dibentuk oleh para pedagang pribumi sebagai jawaban atas gerakan emansipasi Cina pada awal abad ke-20. Hanya dalam waktu 3 tahun sejak berdirinya SI, partai ini merupakan suatu gerakan massa yang beranggotakan hampir setengah juta orang. Setelah itu partai ini tidak pernah lagi beranggota sebanyak itu. Sebagai gerakan massa yang pertama dan hanya satu-satunya pada saat itu, Sjarikat Islam berusaha untuk mempersatukan sebanyak mungkin rakyat Indonesia di dalam satu organisasi, dan partai ini untuk pertama kali memberikan kesempatan kepada rakyat Indonesia untuk mewujudkan keinginannya. SI merupakan wadah bagi kekuatan politik yang bermacam-macam, dimulai dari Panislamist yang konservatif, hingga para Marxist radikal. Keaneka-ragaman kekuatan politik yang berwadah dalam partai ini menjadi problem yang utama, karena tidak lama kemudian muncul gejala-gejala perpecahan. Ketika Kartosoewirjo memasuki partai ini pada tahun 1927 yang sekarang disebut PSII, proses tersebut telah terjadi. Sebelum membicarakan reaksi SI terhadap ideologi-ideologi modern ini, sebuah catatan singkat tentang Marxisme di Indonesia perlu disertakan. Marxisme atau kemudian lebih dikenal dalam baju komunisme pertama kali diperkenalkan oleh tokoh-tokoh Marxis Belanda, yang diketuai oleh H.F.J. Sneevliet. Pada tahun 1913 H.J.F.M. Sneevliet (1883-1942) tiba di Indonesia. Dia memulai karirnya sebagai seorang penganut mistik Katolik tetapi kemudian beralih ke ide-ide sosial demokratis yang revolusioner dan aktivisme serikat dagang. Dia kemudian bertindak sebagai agen Komintern di Cina dengan nama samaran G. Maring. Pada tahun 1914 kelompok Marxis ini mendirikan ISDV (Indische Sociaal Democratsche Vereeninging, Organisasi Sosial Demokrat Hindia Belanda), di Surabaya. Partai kecil beraliran kiri ini dengan cepat akan menjadi partai Komunis pertama di Asia yang berada di luar negeri Uni Soviet. Anggota ISDV hampir seluruhnya orang Belanda, tetapi organisasi ini ingin memperoleh dasar di kalangan rakyat Indonesia. Pada tahun 1915-6 partai ini menjalin persekutuan dengan Insulinde (Kepulauan Hindia), sebuah partai yang didirikan pada tahun 1907 dan setelah tahun 1913 menerima sebagian besar anggota Indische Partij yang berkebangsaan Indo-Eropa, yang radikal. Anggota Insulinde berjumlah 6000 orang termasuk beberapa orang Jawa yang terkemuka, tetapi organisasi ini jelas bukanlah suatu alat yang ideal untuk menarik rakyat sebagai dasarnya. Oleh karena itulah, maka perhatian ISDV mulai beralih kepada Sarekat Islam, satu-satunya organisasi yang memiliki jumlah pengikut yang besar di kalangan rakyat Indonesia. Lewat organisasi inilah kemudian gagasan-gagasan dan slogan-slogan Marxis diekspor ke dalam tubuh SI. Dengan menginfiltrasi SI diharapkan ISDV dapat menguasai massa. Pada tanggal 23 Mei 1920 sayap kiri partai SI di bawah pimpinan Semaun mengubah menjadi PKI (Partai Komunis Indonesia), dengan SI cabang Semarang sebagai pusatnya. Semaun dipilih sebagai ketuanya yang pertama, sekalipun pada waktu itu masih tetap sebagai anggota SI. Strategi dasar PKI ialah bagaimana menghancurkan pengaruh tokoh-tokoh SI yang lain dan membawa SI secara keseluruhan melalui infiltrasi ke dalam kamp komunis. Pada mulanya anggota PKI juga tetap menjadi anggota SI. Pengaruh kiri di dalam Sarekat Islam semakin bertambah besar karena ISDV berusaha memperoleh rakyat sebagai landasan. Pada tahun1914 seorang pemuda Jawa buruh kereta api yang bernama Semaun (lahir tahun 1899) menjadi anggota SI cabang Surabaya. Pada tahun 1916 dia pindah ke Semarang, di mana Sneevliet aktif dalam Sarikat Buruh Kereta Api dan Trem (VSTP: Vereniging Spoor en Tramwegpersoneel). Kini Semaun juga bergabung dengan ISDV. Jumlah anggota SI Semarang berkembang pesat mencapai 20.000 orang pada tahun 1917, dan di bawah pengaruh Semaun cabang ini mengambil garis anti kapitalis yang kuat. Cabang ini menentang peran serta SI dalam kampanye Indi weerbaar, menentang gagasan untuk duduk dalam Volksraad, dan dengan sengit menyerang kepemimpinan Central Sarekat Islam (CSI). Dalam kongres SI tahun 1917 kelompok radikal tampak memperoleh dukungan yang sangat besar. Tjokroaminoto merasa takut akan dimulai pertikaian intern dengan mereka dan setuju melontarkan kecaman terhadap kapitalisme yang berdosa; dengan demikian, nyata-nyata mengecam modal asing dan Cina tetapi bukan modal yang ada pada para Haji Indonesia dan lain-lain. Abdul Muis (1890-1959), seorang Minangkabau yang pernah menjadi wakil SI di dalam delegasi Indi weerbaar ke negeri Belanda, melangkah sedemikian jauh ketika mengatakan bahwa apabila ternyata Volksraad gagal, SI akan memberontak. SI kini terpecah menjadi beberapa kelompok, dan Kelompok aliran kiri yang dipimpin oleh cabang Semarang sangat menggebu-gebu dan berusaha keras untuk mendapatkan kekuasaan. Disamping itu pada tahun 1917 di daerah Jawa Barat telah didirikan suatu cabang revolusioner rahasia. Sangat sulit diharapkan dari mereka, disamping ketidak jelasan arah perjuangan juga keanggotaan rakyat sulit dikendalikan karena sebagian besar mereka cenderung terhadap tindakan kekerasan. Badai perpecahan di dalam tubuh SI ini ketika tahun 1915 muncul satu

60

kekuatan baru di dalam tubuh SI. Pada tahun itu seorang Minangkabau bernama Haji Agus Salim (1884-1954), yang bekerja sebagai mata-mata polisi turut hadir dalam satu acara rapat yang diselenggarakan SI. Pada saat itula dia berubah niat justru ingin mendukung tujuan SI, dan membawa bersamanya komitment pada Pan-Islam dan Modernisme sebagai dasar yang tepat untuk menjalankan kegiatan politik partai. Ketika diadakan pemilihan anggota Volksraad sekitar awal tahun 1918 sekaligus mengumumkan hasilnyaAbdul Muis dari CSI dan Abdul Rivai seorang Minangkabau yang menjadi anggota Insulinde, berhasil terpilih menjadi anggota,namun seorang Gubernur bernama Jenderal van Limburg Stirum tidak puas dengan hasil ini. Dia menggunakan hak penunjukannya untuk mengangkat Tjipto Mangunkusumo (yang sudah kembali dari pengasingan) dari Insulinde dan Tjokroaminoto dari SI yang lebih bisa diajak bekerja sama. Adapun dari orang Eropa yang berhasil terpilih adalah anggota yang lebih progresif daripada sebagian besar anggota yang berkebangsaan Indonesia. Oleh karena itu Nederlandsch Indische Vrijzinnige Bond (Persekutuan Liberal Hindia Belanda) yang berkecenderungan terhadap politik Ethis bekerja bersama-sama dengan kaum Sosialis Belanda (Sociaal Democratische Arbeiderspartij: Partai Buruh Sosial Demokrat) dan orang-orang Indonesia yang lebih liberal mengadakan satu koalisi dengan membentuk suatu mayoritas dari anggota-anggota yang terpilih. Tjokroaminoto yang ingin mempertahankan persatuan pergerakan nasional agak sedikit apologetik dengan memberikan kesempatan atau peluang pada golongan kiri. Tjokroaminoto mengatakan bahwa sosialisme Islam lebih awal dan lebih baik dari sosialisme ciptaan Marx, baik dalam teori maupun praktek. Lebih jauh dikatakan bahwa gagasan-gagasan sosialime sudah inheren dalam Islam. Kita muslim, jadi kita sosialis, ucap Tjokroaminoto. Ketika SI pada tahun 1921 memberlakukan peraturan baru dalam rangka melaksanakan disiplin partai yang tidak lagi memperbolehkan adanya keanggotaan yang ganda, akhirnya terjadilah perpecahan yang nyata dalam SI yang selanjutnya mempertegas wajah ke-Islamannya. Dan pada tahun 1930 SI berubah nama menjadi PSII (Partai Sjarikat Islam Indonesia). Organisasi PSII memiliki tradisi non kooperasi yang panjang usianya. Kebijaksanaan politik tentang ini pertama-tama dirumuskan pada Kongres pertama partainya pada tahun 1923 dan 1924. Dengan menemukan ilhamnya dalam gerakan Mahatma Ghandi di India, dikembangkanlah konsep-konsep berdikari (swadeshi) dan dilenyapkannya struktur kolonial yang berlaku (hidjrah). Sifat yang agak agresif dari politik non kooperasi PSII tercermin dalam kombinasi swadeshi dengan hidjrah. Jadi swadeshi sendiri yang sudah mengandung penolakan pengaruh kolonial, selanjutnya diperdalam oleh gagasan hidjrah, yang memungkinkan PSII merumuskan politik non kooperasi yang agresif tanpa perlu menggunakan pemberontakan terangterangan. Selanjutnya di dalam tubuh partai PSII terdapat pertentangan antara kedua kelompok besar, yaitu antara Dewan eksekutif (Ladjnah Tanfidzijah) di bawah pimpinan Abikusno Tjokrosujoso (adik Tjokroaminoto) yang tetap memperjuangkan politik non kooperasi, di mana dia tidak mau bekerja sama dengan fihak kolonial. Dan di satu pihak Dewan Partai di bawah pimpinan H. Agus Salim yang cenderung pada sikap untuk bekerja sama dengan kekuasaan kolonial. Dia khawatir, kalau politik non kooperasi diteruskan, akan ada kerugian forum politik yang akan mempercepat keruntuhan partai dan dia mendesak supaya diadakan suatu referendum tentang masalah ini. Juga Roem berpendapat, bahwa rakyatlah yang paling menderita karena haluan yang dijalankan Abikusno ini. Sebab partai tidak lagi mewakili kepentingan rakyat di Volksraad dan semua itu hanyalah demi kepentingan politik partai. Meskipun sudah banyak alasan yang dikemukakan oleh Salim tetap tidak berhasil usul-usulnya itu diterima oleh partai, justru sebaliknya Abikusno menuduh Salim hanya untuk mencari kursi dalam Volksraad. Sebelum usul-usul Salim dapat diperdebatkan pada kongres partai yang berikutnya, Abikusno telah meletakkan jabatannya sebagai ketua partai pada akhir tahun 1935, sebab yang dikatakannya, dia tidak mau menghalangi Salim dalam usahanya itu. Kartosoewirjo yang pada saat itu masih menjabat sebagai sekretaris Dewan Eksekutif, (Ladjnah Tanfidzijah), mengikuti langkah Abikusno meletakkan jabatannya. Pada kongres partai ke 22 di Batavia bulan Juli tahun 1936 Abikusno terpilih menjadi ketua partai PSII. Setelah cara pemilihan pimpinan partai yang baru diberlakukan, yaitu kongres partai hanya harus memilih ketua partai saja. Di kongres ini terlihat jelas bahwa Abikusno lebih kuat dibandingkan dengan Agus Salim, dengan demikian Abikusno terpilih menjadi formatur, yang dapat memilih sendiri anggota-anggota pimpinan lainnya. Dan melalui rapat formatur ini Abikusno segera mengangkat Kartosoewirjo menjadi wakilnya. Jabatan sebagai wakil ketua PSII dipegang Kartosoewirjo sampai ia keluar dari partai dalam tahun 1939. Setelah terpilihnya Abikusno menjadi ketua partai dia mengumumkan bahwa pertentangan mengenai politik hidjrah telah berakhir dan memerintahkan semua cabang-cabang partai tersebut untuk tidak mengambil peduli pada saran-saran Salim. Dalam bulan November 1936 dengan perasaan yang sangat kecewa atas sikap Abikusno itu Salim membentuk suatu fraksi sendiri dalam tubuh partai PSII di bawah pimpinan Moehammad Roem. Fraksi tersebut diberi nama Barisan Penjadar PSII dan Salim berharap, bahwa di suatu saat nanti usul-usulnya untuk bekerja sama dengan pemerintahan kolonial akan disetujui. Setelah mendengar khabar bahwa Salim membentuk fraksi baru tersebut, Abikusno segera memberikan responnya dan mengumumkan kepada anggota-anggota PSII , bahwa politik hidjrah menjadi politik resmi partai tersebut, dan dia melarang cabang-cabang partai dengan ancaman pemecatan, bila mereka mendiskusikan usul-usul Salim atau mendukung fraksi Salim. PSII hanya mencontoh Sunnah Rasulullah dan bukan mengikuti pola pergerakan Barat, kata Abikusno. Anggota-anggota fraksi Salim merasa bahwa mereka yang sudah sangat berjasa untuk partai dan berjasa untuk Oemat Islam dan kaoem sebangsa Indonesia, oleh poetjoek pimpinan Baroe dibentjana namanya dan kehormatannja. Pucuk pimpinan kekurangan kesadaran sebagai pimpinan partai Islam yang hendak menjunjung agama Islam. Tulis Sabirin. Sabirin sebagai anggota fraksi Salim yakin, bahwa PSII akan menjadi satu perhimpunan rakyat dalam pengawasan polisi, tertutup langkahnja dalam politik. Begitu juga Moh. Roem sebagai ketua Barisan Penjadar menulis bahwa dari pergerakan politik Indonesia akhirnya hanya tinggal namanya saja. Hak-hak dasar demokrasi dianggap rendah oleh pimpinan partai, hak untuk mengeluarkan pendapat secara bebas bagi anggota partai dilanggar, tulis Moehammad Roem. Partai memboetoehkan ketentraman, ketentraman jang akan terdapat djika doodsklok soedah diboenjikan, ketentraman di liang koeboer. Dalam bulan Januari 1937 Salim, Roem, Sabirin, Sangadji, Muslich dan 23 anggota fraksi Salim yang lainnya dikeluarkan dari keanggotaan PSII. Dengan demikian terjadilah perpecahan PSII lebih lanjut, karena Salim segera membentuk suatu partai Islam baru yang berdiri sendiri, yang disebutnya Pergerakan Penjadar. Kritikan juga dilancarkan oleh Kartosoewirjo kepada Agus Salim ketika diadakan kongres partai, dan Kartosoewirjo menuntut suatu penerapan politik hidjrah yang tidak mengenal kompromi. Kartosoewirjo menerangkan, bahwa politik ini merupakan suatu jalan tengah antara Non-kooperasi dan Kooperasi. Oleh karena itu, dalam kongres Abi Kusno menugaskan Kartosoewirjo untuk menyusun suatu brosur tentang sikap hidjrah partai PSII. Abikusno Tjokrosujoso membuat pernyataan bahwa kongres PSII Juli 1936 telah menyetujui politik Hijrah dan telah diuraikan secara terperinci oleh Kartosoewirjo dalam suatu brosur dua jilid mengenai masalah ini yang judulnya berbunyi Sikap Hidjrah PSII dan untuk Kata Pengantarnya sendiri akan dibuat olehnya serta ditandatanganinya sebagai presiden dan Arudji Kartawinata sebagai sekretaris PSII. Hasil kongres yang telah diputuskan bersama itu mendapat kritikan dari anggota-anggota fraksi Salim, mereka menyatakan bahwa penjelasan tentang politik hidjrah tidak dapat diperoleh melalui pimpinan partai apalagi melalui brosur-brosur Kartosoewirjo. Semua itu kelihatan hanya sebagai suatu bungkusan yang indah tetapi tanpa isi, tulis Sabirin. Kenyataannya politik Hidjrah atau politik Non kooperasi PSII juga tetap tanpa hasil seperti pada tahun-tahun sebelumnya. Kritik Moh. Roem terhadap brosur Kartosoewirjo terutama ditujukan pada bab akhir, di mana Kartosoewirjo di dalam brosurnya menerangkan politik Hidjrah. Mengapa tidak diterangkan setjoekoepnja? Tanya Moehammad Roem. Oentoek pengertian jang lebih djelas, lebih baik diadakan sadja dhoekir baroe jaitoe, mengoetjapkan perkataan Politik Islam 100 kali, begitu sarannya. Pertanyaan tentang Non Kooperasi atau Kooperasi tidak dibahas Kartosoewirjo di dalam brosur-brosurnya, hal itu sesuai dengan petunjuk Abikusno. Masalah Non Kooperasi tidak penting bagi PSII dan tidak ada gunanya. Hanya untuk memikirkan hal tersebut sudah merusak

61

pikiran kita, tulis Kartosoewirjo. Sebagian besar brosurnya ditujukan pada pembahasan arti sebenarnya dan maksud hijrah. Dibedahnya Al-Quran yang memuat kata hijrah dan dijelaskan artinya dalam konteks yang relevan. Penafsiran dan pandangan Kartosoewirjo tentang perubahan konsep pada konteks kolonial sangat teliti dan jauh jangkauannya. Dengan mendasarkan diri pada Al-quran dinyatakan hijrah sebagai kewajiban semua pria dan wanita, tua dan muda, kecuali mereka yang lemah, dan hijrah tidak boleh dihentikan sebelum Falah (Keselamatan) dan Fatah (Kemenangan atau Pembukaan) tercapai. Menurut Kartosoewirjo PSII berdiri di luar badan/lembaga yang dibentuk oleh pemerintah kolonial, tetapi partai ini tidak akan tinggal diam, bila rakyat dan bangsa akan dirugikan. Program politik PSII dia bandingkan dengan Jihad selama waktu Hidjrah. Menurut Kartosoewirjo, politik PSII adalah politik Islam, yang ia terangkan sebagai berikut: Jang dimaksoedkan dengan politik dalam faham Party Sjarikat Islam Indonesia ialah politik Islam, politik sepandjang adjaran-adjaran Islam. Dan dari sendirinja, maka politik jang didjalankan oleh PSII ialah politik Islam. Boekan politik barat atau politik membarat! Boekan politik jang tidak ada sangkoet-paoetnja dengan Islam dan boekan poela politik jang Boekan politik Islam atau politik di loear Islam! Dalam brosurnya jilid I, Kartosoewirjo membahas hubungan antara manusia dan agama, begitu juga antara agama dan politik. Sejarah PSII antara tahun 1912-1936 dia bagi dalam tiga tahap, tahap I, zaman Qouliyah yaitu antara tahun 1912-1923. Pada tahap ini perhatian partai kebanyakan ditujukan pada hal-hal duniawi. Tahap yang kedua adalah zaman Filiyah yaitu antara tahun 1923-1930, suatu zaman peralihan, dan tahap yang ketiga adalah zaman Itiqadiyah setelah tahun 1930. Pada tahap ini manusia sadar akan kewajiban-kewajiban agamanya. Kartosoewirjo menyebutkan syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk menciptakan suatu dunia Islam yang murni. Dalam dunia Islam manusia harus menjalankan perintah-perintah Allah dan nabinya secara sungguh-sungguh dan benar. Dalam jilid II, Kartosoewirjo menjelaskan penafsiran arti-arti hidjrah, yang bagi PSII merupakan kewajiban dan yang berhubungan dengan segala aspek kehidupan manusia. Berbeda dengan Non Kooperasi yang mempunyai arti yang lebih negatif, Hidjrah merupakan sikap yang positif, demikian Kartosuwiryo. Dia juga menentang pendapat yang tersebar luas di Barat, bahwa jihad selalu harus berarti perjuangan fisik. Dia membedakan dua macam Jihad, yaitu jihad kecil (jihad ul asghar) untuk melindungi agama terhadap musuh-musuh luar, dan jihad besar (jihad ul akbar) yang ditujukan untuk memerangi musuh dalam diri manusia itu sendiri. Dan karena tidak ada Hidjrah tanpa Jihad, maka PSII menyusun suatu program Jihad yang menjadi bagian dari jihad PSII. Pada kongres partai PSII yang ke 23 tahun 1937 di Bandung, di bawah pimpinan Kartosoewirjo dibentuk suatu komisi yang harus menyusun suatu program aksi hidjrah (Daftar Oesaha Hidjrah PSII). Di mana penyusunan program tersebut telah diputuskan juga dalam kongres partai yang berikutnya pada tahun 1938 di Surabaya. Serta diputuskan juga akan didirikan suatu lembaga pendidikan kader di Malangbong dengan nama Soeffah PSII, yang akan dibuka pada tanggal 20 Februari 1939 di bawah pimpinan Kartosoewirjo sendiri sebagai wakil presiden PSII, yang bertujuan untuk pendidikan politik bagi kaum muslimin Indonesia, agar dengan demikian mereka dapat memerintah negara mereka sendiri bila saatnya nanti telah tiba, khususnya bagi anggota PSII yang laki-laki. Akan tetapi sangat disayangkan sekali program yang baik tersebut tidak bisa terwujud melalui partai seperti yang direncanakan semula, karena dalam beberapa tahun kemudian situasi dalam partai PSII mengalami perubahan haluan politiknya. Pada tahun 1939 Kartosoewirjo terlibat dalam pertengkaran yang sengit dengan mayoritas pimpinan PSII yang diketuai Abikusno. Sebagai pimpinan partai Abikusno mengajak Kartosoewirjo untuk memutar haluan politik partai dengan bergabung ke GAPI (Gabungan Politik Islam) dalam mengatasi tekanan Pemerintah Kolonial yang makin mendesak. Tetapi Kartosoewirjo tidak ikut melaksanakan perubahan arah balik politik ini dan tanpa kompromi tetap istiqomah pada pendiriannya, di mana satu-satunya haluan yang benar adalah politik Hidjrah. Menurut Kartosoewirjo tuntutan GAPI, adalah pembentukan suatu parlemen Indonesia, dan itu merupakan sikap kooperasi juga namun, dengan corak yang lain. Perubahan politik PSII dari garis non kooperasinya yang dulu membuat brosur Sikap Hidjrah PSII yang dibuat oleh Kartosoewirjo begitu besar arti dan nilainya, kini sudah tidak berguna lagi. Pikiran-pikiran yang dikemukakan oleh Kartosoewirjo dicap sebagai anakronisme (yang tidak berkesesuaian). Maka untuk mempertahankan kebenaran sikap PSII, Kartosoewirjo dengan anggotanya yang sealiran antara lain Jusuf Taudjiri, dan Kamran membentuk partai baru yaitu Komite Pembela Kebenaran PSII (KPK-PSII). Karena dimaksudkan untuk bergerak di dalam PSII. Pada awal tahun 1939 Dewan Eksekutif PSII mengeluarkannya dari partai, yang sebelum pemecatan Kartosoewirjo dituduh telah menyalahgunakan uang partai. Dengan tindakan yang sepihak dari partai ini Kartosoewirjo tidak menghiraukannya dan terus melanjutkan rencananya semula untuk melaksanakan program aksi hidjrah dan pembentukan lembaga pendidikan kader. Pada kongres partai yang ke 25 dalam bulan Januari 1940 di Palembang, melalui keputusan yang diambil komite eksekutif partai resmilah pemecatan Kartosoewirjo, Joesoef Taudjiri, Akis, Kamran, dan Sukoso dengan perimbangan 134 suara setuju, 9 suara netral. Dan diputuskan juga dalam kongres tersebut bahwa pelaksanaan program aksi Hidjrah tidak lagi diteruskan dan komisi yang sebelumnya ditugaskan untuk menyusun program ini, akan dibubarkan. Serta semua anggota PSII dilarang untuk memasuki Partai yang dibentuk oleh Kartosoewirjo. Dalam bulan Maret 1940 melalui rapat umum komite Kartosoewirjo memutuskan mengubah KPK-PSII menjadi sebuah partai independen, yang berkantor pusat di Malangbong. Maksud yang terkandung sesungguhnya di belakang ini adalah bahwa komite akan berkembang menjadi PSII yang sebenarnya. Karena PSII Abikusno Tjokrosujoso dirasakan terdiri dari orangorang yang telah mengkhianati haluan politik partai PSII yang telah dirintis oleh pembesar-pembesar partai sebelumnya dan berkhianat atas perjuangan masyarakat Islam yang sebenarnya. Dengan memakai anggaran dasar dan peraturan-peraturan PSII yang lama, Kartosoewirjo ingin menegaskan bahwa KPK PSII adalah kelanjutan yang sebenarnya dari PSII yang lama. Sebab Kartosoewirjo merasa yakin bahwa partainya ini adalah partai PSII yang benar. Menurut Horikoshi, pada sidang KPK-PSII yang pertama dalam bulan Maret 1940, dihadiri oleh enam cabang PSII yang lama dari Jawa Barat di antaranya dari Cirebon, Cibadak, Sukabumi, Pasanggrahan, Wanaraja dan Malangbong. Dalam sidang itu, keluar juga Daftar Oesaha Hidjrah PSII yang penyusunannya ditugaskan kepada Kartosoewirjo ketika dia masih menjabat sebagai wakil ketua PSII. Daftar Oesaha Hidjrah PSII tersebut masih keluar dengan judul aslinya dan dicetak oleh penerbitan yang didirikan oleh Kartosoewirjo di Malangbong, yaitu Poestaka Darul Islam. Kartosoewirjo juga masih merencanakan untuk menerbitkan suatu penafsiran tentang program tersebut (Tafsir Daftar Oesaha Hidjrah) tetapi rencana ini tertunda. Dalam kata pengantar brosurnya, Kartosoewirjo tidak menyebut pemecatan dirinya dari PSII yang terjadi sebelumnya dan juga tidak menyinggung bagaimana terjadinya pembentukan KPK-PSII. Bahkan dia memberi kesan, bahwa dia sekarang mewakili PSII yang sebenarnya. Dia hanya menyayangkan, bahwa Daftar Oesaha Hidjrah PSII tidak lagi dapat diterbitkan sebelum berlangsungnya kongres PSII di Surabaya seperti yang direncanakan. Dalam Bab I brosurnya, Kartosoewirjo membahas struktur masyarakat yang menurut dia terdiri dari tiga macam masyarakat yang berbeda-beda dalam hukum dan haluannya, dalam susunan dan aturannya dan dalam sikap dan pendiriannya, tetapi hidup bersama-sama dalam satu negeri. Ketiga macam masyarakat tersebut adalah masyarakat Hindia Belanda atau masyarakat kejajahan yang berkuasa; berikutnya adalah masyarakat Indonesia yang belum mempunyai hukum maupun hak dan tidak mempunyai pemerintahan sendiri, dan yang ketiga adalah masyarakat Islam atau Darul-Islam. Perbedaan antara masyarakat Indonesia dan masyarakat Islam menurut Kartosoewirjo adalah sebagai berikut: masyarakat kebangsaan Indonesia mengarahkan langkah dan sepak terdjangnja ke djoeroesan Indonesia Raja, agar soepaja dapat berbakti kepada Negeri toempah darahnja, berbakti kepada Iboe-Indonesia. Sebaliknja, kaoem Moeslimin jang hidoep dalam masjarakat Islam atau Daroel-Islam, tidaklah mereka ingin berbakti kepada Indonesia atau siapa poen djoega, melainkan mereka hanja ingin berbakti kepada Allah jang Esa belaka. Maksoed toedjoeannja poen boekan Indonesia Raja, melainkan Daroel-Islam jang sempoerna-sempoernanja di mana tiap-tiap Moeslim dan Moeslimah dapat melakoekan hoekoem-hoekoem agama Allah (Islam), dengan seloeas-loeasnja, baik jang berhoeboengan dengan sjahsiyah maoepoen

62

idjtimaiyah. Pada bab berikutnya, Kartosoewirjo menyebutkan alasan-alasan turunnya harkat derajat manusia atau bangsa, yaitu karena membelakangkan dan membohongkan agama Allah. Kartosoewirjo mengharapkan persatuan dunia Islam dengan umatnya secara keseluruhan. Dan dia yakin, hanya dengan cara demikian dapat tercipta suatu dunia baru atau Darul Islam. Program aksi Hidjrah dia bagi dalam bidang-bidang politik, sosial, ekonomi, ibadah dan satu bidang tentang mistik Islam serta ajaran Islam yang lainnya. Dalam bagian tentang politik dia tanpa memberikan keterangan lebih lanjut hanya menyebut politik Islam nasional, politik Islam Internasional dan politik Islam terhadap dunia non Islam. Selanjutnya Kartosoewirjo menulis bahwa kalau kita Hidjrah dari Mekkah Indonesia ke Madinah Indonesia, boekanlah sekali-kali kita haroes berpindah kampoeng dan negeri beralih daerah dan wilajah, melainkan hanjalah di dalam sifat, thabiat,, amal, itiqad dan lain-lain sebagainja. Untuk mencapai Darul Islam yang sesempurna-sempurnanya, tulis Kartosoewirjo selanjutnya, manusia harus melepaskan sifat, thabiat dan laku ke-Mekkah-an dan beralih kepada sifat, thabiat dan laku ke-Madinah-an. Tentang perekonomian dia menerangkan, bahwa sistem perekonomian harus berlandaskan pada solidaritas dan kolektivitasme. Harta yang berlebihan dari pada keperluan diri masingmasing atau rumah tangga haruslah disetorkan ke dalam tempat perbendaharaan umum seperti Baitul-Mal yang kemudian akan digunakan untuk membantu mereka yang berekonomi lemah. Dengan cara demikian tidak terdapat penumpukan kekayaan yang berlebihan dan kemiskinan akan dapat diperangi. Ini adalah gambaran dunia Islam yang kita inginkan demikian tulis Kartosoewirjo. Pada bulan Maret 1940, rencana Kartosoewirjo diterima oleh kongres KPK PSII yang mengesahkan sebuah resolusi untuk membuka lembaga pendidikan kader Suffah di dekat Malangbong. Lembaga Suffah tersebut dibentuk dalam gaya sebuah pesantren tradisional, di mana para siswanya juga bertempat tinggal di sana. Kartosoewirjo sendiri mengajarkan bahasa Belanda, astrologi, dan ilmu tauhid kepada para siswanya. Metode pengajaran diambil dari metode H.O.S. Tjokroaminoto yang berarti bahwa para siswa di samping mendapat pengajaran pengetahuan umum dan pendidikan agama Islam juga dididik dalam Ilmu politik. Karena mengetahui bahwa mereka menghadapi kehilangan kekuasaan, maka pihak Jepang memutuskan untuk menghapuskan kekangan-kekangan yang masih ada terhadap kekuatan rakyat Indonesia. Angkatan Darat ke-16 mendesak unsur-unsur yang lebih bersifat hati-hati di dalam hierarki-hierarki Jepang supaya bertindak dengan cepat, karena mereka benar-benar mengetahui bahwa bibit-bibit revolusi telah tertanam dalam di Jawa. Pada bulan Maret 1945 pihak Jepang mengumumkan pembentukan Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia, yang mengadakan pertemuan pada akhir bulan Mei di bangunan lama Volksraad di Jakarta. Keanggotaannya mewakili sebagian besar pemimpin setengah baya di Jawa yang masih hidup yang berasal dari semua aliran pemikiran yang penting. Radjiman Wediodiningrat menduduki jabatan ketua, sedangkan Sukarno, Hatta, Mansur, Dewantara, Salim, Soetardjo Kartohadikoesoemo, Abikoesno Tjokrosoejoso, Ki Bagus Hadikusumo, Wachid Hasjim, Mohammad Yamin, dan yang lain-lain duduk sebagai anggotanya. Keputusan pengangkatan para pemimpin dari generasi tua ini diharapkan oleh Pihak Jepang dapat diajak kerja samanya bila sudah merdeka nanti. Sebagai dasar pendidikannya dia menggunakan konsep Daftar Usaha Hidjrah yang terdiri dari 5 bagian itu. Siswa-siswanya tidak hanya berasal dari Jawa Barat, tetapi juga dari provinsi lainnya di Jawa dan dari Sulawesi Selatan, Sumatra dan Kalimantan. Awalnya banyak siswa yang merasa kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan di lembaga Suffah yang penuh dengan disiplin, pekerjaan yang berat dan makanan yang sederhana. Ternyata dengan niat yang suci dan hati yang tulus untuk mendapatkan ridho ilahi akhirnya mereka mampu menempa dirinya dengan semangat Ruhul-Islam yang memancar dalam pribadi-pribadi kemusliman mereka, dan pada akhirnya dengan kesadaran, keyakinan dan panggilan Ilahi untuk memenangkan Agama Allah di muka bumi ini, mereka siap sedia dengan hati yang ikhlas menjadi tulang punggung kekuatan Darul Islam dan menjadi mamum yang setia atas imam Kartosoewirjo, yang di kemudian hari bersama-sama bahu membahu untuk tetap menggalang Negara Kurnia Allah yang diproklamasikan pada tanggal 7 Agustus 1949. Wediodiningrat menduduki jabatan ketua, sedangkan Sukarno, Hatta, Mansur, Dewantara, Salim, Soetardjo Kartohadikoesoemo, Abikoesno Tjokrosoejoso, Ki Bagus Hadikusumo, Wachid Hasjim, Mohammad Yamin, dan yang lain-lain duduk sebagai anggotanya. Keputusan pengangkatan para pemimpin dari generasi tua ini diharapkan oleh Pihak Jepang dapat diajak kerja samanya bila sudah merdeka nanti. Sebagai dasar pendidikannya dia menggunakan konsep Daftar Usaha Hidjrah yang terdiri dari 5 bagian itu. Siswa-siswanya tidak hanya berasal dari Jawa Barat, tetapi juga dari provinsi lainnya di Jawa dan dari Sulawesi Selatan, Sumatra dan Kalimantan. Awalnya banyak siswa yang merasa kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan di lembaga Suffah yang penuh dengan disiplin, pekerjaan yang berat dan makanan yang sederhana. Ternyata dengan niat yang suci dan hati yang tulus untuk mendapatkan ridho ilahi akhirnya mereka mampu menempa dirinya dengan semangat Ruhul-Islam yang memancar dalam pribadi-pribadi kemusliman mereka, dan pada akhirnya dengan kesadaran, keyakinan dan panggilan Ilahi untuk memenangkan Agama Allah di muka bumi ini, mereka siap sedia dengan hati yang ikhlas menjadi tulang punggung kekuatan Darul Islam dan menjadi mamum yang setia atas imam Kartosoewirjo, yang di kemudian hari bersama-sama bahu membahu untuk tetap menggalang Negara Kurnia Allah yang diproklamasikan pada tanggal 7 Agustus 1949. Masih ingat saya pembaca? Ya, saya Andi yang pernah menceritakan pengalaman pribadi saya (Rental Internet Favoritku). Kali ini saya kedatangan Tante saya, Tante Ratna dan temannya yang saya panggil dengan Mbak Susi. Mbak Susi adalah orang sunda asli dengan kulitnya yang putih bersih, tinggi 167 cm dengan berat 50 kg sesuai dengan payudara yang saya perkirakan 34A, pasti membikin orang menoleh pada Mbak Susi. Umur Mbak Susi sekitar 36 tahun, 3 tahun lebih tua dari saya, makanya saya panggil dengan Mbak. Tante Ratna orangnya supel dengan tinggi 171 cm, berat 53 kg dan berkulit kuning langsat dengan payudara yang kencang karena rajin fitnes, ukuran 34B. Cantiknya seperti artis Hongkong Rosamund Kwan kira-kira dan Mbak Susi seperti artis Venna Melinda. Mereka berdua ke Lombok dalam rangka tugas perusahaan selama lima hari. ***** "Ndi, nanti anterin Mbak Susi ya" kata Tante Ratna sambil membereskan pakaian dalamnya. "Kemana Tante?" jawab saya sekenanya, sambil jelalatan melihat BH merah punya Tante Ratna, sungguh pemandangan yang indah, BH-nya segini ukurannya apalagi isinya.. He.. He.. "Mbak mau ke mall sebentar beli pulsa nich!" Mbak Susi menjawab mengandeng tangan saya akrab. "Beres boss.." Kemudian saya dan Mbak Ratna ke mall, di dalam taksi saya perhatikan Mbak Ratna sungguh seksi dengan hem atasan berwarna putih ketat memperlihatkan payudaranya yang membusung dan rok mini diatas lutut berwarna biru, hingga lekuk-lekuk celana dalamnya samar-samar tercetak serta wangi parfumnya yang segar. Sungguh membuat saya pengin ngentot aja. Tapi itu harapan saja coy. "Ramai juga mallnya ya!" "Iya.. Eh.. Mbak.. Sini" lalu saya menarik tangannya, sungguh halus dan lembut. "Counter handphone di sana toh"

63

Karena ramai maka saya Mbak Susi mepet di depan saya hingga pantatnya yang terbungkus rok menempel di depan kontol saya. Wah ini kesempatan nich pikir saya dalam hati, saya tempelkan kontol saya yang sudah tegak kepantatnya Mbak Susi, untuk tadi saya pakai celana panjang kain. Sensasinya begitu nikmat, apalagi dimasukin nich. Asoy geboy mak. Selesai acara mepet-mepetan tad karena udah sampai dan bla, bla, bla tanpa kejadian yang hot. Di malam ketiga, saya, Tante Ratna dan Mbak Susi ngobrol sampe malam, kira-kira jam 21.00. "Ndi Mbak Susi tidur duluan ya" "Iya Mbak.. Mimpi yang indah ya Mbak!" Lalu menyusul Tante Ratna yang malam itu memakai longdress yang belahannya seolah-olah tak muat untuk payudara yang putih bersih itu. Malam itu Tante Ratna tidur sekamar dengan Mbak Susi di kamar tamu. Tinggal saya yang memencet-mencet tombol remote TV karena acaranya tak begitu bagus. Kira-kira jam 23.00 saya mendengar jeritan kecil, karena penasaran saya datangi sumber suara itu dan arahnya ternyata dari kamar tamu. Saya jadi penasaran nich, kebiasaan ngintip kambuh lagi nich pembaca, kamar tamu itu cuma dibatasi kaca nako yang kebetulan kordennya setengah tertutup. Wah asyik nich, yang saya lihat sungguh mengagetkan dan mengasyikkan. Tante Ratna sedang menggerayangi Mbak Susi, tangan Tante Ratna sedang meremas-remas payudara Mbak Susi yang sudah terbuka setengahnya dan baju atas piyamanya sudah tidak beraturan lagi, menampakkan payudara dan BH hijaunya. Mmh sedap. "Rat.. Jangan.. Apa yang kamu lakukan" Mbak Susi berusaha menahan tangan payudaranya. "Sus.. Tolong saya Sus.. Mmh.." rintih Tante Ratna sambil mencium leher kemudian bibir Mbak Susi dengan liar sambil menarik BH hijau Mbak Susi hingga terpampanglah dua gunung putihnya. "Jang.. an.. Saya.. Masih suka sama pria Rat.." terengah-engah Mbak Susi menjawab karena Tante dengan giat mencium dan mengulum mulut, kemudian ke bawah puting Mbak Susi yang sudah kencang itu digigit dan dikulum Tante Ratna dengan gemas sambil tangan mengusap-ngusap celana dalam Mbak Susi yang berwarna putih itu. "Pe.. Lan.. Ada Andi tuch" "Udah diam aja kamu Sus!" bentak Tante Ratna pelan, sambil membuka longdressnya yang ternyata tidak memakai BH dan celana dalam. "Ssh.. Geli.. Ratna.. Ssh.." rintih Mbak Susi yang kelihatan sudah mulai terangsang. Tante Ratna mulai menciumi perut dan vagina Mbak Susi yang terbungkus celana dalam putih, beberapa menit kemudian terbukalah celana dalam Mbak Susi dan Tante Ratna mengambil posisi 69, saling menjilat vagina masing sambil jari tangan Tante Ratna tak henti keluar masuk vagina Mbak Susi yang sudah mulai basah. "Ce.. Pat.. Sus.. Saya mau keluar!" "I.. Ya.. Rat.. Samaan.. Ke.. Luarnya ya" jawab Mbak Susi sambil mempercepat jarinya begitu juga Tante Ratna. Kedua wanita itu saling mempercepat kegiatan masing-masing dan akhirnya mereka orgasme. Kemudian mereka tidur bugil sambil berpelukan. Ah.. Ternyata kontol saya dari tadi juga sudah keluar nich, biasa ngocok sendiri. ***** Keesokan paginya.. "Pagi Tante.. Pagi Mbak Susi" salam saya pada kedua wanita tersebut. "Pagi" jawab mereka bersamaan. "Enak ya mimpinya" sindir saya sambil melihat Mbak Susi yang tersipu malu. "Mmh.. Lumayanlah" Mbak Susi menjawab sambil melihat Tante saya. "Ooh ya, nanti anterin Mbak Susi ke pantai sengigi ya ndi" "Beres Tante, pokoknya puas dech" Kemudian Tante Ratna pergi meeting lagi dan saya kebagian tugas nganterin Mbak Susi, ini kesempatan namanya, kapan lagi ngentot sama orang cantik kayak artis lagi. Sore itu jan 15.10 saya anter Mbak Susi memakai mobil sewaan ke Senggigi. "Mbak, tadi malam ngapain aja di kamar sama Tante!" "Eh.. Ya tidur dong Ndi" jawab Mbak Susi agak sedikit grogi. "Mbak Susi ngentot ya sama Tante" "Hus.. Ngawur kamu Ndi" Mbak Susi mencubit saya sambil melotot. "Lho.. Wong Andi lihat kok, kalo nggak ngaku tak bilangin orang sekantornya Mbak Susi lho" "I.. Ya.. Iya.. Mbak Susi ngaku dech, tapi jangan bilangin siapa-siapa ya" Mobil kuparkir di tempat yang agak sepi dan jam sudah menunjukkan jam 18.20 malam. "Boleh tapi ada syaratnya!" "Kok pakai syarat.. Minta uang nich!" kata Mbak Susi akan membuka dompet.

64

"Duit sich mau.. Tapi bukan itu, Andi pengin ngentot ama Mbak Susi" "Apa.. Gila.. Kamu.." "Kubilangin lho.." "Iya.. Dech.. Tapi bagian atas aja ya" jawab Mbak Susi pasrah sambil pindah dan bersandar pada bangku belakang. Saya mengikutinya dan sore itu Mbak Susi memakai kaos kuning ketat dan celana jins. "Lho.. Kok.. Dilihat aja, nggak mau ya!" goda Mbak Susi. "Mmh.. Pe.. Lan.. Ndi.." terengah-engah Mbak Susi saat saya cium dan kami saling melumat. Tangan saya meremas payudara sebelah kanan yang masih terbungkus kaos kuningnya. Beberapa menit kami berciuman dan kemudian saya arahkan ke leher untuk membuat cupang merah. Tangan saya sudah menyelusup ke dalam kaos dan BH putihnya sambil memelintir putingnya. "Ssh.. Mmh.. Aah.." rintih Mbak Susi sambil tangannya masuk ke dalam celana jins saya dan meremas-remas kontol saya yang sudah tegak dari tadi. Saya buka celana jins saya dan membiarkan Mbak Susi dengan leluasa meremas-remas kontol saya. Kemudian saya buka pengait BH-nya dan muncullah dua bukit kembarnya yang tegak menantang, tanpa menunggu lagi saya lahap dan jilat sampai Mbak Susi merintih-rintih keenakan. "Terr.. Us.. Ndi.. Pin.. Dah sebelah lagi" Beberapa menit kami saling meremas dan menjilat, saya kemudian melepas celana jins dan CD putih Mbak Susi, wah betul-betul vagina yang sempurna, tanpa pikir panjang saya cium dan jilat vaginanya yang sudah basah oleh cairan kental putih itu, sambil menjilat saya masukkan jari tangan agar Mbak Susi bertambah merintih tidak karuan. "Sst.. Ce.. Pat.. Ndi.. Masukin.. Mbak udah nggak tahan nich" "Ben.. Tar.. Mbak.. pakai kondom dulu" kata saya sambil membuka celana saya seluruhnya dan memakai kondom, kemudian dengan dituntun tangan Mbak Susi yang halus akhirnya bles.. Mmh masuk semua dech kontol saya yang katanya bengkok itu. "Terr.. Us.. Dor.. Ong.. Teruss.. Sst" "Cep.. Epet.. Ya.. Gitu.. Ahh.." Celoteh dan rintihan Mbak Susi akibat sodokan demi sodokan yang masukkan dalam-dalam, mmh nikmat rasanya dan akhirnya kami sama-sama nggak kuat, sambil berpelukan dengan erat.. Crot.. Crot.. Keluarlah lahar putih itu bersamaan. "Terima kasih ya Mbak Susi" "Sama-sama ndi, kapan-kapan lagi ya" jawab Mbak Susi tersenyum puas. Dan kami pun pulang, disambut Tante Ratna tanpa curiga. Aduh Tante saya yang satu ini cantik sekali, kapan ya saya bisa ngentot sama dia, abis cantik sich en' seksi. Kesempatan itu datang malam ini.. "Gimana Sus tadi" "Puas dech dianterin si Andi" "Siapa dulu dong Tantenya" "Rat, tidur duluan ya" "Iya sus, saya juga mau tidur" "Ndi terima kasih ya udah nganterin Mbak Susi tadi" "Biasa aja kok Mbak, yang penting puas khan?" jawab saya mengedipkan mata pada Mbak Susi. "Ndi, Tante tidur di kamarmu ya" "Kenapa Tante, apa kamar tamunya ndak cukup berdua ama Mbak Susi?" "Bukan begitu, di kamar tamu tuch panas, kali aja di kamarmu lebih adem" "Terserah Tante dech" jawab saya sekenanya. "Tante duluan tidur ya Ndi" "Iya Tante, Andi lagi nungguin acara bagus nich" Tante Ratna lalu pergi tidur dengan daster kuningnya yang kependekan itu. Satu setengah jam kemudian saya menyusul ke kamar untuk pergi tidur juga dan wow.. Tante Ratna tidur dengan memeluk guling, tapi yang membuat kontol saya tegak adalah daster kuningnya menyingkapkan paha kanannya yang putih bersih serta sedikit memperlihatkan CD-nya yang berwarna putih itu.. Mmh sungguh pemandangan yang indah pembaca. Saya dengan perlahan membuka pakaian dan celana pendek, tinggal CD saja, ini baru kesempatan namanya. Saya tidur dengan posisi membelakangi Tante Ratna dan dengan perlahan membuka daster bawahnya sampai sebatas pinggang dan sekarang dengan jelas kelihatan CD-nya berwarna putih selaras dengan pantatnya yang putih, pelan sekali saya tempelkan kontol saya ke pantat Tante Ratna dan serr.. Rasanya halus dan wangi tubuhnya pun harum. Mmh enak sekali, sambil tangan kanan saya linkarkan ke perutnya. Tidak ada reaksi sama sekali tapi tiba-tiba saja tangannya memegang tangan saya sambil bergumam.. "Mm.." Saya sampai kaget, tapi cuma sesaat dan kaki kanan saya masukkan di antara kaki Tante Ratna. Beberapa saat dalam kondisi tersebu, perlahan saya lanjutkan dengan tangan kanan saya yang tadinya di perut sekarang merayap perlahan ke arah dalam daster dan ternyata Tante Ratna tidur tidak memakai BH. Payudaranya akhirnya tersentuh juga dan saya usap dengan perlahan sekali takut Tante Ratna bangun. Khan malu sekali jadinya, tapi sudah kadung nafsu, saya terusin aja, paling dimarahin. Kontol kugesek-gesekkan seiring intensitas tangan saya

65

yang sekarang bukan saja mengusap tapi meremas-remas. Lagi asyik-asyiknya melakukan kegiatan mepet-mepetan, tiba-tiba Tante Ratna tersadar juga. "Oh.. Siapa ini.." ujarnya sambil mengibaskan tangan saya. "Sst.. Andi.. Tante.." guman saya, antara takut dan bingung. "Maaf.. Tante.. Andi.. Khilaf" kata saya akan beranjak keluar. "Tunggu Ndi" tahan Tante Ratna. "Sebetulnya Tante nggak marah kok, cuma kaget aja, tak kirain siapa" "Sekali lagi maaf Tante, tapi jangan laporan ibu ya" "Kamu nakal ya, cuma ada syaratnya lho supaya nggak dilaporin" "Apa Tante, pokoknya tak lunasin dech" jawab saya bingung dan takut. "Kamu kunci kamar ini dan temenin Tante tidur malam terakhir ini, gimana?" Wah bukan main senangnya saya dan cepat-cepat saya kunci pintu dan wow Tante Ratna sudah membuka daster, tinggal CD putihnya saja. "Lho, kok bengong sini bobo" "I.. Ya.." Antara kagum dan nafsu jadi satu dech, melihat pemandangan yang bagus ini. Dan Tante Ratna menarik CD saya hingga lepas. "Wah.. Kontolmu bengkok ya" puji Tante Ratna sambil menindih saya. Lalu kami pun berciuman dengan lembut dan makin lama ciuman itu berubah menjadi saling jilat. Tangan saya bergerilya meremas-remas kedua payudaranya dan Tante Ratnapun meremas dan menarik-narik kontol saya. "Ndi.. Emut.. Su.. Su Tante.. Ya" tersengal-sengal Tante Ratna mengarahkan kepala saya pada payudaranya. Payudaranya yang putih saya emut, jilat dan gigit dengan perlahan sampai Tante Ratna merintih-rintih, sementara tangan kanan saya ikut masuk dalam CD-nya dan mengusap-usap vagina Tante Ratna yang mulai basah. "Terr.. Us.. Ndi.. Yang.. Baw.. Ah" Saya teruskan, celana dalam putih itu saya tarik dan tampaklah vagina yang ditumbuhi bulu halus muncul, saya jilat, cairan putih semakin banyak, slrup.. Slrup.. Slrup begitu bunyinya saya hisap sampai kepala saya terjepit kaki Tante Ratna yang udah mulai orgasme pertama. "Ndi.. Ganti.. Po.. Sisi ya?" tanya Tante tersengal-sengal sambil mengarahkan mulutnya ke kontol saya hingga posisi kami bergaya 69. Tante Ratna betul-betul mahir mengulum dan menghisap sampai-sampai kontol saya gerakkan perlahan ke atas ke bawah seiring kulumannya dan saya pun tak kalah gesit menjilat dan menghisap cairan putih yang semakin banyak dari Tante Ratna. "Gan.. Tian.. Tante di atas" Lalu kami pun berubah posisi dengan saya di bawah dan Tante Ratna di atas, sambil sedikit berjongkok Tante Ratna membimbing kontol saya masuk vaginanya dan bless.. Cleep.. Cleep.. Cleep.. Begitu bunyinya akibat goyangan pantatnya yang semok dan sodokan kontol saya sampai-sampai buah zakar saya mepet dengan vaginanya. "Sst.. Terr.. Ss.. Pegang.. Su.. Su.. Tante.. Ndi.. Sst" "I.. Ya.. Tante.. Mmh.." "Nnach.. Gitu.. Rem.. As.. Yaa.." Rintih Tante Ratna karena kedua payudaranya saya remas dan kedua putingnya saya pelintir-pelintir. Keringat Tante Ratna sudah mulai menetes bersamaan dengan keringat saya, sudah 15 menit kami melakukan sodokan dan goyangan yang hebat sampai ranjang itu berderit-derit menahan goyangan kami yang begitu liar seperti pengantin baru. "Tan.. Andi.. Mau.. Kel.. Uar.. Nich" "Ben.. Tar.. Ndi.. Sst.. Sst.. Samaan.. Kelua.. Rrnya ya" perintah Tante pada saya yang sudah mau bobol saja rasanya dan kami pun mempercepat sodokan dan goyangan.. Cleep.. Cleep.. Cleep.. Dan akhirnya.. "Sst.. Ce.. Pat.. Ndi.. Aakh.." Tante Ratna memeluk saya sambil menggoyang-goyang pantatnya semakin cepat, jeritaannya bersamaan dengan semprotan saya dan Tante, croot, croot muncratlah air mani itu dalam vagina Tante. Tante Ratna memeluk saya lemas dan kami pun berpelukan dalam keadaan bugil menikmati sensasi tersebut, saya dan Tante Ratna bergumul sampai 3 kali malam itu. "Terima kasih ya ndi, udah lama Tante nggak ngentot kayak begini" "Sama-sama Tante, Andi juga puas kok, kapan-kapan kalo Tante ke sini kita ngentot lagi ya"

66

"Beres, pokoknya ini rahasia kita berdua, OK!" jawab Tante Ratna sambil mencium saya dengan lembut dan memberikan saya amplop. "Apaan ini Tante" "Oh, uang jajan dari Tante dan Susi buat kamu" "Terima kasih banyak lho Tante" jawab saya senang, sudah dapat ngentot en' dapet uang lagi yang besarnya kira-kira Rp,-3.400.000,-. Lumayan lho pembaca untuk tour guide seperti saya yang nganterin Tante saya yang biseks bersama temannya selama lima hari. Selamat jalan Tante Ratna dan Mbak Susi, semoga selamat dalam perjalanan pulang dan salam sayang dari keponakan dan sahabatmu, Andi. Cerita ini terjadi sekitar 15 tahun yang lalu, tapi merupakan awal yang mempengaruhi perilaku seks yang kujalani sampai saat ini. Waktu itu aku seorang mahasiswa semester 3 di sebuah perguruan tinggi swasta di Bandung. Sebenarnya aku termasuk mahasiswa yang cukup berprestasi di kampus, terbukti dengan seringnya aku diikutsertakan oleh dosen/pengajar apabila mereka akan mengadakan penelitian ilmiah. Tapi sayangnya akibat pergaulan yang kurang baik, ditambah dengan problema yang kuhadapi (saat itu kurasakan cukup berat), aku terjebak kecanduan narkotika, walaupun sebenarnya baru pada tahap kecanduan awal. Problem yang kuhadapi ialah putusnya hubunganku dengan pacarku di desa (lebih tepatnya diputusin), dengan alasan yang aku sendiri tidak mengerti. Aku merasa tidak dihargai karena tidak mendapat alasan yang jelas, padahal hubungan kami sudah berjalan sejak kami masih SLTP. Tapi sudahlah, karena bukan itu sebenarnya yang ingin kuceritakan. Malam itu, sepulang dari rumah seorang teman aku mengendarai sepeda motor bebekku dengan kepala sedikit berat akibat pengaruh obat yang belum terlalu turun, tapi kupaksakan juga karena besok pagi-pagi sekali aku ada janji dengan seorang dosen untuk membantunya mengumpulkan data-data yang berhasil kami kumpulkan (yang tentunya dia yang membuat pertanyaan, aku hanya membagikan kuisioner pada obyek penelitian). Aku mengambil jalur yang biasa kulalui yang melewati Jl. Saparua (gelora) yang kalau malam banyak kaum waria yang mejeng mencari langganan. Aku tidak pernah perduli karena memang aku sama sekali tidak tertarik oleh yang palsu semacam itu. Tapi malam itu secara sadar atau tidak sadar aku berhenti ketika seorang waria melambaikan tangannya. Aku hanya berpikir seksi sekali ini orang (tentunya dalam cahaya yang remang-remang dan pengaruh obat yang masih bersisa di kepalaku). Kupinggirkan bebekku mendekatinya. Setelah kudekati memang ternyata selain seksi juga manis dan mulus. Ia memakai baju malam (aku tidak tahu namanya) yang talinya kecil atau malah mungkin mirip baju tidur, hanya saja bahannya mungkin lebih bagus. Dadanya yang menonjol karena terdorong buah dada yang cukup besar hanya setengahnya tertutup, seolaholah mendesak untuk segera keluar. Lengan dan kakinya tidak berotot seperti seharusnya seorang lelaki, itu terlihat karena ia memakai minidress. Kulihat wajahnya juga manis dan tidak kaku. Lama aku bertanya dalam hati, ini cewek beneran kali. Tiba-tiba, "Mau kemana Mas..?" ia bertanya yang membuat buyar pertanyaan-pertanyaan di kepalaku. "Mau pulang." aku menjawab asal-asalan. "Kok pulang sih.., kan belum malem. Ngobrol dulu yuk..!" ia bertanya lagi (memang suaranya sedikit lebih ngebas dari suara wanita, atau mungkin seperti suara wanita perokok). "Ini kan lagi ngobrol." aku merespon lagi. "Ngobrol di sana aja, sepi.. yuk..!" "Kemana..?" "Tuh, ke samping gelora." Akhirnya aku seperti kerbau yang dicocokin hidungnya, menurut saja. Ku-start motor dan ia langsung duduk diboncengan sambil tangannya, ya ampun.., ini tangan bukan pegang samping jok motor atau mungkin pinggang, eh malah menempel di antara kedua pahaku, tepatnya rudalku. Aku diam saja, pura-pura tidak tahu. Motor kujalankan dan tangannya malah menjadi meremas barangku. Aku sedikit grogi juga, tapi yang jelas burungku mulai terusik karena terasa sudah mulai mengeras. Akhirnya kami sampai di samping gedung olahraga yang memang gelap dan sunyi sekali. Kalau diperhatikan lebih teliti, maka akan terlihat bayangan orang-orang yang tidak jelas sedang melakukan apa, yang pasti mereka sedang melakukan adegan ngeseks. Aduh gimana ini sebenarnya, aku ingin menolak dan membalikkan motor terus pulang, tapi aku seperti tidak berdaya dan terus saja mengikuti perintahnya. Akhirnya ia menyuruhku untuk berhenti. "Motornya diparkir di sini aja..!" "Aman ngga..?" (aku sedikit was-was). "Aman dong..! Tuh.., yang lain juga diparkir di situ..!" Akhirnya kustandarkan motor dan berjalan mengikutinya. Kami sampai tepat di teras samping gedung. Di sana ada tumpukan peti, tepatnya stage level. Kami duduk di situ dan mulai ngobrol kesana kemari. Baru kutahu ternyata namanya Emma. Aku tidak tahu kalau siang apa namanya jadi Eman. Aku sudah tidak perduli lagi. "Idih.., ada yang berdiri tuh..!" ia mulai memancing. "Siapa..?" karena aku memang tidak tahu maksudnya. "Tuh..! Nih.., kan udah keras gini..!" katanya lagi sambil tangannya memegang rudalku yang memang akibat remasannya tadi sewaktu dibonceng malah sampai sekarang tidak mau tidur lagi, kudiamkan saja. Rupanya ia tidak mau kehilangan momentum yang sudah hampir sempurna. "Boleh liat ngga..?" tanyanya. Tanpa menunggu jawabanku, langsung dibukanya risluiting celanaku. Tentu saja senjata yang sejak tadi sudak mendesak langsung tegak menantang langit seolah merasa merdeka.

67

"Wou.., gede amat punyanya..!" Aku tahu itu hanya untuk menghibur, karena rudalku termasuk ukuran yang biasa-biasa saja, tidak istimewa. Aku masih diam walau aku merasakan nikmatnya. Rupanya ia ternyata langsung jongkok di depanku, mulutnya tepat berada di depan batangku itu. Tanpa basa basi lagi diturunkannya celanaku sampai sedengkul. Wuah.., langsung dilumatnya kemaluanku sambil gerakan kepalanya maju mundur, dan tangan kanannya meremas buah kemaluanku, sedangkan tangan kirinya masuk t-shirt-ku. Tangan kirinya ternyata mampir di putingku yang kemudian dipilinnya perlahan-lahan. Kemudian dicabutnya penisku dari mulutnya, lalu dipegangnya oleh tangan yang tadi memegang buah kembarku. Diangkatnya sang penis, lalu kemudian ia menjilat leher rudal sebelah bawah. Ough.., aku merasa melayang, terus terang ini merupakan pengalaman pertama punyaku dihisap orang. Aku termasuk konvensional dalam urusan posisi sex, dan itu pun hanya beberapa kali yang sempat kulakukan bersama bekas pacarku. Setelah puas menjoli, dimasukkannya lagi sang burung ke dalam mulutnya, sementara tangan yang satu tadi menyelinap ke balik buah zakar dan kemudian ternyata mengelus anusku. Aku hanya sempat bersuara kecil tanpa dapat menghalangi lagi jarinya. Terlihat sedikit jarinya diberi ludah dan dilanjutkannya permainan jarinya di lubang duburku. Serasa ada seribu balon gas diikatkan di tubuhku dan aku merasa melayang, dapat dibayangkan tiga titik yang sensitif disentuhnya bersamaan. Aku hanya dapat merem melek dengan penuh nikmat. Sudah dapat kuduga, aku tidak akan bertahan lama karena proses pengeroyokan pada titik sensitif tersebut. Aku merasa ada yang mendorong dari dalam rudalku yang meminta untuk keluar. "Mbak.., aku mau.." belum selesai aku bicara, "Crot..! Crot..! Ouwh..!" pecah sudah magma dari dalam rudalku. Ia masih tetap mengulumnya sambil mempermainkan lidahnya di kepala rudalku, rasanya ngilu, nikmat, super nikmat. Dan gilanya, ditelannya air maniku sampai bersih dan tidak perlu tisue lagi untuk membersihkan kepala rudalku. Kami kemudian ngobrol kesana kemari, ia minta diantar pulang kalau aku tidak keberatan. Kupikir tidak apa, sambil pulang dapat lewat jalan rumahnya, toh sudah malam tidak akan ketemu teman di jalan. Akhirnya kami berboncengan dengan mesranya menuju rumahnya. Selama perjalanan tangannya tetap meremas-remas rudalku yang tentu saja bangun lagi. Kami sampai di sebuah paviliun yang cukup luas. Motor kuparkir di teras, sementara ia membuka pintu. Aku parkir motor karena ia memintaku minum coklat panas dulu, biar segar katanya. Anehnya aku juga tidak menolak. Aku masuk ruang tamu berukuran sekitar 5x5 meter yang ternyata merangkap sebuah salon kecil yang terawat rapih dan bersih. Dipersilakannya aku duduk dan ia masuk ke dalam. Tidak berapa lama ia sudah kembali membawa dua gelas coklat hangat. "Ayo diminum dulu Mas mumpung masih hangat..! Aku tinggal dulu sebentar ya..!" katanya yang kemudian ia masuk ke belakang. Sambil minum coklat, mataku memperhatikan ruangan mini salon dengan beberapa poster yang merupakan contoh model potongan rambut. Ada tiga set kursi potong, satu buah tempat cuci rambut, dan asebagainya yang membuat pengaturan ruangan tersebut terkesan sempit. "Kecil ya rumahnya..?" katanya yang tiba-tiba ia sudah masuk kembali ke ruang tamu. Bajunya sudah diganti dengan baju tidur warna peach yang transparant, dan terlihatlah keseluruhan tubuhnya yang hanya tertutup BH dan CD pada bagian-bagian tertentu. Deg.., aku merasa gugup menyaksikan pemandangan yang ada di depan mataku. Body yang begitu sempurna. Tingginya sekitar 170 cm, payudaranya aku tidak tahu ukurannya, tapi yang jelas cukup besar. Kulitnya putih mulus, rambutnya ternyata panjang asli, wajahnya segar dan lebih manis karena hanya sedikit menggunakan make-up. Aroma wanginya betulbetul membuatku terangsang lagi karena wangi sabun mandi (mungkin habis mandi). Aku paling suka melihat wanita (termasuk dirinya) habis selesai mandi, karena terlihat segar dan wanginya lembut alami. "Mau cuci-cuci dulu Mas bekas tadi..?" ia menawarkan, "Tuh di sebelah sana, masuk aja..!" sambunganya sambil tangannya menunjuk ke dalam. Kupikir benar juga, biar kucuci sekalian deh. Aku diantarnya ke dalam. Aku masuk kamar mandi yang cukup bersih dengan keramik tile yang dominan berwarna krem, maka terlihat bersih dan seolah lebih luas. Kubuka celanaku dan mulai mencuci sang rudal yang tadi sudah dikulum Emma. Tiba-tiba, "Tok.. tok.. tok.." pintu kamar mandi diketuk. "Mas.., ini handuknya..!" katanya. Oh iya, aku lupa pinjam handuk. Karena si otongku belum tidur juga, aku malah punya rencana usil ingin disedot lagi biar nyucinya sekalian. Pintu kubuka dalam posisiku masih tanpa celana dan tidak berusaha kututupi. "Ih.., kok masih bediri aja sih..? Belum puas ya..!" begitu komentarnya sambil menyerahkan handuk, tapi matanya tetap tertuju ke rudalku. "Iya nih.., masih kurang kali..!" jawabku sambil menerima handuk dan memegang tangannya, lalu kemudian menariknya ke dalam. "Aduh.. duh.. apaan sih..? Kok buas banget, sabar dong Sayang..!" Aku sudah tidak sabar lagi, kutarik ia ke kamar mandi, kupeluk, kuciumi lehernya dan tanganku berusaha menyelinap ke dalam daster untuk membuka tali BH-nya. Aku memang tidak membuka dasternya, nanti saja kupikir biar sedikit-sedikit. Setelah tali BH-nya kulepas dan kuturunkan talinya, maka menyembullah dua buah bukit yang sudah dari tadi kuidamkan. Langsung kulumat.., wuh nikmat sekali wanginya. Aku

68

semakin terangsang, kujilat putingnya dan kukulum sambil kugigit kecil bergantian kiri dan kanan. Emma menggelinjang, kadang terdengar suaranya melenguh. "Auh.. uh.. terus Mas..! Uh.. digigit Sayang..! Auw.. enak Mas.., auh..!" terus saja ia berkicau tidak jelas. Tangan kanannya sudah mengocok penisku yang membuatku tambah lagi nafsunya. Tanganku yang satu memegang puting satunya yang tidak sedang kuhisap. Secara refleks tanganku yang satunya turun menelusuri perut dan terus ke bawah. Eit.., aku kaget. Ternyata ada yang mengeras di antara selangkangannya. Aku lupa bahwa Emma sebetulnya juga sama seperti aku, ada rasa bingung campur kaget sesaat, tapi anehnya aku sudah tidak perduli lagi karena nafsu yang semakin membeludak dan pengaruh obat-obatan yang juga belum turun. Kuelus terus batangannya, Emma semakin lupa daratan, erangannya semakin menjadi-jadi. "Auw Mas.., aduh enak Mas..! Uh..!" desahnya sambil matanya terpejam dan kocokannya di penisku semakin keras. Aku semakin nekat, kumasukkan tanganku ke dalam CD-nya. Ah.., terpegang olehku stick milik Emma yang kuperkirakan lebih kecil dari punyaku. "Auw.. Mas gila. Mas.., aduh enak Mas..!" ia berbisik untuk melanjutkannya di kamar, aku menurut saja dan mengikutinya. Ternyata kamarnya di sebelah kamar mandi tersebut, kamarnya berukuran 4x4 m dengan lampu tidur remang-remang dan satu tempat tidur double berukuran 2x2 m dilapisi sprei warna biru muda dari bahan satin. Emma melepas dasternya, lalu kemudian menghampiriku dan melepas bajuku yang masih tersisa. Kami sama-sama sudah bugil, kuperhatikan dalam keremangan itu ada rasanya aku ingin tertawa juga waktu melihat tubuh Emma yang memang seksi itu, tapi lucunya kami sama-sama punya rudal, yang beda payudaraku tidak membumbung, kulitku tidak sehalus kulitnya. Aku berpikir kenapa aku tidak merasa jijik, kenapa aku tetap terangsang. Aku tidak habis pikir dengan nafsuku ini yang dapat menerima orang yang sama dengan jenisku, apa aku gay..? Tapi aku tidak perduli lagi, karena Emma sudah melumat putingku dan menjilatinya bergantian kiri dan kanan. Kemudian disuruhnya aku telentang di tempat tidurnya, lalu ia mulai menjilati ibu jari kakiku dilanjutkan ke jari kaki yang lainnya, terus naik ke dengkul sambil lidahnya terus menempel di kulitku layaknya orang sedang mengecat dengan kuas, tapi kali ini kuasnya menggunakan lidah. Geli sekali rasanya, ada rasa sesuatu benar-benar sensasional yang susah dilukiskan oleh seribu kata. Aku hanya dapat ber ah..uh ria saja. Setelah itu disuruhnya aku telungkup dan kembali aku dikuasnya, hanya kali ini bagian belakang dari tumit hingga bokong yang kiri dilanjutkan dengan yang kanan. Lalu ia naik ke pinggang, punggung lalu ke leher, turun lagi ke bokong. Disuruhnya aku menungging, lalu dijilatnya liang duburku, auwhh..! Hilang rasanya semua panca inderaku, semua berkumpul di liang anusku ini. Dimain-mainkannya lidahnya di sekitar anusku, lalu tangannya membuka bibir anus dan lidahnya masuk ke dalamnya. Aku tidak dapat lagi menceritakan suara apa yang kukeluarkan saat itu. "Ma.. emm.. aduh Ma.., aku ngga kuat, aduh..!" desahku, tapi ia terus saja melumatnya. Beberapa saat kemudian dibalikkannya tubuhku dalam posisi semula, telentang. Dilumatnya lagi tubuhku, diawali dari jari-jari tangan lanjut ke ketiak, kembali ke putingku lalu turun ke pusar. Diputar-putar lidahnya di sana dan kemudian sampailah ke inti energi, yaitu penisku. "Agh..!" aku sedikit menjerit ketika dilumatnya dulu batangan berikut buahnya dan dilanjutkan mengulumnya. "Agh.. Ma.. Sebentar Ma..!" kutarik ia lebih merapat sehingga rudalnya tepat di mulutku. "Aduh.. duh.. Mas.. duh. Isep Sayang.., aduh terus Sayang..!" ia mengerang, tentu saja karena kenikmatan. Jadilah kami menggunakan posisi 69, saling menghisap, saling melumat, tidak ada rasa jijik sedikit pun yang kualami. Emma semakin buas dan dengan lahapnya melumat penisku, begitu juga aku giat memaju-mundurkan kemaluannya di dalam mulutku. Kira-kira setengah jam kami saling melumat, saling menghisap dan saling menjilat. Akhirnya ia memintaku untuk memasukkannya ke dalam lubang anusnya. Dibasahinya kepala rudalku dengan ludahnya, lalu ia telentang sambil mengangkat kakinya tinggi-tinggi. Dibimbingnya kemaluanku untuk memasuki liang kenikmatannya. "Pelan-pelan ya Mas..!" ia meminta. Kudorong rudalku pelan-pelan, akhirnya dengan susah payah masuklah ke dalam goanya. Untuk sekedar informasi, ternyata lubang dubur memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki vagina, karena ia lebih sempit dan ototnya lebih terasa, mungkin ada ulir di dalamnya seperti laras senapan, jadi penisku tidak hanya maju mundur tapi juga sedikit berputar, bahkan serasa ada yang memijit, pokoknya uenak tenan. Kumaju-mundurkan rudalku dengan irama yang perlahan. Mula-mula aku merasa kagok juga, terutama oleh penisnya yang mengeras yang sedikit agak mengganjal di perutku, tapi lama kelamaan terbiasa. Emma meliukkan tubuhnya dan mengangkat kepalanya sehingga bibirnya dapat mencapai puting susuku. Kembali dihisapnya tombol kenikmatan itu, sementara tangannya mencari-cari yang akhirnya singgah di lubang anusku dan dimasukkannya jarinya ke dalam lubang tersebut.

Kembali aku merasakan sensasi yang luar biasa. Untuk sekedar meresponnya, satu tanganku kugenggamkan pada penisnya sambil kukocok pula. Emma melepaska mulutnya dari puncak dadaku dan kulihat mata Emma mendelik-delik, mulutnya monyong-monyong, kadang digigitnya bibir bawahnya, kemudian ia kembali menyedot putingku dan disedotnya semakin kuat. "Mas.., ah.. auw.. enak Sayang.. augh.. yang dalam Sayang..! Aduh.., aku mau bucat Mas, akh.. akh.. aku.. akh.. prt.., crt.., crett..!" Rupanya Emma sudah mencapai puncak orgasmenya, air maninya membasahi perut dan tanganku, tapi tetap kuloco rudalnya. Sementara liang anusnya terasa semakin mimilin pada saat ia orgasme, hingga akhirnya aku pun merasa akan mencapai titik kulminasi hubungan seks. Batangku terasa berdenyut, dengkulku bergetar.

69

"Ma.., aku keluar..! Aku.. augh.. aduhh.. uhh.. ah..!" desahku ketika hampir mengalami puncakku. Emma semakin buas menghisap dan menggigit putingku, sementara anusku pun dikocoknya pula. Aku serasa berputar tersedot semua melalui kepala penisku. Pecah sudah air maniku di dalam liang duburnya, tapi tetap kubenamkan sementara ia masih menjilati putingku. Kami terjerembab di kasur tanpa sempat mencucinya. Aku tertidur merangkul Emma yang juga kelelahan. Entah berapa lama aku tertidur. Tiba tiba di antara sadar dan tidak, aku merasa ada sesuatu yang hangat-hangat basah di tubuhku. Aku semapat bingun dimana asal rasa itu, ternyata di lubang anusku karena tidurku menyamping dan dengan ekor mataku aku melihat Emma sedang menjilati lubang itu. "Ma.., buset.., lagi apa kamu..?" kataku. "Sebentar Sayang ya..!" katanya tanpa menghentikan aksinya. Lama-lama aku terangsang juga, aku merasa si bungsuku sudah terbangun lagi. Kunikmati saja pekerjaannya. Tiba-tiba ia sudah tidur di sampingku, dan posisi kami saat itu seperti sendok baris, ia mencoba memasukkan rudalnya ke dalam lubangku. "Ma.. eh.. eh.. jangan Ma..!" pintaku. "Ngga apa-apa kok Sayang, ngga sakit kok, coba dulu deh..!" katanya. Aku diam saja, benar saja ada yang menyodok ke dalam anusku, rasanya aneh, sedikit sakit tapi aku ingin tahu juga rasanya, kudiamkan saja. Sampai akhirnya habis semua tenggelam rudal milik Emma ke dalam anusku. Perlahan dimaju-mundurkannya pantatnya yang membuat penisnya pun maju mundur dalam lubangku. Lama-lama kurasakan lumayan juga rasanya, aneh-aneh enak, gimana gitu. Lidahnya menjilati punggungku, sementara tangan kanannya mengocok si otong milikku dan tangan kirinya memilin-milin puting susuku. Wah.., oke juga nih aku tidak banyak bekerja karena memang posisiku tidak memungkinkan. "Sh.. shh.. augh.. sh..!" Ema mendesis seperti kepedasan dan sambil terus menjilati punggungku dan tangannya tetap beraksi. "Cplok.. cplok.." bunyi yang dihasilkan oleh pertemuan biji kemaluannya dan pantatku. "Ough.. Mas. Mas.., Emma mau keluar lagi, uh.. uh.. ah.. adduhh.. aduh.. uh.. ugh.. auwww..!" Ada cairan hangat di dalam liang duburku, aku tidak mengerti harus bagaimana, tapi aku pun menikmatinya. Ia diam beberapa saat, disuruhnya aku telentang, kemudian dimasukkannya penisku ke dalam duburnya. "Alamak..! Ast.. uwsh..!" desahku. Masuk sudah penisku. Kembali ia menggoyang pinggulnya dengan sedikit histeris, diputar-putarnya putingku sambil tangan satunya mengocok rudalnya sendiri. Matanya terpejam, tibatiba kepalanya menengadah ke langit-langit. Dan, "Ah.. ah.. ah.. mmhh..!" air maninya memancur sampai ke wajahku. Wah.., Emma sudah dua kali, aku belum, gimana nih..? Emma menungging sambil tetap tidak menghentikan goyangan pinggulnya dan bibirnya dihisapkan pada putingku. Aku bergetar, kurasakan kalau aku akan keluar juga. Benar saja, tidak lama kemudian aku keluar juga. Kurasa banyak sekali air mani yang kukeluarkan di dalam liang anus Emma. Aku terbangun, kepalaku pening, mataku berat. Eit.., aku teringat aku punya janji pagi ini. Wah.., ini sudah jam berapa, aku kaget bukan main, ternyata sudah jam sepuluh pagi. Wah.., cilaka ini, mana janjinya sama dosen lagi, terus aku mau alasan apa..? Ku cari-cari Emma sudah tidak ada di tempat tidur. Waduh..! Makin pening kepalaku. "Eh.., udah bangun si Sayang. Gimana, lemes ya..? Aku juga lemees banget..!" kata Emma tiba-tiba. Emma datang sambil membawa sepiring nasi goreng dan segelas kopi. Lalu kuhirup kopi panas, terasa darahku mengalir lagi. Semua terlihat jelas dan aku sudah tidak ambil pusing lagi tentang janji, habis mau gimana lagi toh sudah terlambat. Akhirnya aku sarapan terus mandi dan bersantai-santai sambil nonton TV. Aku agak malas pulang, dan ternyata Emma pun tidak membuka salonnya. Akhirnya kami melakukan lanjutan pertandingan kami semalam sampai sorenya aku pamit pulang sambil kurasakan dengkulku mau copot. Entah sudah berapakali kukeluarkan air maniku. Jadi begitulah kira-kira pengalamanku limabelas tahun yang lalu, yang menghasilkan perilaku seksualku menjadi sedikit agak menyimpang. Sekarang aku sudah menikah dan dikaruniai dua orang putra. Hidup kami sekeluarga cukup bahagia. Dalam urusan seks pun aku tidak merasa punya masalah, biasa-biasa saja.

Tapi yang uniknya aku punya mistress seorang waria yang kutemui di sebuah salon pada saat aku cukur. Kami pun secara rutin berhubungan. Secara tidak langsung kami menjadi pasangan dalam kebutuhan seks. Sementara dengan istri tetap berjalan seperti biasa, dua kali dalam satu minggu, kadang bisa tiga atau empat kali. Tapi ya begitulah.., karena Emma aku jadi tahu sesuatu yang sebelumnya aku sendiri merasa jijik. Aku sama sekali bukan gay, karena aku sama sekali tidak tertarik dengan lelaki seperti apapun dia. Aku hanya tertarik dengan transgender/transexual yang tentunya yang manis dan mulus seperti halnya wanita. Peristiwa ini bermula sejak aku berenang di kolam renang Pasar Atom Surabaya. Pada saat itu aku beserta teman-teman telah sepakat untuk mengadakan renang bersama setelah kami selesai menempuh ulangan umum cawu 3 tahun ajaran 2001-2002 yang diadakan oleh SMU kami. Hal itu kami lakukan sebagai rasa bersyukur kami karena kami telah berhasil menjalani ulangan umum yang paling menentukan dengan hasil yang memuaskan. Walaupun nilainya belum keluar tapi kami optimis kalau kami akan mendapatkan nilai yang bagus di raport kelak dan hal itu memang benar-benar terjadi saat penerimaan raport berlangsung. Saat itu kami berangkat menuju ke lokasi beramai ramai menaiki sepeda motor. Kami ingin meluapkan kegembiraan di saat itu dengan naik motor memenuhi jalan. Padahal pada saat itu jumlah kami tak terlalu banyak. Hanya 12 orang dengan 6 motor. Awalnya aku tak mau ikut serta. Tapi karena ada temanku yang tidak punya partner untuk berangkat, so aku mau aja. Itung itung bantu teman. Selain itu temanku yang tidak kebagian kendaraan itu cewek yang lumayan cakep, so aku ho-oh aja deh. Sepanjang perjalanan kami bersendau gurau bersama. Aku pun tak mau ketinggalan untuk usil dengan cewek yang aku bonceng. Sebetulnya aku kasihan juga sih untuk ngerjain dia.

70

Tapi aku ingin merasakan dadanya. Segera saja kutekan penuh kopling dan kulepas secara cepat dengan gas yang buka secara besar pula sehingga motorku langsung lompat dan otomatis dadanya tertekan kepunggungku dan ohh.. benar-benar empuk hangat dan kenyal sekali dadanya. Apalagi dia saat itu hanya memakai baju ketat putih yang tipis. Sehingga BHnya terlihat dengan jelas. benar-benar pemandangan yang indah. Maaf, ya, kataku basa basi. Nggak apa kok. Hati hati ya.. katanya sambil memelukku dengan erat. So kontan aja penisku langsung bangkit. Barang siapa sih yang nggak senang kalau ditempeli payudara yang kenyal kaya gitu. Dia memelukku erat sekali. Entah kenapa. Mungkin dia takut jatuh. Selama diperjalanan aku happy banget. Karena dada temanku itu ditempelkan terus kepunggungku. Setelah lama diperjalanan, akhirnya kami sampai juga. Teman-teman kami langsung masuk ke dalam areal pasar Atom seperti pernah mengunjungi tempat tersebut. Tetapi ternyata dugaanku salah. Mereka malah mencari satpam dan bertanya tentang keberadaan kolam renang tersebut. Karuan saja aku jadi tertawa terbahak bahak, walau dalam hati. Setelah bertanya kami segera menuju kolam renang tersebut. Setibanya di sana aku sangat senang sekali. Karena pengunjungnya adalah gadis gadis ABG yang cakep cakep dan sexy sexy. Mereka rata rata memiliki tubuh yang proposional. Karena sudah nggak bisa menahan kegembiraanku, segera saja aku bersuit suit dengan keras sekali sampai sampai diantara mereka ada yang tersenyum ada juga yang acuh tak acuh. Dan hebatnya lagi pengunjung pada siang hari itu pengunjungnya nggak ada yang cowok. Semuanya cewek cewek ABG yang berkulit putih mulus dan berbodi menggairahkan. Sebetulnya ada sih cowoknya. Tapi usia mereka masih dibilang terlalu kecil. Menurutku umur mereka berkisar antara 7-10 tahun. So, mereka pasti nggak tahu apa apa kalau kakak-kakak mereka yang cakep cakep aku kerjai apalagi di situ tidak ada penjaga kolam renangnya. Whaaoo, the greatest chance. Aku pun segera ganti baju renang di kamar mandi pria. Setelah berganti baju aku melakukan pemanasan ala Ninjitsu, beladiri Ninja Jepang. So, kontan saja aku langsung jadi pusat perhatian para cewek cewek yang berenang di situ. Mereka yang semula sibuk berenang kian kemari ataupun yang sedang bermain main dengan air ditepi kolam menjadi terpukau akan gerakan pemanasan yang aku lakukan. Karena gerakan yang aku lakukan ini memang tergolong sulit dan sangat ekstrem serta bisa berakibat fatal jika tidak dilakukan dengan benar. Pertama tama, aku berlari lari kecil mengelilingi kolam sebanyak lima kali, setelah itu aku mulai melemaskan kakiku dan mulai melakukan salto, roll, dan aneka macam gerakan berbahaya lainnya termasuk lompat harimau. Itulah hebatnya Ninjitsu, semua tehnik beladiri yang membahayakan bisa dilakukan tanpa matras. Jadi jangan heran bila para TNI bisa melakukan gerakan roll depan dan roll belakang dengan cepat tanpa beralaskan matras sedikitpun karena mereka telah dilatih dengan beladiri Ninjutsu terutama pasukan elit Kopassus. Setelah puas melakukan pemanasan, aku segera berenang ke sana kemari sambil melihat cewek cewek cakep disekitarku. Andai bisa kucoba vagina mereka semua, ujarku dalam hati sambil memandang pantat mereka serta payudara mereka yang benar-benar sexy. Tanpa kusengaja aku menabrak temanku yang aku usilin tadi. Aku pun minta maaf dan diapun oke aja. Tapi setelah minta maaf, aku tidak bisa pergi begitu aja. Karena pakaian renang yang digunakan oleh temanku itu tidak sampai menutupi seluruh payudaranya. Kira kira seperempat bagian dari payudaranya itu bisa terlihat dibalik baju renangnya yang cukup ketat. Aku pun tanpa sengaja berdecak kagum sambil memandang payudara temanku itu. Baru kali ini aku lihat payudara cewek beneran. Di depanku lagi. Aku benar-benar nggak nyangka kalau dia memiliki payudara yang indah dan cukup besar serta menggairahkan. Payudaranya berwarna kuning langsat. Sama seperti warna kulitnya yang mulus itu. Whoo, indah sekali, kataku tanpa sengaja terucap begitu saja dari mulutku. Apanya? kata dia sambil pura pura tidak mengerti. Payudara kamu Sar. Its so big and wonderful, kataku sambil berdecak kagum. Ahh, bisa aja, kata Sari sambil tersipu malu dan menyibakkan air kemukaku lalu pergi berenang menjauhiku. Hhmm.. Aku jadi ingin nyoba punyanya dia nih.. kataku sambil menatap kagum kepada Sari yang sudah berenang menjauh dariku. Pasti dia masih perawan pantatnya sexy banget sich.. Setelah itu aku mulai berenang sambil melihat para cewek cewek di sekitarku. Sementara itu, teman temanku lagi asyik asyiknya mengadakan adu cepat dalam hal berenang dengan jarak yang lumayan jauh. Kira kira 300 m. Bagiku permainan itu kurang seru. Mending ngegodain cewek cewek. Siapa tahu bisa dapat dan bisa diajak ber ohh-yess ria, istilah para siswa siswi SMU kami untuk mengatakan hubungan seks. Setelah selesai berkeliling kolam renang, kulihat ada seorang cewek yang duduk sendirian di pinggiran kolam sambil memainkan air dengan kakinya yang indah. Dari tatapan matanya ke kolam renang bisa dipastikan bahwa dia sedang memikirkan sesuatu. Hai.. Cewek.. Kenalan dong.. kataku memulai perkenalan. Hai.. katanya ramah sambil memandangku dengan lembut. Hai namaku Laksono. Panggil aku Sony, kataku sambil mengulurkan tangan. Melly Apriana. Panggil aja Melly, jawabnya sambil membalas uluran tanganku. Waktu kami berjabat tangan, tangan doi tidak langsung aku lepas. Karena tangannya halus banget serta putih mulus sama seperti bodynya yang menggairahkan. Mungkin karena risih, dia segera menarik tangannya dariku sambil memalingkan mukanya yang memerah. Kamu nggak berenang? tanyaku basa basi sambil beranjak naik dari kolam renang untuk duduk disebelahnya.

71

Nggak. Lagi BeTe nih, kata doi sambil memainkan air kolam dengan kakinya yang indah. Kenapa sih? Cakep cakep kok BeTe. Whats the problem? Mungkin aku bisa bantu mecahin masalahnya, kataku untuk berusaha memperakrab hubungan kami. Itu tuh, pelajaran kimiaku selalu dapat angka merah. Aku sudah ikut les ke LBB Ganesha Operation tapi aku tetep nggak paham walaupun sudah tanya ke tentornya berkali kali. jawab doi sambil menyibakkan rambutnya yang diterpa angin. Wah, cakep banget dia kalau lagi begitu. Ketiaknya putih mulus. Jadi nafsu nih, pikirku sambil menelan ludah. Bayangkan saja, siapa yang nggak nafsu kalau sudah ada cewek cakep, putih mulus, sintal, padat berisi, dan tinggi semampai duduk bersebelahan dengan kita dan hanya dipisahkan oleh jarak yang kurang dari 30 cm.. Kamu kelas berapa? tanyaku sambil memandang wajahnya yang begitu ayu mempesona. Kelas satu, sekarang naik ke kelas dua, jawabnya sambil tersenyum ke aku. Kamu les di Ganesha yach? Sama dong.. kataku sambil ikutan mainin air. Benar?? Kamu beneran? Kamu kelas berapa? tanyanya seakan tak percaya sambil menatapku langsung. Wah benar-benar ayu parasnya. Jadi nafsu nich.. Sama kayak kamu, kataku sambil memandang wajahnya. Kamu gelombang berapa? Kok kita nggak pernah ketemu? tanya doi penasaran. Gelombang dua, jawabku singkat. Sama donk. Kok nggak ketemu yach. Kamu di GO mana? tanya doi sambil menatap wajahku terus menerus. Wah jadi geer nich. Aku ingin cepet cepet ngerasakan vagina miliknya. Tapi aku tahu, untuk mendapatkan itu memerlukan proses yang panjang dan melelahkan. Sidosermo Indah, jawabku sambil menatapnya balik. Oo, pantes nggak ketemu, aku khan di GO Jimerto. Oh ya, kamu sekolah dimana? tanya doi yang mulai penasaran sama aku. SMU Negeri 10. Kamu? SMU Santa Maria. Oo, pantes dianya cakep banget. Anak sekolah sana, ceweknya kan terkenal cakep cakep dan sexy sexy. Rumah kamu dimana? tanyaku agar tidak kehilangan jejaknya. Jimerto. Kamu? Jemur Sari Jimerto mana sich aku punya teman yang rumahnya di sana juga lho, pancingku untuk mendapatkan alamat rumahnya. Ohh ya. Aku di Jimerto VII/5, kata doi sambi tersenyum ramah. Wah cewek ini sudah cakep, ramah, dan juga enak diajak bicara. Dia benar-benar cewek tipeku. Hanya saja suku bangsa kami berbeda. Dia keturunan Cina sedangkan aku Jawa. Tapi biarpun begitu dia itu benar-benar cakep dan sexy lagi. Kamu sudah punya pacar belum? tanyaku ingin tahu. Belum, kenapa sih? tanya doi sambil memandangku. Wih nggak kebayang, deg degan juga waktu itu. Bayangin aja, cewek secakep kayak dia belum punya cowok. Apa sih kekurangannya. Sebetulnya dia itu lebih dari cukup. Bahkan bisa dikatakan cukup menarik. Pantat oke, payudara oke, tinggi boleh, penampilan oke, rambut oke, wajah oke, mau apalagi? Lagi kosong dong, kataku menggodanya. Iya nih.. Kamu gimana? tanya doi sambil memandangku. Sama, jawabku singkat. Doi hanya membalasnya dengan senyuman simpul yang cukup indah. Ehh, tunngu bentar ya aku mau ke toilet dulu. Kamu tunngu aja di sini nanti kita ngobrol lagi, oke? kata doi sambil memandangku mesra. Oke.jawabku sambil memandangnya sampai dia menghilang ke toilet wanita. Wao, caranya berjalan benar-benar ingin membuatku mencobanya. Pantatnya yang sexy dan padat bergoyang kiri kanan, kiri kanan, kiri kanan. Dan kakinya yang indah itu menjulang ramping. benar-benar sexy anak itu, kataku dalam hati. Karena sudah nafsu segera saja aku masuk ke toilet untuk mencarinya. Apalagi di situ tidak ada penjaganya.

72

Melly.. Mel.. Kamu dimana Mel? kupanggil namanya dengan perasaan was was juga. Sebab dimana mana cowok khan tidak boleh masuk ke toilet cewek, begitupun sebaliknya. Tiba tiba aku melihat ada satu pintu diruang ganti yang tertutup. Sementara yang lain terbuka termasuk toiletnya. Aku yakin pasti itu Melly. Segera saja aku mendekat. Walaupun diselimuti oleh rasa takut yang berdebar debar, aku tetap akan melanjutkan niatku. Karena aku sudah sangat nafsu sama dia. Semakin dekat semakin terdengar suara Melly yang sedang mendesah desah, persis seperti suara cewek yang mendesah desah karena kenikmatan. Ohh.. Ah.. Ach.. Oh.. Ohh.. Yes.. Oh.. Ah.. Yess.. Oh.. Karena sudah sangat penasaran segera saja aku menerobos pintu itu dengan cara merangkak lewat bawah. Kebetulan pintu ruang gantinya hanya sebatas dada sampai kaki. Jadi kepala dan kaki bisa terlihat dari luar. Dan aku menerobos masuk lewat lubang dibawahnya. Ahh, aku benar-benar tak percaya akan penglihatanku sendiri. Dia sedang duduk dimeja kecil tempat meletakkan pakaian dengan keadaan telanjang bulat sambil menggosok gosok vaginanya dengan jarinya secara cepat sambil memejamkam mata dan mendesah desah kenikmatan. Tampaknya dia sedang asyik bermasturbasi ria. Sampai sampai waktu aku panggil berkali kali dia tak menyahut. Mungkin karena dia sedang keasyikan menikmati masturbasinya. Mmff.. Achh.. Ohh.. Mmff.. suara itu keluar dari mulutnya begitu saja dan tubuh Melly mengejang ngejang kenikmatan dan keluarlah cairan yang merembet dari dalam vaginanya menuju ke luar. Tampaknya dia baru saja mengalami orgasme. Setelah dia mengalami orgasme yang hebat, barulah dia sadar kalau aku sudah di depannya dan daritadi aku sudah memperhatikannya bagaimana dia bermasturbasi dan mengalami orgasme yang dahsyat. Lhoo.. Kok kamu bisa ke sini sih. Ini khan toilet cewek. Kamu kok masuk seenaknya aja sich. Ayo keluar!, teriak doi terkejut sambil menutupi kedua payudaranya dan vaginanya dengan tangannya. Hei tunggu dulu Mel. Oh ya, ngomong ngomong orgasme kamu tadi gimana enak nggak? Kelihatannya kamu mengalami suatu orgasme yang hebat tuh, kataku sambil memandang keindahan tubuhnya yang tidak ditutupi oleh sehelai benang pun. Ayolah Mel. Jujur aja. Kamu kok masturbasi sich? tanyaku sambil memandang wajahnya yang mulai memerah. Itu bukan urusanmu. Sekarang keluar dari sini!, hardik doi. Kamu nggak perlu berkata begitu. Ayolah, mengaku sajalah, kataku sambil mulai mendekap tubuhnya dan menciuminya. Ok, aku tadi bayangin kamu lagi bersetubuh sama aku waktu masturbasi. Habis kamu cakep sich, kata doi sambil mulai membalas ciuman ciuman mautku. Oh ya. Kenapa kamu nggak bilang terus terang, kataku terkejut sambil menghentikan ciumanku ke seluruh wajahnya. Karena aku malu. Aku malu mengatakannya kalau aku suka kamu. Apalagi setelah aku mendengar kalau kamu belum punya pacar, kata doi sambil menundukkan kepala dengan muka yang mulai memerah. Hei kamu nggak perlu berbuat seperti itu. Kamu bisa ngomong langsung ke aku. Aku nggak apa apa kok, rayuku sambil meremas remas payudaranya yang menggairahkan. Mel, aku sebetulnya juga suka kamu, tapi aku malu ngomong ke kamu. Kamu cakep banget Mel. Kamu cewek yang sexy dan sensual. Maukah kau jadi pacarku? kataku sambil memandangnya serius. Tentu Say, jawabnya sambil mencium bibirku. Oh god, akhirnya kudapatkan juga cewek ini. Cewek cakep impianku. Mulai sekarang kamu nggak perlu melakukan masturbasi dan ngebayangin sedang bersetubuh denganku, Mel. Mulai sekarang kita akan bersetubuh sungguhan.kataku sambil mulai merenggangkan kedua pahanya. Tetapi dengan cepat doi merapatkan pahanya kembali dan menggelengkan kepalanya. Kenapa Mel? Ayo kita lakukan. Ini sebagai perwujudan cinta kita Mel. rayuku sambil meremas remas payudaranya. Bukannya aku nggak mau Son, tapi aku masih perawan. Aku belum pernah berhubungan seks. Aku takut sakit, kata doi sambil memelukku dan memberi aku ciuman di pipi. Tenang Mel, sakitnya cuma sebentar dan sekali ini aja kok. Untuk selanjutnya sudah nggak sakit lagi. Aku akan melakukannya dengan hati hati, kataku dengan penuh kasih sayang. Kamu janji ya? kata doi sambil memandangku serius. Tentu Mel. I love you honey, kataku sambil meregangkan pahanya. Tampaknya vaginanya Melly masih utuh. Berarti dia masih perawan. Oh god, apa yang harus kulakukan. Haruskah kuperawani dia. Aku sebetulnya nggak tega, tapi karena sudah nggak kuat nahan nafsu, segera saja kugosok gosok vaginanya dengan jariku. Ahh.. Ohh, achh.. Sonn.. Ahh.. Ohh.. Yes.. Kamu.. Na.. Kkal.. Ahh.. Ohh.. Yes.. Oh.. Yes.. A.. Yo.. Mas.. Suk.. Kin.. Dong kata doi sambil mengeliat geliat karena nikmat bercampur geli. Jujur aja, aku melakukan itu untuk mengetahui dimana lubang vaginanya. Karena baru kali ini aku bersetubuh. Aku nggak tahu harus dimasukkan kemana. Tanpa kusengaja jari tengah tanganku masuk secara tak sengaja kesebuah lubang didaerah vaginanya. Mungkin inilah lubangnya. Karena waktu jariku masuk ke sini, Melly makin keenakan dan ngomong. A.. Yo.. Yach.. Situ.. Si. Tu.. Masukin kesitu.. kata Melly sambil memejamkan mata erat sekali. Ok, lets do it, pikirku.

73

Segera kulepas celanaku dan penisku pun langsung menyembul keluar. Tampaknya penisku sudah terlalu lama on nya. Jadi ukurannya sekarang sudah benar-benar gede. Segera saja kuregangkan kakinya dan Mellypun hanya memejamkan mata menunggu kenikmatan yang akan menimpanya. Lalu kumasukkan penisku ke vaginanya yang sudah berlendir karena dia tadi melakukan masturbasi. Dari dalam vaginanya tercium bau harum yang khas. Tampaknya harapanku untuk memasukkan penisku ke dalam vaginanya tidak berhasil dan doi pun menjerit keras banget. Arrgghh, sakit.. sakit.. Hati hati.. teriak doi. Akupun jadi bingung. Aku takut semua cewek yang di luar masuk kemari dan menemukanku sedang bersetubuh dengan Melly, bisa gawat nih. Maka itu segera kuhentikan mendorong penisku ke dalam vaginanya Melly dan mulai mencium bibirnya sambil mempermainkan lidahnya dengan lidahku. Diapun tampaknya sangat senang dengan permainan lidahku. Secara perlahan lahan dia ikut merespon permainan lidahku. Setelah dia mulai tenang. Segera kusambar pakaian renangnya dan meyuruhnya untuk menggigitnya untuk menahan sakit. Mel, kamu kalau sakit, gigit ini yach, kataku sambil memasukkan bagian tali dari pakaian renangnya ke mulutnya. Segera saja kudorong pelan pelan. Dan Mellypun semakin keras menggigit pakaiannya sambil menggeleng gelengkan kepalanya dengan lemah. Aku tahu dia merasakan sakit yang amat sangat karena vaginanya memang benar-benar sempit dan nikmat. Aku sampai memejamkan mata untuk lebih menikmati kerapatan dan kehangatan vaginanya. Setelah bagian penisku masuk aku merasakan suatu lapisan yang agak sulit ditembus. Tapi aku nggak mau sulit sulit mikirin cara untuk nembusnya. Khan Melly sudah nggak akan teriak lagi. Aku pun segera memundurkan penisku sedikit dan menghunjamkannya ke dalam vaginanya. Akhirnya berhasil juga kurobek selaput daranya dan ohh.. Vaginanya nikmat sekali. Benarbenar vagian perawan. Benar-benar mencengkeram dan sempit serta lembut. Segera saja kumaju mundurkan penisku di dalam vaginanya dan baju yang digigit oleh Melly kulepaskan. Dan sejak baju yang digigitnya aku lepaskan, dia sudah nggak menjerit jerit lagi. Dia justru mendesah desah kenikmatan sambil memejamkan matanya. Ohh.. Ahh.. Ah.. Ah.. Ahh.. Ahh.. Ah.. Ahh.. Ohh.. Yess.. Ahh.. Ach.. Achh.. Ahh, doi mendesah desah dengan tubuh yang sudah mulai memanas dan berkeringat. Sementara aku pun tak mau menyia nyiakan kesempatan ini. Karena baru sekarang aku melakukan seks dan rasanya, benar-benar ueenak sekali. Lebih enak daripada kita onani sendiri. Aku pun mulai menciuminya sambil meremas remas kedua payudaranya yang berukuran lumayan. Sementara itu penisku tetap saja keluar masuk menjelajahi vagina Melly yang masih sempit. Aku pun mulai memeluknya dengan erat sambil kuelus elus punngungnya yang mulus itu. Setelah beberapa menit, tiba tiba kurasakan aku sudah nggak sanggup menahan muatan penisku lagi. Langsung aja kupercepat genjotanku di dalam vagina Melly dan Mellypun mulai mendesah desah nikmat sambil mengelus ngelus pungungku dan menciumi leherku sambil bilang I love you berkali kali. Aku sudah nggak ngerti berapa kali dia ngomong begitu. Yang jelas suaranya sangat menggairahkan.. Dengan suara suara itu aku jadi bersemangat dalam menggenjotnya. Tapi tak lama kemudian tubuh Melly tiba tiba saja mengejang. Tubuh yang indah dan menggairahkan itu mengejang ngejang. Dan Melly mulai memelukku erat sambil memejamkan mata yang sangat erat. Tampaknya dia sedang mengalami orgasme. Mmff.. Mmff.. Acchh.. Achh.. Mmff, kata kata itu keluar dari mulutnya dengan suara yang nyaris tak terdengar. benar-benar menggairahkan suaranya pada saat itu. Dalam vaginanya kurasakan keluar cairan yang hangat. Cairan itu benar-benar membuat vaginanya menjadi semakin becek. Akupun jadi semangat untuk memompanya. Setelah beberapa menit, aku segera memeluk tubuhnya dengan erat dan kusemprotkan spermaku kedasar vaginanya. Aku merasa puas banget saat itu. Bayangkan sudah dapat anaknya dapat pula perawannya. Benra benar beruntung aku. Setelah aku menyemprotkan seluruh spermaku ke dalam vaginanya Melly. Segera kukecup bibirnya dan kumainkan lidahku didalamnya dan Mellynya meresponnya dengan tenaga yang sangat lemah sekali. Tampaknya dia benar-benar sudah kecapaian. Energinya terkuras setelah bersetubuh denganku tadi. Lima menit kemudian ketika dia sudah sadar, segera kuremas remas payudaranya dan kugigit gigit kecil puting payudaranya yang berwarna merah muda. Sementara itu dia hanya mendesah desah saja dipelukanku. Akupun mengajaknya berenang dan kukenalkan dia kepada teman temanku. Mereka semua terperangah melihat kecantikan Melly. Setelah itu kamipun pulang ke rumah kami masing masing dan sejak itu aku jadi sering kerumahnya Melly untuk melakukan seks dengannya dan untuk selalu dapat bertemu dengan dia, tempat lesku aku alihkan ke GO Jimerto. Tentunya setelah dapat surat keterangan dari GO Sidosermo. Ada cewek, anak gadis, mondok di tetanggaku. Dia adalah saudara sepupu tetanggaku itu. Namanya Karminah, atau panggilannya Minah. Setiap pagi dan sore dia nampak nyapu di halaman rumahnya yang kebetulan tepat di depan rumahku. Aku sangat 'kesengsem' dengan penampilannya yang bagi mata keranjangku sangat luwes, sensual dan seksi. Mungkin usianya sekitar 20 tahunan. Aku sangat senang memperhatikan saat dia menyapu dan menyiram tanaman hiasnya. Gerakannya menunduk, membungkuk, mendorong sapu, mengumpulkan sampah ke pengki, nungging untuk mengambil dedaunan yang tak kena sapu, merapikan dan menyiram tanaman dan seterusnya. Saat dia membungkuk aku selalu membayangkan bokongnya yang sangat menggetarkan hatiku itu. Aku pengin banget menciuminya. Pasti bokong macam itu nikmat banget untuk membenamkan mukaku de dalamnya. Aku akan ciumi lubang pantatnya. Dan aku akan hirup dan jilati aroma dan lengketan semen yang keluar darinya. Mungkin aku juga akan cocol atau colekkan kue atau makanan kecil lainnya pada semennya sebagai saus yang sedap dari lubang pantatnya itu sebelum kusantap. Aku juga perhatikan punggungnya yang sedikit bongkok udang. Punggungnya itu menyimpan kenikmatan untuk bibir dan lidahku. Aku bisa menjilati atau mengecupi dengan sepenuh birahiku. Lidah dan bibirku itu akan melata dan merambah pori-pori kulit punggungmya dan merembet kesamping kanan atau kirinya kemudian sedikit kebawah menuju ketiaknya yang

74

sungguh membuat aku blingsatan saat dia mengangkat sapu dan pengkinya untuk membuang sampah ke dalam tong. Oh, Minah.., kenapa kamu mempesonaku? Akankah kau biarkan aku menikmati dari kejauhan saja? Dan rasanya jawabannya adalah, ya! Aku tinggal di lingkungan yang cukup ber-etika, moral dan budaya. Tak mudah aku berlaku sembarangan, apalagi untuk hal-hal yang berbau seronok atau mesum. Hal macam itu sangat terasa tabu dan amoral. Kalau sampai terjadi pasti aku akan terbuang dari lingkungan se-umur-umurku. Baik dari lingkungan tetangga se-RT bahkan bisa se-RW, juga di dalam lingkungan rumahku sendiri yang isinya komplet, ada istri, ada anak, ada ipar yang masih kuliah disamping ada yang paling sering mengesalkan, mertua perempuanku. Oleh karenanya, aku putuskan sendiri, jauhilah tingkah laku mesumku. Kalau toh terpaksa, ambil saja sarung, duduk melipat kaki di beranda dengan berkerudung dari bahu hingga mata kakimu. Ingat berkerudung macam itu kan biasa bagi orang desa asalmu. Dan orang-orang di sekitarmu semua tahu asal-usulmu. Kemudian tangan kanan pegang koran atau majalah sambil tangan kirimu mengelus-elus, memijat-pijat atau mengocok-ocok penismu sendiri. Jangan lupa pakai kacamata rabunmu agar kamu bisa menikmati Minah lebih tajam di pagi atau sore hari saat dia menyapu halaman rumahnya. Kembangkan daya khayalmu, tetapi waspadalah jangan sampai ada orang, mungkin mertua perempuanmu yang mengesalkan itu, yang juga diam-diam memperhatilan tingkahmu itu, karena keheranan kenapa Mas Karyo koq selalu kerudung sarung setiap pagi dan sore. Ha, ha, ha.. Begitulah yang bisa kulakukan untuk memuaskan syahwatku. Mungkin telah berhari-hari atau berminggu-minggu berlalu. Aku menjadi semakin kreatif karena hampir setiap hari aku mengembangkan daya khayal dan semakin banyak ilmu karena koran atau bacaan apa saja tak pernah kulewatkan setiap pagi dan sore. Tidak jarang berita, iklan atau rubrik yang sama kubaca hingga 4 atau 5 kali. Tetapi lama kelamaan aku merasa statis, Begitu-begitu saja setiap hari. Tak ada lagi kejutan atau sensasi yang bisa mendongkrak syahwatku untuk meraih kwalitas kenikmatan birahi yang lebih tinggi lagi. Aku ingat pada saat aku menemukan ide kerudung sarung dulu, aku bisa meraih orgasmeku hingga penisku mau menumpahkan spermanya bergalon-galon rasanya. Waktu itu sarungku selalu basah dan lengket sesudahnya. Dan oleh karenanya aku harus sering menjatuhkan sarungku ke lantai basah saat mandi untuk bisa beralasan mengucek-ucek dengan detergen saat menghilangkan cairan kentalku itu. Tetapi kan tidak mungkin setiap kali sarungku jatuh. Apa kata mertuaku nanti. Aku perlu melakukan inovasi untuk menghadirkan kembali sensasi seksual dalam hal ber-onani sambil mengkhayal menggeluti Minah dengan segala perabot tubuhnya yang demikian sensual dan membuat aku semakin mabok setengah hidup itu. Ternyata setiap bentuk inovasi itu selalu ada kandungan penyimpangannya. Ya, inovasi berarti menyimpang. Menyimpang dari rutinitas, menyimpang dari kebiasaan, menyimpang dari adat, etika dan moral dan harus juga berani nyerempet-rempet bahaya. Artinya yang tadinya mutlak tabu, dengan inovasi itu aku bisa tawar menawar dengan tabu itu. Kalau tadinya sama sekali jangan, sekarang sedikit boleh. Tentu saja dengan catatan-catatan agar yang tadinya tak legal menjadi legal. Pokoknya disiasatilah. Dan akhirnya sesudah aku mengerahkan segala dayaku datanglah disain inovasi itu. Ini benar-benar akan menjadi terobosan tingkah lakuku dalam mengejar syahwat. Aku akan tetap berkaca mata rabun dengan tangan kanan membawa koran, tetap duduk di beranda sambil melipat kaki dengan sarung yang dikerudungkan hingga ke bahu. Dan tangan kiriku tetap mengelusi, memijat-pijat dan mengocoki penisku. Inovasiku yang sekarang terletak pada sarungku itu. Aku akan menciptakan lorong sarung, begitulah sebutannya yang paling tepat. Lorong sarung itu akan tercipta apabila aku sedikit melonggarkan ikatan sarungku yang semula menutup mata kaki kini kuangkat naik hingga dekat ke lututku. Atau kalau kurang berhasil aku akan melonggarkan selonggar-longgarnya ikatan sarung lebih tinggi lagi, hingga selangkanganku akan luas terbuka. Aku ingin dari tempat biasa menyapu si Minah bisa memandang lorong sarungku hingga melihat penisku. Aku akan terus bergaya membaca koran, seakan-akan aku tidak melihat bahwa dia sedang menyapu sambil setiap kali mengamati kemaluanku dalam lorong sarung itu. Aku akan dengan mudah mengintip tingkahnya dari celah lembaran koranku. Aku akan menikmati bagaimana serba salahnya si Minah yang birahi menyala menjadi gelisah saat menyaksikan penisku ini. Tentu saja secara hati-hati setiap kali aku akan, entah memperdengarkan tarikan kursiku, atau bersiul pelan atau apalah nanti untuk menarik perhatian agar Minah mau menengok ke tempat aku duduk ini. Sore itu, sekitar jam 4, seperti biasa Minah keluar dari rumahnya lengkap dengan slang air, sapu lidi dan pengkinya. Hari ini rupanya dia juga menyirami tanaman, kulihat dia mulai dengan mengatur-atur tanaman hiasnya, membersihkan dedaunan yang tua sebelum menyemprotkan air yang dia ambil melalui slang dari kran air yang terpasang di depan rumahnya. Aku langsung pasang aksi. Membetulkan dudukku, berkerudung dari bahu hingga ke lututku, kemudian kuambil koran dari meja. Aku bergaya membaca, sementara mataku mencari di mana si Minah. Ah, itu dia. Si Minah masih asyik merapikan tanaman hiasnya. Woo, dia akan melihat penisku dari balik dedaunan tanamannya. Aku menarik meja hingga mengeluarkan suara derit kakinya yang beradu dengan lantai. Haah, aku berhasil.

75

Minah mengarahkan matanya ke aku. Pasti dia melihatku walaupun tadi kulihat baru sepintas. Dan benar, setelah beberapa saat kutunggu Minah bergeser ke dedaunan yang lebih rimbun dengan wajahnya yang menghadap ke arahku. Aku terus pura-pura membaca dan tanganku mulai mengelus-elus jagoku yang berada di lorong sarungku ini. Ah, benar, dia menyaksikan semua ulahku. penisku kontan ngaceng banget. Inilah inovasi yang bisa memberikan sensasi syahwat padaku. Kini aku gemetar merinding. Aku merasakan betapa nikmatnya memperlihatkan ulah jorokku pada si Minah ini. Aku yakin pada saat yang sama jantung Minah berdegup kencang, dan naluri birahinya terusik. Dari balik dedaunan mungkin sekali dia kegatalan lantas merabai puting susunya. Kalau si Minah begitu lama berada di balik dedaunan itu aku semakin yakin bahwa dia benar-benar sedang terperangkap keasyikan syahwatnya. Kulihat dia bergeser ke kanan atau kekiri untuk menampakkan bahwa dia sedang bekerja. Tetapi sama sekali dia tak melepaskan arah pandangannya ke aku. Duh nikmatnya elusan tanganku. Jari-jariku semakin memilin atau meijit-pijit batang maupun kepala penisku. Aku setengah merem melek keenakkan. Darah birahiku mulai loncat keubun-ubun. Khayalanku terbang ke awang-awang kemudian turun di halaman depan rumah untuk menyambangi Minah yang sedang menyapu. Dia diam saja saat dengan khayalku memperosotkan celana dalamnya dan aku menciumi pantatnya. Dia membungkuk untuk memberikan kesempatan padaku meraih jilatan pada lubang pantatnya. Kocokkan tanganku semakin cepat. Aku juga menjilati selangkangan dan vagina Minah. Kurasai aroma pesing kencingnya dari bibir-bibir vaginanya. Kutusukkan lidahku untuk menari-nari di lubang vaginanya. Kuelus dan kupijit panjang penisku. Spemaku akan muncrat nih.. Aku melototkan mataku ke arah Minah untuk menghayati sedalam-dalamnya khayalanku. Ahh.. Nikmat banget. Dan.. Minaahh.. Minaahh.. Minaahh.. Karminahh.. Ahh.., akhirnya crot.. crot.. crot.. Kali ini tidak membasahi sarungku. Spermaku langsung loncat tak tertahan membasahi bumi pertiwi. Jatuh melengkung ke tanah sesudah melewati kakiku, teras kecil dan pot kecil di rumahku. Aku menarik nafas panjang. Ploonng.. Legaa.. Aku melihat Minah salah tingkah. Sejak tadi dia belum beranjak dari rimbunan dedaunan tanaman hiasnya. Biar dia tak gelisah, aku berdiri meninggalkan bangkuku. Aku masuk ke rumah. Aku mengambil kopi panasku yang telah disediakan istriku. Dengan kue dan kopi di tangan aku kembali ke beranda. Kini acaranya tidak lagi memasang kerudung sarung. Hanya ngopi sambil baca dan sesekali menyaksikan si Minah yang pasti sedang penasaran. Aku akan buat dia tetap penasaran hingga besok sore saat dia kembali nyapu dan menyiram tanaman. Aku perhatikan kini dia menyapu tanpa konsentrasi, sebentar-sebentar menengok atau melirik ke arah aku duduk. Hi.. Hi.. Benar, khan. Kali ini aku ngintip dari jendela. Ah, kasihan si Minah. Kulihat dia mondar mandir sebelum waktunya untuk nyapu, sepertinya dia men-cek tempat aku biasa duduk. Kali ini 'bargenning position' ada di tanganku. Aku akan keluar agak lambat dari waktu biasanya.

Aku akan keluar nanti saat dia menyapu hampir selesai. Sementara biar aku ngintip dulu dari jendelaku. Betapa Minah ini memang sangat sensual. Dalam pakaian macam apapun. Juga dalam setiap geraknya, entah jongkok, berdiri, saat menyapu, saat membetulkan ikatan rambutnya sehingga ketiaknya nampak terbuka, entah sedang membungku untuk mengambil sapu. Uhh, sungguh mempesona. Aku tak tahan lagi. penisku kembali tegang mengeras. Ah, sebaiknya aku mulai duduk saja ke beranda. Dengan sarungku aku naik ke bangku beranda rumahku. Kuangkat melipat kakiku ke bangku dengan tepian sarungku berhenti pada lutut sehingga terbitlah lorong sarungku. Pahaku nampak terbuka dan mata Minah pasti akan langsung menatap penis di tangan-tanganku yang sibuk mengelusi atau memijat-mijat dan kemudian akan mengocok-ocoknya saat nafsu birahiku semakin meninggi dan memuncak. Duh, Karminah.., kenapa kamu yang secantik ini hanya menyapu halaman rumahmu? Bukankan lebih baik kalau kamu duduk di pangkuanku? Bukankah aku bisa memberikan kesenangan padamu dengan membelai payu daramu yang indah itu? Dengan menciumi bokongmu yang sangat sensual itu? Dengan menjilati ketiakmu yang.. Pasti sangat harum itu? Ah, Minaahh.., Karminaahh.. Sini kamu. Biar kulepasi celana dalammu. Biar kukecup dan jilati pahamu. Biar kuciumi kemaluanm. Vagina indahmu. Biar kuceboki dengan lidahku saat engkau usai melepas air kencingmu. Sini, Minah.. Mas-mu ini sangat rindu kamu.. Mataku melototi Minah yang menjadi salah tingkah. Kadang jongkok, kadang berdiri, kadang bergeser ke rerimbuanan dedaunan tanaman hiasnya. Daann.., ah, itu kan Bu Ani isteri Pak Durma tetangga sebelah kanan rumah Minah. Dia juga menyapu halaman rumahnya. Ternyata Bu Ani juga sangat cantik ketika sedang menyapu. Dan lhoo.., ituu.. Dik Karsih, adik ipar Pak Ferdi, tetangga sebelah kiri rumah Minah. Dia juga menyapu halamannya. Duhh.. Bodinya montok banget. Uhh.. penisku menjadi sangat gatal. Aku sebaiknya memijat-pijat lebih keras dan mengocok lebih cepat.. Kini aku mulai menciumi Ani yang isteri Pak Durma. Aku ingat betapa ketiaknya penuh bulu. Ketiak wanita seusia Bu Ani yang 28 tahun itu pasti sangat harum baunya. Dan ketika kocokkan penisku semakin cepat ciuman dan jilatanku berpindah ke Dik Karsih yang sangat montok itu. Kujelajahi susu dan pentil-pentilnya. Aku merambah perutnya dan

76

cepat turun ke vaginanya. Duh.. 'gembul'-nya rambut kemaluan Dik Karsih. Aku cepat benamkan wajahku ke rimba indah itu. Kuhirup udara penuh aroma syahwat di dalamnya. Lho, lho, lhoo.. Kenapa para perempuan kanan kiri rumah Minah kini pada keluar menyapu bersama? Itu ada Bu Denis, ada jeng Tatik, Bu Harsa, bu.. Dik.. Jeng.. Mbakyuu.. Siapa lagi ituu.. Dan kocokkanku kini mendekati puncaknya. Spermaku rasanya telah merambati batang penisku dan aahh.. ampuunn.. Aku tak mampu menahannya lagi.. Spermaku kembali muncrat meloncat tak tertahan membasahi bumi pertiwi. Seperti kemarin, jatuh melengkung ke tanah sesudah melewati kakiku, teras kecil dan pot kecil di rumahku. Kali ini cairan kental bening keputihan yang keluar penisku ini rasanya tak habis-habisnya. Berkali-kali semprotan penisku meloncati kakiku hingga aku jatuh terseok ke bangkuku. Dan dari balik mataku yang masih setengah merem melek menanggung kenihkmatan birahiku kulihat sama-samar Minah, jeng Tatik, Bu Harsa, Dik Karsih, Bu Denis, Bu Ani. Mereka pada berhenti menyapu halaman rumahnya. Mereka menahan air liurnya sambil menapatap ke arah sarungku. Duhh.. Aku jadi tersadar. Rupanya mereka ramai-ramai menonton ulahku. Mereka telah ber-konspirasi untuk menonton tingkah mesum-ku. Dan samar-samar kudengar mereka tertawa cekikikan saat dengan rasa malu yang amat sangat aku berlari kecil masuk ke rumah. Sejak itu aku sering dengar, saat ibu-ibu pada nge-gosip dan kebetulan aku lewat di depannya, ada saja bisik-bisik, "Ssstt.. Itu Mas 'Karyo sarung' lewat..". Kemudian terdengar ketawa mereka yang cekikikan. Aku jadi obyek kelakar mereka. Aku benar-benar telah kehilangan 'pamor' di wilayah RT dan RW-ku. Pada pertengahan tahun 1996, aku sedang makan siang di cofee chop sebuah hotel di bilangan Sudirman dengan seorang account executive untuk urusan pelaksanaan promosi produk perusahaan dimana aku bekerja. Kami duduk di meja dekat pintu masuk dan aku mengambil kursi yang menghadap ke dalam. Selesai menikmati makanan yang kami pesan, kami melanjutkan pembicaraan sambil minum kopi. Aku tidak sadar bahwa berjarak 3 meja searah pandanganku, duduk sekelompok tamu yang terdiri dari 3 wanita dan 2 pria. Lurus dengan pandangan mataku tampak seorang wanita cantik sekali berwajah indo yang kuperkirakan berumur 28 tahunan. Saat pandangannya tepat beradu dengan mataku, kulempar senyuman kecil di bibirku. Beberapa kali pandangan kami bertemu karena memang arahnya yang sama. Aku pergi ke kamar kecil. Sebelum aku berdiri, aku melirik dengan sudut mataku ke arah wanita tersebut lalu kutinggalkan meja menuju toilet pria yang terletak di ujung lorong belakang resepsionis hotel. Pada saat aku selesai dengan urusanku di toilet, aku keluar dan kembali ke arah coffee shop. Belum jauh aku melangkah, tampak sang wanita cantik itu berjalan juga ke arah toilet hingga kami berpapasan. "Hai.. Sudah selesai makannya?" sapaku iseng. "Virano namaku, boleh berkenalan?" Mendadak keberanianku timbul sambil kuulurkan tanganku. "Nini, baru selesai.. Sebentar lagi jalan.., kamu masih lama?" katanya sambil menjabat tanganku. "Sebentar lagi juga selesai, lalu kembali ke kantor" jawabku. "Hubungi aku ya.." katanya sambil memberi secarik kertas yang telah dipersiapkannya dan telah dilipat menjadi kecil yang langsung kumasukkan ke kantongku. Tak lama kemudian kutinggalkan coffee shop tersebut tanpa melirik lagi kepadanya dan aku kembali ke kantor, meneruskan pekerjaanku. Malamnya di rumah, seperti biasanya aku keluarkan seluruh isi kantongku dan meletakkannya di meja kerjaku tanpa memperhatikan satu persatu, tetapi tidak kubuang. Biasanya, setelah beberapa hari paling lama 2 minggu, aku selalu membersihkan meja kerjaku di rumah dengan memperhatikan isi kertas yang ada satu persatu sebelum aku membuangnya. Saat kubereskan 10 hari kemudian, aku menemukan secarik kertas terlipat kecil yang diberikan oleh Nini yang berisikan sebuah nomor telepon rumah. Untung saja aku temukan karena kalau tidak aku sudah lupa dengannya. Langsung saja kumasukkan dalam memory HP-ku. Malamnya kucoba menelepon Nini. Ternyata dia tidak di rumah. Keesokan paginya aku mencobanya lagi. "Hallo, bisa bicara dengan Nini?" tanyaku di telepon. "Nini di sini, dengan siapa" tanyanya kembali. "Virano, baru bangun ya?" kataku. "Hai.., kok lama baru telepon, aku tunggu sejak kita ketemu lho, nanti sore ada acara nggak?, tanyanya. "Justru aku telepon mau ngajak ketemu, jam 7:30 gimana?" tanyaku. Sorenya aku menuju ke sebuah restoran di lantai 26 lantai paling atas sebuah gedung di bilangan Sudirman, sebuah restoran yang terkenal dengan steaknya dan bersuasana romantis dan agak remang pada malam hari. Aku menunggu sekitar 15 menit sebelum Nini datang dengan anggunnya, berjalan dengan kaus putih atasan ketat tanpa lengan memperlihatkan tonjolan buah dadanya yang kuperkirakan berukuran 36B, rok mini bahan kulit ketat warna coklat, dengan tinggi lebih dari 170 cm, memperlihatkan bentuk kaki panjang yang indah menopang sepasang gundukan pantat bulat yang menggemaskan untuk segera diremas. Dengan rambut ikal tergerai sampai bahu, menunjang pancaran sinar menggemaskan dari wajah sexy menggairahkan yang mengundang minat setiap lelaki untuk segera mencicipinya saat memandangnya. Dia mengambil kursi di hadapanku sehingga aku dapat memandang wajah sexynya sepuas-puasnya, apalagi dengan sinar lampu yang remang-remang hingga menambah gairah hangat yang terasa mengalir di sekitar pahaku. Aku memesan Rib Eye Medium Well dan Nini memesan Tenderloin Well Done beserta sebotol red wine. Kami mengobrol panjang lebar tentang

77

dunia hiburan sampai dunia usaha dan ekonomi. Nini adalah seorang wanita yang enak diajak mengobrol, pengetahuannya luas dengan gaya bicara serta body language yang mengagumkan sehingga membuatku sedikit terangsang. Selama pembicaraan, seringkali Nini memandang tanganku bila aku sedang meletakkan tanganku di atas meja, entah apa yang dipikirkannya. Botol wine kami habiskan pada saat jam telah menunjukkan pukul 22:15. Tak terasa hampir 2 jam lebih kami berada di tempat itu. Kupanggil waiter untuk meminta bill. Setelah kubayar, kami berjalan menuju lift untuk menuju ke tempat parkir. "Kamu ikuti mobilku ya.." bisiknya. "Mau kemana?" tanyaku. Nini tidak menjawab pertanyaanku. "Tuh mobilku" katanya sambil menunjuk sebuah Bulldog E Class warna putih yang diparkir dekat pos satpam. "OK, mobilku itu" ujarku sambil menunjuk sebuah Honda Accord warna coklat tua. Kami keluar dari tempat parkir menyusuri Sudirman ke arah selatan dan aku mengikuti Nini memasuki kompleks perumahan mewah dan hanya memerlukan waktu 10 menit untuk sampai di sebuah rumah yang besar. Seorang penjaga membuka pintu pagar dan Nini langsung memasukkan mobilnya ke garasi sedangkan aku sampai depan garasi saja. Tampak sebuah mobil lain tertutup kain di garasinya. Aku diajak Nini masuk melalui pintu garasi lalu Nini mengambil sebotol wine dari lemari es-nya beserta 2 buah gelas dan menyodorkannya padaku. Aku tuang wine itu masing-masing setengah gelas dan kuberikan sebuah pada Nini. Lalu Nini menggandeng tanganku dan membawaku memasuki sebuah kamar. Kamar tidurnya yang besar mungkin berukuran 10 x 8 m, tampak lemari besar dengan berbagai hiasan, piagam dan foto. Satu set sofa dan kursi malas melengkapi isi kamar itu. Aku tertegun agak lama karena kulihat sebuah bingkai foto besar di atas ranjang, foto Nini tanpa busana namun terkesan sangat artistik dimana Nini berpose dalam keadaan duduk, menaikkan sebelah kakinya untuk menutupi vaginanya serta kedua tangannya disilangkan untuk menutupi sepasang buah dadanya. "Vir.., kenapa bengong.. Bagus kan fotoku? Mari kita minum lagi" Cahaya redup menambah romantisnya suasana ditambah suara musik dari sebuah tape di pinggir ranjang dengan suara lembut di seluruh sisi kamar tersebut. Sound System yang bagus. Aku minum seteguk lalu dia mendorongku duduk di sofa yang ada senderan tangannya, gelas wine yang dipegangnya diberikan padaku. "Kamu duduk di situ baik-baik ya, aku mau menari untukmu" suaranya lirih. Suara musik berirama slow terdengar lembut, aku duduk di muka Nini. Musik semakin lama semakin menghentak. Nini menggoyangkan badannya mengikuti irama sambil menatapku tajam. Nini mulai menggerakkan tangannya. Berawal dari mulut, dibasahinya bibirnya dengan jilatan lidahnya. Dimasukkannya jari-jari tangannya lalu dihisap. Kunikmati adegan itu sambil menatap ke arah Nini. Dikeluarkannya sedikit desahan lalu diturunkannya tangannya ke bawah perlahan menyusuri tubuhnya. Bergerak dengan lambat di buah dadanya, diremas-remas dengan nafsu yang mulai hadir membara. Tangannya pun mulai turun melewati perut ke arah bawah. Dipandanginya aku dengan mata penuh nafsu dan mulut mendesah-desah. Kakinya dibuka lebar lalu melangkah mendekatiku, satu kakinya dinaikkan ke kursi di antara kedua pahaku, rok mininya terangkat ke atas sehingga tampak celana dalamnya yang kecil hanya berbentuk segitiga menutupi liang vaginanya. Pantatnya diputar-putar sambil tangannya terus bergerilya di dadanya. Kakinya dijulurkan menyentuh dan menekan penisku yang mulai menegang. Aku menarik kakinya, tapi Nini dengan halus menarik kembali kakinya hingga membuatku penasaran. Dia berbalik sambil mulai menarik kausnya ke atas melewati kepala. Tidak terlihat ada BH yang melingkar di dadanya hingga aku sempat heran karena sedari tadi aku tidak mengetahui bahwa Nini tidak mengenakan BH. Dengan perlahan sambil tangannya meraba pantatnya sendiri, lalu Nini menjulurkan tangan, ditariknya kepalaku sambil membungkukkan badannya sehingga pantatnya berada hanya 10 cm dari hidungku. Dengan rok yang telah terangkat ke pinggul, tampak Nini hanya mengenakan G-String tipis. Nini memasukan 2 jari ke dalam vaginanya dan mengocoknya beberapa kali sambil kepalanya terus menoleh ke arahku. Aku memajukan kepalaku dan kupegang sambil kukecup pantatnya tetapi goyangan dan gerakan memutarnya yang lembut kembali menggagalkan usahaku. Kembali dia melenggok dan memutar pinggulnya. Jarinya dikeluarkan dari vaginanya, disodorkan padaku dan segera kujilat dan kukulum kedua jari itu, lalu Nini mengocok jarinya di dalam mulutku. Penisku sudah ereksi dengan sempurna di dalam celanaku yang menggelembung. Aku berusaha untuk membuka celanaku, tapi Nini dengan sigap menarik kedua tanganku dan meletakkannya di pinggangnya. Aku mencoba memerosotkan G-Stringnya, tapi dengan erotisnya dia mencegahnya dengan menarik tali pinggir G-Stringnya ke atas. Akhirnya Nini berjongkok dan mendorongku untuk bersandar, lalu dengan cekatan Nini membuka celana panjang dan celana dalamku melewati kedua kakiku hingga seketika penisku lepas terbebas dan langsung mencuat tegak ke atas. "Woow.. Soo big.., it must be nice.." desah Nini perlahan. Sambil tetap menggoyangkan pantatnya, Nini duduk di pangkuanku dan membuka kancing-kancing bajuku sampai aku telanjang bulat, sementara dia masih mengenakan rok yang telah terangkat sampai pinggang dan G-Stringnya.

78

"Nini.. You're soo great.., very nice breast" ujarku sambil mepegang lembut buah dadanya dengan kedua tanganku. "Virano.. Very big.., I want to taste it, may I?" pintanya. Nini memegang penisku sambil menundukkan kepala dan mulai mencium bibirku dengan lembut. Dijelajahinya bibirku dari ujung ke ujung. Lidahku mencari lidahnya namun dengan lihainya Nini menahannya di dalam sehingga aku hanya dapat menciumi bibirnya saja. Tiba tiba Nini menjulurkan lidahny a dan menghisap lidahku sehingga lidahku tertarik masuk ke dalam mulutnya. "Oughh..", teriakku kaget. Nini tersenyum nakal sambil turun dari pangkuanku. Dipegangnya penisku, bibir sexynya mulai mencium ujung lubang kecilnya lalu dijilatnya. Rasa ngilu terasa menyengat seluruh tubuhku. Kedua kakiku diangkatnya ke atas senderan tangannya lalu pantatku ditariknya sehingga aku terduduk di ujung sofa. Lalu Nini memasukkan jari tengah tangan kanannya ke mulutnya dan mengocoknya beberapa kali kemudian mencari anusku yang terbuka. Jarinya memutar di bibir anusku lalu didorongnya memasuki anusku. Dijilatinya seluruh batang penisku, lalu diciumnya kembali ujung penisku sambil diberinya sedotan ringan yang semakin lama semakin keras sambil lidahnya tetap bermain di ujung lubang penisku. Dengan sedotan yang semakin keras, otomatis penisku masuk ke dalam mulutnya sedikit demi sedikit dan setengah panjang jarinya sudah berada di dalam anusku. "Oohh.. Ni.. Feel soo great for me.., how can you?" deashku sambil kutengok ke bawah, Nini sedang berkonsentrasi melakukan teknik itu sambil matanya menerawang ke atas. Dengan tekniknya, penisku semakin masuk ke dalam mulutnya, sudah 3/4 nya, sudah terasa sampai ke ujung dalam mulutnya. Nini mulai memutar kepalanya ke kiri dan ke kanan sambil terus menyedot penisku hingga terasa semakin masuk. Kulihat Nini menahan nafasnya dan terus berusaha untuk mendorong kepalanya ke bawah. Akhirnya seluruh penisku berhasil masuk ke dalam mulutnya sampai bibirnya dapat menyentuh dasar penisku yang berbulu. Jarinya tetap diam berada di dalam anusku. "Ni.. ni.., Soo deep.., very.. Nice.." aku mendesah. Nini telah menunjukkan keahlian oralnya padaku, tepi ternyata belum berhenti sampai di situ. Nini tetap menahan penisku di dalam mulutnya yang ujungnya telah masuk sebagian ke dalam tenggorokannya, lalu dia melakukan gerak menelan dengan mulutnya berkali kali dan mulai mengocok anusku dengan jarinya, semakin lama semakin dalam rasanya hingga penisku serasa dipijit-pijit, dikocok dan diperas. Anusku juga dikocoknya dalam-dalam. Aku tidak dapat menggoyangkan pantatku karena tertekan oleh tangan kiri Nini. Gerakan menelan dan kocokan jarinya semakin lama semakin cepat hingga akhirnya terasa ada desakan sperma mendorong keluar dari penisku. Nini mengetahui hal ini hingga dia tekan jarinya sedalam mungkin lalu berhenti, demikian juga dengan mulutnya didorong sedalam-dalamnya sehingga bibirnya menekan dasar penisku bersamaan dengan keluarnya spermaku yang langsung masuk di tenggorokannya. "Ni.. ni.. aahh.. i'm cumming.." jeritku. "I never feel like this before.., very nice" ujarnya. Tak terlihat ada sperma di mulutnya karena semuanya telah langsung tertelan di tenggorokannya. Dengan sangat perlahan dikeluarkannya penisku dari mulutnya sambil tetap menahan sedotan mulutnya, jarinya pun ditarik perlahan hingga menimbulkan rasa sangat nikmat pada anusku. Nini melakukan proses gerakan menelan sampai aku orgasme kira kira dalam waktu semenit. Berarti Nini tidak bernafas selama itu juga, karena lubang nafas di tenggorokannya tertutup oleh penisku. Aku bersandar di kursi menikmati orgasme paling nikmat yang pernah kurasakan selama ini. Nini meletakkan kepalanya di atas pahaku sambil melirik kepadaku. Tampak rona puas di wajahnya atas keberhasilannya menaklukkan seorang lelaki. Tak ada keringat di tubuh kami berdua karena memang kami tidak bergerak untuk mencapai orgasmeku, Nini hanya menggerakkan mulut, leher dan jarinya, sedangkan seluruh badanku diam hanya sesekali saja otot keggelku berkedut. Nini bangkit menarik tenganku dan membawaku ke ranjangnya, Nini tahu bahwa aku sangat lemas. Dibaringkannya aku di ranjangnya yang empuk. Aku tiduran sambil memejamkan mataku untuk beristirahat. Lalu Nini berbaring di sisiku sambil sesekali tangannya mengelus penisku. Aku tahu, Nini patut mendapatkan yang terbaik yang pernah aku berikan pada seorang wanita, karena itu aku bertekad untuk habis-habisan memuaskan dia. Tak lama kemudian aku bangkit berdiri menuju kamar mandi yang terletak di dalam kamarnya, sebuah kamar mandi mewah dengan bathtub bundar besar di tengah ruangan, cukup untuk 2 orang sekaligus. Sewaktu aku kembali ke dalam kamar, kulihat Nini telah telentang sedang memejamkan matanya dan tidak menyadari kalau aku sudah kembali. Perlahan aku berjongkok di lantai dekat kakinya, kutundukkan kepalaku, kukecup ringan jempol kakinya. Nini agak terkejut hingga menarik kakinya, tapi dijulurkannya kembali. Aku melanjutkan mengecup seluruh jari kakinya lalu mulai mengulum jempol dan menghisapnya berkali kali. Kuulangi untuk seluruh jarinya kiri dan kanan. "Viir.. Geli.. Tapi enaak.. Vir.." rintihnya.

Kulanjutkan penjelajahan lidahku di telapak kakinya sambil memberi gigitan-gigitan kecil di permukaannya hingga Nini menggoyang-goyangkan kakinya karena kegelian. Lalu aku naik ke betisnya, aku hisap belakang lututnya dan terus menelusuri pahanya hingga naik ke atas. Kujilati lipatan pangkal pahanya sambil sesekali menyentuh vaginanya yang masih tertutup

79

G-String dan rok mininya masih berada di pinggang. Nini ikut terbawa nafsuku. "Lick me.. Lick me.. Suck my clit pleassee..", ujarnya di tengah-tengah jilatanku. Aku naik ke atas. Kutindih tubuhnya dan mulai kucium bibirnya, beradu lidah sambil menekankan penisku ke klitorisnya dan menggeseknya maju mundur, kujilat telinganya dan kugigit perlahan. Aku hisap sekeras-kerasnya, kujilat bibirnya tanpa mencium. Dia mengelinjang. "Go down.. Go down.. Vir..", pintanya semakin bergairah. Aku jilat lehernya dengan penuh nafsu. Semakin turun, kujilat dadanya dan kugigit kecil putingnya. "Ssff.., Vir.. Aaugghh.. More.. Moree.." Kujilat juga perutnya. Semakin ke bawah, masih ada rok mini yang mengganggu keasyikanku. Sambil kuhisap putingnya, kubuka roknya lewat kaki serta kutarik G-Stringnya lepas. Kulanjutkan menjilati bagian perut dan kuhisap ringan pusarnya sampai bagian bawah perutnya. Kujilat klitorisnya sebentar lalu kuteruskan ke bagian sisi vaginanya sambil sesekali kuhisap agak kuat dan kupermainkan kembali klitorisnya dengan bibirku sambil terkadang kusedot. Sementara itu kumasukkan jariku sedikit ke dalam vaginanya hingga membuat dia semakin penasaran. Badannya bergoyang menahan sensasi. Tangannya meremas-remas dadanya sendiri. Dia sudah hilang kesadaran hingga kini gairahnya yang mengontrol. "Pleasee lick it, Vir.. Oohh.. Viir.." jerit Nini. Tetapi aku belum mau menuntaskan permainan oralku. Kuangkat tinggi-tinggi kakinya dan kulanjutkan jilatanku menuju anusnya tanpa menyentuh vaginanya hingga membuatnya semakin blingsatan. Kujilat ringan anusnya lalu kucium pinggirannya. Kubalikkan badan Nini karena dengan posisi demikian, ruang gerakku terasa kurang leluasa. Kuambil bantal lalu kusisipkan di bawah perut Nini sehingga sekarang posisi pantatnya menungging dengan kepalanya menekan ke ranjang. Kembali kucium dan kujilat bongkahan pantatnya dari ujung atas belahan pantatnya serta menelusuri belahannya ke bawah, kugunakan kedua jempol tanganku untuk menarik kedua pantatnya sehingga lubang anusnya terbuka lebar. Kujulurkan lidahku dan menyapu melingkari permukaan anusnya. "Ooughh..", jeritnya keenakan ketika lidahku menyentuh lubangnya. Kulingkari permukaannya sambil kudekap seluruh anusnya dengan bibirku, lalu kudorong lidahku ke dalam anusnya dengan keras sambil kuputar lidahku beberapa kali. "Aah Vir.. Deeper.. Deeper.." rintihnya sambil menggelengkan kepalanya keenakan. Lalu dengan tiba tiba, kutarik lidahku dari anusnya dan kusedot sekuat kuatnya. "Ooh.. What are you doing.. It's soo nice.. I can orgasm with that.. I never have that before.." teriak Nini. Lalu kuulangi teknik itu beberapa kali sampai Nini memohon.. "Vir.. Stop.. Stop.. Please.. Bring in your big cock inside me.., I am eager to have it in my cunt.." Desahnya dengan suara yang sangat merangsang. Aku balikkan tubuhnya. Nini membuka kakinya sehingga vaginanya terpampang dengan jelas, tapi aku belum selesai dengan oralku. Kujilat kembali klitorisnya dan kupermainkan dengan bibirku dan kusedot kuat kuat. Setelah puas memainkan klitorisnya, lalu aku mulai menyorongkan wajahku ke arah kemaluannya untuk menjilatinya. Terasa bau khas kemaluan wanita yang harum dan merangsang. "Aauuww.. Aahh.. Sshh.. Terus Vir, terruuss.. Oohh.." Kuhisap air kemaluannya sampai kering, terasa asin tetapi nikmat. Seiring dengan hisapan-hisapanku, tubuhnya kembali semakin bergerak liar. Kumainkan liang kemaluannya dengan lidahku, kuputar-putar dan kumasukkan lidahku ke dalamnya. Terasa lidahku seperti memasuki sesuatu yang hangat dan sempit. Kumainkan kemaluannya dengan lidahku hingga membuatnya merasa akan orgasme. Badannya menegang dan pahanya menghimpit kepalaku yang membuatku susah bernafas. "Oohh.. Ooww.. Ooww.. Uuhh.. Aahh.." rintihnya lemas menahan nikmat ketika hanya dalam 2 menit kemudian cairan orgasmenya yang hangat kembali menyembur keluar. Kemaluannya kini semakin basah karena dia baru saja orgasme dan kuhisap semua cairan yang ada dalam kemaluannya. "Kau hebat sekali Vir, membuatku terangsang ke langit ketujuh dan orgasme, nikmat sekali cumbuanmu. Tidak salah penilaianku saat kita dinner tadi", bisiknya halus. Aku hanya tersenyum. Lalu Nini menarik dan mencium bibirku dengan lembut, penuh dengan perasaan. Lidahnya menari-nari di dalam mulut, bermain dengan lidahku. Sementara tangannya meremas pantatku perlahan. Ditidurkannya aku kembali ke sisinya. Ciumannya bergeser ke bawah, ke leherku. Dijilatinya perlahan, kembali lagi ke telingaku, lidahnya menari-nari di dalam telinga dan menyedot perlahan ujungnya hingga membuatku melayang dan birahiku bangun kembali. Kemudian elusannya di dada berubah menjadi remasan di penisku yang telah mengeras kembali sejak tadi. Kembali kutelentangkan tubuhnya di ranjang dengan pantat kuganjal bantal. Kuarahkan penisku ke liang vaginanya dan kudorong sedikit. Aku mulai menggoyangkan pantatku ke kanan kiri secara perlahan seakan mengorek dan menusuk-nusuk dinding vaginanya. "Ooh.. Ooh.." Nini menjerit-jerit melampiaskan kenikmatannya sambil menggoyangkan pinggulnya dengan gerakan memutar. Tangannya memegang pinggulku lalu menariknya dengan kencang sehingga terasa sangat dalam penisku masuk di vaginanya. "Come on vir.. Come on virr.. i am almost.. cuum.." Nini mengerang ngerang. Kutekuk kedua lulutku lalu kuangkat kaki Nini sampai lututnya menyentuh dadanya dan kutindih dia sambil memaju-mundurkan pantatku sehingga aku dapat melakukan penetrasi sangat dalam sampai terasa tulang kemaluanku beradu dengan tulang Nini. Kurasakan ada dorongan luar biasa dari dalam tubuhku dan akan keluar melewati penisku. Kupercepat

80

goyanganku, kudorong semakin dalam pinggangku lalu setiap kali penisku masuk dalam dalam, kukedutkan ototku hingga menyebabkan penisku semakin membesar dan mengeras. "I am cumming.. I am cumming.. Ni.." teriakku. "Me too, me too.. Please.. Don't stop.." Nini balas berteriak. Akhirnya kurasakan badan Nini mengejang kuat sambil tangannya mencengkeram punggungku kuat kuat, saat itu pula spermaku kusemburkan di dalam vagina Nini sambil kudorong sedalam-dalamnya ke vagina Nini. Terada ada 5-6 semburan yang kukeluarkan dan setiap semburan mengakibatkan semakin kencangnya cengkeraman Nini di punggungku. "Viirr.. Ooh.. Nikmaatt.. Aku keluar lagi Virr.." Nini berteriak. Badanku sedikit kuangkat untuk memberi ruang bagi Nini meluruskan kakinya dan badanku ambruk di atas badannya sambil kucium kening dan pipinya. Kulirik jam di dinding. Jam 2:12. *****

Kami tertidur telanjang bulat berpelukan dengan AC yang masih menyemburkan udara dingin. Aku terbangun saat kurasakan kehangatan menyelimuti penisku. Terasa pelukanku kosong tapi penisku terasa geli. Kubuka mataku dan kulihat Nini sedang mengulum dan menjilati penisku. Terasa jilatannya berbeda dengan yang aku rasakan kemarin. Kali ini Nini menjilati dan mengulum penisku seperti makan lollipop, dijilatnya mulai pangkal sampai ujungnya bergantian, kadang zakarku dikulum dan disedotnya hingga menyebabkan aku kegelian. "Nini.. Breakfast ya?" tanyaku. "Hmm.. Hmm.." gumamnya. Aku tarik kakinya untuk mengajaknya berposisi 69. Nini menyodorkan vaginanya ke mulutku yang langsung kujilat dan kumasukkan lidahku ke dalamnya. Penisku kembali mengeras dan tegak ke atas. Nini bangkit lalu memintaku tiduran. Lalu Nini tiduran pula berhadapan sambil memelukku. Nini mengangkat kaki kanannya dan ditumpangkannya ke kakiku sehingga vaginanya terbuka menantang. Ditariknya pantatku lalu penisku diarahkannya ke lubang surganya. Tidak terlalu sulit untuk masuk. Saat setengah kepalanya sudah masuk, aku beri dorongan ringan tapi Nini menahan pinggulku. Bibirku diciumnya dan lidahnya menyeruak ke dalam mulutku mencari lidahku. Kami berciuman dengan hangatnya dengan penuh nafsu birahi. Sambil berciuman, terasa penisku seperti tertarik masuk padahal aku tidak mendorongnya. Kupegang pinggul Nini yang ternyata diam juga, tetapi kembali terasa penisku memasuki vaginanya dan bibir vaginanya berdenyut-denyut menekan hingga membawa penisku masuk. Jarakku dengan Nini semakin dekat dan akhirnya menempel bersentuhan. Kuraba penisku, ternyata semuanya sudah masuk ke dalam vagina Nini. Terlihat bintik keringat di wajahnya pertanda Nini telah mengeluarkan tenaganya untuk menyedot masuk penisku.

Menakjubkan.., Nini ternyata memiliki teknik bercinta yang sangat luar biasa. Dia telah memperlihatkan teknik oral sex yang tidak ada duanya, dan sekarang dia tunjukkan pula teknik penetrasi yang jarang dimiliki oleh wanita. Konon hanya wanita dari pulau tertentu saja yang menguasaii teknik ini, padahal Nini adalah keturunan dan lahir di kota yang terkenal dengan kecantikan para wanitanya di ujung utara Indonesia ini. Saat penisku sudah masuk semua, terasa penisku masih dipijit-pijit tapi tanpa disedot lagi. Akhirnya dia menggulingkanku dan dia naik menduduki penisku. Buah dadanya yang sangat indah kupegang dan kuremas-remas. Lalu Nini mulai memaju-mundurkan pantatnya mengocok penisku sambil menekankan klitorisnya pada batang penisku. Gerakannya semakin cepat lalu diubah dengan gerakan memutar yang semakin cepat seperti penari hula-hula. Kuremas buah dadanya semakin kencang. Penisku terasa diperas dan dipelintir. "Nini.. Ooh.. Kamu.. Hebaat Ni.." desahku. "Kontol kamu sih enaakk.. Jadi aku hilang kontrol.." katanya. "Teruuss Ni, jangan berhenti.. Aku mau keluar.. Kamu masih lama nggak..?" tanyaku. "Keluarin aja, aku juga mau keluar.." jeritnya. Putarannya semakin cepat lalu tubuh Nini mengejang hebat, terasa vaginanya semakin licin. "Viirr.. Akku.. Keluar.. Dulu vir.." jeritnya sejadi-jadinya. Tetapi Nini tahu apa yang harus dilakukan, putaran pinggangnya tidak berhenti, keringat sudah bercucuran dari wajah, leher dan seluruh badannya hingga menjadikan kulitnya semakin mengkilat basah dan semakin sexy. "Nini.. Aku juga mau keluar.." teriakku. Nini melepaskan vaginanya dari penisku dan digantikan oleh mulutnya. Penisku dikulum sambil dikocoknya dengan kecepatan tinggi. Tak lama kemudian orgasmeku tiba dan spermaku menyemprot hingga mengenai langit-langit mulut Nini. Nini berusaha tetap mengulum penisku. Setelah selesai dengan orgasmeku, tampak Nini menelan spermaku lalu dia naik ke tubuhku dan mencium bibirku. Kami berciuman bibir. Saat lidahku kujulurkan untuk membuka bibirnya, terasa ada cairan dari mulut Nini yang memasuki mulutku, ternyata itu adalah spermaku sendiri. Nini menjulurkan lidahnya dan menyedot spermaku kembali. Lalu kami berciuman sambil bermain-main dengan spermaku. Setelah beristirahat, kami mandi bersama di bathtub dalam kamar mandinya dan Nini keluar duluan dari kamar mandi. Saat aku kembali ke kamar, aku terkejut melihat satu sisi kamar Nini yang tadinya tertutup gorden tebal telah berganti menjadi kaca tebal dari atas sampai ke bawah dan ada dua daun pintu yang terbuka dan berhubungan langsung dengan taman kecil yang tertutup dengan kolam ikan kecil.

81

Nini tampak sudah duduk di luar hanya dengan memakai celana ketat pendek sekali dan atasan kaus longgar pendek transparan sehingga jelas terlihat bulatan dan puting buah dadanya. Aku hanya memakai celana dalam. Di meja telah tersedia dua cangkir kopi, dua gelas orange juice dan dan beberapa roti yang telah diberi selai. "Vir.. Ayo kita relax dulu di sini.. sambil lunch.." katanya. "Haah, lunch?? Jam berapa sekarang..?" tanyaku. "Eleven O'clock darling.., kamu ketiduran nyenyak tadi pagi" ujarnya. "Kok aku nggak tahu kalau sudah pagi, nggak ada sinar masuk sih" ujarku. "Memang kamar ini aku bikin sedemikian rupa hingga tidak mungkin ada sinar masuk, jadi kalau sudah di dalam, bisa-bisa kita tidak tahu waktu kalau tidak melihat jam" ujarnya lagi. Wah, wah, aku jadi semakin bingung, siapa Nini ini sebenarnya? Akhirnya aku duduk berhadapan dan menikmati lunch yang tersedia. Terpaksa aku bolos kerja hari ini, entah alasan apa yang harus aku kemukakan ke kantor nanti. Kami berbincang santai sambil sesekali membahas teknik permainan sex masing-masing. Kami sangat terbuka dalam membicarakannya dan ini akan lebih mendekatkan hubungan kami serta dapat mengetahui keinginan masing-masing dalam cara cara memuaskan nafsu birahi pasangan kami. Ketika aku ke kamar kecil, sekilas aku lihat di lemari hiasan yang menempel di dinding kamarnya, banyak bingkai foto dan plakat serta piala terpajang di sana, aku hanya lewat saja tanpa berminat untuk melihatnya. Setelah dari kamar kecil aku kembali ke tempat dimana Nini masih duduk dengan santainya di luar. "Nini, aku ingin bertanya beberapa hal yang mungkin bersifat pribadi, boleh nggak?" aku bertanya. "Kalau aku bisa jawab, mengapa tidak, tanyalah" jawabnya. "Are you married?" kuberanikan bertanya langsung pada tujuan. "No, I am still single" jawabnya santai. "So, what is your job?" tanyaku kembali. "Hei, it's a funny question honey, don't you know who am I when we met for the first time?" Nini balik bertanya keheranan. "Aku adalah Nini *****," sambungnya. Hampir aku terlonjak dari tempat dudukku mendengar nama tenar itu. "Sorry Ni, mungkin aku kurang gaul, tapi memang sebenarnya aku tidak pernah mengikuti perkembangan dunia yang kamu geluti dan aku tidak pernah berkecimpung di dalamnya. Mungkin mulai sekarang aku harus mengikutinya ya" aku berkata dengan perlahan diiringi perasaan malu yang sangat mendalam. "Kamu tidak perlu mengubah apa yang telah ada pada dirimu, justru dengan begitu aku lebih salut padamu, karena tadinya kukira kamu mau bercinta denganku karena aku ini adalah seorang tenar" ujarnya. "Jadi, setelah kamu tahu siapa aku, masih bersediakah kamu untuk bercinta denganku, tapi aku tidak mau ada ikatan. Just for an easy going relationship, to fullfill each other. Kalau aku sedang kesepian, tolong temani aku, demikian pula kalau kamu sedang sendirian, aku akan berusaha nemenin kamu" ujarnya sambil menolehkan kepala mengecup pipiku. "Tapi, bukankah ada sekian banyak lelaki di sekelilingmu dan dengan kecantikan, body kamu, apalagi dengan permainan sex kamu yang demikian top, akan banyak laki laki yang setiap saat siap datang?" "Kamu tahu toh, mereka datang sebagai sosok kepribadian lain di depanku, mereka datang dan pergi tanpa harus aku kenang atau aku ingat dan tidak ada yang pernah mendapatkan teknik permainan sex seperti yang kamu dapatkan tadi malam. Kamu adalah orang ketiga setelah mantan pacarku dulu" ujarnya. "Lalu mengapa kamu undang aku, padahal hubungan kita masih terlalu singkat untuk sampai ke atas ranjang?" tanyaku. "Waktu di restoran, dari apa yang kulihat dan kita bicarakan, aku ingin mendapatkan kepuasan sexual dari kamu dan ternyata memang tidak salah. Lalu selama pembicaraan kita itu, aku sudah perkirakan bahwa kamu tidak tahu siapa sebenarnya aku, jadi dari pada kalau kamu tahu terus kamu takut, maka aku harus segera memberi seluruh teknik permainan yang aku miliki agar.." "OK, OK, stop, stop, aku mengerti sekarang.." ujarku sambil kucium bibirnya dan kuraba dadanya. "Jadi kamu masih mau berhubungan dengan aku untuk selanjutnya?" tanyanya. "Walaupun aku tahu siapa kamu sebenarnya, tidak akan menghalangiku berhubungan dengan kamu selanjutnya dan aku tidak akan pernah menghalangi pekerjaan kamu, toh hubungan kita kalau boleh aku bilang adalah 'just for fun', cuma satu permintaanku yaitu aku tidak mau berada di depan publik bersama kamu, kecuali di luar kota" kataku tegas. "Setuju Sayang, aku pun mau bicara soal itu, tapi takut kamu tersinggung. Biasanya lelaki lain malah ingin jalan bersamaku ke tempat umum karena itu adalah kebanggaan buat mereka. Kalau begitu, lusa kan hari Jumat, kita keluar kota ya, ke Bali" ajaknya sambil diciumnya bibirku hangat lalu tangannya kembali meremas-remas penisku yang mulai mengeras lagi. Akhirnya kami kembali bergumul menumpahkah hasrat nafsu birahi kami di kursi luar kamarnya itu sambil duduk. Nini orgasme duluan dan aku menyusul kira kira 10 menit kemudian. Beberapa saat setelah istirahat.. "Ni, aku pulang dulu ya" aku berkata. "Jadi lusa acara ke Bali-nya gimana?" dia bertanya penuh harap. "Tiga jam lagi aku telepon kamu" jawabku. "Jangan nggak ya" katanya sambil mengecupku sebelum aku naik ke mobilku. Jumat jam 3 siang, pesawat yang aku tumpangi mendarat di bandara Ngurah Rai. Seperti biasa, sopir Arif menjemputku dengan mobilnya. Kali ini aku dipinjamkan sebuah Mercedez

82

Bulldog mirip seperti milik Nini, hanya saja warnanya biru tua. Arif adalah sahabatku di Bali, cerita tentang Arif ada di ceritaku terdahulu, "Kamu Lelaki Bukan, Sih?". Aku telah memesan kamar hotel di kawasan Nusa Dua. Nini akan datang hari ini juga tapi aku tidak tahu jam kedatangannya karena saat aku check-in, ternyata Nini belum datang. Baru kemudian Nini datang mengetuk kamarku dangan diantar oleh bell boy pada jam 8 malam hingga aku sempat tertidur beberapa jam. "Sorry Vir, aku tidak dapat datang lebih pagi, kamu sudah lama menunggu ya?" tanyanya sambil mengecup pipiku dan kucium bibirnya. "Nggak kok, aku tiba tadi jam 10 pagi" kataku menggoda. "Hayoo, mulai boong ya, kata resepsionis tadi kamu check in jam 4, bukan jam 10" katanya sambil tangannya mengelus penisku dari luar celana. Kami duduk berdampingan sambil mengobrol kesana kemari hingga tak terasa sudah jam 9. "Mandi dulu sana, kita makan di luar" ujarku. "Kalau makan aku, pakai mandi dulu nggak?" Nini merajuk. "Kalau makan kamu, nggak usah mandi dulu, ntar aku yang mandiin pakai lidah" kataku menggoda. "Mau doong" katanya sambil membuka pakaiannya dan masuk ke kamar mandi. Aku meneruskan menonton TV sambil tiduran di ranjang sementara Nini berendam di bathtub sekitar 30 menitan. Saat Nini telah selesai mandi, dia naik ke ranjang bertelanjang bulat lalu membuka celanaku. "Ini yang aku rindukan, Darling" katanya sambil memasukkan penisku yang masih lemas ke mulutnya. Seketika itu juga penisku menjadi tegang di dalam mulutnya. Sebelum tegang sempurna, aku balikkan badanku dan aku tangkap kakinya, lalu aku julurkan lidahku dan segera dengan tanpa basa basi kukorek-korek liang vaginanya hingga Nini terkejut sebentar tapi langsung mengerang keenakan karena memang inilah yang ditunggunya. Tangannya seketika menggapai penisku dan meremas-remasnya, tapi hanya 2 menit kemudian aku lepaskan lidahku, lalu aku bangun. "Udah ah, simpen dulu buat nanti ya?" godaku. "Vir.. Jahat kamu ya, aku mau sekarang, baru kita pergi" rengeknya. "Hehe, kumpulin nafsunya buat nanti, sekarang aku lapar nih, kita ke Kuta, aku ada mobil temanku. Hmm.. pakai pakaian yang sexy ya" ujarku. Nini memakai rok terusan motif agak transparan yang atasnya tergantung di bahu dan menyilang di punggung dengan tali tipis terkait di roknya bagian belakang. Belahan dadanya yang terbuka sampai perut memperlihatkan kulit dan sebagian buah dadanya yang putih dan kenyal. Bahan roknya yang jatuh mencetak bentuk buah dadanya sangat indah. Bagian punggungnya terbuka total, hanya ada 2 tali tipis menyilang di punggungnya dan bagian bawah melebar 20 cm di atas lututnya. Sebuah selendang sutra dikenakan melingkar di pundaknya menutupi bagian atas tubuhnya. Tampak sexy sekali dia malam ini, ditambah rambutnya yang diikat ke atas memperlihatkan lehernya yang indah dan seperangkat perhiasan mahal di telinga, leher, jari dan tangan menghiasi si pemilik tubuh hingga semakin menjadi perhatian bagi siapa saja yang melihatnya. Dan malam ini si sexy ini bersamaku. Setelah kami makan, pada jam 11 aku ajak Nini untuk bertemu Arif di clubnya. Nini melepas selendangnya sebelum turun dari mobil. Arif sedang duduk di meja tengah bersama 8 orang, 5 pria dan 3 wanita. Saat melihatku, Arif langsung mempersilakan kami duduk. "Vir.. Udah ditunggu nih.. Kok lama bener" kata Arif. "Kenalin dulu nih.. Nini, datangnya terlambat dan gua ketiduran tadi" jawabku. "Ketiduran atau ditidurin? Eh.. Rara mau dateng lho sebentar lagi" bisik Arif di telingaku. "Gila lu ya.. Kan gua udah bilang kalau gua nggak sendirian" bisikku lagi. "Tenang friend.. Rara akan dateng sama suaminya" bisiknya lagi sambil menepuk nepuk pundakku. Sekedar informasi, cerita tentang Rara juga ada di ceritaku sebelumnya: "Kamu Lelaki Bukan, Sih?" Lalu kami saling berkenalan dengan mereka dan seperti telah kuduga, semua lelaki membelalakkan matanya memandang Nini seakan menelanjangi tubuhnya dengan matanya. Aku ditarik Arif sedikit menjauh dari meja. "Vir.. Dia kan Nini *****?" dia bertanya. "Awalnya gua nggak tahu bahwa dia adalah Nini *****, soalnya kalau tahu juga gua nggak bakal berani dekat-dekat" aku menegaskan. "Sekarang ya sudah kepalang. Ternyata dia nggak seperti dugaan orang, paling tidak sama gue lho" sambungku lagi. "Dasar buaya lu! Jadi masih bisa gua dekati nggak nih?" tanyanya penuh selidik. "Siapa juga boleh dan bisa ngedeketin dia, tapi tergantung dianya kan, mau apa nggak" jawabku membuatnya penasaran. "OK dah, ntar gua usaha, jangan cemburu ya" Arif berkata seakan menantangku. Kami kembali ke tengah kerumunan dan terlihat Nini yang memang supel sudah bercengkerama dengan mereka. Di tangannya terlihat segelas red wine. Seperti biasa aku minta Cointreau Double On The Rock. Tak berapa lama kemudian, ada yang menepuk pundakku dari belakang. Sewaktu aku menoleh, kulihat Rara berdiri di belakangku dan di sebelahnya ada seorang pria yang ternyata suaminya seperti yang pernah beberapa kali kulihat di media massa. Aku bangkit berdiri dan Rara menjabat tanganku, memberi kecupan di pipiku serta memperkenalkanku dengan suaminya. Aku diperkenalkannya sebagai sahabat lamanya 8 tahun yang

83

lalu. Lalu aku panggil Nini, saat aku akan memperkenalkannya, Rara berteriak.. "Nini.. Ada angin apa kita ketemu di sini" Rupanya mereka sudah saling kenal. Aku tidak heran. Ternyata suaminya juga telah mengenal Nini sekilas. Akhirnya kami duduk bersama, aku dan Nini bersebelahan, Rara dan suaminya berhadapan dengan kami. Dengan posisi seperti itu, aku bebas berhadapan dan bertatapan dengan Rara sedangkan suami Rara dengan bebasnya memandang Nini, dan itulah yang dilakukannya, sesekali matanya turun melihat paha Nini yang terbuka serta belahan dadanya yang menantang. Musik bergema dengan kerasnya. Beberapa gelas telah kami habiskan sehingga semua yang berada di meja itu jadi typsy, terkadang bicara agak ngelantur dan saling menggoda sudah menjadi hal biasa. Kadang kupeluk Nini atau sesekali kucium pipi dan bibirnya. Demikian pula Rara bersikap mesra pada suaminya. Tapi sering kutangkap pandangan mata Rara sehingga kami sering saling menatap penuh arti. "Ada pandangan lain dari mata Rara buat kamu, apa itu?" bisik Nini di telingaku sambil tangannya meraba pahaku. "Ternyata mata dan perasaan kamu tajam juga ya. Rara pernah sama aku 8 tahun yang lalu, di sini juga pertama kali aku bertemu dengan dia, hubungan kami cuma sekitar 6 bulan saat aku sering kemari untuk mengerjakan proyek kantorku" jawabku berterus terang. Ternyata jawabanku cukup memuaskannya sehingga Nini tidak bertanya lebih lanjut. Selang beberapa lagu, Nini menarik Rara untuk menggoyangkan tubuhnya di lantai dansa. Terlihat mereka berdua bergoyang dengan santainya sambil sesekali mengobrol. Tak lama kemudian terlihat Nini melambaikan tangannya padaku. Aku mendekat sehingga kami bertiga ada di lantai dansa dengan dan bergoyang seadanya. "Vir.. Rara kangen sama kamu, katanya" Nini berkata hingga terdengar pula oleh Rara. Rara hanya tersenyum simpul malu malu. "Kalau nggak ada suamimu, aku cium kamu di sini lho" aku menggodanya. "Kalau nggak ada Nini, aku yang cium kamu di sini" tantang Rara. "Tuh suamimu sedang nggak ada di meja, kita cium Virano sama-sama aja Ra" ajak Nini. Rara dan Nini serentak mencium pipi kiri dan kananku, dan Rara mengecup bibirku dilanjutkan dengan Nini juga mencium bibirku agak lama sambil mengalungkan tangannya ke leherku. "Itu yang aku mau" protes Rara. "Vir, aku mau undang Rara makan siang besok, boleh nggak?" tanya Nini. "My pleasure, Ni" aku menyetujui. "Kamu dengar sendiri kan? Jadi nggak usah nolak lagi ya Say?" ujar Nini pada Rara. Rupanya Nini sudah mengundang Rara sebelumnya namun Rara ragu dan ingin meminta konfirmasi dariku lebih dulu. Kami meninggalkan club tersebut pada jam 2:30 dan kembali ke hotel di Nusa Dua. Sepanjang jalan, Nini bercerita bahwa beberapa orang teman Arif termasuk suami Rara berusaha menarik perhatian Nini dan bahkan ada yang berterus terang menngajak Nini kencan malam ini. "Aku tahu kok, malah mata suami Rara nggak bisa lepas dari dada dan paha kamu. Dan aku juga tahu, kamu malah dengan sengaja, kadang-kadang kamu buka paha kamu sehingga dia bisa lihat CD kamu kan?" aku berkata. "Kok kamu nggak ngelarang aku sih?" rajuknya. "Aku juga menikmati sensasi tersebut sayangku, semakin banyak lelaki yang mabuk kepayang sama kamu, semakin bangga aku jalan bersama kamu. Tapi tidak demikian dengan suami Rara, dari cara Rara berpakaian, aku dapat menilai sifat suaminya. Padahal dulu Rara termasuk berani dalam berpakaian, yah seperti kamu sekarang ini deh" ceritaku. Setibanya di hotel, kami kembali mengarungi lautan nafsu birahi, berusaha untuk saling memuaskan satu sama lain. Nini memang seorang yang sangat piawai dalam memuaskan lelaki, namun dia juga sangat membutuhkan kepuasan untuk dirinya sendiri dan aku pun berusaha untuk memuaskan dia. Kami bercinta sampai jam 5 pagi lalu tertidur. Lalu ada jam 11 terbangun oleh telepon dari Rara yang dijawab oleh Nini. Saat mereka mengobrol di telepon, aku putar badanku lalu aku jilat vagina Nini dengan penuh nafsu hingga Nini mengerang keenakan dan Rara menanyakannya. "Virano sedang breakfast, oohh.. Viir.. Aku lagi telepon nih.." desahnya. "OK deh, lu ke sini aja cepat, gua butuh bantuan nih, Virano lagi ganas" katanya pada Rara. Seketika Nini menutup telepon, aku pun berhenti menjilati vagina Nini. Dia protes, tapi aku meninggalkannya ke kamar mandi untuk mandi. Nini merajuk hingga mengatakan aku curang. Selesai berendam sekitar 15 menit, aku kenakan jas kamar mandi warna putih tebal dengan CD di dalamnya dan baru kemudian Nini menyusul masuk kamar mandi. Aku pesan makanan dari Room Service dengan tak melupakan 2 telur setengah matang pesanan Nini. Saat menunggu makanan, bel berbunyi. Aku kira Room service, ternyata Rara muncul dengan tank top kuning dan jeans, serasi sekali dengan kulitnya yang putih. "Vir..,.. Baru mandi ya.., Mana Nini?" tanyanya sambil memajukan wajahnya dan aku kecup pipinya. "Oh ada.. Tapi lagi mandi.. Masuk aja" ujarku sambil mempersilakannya masuk. "Sudah selesaikah?" tanyanya penuh selidik. "Apanya yang selesai, cuma appetizer kok" jawabku.

84

"Kok cepet, emangnya rumah kamu dekat sini?" tanyaku. "Bukit Jimbaran, 20 menit saja sudah sampai ke sini" jawabnya. "Mana suamimu?" tanyaku. "Sedang di kantor, nanti sore mau ke Jakarta. Orang tuanya sakit, aku sudah bilang mau ajak kalian jalan jalan, dan dia OK. Malah dia titip salam buat Nini" kata Rara. "Sst, jangan sampai dia dapat Nini, bahaya" bisikku. "Emangnya kenapa? Nini hebat ya?" bisiknya lagi takut terdengar Nini dari kamar mandi. "Buat aku, she's the best. Selama ini, aku agak kewalahan mengimbanginya" "Masa kamu kewalahan, mungkin aku bisa belajar dari dia ya?" ujarnya penuh arti. "Kalau kamu sehebat Nini, aku yakin suami kamu nggak akan cari cewek lain, kalau cari pun pasti balik lagi hehe.." godaku. Lalu Nini selesai mandi, juga mengenakan jas handuk seperti punyaku. Aku yakin tidak ada apa-apa lagi di baliknya. Aku duduk di belakang sofa mereka dengan menarik kursi rias. Aku memperhatikan mereka mengobrol dan sesekali menimpali obrolan mereka. Rara memintaku menuang minuman yang dia bawa, sebotol Cointreau kesukaanku.. Aku menuangkannya 3 gelas. Aku membawanya beserta es batu. Aku menuangkan minuman ke gelas mereka. Setelah minum beberapa gelas sambil mengobrol, tangan Nini masuk ke balik kimonoku dan mengelus 'adik'ku sehingga tegang dan keras. Nini melirik dan tersenyum sambil terus mengobrol dengan Rara. Rara tidak memperhatikan yang dilakukan oleh Nini terhadapku. Nini menarik sedikit CD-ku dan mengelus batangku dengan lembut. Tampak Rara melihat apa yang dilakukan Nini tanpa Nini menyadari bahwa Rara tahu apa yang dilakukannya terhadapku. Aku duduk menyandar dan membiarkannya. Tangan Nini mengisyaratkan agar aku membuka CD-ku dan matanya melirik. Aku ke kamar mandi membuka CD-ku. Lalu aku kembali dan Nini melanjutkan mengocok halus batangku sementara Rara mencuri pandang ke arah selangkanganku. Rara tersenyum melihatku pasrah dan aku juga tersenyum ke arahnya. Sementara mereka melanjutkan mengobrol sambil minum beberapa gelas lagi, tangan Nini terus aktif mengocok halus batangku. Aku hanya bisa menahan nafas atau berkejap-kejap menikmati pijatan dan kocokan tangan Nini. Rara terus saja mencuri pandang dan kimonoku tersingkap sehingga terlihat jelas tangan Nini yang sedang mengocok batangku. Nini tidak menyadari hal itu karena sudah sedikit mabuk. Mereka berdua terus mengobrol. Tapi mata Rara lebih sering lagi melirik ke belakang. Aku berdiri tapi Nini tidak juga melepas kocokan tangannya. Aku membiarkan kimonoku terbuka sehingga Rara dapat melihat dengan jelas apa yang dilakukan Nini. Aku elus rambut Nini dan Nini secara tidak sadar menolehkan kepalanya hingga menyentuh kepala 'adik'ku dan melanjutkan dengan menjilatnya. "Sshh.. Mm" desahku. Nini terus saja menjilat dan mulai menghisap 'helm'ku. Rara melihat dengan jelas apa yang Nini lakukan dan aku menarik tangan Rara. Rara menggeser duduknya. Aku berjalan ke depan Nini tanpa Nini melepas tangannya dari batangku. Aku sudah berdiri di depan Nini dan Rara sementara Nini kembali menjilat, mengocok, serta menghisap batang kejantananku. "Ra, kontol ini masih sama nggak rasanya sama dulu waktu masih lu pakai?" tanya Nini. Aku menarik Rara sehingga berlutut di depanku dan Nini duduk di belakangnya. Aku menunduk dan mencium bibir Rara dan Rara tidak menolak. Kami berciuman cukup lama, sementara tangan Rara ikut mengelus batangku dan mengocoknya pelan. Sementara itu Nini tampak meremas buah dada Rara sambil mencium telinganya. "Ini buat kamu Rara.. Isep kontolnya.. Aku mau liat cara oral lu" bisik Nini. "Kata Virano, you are the best for him, ajari aku ya?" pinta Rara. Lalu Rara mulai menjilat seluruh batang penisku dari ujung kepala sampai pangkalnya lalu memasukkannya ke dalam mulutnya. "Sshh.. Mmhh.. Yyeess.. Hhmm.." desah Rara. Lalu aku meminta Rara untuk berdiri. Tank top Rara sudah dibuka oleh Nini sehingga hanya tersisa bra warna merah tua. Aku berlutut di depannya dan berciuman dengan Nini. Nini berlutut di sampingku lalu membuka kancing celana Rara dan aku membuka BH-nya. Lalu Nini melepas celana Rara dan melemparnya entah kemana hingga Rara hanya tinggal mengenakan G-String. Aku berdiri dan meminta Nini untuk duduk di sofa lalu kucium telinganya. "Sshh.. Mm.. Mm" desahnya sementara tanganku meremas buah dadanya. "Yyaa.. Mmpphh.. Tterruuss Vii" desahnya sambil tangannya mengocok batangku. "Kontol kamu gede ya.. Aku suka Vir.. Rara juga mau tuh" katanya sementara tangan kirinya memeluk leherku.

Kami terus berciuman lalu Rara berlutut dan mencium batangku. Aku melirik Nini dan dia hanya tersenyum melihatku. Aku pun balas tersenyum. Rara menjilat dan menghisap batangku serta lidahnya tidak kalah lincah menari menjilati serta melumuri batangku dengan ludahnya. Aku duduk di sebelah Nini dan Rara terus menghisap batangku tanpa menghiraukan keberadaan Nini. Tangan kanannya terus mengocok batangku sementara mulutnya menghisap 'helm'ku dan lidahnya menari menjilatinya juga. Kepala Rara terus naik turun menghisap, menjilat dan mengulum batang kejantananku.. "Sshh.. Ohh.. Yyeess.. Ra.." desahku sambil mengelus rambut Rara dan tangan kananku meremas payudara Nini yang duduk menghadap ke arah kami. "Sshh.. Ohh" desahku sambil menarik Nini dan berciuman. Sementara aku berciuman dengan Nini, Rara masih sibuk mengoralku hingga birahiku memuncak dan cairanku sudah

85

mencapai ujung. "Mmhh.. Mmhh.. Mphh" jeritku tertahan oleh Nini yang memeluk dan terus mencium bibirku. "Aahh.. Yyeeaa.. Ohh.. Aacchh" jeritku setelah Nini melepas ciumannya. Rara terus menelan dan menghisap penisku. Rara menelan semua spermaku lalu tersenyum dan mencium telingaku. "Kontol kamu enak Vi.. Aku suka.. Aku pingin nih" bisiknya meminta. Aku tersenyum dan mengangguk, kucium bibir Rara yang masih ada sisa spermaku. Aku duduk di antara Rara dan Nini sementara Nini mengelus batangku lagi dan aku mencium bibir Rara. "Mm.. Mm.. Makasih ya.. Isepan kamu enak lho, beda sama dulu.. Kalah dikit ama Nini" ujarku sedikit memuji Rara. "Mm.. Bisa aja kamu Vir" balasnya. Nini terus mengelus batang penisku hingga kejantananku mulai tegang dan Nini menjilat dan mengocoknya pelan. Aku meremas dan menghisap kedua payudaranya "Sshh.. Trus.. Vir.. Iisseepp yaa.. Sshh.." desahnya nikmat. Sementara aku menghisap payudara Rara, Nini menghisap penisku. "Ra, perhatikan cara Nini ngisep kontolku" kataku. Rara melihat Nini yang sedang menjilati dan mengisap penisku sambil mengerang-ngerang karena buah dadanya aku hisap. Aku menarik turun CD Rara dan meraba vaginanya "Shh.. Yyeess" desisnya sambil kumainkan clitorisnya dengan jariku. "Oohh.. Viir.. Eehhmm.. Mmpphh.. Jilat.. Vii.. Jilat..!" desahnya nikmat. Rara berdiri dan mengangkangi kepalaku "Jilat Vir.. Jilat vaginaku.. Oohh.. Mhh" jeritnya tertahan saat aku menjilat dan mengulum clitorisnya sementara Nini masih mengoralku dan tangan kirinya menggosok vaginanya sendiri. Aku meminta Nini berhenti mengocok penisku dengan mulutnya, lalu kuminta Nini memperagakan gerakan mulutnya seperti di kamarnya, dan dia mulai dengan gerakan-gerakan itu. Rara melotot melihatnya terkagum kagum. "Nini, gantian gua mau coba, ajarin gua ya" pinta Rara. Lalu Rara mulai memasukkan penisku ke dalam mulutnya. Baru sampai setengahnya, Rara sudah tersedak. Nini mengajari Rara bagaimana cara mengendalikan otot lehernya agar penisku bisa masuk ke tenggorokannya, lalu Rara mencoba dengan gerakan menelannya. Lumayan, Rara bisa sedikit walaupun masih diiringi dengan batuk berkali kali. Rara kelelahan, lalu melepaskan penisku dari mulutnya. Aku berdiri, lalu meminta Rara berlutut di atas karpet dan menghadap sofa. Aku berlutut di belakangnya dan menggesekkan penisku ke vaginanya. "Sshh.. Vir.. Masuukkiinn Ssaayy.. Sshh.. Yyeess..!" jeritnya saat penisku memasuki vaginanya yang sudah basah karena jilatanku ditambah penisku yang juga sudah basah karena ludah Nini yang sejak tadi mengoralku. "Sshh.. Ach.. Ach.. Aacchh.. Teruss.. Aacchh.. Teruss say.. Fucckk.. Mmee.. Aacchh.. Yyeeaah.. Thatss.. Goodd.. Ffuuckk.. Mee" desahnya sambil kedua tangannya meremas sandaran sofa. Aku menggenjot Rara dengan ritme teratur. Nini tidak tinggal diam, badannya disusupkan telentang di bawah badan Rara. Kepalanya sekarang berada tepat di bawah vagina Rara sehingga dapat melihat dengan jelas penisku yang keluar masuk vagina Rara. Ditariknya bantal dan ditempatkan di bawah kepalanya. Nini mulai menjilati klitoris Rara dan penisku setiap kali penisku keluar dari vagina Rara. Rara tampak sangat menikmati tusukan penisku dan jilatan Nini. "Aahh.. Aakkuu.. Kkeelluuaarr.. Ohh.. Ohh.. Aacchh.. Yyeess.. i'm cumming!" jeritnya menikmati saat mencapai klimaks sementara penisku terasa dipijat dan diremas-remas oleh vaginanya yang mengeluarkan cairan hangat dan menyiram batang penisku. Kucabut penisku, ganti Nini menghisap vagina Rara dan menjilati seluruh cairan yang keluar dari vagina Rara. Aku mulai mengarahkan lidahku ke anus Rara, kudorong lidahku dalamdalam lalu kusedot kuat-kuat. Rara berkelojotan diserang oleh kami berdua hingga Rara ambruk menindih Nini yang berada di bawahnya. Lalu aku berciuman dengan Nini sambil sesekali menjilat vagina dan anus Rara yang berada tepat di hadapan kami berdua. Sekarang Nini duduk menghadap kami berdua sambil meraba dan melakukan masturbasi. Keadaan ini membuatku semakin bersemangat, lalu kuminta Rara untuk mengubah posisi dan menggenjotnya. Aku mendudukkan Rara di meja dan aku berada di depannya. Rara telentang di atas meja. Aku mengangkat kedua kakinya dan aku letakkan di pundakku hingga membuat penisku langsung menghadap vagina Rara. Kumasukkan batang kejantananku dan aku menggenjot Rara lagi. Nini naik ke atas meja dan menduduki wajah Rara hingga mau tak mau Rara mengeluarkan lidahnya dan mengadukaduk vagina Nini. Sesekali Nini juga menyodorkan anusnya untuk dijilat Rara hingga tak ada jalan lain bagi Rara untuk juga menjilati dan menyedotnya. "Shh.. Aahh.. Yyeess.. Keluarin.. Ach. Ach.. Yyeeahh" desahnya nikmat. Sementara tanganku masih meremas kedua payudaranya, kedua tangan Rara mencengkeram pinggir meja makan dan.. "Oohh.. Vir.. Aammppuunn.. Aakkuu.. Gaakk.. Kuuatt..!" jeritnya menikmati klimaks untuk kedua kalinya. Lalu Rara berdiri dan menciumku. "Makasih ya Viir.. Kontol kamu enak banget" bisiknya.

86

Sementara Nini yang masih mengusap dan memasukkan jarinya ke vaginanya mendorongku hingga telentang dan memasukkan penisku yang masih tegang agar masuk ke vaginanya. Nini mulai menggenjot. Kuraih kepala Rara, kucium lalu kuminta dia agar menghisap anus Nini dari belakang. Rara segera melakukan yang kuminta, jarinya didorong memasuki anus Nini dan mengocoknya dari pelan menjadi semakin cepat. "Oohh.. Ra.. Kamu nakal.." jerit Nini nikmat ketika aku menyodok vaginanya dengan penisku serta Rara mengorek anusnya. "Cepet Say.. Cepet Say.. Aku.. Keluar.. Aakkuu.. Aahh.. Aahh..!" jerit Nini, badannya bergetar mencapai klimaks. Aku terus menggenjot Nini dan.. "Aahh.. Nini..!" jeritku. Nini buru-buru mencabut dan menghisap penisku. Aku klimaks lagi. Nini menelan sebagian spermaku dan Rara menghampiri untuk minta bagian. Lalu mereka saling berciuman dengan hangat dan bermain-main dengan spermaku. Kemudian Rara terduduk memandangiku sambil tersenyum. Setelah itu aku mandi dan mengganti baju di kamar. Dari kamar mandi yang pintunya tidak kututup, aku dapat mendengar pembicaraan mereka. "Wah.. Ni, gila bener lu.. Permainan lu menakjubkan, pantas saja kata Virano, lu is the best, kalian seimbang ya?" kata Rara. "He is the best for me too Ra.., waktu pertama kali main sama dia, agak kewalahan juga gua, kalo sekarang gua dan dia udah biasa dan memang gua rasa, kami seimbang dan cocok. Gua bisa sangat terbuka, demikian juga dia dalam soal sex. Padalah gua juga baru kenal 3 hari yang lalu, tapi rasanya sudah kenal berbulan-bulan" kata Nini. "Gua baru kali ini main bertiga gini lho" kata Rara. "Gak pa-pa lah. Buat sekali-kali cari sensasi. Dari pada ama suami sendiri terus. Bosen. Gayanya gitu-gitu aja kan?" Nini membalas. "Tapi jujur lho. Baru kali ini gue ngesex dengan sepenuh hati kaya tadi. Nafsu birahi benar benar membakar tubuhku, gua nggak sadar kenapa bisa gua lakukan hal-hal seperti tadi" kata Rara lagi. Aku keluar dari kamar mandi lalu berbaring kecapaian di ranjang. Sementara Nini dan Rara terus mengobrol, aku tertidur. Pada jam 5 aku terbangun, kulihat mereka telah tertidur di sampingku. Kujilat puting susu Nini lalu beralih ke vaginanya. Nini terbangun lalu tangannya bergerak mencari penisku, dielus elus dan dikocoknya. Aku mendekat ke telinga Nini. "Mau sensasi lebih?" bisikku. "Siapa lagi?" rupanya Nini mengerti maksudku. "Arif" sahutku pelan. "Lebih baik jangan, karena tampaknya dia tahu siapa aku" sahutnya, aku membenarkannya. "OK, kita keluar malam ini bertiga, kamu boleh menentukan cowok yang kamu sukai, nanti biar aku yang atur" kataku. "Deal" sambutnya. Setelah makan malam, kami bertiga mengunjungi sebuah club yang berada di tepi pantai kawasan Legian. Nini memakai rok terusan ketat mini warna kulit berbahan kaus tipis agak transparan mencetak tubuhnya, tanpa lengan dengan belahan V yang rendah hingga memperlihatkan sebagian buah dadanya yang tidak mengenakan BH. Rara mengejutkanku, dia memakai rok terusan hitam yang dia pakai saat pertama kali ngesex denganku 7 tahun silam, namun kali ini dia tidak mengenakan BH. "Hey, Ra.. Aku masih ingat baju itu, kamu masih menyimpannya?" aku bertanya. "Sejak saat itu aku simpan dan tidak pernah kupakai, baru kali ini kupakai lagi" jawabnya. Saat beberapa gelas minuman telah habis, Nini mulai tampak liar, berdansa meliuk-liukan badannya sambil tangannya terkadang diangkat ke atas membuat rangsangan pada kaum lelaki. Karena club ini open air dan tidak ada AC, sebentar saja tubuh Nini telah berkeringat hingga membuat bajunya basah dan memperlihatkan bentuk tubuhnya dengan jelas. Bagian dadanya sangat jelas tampak dengan puting yang tercetak di dadanya. Sedangkan Rara pun telah bergelayut di leherku sambil menggoyang-goyangkan tubuhnya hingga kembali membuat penisku menegang sementara Nini di sampingku. Kulihat seorang pria mencoba mendekati Nini dan bergoyang di depannya. Nini dengan demonstratif menari semakin erotis di hadapan pria itu. Kulihat pria tersebut, lumayan keren.. Akhirnya kulihat Nini sudah memegang pinggang cowok tersebut sambil menggesekkan bagian bawah perutnya ke penis cowok tersebut hingga keenakan cowok tersebut dibuatnya. Terlihat cowok tersebut memegang erat pantat Nini dan meremasnya. "Vir.. Kenapa kamu biarkan Nini seperti itu? Kamu nggak marah..?" Rara bertanya. "I am an easy going person, Sayang, kalau dia senang melakukan itu, biarlah dia melakukannya" jawabku. "Kalian sangat moderat ya" bisiknya. Sambil masih berpelukan dengan cowok tersebut, Nini melangkah mundur mendekatiku lalu menyandar di badanku sehingga tangan cowok tersebut terjepit di antara Nini dan aku, tapi cepat cepat ditariknya tangannya. Nini menarik tangan kiriku dan dibawanya ke pantatnya kemudian aku raba pantatnya sampai ke pinggangnya. Kubisikan sambil kujilat telinganya di depan muka sang cowok.. "Kamu nggak pakai CD ya?" Nini membalikkan wajahnya sambil tersenyum padaku. "Katanya disuruh cari sensasi baru?" jawabnya manja sambil diraihnya kepalaku dengan tangan kanannya, lalu kami berciuman. Sementara tangan kananku masih memeluk Rara, jari kiriku kumasukan ke mulut Nini agar basah, lalu menjalar ke balik roknya mencari lubang anusnya. Setelah kutemukan, kukorek

87

dan kumasukkan jariku ke dalam anusnya. Nini menggelinjang lalu diraihnya tangan kiriku dan dibawanya ke arah dadanya melewati pinggangnya lalu kuremas dadanya. Tak hanya sampai di situ, tangan kiri Nini menjalar ke belakang menggapai penisku yang telah mengeras lalu diremas-remasnya dengan penuh nafsu. Nini melakukan semua itu dengan liarnya di depan hidung sang cowok itu hingga cowok tersebut memandang sampai terbengong-bengong tak dapat berkata apa pun melihat kelakuan Nini. Akhirnya Nini melepaskan ciumannya padaku dan kembali menghadap ke depan lalu menarik leher cowok tersebut. Kudengar Nini berkata.. "Tadi lu ngajak gua ngewe kan?" Cowok tersebut masih bengong. "Dia ini cowokku, tapi gua malam ini mau cowok satu lagi, kalau lu bisa penuhi dua syarat gua, mungkin lu bisa ikut kami bertiga sekarang" Nini berkata lagi. "Syaratnya apa?" tanya cowok tersebut. "Pertama gua mau coba lidah lu di vagina gua sekarang" Wah, Nini sangat liar malam ini, pikirku. "Kedua, kontol lu musti setidaknya sama besar dan panjang seperti cowok gua" tantang Nini. Aku setengah terkejut mendengar syarat Nini tapi aku juga tersenyum mendengar persyaratan yang kedua itu. Mungkin cowo tersebut sudah sedemikian bernafsunya sehingga mengiyakan saja syarat yang diminta Nini. Kebetulan meja kami berada di pojok dekat pinggir laut dan berada di kegelapan. Nini yang duduk di kursi tinggi lalu menarik roknya ke atas serta membuka kakinya. Cowok tersebut menunduk dan mulai menjilat vagina Nini sementara Nini tetap menggoyangkan badannya. Sekitar semenit cowo tersebut menjilat vagina Nini lalu Nini menghentikannya. "Sudah, sudah, not bad.." kata Nini akhirnya. "Sekarang lu kan sudah terangsang jilatin vagina gua, coba gua pegang kontol lu", dengan enteng Nini meraih celana cowok tersebut lalu membuka ritsletingnya dan mengeluarkan penis cowok tersebut. Berukuran kira-kira 13 cm, tapi lingkarannya kecil, mungkin 3 cm saja. Hmm.. Aku tersenyum melihatnya. "Nggak lulus, punya cowok gua lebih panjang dan besar, perlu bukti??", Nini meraih celanaku dan mengeluarkan penisku yang masih lemas. Nini menundukkan kepalanya lalu mulai menjilat dan menghisap penisku. Seketika itu pula penisku mengeras namun belum sempurna. Nini melepaskan kulumannya dan meminta cowok tersebut untuk melihatnya. "Percaya?" kata Nini sambil dengan kurang ajar sedikit mendorong kepala cowok tersebut ke bawah untuk dapat melihat dengan jelas penisku. Cowok tersebut pergi meninggalkan kami dengan kecewa dan Nini hanya tertawa sambil meneruskan goyangannya. Untung saja kami berada di pojok kegelapan dan yakin bahwa tidak ada orang yang mengetahui perbuatan Nini tadi. "Huuh.. Apakah sensasiku cukup menarik buat kamu, Sayang?" kata Nini. "Lu gila Ni.. Gimana kalau cowok tadi marah lu permainkan gitu?" kata Rara. "Kalau dia marah, paling-paling gua kasih blow job, bereslah" jawab Nini seenaknya. "Mau di sini terus atau mau pindah?" ajak Nini. "Pindah aja" tegas Rara. "Pusing gua liat Nini, lama-lama jadi horny lagi gua" lanjutnya. "Bukannya memang udah horny lu, tuh ada Virano bisa bantuin lu, atau mau sama gua lagi? Tapi Virano juga musti ikut, soalnya gua kan bukan lesbi asli" kata Nini seenaknya. "Mumpung di Bali, jarang ada yang kenal, kalau di Jakarta nggak mungkin lah gua kaya begitu" katanya pula. Lalu kami meninggalkan tempat itu menuju hotel. Aku dan Nini berdua mengeroyok Rara habis-habisan sampai Rara berteriak menyerah setelah orgasmenya yang ke-5, sedangkan aku dan Nini masing masing orgasme sekali. Lalu kami mengantar Rara pulang ke rumahnya dan kami kembali ke hotel melanjutkan nafsu yang tertahan karena aku masih ingin memberi kenikmatan lebih pada Nini. Jam sudah menunjukkan pukul 5 pagi. Sore harinya Rara akan datang kembali ke hotel. Aku dan Nini kembali ke Jakarta pada hari Senin dengan pesawat yang berbeda tentunya. Hubungan sex-ku dengan Nini terus berlanjut 3-4 kali dalam sebulan dan berlangsung kurang lebih selama 3 tahun. Kalau di Jakarta pasti dilakukan di rumahnya, tapi kadang kami juga pergi ke luar kota atau luar negeri. Variasi dan teknik permainan Nini yang begitu beragam seakan tidak pernah ada habisnya, selalu saja ada kejutan-kejutan baru yang sampai dengan saat tulisan ini dibuat, menurutku she is the best amongst all up to now. Saat itu pernah aku berpikir, tidak heran bahwa Nini dapat memperoleh kehidupan yang sedemikian mapan serta teknik permainan sex yang luar biasa seperti itu karena mungkin hal ini memang sangat berhubungan erat dengan pekerjaan dan karier yang dibinanya selama ini. Profesinya itulah yang kubiarkan tetap menjadi misteri dalam cerita ini, barangkali saja ada pembaca yang bisa mengungkap. Atau mungkin saja ada di antara pembaca yang juga pernah berhubungan dengan Nini sehingga tentunya akan dengan mudah menebak siapa dia sebenarnya. Pengalamanku ini adalah pengalaman pertama aku merasakan kehangatan tubuh wanita. Namun untuk mempermudah memahami kisah-kisahku, maka pengalaman pertama ini kutulis belakangan setelah kisah-kisahku bersama para wanita kubagikan dalam cerita sebelumnya. Aku menganggap bahwa dengan menuliskan pengalaman pertama ini setelahnya, maka para pembaca akan dapat menarik kaitan antara cerita satu dengan yang lainnya. Cerita ini terjadi sekitar tahun 1991 ketika aku masih kuliah di Bogor. ***** Dengan bergantinya tahun akademik, maka aku memutuskan untuk pindah kos ke daerah pinggiran Kota Bogor. Toh kuliahku juga sudah tidak terlalu padat lagi, tinggal satu semester dan setelah itu mulai penyusunan skripsi. Setelah cari sana cari sini akhirnya kudapatkan sebuah paviliun berukuran 5 X 4 di sebuah kampung dengan kamar mandi di dalam. Rumah ini terletak bukan di kompleks perumahan, melainkan hanya di sudut perkampungan warga biasa. Saat itu kondisi Bogor masih sejuk dan jarak antar rumah di daerah itu masih agak jarang. Pemilik rumahku seorang pegawai negeri yang sudah MPP dengan istrinya yang berjualan di Pasar Ramayana. Anak-anak mereka sebagian sudah berkeluarga dan tinggal di Jakarta. Yang bungsu sedang melanjutkan kuliah di Bandung. Pertama kali tinggal di sini aku sudah merasa kerasan. Lingkungannya tidak terlalu ramai, tetapi angkutan ke kota dan ke kampus relatif lancar dan sampai malampun masih ada. Kalau siang hampir semua tetangga bekerja. Meskipun kalau siang sepi namun menurut bapak kosku lingkungan ini aman. Tidak pernah ada kejadian kehilangan jemuran atau sandal yang diletakkan di luar. Ada yang menjadi

88

karyawan swasta, buruh atau pegawai negeri. Hampir setiap orang di lingkungan ini saling mengenal sehingga akupun merasa at home. Rumahku terletak di sudut kampung, di depan dan samping rumah adalah kebun dan sawah. Jendela nako di kamarku menghadap ke pekarangan tetangga di belakang. Namanya Pak Suhaidi, kami biasa memanggil Pak Edi atau kadang Pak Hadi. Istrinya dipanggil Ibu Heni, umurnya tiga puluhan. Beda umur keduanya cukup jauh sekitar sepuluh tahun. Pak Edi bekerja di lingkungan kampusku meski berbeda fakultas sebagai staf administrasi. Ibu Heni di rumah saja, namun kadang kulihat ia membawa baju untuk dikreditkan kepada orang-orang menengah ke bawah di dalam lingkungan kami. Anaknya laki-laki kelas empat SD, namanya Eka. Agak nakal tapi masih dalam batas-batas kewajaran. Satu hal yang kuperhatikan bahwa Pak Edi tidak pernah pergi bersamasama dengan Ibu Heni. Aku sebagai warga baru tentu tidak sopan untuk mencari tahu tentang hal ini. Namun lama kelamaan kudengar bahwa memang begitu dari dulu. Katanya mereka dijodohkan dan Ibu Heni sebenarnya tidak mencintai suaminya. Selentingan lain yang kudengar Ibu Heni dulu pernah terlibat affair dengan seorang pejabat. Namun beberapa lama tinggal di sini kelihatannya mereka akur-akur saja, tidak pernah terdengar ribut-ribut atau kata-kata keras bernada tinggi dari rumah itu. Wajah keduanya memang bertolak belakang. Pak Edi seorang yang gemuk, pendek dan raut mukanya seram meskipun sebenarnya ramah juga kalau diajak ngobrol. Ibu Heni terlihat sebagai seorang wanita yang pandai merawat dirinya dan menampilkan pesona dirinya. Ia aktif ikut berbagai kegiatan, mulai dari senam di lingkungan ibu-ibu PKK dan pada sebuah sanggar senam di Bogor, arisan ibu-ibu di lingkungan serta kegiatan lingkungan lainnya. Tubuhnya terlihat segar dengan senyum yang selalu mengembang. Wajahnya cantik, kulitnya putih, badannya sintal dengan tinggi sekitar 163 cm dan berat seimbang. Dadanya montok, rambutnya berombak kecil dipotong sedikit dibawah bahu. Kalau kuperhatikan ia merupakan perpaduan tubuh Chintami Atmanegara dan wajah Cucu Cahyati. Bulu halus menghiasi kakinya, mulai dari paha sampai ke betisnya. Kelihatan indah sekali kalau dia pas mengenakan celana pendek. Kaki kirinya mengenakan gelang kaki dengan bandul yang beradu setiap kali dia berjalan. Crik.. Crik.. Criikk, selalu kudengar bunyi itu kalau dia berjalan. Setiap pagi Ibu Heni menyapu halaman rumahnya. Aku sering mengintipnya dari jendela nako kamarku yang berkaca gelap dan kututup. Halaman rumahnya agak rimbun dengan berbagai tanaman perdu. Kadang ia menyapu ke arah kamarku dengan menggunakan daster longgar, tetapi tangan yang satunya selalu menutupkan leher dasternya ke dadanya sehingga aku tidak bisa menikmati buah dadanya. Kalau sedang menyapu pantatnya bergoyang-goyang Kelihatannya ia seolah-olah menyadari kalau sering kuintip. Kalau sudah begitu ia melepaskan tangan yang menutup leher dasternya, namun arah menyapunya berubah menyamping sehingga yang kelihatan hanyalah silhouet tubuhnya dengan segumpal daging yang menggantung di dadanya. Tinggal aku di balik jendela nako hitam sedang meremas dan mengocok kemaluanku dengan membayangkan sedang menggumuli tubuh Ibu Heni sampai akhirnya mencapai klimaks. Sehari-hari aku disibukkan dengan jadwal kuliah, praktikum dan laporannya. Ada satu dua teman yang datang dan minta advis untuk bermacam-macam masalah. Mulai dari masalah perkuliahan sampai pacaran dan masalah pribadi lainnya. Rasanya aku dipandang sebagai orang bijak yang mampu memecahkan masalah teman-teman. Kalaupun aku tidak menemukan jalan keluarnya paling tidak ada yang mendengarkan keluhan, kata mereka. Dengan nada bercanda sering kukatakan pada teman-temanku satu hal yang aku tidak mau dengar yaitu kurang duit, karena aku juga tidak punya kemampuan untuk menyelesaikan atau membantu. Kadang aku merasa tidak enak mengetik sampai larut malam karena mengganggu tetangga. Ketika kutanyakan pada bapak kosku, ia mengatakan tidak apa-apa karena toh jarak antar rumah agak jauh. Saat itu komputer belum banyak dipakai. Lagian kata dosenku ia lebih menghargai laporan dengan mesin ketik manual, karena orisinalitasnya. Kalau menggunakan komputer paling hanya copy file dan kemudian diedit sedikit. Kalau bertemu dengan Ibu Heni selama ini aku hanya tersenyum dan menganggukkan kepala. Kalaupun keluar suara hanya sekedar selamat pagi, siang, sore. Suatu sore ia berdiri di dalam pagar pekarangannya dan memanggilku yang baru pulang dari praktikum. "Anto.. Dik.. Dik Anto sebentar Dik. Ada perlu sedikit," katanya dengan suaranya yang manja dan merdu. Aksennya ringan, khas Sunda. "Ada apa Bu? Apa yang bisa saya bantu?" kataku. "Saya ada perlu nih. Masuk dulu yuk. Nggak enak bicara di pagar. Nanti disangka sedang nagih hutang". Ia kemudian membuka pintu pagar sampingnya dan aku masuk ke dalam pekarangannya. Beberapa sudut rumahnya cukup terlindung oleh rimbunnya dedaunan perdu sehingga tidak terlihat dari luar pagar. Beberapa tempat di atas pekarangannya ditanami dengan rumput manila. "Eka cawu kemarin rapornya jelek. Dapat ranking sepuluh dari belakang. Makanya kalau Dik Anto bisa, saya mau minta tolong agar bisa kasih pelajaran tambahan, les begitu, untuknya. Nanti ada upah lelahnya lho," katanya lagi. "Ah Ibu kok sungkan begitu. Saya dengan senang hati mau bantu. Tapi saya tidak mau dibayar kok," jawabku. "Jangan begitu Dik, saya yang jadinya nggak enak. sudah minta tolong tidak tahu berterima kasih," rayunya. "Begini saja Bu, saya akan kasih les pada Eka kapanpun sepanjang Eka mau dan saya ada di rumah, karena kadang ada perubahan jadwal kuliah. Mengenai lain-lainnya saya serahkan saja pada Bu Heni," kataku memutuskan. Bu Heni setuju dengan keputusanku tadi dan iapun mengucapkan terima kasih berkali-kali. Akupun mohon diri dan secara tak sengaja tanganku bergesekan dengan tangannya ketika menutup pintu pagar. Terasa lembut dan halus. Dadaku berdesir dan berdebar-debar. Aku jadi salah tingkah ketika berjalan pulang ke kamarku. Mulai saat itu Eka menjadi muridku. Kemampuan otaknya sendiri memang lemah, tapi ia mempunyai semangat untuk belajar sehingga perlahan-lahan nilainya di sekolah mulai membaik. Ibu Heni sangat senang dengan perkembangan Eka. Kalau Eka datang ia membawa kue titipan ibunya untuk kami makan bersama-sama sambil belajar. Uang yang diberikan Ibu Heni sebenarnya kutolak, tapi karena ia selalu memaksa terpaksa kuterima juga. Menurutku Ibu Heni terlalu banyak membayarku untuk waktuku memberikan les privat kepada anaknya. Suatu sore sekitar jam empat sepulang dari kampus aku melihat dari belakang tubuh Ibu Heni yang baru pulang senam. Ia mengenakan kaus tipis warna merah muda yang ditutup jaket training Pak kuning dengan garis putih. Sungguh serasi dengan warna kulitnya. Leher belakangnya masih terlihat berkeringat. Kembali dadaku berdesir melihatnya. Aku menyusul langkahnya, tapi sebelum menjejerinya ia kebetulan menoleh ke belakang. "Eiit.. Dik Anto. Baru pulang kuliah?" tanyanya. "I i.. I.. Iya Bu," jawabku tergagap. Sepanjang gang yang kami lalui terlihat sepi. Kusejajarkan langkahku dengan langkahnya. Ritsluiting jaketnya terbuka setengah sehingga dadanya yang terbungkus kaus tipis tampak menonjol ke depan. Tangan kami bersinggungan dan seolaholah tanpa sengaja telapak tangannya memegang telapak tanganku sebentar. Badanku panas dingin. Ibu Heni hanya tersenyum saja. Sampai di kamar pikiranku menjadi tidak keruan. Sambil berganti celana pendek dan t-shirt kulihat dari jendela Ibu Heni sedang makan es cream menghadap kamarku. Ia mengulum es krimnya dengan nikmat sekali. Kubayangkan ia sedang menjilati kemaluanku. Langsung saja aku BT (Bawah Tegang). Kututupkan kaca nako, korden dan kuintip dia dari balik korden. Kembali fantasiku melayang dan tanganku sudah menggenggam dan mengusap adik kecilku yang meronta-ronta. Belum sampai klimaks Ibu Heni sudah masuk ke dalam rumahnya. Dengan mendengus kecewa kuhentikan kegiatan tanganku. Kuputuskan kuteruskan saja nanti malam sambil berbaring. Pintu kamar kubuka. Udara terasa panas karena mendung, kemudian kuhidupkan kipas angin. Kurapikan mejaku yang berantakan dengan membelakangi pintu. Karena asyiknya membereskan meja aku tidak menyadari ada orang lain yang masuk ke kamarku. Aku baru sadar ketika perasaanku kemudian mengatakan ada orang di belakangku. Aku menengok ke belakang dan.. "E e e.. Eh, Ibu. Ma.. Ma. A.. Aaf saya hanya pakai celana pendek," kataku terbata-bata ketika tahu bahwa yang masuk kamarku adalah Ibu Heni. "Nggak apa-apa. Saya yang minta maaf karena masuk tanpa mengetuk pintu. Kulihat kamu lagi sibuk beresin meja" katanya, "Eka aya di dieu To? Urang balik tadi masih ada di imah, sekarang geus ngilang. Ka mana eta budak?" Dia menanyakan apakah Eka, anaknya, ada disini, karena waktu di pulang Eka masih ada di rumah. "Nggak ada Bu, saya sendirian aja dari tadi". Ia menatapku tajam. Aku menghindar dari tatapannya, namun aku mencuri pandang mengamatinya. Ia maih mengenakan kaus tipis merah jambu yang dipakainya tadi dan di bawah ia hanya mengenakan celana pendek sebatas paha berwarna biru. Paha bawahnya terlihat putih. Bulu-bulu halus terlihat di paha sampai di betisnya. Aku menelan ludah dan keringat dingin mulai menitik di pori-poriku. Badanku panas dingin dan gemetar, mukaku memerah. Ibu Heni mendekatiku dan memegang tanganku. "Kamu sakit To, minum obat dulu gih!" katanya. ("Alamak, kalau sakit begini cocoknya minum obat kuat Bu, mungkin kalau di sini ada kuku bima TL langsung kuminum", keluhku dalam hati.) "Nggak kok bu, saya nggak apa-apa," kataku sambil menepis tangannya dengan halus. Tetapi kemudian justru tangannya menangkap dan memegang tanganku, kemudian diusap-usapnya bulu tanganku yang tumbuh jarang. Sekujur badanku meremang. Aku menahan desakan di balik celana pendekku. Adik kecilku mulai ingin ikut mencampuri urusan orang dewasa dan berontak. Dilepasnya tanganku dan Ibu Heni berjalan ke arah pintu, celingukan memperhatikan sekelilingnya sesaat, kemudian sandalnya dan sepatuku diangkat dan dimasukkan ke dalam kamar. Ia menutup pintu, menguncinya dengan gerendel dan kembali berjalan ke arah tempatku berdiri dan berhenti setengah

89

meter di depanku. Aku tidak berani menatapnya. Ia diam saja di depanku dan kedua tangannya memegang, mengusap pipiku kemudian mengarahkan mukaku untuk menatapnya. Bau parfum yang lembut bercampur dengan bau tubuhnya bagaikan sebuah feromon pemikat lawan jenis. Lututku gemetar seakan tidak kuat menahanku berat tubuhku. Terpaksa kutatap wajahnya. Begitu indah dengan leher jenjangnya yang masih berkeringat. Ia menatapku dengan tersenyum. Mulutnya yang merekah merah mengeluarkan napas segar, bau harum mint. Setelah kupaksakan menatap dan melihatnya, baru aku tahu bahwa bra-nya yang berwarna putih terlihat kontras dengan kausnya, menutup hanya puting dan sepertiga buah dadanya yang seakan-akan mau tumpah keluar semuanya. Kepalaku berdenyut-denyut, mataku mulai berkunang-kunang dan agak kabur. Ia memegang tanganku dan mendekapkan dengan kedua tangannya di dadanya. Gemuruh di dadaku seakan mau meledak. Kemudian dilepasnya tanganku dan dia merebahkan kepalanya di dadaku. Tubuhku serasa melayang tidak menginjak bumi. "Ja.. Ngan Bu, nanti sebentar lagi Bapak pulang," kataku. Ia hanya tersenyum saja. "Pak Edi pulangnya nanti malam, Bapak dan Ibu kosmu pulang kampung selama tiga hari. Ini kuncinya dititip sama aku tadi siang," katanya sambil merogoh kantung celananya dan mengeluarkan kunci rumah induk. Aku kehabisan kata-kata, mulutku terkunci rapat. Di luar gerimis mulai turun. Sekilas ada rasa takut yang menyergapku, takut ketahuan oleh seseorang. Ibu Heni menyapukan bibirnya ke bibirku dengan lembut. Aku tidak berani membalasnya. Ia kemudian mengulangi dan melumat bibirku. Dengan kaku kubalas lumatannya. Terasa lembut dan nikmat sekali bibirnya. Lama kelamaan ciumanku berubah menjadi lumatan ganas. Aku dulu pernah berciuman dengan gadisku, tapi tidak seganas dan sebuas ini. Lidahnya mendorong lidahku dan menyelusuri rongga atas mulutku. Aku membalasnya, kudorong lidahnya, dia menyedot lidahku. Apapun yang dia lakukan kubalas dengan hal yang sama. Lihai sekali dia dalam berciuman. Aku mendapat banyak pelajaran dari Ibu Heni dalam teknik berciuman. Kepalanya miring sehingga mulut kami bisa saling menyedot. Suara kecipak perpaduan bibir kami mulai terdengar. Desakan dari balik celana pendekku mengganjal perutnya dan ia semakin menekan selangkanganku dengan kuat. "Lepas bajunya dulu, To!" ia menyuruhku. Kulepas kausku, dan sekaligus kulepas celana pendek dan celana dalamku dalam sekali gerakan. Dadaku yang bidang dan berbulu lebat membuatnya berdecak kagum. Kejantananku langsung mencuat keluar dalam kondisi lurus, bahkan sedikit mengacung ke atas. Kepala penisku lebih besar dari batangnya, kelihatan kemerahan dan mengkilat karena dari lubangnya sudah mulai keluar cairan bening agak kental dan lengket. Kalau ukuran batangnya menurutku normal-normal saja, namun karena kepalanya lebih besar secara keseluruhan maka terlihat lebih besar dari ukurannya. "Hmm.. Besar di ujung, pasti hebat permainanmu," komentarnya. Diusapnya lubang kejantananku dengan ibu jarinya dan diratakannya cairan bening yang keluar tadi di atas kepalanya sehingga kini semakin mengkilat. Diusap-usapnya kepala penisku sampai membesar maksimal. Hujan telah turun dengan deras, udara mulai terasa dingin. Ibu Heni melepaskan pelukannya. Dengan gerakan pelan dan gemulai ia melepas kausnya dan kemudian melepas celana pendek dan celana dalamnya. Tangannya membuka kancing bra-nya dan sebentar ia sudah dalam keadaan bugil. Aku benar-benar tercengang melihat keindahan tubuh yang selama ini hanya ada dalam fantasiku. Perutnya masih terlihat datar dengan gunung kembarnya yang puncaknya kemerahan yang menggantung bebas. Kini kami berdua sama-sama dalam keadaan polos tanpa selembar benangpun. Selang beberapa menit kemudian Ibu Heni berkata ditelingaku dengan lirih, "Kita ke ranjang.. Sa.. Yang..". Dengan naluriku tiba-tiba saja aku langsung menyergapnya dan mengulum bibirnya, dan dia membalasnya dengan sangat liar, kemudian aku merasa penisku semakin tegak dan terasa lebih keras dari biasanya. Aku berbaring di ranjang dan Ibu Heni merangkak di atasku. Dadanya disodorkan ke mulutku dan dengan rakus kusedot dan kujilati buah dadanya. Aku tidak tahu apa yang mesti aku lakukan selanjutnya tetapi Ibu Heni pasti akan memberitahuku. Tangan dan mulutnya menarik-narik bulu dadaku dengan lembut. Sekali waktu dia menarik terlalu keras karena gemasnya. Aku terpekik."Ouuw.. Pelan sedikit Bu. Sakit..". "Habisnya gemas melihat bulu dadamu". Dia terus memintaku meremas-remas payudaranya dan menghisap putingnya secara bergantian. Kemudian aku disuruh menjilat vaginanya yang basah dan tampak kemerahan, tetapi aku tidak bisa melakukannya karena ada perasaan aneh. Melihat hal itu ia mengambil inisiatif. "Kayaknya Ibu yang harus memberikan pelajaran kepadamu nih..!!" Katanya lirih, lalu dia mulai menjilati tubuhku dari mulai leher perlahan-lahan turun kebawah dan berhenti disekitar paha. Dia juga menjilati biji zakarku. "Agh.. Ugh.. Ouhh.. Enak Bu.. Ugh..!!" desahku. "Hari ini aku benar-benar mendapat durian runtuh," pikirku. Hal yang belum pernah kualami akan kurasakan sore ini. Ibu Heni menggigit pahaku di bagian dalam dekat pangkal paha seolah-olah mengingatkan ini bukanlah mimpi tetapi kenyataan yang benar-benar sedang kualami. Ibu Heni terus melanjutkan aksinya, kini dia jongkok di atas pahaku. Tangannya meremas kejantananku dan menggoyangkannya sebentar. Digesekkannya kepala kejantananku pada bibir vaginanya, kemudian ia menurunkan pantatnya. Kepalaku sudah tertelan dalam vaginanya. Terasa vaginanya berair. Dengan pelan pantatnya bergerak turun sambil memutar-mutar. Kejantananku terasa ngilu dibuatnya. "Ibu masukin ya. Ayo To..!! Dorong ke atas, tunggu.. Ibu ganjal dulu pantatmu dengan bantal..!!" ia memberi komando. Diganjalnya pantatku dengan bantal, kuangkat pantatku sedikit untuk memudahkannya mengganjal pantatku dan kemudian pantatnya semakin turun. Aku yang masih hijau mengikuti apa yang dimintanya. Dan perlahan penisku masuk ke dalam lorong hangat yang belum pernah dilewatinya. Aku merasakan penisku dihimpit oleh benda hangat dan basah, sebuah sensasi yang belum pernah kurasakan sebelumnya. "Agh.. Auw.. Ooh.. Nikmat sekali rasanya, To.. Goyangkan pinggulmu!!" rintihnya terbata bata. Kugerakkan pinggulku memutar berlawanan arah dengan gerakan pingulnya. Dibenamkam penisku dalam dalam sampai terasa tidak bisa masuk lebih dalam lagi, dan Ibu Heni menjerit. Tangannya memainkan putingku dan sesekali menjilat dan mengisapnya. Aku menggigit bibir menahan rangsangan. Dia terus menggoyangkan pinggulnya dengan teratur dan makin lama makin cepat. "Ouchh.. Agh.. Ugh.. Ooo.. Yes..!!" desisnya terdengar berulang-ulang. Aku mempercepat gerakanku mengimbanginya dan makin cepat lagi sampai akhirnya. "Bu.. Aku.. Mau keluar nih.. Ouw..!!" memang kurasakan jepitan vaginanya semakin keras dan kuat sampai sampai penisku terasa ngilu, aku terus mempercepat gerakanku, dan mulai merasakan sesuatu terjadi pada tubuhku.. "Aku.. Bu.. Aku," aku memberontak. Ibu Heni tahu aku mau mencapai puncak, dilepaskannya kemaluanku dari kemaluannya dan kini dikocoknya kemaluanku dengan tangannya yang halus. Beberapa detik kemudian cairan

90

kental menyemprot beberapa kali keluar dari kemaluanku. Mulutnya mendekat ke kejantananku dan menampung sperma yang memancar deras. Beberapa percikan di antaranya sempat lepas dari penjagaan mulutnya. Kurasakan semprotannya sangat kuat sampai sebagian yang tidak tertampung dalam mulut Ibu Heni membasahi dadaku. Dengan hati-hati Ibu Heni menjilati dan menelan spermaku yang tercecer di tubuhku. Kemudian dengan lembut Ibu Heni mengurut kejantananku sampai akhirnya mengecil. Aku merasa bersalah karena sementara aku sudah mencapai puncak sementara ia belum meraihnya. "Sorry Bu, aku tidak bisa menahannya," kataku. Namun tatapan matanya menenangkan aku. "Itu normal. Biasa bagi seorang perjaka. Ronde berikutnya ini aku yakin kamu akan membuatku puas bahkan kewalahan," katanya. "Ibu kok mau menelan sperma saya?" tanyaku pelan, takut tersinggung. Aku pernah dengar katanya ada wanita setengah baya yang menelan sperma perjaka agar awet muda. "Kata orang sih mani perjaka bikin awet muda. Aku sih nggak percaya, hanya sekedar ingin melakukan dan menikmatinya saja," jawabnya datar. Setelah membersihkan diri, kami saling berpelukan dan aku masih menikmati sisa sisa kenikmatan tadi dalam keadaan telanjang bulat, hanya ditutup dengan selimut. Hujan belum lagi berhenti. Situasi seakan mendukung peristiwa sore ini. Hujan mulai reda. Suara titik-titik air masih terdengar di atas genting. Napasku sudah normal dan keringatku sudah mengering. Kepala Ibu Heni masih berada di dadaku, matanya masih terpejam. Aku merenung sejenak, membayangkan apa yang baru saja terjadi. Ibu Heni kemudian membuka matanya, meregangkan tubuhnya dan menguap. "Ngantuk aku, jam berapa sekarang?" tanyanya. Kulihat jam beker di atas meja. "Lima lewat dua puluh," kataku. Kupeluk dia lagi dan kuhembusi belakang telinganya dengan napasku. Ia menggelengkan kepalanya. Kuremas dadanya dengan lembut. "Sudahlah To, aku mau istirahat. Kecuali kalau kau bermaksud untuk.." Tanpa menunggu lagi segera kulumat bibir indahnya. Lipstiknya sudah pudar, namun rona merah masih membayang. "Hmm.. Kuda arabku rupanya mengajak berpacu lagi..". "Kok kuda arab?" "Tubuhmu yang tegap dan dadamu yang berbulu mengingatkanku orang India atau Arab". Kami berciuman lagi, semakin lama kembali semakin liar seiring dengan nafsu kami yang mulai bangkit lagi. Tanpa terasa selimut yang tadinya menutup tubuh kami sudah tersingkap jatuh ke lantai dan tubuh kami berdua kembali tidak tertutup apa-apa lagi. Tiba-tiba kedua mata kami beradu pandang. Lama kami berpandangan sambil saling meremas jari tangan. Nafas kami mulai terasa berat dan degup jantung meningkat. Sementara rintik gerimis masih terdengar dari dalam kamar kosku. Kulihat dari lubang ventilasi di luar mulai gelap. Sayup-sayup kudengar suara orang berbicara dari arah kejauhan. Kelihatannya para tetangga sudah mulai pulang dari kerjanya. Bibir kami saling berpagut, hangat. Kulumat bibir Ibu Heni itu dengan penuh nafsu. Sekali-sekali kugigit bibirnya dan kumainkan lidahku di atas langit-langit mulutnya. Nafsu sudah mengasai kami berdua. Aku tahu itu sebenarnya tidak boleh, tetapi kami tidak bisa lagi untuk menghentikannya. Terlanjur basah, apapun yang terjadi, kataku dalam hati. Kami semakin tenggelam dalam birahi. Kini leher jenjang Ibu Heni menjadi sasaran berikutnya. Kuciumi dan kujilati sepuasnya. Hampir saja kucupang lehernya itu, kalau tidak ditepis oleh Ibu Heni. "Jangan To.. Nanti kelihatan", bisiknya. Kemudian kujilat daun telinganya sambil kubisikkan sesuatu. Ia mengangguk dan tertawa kecil. Kupandangi tubuh indah itu agak lama. Lidahku tahu-tahu sudah memainkan puting payudara yang berwarna coklat muda dan keras itu. Pelan-pelan kaki kanannya ku angkat dan kuletakkan di atas perutku. Dalam posisi terlentang berdampingan jemari kirikupun memainkan bulu-bulu halus di sekitar vaginanya. Kadang agak kutarik pelan. Jariku kemudian merambat menggesek-gesek lipatan pahanya. Pinggangnya terangkat dan bergerak-gerak tidak beraturan. Kudengar Ibu Heni melenguh-lenguh tanda terangsang. "Ahh.. Ouuhgh.. Sedaap.. Ssshh.. Nikkmaatt.. Terusskan..". Kakinya kuturunkan dan dengan penuh nafsu serangan kuteruskan. Lidahku sudah berada di lipatan pahanya, menggantikan jariku tadi. Sejenak aku kembali ragu apakah akan kuteruskan atau tidak. Kudekatkan hidungku ke sela pahanya. Tidak ada bau yang tidak sedap, kalaupun ada sekilas tercium bau segar yang khas seperti bau tubuh seorang wanita. Akhirnya kuserang bibir vaginanya yang sudah agak basah. Kujilat-jilat sambil sesekali menjepit bagian dalam bibir vaginanya itu dengan kedua bibirku. Dengan sentuhan ringan tanganku sesekali mencolek daging kecil sebesar biji kacang tanah. Rupanya seranganku membuahkan hasil. Ibu Heni bergetar keras dan mulai meracau.

91

"Hmm.. SShh.. Ngghh.. Akhh. Hmm.. Pintar kamu. Aku juga mau To, berputar.. Berputar". Aku tidak tahu apa maunya, tapi tangannya kemudian memegang kepalaku, meraih pinggang dan menangkap kakiku dan memutarnya ke arah mukanya. Kuikuti saja kemauannya. Kuanggap aku sedang berguru mempelajari ilmu bercinta. Kami berbaring berlawanan arah. Aku tengkurap diatas tubuhnya. Selangkanganku berada di atas mulutnya dan sebaliknya sambil kami terus melakukan stimulasi di sekitar paha. Ia langsung melahap penisku sampai habis. Diisap-isap, dikocok-kocok dan dijilati sampai puas. Gantian aku yang menggelinjang hebat. "Mmmhh.. Srup.. Srup..". Penisku dihisap-hisap dan dijilati sampai badanku merinding semua. Ia memberi isyarat agar berubah posisi. Kami berguling ke samping dan kini masih tetap dalam posisi kepalaku pada selangkangannya dan sebaliknya, aku sekarang yang berada di bawah. Rupanya dengan posisi demikian ia lebih mudah menikmati penisku. Akupun demikian, lebih leluasa untuk menjelajahi selangkangannya. Kami saling merintih dan melenguh memberikan respon terhadap rangsangan yang diterima. Ibu Heni menggelinjang penuh kenikmatan ketika kujilat dan kugigit klitorisnya. Tetapi sebaliknya Ibu Henipun semakin gencar menyerang penisku dengan tak kalah hebatnya. Kami tetap dalam posisi ini sampai beberapa menit. Tiba-tiba ia menghentikan serangannya dan duduk di tepi ranjang. Ditariknya tanganku. Kupeluk dari samping dan kemudian ditariknya badanku sehingga kami jatuh ke karpet di lantai dekat ranjangku. Dipeluknya tubuhku dengan eratnya dan dengan gencar menciumiku, sampai aku kesulitan mengambil napas. Suara kecipak ciuman mulut kami semakin keras. Kami saling sedot, menjilat dan mengusap badan pasangan kami. Sejenak kemudian ia menghentikan gerakannya. Aku mencoba bangkit dan mengangkatnya kembali ke ranjang. Tapi dia menggigit daun telingaku dan berkata lirih. "Jangan To.. Jangan. Lebih nikmat di bawah.. Di lantai ini saja". Aku tidak jadi mengangkatnya dan kembali kurebahkan di atas karpet. Kutindih tubuhnya dan ia mengangkangkan kedua kakinya lebar-lebar. Kucoba untuk menerobos lubang guanya, meleset, kucoba lagi meleset lagi sampai tiga kali. Kepala penisku sudah masuk dan menyentuh bibir vaginanya, tetapi setiap kali kudorong batangnya terlipat dan terlepas lagi, maklum belum pengalaman. Ibu Heni merintih rintih minta agar aku segera memasukkan penisku. "Asupkeun.. To.. Masukin sekarang!". Rupanya dia tidak sabar lagi. Ia segera menggenggam batang penisku dan mengarahkan ke vaginanya yang merekah. Begitu seluruh kepala penisku yang besar sudah menerobos masuk ke bibir vaginanya, ia tersentak dan menekan pantatku dengan kedua tangannya. "Dorong To.. Anto dorong kuat-kuat," desahnya. Kudorong pantatku dengan kuat sampai semua batang penisku amblas di dalam liang guanya. Ia berteriak agak kuat, kututup dengan tanganku. Aku takut suaranya terdengar sampai ke luar kamar. Ia menggoyangkan kepalanya ke kanan ke kiri dan melakukan gerakan-gerakan tak beraturan. Aku masih diam saja, menunggu aba-aba darinya. "Gerak To.. Naikkan sedikit dan turunkan lagi. Kocok dalam lubangku," desisnya membimbingku. Kugerakkan badanku mendatar ke arah kepala dan kakinya. "Bukan.. Bukan begitu, naik turun.. Yaa.. Gerakkan naik tu.. run, seperti mem.. momm.. paahh!" Kuangkat pantatku sedikit naik dan tangannya kemudian memegang pinggangku untuk membantuku melakukan gerakan memompa. Gesekan kulit penisku dengan dinding vaginanya membuat aku mendesis nikmat. Kucium dadanya dan kugigit sampai merah. Ia sudah tidak peduli lagi dengan aksiku, hanya aku saja yang menjaga agar cupangku tidak sampai pada bagian tubuh di luar baju, kelihatan orang nantinya. Gelang kakinya mengeluarkan bunyi, crik.. crik.. criik, seirama dengan gerakannya. Semakin cepat gerakannya, maka bunyi crik.. crik.. criik tadi semakin sering terdengar. Terasa indah sekali di telingaku. Dan sampai pertemuan terakhir nantinya dengan Hanny aku sangat senang kalau mendengar bunyi gelang kakinya. Ada suatu gairah yang tersembunyi. Kini aku sudah bisa menikmati dan melakukan gerakan memompa dengan terkendali. Payudaranya kukulum sampai setengahnya dan putingnya kugigit kecil. Kepalanya tersentak menengadah sehingga lehernya yang jenjang terlihat semakin menggairahkan. Kalau mulutku di payudaranya, maka tanganku mengusap pipi dan lehernya, jika mulutku ada di lehernya maka tanganku meremas payudaranya. Ia mengimbangi dengan menggerakkan pinggulnya memutar sehingga penisku terasa seperti tersedot suatu pusaran arus yang kuat. Kutambah kecepatan permainanku karena akupun merasa sudah mendekati saat-saat terakhir menggapai puncak. Kurasakan darah mengalir deras ke penisku. Kugoyang, kugenjot dan kugoyang terus. Putaran pinggulnya juga dipercepat. Tubuh kami saling merapat. Kusemburkan spermaku ke dalam vagina Ibu Heni dengan menekan pantatku kuat-kuat sampai menyentuh dinding rahimnya. Kurasakan dinding rahimnya berdenyut-denyut. Aku mencapai puncak kenikmatan terlebih dulu dan dalam hitungan hanya beberapa detik ketika penisku masih berdenyut, Ibu Henipun

92

kemudian mendapatkan orgasmenya. Hampir saja ia ketinggalan lagi. Kulihat ia akan berteriak dan kusumbat dengan mulutku karena akupun rasanya juga akan berteriak sambil memperketat pelukanku. Penisku terus berdenyut-denyut dan kurasakan dinding vaginanyapun juga berdenyut. Kedua kakinya terangkat ke atas dan bergerak-gerak seperti mendorong udara. Semenit berikutnya kami berpagut mesra. Hingga akhirnya ia mendorong tubuhku ke samping. "Apa kataku tadi, hanya sekali diajarin kamu pasti sudah pintar", katanya sambil mencubit lenganku. Sambil kupondong badannya kami masuk ke dalam kamar mandi dan membersihkan tubuh kami. Di dalam kamar mandi kami masih sempat untuk saling mencubit dan saling menggelitik perut. Sebentar kemudian kami sudah menenakan pakaian kami kembali. "Bu.. Bu Heni" panggilku. "Mmhh.." jawabnya manja. "Kalau hanya kita berdua dan nggak ada orang lain boleh enggak aku memanggilmu dengan nama Hanny tanpa sebutan Ibu? Rasanya lebih enak diucapkan dan didengar," tanyaku. Ia tersenyum dan mengangguk. "Terserah kamu," katanya. Bagiku nama Hanny terdengar lebih manis dan mesra. Tasting as sweet as honey! "Ada satu rahasia yang mau kuungkapkan. Aku sebetulnya sering mengintip setiap kali Ibu menyapu halaman," godaku. "Ahh.. Kamu nakal.." sungutnya sambil mencubit lenganku keras-keras. Canda tawa dengan bisikan tertahan berakhir sampai dia berpamitan pulang dan kulihat hujan sudah agak reda dan langit sudah gelap. Sebelum keluar pintu dikecupnya pipi dan bibirku. Aku membalasnya lagi dengan penuh gairah dan dadanya kuremas agak kasar. Ia mendorongku sambil berbisik di telingaku. "Sudah dulu. Kutunggu kamu lain waktu". Ia keluar dari kamarku setelah mengintip keluar beberapa saat sampai ia yakin tidak ada orang yang melihatnya keluar dari kamarku. Malam itu aku tidur telanjang dan masih membayangkan Ibu Heni ada di sisiku. Esoknya aku bangun dan kulihat seperti biasa Ibu Heni menyapu halamannya. Kali ini kubuka kaca nako jendelaku. Ia melihatku dan terus menyapu ke arah kamarku dengan membiarkan leher dasternya tergantung. Kulihat buah dadanya menggantung bebas tanpa ditutupi bra. Kuberikan isyarat dengan gerakan kecupan pada bibirku. Iapun tersenyum dan membalas dengan gerakan yang sama. Beberapa hari setelah malam kejadian pertama itu, aku berjumpa Hanny di mulut gang sedang menunggu angkot. "Kemana Ibu Heni, eh.. Hanny?" tanyaku. "Ini, mau ambil baju untuk dikreditkan. Bisnis kecil-kecilan". "Han.. Ngghh boleh nggak aku.. Aaku.." tanyaku tergagap, bingung mau bilang mengajak bercinta lagi. Ia mengerti keadaanku dan menukas, "Hmm.. Besok pagi jam sembilan kutunggu kamu di depan pintu masuk SM. Kita ke Puncak. OK?" katanya. Aku berpikir sejenak. Besok ada jadwal kuliahku dua jam, tapi untuk mata kuliah ini aku masih belum pernah bolos dan rasanya aku sanggup untuk mengikuti ujian semester kalau hanya bolos satu kali. "Setuju," jawabku . "Dan jangan lupa nanti malam istirahat yang cukup. Besok pagi jam sembilan teet kamu sudah ada di SM". Malam harinya aku sulit untuk memejamkan mata. Bayangan indah tubuh Hanny selalu melintas di khayalku. Adik kecilkupun juga menegang. Ingin rasanya kutumpahkan dengan berswalayan ria. Namun kutahan, mengingat besok pagi aku memerlukan stamina khusus yang prima. Akhirnya menjelang tengah malam akupun tertidur. Esok harinya jam sembilan kurang sepuluh menit aku sudah di depan SM. Kikuk juga aku menunggu di sini. SM belum buka dan karyawan yang datang masih antri di depan pintu. Aku sedikit menyesali mengapa kemarin bikin janji di tempat ini. Jam sembilan lewat sepuluh aku sudah mulai gelisah, namun Hanny belum kelihatan juga. Akhirnya lima menit kemudian kulihat ia datang. Hanny mengenakan baju lengan panjang tipis warna merah dengan motif bunga kecil-kecil. Ada gambar bunga tulip besar di dada kirinya. Bawahannya rok panjang di bawah lutut warna hitam dengan belahan di belakang sampai di atas lutut. Ia mengenakan sepatu dengan hak tinggi runcing, sehingga betisnya terlihat penuh bak padi bunting. "Sudah lama nunggu ya? Sorry aku tadi ada keperluan lain, mendadak," katanya. "Tiga puluh menit di sini, artinya itu sama dengan satu babak permainan bukan?" kataku pelan tapi agak ketus. Pura-pura saja, karena jangankan menunggu setengah jam, setengah haripun aku mau menunggunya. "Sorry deh, nanti saya tambahin waktu untukmu. Kamu dapat lembur," suaranya merendah. "Ayo. Jadi berangkat atau tidak.." katanya lagi.

93

Kami berdua segera berangkat. Di dalam angkutan sambil duduk berdempetan kami saling berbisik, ke mana kami akan beraksi. Akhirnya kami putuskan tidak usah terlalu jauh sampai ke atas, cukup di sekitar Ciawi saja. Lewat Ciawi sedikit, udara mulai terasa dingin. Akhirnya kami turun dan masuk ke sebuah hotel yang tidak terlalu mencolok. "Berikan KTP mu, nanti aku yang urus di resepsionis," katanya meminta KTP-ku. Kuberikan KTP-ku, aku maklum agaknya ia masih ada rasa segan untuk check in dengan menggunakan KTP-nya. Akhirnya kami masuk ke dalam kamar. Dia bilang kalau tadi harus mengantar baju pesanan temannya dua puluh potong. Sayang memang kalau rejeki ditolak. Hanny tidak kelihatan kaku sama sekali masuk ke hotel ini. Setelah ngobrol dan kupancing-pancing tentang isu hubungan gelapnya dengan seorang pejabat akhirnya ia mengaku kalau dulu sering check in ke sini dengan pejabat teman selingkuhnya tersebut. Jadi ternyata benar selentingan yang pernah kudengar. Namun hubungan mereka sudah putus tiga tahun lalu, karena pejabat tadi terkena stroke. Kami memesan minuman dari dalam kamar, kemudian duduk di teras belakang kamar sambil melihat hijaunya Gunung Gede-Pangrango dari jauh. "Room service!" terdengar ketukan di pintu kamar. Minuman yang kami pesan sudah datang. Sambil nonton TV kami minum lemon tea pesanan kami. Sepatuku telah kulepaskan dan kutaruh di sudut ruangan. Hanny mengeluarkan sebuah botol kecil dari dalam tasnya dan menuangkan isinya ke dalam gelas kami masing-masing. Kucium gelas minuman. Ada aroma lengkeng. "Kamu curiga minumannya kucampur racun ya?" Hanny menggodaku sambil menggelitik perutku. "Bukan, takut kamu salah masukin obat tidur saja. Sia-sia jadinya jauh-jauh kita ke sini". "Itu tadi madu lengkeng penambah stamina, jangan takut". Sebentar kemudian ia sudah merapatkan badannya ke tubuhku sambil berkata. " Puasin aku ya.. Aku percaya kamu sudah jauh lebih pintar sekarang ini". Aku langsung merapatkan bibirku ke bibirnya. Kamu berciuman sangat bernafsu. Lidahnya masuk ke mulutku sambil menjelajahi setiap sudut dalam mulutku. Aku sangat terangsang, apalagi melihat tangannya mengusap-usap pangkal pahanya yang masih tertutup rok. Wanita ini nampaknya mempunyai nafsu seks yang besar, aku harus mengerahkan kemampuanku untuk memuaskannya. Kuangkat badannya sehingga kami berdiri berdekapan. Aku membuka kancing bajunya dan langsung menyusupkan tanganku ke buah dada kirinya. Dia dengan cepat membuka tali branya sehingga menyembul dua bukit yang cukup besar. Kubuka bajunya dengan menggigit bagian krahnya dan menarik ke arah lengannya satu demi satu. Branya yang sudah kulepas kancingnya juga kuperlakukan demikian. Bibirku menyapu bahu dan lengannya yang mulus dan lembut sekaligus menggusur tali branya. Aroma parfumnya yang lembut membuat perasaanku menjadi rileks. Branya dibiarkan jatuh di lantai, payudara bebas menantang di depanku. Aku langsung mengulum salah satu putingnya. Kurasakan makin lama makin keras. Kepalanya bergerak ke belakang menahan isapanku. Aku sangat menikmati ekspresinya ketika terangsang dan mengerang. Begitu kancing dan ritsluitingnya kubuka maka roknya telah lepas dengan sendirinya. Ia kemudian membuka sepatunya. Kubisikkan aku ingin menikmati gaya seperti yang sering kulihat di film biru. Sambil berciuman ia membuka kancing bajuku dan melepaskannya dengan sedikit tarikan kasar. Kubuka ikat pinggang, kancing dan rilsuitingku dan langsung melorot. Dengan sebelah kakiku kuangkat bergantian maka celanaku telah teronggok di lantai lepas dari kakiku. Tanganku telah masuk ke dalam celana dalamnya. Agak basah. Jari tengahku mengusap-usap klitorisnya yang masih terbungkus celana dalam. Ini membuat ia tak tahan. Kami saling mengisap sambil mengerang. "Aaah.. Eeeh.. Haahh..". Kutarik celana dalamnya ke bawah dan kulepas. Aku berjongkok di depannya sambil menciumi paha dan daerah sekitarnya. Kuangkat kaki kirinya ke atas bahu kananku dan bibirku segera mengulum klitorisnya, ia melenguh panjang keenakan. "Aaauu.. Enak, To". Ditekannya kepalaku semakin dalam ke sela-sela pahanya. Aku lakukan ini sekitar lima menit sampai Hanny menarik tubuhku dan gantian dia yang jongkok di depanku, dan mengulum, menjilati penis dan dua telur di bawahnya. Aku merasakan gairah kenikmatanku makin meningkat. Kepala penisku mengkilat oleh ludah dan cairan bening yang keluar dari lubangnya. Hanny berdiri dan kudorong ke arah meja. Kupeluk dia dari belakang. Kedua tangan kami bertumpu pada bibir meja. Kutarik pinggulnya ke belakang hingga dia dalam posisi nungging dengan tangan tetap bertumpu pada meja. "Ayo Anto, nggak tahan nih. Masukin cepet.."

94

Kuangkat kursi di dekatku, kutaruh bantal di atasnya dan kaki kanannya kulipat. Lututnya kuletakkan di atas kursi. Dengan lapisan bantal di atas kursi maka sudah kuperhitungan lututnya tidak akan merasa sakit. Aku mencari posisi yang tepat, mengarahkan kejantananku ke liang senggamanya yang sudah sangat basah. Perlahan-lahan kupaskan pada lobang guanya dan kudorong masuk, meleset. Tangannya bergerak kebelakang menangkap penisku dan mengarahkan pada lubang vaginanya. "Dorong To.. Tekan.. Enak sekali!" Hanny melenguh, "Aaah.. Ya teruuss To". Perlahan-lahan kupompa liang senggamanya sementara dia memaju-mundurkan pantatnya dengan gerakan cepat dan kaku. Ia ingin segera mendapatkan orgasme yang pertama. "Terus To, aku suka sekali.. Enak.. Banget". Kupompa makin cepat dan kuputar-putarkan kejantananku dalam liang senggamanya. Semenit kemudian badannya mengejang dan mulutnya berteriak.. "Aaah. sudah To aku sampai puncak. Aku dapat.. Aaah". Aku menghentikan gerakanku agar ia bisa menenangkan napas dan detak jantungnya. "Hebatth.. Sayang, Sudah kuduga pasti dalam waktu singkat kamu akan cepat belajar dan menghajarku habis-habisan. Enak sayang", katanya dengan manja setelah keadaan menjadi tenang. Kejantananku masih keras tertancap di liang vaginanya. "Aku hanya mengikuti petunjukmu dan dengan menggunakan naluriku. Kita akan bertempur sampai tetes sperma penghabisan hari ini". Aku memulai memompa liang senggamanya lagi. "Iya dong, kuharap kita dapat mencapai puncak bersama-sama. Terima kasih telah memuaskanku, mengantarku sampai ke puncak setinggi-tingginya", Hanny menjawab. Kami telah bertempur lagi dan nampaknya Hanny telah kembali terangsang. Kadang-kadang aku memutar-mutar pantatku dengan arah yang berlawanan dengan putaran pantat Hanny. "Aku capek yang, kita pindah ke ranjang.. Ouhh". Kucabut penisku dan kurebahkan dia ke atas ranjang yang empuk, siap melanjutkan permainan kami. Ia mengangkat kedua kakinya dan membuka selebar-lebarnya. Ia kelihatan sangat seksi dalam keadaan seperti ini. Kuciumi sekujur betisnya dan kugigit bagian belakang lututnya. Ia merinding dan memekik. "Ouuhh.. Kamu ppintar sekali. Puaskan a.. Kkk.. Ku!" Kukocok penisku sebentar untuk mengembalikan ketegangannya dan kuarahkan ke vaginanya yang merekah merah. Sebentar kemudian penisku sudah mentok dan menyodok dasar rahimnya. Kuciumi dan kugigit dadanya. Kali ini dia menolak. "Jangan To, nanti merah. Kemarin hampir ketahuan suamiku waktu aku berganti pakaian". Kami benar-benar menikmati hubungan seks kami yang kedua ini. Suatu ketika tanpa sengaja kukencangkan otot perutku ketika kepala penisku dalam keadaan setengah masuk di bibir vaginanya. Aku terkejut merasakan efeknya. Penisku seperti membesar dan mendesak dinding vaginanya. Hannypun terkejut merasakan desakan pada vaginanya. "Ouwww.. Nikmat sekali. Kamu apakan punyaku. Ouhh lagi dong.. Lagi" ia merintih. Kembali kukencangkan otot perutku beberapa kali dan iapun memekik-mekik. Kaki kanannya kuangkat ke atas bahuku. Gerakan naik turunku semakin cepat dan lebih cepat lagi. Erangan, pekikan, rintihan dan desahan kami saling bersahutan. Tubuh kami sudah basah oleh keringat yang mengalir. Akhirnya aku hampir mencapai puncak. "Hanny, .. Akk.. Kkku mau nyam.. Pppe. Uuiih.. Aaahh". "Yaah.., aku juga!". Kulepaskan kakinya dari bahuku. Semenit kemudian aku telah mencapai orgasme yang luar biasa sambil berteriak keras. "Aaahh!!". Kuhunjamkan penisku dalam-dalam. Hanny menyambutnya dengan mengangkat pinggulnya, kedua betisnya membelit pinggangku. Tangannya memukul-mukul kasur dan giginya tertancap di pundakku. Ia mencapai orgasmenya yang kedua sambil melenguh keras sekali. "Aaauu.. Enak To.. To Uuffp. Aeeaahh".

95

Bahuku terasa sakit. Gigitannya tadi meninggalkan bekas, meskipun tidak sampai merah atau berdarah. Kami terdiam sejenak. Setelah reda, kami berciuman lagi secara lembut sekali. Kami mandi berendam bersama dalam bath tub sambil saling menyabuni dan sesekali saling menyentuh daerah-daerah sensitif sambil bersenda gurau dan tertawa cekikikan. Sementara berendam dalam bath tub dan bercumbu, gairahku naik lagi lagi. Hanny juga terangsang karena penisku kugesek-gesekkan ke vaginanya ketika kami berpelukan. Setengah jam kemudian kami bercinta lagi. Kuangkat sebelah kakinya ke atas dinding bath tub. Aku ingin melakukan sambil berdiri. Karena sulit melakukannya, kami kembali ke tempat tidur untuk menyelesaikan satu babak permainan yang sangat seru dan lebih lama. Lagi-lagi kami melakukan mengalami orgasme yang sangat luar biasa. Aku harus menahan orgasmeku karena Hanny belum siap untuk mencapai orgasme. Akhirnya kami mengalami orgasme bersama-sama. Kukunya kali ini mencakar dada dan punggungku. "Aaahh.. Aaahh". Kami tertidur sampai sore dan setelah terbangun, kami memesan makanan. Setelah makan dan mandi kami lalu berkemas-kemas untuk pulang. Ketika melihat Hanny sedang mengenakan bajunya, namun tubuh bagian bawahnya masih telanjang, aku merasakan getaran nafsu lagi. Kupeluk dari belakang dan kuajak bercinta lagi. Dia menolak tapi kudorong dengan kasar ke ranjang dan kutindih. Penisku yang sudah cukup beristirahat siap melakukan tugasnya lagi. Tanpa melepas bajunya kusetubuhi dia dengan cepat dan kasar. Ia merontaronta dan berteriak-teriak. "Sudah.. Sudah. Brengsek kamu To.. Lepaskan aku!" Payudaranya kugigit dari luar bajunya. Kubisikan dengan lembut tapi penuh tekanan. "Sorry Hanny, tapi sekali ini lagi saja.. Please!" Iapun diam dan menurut. Ketika kutanya dengan pelan apakah ia ingin menikmatinya, Hanny menjawab hanya akan mengimbangi dan mengantarku ke klimaks, ia tidak berminat untuk mendapatkan orgasme lagi. Jadi dengan cepat kuselesaikan partai tambahan ini. Akhirnya kami pulang setelah membersihkan diri lagi. Hanny masih sedikit marah dengan perlakuan terakhirku. Aku minta maaf dan kukecup bibirnya dengan lembut. Akhirnya dia luluh dan bahkan kejadian ini menjadi inspirasi bagi kami dalam berbagi kenikmatan pada waktu berikutnya. Setelah kencan di Ciawi, kami kemudian sering untuk membuat janji kencan lagi. Kadang di hotel di Ciawi tersebut, kadang di Cisarua atau di dalam Kota Bogor saja. Bahkan kami pernah melakukannya di dalam rumahnya ketika suaminya mengantar anaknya ke tempat neneknya. Aku tak berani melakukannya lagi di dalam kamar kosku. Rasa takut ketahuan selalu menghantuiku kalau ia mengajak, kadang dengan memaksa untuk melakukannya di kamar kosku. Sebenarnya kalaupun ia terlihat masuk ke kamarku, orang akan maklum saja karena tahu aku memberikan les privat kepada Eka, anaknya. Hubungan kami kelihatannya aman-aman saja. Tidak ada gunjingan mengenai kami berdua, karena kamipun saling menjaga dan menempatkan diri kami dengan baik. Kalau lagi ada orang lain kusapa dia dengan Ibu Heni, kalau pas tidak ada orang lain apalagi ketika ia mengerang di bawahku tentu saja kupanggil ia dengan mesra, Hanny. Hanny pernah bercerita kalau dia sebenarnya tidak mencintai suaminya. Pernikahannya dulu terjadi untuk membalas budi keluarganya. Dia tidak berdaya dan tidak bisa menolak. Setiap kali berhubungan dengan suaminya, sebenarnya ia bisa mendapat orgasme, namun entah mengapa orgasmenya tidak bisa tuntas terlepas seakan masih ada yang menahan. Jadi dia sekarang melayani suaminya karena kewajibannya sebagai istri. Pak Edi juga tidak bisa berbuat banyak karena takut ditinggalkannya. Sekali waktu sehabis olah tubuh bersamanya, kami saling bercerita tentang banyak hal. Mulai dari kehidupan kuliahku, saat-saat indah ketika kami bersama-sama dan pengalaman lainnya. Sampai ketika kusinggung tentang otot perut yang kukencangkan sehingga memberikan efek penis menjadi lebih keras ia menanggapi dengan antusias. Iapun bercerita tentang dinding vaginanya yang berkontraksi. Kami makin penasaran dengan fenomena ini. Akhirnya kudapatkan jawabannya setelah dalam sebuah artikel di sebuah majalah kesehatan kubaca tentang senam Kegel. Ternyata kekuatan otot ini bisa dilatih dengan latihan tertentu. Setelah kubaca dan kubandingkan dengan artikel lain, aku mulai berlatih senam Kegel. Tidak sulit dan bisa dilaksanakan di mana-mana dan kapan saja. Latihan dilakukan dengan menggerakkan otot antara anus dan penis dengan berkontraksi seolah-olah sedang menahan kencing. Otot ini dapat dikenali dengan mudah. Pada saat (maaf) BAB ada gerakan yang menutup (maaf lagi) lubang dubur dan memotong (minta maaf untuk terakhir kali) tinja. Aku kadang melatihnya ketika di kampus sedang mengikuti kuliah, kadang saat duduk di angkot dan melihat wanita seksi yang menggoda. Sekalian sambil membayangkannya. Aku sengaja belum memberitahukan pada Hanny. Aku ingin melatihnya sendiri terlebih dahulu. Setelah sebulan lebih berlatih maka aku merasakan kekuatan penisku bertambah dan kenikmatan yang didapat Hanny meningkat. Hanny sendiri heran dengan kemajuanku. Hanny semakin penasaran dengan kejutan-kejutan kecil yang kuberikan lewat otot Kegelku sewaktu kami bergumul di atas ranjang. Setelah yakin dengan hasil latihanku, barulah hal ini kukatakan padanya. "Ihh.. Curang ya. Dapat ilmu baru nggak bagi-bagi", katanya sambil mencubit dan memukuli punggungku. "Aku nggak enak saja. Masak murid ngajarin gurunya", kataku.

96

"Aihh..". Ia tersipu-sipu malu. Tangannya semakin sering mencubit dan memukuliku. Kusergap dia dan kurebahkan untuk menerima kenikmatan dari otot Kegelku. Kehidupan terus berjalan. Tak terasa sudah enam bulan aku dengan Hanny ber-ahh, ehh, ohh ria. Ujian semester membuat aku stres dan suntuk. Hanny tahu kalau aku lagi ujian semester. Selama ujian ia sengaja tidak menampakkan diri dihadapanku, takut mengganggu konsentrasi katanya. Ekapun juga tidak berani datang untuk memintaku memberikan les. Begitu habis masa ujian maka akupun dapat bernapas dengan lega. Rasanya badan dan pikiran lelah sekali, karena seperti umumnya mahasiswa lainnya cara belajarku juga SKS, Sistem Kebut Semalam. Karena rasa capek yang luar biasa maka malam itu aku tidur cepat sekali sampai lupa mengunci pintu dan mematikan lampu kamar. Esoknya aku bangun kesiangan dan duduk di teras kamar. Kuperhatikan sekitarku. Pikiranku melayang, memutar ulang peristiwa-peristiwa yang terjadi selama enam bulan. Aku menarik napas dalam dan mengeluarkannya perlahan. Rasanya seperti mimpi saja. Bapak dan ibu kosku juga sangat baik kepadaku. Aku sering ngobrol dengan mereka sambil numpang nonton TV di rumah induk. Tiba-tiba aku tersentak ketika ibu kosku memanggilku. "To.. Anto. Kamu baru bangun ya. Sudah selesai ujiannya?" ibu kosku bertanya. "Sudah Bu, makanya tadi malam tidurnya keenakan dan bangun kesiangan", kataku sopan. "Ya sudah. Saya mau berangkat ke pasar. Kalau mau makan ada nasi di atas meja. Tapi jangan lupa kalau sudah selesai makan cuci piringnya. Ha.. Ha.. Ha. Bercanda, jangan dimasukin hati. Pintunya jangan lupa dikunci dan taruh ditempat biasa!" katanya sambil berjalan keluar. "Eh hampir kelupaan.. Tadi pagi kulihat Ibu Heni mengetuk-ngetuk pintu kamarmu, tapi karena kamu belum bangun ia pulang lagi. Ada apa sih?" Ibu kosku bertanya sambil membuka pagar. "Ahh.. Paling juga urusan pelajarannya Eka", jawabku menghindar. Ibu kosku sebenarnya cukup cantik. Sisa-sisa kecantikan masa mudanya masih terlihat. Inner beautynya muncul. Namun justru karena kebaikan dan inner beautynya itulah maka aku juga tidak berani sembarangan. Bahkan bercanda menjurus hal-hal yang porno pun aku tidak berani. Padahal kalau kami lagi ngobrol bertiga dengan suaminya, ia terkekeh-kekeh sambil memukuli tangan suaminya kalau humor suaminya mulai menjurus. Aku mengambil kunci rumah induk di tempat yang sudah kami sepakati bersama. Kunci rumah memang tidak pernah dibawa. Takut kalau tiba-tiba ada anaknya yang datang atau aku memerlukan sesuatu. Lingkungan ini memang aman, pikirku. Aku masuk ke dalam rumah dan makan nasi panas hanya dengan ikan asin kesukaanku. Nikmat sekali rasanya ketika segelas air dingin yang kuambil dari kulkas mengantar butiran nasi terakhirku. Aku keluar rumah, mengembalikan kunci pintu di tempatnya dan kembali ke kamarku. Dari balik kaca nako, rumah Hanny terlihat sepi. Jam segini anaknya sekolah dan suaminya kerja. Tidak ada suara tape atau radio yang biasa dia putar. Aku mandi dan mengelus kejantananku yang mulai bereaksi. Sejak berhubungan dengan Hanny aku hanya sekali berswalayan ketika gairahku naik dan keadaan tidak mengijinkan. Hmm. Sambil bersiul aku menyabuni dan menggosok tubuhku. Tiba-tiba saja aku ingat waktu kencan di Ciawi yang pertama, dimana ia kusetubuhi dengan cepat dan masih mengenakan baju. Aha.. Aku punya rencana.

Aku percepat mandiku dan segera berpakaian. Kusemprot tubuhku dengan Eternity, yang hanya kupakai pada saat-saat tertentu, termasuk jika aku ada kencan dengan Hanny. Kukenakan kaus tanpa lengan dan celana pendek selutut dari bahan katun. Aku mengaca di depan cermin dinding dan kulihat bayanganku. Tubuh tegap atletis dengan kumis terurus rapi. Upss, aku lupa mencukur jenggotku hari ini. Kuraba daguku. Kasar seperti digosok dengan sikat halus. Biasanya jenggotku kucukur tiga atau empat hari sekali. Kucari-cari pisau siletku, tapi tidak ketemu juga. Akhirnya aku menyerah. Aku keluar dari kamar dan berjalan ke rumah tetanggaku tersayang. Sekilas kuamat-amati rumahnya dan keadaan sekitarnya. Sepi. Aku membuka pintu pagar dan beberapa saat aku mengetuk pintu depan. Tok tok tok! Tidak ada sahutan. Kucoba kuketuk lagi namun juga tidak ada sahutan. Kucoba menarik selot pintu. Tidak terkunci. Kemana penghuninya pikirku. Aku masuk, menutup pintu, meneliti ruang tengah dan kamarnya, kosong. Kulongokkan kepalaku di pintu dapur, kosong juga. Aku tidak tertarik untuk melihat kamar mandi di sudut dapur karena tidak ada suara guyuran air. Kemana Hanny, tanyaku dalam hati. Aku akhirnya kembali ke ruang tamu dan duduk di sofa panjang. Kutarik sebuah majalah dan kubaca. Tidak ada berita baru, kulihat sampulnya ternyata edisi bulan lalu. Pantas saja!, makiku dalam hati. Kupilih artikel-artikel yang ringan saja. Beberapa saat kemudian aku dikejutkan dengan sebuah hembusan nafas dan gigitan di telingaku. Saking asyiknya membaca artikel tentang penjelajahan ruang angkasa aku sampai tak sadar berada di mana. "Heyy.. Pencuri masuk ke rumahku!" sebuah bentakan pelan dan lembut terdengar. "Haa.. Haa.. Hi.. Hii. Kaget ya, makanya jangan suka masuk rumah orang tanpa ijin!" lanjutnya. Rupanya Hannyku. Ia berdiri membungkuk agak menyamping. Ia hanya mengenakan daster longgar sehingga payudaranya terlihat menggantung malu-malu. Rambutnya basah dijepit dengan jepitan rambut ke atas sehingga tengkuk yang ditumbuhi bulu-bulu halus dan lehernya yang jenjang seakan-akan menantangku.. Sekilas harum sabun mandi dan shampo tercium

97

olehku. Ia mendekatkan mukanya ke mukaku dan melihat majalah yang kubaca. Dadanya sekilas menyentuh lenganku. Aliran hangat mulai menjalari tubuhku. "Nggak, aku tadi ketuk-ketuk pintu nggak ada sahutan, akhirnya kubuka karena tidak terkunci. Kulihat kamar sampai dapur juga kosong", kataku sambil menatapnya. "Kamu nggak lihat sampai kamar mandi sih, kan kita bisa mandi bersama", katanya manja. "Aku sudah mandi. Cium ketekku kalau tidak percaya" "Hussh.. Mulai kurang ajar kamu. Orang tua disuruh cium ketek". "Kok nggak kedengaran mandinya". "Iya, tadi baknya masih kosong sehingga aku mandi pakai shower, sekaligus keramas". "Berapa ronde tadi malam?" kataku menggodanya tanpa merasa cemburu. Wajar saja ia digauli suaminya. Aku saja yang memang kurang ajar. "Idiih, kamu ini memang benar-benar..". Tangannya mencubit pinggangku. Kali ini tegangan listrik yang mengalir di tubuhku naik secara mendadak, tapi kemudian normal lagi. Kalau saja tubuhku ini alat elektronik tentu akan cepat jebol karena tegangan yang naik drastis melebihi tegangan normal. Ia duduk di sampingku dan menempelkan tubuhnya dilenganku. Kembali dadanya menyentuh lenganku. Suhu tubuhku kurasakan makin naik. "Sudah selesai ujian semesternya?" "Sudah kemarin. Tadi malam keenakan tidur dan bangun kesiangan". "Baca apa sih asyik sekali?" "Ini ada artikel tentang ruang angkasa". "Apa sih istimewanya?" tanyanya lagi. Selama enam bulan aku mengenalnya, ia memang tidak berminat dengan soal-soal iptek. Ia sendiri mengakui bahwa wawasannya tentang iptek dan politik sangat kurang, namun kalau diajak bicara tentang kondisi kampung, trend busana dan hal-hal yang bersifat umum masih lumayan. Meski komentarnya kadang-kadang konyol dan terasa dangkal. Aku memakluminya, karena memang tidak ada orang yang sempurna. Nobody's perfect. Aku memang tidak menemukan inner beauty dalam dirinya. Ketertarikanku semata-mata hanya karena nafsuku dan bentuk tubuhnya yang aduhai. Kadang-kadang bahkan aku berpikir bahwa inisiatifnya untuk variasi dalam bercinta bukanlah karena romantisme atau pengetahuan tentang hal-hal yang baru dalam hal hubungan sex, tetapi lebih merupakan sebuah naluri. Tapi toh aku menikmatinya juga. Kuletakkan majalah yang kubaca dan kulingkarkan tangan kananku di belakang bahunya. Kumainkan tali bra-nya. Ia duduk di samping kananku. Jemari kanannya memegang tanganku yang ada di tubuhnya, sementara tangan kirinya menyingkapkan celana pendekku dan mengusap pahaku. Kepalanya disenderkan di dada kananku. Kuciumi rambutnya yang masih basah. Segar. Bulu kakiku ditariknya pelan-pelan. Nafsuku perlahan-lahan tapi pasti mulai meningkat. "Han! Yang" "Hmm.. Apa" "Sudah berapa lama kita tidak bercinta?" tanyaku "Hmm.. Kamu ujian dua minggu. Yah.. Kira-kira tiga atau empat mingguan". "Kalau aku ingin sekarang?" tanyaku dengan napas tertahan. "Hussh.. Eka sebentar lagi pulang lho!" Kami diam sambil terus kuciumi rambutnya. Ketika kucium tengkuk dan telinganya ia menghindar dan mengerang pelan," Nghh.. Eeehh..". "Kamu ingat waktu kita bercinta di Ciawi pertama kali. Kusetubuhi kamu dengan cepat tanpa melepaskan bajumu?" Ia berpikir sebentar dan mengangguk. Matanya berbinar dan bibirnya tersenyum. Agaknya dalam hal-hal yang menyangkut hubungan badan ia sangat cepat ingat dan tanggap. "Kenapa? Kamu memang nakal sekali. Anto.. Anto". Ia mengeleng-gelengkan kepalanya dan badannya bergetar merinding. "Hiihh". "Aku ingin mengulanginya sekarang, disini". Kuremas dadanya dan kucium lehernya. Ia memberikan gerakan menolak, namun dengan lembut kuremas dadanya dan kucium keningnya agak lama. Ia menyerah. Kurebahkan badannya ke sofa, aku duduk dibawah di dekat kepalanya. Kucium Hanny mulai dari rambut, kening, hidung, pipi, leher dan kemudian bibirnya menyambut bibirku dengan lumatan ganas. Ketika daguku yang berjenggot pendek kugesekkan ke lehernya ia meronta-ronta. "Uffppss.. Sakit dan geli yang". Kini kami berciuman dengan dalam, french kiss. Tanganku meraba pahanya yang tertutup daster. Kumainkan jariku mengikuti garis celana dalam di pahanya. Tanganku ke bawah dan kusingkapkan dasternya. Bulu-bulu halus di kakinya kumainkan. Lututnya kucengkeram dengan lima jariku dan kugesek-gesek dengan kukuku. Ia melenguh.

98

"Uuhh.. Geli sayang". Digigitnya telingaku dan lidahnya terjulur menjilati lubang telingaku. Kepalaku mengelinjang menahan geli. "Rasain sekarang.." katanya. Tanganku mulai menarik ban celana dalamnya. Ia tiba-tiba tersentak dan bangkit dari sofa. "Kenapa Hanny?" tanyaku kuatir kalau ia marah padaku. Ia diam saja dan melangkah ke pintu, membukanya, memindahkan sandalku ke dalam dan "Klik" ia menguncinya. Korden jendela kaca depan dibiarkannya terbuka. Ia hanya mengecek korden kain transparan yang melapisi korden utamanya. Ia yakin bahwa jika ada orang yang datang dan menempelkan matanya di kaca jendelapun tidak akan melihat apa-apa di dalam rumah. Aku berdiri dan menyongsongnya. "Pengamanan level pertama", katanya sambil tersenyum. Akupun tersenyum pula. Hebat sekali Hannyku ini. Akupun ingat waktu kejadian pertama di kamar kosku, ketika ia memasukkan sandalnya dan sepatuku ke dalam kamar. Kembali kami berciuman. Lidah kami saling memilin dan menjepit. Sedot menyedot silih berganti. Kubawa dia kembali ke sofa dan segera kubaringkan. Tanganku menyusup dari bawah dasternya dan menarik celana dalamnya, melanjutkan pekerjaan tadi yang sempat tertunda. Tangannya bergerak akan melepas jepit rambutnya, tapi kutahan. "Jangan! Biar saja begitu. Aku sangat menikmati keindahan tengkukmu!" Ia mengangkat pantatnya memudahkan aku melepas celana dalamnya. Aku berdiri di dekat kepalanya dan tak lama kemudian celana pendek dan celana dalamku sudah terlepas ditangannya. Ketika aku mau melepas kaus ditariknya tanganku sehingga aku jatuh diatas tubuhnya. Tangan kiriku mulai menjalar di pahanya. Dasternya sudah tersingkap benar-benar mulus sekali pahanya. Kuremas-remas sampai ke pangkal pahanya. Ketika sampai di celah sempit antar dua pahanya, kumasukkan jari tengahku, dan kugaruk-garuk dinding vaginanya. "Ah sayang. Kamu semakin nakal dan.. Pintar".

Aku tidak menghiraukannya. Sementara itu tangan kananku meremas buah dadanya dari luar. Tangannya membalas dengan memegang bahkan mencengkram keras kejantananku. Terasa sedikit ngilu tapi nikmat. Kami memutar tubuh pelan-pelan karena tempatnya sempit. Dia mengarahkan agar posisiku di bawah. Akhirnya dengan susah payah karena ia tidak mau melepaskan pelukannya sementara tempat sempit, namun akhirnya aku sudah ditindihnya. Dengan ganasnya ia menciumiku, seperti seekor elang yang mencabik-cabik buruannya. Terus ke leher dan lenganku yang terbuka. Diciuminya bulu ketiakku, dihirupnya napas dalamdalam. Aku yakin saja karena sudah kuamankan dengan Eternity sebelum berangkat tadi. Kemudian ia menyingkapkan kausku, menjilati dan menggigit putingku. Lidahnya kemudian menjilati bulu dadaku dan bibirnya menggigit serta menariknya pelan. Tidak lama kemudian kepalanya turun ke selangkanganku dan ia telah mengulum, menghisap kepala meriamku dan tangannya mengurut serta meremas batangnya. Pandai sekali ia memainkan meriamku. "Hannyku.. Sayang.. Ohh. Ohh. Ahh. Nikmat sekali sayy" Aku pegang kepalanya dan aku tahan agar ia tidak melepaskan kulumannya pada kepala meriamku. Aku bangkit dan kudorong ia ke belakang. Kembali aku berada di atas tubuhnya. Kusingkapkan dasternya sampai di dadanya. Bra transparan warna krem tidak mampu memuat gundukan payudara dan tidak mampu menyembunyikan putingnya. Kulepaskan kaitan bra-nya di punggung dan kutarik cup-nya ke atas. Kini giliranku menjilat dan menciumi putingnya. "Ayo sayang.. Jangan.. Kau permainkan aku.. Ayo masukkan!! Sekarang.. Ya.. Ohh. Oohh." Kata-katanya terus meracau, apalagi ketika aku melahap habis gundukan payudaranya dengan mulutku dan kusedot, kukulum, kupilin dan kugigit dengan lembut putingnya. "Ah.. Gil.. La.. Ennak ssayang.. Kamu.. Ohh.. Oohh" Kukocok penisku dan kuarahkan ke guanya kemudian dengan sekali hentakan sudah masuk ke dalam lubang kenikmatannya. Kupompa perlahan lahan. Tubuhnya meronta-ronta. Kedua gunduk payudaranya bergoyang kencang. Kuraih payudaranya kanannya dengan tangan kiriku, aku pelintir putingnya sebelah kiri dan mulutku masih menggigit halus puting kanannya. Ia menghentakkan badannya ketika putingnya kugesek dengan daguku yang tiga hari tidak bercukur.

99

Kaki kananku kuturunkan ke lantai, sedang kaki kiriku kuluruskan sejajar permukaan sofa. Hanny mengangkangkan kakinya. Kaki kananya di naikkan ke sandaran sofa. Semakin cepat kocokanku, semakin cepat pula ia meronta. Kedua kakinya ia jepitkan diatas tubuhku. Sampai akhirnya ia menggelinjang, kedua tangannya menekan keras kepalaku ke atas payudaranya. Ia hampir mencapai orgasmenya. Jepit rambutnya sudah terlepas dengan sendirinya, rambutnya sudah acak-acakan dan sebagian tergerai menempel di pipi dan mukanya yang basah oleh keringat. "Ayo sayang. Aku sudah tak tahan lagi. Ayo.. Sayang, yah.. Please." "Iya ss.. Say, aku juga se.. Se.. Bentar la.. Gi..". Kedua tangannya meremas pantatku pantatku dan membantu mempercepat gerakan pinggulku. Kocokanku semakin kupercepat ketika kurasakan lahar panas akan meledak dari kepundannya. "Yangg.. Oh.. Aku.. Ma.. U kel.. Luu.. Arr" "Ohh.. Kita sama-sama.. Ouhh.. Yeeaah!" Kukunci tangannya dan kuhempaskan tubuhku dengan kuat. Akhirnya bersama-sama kami mencapai orgasme yang luar biasa. Kurebahkan tubuhku di atas tubuhnya. Ia memelukku, mencium kening dan bibirku. "Terima kasih.. Sayang. Kamu benar-benar gila tapi perkasa dan hebat". Kutinggalkan rumahnya dengan langkah ringan. Sebelum masuk ke pagar rumahku, sekilas kudengar Eka berlari pulang dan memanggil Mamanya. Hmm, nyaris saja. Pengalaman yang seru dan menegangkan. Sorenya Eka ke kamarku dengan membawa sebuah botol yang dibalut dengan kertas koran. "Dari Mama", kata Eka sambil menyerahkannya kepadaku. Eka kemudian mengeluarkan buku pelajarannya dan sebentar kemudian aku sudah menerangkan kepadanya sampai jelas. Eka pamit pulang. Kubuka kertas koran yang membungkus botol tadi. Sebuah botol pendek warna gelap. Label botol jelas dengan sengaja telah dirobek. Kubuka tutupnya dan kucium, bau anggur. Kemudian kulihat dengan lebih jelas lagi. Ternyata ginseng yang direndam dalam anggur kolesom. Kuperiksa koran pembungkusnya. Ada secarik kertas dan kubaca. "Anggur merah cintaku. Nikmatilah diriku setiap saat kau mau. Ttd.. Honey" Setelah beberapa kali bercinta dengan cara kilat, kami sepakat untuk menamakannya "Quicky.. Quicky" atau Q.. Q. Kedengarannya agak nakal dan jenaka tetapi nuansa romantisnya. Secara iseng aku pernah menganalisis pelesetannya. Kalau Q.. Q diucapkan dalam bahasa Inggris "kyu.. Kyu". Aku tidak tahu persis apakah kyu dalam bahasa Mandarin berarti sembilan. Tetapi sering kuperhatikan kalau dalam dunia perjudian kyu-kyu adalah 9-9. Kembali diucapkan dalam bahasa Inggris "nine-nine". Kalau diucapkan dengan cepat maka seolah-olah terdengar seperti "nenen". Tahu arti kata "nenen?". Kalau nggak tahu, keluar dan jangan baca situs ini lagi! Kode untuk keadaan aman adalah korden yang ditutup setengahnya. Untuk ajakan Quicky.. Quicky adalah tanda lingkaran dari pertemuan jari tengah dan ibu jari sementara jari lainnya lurus. Quicky.. Quicky menjadi selingan kami dalam menuntaskan gairah bercinta ketika keadaan memang mengijinkan tapi waktunya sempit. Akhirnya kami bercinta ala Quicky.. Quicky di kamar kosku sampai beberapa kali. Kalau ia menghendaki Quicky.. Quicky di kamar kosku, ia mendatangiku dengan daster tanpa mengenakan celana dalam, dadanya kadang memakai bra kadang tidak. Atau ia memakai celana pendek tanpa celana dalam, atasnya memakai kaus YCS tanpa bra. Kurasakan Quicky.. Quicky membuat suasana agak menegangkan karena diburu waktu, namun ada sensasi tersendiri ketika kami sudah menggelepar lemas. Kadang-kadang kutunggu Hanny sehabis senam dan kami check in di Bogor lalu pulang sebelum senja. Sekali kami pernah melakukannya pada malam hari di teras belakang rumahnya yang terlindung dengan beralaskan karpet setelah lampunya kami matikan terlebih dahulu. Suatu malam sekitar jam delapan aku bertemu dengan Hanny sedang membeli makanan di warung depan sana. Ketika penjaga warung mengatakan tidak ada uang kecil untuk kembalian belanjanya, Hanny meminta biarlah kembaliannya dibelikan permen saja. Kulihat ia mengambil permen rasa mint. Ketika pulang dan melewatiku ia mengedipkan sebelah matanya. Di depan perutnya kulihat jari tengah dan ibu jarinya membentuk lingkaran, jari lainnya lurus. Aku mengangguk. Aku tidak jadi beli alat tulis yang rencananya tadi akan kubeli. Kubiarkan ia berjalan pulang duluan. Kutahan langkahku sambil ngobrol dengan tetangga sebelah lainnya di mulut gang. Setelah berbasa-basi sebentar kemudian akupun pulang. Perlahan-lahan kulewati rumah tetanggaku, kuda binalku itu. Kulihat ia menunggu di pintu pagar depan rumahnya. Ia berbisik dan memberi tanda dengan tangannya agar aku lewat pintu pagar samping dan ke teras belakang. Kubuka pintu pagar samping rumahnya dan menuju teras belakangnya. Teras belakangnya ini sangat terlindung dari pandangan orang yang lewat di gang. Terlihat gelap karena lampunya dimatikan. Hanny sudah duduk di lantai teras belakang menungguku.

100

"Say.. Mau ya? Aku sendirian sampai jam sepuluh malam ini" katanya. Aku hanya diam dan memberi isyarat dengan mukaku. Kuperhatikan lantai terasnya sudah dilapis dengan karpet tebal 2 X 1, 4 m. Hannyku memang luar biasa. Ia selalu cekatan untuk urusan bercinta. Aku duduk di sampingnya dan ia menggeser duduknya lalu memelukku dari belakang. Saat itu ia mengenakan baju tidur yang tipis sehingga lekuk-lekuk tubuh indahnya jelas membayang meskipun keadaan remang-remang. Diciumnya tengkukku. Aku menggelinjang. Dadanya dirapatkan di punggungku. Buah dadanya yang padat menekan punggungku. Tangannya memegang tanganku dan meremas-remas jariku. Ia menggigit pundakku yang masih tertutup kaus. Ada sesuatu yang kupendam dari tadi tapi aku segan untuk mengatakannya. Akhirnya aku bertanya, "Han.. Boleh aku bertanya?". "Kenapa tidak boleh. Jangankan bertanya. Menggenjotku di ranjangpun kuijinkan", katanya dengan nada sedikit tak senang. "Apakah kamu juga melakukan dengan pemuda lainnya?" kataku sambil menunduk. Ia terdiam. Aku merasa serba salah dan menyesal bertanya begitu. "Kenapa kau tanyakan itu?" katanya berbisik sambil mengetatkan pelukannya di tubuhku. "Aku dengar biasanya, wanita yang sudah agak berumur sering mencari pemuda untuk melampiaskan nafsunya". Ia kemudian tertawa kecil. "Maksudmu ini tentang tante girang dan gigolo?" Aku mengangguk. Akhirnya kamipun membahas tentang kehidupan antara tante girang dan gigolo. Banyak sekali kutanyakan hal-hal tentang mereka kepadanya dan ia menjawabnya dengan fasih. Aku semakin curiga kalau ia termasuk salah satu tante girang dan kupancing lagi semakin jauh. Justru ia yang bertanya padaku. "Aku jadi curiga padamu To. Kamu kok kelihatannya tertarik dengan tante-tante?" Aku jadi kikuk dan salah tingkah.

"Ahh.. Eee .. Ee ng.. enggak kok". "Dari caramu menjawab saya ragu dengan jawabanmu tadi. Aku memang punya banyak kenalan dan sering berkumpul dengan tante-tante yang sering berkencan gonta-ganti pasangan dengan anak-anak muda. Aku juga sering diajak untuk masuk ke dalam dunianya. Aku tidak mau karena aku sadar bahwa dunia itu tidak cocok untuk keadaanku. Terlalu besar biayanya. Aku tak mampu. Aku juga mau ingatkan padamu, jangan kamu masuk dalam dunia mereka, karena sekali kamu masuk maka kamu akan terjerat dan akan diperbudak mereka. Kamu tidak bisa keluar dari lingkaran itu. Ingat kata-kataku ini. Ini bukan masalah aku bermaksud mengekang atau menguasaimu. Kukatakan ini karena aku tak mau kamu terjerumus". Aku menarik napas panjang. Tangannya meremas kejantananku. Aku membalikkan tubuhku dan dalam posisi duduk di karpet kami akan mengawali pendakian malam ini. Kulihat sekeliling kami. Gelap karena lampu teras dimatikan dan malam ini bulan akan muncul selewat tengah malam. Hanya ada bintang bertaburan yang terlihat jelas karena cuaca cerah tak berawan. Kurasakan hembusan angin malam, dingin menusuk kulitku. Kuperhatikan lagi bagian pekarangannya yang ditumbuhi rumput manila. Cukup terlindung oleh rimbunnya daun perdu dari pandangan di jalan. Kubisikkan padanya, "Aku mau bercinta ditemani oleh bintang". Ia belum paham dengan kata-kataku. "Kamu lihat bagian pekarangan yang ada rumput manilanya? Cukup gelap dan terlindung dari pandangan orang lewat", kataku lagi. Ia kelihatannya mulai mengerti dengan arah pembicaraanku. "Hmm. Kamu selalu penuh dengan ide gila dan liar. Tapi itu yang kusukai darimu". Karpet kami gulung dan kami bawa ke atas rerumputan. Kuedarkan pandanganku sekali lagi untuk meyakinkan bahwa kami tidak terlihat oleh orang yang lewat di gang. Kemudian segera karpet kami hamparkan di atas rumput manila. Terasa lebih empuk daripada ketika dihampar di lantai teras. Kulucuti celana dalamnya terlebih dahulu. Demikian juga ia melepas celana pendek dan celana dalamku. Tanganku mengusap pundaknya yang terbuka. Kucium mesra dan kurasakan tidak ada tali di atas pundaknya. Kupikir dia tidak memakai bra. Kususupkan tanganku dari bagian bawah gaun tidurnya hendak meremas payudaranya. Ternyata masih ada penutup yang masih menghalangiku. Hanny mengerti pikiranku "Stripless.. Yang. Buka saja di punggung seperti biasa" bisiknya lemah. Tanganku ke punggungnya dan sebentar branya sudah kucampakkan ke atas karpet. Kini kami sudah siap untuk mulai mendaki lereng-lereng kenikmatan.

101

Hanny duduk di sebelahku dan menatapku sejenak. Ia merogoh kantung baju tidurnya dan mengambil sesuatu, merobek lalu tangannya memasukkan sesuatu tadi ke mulutnya. Ia mendekatkan mukanya ke mukaku dan menggerayangi pipi dan telinga dengan mesra. Dari mulutnya tercium aroma mint yang segar. Rupanya ia makan permen. Kucium jemari tangannya dan kukulum telunjuknya. Hanny terus mencumbuku. Kupeluk dan kutarik tubuhnya menindihku. Kakinya membelit kakiku. Tangannya merayap di atas dadaku yang tertutup kaus. Ia membelai-belai dadaku dengan lembut dan penuh perasaan. Ia menindih tubuhku. Bibirnya mencium bibirku, lidahnya mendorong permen mint tadi ke luar dan menjepit dengan bibirnya. Kujilati bibir dan permen yang ada dimulutnya. Didorongnya permen ke dalam mulutku dan gantian ia yang menjilati bibir dan mulutku. Demikian aku dan dia saling berganti memainkan permen dalam mulut kami sampai akhirnya habis. Napas kami mulai memburu. Payudara sebelah kanannya kuremas dengan tangan kiriku sementara tangan kiriku memainkanbulu halus di pahanya. Hanny mengerang dan merintih ketika putingnya kugigit kuat dari luar baju tidurnya. "Aduhh.. Sakit To.. Ououououhh.. Nghgghh". Hanny mengusap rambutku dan menjilati lubang telingaku. Aku sudah mulai terangsang. Senjataku mengeras ditindih oleh perutnya. Bibirnya bergerak ke bawah, ke perut dan terus ke bawah. Digigitnya meriamku yang sudah tegak. Ia mengisap-isap buah zakarku dan menjilatinya sampai ke daerah perbatasan dengan anusku. Aku tidak tahan dengan rasa nikmat yang menjalariku. Kugigit bibir bawahku. Tiba-tiba meriamku bergerak refleks mengencang memberikan responnya ketika lidah Hanny menjilat kepalanya. Kemudian kuatur gerakannya dengan mengendalikan otot Kegel yang sudah kulatih. Kuangkat kepalaku sedikit, kulihat Hanny dengan asyiknya menjilat, menghisap dan mengulum meriamku. Aku terpekik kecil setiap lidahnya yang merah menjilati lubang meriamku. Kembali kepalanya ke atas dan bibirnya menyambar bibirku. Kubalas dengan ganas dan kudorong lidahku ke dalam mulutnya, menggelitik langit-langit mulutnya. Lidahku kemudian disedotnya dengan kuat. Dia berjongkok di atas pahaku. Tangannya kemudian meremas dan mengocok meriamku. Meriamku semakin kaku dan membatu. "Ouououaahhkk.. Puaskan dahagaku.. Berikan aku.." ia mendesah.

Tidak lama kemudian kurasakan pantat dan pinggul Hanny bergerak-gerak menggesek meriamku. Dan kemudian.. Blesshh. Kepala meriamku masuk ke dalam gua kenikmatannya. Terasa lembab, hangat namun tidak becek. Kurasakan dinding guanya berdenyut-denyut meremas kemaluanku. Rupanya dia sudah berlatih senam Kegel dan mempraktekkannya saat ini. "Akhh.. Oukkhh", kami saling merintih pelan. Kami harus menahan suara kami agar jangan sampai ada orang yang kebetulan lewat di gang mendengarnya. Hanny mendongakkan kepalanya dan kujilati lehernya. Ia terus menggoyangkan pantat dan memainkan otot kemaluannya sehingga sedikit demi sedikit makin masuk dan akhirnya semua batang meriamku sudah ditelan oleh guanya. Pantatnya bergerak naik turun untuk mendapatkan kenikmatan. Kadang gerakannya berubah menjadi maju mundur atau berputar-putar. Sesekali gerakannya menjadi pelan dan kontraksi ototnya dikuatkan mengurut meriamku. Kemudian ia mengangkat pantatnya dan dengan pelan menggesek-gesekkan bibir guanya pada kepala meriamku beberapa kali dan kemudian dengan cepat menurunkan pantatnya hingga seluruh batang meriamku tenggelam terhisap dalam putaran pantatnya. Ketika batang meriamku terbenam seluruhnya hingga mendesak dasar rahimnya ia bergetar dan kepalanya semakin mendongak. Napasnya mulai terputus-putus. Kusingkapkan gaun tidurnya dan kubuka lewat kepalanya. Kini ia telanjang bulat. Kuisap puting buah dadanya yang sudah membatu. Tangannya tidak mau kalah dan tergesa-gesa melepaskan kausku. Gerakannya semakin liar. Tanganku memeluk punggungnya. Badanku seolah-olah seperti menggantung pada badannya. Kuisap payudaranya yang bergoyanggoyang mengikuti gerakannya. Ia memelukku dan merebahkan tubuhnya ke atas tubuhku. Gantian dia mengeksplorasi area sekitar dadaku sampai dada dan bulu dadaku basah oleh jilatan ludahnya. Kini gerakannya pelan namun bertenaga penuh. Pantatnya naik ke atas sampai meriamku lepas, kemudian ia menurunkan lagi dengan pelan dan kusambut dengan gerakan pantatku ke atas. Kembali meriamku menembus guanya. Ketika meriamku mentok di rahimnya kami berdiam sebentar dan memainkan otot kemaluan seluruh batang meriamku mulai dari pangkal hingga ke ujung seperti diurut. Mendesak dan didesak dinding vaginanya. Tangannya meremas dan menjambak rambutku, punggungnya melengkung menahan kenikmatan. Mulutnya merintih dan mengerang agak keras. Kututup mulutnya dengan tanganku. "Ssstt..!", bisikku, "Jangan sampai nanti kami jadi tontonan orang." "Anto.. Ouhh Anto, aku mau.., aku mau kelu.. ar" "Sshh.. Shh.. Akupun.. Ju.. Ggghh" "Anto sekarang ouhh.. Sekarang" ia memekik tertahan. Kubalikkan tubuhnya. Hanny mengejang, kakinya membelit kakiku. Mulutnya mencari-cari bibirku dan kusambut agar ia tidak merintih-rintih. Vaginanya berdenyut kuat sekali dan pantatnya bergerak ke atas menyambut tusukan terakhirku setelah semua otot yang mendukung ketegangan penisku kukencangkan dan kutahan. Pantatku bergerak kebawah dengan

102

keras hingga meriamku terasa sakit. Mungkin sampai lecet karena iapun mengencangkan otot vaginanya. Tembakanku memancar deras dan sebagian mengalir keluar ke pahanya. Vaginanya terasa becek, namun sempit. Kupeluk punggungnya dan kuusap dengan kuat dari leher sampai ke pinggangnya. Tubuhku melemas di atas badannya. Kucabut penisku yang sudah mengecil dan berbaring di sampingya. Kukecup lembut bibir dan keningnya. Tubuh kami yang basah oleh keringat terasa segar ketika angin bertiup agak kuat. "Terima kasih Anto, kuda arabku. Kau sungguh hebat sekali. Aku nggak tahan setiap bercinta denganmu. Tubuhku serasa remuk semua" ia berbisik di telingaku. "Akhirnya kita nggak jadi Q.. Q, malahan masuk dalam sebuah permainan yang baru", katanya lagi. Aku diam saja sambil mengelus-elus dan mencium rambutnya. Akhirnya Hanny bangkit setelah napasnya teratur dan menghela napas dalam-dalam. Ia mengenakan kembali gaun tidurnya. Akupun memakai celanaku dan sama-sama masuk ke dalam kamar mandi membersihan tubuh kami dari keringat dan ceceran sperma yang lengket di tubuh kami. Setelah kembali ke pekarangan, membereskan karpet arena pertempuran tadi, Hanny kelihatan sedang memasak di dapur. Kudekati dan kulihat lima butir ayam kampung di dalam panci. Begitu air mendidih segera ia mengangkat telur ayam tadi, memecahkannya dalam sebuah gelas, menaburi dengan lada dan kecap asin ia mengaduknya. Diminumnya sebagian telur setengah matang tadi dan kemudian sisanya diberikan kepadaku dan segera kuminum sampai tandas. Aku pulang setelah memberikan french kiss yang ganas. Aku duduk di atas karpet di dalam kamarku merapikan pakaian yang kupakai tadi. Sebuah pengalaman yang baru. Kupikir tadinya kami akan melakukannya dengan cepat, namun kini kami mempunyai sebuah pengalaman baru yang indah. Bercinta di tempat terbuka. "Wuuiihh, dahsyat man!!", kataku dalam hati. Paginya kuintip dari jendela, Hanny sedang menyapu. Ia dalam posisi membelakangi kamarku, daster bagian belakangnya sedikit naik karena ia menyapu sambil membungkuk. Kubayangkan sebentar kalau kami bercinta dalam posisi doggie style. Kubuka kaca nako dan aku bersiul. Ia menoleh, meleletkan lidahnya, menggoyangkan pantatnya dan kembali melanjutkan menyapu. Beberapa hari kemudian Hanny mengajakku berenang di Cisarua. Sebenarnya kalau aku disuruh berenang sendirian ke sana, I.. Hh, sorry saja. Aku bisa kedinginan. Namun karena ada bara yang akan menghangatkanku dengan senang hati kuikuti ajakannya. Hanya ada beberapa orang yang berenang di sana. Kupikir karena hari ini bukan hari libur atau akhir minggu. Jadi paling-paling hanya orang dari Bogor dan sekitarnya saja yang datang. Selesai berenang kami tidak langsung pulang namun Hanny mengajakku jalan-jalan di kebun teh. Kami menyusuri jalan setapak, namun kemudian Hanny menyeretku masuk ke dalam kerimbunan rumpun teh agak jauh dari jalan setapak tadi. Yang kelihatan dalam pandangan kami cuma daun dan pohon teh saja. Jalan raya dan jalan setapak sudah tidak kelihatan. Kami berhenti dan tidak lama kedua tangannya menggayut manja di leherku. Dikeluarkannya handuk besar yang dipakai mengeringkan tubuh seusai berenang tadi. Dihamparkannya di atas rerumputan di antara pepohonan teh. Hmm.. Rupanya ia akan mengulangi peristiwa di pekarangan rumahnya. Matahari sudah agak condong ke barat. Udara dingin menyapu tubuh kami. "Ada orang lewat nanti Han!" kataku mengingatkan. "Tidak ada. Pemetik teh tidak akan datang ke kebun sore-sore begini. Kalau nanti ada yang lewat pasti dia pasangan berbeda jenis seperti kita yang juga mencari tempat", katanya sambil tertawa kecil. Benar juga kupikir. Mungkin kalau hari libur banyak orang Jakarta yang mencari udara segar bisa saja tersesat sampai di tempat kami, namun sekarang bukan hari libur. Jadi kupikir aman saja. Resiko selalu ada, namun masih imbang dengan keuntungannya. Tidak lama kemudian kami berdua sudah berbaring berpelukan dalam keadaan bugil. Kucium bibirnya dan kuremas buah dadanya. Ia merintih, nafsunya mulai bangkit. Kubalikkan tubuhnya sehingga membelakangiku. Kuciumi tengkuk, cuping telinga, leher dan punggungnya. "Ouhh jangan kau siksa aku.. Ayo kita lanjutkan say.." Kami kembali berbaring miring berhadapan. Kuremas dadanya dengan kuat, kupilin putingnya. Kemaluanku cepat mengeras. Mulutnya mencari bibirku ketika bibirku sedang menjilati lehernya. Kuangkat sebelah kaki yang ada di atas dan kucoba memasukkan kemaluanku ke dalam vaginanya. Beberapa kali kucoba dan hanya kepala penisku yang bisa menyentuh bibir vaginanya. Akhirnya Hanny memajukan pantatnya, dada dan kepalanya menjauh dari tubuhku. Dalam posisi demikian akhirnya dengan kerja keras aku bisa menembus guanya. Kudorong pantatku maju mundur dengan pelan. Agak sulit melakukannya dalam posisi miring. Kuputar badannya, tubuhku kini ada di atasnya. Kugenjot vaginanya. Tak berapa lama kembali ia memainkan otot vaginanya. Aku membiarkan ia bermain sendiri tanpa membalas kedutan ototnya. Pantatku kunaik-turunkan dan rasa nikmat menjalar di sekujur tubuh kami. Kadang pantatku kugantung dan ia menaikkan pantatnya, menyongsong dari bawah. Demikian dalam posisi ini kami bertahan beberapa saat sampai akhirnya aku merasakan denyutan yang kuat di ujung penis dan sualtu liran yang cepat mengalir dalam saluran kencingku.

103

Keringat sudah membanjir di tubuh kami. Dinginnya udara tidak terasa lagi. Kupacu kudaku mendaki lereng terjal menuju ke puncak penuh kenikmatan. Kami saling memagut, mencium, meremas dan menjilat bagian tubuh yang bisa kami capai dengan mulut dan tangan kami. "Aku tidak tahan lagi. Hebat kamu To, aku keluar.. Oukhh" "Eeahh.. Haahhnn .. Nnyyhh!" Ia berteriak dan melengkungkan badannya. Kuselesaikan permainan ini dengan sempurna. Kutekan kemaluanku sedalam yang aku bisa. Tangannya mencengkeram handuk. Sunyi sejenak tanpa ada suara apapun kecuali napas kami yang hampir putus. Hanny memutarkan tubuhnya tanpa melepaskan kemaluanku, dalam posisi di atasku. "Luar biasa kamu Anto, aku.. Seperti.. Tidak mau melepaskanmu". "Akupun sangat puas, permainanmu juga hebatth", kataku sambil mengacungkan jempol. Kami turun ke Bogor dan pulang ke rumah. Malamnya ia ke kamar kosku sambil membawa sekantung anggur hijau untukku. Ia memberi kode jari tengah bertemu dengan ibu jari. Aku menggeleng, kukatakan bahwa tenagaku sudah habis, nanti malah kamu kecewa. Luar biasa wanita ini, seakan gairahnya tidak pernah padam. Ia tersenyum, mengerti dengan keadaanku yang memang sangat kelelahan. Akhirnya ia pulang dan akupun tidur dengan memeluk guling erat-erat. Pengalaman berikutnya terjadi setelah kami bergumul ria di sebuah bungalow di kawasan Puncak. Sengaja kami memilih bungalow yang paling ujung dan sudut. Di belakang bungalow ada tanah kosong yang ditanami rerumputan selebar tiga meter dan kemudian dibatasi dengan tembok yang mengelilingi kompleks bungalow. Keadaan di belakang bungalow ini tidak akan terlihat dari sudut manapun. Satu babak permainan yang panjang dan liar sudah kami selesaikan dengan satu hentakan dan dengusan napas panjang. Keadaan ranjang berantakan sekali. Sprei sudah terlepas dan tersingkap kemana-mana. Bantal dan guling berjatuhan di lantai. Pakaian berceceran di lantai. Setelah mandi bersama dengan air panas kubawa kursi plastik tanpa sandaran tangan yang ada di teras bungalow ke belakang. Aku bertelanjang ada, hanya mengenakan celana pendek tanpa celana dalam. Kupikir mengenakan celana dalampun percuma. Tetanggaku yang binal ini masih minta extra show. Aku duduk sambil mengamati bunga yang banyak tumbuh di sana. Sejuknya udara puncak membuatku berniat masuk ke kamar. Tapi sebelum aku beranjak Hanny telah menyusulku dengan mengenakan jubah mandi. Aku yakin 101%, dia tidak mengenakan apa-apa lagi di baliknya. "Enak juga duduk disini, sepi", katanya sambil menjatuhkan pantatnya di pangkuanku. Tangannya langsung merangkul leherku. Hhh.. Kami mengobrol sambil sementara tubuhnya masih berada dipangkuanku. Sejuknya udara hilang begitu saja karena panas tubuh kami yang saling menghangatkan. Hanny mulai menggelitik telingaku dengan lidahnya, "Lagi dong.. Yang!" bisiknya lirih. Kuubah posisi duduknya sehingga ia kupangku dengan tubuh berhadapan. Kutarik rambutnya ke belakang sehingga kepalanya menengadah dan lehernya yang putih mulus segera basah oleh jilatan dan kecupanku. Perlahan-lahan kejantananku bangkit kembali. Kemudian kutarik tali jubah mandinya. Mataku tak berkedip. Buah dadanya yang montok putih mulus dengan puting yang coklat kemerahan terasa menantang untuk kulumat. Kuremas-remas lembut payudaranya yang semakin mengeras. "Ohh.. Teruss To.. Teruss..!" desahnya. Kuhisap-hisap putingnya yang keras seperti kelereng, sementara tangan kiriku meremas pinggang dan buah pantatnya. Desahan kenikmatan semakin keras terdengar dari mulutnya. Kemudian ciumanku beralih ke ketiaknya. Hanny mengangkat lengannya untuk memberikan kesempatan padaku menciumi ketiaknya. Ia kegelian sambil mendesah, matanya terpejam dan kepalanya menengadah. Ia mengikik ketika melihat kejantananku sudah setengah berdiri menempel pada perutnya. Tanpa basa-basi, ia menyambar kejantananku serta meremas-remasnya. "Oh.., ennaakk.., terussh..!" Desisanku ternyata mengundang gairahnya untuk berbuat lebih jauh. Ia kemudian melepaskan pelukanku dan berjongkok. Ditariknya celanaku hingga terlepas dan dengan serta merta melumat kepala kejantananku. "Uf.. Sshh.. Auhh.. Nikmmaat.." Dikeluarkannya seluruh kemahirannya.

104

Ia tidak memberikan kesempatan kepadaku untuk berbuat banyak kecuali merintih dan memegang kepalanya. Dengan semangat, bibirnya mengulum dan tangannya mengurut kejantananku. Aku terbuai dengan sejuta kenikmatan. Tangannya terus mengocok, dan mulutnya terus melumat dan memaju-mundurkan kepalanya. "Oh.. aduhh..!" teriakku dengan penuh kenikmatan. Kuangkat lengannya, kami berdiri, kemudian berputar, kududukkan dia di atas kursi. Ia mengerti maksudku. Posisi duduknya agak maju, kakinya dibuka lebar. Kusibakkan pahanya semaik lebar. Aku melihat vaginanya yang berwarna merah muda dengan rumput hitam yang tebal tapi ditata rapi.. Aku berjongkok di depannya. Jari tengah dan ibu jariku membuka vaginanya. Dengan penuh nafsu, aku menciumi kemaluannya dan kujilati seluruh bibir luar dan sampai bibir dalamnya. "Oh.. teruss.. An.. To.. Aduhh.. Nikmat..". Aku terus mempermainkan klitorisnya yang sebesar biji kacang tanah. Seperti orang yang sedang berciuman, bibirku merapat di belahan vaginanya dan lidahku terus berputar-putar di dalamnya. "Anto.. oh.. teruss sayamgg.. Oh.. Hhh!!". Desis kenikmatan yang keluar dari mulutnya, semakin membuat gairahku berkobar. Kusibakkan bibir kemaluannya tanpa menghentikan aksi lidahku. "OOoh.. Nikmat.. Teruss.. Teruss.." teriakannya semakin merintih. Ia menekan kepalaku dan menjepit dengan pahanya. Ia mengangkat pinggul, cairan lendir yang keluar dari dinding vaginanya semakin membanjir. Sebagaimana yang ia lakukan kepadaku, aku juga tidak memberikan kesempatan padanya untuk melepaskan kepalaku. Vaginanya sudah basah terkena ludah bercampur lendirnya. Aku jilat lagi, terasa sedikit asin tapi nikmat. "Sudah To.. Sudah.. Ayo kita..!!" Aku meraih tangannya dan kubaringkan di atas rumput. Rambutnya sudah awut-awutan, jubah mandinya sudah melorot. Dengan sedikit mengerakkan badan, maka jubah mandinya pun terlepas, menjadi alas tempat kami bergulat. Kemudian kami sama-sama berpagutan bibir. Ternyata, wanita cantik ini benar-benar sangat agresif dan ekspresif. Kugulingkan badanku, aku ingin untuk sementara ia yang mengendalikan kapal. Ia menjilat leher kemudian dada dan putingku. Aku merasakan nikmat yang luar biasa. Hanny tersenyum. Lalu kucium bibirnya. Kami berciuman kembali. Lidahnya dimasukkan ke dalam mulutku, menari dalam rongga mulutku dan menjilati langit-langit mulutku. Aku membalas dengan mengulum dan menghisap lidahnya. Gairah kami semakin bergelora dan kini saatnya untuk menimba kenikmatan. Kutarik buah kejantananku sehingga kelihatan semakin tegak dan memanjang. Pinggulnya naik dan bergerak di atas pahaku. Kumasukkan kejantannaku ke dalam vaginanya yang basah. Blesshh.. "Hhhahh!! Ooh.., enakk..". Tanpa mengalami hambatan, kejantananku terus menerjang ke dalam vaginanya. "Oh.., Gimana.. Rasanya sayang.., Ouuh!!" ia berbisik. Batang penisku sepeti dipilin-pilin. Hanny terus menggoyangkan pinggulnya. "Oh.. Hannyku.. Terus.. Sayang.. Mmhhkk..". Pinggulnya kuhujamkan lagi lebih dalam. Hanny dengan hentakan pinggulnya yang maju mundur, naik turun dan berputar semakin menenggelamkan kontolku ke liang kenikmatannya. "Oh.. Isap dadaku.. Sayaangg, remass.. Terus.. Oh.. Uhhu..!" Erangan dan rintihan kenikmatan terus memancar dari mulutnya. "Oh.. Hanny.., terus lebih cepat..", teriakku menambah semangatnya. Goyangan pinggulnya semakin di percepat. Tangannya menekan kuat dadaku. Aku menaikkan pinggulku dan bergerak melawan arah gerakan pinggulnya agar bisa saling memberikan kenikmatan. "Ahh.. Ah.., aku.. Cepat.. Aku.. Maa.. Uu.. Keluuaarr.. Oh..!" ia mendesah. "Jangan.. Ta.. Han dulu aku masih ingin menik.. Mati tu.. Buh.. Mu!" kataku terengah-engah.

105

Aku tahu wanita ini hampir mencapai puncak kulminasi kepuasannya. Kemudian aku membalikkan tubuhnya, sehingga posisinya di bawah. Kuputar dan kunaikturunkan pinggulku. Iapun membalasnya dengan gerakan berlawanan. Kalau aku berputar ke kiri, ia ke kanan. Kalau aku menaikkan pinggul ia menurunkannya dan ketika aku menurunkan pinggulku, maka pinggulnya pun naik menyambut hantamanku sambil memekik kecil.

Kuberikan isyarat agar berhenti dulu sambil beristirahat sejenak. Kami hanya berdiam dengan saling memeluk. Kali ini tidak ada erangan atau pekikan. Yang ada hanya desisan kecil dan desahan lembut. Otot kemaluan kami saling berkontraksi. Rasanya kejantananku seperti diisap oleh sesuatu yang lembut. Tangannya terus mengelus punggung dan pinggangku. Setelah beberapa saat berdiam, maka dengan perlahan aku mulai menggenjotnya lagi. Kuberikan irama 7-1. Aku menggenjotnya dengan pelan tujuh kali dan berikutnya kuhempaskan seluruh berat tubuhku di atas tubuhnya. "Hhgghhkk..". Ia menahan napas menahan gempuranku. Bibirnya mengejar putingku dan mengulumnya. "Ohh.. Hanny.. Geli.. Desahku lirih. Namun Hanny tidak peduli. Ia terus mengecup, mengulum putingku kanan kiri berganti-ganti. Karena rangsangan pada putingku maka kupercepat genjotanku sehingga ia memekik-mekik kecil. "Oh.. Anto.. Nikmatnya.. Jantanku.. Kamu..!" Ia diam hanya menunggu dan menikmati gerakanku. Beberapa saat ia hanya diam saja, seolah-olah pasrah. Aku menjadi gemas, kutarik rambutnya kebelakang. Dadanya naik dan kugigit putingnya. Kukecup gundukan payudaranya kuat sampai memerah "Ouhh.. Sakit.. Ped.. Dih. Ouhh..!" Kurasakan aku tidak akan kuat lagi menahan desakan dalam saluran kencingku. Kutatap matanya dan kubisikkan," Sekarang.. Yang.. Sekarang". Ia mengangguk lemah," Yyachh.. Eghhkk". Begitu semprotan pertama kurasakan sudah diujung laras meriamku, maka kembali kuhempaskan tubuhku ke bawah. Hanny menyambutnya dengan menaikkan pinggulnya kemudian memutar dengan cepat dan kembali turun. Tangannya menjambak rambutku dan kemudian memukul-mukul rerumputan. Akupun menarik rambutnya dan kepalaku kutekan di lehernya. "Oh.. To.. Anto.. kau begitu pintar memuaskanku. Gila.. Kau liar sekali kuda arabku", ujarnya. Denyutan-demi denyutan berlalu dan semakin melemah. Kukecup kening dan bibirnya dan menggelosor di sampingnya. "Kalau begini terus rasanya aku tidak usah pakai pakaian saja To" katanya mesra sambil mengusap-usap dadaku. Setelah beberapa lamanya berpelukan dan beberapa kali ciuman ringan, udara dingin kembali terasa. Kami masuk ke dalam. Mandi berpelukan berendam dalam air hangat dan memejamkan mata. Setelah itu kami makan sate kambing dan minum air jahe untuk bekal pertempuran berikutnya. Aku sebenarnya sudah puas dan cukup, namun karena ia memintanya lagi maka aku harus bersiap lagi. Tidak terasa sudah hampir setahun aku tinggal disana dan berolah tubuh dengan Hanny, tetangga kosku. Selama menjalin hubungan dengan Hanny, sempat kucicipi kehangatan tubuh beberapa wanita lain. Tentu saja tanpa sepengetahuan Hanny. Ada Titin yang karyawan pabrik garment di Cibinong, ada Ida sang Wanita Penjaga Showroom dan Wiwik, wanita bersuami yang menjadikan aku oase tempat pemuas dahaganya. Rencana penelitian skripsiku sudah disetujui pembimbing dan seminggu lagi aku harus berangkat ke Banyuwangi selama dua bulan untuk melakukan penelitian tentang kehidupan masyarakat nelayan di sana. Akupun sudah memberitahu Hanny mengenai rencana keberangkatanku. Aku sudah mulai "bosan" dengan Hanny. Dalam arti begini, setiap kali bertemu untuk bercinta rasanya sudah cukup sekali saja aku orgasme atau paling banyak dua kali. Terakhir kali bercinta seharian pada minggu lalu kubiarkan ia mengejang sampai empat kali, sementara aku hanya dua kali menembakkan amunisi senjata biologisku. Tiga hari sebelum berangkat kami hanya sempat Quicky.. Quicky di atas sofa ruang tamunya. Ia sebenarnya menginginkan permainan yang panjang dan lama. Namun karena keadaan tidak memungkinkan, dia hanya bisa membekaliku dengan beberapa gigitan memerah di bahu dan dadaku. Selama di lokasi penelitian aku sempat merasakan kehangatan tubuh wanita di sana. Dua kali pada saat menyeberang ke Bali untuk mendapatkan data pembanding, aku melakukannya dengan PSK. Namun klimaks yang kucapai terasa hambar. Hanya sekedar ejakulasi untuk menumpahkan mani yang sudah penuh. Namun secara emosional aku tidak terpuaskan. Dua bulan berlalu dengan cepat.. Aku kembali di rumah menjelang tengah malam. Badanku terasa remuk semua setelah melintasi pulau Jawa dari ujung timur sampai hampir di ujung baratnya. Langsung aku tertidur

106

sampai agak siang. Suara Hanny menyapu di pekarangannya tidak mampu membangunkanku. Aku bangun setelah matahari sepenggalah. Setelah mandi dan membereskan pakaian kotor, terasa perutku lapar sekali. Hanny melambaikan tangannya ketika aku melintas di depan rumahnya. "Anto!! Kapan kamu sampai!" "Tadi malam Bu?" kataku agak kikuk setelah selama dua bulan tidak bertemu dia. Juga kebetulan dari arah berlawanan ada tetangga yang juga lewat. Dia memandangiku dengan mata berbinar-binar. "Kamu tambah hitam dan agak kurusan sedikit," katanya setelah mengamatiku sesaat. "Yahh, selama dua bulan terus berjemur di panas matahari, makan juga teratur. Sehari dua kali, pagi dan sore karena siang masih di lapangan", kataku. Diam sesaat. "Ya sudah. Kamu istirahat dulu, nanti kukirim air jahe agar tenagamu cepat pulih. Lusa aku berangkat ke Ciamis, ada saudara yang mau menikah. Aku sudah bilang Pak Edi. Eka tidak ikut karena belum liburan. Karena kamu sudah tiba di sini, maka jadwal perjalananku berubah. Kita bisa merasakan asinnya air laut Pangandaran. Aku akan ngomong lagi sama Pak Edi sampai berapa hari berada di Ciamis". Kupikir dalam beberapa hari ke depan aku tidak sibuk. Konsep laporan penelitianku sudah kusiapkan dari lapangan, rencananya akan kubaca lagi dan kuserahkan ke dosen pembimbing seminggu lagi. Huuhh!! Rekreasi tapi sekaligus kerja keras lagi. Lusanya kami berangkat pada malam hari. Perjalanan ke Banjar tidak terasa lama, karena di sepanjang perjalanan tangan kami sibuk bekerja menyatakan keinginan dan kerinduan kami masing-masing. Dari Banjar kami melanjutkan perjalanan ke Pangandaran. Agak siang kami tiba di Pangandaran. Kami masih merasakan lelah karena perjalanan tadi. Sampai di kamar sebuah hotel kami langsung mandi berdua dengan melakukan sentuhan dan kecupan ringan sebagai pemanasan. Kamar yang cukup indah, terletak di lantai dua dengan pandangan sea view di bagian selatan. Di bagian timur dan barat ada jendela kecil untuk memandang sunrise dan sunset. Bed cover warna biru laut menambah sejuk dan menciptakan suasana santai. Kami merencanakan untuk istirahat dulu dan nanti sore baru mulai menikmati indahnya Pangandaran. Menjelang tengah hari kami bangun dan makan siang. Kami pilih restoran dengan menu sea food. Setelah melihat-lihat menu aku putuskan untuk memesan udang dan kerang sekalian sebagai aphrodisiac, makanan penambah tenaga seksual. Setelah makan kami kembali lagi ke hotel dan duduk-duduk memandang ombak laut selatan yang berkejaran dan memecah di pantai. Beberapa lama kemudian matahari sudah mulai condong ke barat. Cuaca sedikit berawan sehingga panas mataharipun agak tereduksi, namun kuperkirakan tidak akan turun hujan. Kuajak Hanny untuk jalan dan berenang di Pananjung sambil menunggu sunset. Kubisikkan agar membawa pakaian ganti, namun sekarang ini tidak usah mengenakan pakaian dalam. Iapun mengerti kalau aku mengajaknya outward adventure di pantai. Ia mengenakan baju lengan panjang yang agak tebal agar putingnya tidak membayang dari luar, aku mengenakan kaus lengan pendek. Kami sama-sama mengenakan celana pantai yang longgar. Pakaian ganti dan handuk kumasukkan ke dalam tas kecil dan kusandang di bahu. Kamipun masuk ke Pananjung melalui gerbang Taman Wisatanya. Kami memilih jalan-jalan setapak yang jarang dilintasi orang. Bahkan kadang-kadang menerobos semak-semak. Kalau keadaan sekitarnya kelihatan aman dan sepi, maka kamipun dapat melakukan ciuman, rabaan dan remasan ringan. Ia sangat menikmati perjalanan pendek ke pantai Pananjung ini. Perjalanan yang normalnya paling lama ditempuh tigapuluh menit, kami lakukan dengan santai dan berbelok-belok sehingga setelah sejam lebih kami baru menginjakkan kaki di atas pasir. Kami terus berjalan di pantai ke arah timur sampai agak jauh dan tidak ada orang lagi yang ada di sana. Kusergap dia dari belakang dan kubanting pelan ke atas pasir. Kuterkam dan kamipun bergulingan di atas pasir yang basah. Kami masih terus berpelukan, berciuman dan berguling-guling. Ketika ombak memecah di pantai, maka tubuh dan pakaian kamipun menjadi basah. Kami saling menatap dan tertawa bersama-sama dan kembali berpelukan lagi. Kubopong tubuhnya dan kuceburkan di air. Ia berteriak-teriak lepas dan menarik tanganku sehingga akupun juga terjatuh di air. Ia makin tertawa senang dan menekan bahuku. Kami terus bermain air sambil berciuman dan mengusap tubuh pasangan kami. Bibir kami ikut basah oleh air laut yang asin, sehingga ketika berciuman juga terasa sedikit asin. Namun hal ini tidak mengurangi kenikmatannya, bahkan terasa lebih nikmat karena ada rasa yang baru yang sebelumnya belum pernah dilakukan. Ciuman dan remasanlu semakin lama semakin ganas. Iapun mengerti kalau nafsuku sudah mulai bangkit. Ia mengajakku ke luar dari air. Sambil tetap berciuman kami keluar dari air perlahan-lahan. Handuk besar dari dalam tas kami keluarkan dan kuhamparkan di atas rumput yang terlindung semak-semak agak jauh dari bibir pantai. Beberapa detik kemudian kamipun sudah saling melepas pakaian. Kubaringkan ia di atas handuk dan segera kupeluk dan kucium. Ia mendesah dan menggesek-gesekkan pipinya pada pipiku. Bibirnya mengulum daun telingaku dan mendesah.

107

"Ohh.. Anto. Dua bulan lebih aku menunggu saat-saat seperti ini". Kuciumi telinganya dan kubisikkan,"Hannyku, akan kutumpahkan kerinduanku dan memuaskan penantianmu..". "Pasti penuh dan kental manimu. Selama dua bulan lebih tidak dikeluarkan. Sirami milikku dengan airmu," katanya. Kepalaku kubenamkan ke dadanya dan beraksi mencium dadanya yang padat kemudian menggigit belahan dadanya dan menjilati putingnya. Masih ada sisa-sisa air laut. Kejantananku mulai bereaksi ketika tangannya menyusup di antara pahaku. Pelan tapi pasti kejantananku mulai membesar sehingga terasa mulai mengganjal. Kunaikkan pantatku untuk mengurangi rasa tekanan kejantananku pada perutnya. Kemudian tangannya mengarahkan kejantananku sehingga kepalanya berada sedikit di bawah pusar. Tangannya kebawah, kemudian meraba, mengusap serta memainkan penisku. Kini kepalaku bergerak ke leher, dada, menjilt putingnya dengan jilatan ringan kemudian terus ke bawah sampai di selangkangannya. Aku mulai menjilati dan memainkan tonjolan daging kecil bi bagian depan vaginanya. Bibir vaginanya yang berwarna kemerahan kuusap dengan bagian dalam telunjukku. Kembali rasa asin menempel di lidahku, namun kemudian berubah menjadi rasa air yang segar agak lengket. Ia terhentak dan mengejang sesaat ketika clitnya kujilat dan kujepit dengan kedua bibirku. Kulepas dan kujepit lagi. Ia merengek-rengek agar aku menhentikan aksiku dan segera melancarkan serangan terakhir, namun aku sendiri masih ingin menikmati dan melakukan foreplay yang lama. Beberapa saat aku masih dalam posisi itu. Tangan kirinya memegang kepalaku dan menekankannya ke celah pahanya. Tangan kanannya meremas-remas payudaranya. Kepalaku kulepas dari selangkanganku dan kemudian mulutku bermain dengan puting payudaranya. Hanny kelihatannya tidak sabar lagi dan dengan sekali gerakan tangannya suda memegang kemudian mengocok penisku dan menggesekkannya pada bibir vaginanya. Tanganku mengusap gundukan payudaranya dan meremas dengan pelan dan hati-hati. Ia menggelinjang. Mulutku menyusuri leher dan bahunya kemudian mencari-cari bibirnya yang sudah setengah terbuka. Penisku yang sudah mengeras mulai mencari sasarannya. Kuremas pantatnya yang padat dan kuangkat pantatku. "Anto.. Kumohon.. Masukk.. Kan!" Tangannya menarik penisku dan memasukkan ke dalam guanya yang sudah basah. Aku tidak melawan dan segera kutancapkan penisku dalam-dalam ke dalam liang vaginanya. Hanny bergerak menentang arah gerakanku untuk menghasilkan kenikmatan yang semakin dalam. Aku bergerak semakin cepat dan mulai kurasakan aliran yang tidak terkendali di tubuhku. Aku ingin segera mengeluarkannya namun aku harus memuaskannya terlebih daulu. Aku menurunkan irama permainan. Kini ia yang bergerak-gerak liar. Gerakan demi gerakan, teriakan demi teriakan dan akhirnya Hanny sampai ke puncak sesaat kemudian setelah mengeluarkan teriakan keras dan panjang. "Aachhkk.. Anto.. Ouhh". Tubuhnya mengejang dan pantatnya naik. Untuk memaksimalkan kepuasannya maka kutekankan penisku ke dalam vaginanya. Ketika dinding vaginanya berdenyut, maka kubalas dengan gerakan otot Kegelku. Iapun kembali mengejang setiap kali otot Kegelku kugerakkan.

Sejenak kubiarkan ia beristirahat tanpa mencabut penisku. Kami saling mengusap tubuh satu sama lain. Aku merasakan ada beberapa pasang mata yang mengintip di balik semak-semak. "Ada yang ngintip Han!" kataku. "Biar saja, selagi mereka tidak mengganggu kita. Paling hanya anak-anak kampung atau sesama turis yang tersesat. Aku malah merasa semakin nikmat kalau diintip," katanya tenang. Ketika gairahnya kembali bangkit, maka aku mengenjotnya lagi dengan perlahan untuk mengembalikan ketegangan penisku yang sudah mulai menurun karena ketika kami beristirahat tidak ada rangsangan kenikmatan. Aku memeluknya kembali, kemudian mengencangkan penisku dan menggenjotnya lagi. Setelah kurasakan penisku mengeras kembali, maka kuberikan isyarat untuk doggy style. Ia mendorong tubuhku agar dapat mengambil posisi menungging, namun kutahan. Kuangkat kaki kirinya dan kuputar melewati kepalaku. Ia sudah membelakangiku dalam keadaan berbaring. Pantatnya dinaikkan sedikit dan kugenjot lagi vaginanya. Kurebahkan badanku di atasnya. Kami berciuman dalam posisi ia kunaiki tengkurap, sementara kemaluan kami masih terus bertaut dan menjalankan kegiatannya. Aku menusuk vaginanya berulang kali. Ia pun mendesah sambil meremas rumput di dekatnya. Aku berdiri di atas lututku dan kutarik pinggangnya. Kini ia berada dalam posisi nungging dengan pantat yang disorongkan ke kemaluanku. Setelah hampir dua puluh menit permainan kami yang kedua ini, Hanny semakin keras berteriak dan sebentar-sebentar mengejang. Vaginanya terasa semakin lembab dan hangat. Kuhentikan genjotanku dan kucabut penisku. Hanny berbalik telentang dan sebentar kemudian aku naik ke atas tubuhnya dan kembali menggenjot vaginanya. Akhirnya aku merasa hampir mencapai puncak dari kenikmatan ini. Kutarik buah zakarku sehingga penisku keliatan agak memanjang. "Hanny, kayaknya aku nggak tahan lagi, aku mau keluar," teriakku. "Ouhh.. Tunggu dulu.. Sebentar lagi.. Kita sama..".

108

Napas kami semakin terengah-engah. Kukendorkan sebentar otot Kegelku dan kemudian kukencangkan, kutahan dan kugenjot lagi dengan cepat. Deburan ombak di pantai juga seolaholah menambah semangatku. Kupercepat gerakanku seakan berlomba dengan ombak yang berkejaran. Akhirnya tak lama kemudian kami bersama mencapai titik trianggulasi tertinggi. Aku menyemprotkan spermaku terlebih dahulu. Hanny semakin cepat menggerakkan tubuhnya agar tidak ketinggalan dan tak lama Hannypun mendapatkan puncaknya ketika penisku masih menyemburkan sisa-sisa lahar kenikmatan. Setelah itu kami terbaring lemas. Sekilas terlihat bayangan orang yang mengendap-endap menjauh. Setelah mandi dan berenang lagi sebentar, maka kamipun duduk menikmati sunset dan segera pulang ke hotel. Dalam perjalanan ke hotel, Hanny singgah sebentar di sebuah kios. "Kamu tunggu saja di sini, ada yang mau kubeli!" katanya. Aku tidak berpikir apa-apa, paling dia beli air minum atau makanan kecil. Tiba-tiba aku melihat di samping kios tadi ada toko obat. Entah bagaimana tiba-tiba timbul keinginanku untuk merasakan bersetubuh dengan menggunakan kondom. Selama ini kami bersetubuh secara alami, karena toh dia juga masih ikut KB suntik. Selagi Hanny sibuk di kedai, maka akupun membeli sekotak kondom dan kusimpan di saku celanaku. Kami tiba di kamar hotel dan segera mandi untuk menghilangkan rasa lengket akibat air asin. Setelah mandi, badan terasa segar dan perut terasa lapar. Kami makan di sebuah rumah makan kecil di dekat hotel. Rumah makan yang cukup bersih dan asri, hanya berdinding anyaman bambu setinggi dada. Bau khas laut terbawa angin yang bertiup perlahan.

Setelah makan, langit sudah mulai gelap. Bulan di arah timur sudah mulai muncul. Kupikir-pikir malam ini belumlah purnama penuh, paling tanggal 12-13 menurut kalender Jawa. Kami berjalan menyusuri pantai sampai ke ujung, dan kembali lagi ke arah hotel. Sekitar jam sembilan kami sudah sampai di hotel dan duduk di teras hotel sambil memandang laut. Hanny sudah berganti pakaian dengan baju yang bagian atasnya terbuka berwarna pink dan celana pendek dari jeans. Branya yang berwarna hitam dengan model tanpa tali di bahu terlihat tidak mampu menampung buah dadanya. Ia duduk di atas pagar teras kamar dan aku memeluk dari samping, sambil bibirku mulai bekerja memberikan pemanasan, menciumi daerah leher, pelipis dan sekitarnya. Angin mulai bertiup agak kencang sehingga Hanny mulai menggigil. Tanganku dipegangnya dan didekapkan di dadanya. Kubisikkan di telinganya, "Daripada kita kedinginan lebih baik kita panaskan dulu suasana ini!" Ia tidak menjawab namun tubuhnya turun merosot dari pagar teras tempat ia duduk dan kemudian tangannya menggelayut di leherku. Kuangkat tubuhnya yang montok itu. Bibirnya menempel di leherku dan segera kami masuk ke dalam kamar. Kumatikan lampu kamar sehingga cahaya bulan yang kuning keemasan menerangi kamar kami. Ketika aku hendak menyalakan lampu tidur, ia menahanku, "Aku ingin bercinta dengan diterangi cahaya bulan malam ini," katanya. Tidak lama kami sudah berpelukan di atas ranjang. Tak lama kemudian tubuh bagian bawahnya sudah telanjang, sementara aku sudah telanjang bulat. Aku sengaja belum membuka bajunya karena ingin menikmati pemandangan di depanku ini. Tubuh yang putih mengenakan pakaian tipis terbuka di atas sedang berbaring di ranjang dengan bed cover biru laut diterpa sinar bulan kuning keemasan. Sungguh suatu pemandangan yang luar biasa. Sementara di bagian pangkal pahanya terbayang sejumlah rumput hitam yang rapi mengitari sebuah telaga. Ia membuka pahanya sehingga telaganya yang berwarna kemerahan sangat menantang. Aku hanya diam dan mengelus-elus perutnya. "Kamu cuma akan memandangi aku begini terus atau..". Belum habis kata-katanya kucium bibirnya dan aksiku pun segera berlanjut. Kutindih dan kujelajahi sekujur tubuhnya dengan jariku. Mulutnya mendekat ke telingaku dan berbisik. "Ouuhh.. Anto.. Jantanku.. Terserah kamu apapun yang akan kau lakukan..". "Aku akan memuaskanmu sampai kamu tidak ingin berhenti.." kataku membalas bisikannya. "Ouhh.. Apa.. Saja. Akhh..!" Dari bibir lidahku turun ke dada dan ke samping, mengecup pinggul dan pinggangnya, kemudian ke arah pahanya. Hidungku kutempelkan di bibir vaginanya. Tercium aroma harum dan segar. Kulebarkan pahanya kuberikan rangsangan di sekitar pangkal pahanya tanpa menyentuh vaginanya. Ketika kugigit pahanya sampai merah ia memekik. "Antoo.. Jangan.. Sudah To!" pekiknya. Kepalaku kembali ke dadanya dan kuminta dia untuk berguling ke atas. Dengan cepat kami berguling. Kuraih bagian bawah bajunya dan dengan cepat kulepaskan lewat kepalanya. Kukecup gundukan payudaranya yang keluar dari cupnya. Bra-nya dengan sekali jentikan jariku kemudian terlepas. Kusambut payudaranya dengan jilatan lidahku melingkari sekitar puting dan dengan sekali jilatan halus. Hanny memencet pangkal payudaranya sehingga payudaranya seperti mengencang. Hanny kemudian membawa payudaranya ke mulutku dan kusambut dengan rakus seperti bayi yang sedang kehausan susu ibunya. Kugantikan posisi tangannya dan kuremas. Ujung putingnya kujilat dan kumainkan dengan gigitan lembut bibirku. Ia semakin terangsang dan ingin segera

109

mendaki lereng kenikmatan. Tangannya mengocok penisku dengan lembut. Dikecupnya kepala penisku, diratakannya cairan bening yang sudah mulai keluar dari lubang kencingku dengan mulutnya. Aku menahan napas ketika lidahnya menjilati lubang kencingku. Kini ia jongkok di atas pahaku dan mulai mengarahkan penisku ke dalam liang vaginanya. Aku tiba-tiba ingat akan keinginanku. Kuambil kondom yang tadi kusisipkan di bawah bantal. Hanny melihatnya dan menyatakan protes. "Ihh, ngapain pakai kondom, nggak nikmat. Nggak, aku nggak mau". Aku menjelaskan bahwa aku ingin mencoba rasanya bersetubuh dengan menggunakan kondom. Akhirnya kami bersepakat coba saja dulu, kalau nanti kurang nyaman tinggal cabut saja. Kini ia menyobek bungkus kondom tadi. Dikocoknya penisku sebentar sampai menegang maksimal, kemudian dipasangnya kondom tadi dengan hati-hati di ujung penisku dan dibuka gulungannya ke batang penisku. Rasanya agak asing, seperti ada permukaan licin dan sedikit berminyak. Hanny segera mengarahkan penisku, melanjutkan pekerjaan yang tertunda sebentar dan tak lama peniskupun masuk ke dalam liang vaginanya. Rasanya memang berbeda, sepertinya penisku diselaputi lendir yang licin, sehingga gesekan kulit penisku dengan dinding vaginanya kurang terasa. Kukeraskan ototku sedikit dan Hannypun mulai menggerakkan pantatnya. Ia seperti penunggang kuda yang sedang memacu kudanya. Pantatnya bergerak naik turun dengan cepat. Aku mengimbangi dengan gerakan pinggulku serta meremas dan mengulum payudaranya. Gerakannya semakin cepat dan erangannya makin sering. Aku mengubah posisiku menjadi duduk dan memeluk pinggangnya. Kami berciuman dalam posisi Hanny duduk di pangkuanku. Kueksplorasi seluruh tubuhnya dengan tangan dan bibirku. "Aaagghh.. Anto..," teriaknya. Kudorong dia ke arah yang berlawanan dengan posisi tidur kami semula. Kini aku berada di atasnya dan mulai mengatur irama permainan. Bibirku bergerak ke leher dan menjilatinya. Tangannya mengusap punggung dan pinggang sampai pantatku. Tanganku meremas lembut payudaranya dari pangkal kemudian kutarik ke arah puting. Kutarik putingnya sedikit dan kujilati sekitarnya yang juga berwarna kemerahan. Kutekan payudaranya dengan telapak tangan dan kuputar-putar. Kususuri buah dadanya dengan bibirku tanpa mengenai putingnya. Ia bergerak tidak menentu. Semakin ia bergerak maka payudaranya ikut bergoyang. Jilatanku makin ganas mengitari tonjolan kemerahan itu. "To.. Aku.. Isep.. Isep dong.. Yang," pintanya. Aku masih mempermainkan gairahnya dengan jilatan halus di putingnya itu. Umi mendorong buah dadanya ke mulutku, dan putingnya langsung masuk ke mulutku, dan kukulum, kugigit kecil serta kujilat bergantian. Tanganku mulai bermain di vaginanya semakin basah oleh lendir yang mengalir. Jariku tengah tangan kiriku kumasukkan ke dalam vaginanya dan kukocok keluar masuk sambil menekan bagian atas dinding vaginanya. Lumatan bibirku di puting Umi makin ganas. Ia semakin liar bergerak. "Aaagh.." ia memekik-mekik. Vagina Hanny makin lembab, namun tidak sampai banjir. Hanny langsung mendesis keras ketika merasakan hunjaman penisku yang menyodoknya bertubi-tubi. Tangannya mencengkeram punggungku. Gerakan naik turunku diimbangi dengan memutarkan pinggulnya. Semakin lama gerakan kami semakin cepat dan liar. Ia semakin sering memekik dan mengerang. Kuku tangannya kadang mencakar punggungku. Kutarik rambutnya dengan satu tarikan kuat, kukecup lehernya dan kugigit bahunya. "Ouhh.. Ehh.. Yyyeesshh!" Kugenjot Hanny dengan cepat dan menghentak-hentak. Kuganti irama gerakanku. Kumasukkan penisku setengahnya dan kucabut sampai tinggal kepalanya yang terbenam beberapa hitungan dan kemudian kuhempaskan pantatku dengan keras. Hanny pun menjerit tertahan dan wajahnya mendongak. Pinggulnya yang tidak pernah berhenti untuk bergoyang dan berputar semakin menambah kenikmatan yang terjadi. Jepitan vaginanya yang menyempit ditambah dengan gerakan pinggulnya membuatku semakin bergairah. Aku menurunkan irama untuk mengurangi rasa nikmat yang meledak-ledak. Penisku kubiarkan tertanam di dalam vaginanya dan kemudian aku menggerakkan otot kemaluanku. Terasa penisku berkontraksi mendesak dinding vaginanya dan ketika aku melepaskan kontraksiku, kurasakan dinding vaginanya menyempit meremas penisku. Ia sudah sangat menguasai gerakan ini dengan latihan yang lama.

110

Hanya suara desahan yang terdengar di dalam kamar. Ia memberi isyarat untuk menyelesaikan permainan ini. "Lepas kondomnya To. Aku ingin merasakan panasnya lahar gairahmu," ia mendesah. Kucabut penisku dan dengan cepat ditariknya kondom yang terpasang di penisku. Kembali kami berpelukan dan bergerak liar tanpa menghiraukan tubuh kami yang basah oleh keringat kami. Hanny semakin cepat menggerakkan pantatnya sampai penisku terasa disedot oleh satu pusaran yang sangat kuat. Hanny meremas rambutku dan membenamkan kepalaku ke dadanya, betisnya menjepit erat pinggulku. Badannya meronta-ronta, kepalanya bergoyang ke kiri dan ke kanan, tangannya semakin kuat menjambak rambutku dan menekan kepalaku lebih keras lagi ke dadanya. Aku pun semakin bergairah untuk menghujani kenikmatan kepada Hanny yang tidak berhenti mengerang. "Aaahh.. Ssshh.. Ssshh" Gerakan tubuh kami semakin liar dan cepat. "Ouoohh.. Nikmat.. Aku.. Sam.. Pai.." Aku mengangguk dan iapun memekik panjang, "Ya .. Ayo.. Aaahhkk..!" Aku mengencangkan otot kemaluanku dan menghunjamkan penisku ke dalam vaginanya. Nafasnya tercekat sejenak dan kemudian keluarlah erangannya. Tubuhnya kami mengejang bersama-sama. Kakinya memperketat jepitan di pinggulku. Sedetik kemudian spermaku sudah memancar di dalam vaginanya. Kami menjerit tertahan "Awww.. Aduuh.. Hggkk" Sunyi sejenak di dalam kamar. Hanya ada suara napas memburu yang kemudian berangsur-angsur menjadi tenang. Sayup-sayup suara deburan ombak terdengar berirama. Sampai check out pada pagi harinya kami tidak sempat memakai pakaian lagi karena harus bergumul dua kali lagi. Terakhir kali aku mengejang di atas tubuhnya sudah tidak ada lagi cairan sperma yang memancar, hanya denyutan penisku saja yang menyisakan rasa nikmat. Paginya kuantar ia sampai ke Ciamis dan aku pulang sendirian ke Bogor dengan kenangan indah ombak Pangandaran yang bergelora. Waktu itu teman saya mengajak saya menjadi panitia pernikahan salah satu sepupunya disalah satu gedung pertemuan di daerah Tebet. Ketika aku sedang mengambil makanan handphone-ku bergetar.

"Hallo.."

"Hallo Ovi.. Apa kabar? Koq kalau makan nggak ngajak ngajak aku sih."

"Eehh.. Mbak Amy. Apa kabar?"

"Aku baik. Kamu?"

"Baik.. Mbak dimana sih? Koq tahu aku lagi mau makan?"

111

"Ada di belakang kamu."

Aku menoleh dan Mbak Amy melambaikan tangan. Mbak Amy memakai kebaya dan rambutnya yang sebahu dibiarkan tergerai dengan model shaggy.

"Apa kabar Mbak.?" sambil mencium pipinya.

"Aku baik Vi, kamu ngapain disini?" Mbak Amy menggandeng tanganku dan menarik aku kesudut ruangan.

"Sepupu teman kawin, terus aku dimintain tolong jadi panitia. Mbak Amy ngapain disini? sendirian?"

"Undangannya buat suamiku tapi dia lagi ke luar negeri, jadi aku wakilin dia deh. Aku nggak sendirian, kan ada kamu," sambil tersenyum manis dan menyalakan rokoknya.

"Yee. Naik apa Mbak?"

"Naik mobil dong, masa naik becak."

"He.. he.. aku juga tahu kalau itu."

"Kamu pulang sama siapa Vi?"

"Aku pulang sendiri aja, habis makan aku ganti baju terus pulang kali. Capek banget dari siang aku sudah disini."

"Kamu balik bareng aku aja ya Vi. Nanti kalau sudah selesai ganti baju, aku tunggu di mobil ya."

112

Aku mengangguk lalu berganti baju memakai celana pendek, t-shirt dan sepatu kets sementara celana panjang dan lainnya aku letakkan di ranselku. Aku menuju tempat parkir dan masuk ke mobil Mbak Amy. Aku duduk di sebelah kiri, Mbak Amy mengemudikan mobilnya keluar dari gedung. Mbak Amy mengemudikan mobil menuju ke arah rumahnya di bilangan Permata Hijau, dan memasukkan mobilnya langsung ke dalam garasi rumahnya.

"Katanya mau anterin aku pulang, kok aku diculik ke sini sih?"

"Kamu temanin aku ya malem ini, aku bete nih sendirian di rumah"

"Terserah Mbak aja deh."

"Nah gitu dong, masuk yuk Vi."

Mbak Amy mengajak aku masuk dan mempersilahkan duduk diruang keluarga. Di ruang itu terdapat sofa besar dan TV berukuran besar lengkap dengan sound systemnya. Mbak Amy memanggil Bi Inah pembantunya dan menyuruhnya untuk membuatkan minum. Aku memang sudah mengenal semua anggota rumah Mbak Amy termasuk supir dan pembantunya, karena mantan pacarku dulu pernah bekerja menjadi asisten pribadi Mbak Amy.

"Makasih ya Bi, apa kabar?"

"Baik Den Ovi, silahkan minum lho."

"Minum gih, aku ganti baju dulu ya vi."

"Oke Mbak."

Aku menyalakan TV dan menonton film sex and the city di Trans TV, Mbak Amy menganti bajunya dengan celana pendek dan kaos lengan dan rambutnya diikat pony tail. Mbak Amy duduk disebelahku dan menyalakan rokok. Aku terus memperhatikan Mbak Amy.

113

"Kenapa sih kamu koq lihatin aku terus?"

"Mbak cakep sih."

"Ngerayu nih atau ngeledek?" sambil mencubit pahaku.

"He.. he.. he.. Dua duanya donk." sambil kupeluk pundaknya.

Mbak Amy menggeser posisi duduknya sehingga tubuhnya bersandar di tubuhku sementara tanganku memeluk pinggangnya dari belakang. Sesekali aku meraba payudaranya dan mencium lehernya. Aku terus mencium leher dan telinganya.

"Sss.. Mmm.. Vi.. Mmm.. Mph.. Mph.." sambil aku terus meraba dan meremas payudaranya.

Mbak Amy mematikan rokok lalu memutar tubuhnya dan aku mencium Bibirnya. Aku dan Mbak Amy berciuman dan saling memainkan lidah. Mbak Amy mulai mengelus penisku dan memasukkan tangannya ke dalam celanaku. Aku membuka bajunya dan meremas remas payudaranya.

"Ouh.. Vi.. Remes tetekku say.. Remes sayang.. Ovi buka celana kamu dong." sambil tangannya mengocok dan mengelus batang penisku.

"Mmmpphh.. Ssshh.. Ouh.. Ouh.. Mbak aja deh yang buka."

Mbak Amy kemudian menarik turun celana pendek dan celana dalamku, Mbak Amy menunduk dan menjilati serta menghisap batang penisku yang sudah tegang.

"Aahh.. Mbak.. Isep penisku Mbak.. Ssshh.. Ouh enak banget.. Ouh mmpphh.. Mmpphh.. Yes.. Ouh.. Uh. Aahh.."

114

Mbak Amy terus menjilati batang penisku dan memainkan lidahnya diseluruh batang penisku juga urat dibalik kepala penisku. Aku membuka baju serta BH dan menarik turun celananya berikut celana dalamnya. Aku meraba vaginanya dan menusukan jariku ke dalam vaginanya.

"Oouuhh.. Vi.. Yes.. terus say. terus. Ouh ouh.. Yess. Yess. Fuck me.. Fuck me.. Cepet say.. Gerakin jari kamu yang cepet.. Yes.. Ouh. Ouh.. Yeess.."

Aku semakin cepat mengocok dan memainkan jariku didalam vaginanya, tak lama kemudian tanganku terasa basah dan vagina Mbak Amy terasa menjepit dan tangannya mencengkeram pahaku serta Mbak Amy mencium dan menggigit Bibirku.

"Mmmpphh.. Mmpphh.. Yyyeess.. Aku keluar sayangg.. Yyeess" Mbak Amy setengah menjerit tertahan.

Mbak Amy melanjutkan aksi mulutnya di penisku yang sempat tertunda sebentar, tangannya terus mengocok dan memijat naik turun batang penisku.

"Aaahh.. Mbaakk.. Euh euh.. Yess.. Euh.. Ahh.. Aku mau keluar.." tubuhku menegang dan air maniku tumpah didalam mulut Mbak Amy dan belepotan di tangannya, Mbak Amy terus menjilati dan menghisap sisa sisa air maniku yang masih menetes dari penisku. Aku memeluk Mbak Amy dan mencium Bibirnya lalu kurebahkan Mbak Amy diatas sofa langsung saja aku menjilati vaginanya dan menghisap klitorisnya.

"Oouuhh.. Vi. Yes.. Jilat terus say.. Jilat vaginaku. Aahh. Ouh ouh.. Yes. Masukin vi.. Masukin sayang.. Aku sudah nggak tahan nih.."

Mbak Amy memintaku untuk duduk di sofa, Mbak Amy membuka kakiku dan menjilati batang penisku hingga basah dengan air liurnya. Setelah beberapa saat, Mbak Amy mengangkangi pinggangku dan menuntun masuk penisku menuju vaginanya. Penisku perlahan tapi pasti hilang ditelan vagina Mbak Amy, Mbak Amy menaik turunkan tubuhnya dan sesekali memutar pantatnya dan aku menghisap, meremas remas kedua payudaranya.

"Ouuhh.. Vi.. Enak banget sayang.. Yess.. Yess.. Vi.. Dorong sayang.. Dorong yang kenceng.." desah Mbak Amy setengah menjerit tertahan sewaktu aku mengocok penisku di vaginanya dengan cepat dan keras. Mbak Amy terus memompa tubuhnya naik turun dan sesekali memutar pantatnya, payudaranya bergoyang tak menentu, tubuhnya bertumpu pada tangannya yang mencengkeram pahaku. Rambutnya yang panjang sesekali menggelitik dadaku pada saat Mbak Amy menundukkan kepala dan menggelitik pahaku waktu Mbak Amy menengadahkan kepalanya kebelakang. Aku menggendong Mbak Amy dan merebahkannya diatas karpet dan kupompa tubuhnya dengan cepat.

"Ouhh.. Vii.. Yes yes.. Ouh.. Mmpphh.. Mmpphh.. Yess.. Kenceng sayang yang kenceng say.. Aku sudah mau.. Keluarr.." Mbak Amy mendesah panjang, tubuhnya menegang dan bergetar dan penisku terasa dibasahi oleh cairan kehangatan Mbak Amy. Hal ini membuatku semakin terangsang dan terus memompa tubuh Mbak Amy. Setelah beberapa lama aku berdiri dan menarik Mbak Amy agar berlutut, kukocok penisku dihadapannya sementara Mbak Amy memegang pahaku dan sesekali menjilati terkadang menghisap kepala penisku.

115

Aku terus mengocok di hadapan wajahnya dan tanpa sengaja aku melihat pintu dapur yang sedikit terbuka dan tampak Bi Inah sedang berdiri dibalik pintu mengintip perbuatanku dengan majikannya. Aku terus mengocok dan memasukan penisku ke mulut Mbak Amy minta dijilat atau dihisap.

"Ouuhh.. Mbaakk.. Yes.. terus Mbak.. Isep terus.. Yess.. Ouh.. Bentar lagi Mbak.. Bentar lagi.. Aku mauu.. ahh.." desahku panjang bersamaan dengan keluarnya airmaniku dan mengenai wajah Mbak Amy serta sebagian menetes ke payudaranya. Mbak Amy menjilat dan menghisap sisa sisa air maniku. Aku dan Mbak Amy berciuman. Kami berdua membereskan pakaian yang berantakan di ruang TV dan menuju kamar. Aku langsung tertidur sambil memeluk Mbak Amy. Esok harinya Mbak Amy membangunkan aku dan berpesan agar aku jangan pulang dulu sebelum Mbak Amy pulang.

"Jangan pulang dulu ya Vi, sebelum aku dateng."

"Memang Mbak mau kemana?"

"Aku mau ke bank dulu terus mau studio dulu ada yang mau aku urus, kalau mau sarapan minta siapin Bi Inah aja ya."

Mbak Amy mencium Bibirku dan pergi meninggalkan kamar. Terdengar suara Mbak Amy meminta Bi Inah agar menyiapkan sarapan buatku. Tak lama kemudian terdengar suara mobil Mbak Amy meninggalkan rumah.

Aku bangun dan berjalan keluar kamar dan mencari Bi Inah dan ternyata Bi Inah sedang mandi. Kamar mandi Bi Inah terletak di belakang rumah dan diatasnya terdapat lubang angin yang cukup besar. Aku mengambil kursi dan mengintip Bi Inah yang sedang mandi. Bi Inah umurnya hampir sama dengan Mbak Amy sekitar 39 tahun. Tubuh Bi Inah lebih kurus dibanding dengan majikannya tingginya sekitar 165cm, kulitnya sawo matang, wajahnya biasa tapi manis tipikal orang Jawa Tengah. Aku mengintip melalui lubang angin diatas pintu tampak Bi Inah sedang menyabuni tubuhnya dan meremas remas payudaranya yang berukuran 34 secara bergantian, tampak bulu bulu lebat di vaginanya. Penisku kembali tegang melihat pemandangan itu. Ketika Bi Inah mengambil handuk, aku langsung buru buru masuk ke dalam rumah dan duduk menonton acara TV. Tak lama kemudian Bi Inah masuk dengan rok terusan panjang semata kaki berwarna biru muda memetakan bentuk tubuhnya dan rambutnya yang panjang sebatas pinggang dibiarkan tergerai lepas.

"Eh Den Ovi sudah bangun, mau sarapan Den?"

"Mau dong.. Laper nih, masak apa Bi? Habis mandi ya Bi Inah?" Bi Inah mengangguk, aku berdiri menuju meja makan, sementara penisku yang berdiri tegang tampak jelas tercetak dibalik celana pendekku karena aku memang sengaja tidak mengenakan celana dalam.

"Bibi masak nasi goreng sama telor ceplok setengah mateng nih."

116

Aku sengaja berdiri disamping Bi Inah dan melihat makanan apa yang disediakan olehnya sehingga tanpa sengaja penisku menyenggol pinggulnya. Bi Inah hanya diam dan tak bereaksi lalu kusengaja kugesekan penisku di pinggulnya terdengar nafasnya mulai tak beraturan. Lalu aku duduk dan mulai makan. Tak lama kemudian Bi Inah datang membawa minuman.

"Ini minumnya, sama tadi ibu suruh Bibi untuk kasih vitamin ini." sambil memberikan vitaminnya kepadaku.

"Makasih ya, Bi Inah nanti pijitin aku ya, pegel nih badanku."

"Baik Den, nanti kalau sudah selesai makan panggil Bibi aja ya."

"Ehh.. Bibi nggak usah kemana mana, temanin aku ngobrol aja disini, kan nggak enak makan sendirian."

Aku dan Bi Inah banyak mengobrol, Bi Inah bercerita bahwa suaminya bekerja di perkebunan daerah Sumatra dan pulang hanya dua tahun sekali.

Selesai makan Bi Inah membereskan meja makan dan sekalian membersihkan ruangan. Aku menyalakan TV dan memutar film yang ada di rak dvd yang ada disamping TV. Film yang aku putar tergolong kategori X2 sehingga banyak menampilkan adegan adegan panas yang tidak terlalu vulgar seperti dalam film kategori X3. Aku menonton film sambil berbaring disofa dan penisku yang tegang akibat melihat adegan panas di film mencetak bentuk penisku di celana bicycle pants yang aku pakai. Bi Inah membersihkan karpet diruangan itu sambil sesekali melihat adegan di film dan melirik ke arah penisku. Setelah selesai membersihkan rumah, Bi Inah menanyakan apakah aku jadi dipijat atau tidak. Aku mengangguk mengiyakan.

"Bentar ya Den Ovi, Bibi mau cuci tangan dulu ama ambil cream pijitnya ibu."

"Ya Bi.. Disini aja sambil nonton TV."

"Ya Den, disofa saja, Ibu juga kalau dipijit suka disofa koq."

Bi Inah masuk kekamar Mbak Amy dan mengambil sebotol cream juga selembar sprei untuk melapisi kain sofa dan selembar handuk. Aku membuka bajuku dan Bi Inah mulai memijat punggungku, setelah selesai memijat punggungku Bi Inah mulai memijat kakiku.

117

"Den Ovi celana pendeknya dibuka aja ya, biar nggak kena cream, soalnya kalau kena cream, susah hilangnya kalau dicuci."

"Nggak ah. Malu kan."

"Ndak pa pa koq, kan nanti ditutupin pake handuk."

"Iya deh." sambil melepas celana pendekku dan mengenakan handuk yang diberikan oleh Bi Inah, lalu aku langsung kembali tengkurap di sofa.

Bi Inah mulai memijat telapak kedua kakiku. Setelah telapak kaki dan betisku Bi Inah mulai memijat paha kananku dan sesekali jari jarinya menyerempet buah zakarku, selesai dengan yang kanan Bi Inah mulai memijat paha sebelah kiri.

"Balik badan dong Den ovi, sekarang dadanya Bibi pijitin ya."

Aku membalikkan tubuh terlentang, handuk di pinggangku sedikit terbuka. Bi Inah menggeser tanganku diatas pangkuannya agar dia lebih leluasa memijat dadaku. Bi Inah memijat dadaku sementara aku mengelus elus punggung Bi Inah dan Bi Inah tidak bereaksi hanya tersenyum manis.

"Bi.. Kakiku pijit lagi ya, masih pegel nih."

"Sebentar ya Den ovi, dikit lagi nih tinggal perutnya." sambil memijat perutku sesekali tangannya menyenggol penisku yang sudah tegang dari tadi.

Selesai memijat perutku Bi Inah mulai memijat pahaku lagi dan kubiarkan handukku terbuka sehingga memperlihatkan penisku yang sudah tegang. Aku pura pura tidur, kuintip Bi Inah yang sesekali melihat penisku. Selesai dengan kakiku Bi Inah menarik tangan kiriku untuk dipijat, waktu Bi Inah memijat tanganku posisi telapakku persis di depan payudaranya dan dengan sengaja kugerakkan tanganku sehingga menyenggol payudaranya. Demikian juga pada saat Bi Inah memijat tangan kananku.

Kuberanikan meraba payudaranya dan mengelusnya dari luar pakaiannya.

118

"Den Ovi, jangan dong." setengah menolak tapi tidak berusaha menyingkirkan tanganku dari payudaranya. Aku terus memberanikan diri meremas remas kedua payudaranya.

"Ssshh.. Den Oovvii.. Mmm.." dia mendesah, aku duduk dan menarik tangannya ke arah penisku. Bi Inah hanya meremas remas penisku.

"Bi Inah, jangan diremes gitu dong kan sakit."

"Maaf Den, abis Bibi gemes sih." Bi Inah merubah remasan tangannya menjadi kocokan yang lembut di batang penisku. Aku mencium Bibirnya dan Bi Inah membalas ciumanku, aku mulai meraba pahanya dan mengangkat roknya. Ouuhh.. Denn Ovii.. Mmm.. Sss.." desahnya pelan.

Aku meraba celana dalamnya yang sudah basah karena sudah terangsang dan kuselipkan jariku ke dalamnya. Kumasukan jariku ke dalam vaginanya dan kukocok vaginanya dengan jariku. Aku merebahkan Bi Inah disofa, aku berlutut disampingnya sambil meremas remas payudaranya dan berciuman dengannya.

"Euh.. Euh Den.. Den ovi.. Bibi mau pipis Den.. Ah.. Den Ovii.. Ahh.." desahnya panjang, vaginanya terasa berdenyut dan kakinya menegang serta tangannya memegang erat tubuhku.

"Bi Inah lega?" tanyaku sambil terus memainkan jariku didalam vaginanya sementara tangan Bi Inah kembali mengelus dan mengocok batang penisku. Kusodorkan penisku ke arah mulutnya.

"Isep Bi, jilat penisku.. Ouh.. Yes.. Euh.. Euh.." desahku ketika Bi Inah mulai memasukan batang penisku ke dalam mulutnya dan lidahnya menjilati batangnya.

"Den ovi gede amat sih penisnya, bibi sudah lama nggak ngerasain ini." sambil kembali menghisap dan menjilati batang penisku. Bi Inah menghisap sambil mengocok penisku dengan tangannya.

"Ouh.. Bi Inah.. terus Bi.. Ahh. Enak Bi.. Lagi Bi Inah.. Isep.. Kocok Bi.. Enakk.. Ahh"

Desahku menikmati hisapan, permainan lidah serta tangannya di batang penisku. Kepalanya bergoyang tak beraturan kekiri kekanan, rambutnya yang panjang bergoyang tak beraturan.

119

"Ouh.. Bi Inahh.. terus Bi.. Enak Bi.. Aaahh.." desahku panjang dan muncratlah air maniku didalam mulut Bi Inah. Bi Inah membuka mulutnya sehingga air maniku bertumpahan diatas kain penutup sofa.

"Den Ovi koq enggak ngomong sih kalau mau keluar, jadi ketelen sedikit deh pejunya."

"Maaf Bi, aku nggak sengaja, habis Bi Inah enak sih ngisep penisku."

Bi Inah mengambil tissue diatas meja dan membersihkan sisa air maniku. Aku mencium bibir Bi Inah dan membuka rok terusan yang dipakainya dan selanjutnya BH dan celana dalamnya. Bi Inah sudah telanjang dihadapanku. Payudaranya masih kencang dan putingnya berwarna coklat tua menantang untuk dihisap. Bi Inah duduk disampingku dan mulai mengocok penisku, kuremas remas payudaranya dan kuhisap putingnya, Bi Inah mendesah tak karuan sementara tangannya terus mengocok penisku yang sudah tegang kembali. Kutarik kepala Bi Inah agar menghisap lagi penisku, setelah Bi Inah membuat basah penisku kurebahkan Bi Inah diatas karpet lalu kurentangkan kedua kakinya dan kugesekan penisku di vaginanya sambil kumainkan klitorisnya dengan ibu jariku.

"Uuuhh.. Den Ovii.. Masukin penisnya.. Masukin Den.. Bibi sudah nggak tahan nih.." desahnya dan tangannya mencoba menarik penisku agar dimasukkan ke dalam vaginanya tapi tidak kubiarkan dia memegang penisku. Kubiarkan dirinya memohon dan memintaku agar segera memasukan penisku ke liang kehangatannya.

"Den.. Masukin dong.. Ooohh.. Masukin ke vaginaku dong.. Jangan digesek terus.. Den Ovii.." Bi Inah setengah berteriak ketika aku mendorong masuk penisku dengan tiba tiba. Aku terus mengocok vaginanya dengan penisku, setelah beberapa lama.

"Ohh.. Denn.. Aahh.. terus Den.. Bibi mau dapet lagi.. Iyaa.. Ohh.. Den kocok yang keras.. Bibi mau dapet lagi.. Ahh.. Aahh.. Bibi dapet Den.. ahh.." desah Bi Inah dan vaginanya terasa lebih basah karena cairan kenikmatannya membanjiri vaginanya. Aku terus menggenjot tubuhnya lalu kuputar tubuhnya sehingga posisi tubuh Bi Inah tengkurap dan aku menindih tubuhnya dari belakang.

"Den ovi.. Ouh ouh.. Enak Den.. Enakk.. Euh euh.. terus Den.. Den ovi.. Mpphh.. Den ovvii.. Bibi mau dapet lagi.. ahh.." Bi Inah mendesah panjang dan terasa vaginanya berdenyut kencang. Hal ini membuat penisku terasa lebih dijepit, aku terus memompa vagina Bi Inah.

"Ouh.. Ouh Den.. terus Den.. Enak banget.. Dorong Den.. Yang dalem Den.. Ouh.. Denn"

"Ouh Bi Inah.. Aku mau keluar Bi.. Mau keluar.."

120

"Bareng Den.. Den Ovi.. Bareng Den.. Bibi juga sudah mau lagi.."

"Iya Bi.. Kita keluar bareng ya.. Bi Innaahh.. Aahh.. Ouhh.. Ouhh.."

"Tahan Bi.. Bi Inah tahan.. Bentar lagi Bi.. Aku sudah mau keluar.." aku terus memompa tubuhnya sementara Bi Inah mencengkeram kaki meja dengan kencang dan kepala bergoyang tak beraturan.

"Den Ovi.. Bibi sudah nggak kuat.. ahh.. Ayo Den.. keluar bareng Den Ovi.."

"Bi aku mau keluar.. Sekarang Bi.."

"Ouh Den.. Enak Den.. Bibi enak Den.. Keluarin Den.. Keluarin pejunya di vagina bibi Den.. Ouh.. Anget Den.. Peju Den ovi anget.. Jangan dicabut dulu Den penisnya.. Ouh ouh.. Den ovii.. Enak Den.."

Lalu kucabut penisku dan dilapnya penisku oleh Bi Inah. Bi Inah mencium penisku dan menghisapnya sebentar dan membiarkanku istirahat.

"Makasih ya Bi Inah, vagina bibi enak banget."

"Sama Ibu enak mana?" aku hanya tersenyum.

"Sama enaknya koq Bi.. Tadi malam Bibi ngintip ya?"

"Lho koq Den ovi tahu?" wajahnya menunjukan keterkejutannya.

121

"Aku liat koq Bi Inah ngintip dari pintu dapur."

"iya Den.. Maaf ya.. Abis tadi malem bibi nggak bisa tidur.. Pas mau nonton TV, eh liat Den Ovi lagi diisepin ama Ibu."

"Jadi bibi lama dong ngintip aku ama ibu lagi 'main'?"

"Iya.. Makanya bibi jadi nafsu banget tadi malem, apalagi waktu Den Ovi ngocok depan muka ibu.."

Bi Inah memakaikan celanaku dan membereskan pakaiannya lalu dia berjalan ke belakang. Terdengar suara air dibelakang, rupanya Bi Inah sedang membersihkan badan. Aku segera mandi dan berganti pakaian. Selesai mandi Bi Inah sudah mengenakan pakaiannya kembali, rambutnya yang panjang digelung ke atas dan sedang menyiapkan makan siang.

"Makasih ya Bi Inah." sambil kupeluk dari belakang dan kuremas peyudaranya dan kucium lehernya.

"Iya Den, sama sama. Bibi sudah lama nggak kayak tadi, jangan bilang Ibu ya, nanti Ibu marah sama saya." sambil menggelendot manja padaku.

Aku mengangguk dan menciumnya sekali lagi. Tubuhnya wangi sabun dan rambutnya digelung ke atas sehingga menampakan lehernya yang bersih. Bi Inah memang selalu merawat tubuhnya. Hanya nasib yang membedakan Bi Inah dengan Mbak Amy. Menurutku jika Bi Inah dandan dan mengenakan baju mahal, dia tidak tampak seperti pelayan. Menjelang sore Mbak Amy datang dan membangunkan aku yag tertidur di depan TV. Aku segera mandi dan keluar kamar mandi hanya mengenakan handuk. Mbak Amy hanya mengenakan daster pendek dan sedang membereskan lemari pakaiannya. Kupeluk Mbak Amy dari belakang dan kuciumi lehernya yang putih sambil kuremas remas kedua payudaranya yang tidak mengenakan bra.

"Ouuhh.. Vvii.. Sshh.. Mmm.. Terus.. Say.. Ouh.. Sshh.. Mmpphh.."

Tangan Mbak Amy menarik handukku, memegang penisku dan mengelus elus penisku yang sudah tegang. Kudorong tubuhnya menghadap tembok lalu kuangkat dasternya dan kuciumi serta kujilati pantatnya sambil kutarik turun CD-nya.

Mbak Amy membalik tubuhnya, kujilati serta kuciumi bulu tipis dibawah perutnya sementara ibu jariku memainkan klitorisnya dan jari tengahku bermain didalam vaginanya. Mbak Amy mendesah tak karuan dan mendorong kepalaku agar menjilati vaginanya. Setelah kujilati beberapa lama tubuhnya menegang, tangannya menekan kepalaku dan Mbak Amy

122

mendesah sedikit berteriak menikmati orgasmenya. Aku duduk disofa dan Mbak Amy menghisap penisku tiba tiba Bi Inah membuka pintu dan masuk membawa pakaian Mbak Amy, tampak kaget dan menjatuhkan pakaiannya kelantai.

"I.. Ibu?" dengan nada terkejut.

"Sini Bi.."

Bi Inah duduk disamping Mbak Amy.

"Maaf bu, saya ndak tahu kalau ibu.." sambil menundukan kepala.

"Ya sudah ndak pa pa koq Bi. Tapi lain kali ketok pintu dulu ya."

Mbak Amy memegang dan membimbing tangan Bi Inah ke penisku. Bi Inah tampak malu.

"Sudah Bi, ndak usah malu. Ayo sini." Mbak Amy sambil menarik Bi Inah menggantikan posisinya dihadapanku. Tangan Bi Inah mengelus penisku dan Mbak Amy memeluknya dari belakang. Bi Inah tersenyum melihatku dan mulai mengocok penisku, Mbak Amy membuka baju Bi Inah. Bi Inah hanya mengenakan bra dan CD saja, Mbak Amy memegang penisku dan tangannya yang satu lagi menarik kepala Bi Inah agar menghisap penisku.

"Ouh. Bi. Oh. Yeess.. Jilat Bi.. Ouh. Ouh. Aahh." Bi Inah menjilati dan mengulum penisku, Mbak Amy meremas remas payudara Bi Inah dan membuka bra-nya.

"Terus jilat penis ovi Bi, isep Bi." Bi Inah mengikuti semua perkataan majikannya. Bi Inah mengulum penisku, Mbak Amy meremas payudara Bi Inah, menciumi tubuhnya dan menelanjanginya. Bi Inah dan Mbak Amy bergantian menghisap dan menjilati penisku. Kuraih tubuh Bi Inah, kududukan dia diatas sofa, kucium bibirnya, lehernya, kuremas payudaranya dan kuhisap putingnya bergantian. Mbak Amy disebelahnya juga meremas payudara Bi Inah dan memainkan klitoris dan vaginanya sendiri. Aku lalu menjilati vagina Bi Inah dan Mbak Amy bergantian. Kedua tanganku memainkan vagina mereka. Terkadang kuhisap puting payudara Mbak Amy dan Bi Inah bergantian.

"Ouh Vii. Yes. Isep say.. Isep putingku.. Ouh.."

123

"Denn.. Kocok vagina bibi.. Aahh.. Enak Den.. Uh uhh.."

Mereka mendesah tak karuan dan Bi Inah menarik kepalaku agar menjilati vaginanya.

"Oh oh.. Denn.. Jilat Den. Jilat vagina bibi.. Bibi mau dapet.. Ah.." tubuhnya menegang dan vaginanya berdenyut, Bi Inah mencapai orgasmenya yag pertama lalu aku menjilati vagina Mbak Amy.

"Ouh Vii.. Mphh.. Mmpphh. Jilat say.. Jilat klentitku. Isep say.. Aah.. Vii." tubuh Mbak Amy menegang dan bergetar, kedua kakinya menjepit kepalaku, tak berapa lama jepitannya mengendur.

"Ayo Vii.. Entot aku sayang. Aku sudah nggak tahan nih.."

"Iya Den.. Bibi juga mau rasain penis Den ovi.."

Aku merebahkan mereka berdua diatas kasur, kugesekan penisku divagina Mbak Amy. Bi Inah meremas payudara Mbak Amy dan sesekali menghisap putingnya.

"Uh.. uh.. Vii. Masukin sayang.. Ouh.. Ouh. Isep Bi.. Isep tetekku.. Vii.." tubuh Mbak Amy melengkung ketika aku memasukan penisku hingga mentok ke dinding rahimnya.

"Vii.. Ahh terus sayang.. Yang kenceng. Ahh. Aahh.. Bii Inaahh.. Isep.."

Mbak Amy mendesah tak karuan, tangannya memegang kepala Bi Inah di payudaranya dan tangannya satu lagi memainkan klitorisnya sendiri. Aku terus memompa Mbak Amy sambil memainkan vagina Bi Inah dengan dua jariku. Aku kocok vaginanya dan ibu jariku memainkan klitorisnya.

"Ouh denn.. Enak Den.. Mmpphh mmpphh.. Terus Den.." Bi Inah mendesah dan rambutnya yang disanggul ditarik lepas oleh Mbak Amy.

124

"Ouh Mbak. Yess.. Aku mau keluar Mbak.. Aku mau keluar.. Mbak Amy.. Ouh.. Yess.."

"Vii.. Bareng Vi.. Aku sudah diujung nih.. Bi isep terus.. Ouhh.. Yess.. Aahh." tubuh Mbak Amy bergetar, kakinya menjepit pinggulku, vaginanya terasa berdenyut dan membasahi vaginanya. Penisku terasa lebih dijepit vaginanya. Terus kugenjot tubuh Mbak Amy dan kuputar tubuhnya sehingga membuat posisi doggy style, kutarik tubuh Bi Inah dan kucium bibirnya sambil terus kugenjot tubuh Mbak Amy.

"Terus Vii.. Keras Vi.. Lebih kenceng say.. Aku mau keluar lagi.. Yeess." desahnya dan tangannya mencengkeram sprei, kepalanya bergerak tak beraturan. Aku terus berciuman dengan Bi Inah dan tangan Bi Inah memijat buah zakarku menambah kenikmatanku.

Aku rebahkan Mbak Amy dan kakinya kuletakan dipundakku, kupompa tubuh Mbak Amy dengan keras.

"Ouhh.. Vii.. Terus say.. Aahh.. Aku mau dapett.. Ovii.. terus say.. terus vi.. Ahh ahh.. Ouhh ouuhh.. Yeess.."

"Uh uh Mbak Ammyy.. AaARRGGHH.. AH AAHhh." aku mendesah panjang berbarengan dengan Mbak Amy juga tumpahnya air maniku di vagina Mbak Amy.

Aku merebahkan diri disampingnya. Kucium bibirnya lembut. Aku menarik tubuh Bi Inah agar mengangkangi mukaku dan kujilat vaginanya serta kuhisap hisap klitorisnya. Bi Inah mendesah dan mengerang keenakan, rambutku dijambaknya agar terus menjilati vaginanya.

"Jilat Den.. Isep klitoris bibi.. Ouh uh denn.. Bibi mau dapet.."

Bi Inah menggoyang pantatnya, vaginanya terasa basah dan kuhisap cairan yang menetes dari vaginanya. Kurebahkan Bi Inah disamping Mbak Amy dan kumasukan penisku ke dalam vaginanya yang sudah basah.

"Ouhh Den Ovii.. Enak Den.. terus Den.. Ouh ah ah ah.. Denn ovii." aku terus menggenjot vaginanya dan kuputar pinggulku. Aku miringkan tubuhnya dan kuangkat kakinya satu kepundakku. Setelah beberapa lama kuputar tubuhnya dan kuangkat pantatnya sehingga Bi Inah dalam posisi tengkurap dan pantatnya menungging lalu kumasukan panisku ketubuhnya.

"Ouh Denn.. Enak Den.. Enak banget.. Oh oh.. Bibi mau dapet denn.. Bibi mau dapet lagi.. Ayo Den keluar bareng.. Ouh ouh.."

125

Bi Inah mencengkeram pinggir tempat tidur, Mbak Amy terus meremas remas payudara Bi Inah dan sesekali mencium bibirnya.

"Ayoo Den.. Bibi sudah nggak kuatt.. Aahh aahh.. Denn.. Cepett.. Bibi sudah nggak tahann.." desahnya berbarengan dengan denyut vaginanya dan terasa basah, rupanya Bi Inah mencapai orgasmenya lebih dulu. Aku terus memompa vaginanya.

"Bibii.. Aahh aahh.. Aku mau keluar.. Bi Inahh.. Aahh.." aku cabut penisku dan kukocok penisku, Mbak Amy memutar tubuh Bi Inah agar terlentang dan mencium bibirnya serta meremas payudaranya dan aku menyaksikan adegan ciuman antara Bi Inah dan Mbak Amy. Aku genjot kembali tubuh Bi Inah.

"Bi Inahh.. Oouuhh.." desahku dan tumpahlah air maniku didalam vagina Bi Inah, kucabut penisku lalu Mbak Amy dan Bi Inah bergantian mengulum penisku membersihkan mengharapkan sisa sisa air maniku. Aku mencium Mbak Amy dan merebahkan diriku diatas tubuh Bi Inah.

"Makasih ya Bi, vagina bibi enak banget."

"Iya Den, penis Den Ovi gede pas di vagina bibi." lalu aku memeluk Mbak Amy dan mencium lembut bibirnya.

"Makasih ya Mbak."

"Iya vii sama sama, kamu sudah ngasih Mbak kepuasan." sambil memelukku dan mencium keningku.

Aku sempat melakukannya sekali lagi dengan Mbak Amy dikamar mandi. Kemudian aku memesan taksi dan berpamitan untuk pulang. Demikianlah kisahku yang lain dengan Mbak Amy. ama saya Red. Umur 24 tahun, dan saat ini bekerja di negara A sebagai Creative Director dari suatu perusahaan advertising/multimedia. Kesibukan saya di kantor menghalangi keinginan saya untuk bersosialisasi secara luas, kecuali dengan teman-teman sekerja saja. Hampir seluruh waktu saya berada di depan komputer.

Atas rekomendasi teman, saya menemukan situs 21Tahun ini, dan berharap dapat menjalin persahabatan dengan saudara-saudari sebangsa dari manca negara. Beberapa hari terakhir saya mengambil cuti setelah menghabiskan 5 malam non-stop bersama rekan-rekan sekerja untuk menyelesaikan suatu proyek yang amat rumit dan riskan. Waktu cuti tersebut saya habiskan untuk membereskan lemari arsip di rumah saya yang memang sangat berantakan, penuh dengan notes-notes, sketsa dan buku-buku referensi. Dari notes-notes tersebut, ternyata saya menemukan fragmen-fragmen kisah hidup saya semasa ber-SMA di kota asal saya di kota X.

Setelah menyusunnya secara kronologis (ditambah beberapa telepon SLI sana-sini) saya berhasil membuatnya dalam bentuk digital supaya dapat saya gabungkan dengan diary saya yang tersimpan di dalam laptop saya. Berikut ini beberapa di antaranya.. *****

126

Maret 1998.. Rugi nih bayar uang sekolah mahal-mahal.. Udah kelas di pojok gedung, dekat dengan bak pembuangan sampah sekolah lagi! Moga-moga nanti pas gua naik ke kelas 3 (kalo naek sih).. Gua dikasih kelasnya si Martin yang konon punya akses rahasia ke kamar mandi cewek! Yah kayaknya sih hari-hari kayak gini gua kudu bertabah-bertabah ria menghirup bau sampah yang nggak diangkut-diangkut.. "Eh Red.. Red! Eh udahin mikir kotornya.. Elu jadi ikut ngga seh?" temen gua si jelek Aldo bisik-bisik dari belakang. Maklumlah, pelajarannya Ibu Mia siapa sih yang berani ribut.. Kecuali kalo mau nilai Bahasa Indonesia merah di raport. "Diem lu Jelek.. Elu sih nularin pikiran kotor dari belakang.. Emang jadi nonton di mana?", balas gua selagi Ibu Mia 'lengah' ke papan tulis. "Saya tidak mau dengar ada yang bisik-bisik ya!", suara ketus Ibu Mia menggelegar di kelas. Untung dia tetap terpaku menulis di papan.. Sebel abis gua liat tampangnya yang judes gitu.. Apalagi dengan kacamata aneh yang segede pantat Teh Botol.. Amiitt.. PLOK! Segumpal kertas kecil meloncat di depan gua, isinya singkat, "Bioskop Y, 4 sore". Gua ngasih tanda oke ke si Jelek, yang dia balas dengan menendang bangku gua.. Sayangnya, terlalu keras, BRAK! Langsung deh si 'Teh Botol' judes berbalik dan melangkah cepat ke sumber suara. "Sudah saya duga.. Kalau bukan kalian berempat, pasti gang-nya Katrina di sebelah sana.. Siapa yang tadi tendang meja?," sambarnya dengan pedas. "Eh.. Itu bangku yang kena, bukan meja.. Bu," kata gua dengan polos.. Ngga tau kenapa tau-tau bisa bilang begituan. "Kamu berempat nanti ketemu saya selesai pelajaran," jawabnya dengan dingin, lalu berjalan kembali meneruskan pelajaran. Hii.. *Notes: Saya berempat, plus si Jelek Aldo, Rio KBHRX (alias Ksatria Baja Hitam RX), dan Didi Duku memang teman akrab banget waktu itu.. Kita bukannya trouble maker sih.. Cuman aja untuk ukuran anak-anak Biologi, kita termasuk yang kurang bisa diam tenang di kelas.* Rio langsung berbisik, "Goblok lu Lek! Nendang si Teh Botol kek sekalian, gua jadi kena juga.." "Maunya sih, tapi gua takut..", bisik si Jelek lebih pelan. "Takut apa sama dia?", bisik Duku yang di sebelah gua. "Cakut dipelkoca," bisik si Jelek dengan nada cempreng. Langsung kita cekikikan berempat. Yang jelas membuat situasi menjadi tambah runyam. Lima menit kemudian, gua, Rio dan Didi duduk terdiam di luar ruang guru.. Menantikan vonis buat si Jelek. Konon kita masing-masing akan mendapat vonis yang berbeda. Setengah jam berlalu tanpa kabar. Beberapa guru yang lewat sekali-sekali menanyakan kabar kita, kenapa kita ada di sana, bla bla bla. Biasa deh kalo udah gitu guru-guru yang laen jadi ngerasa sok ngehakimin. Omong-omong di antara anak-anak emang udah ada rumor kalo si Teh Botol sering menahan anak-anak lebih lama dari biasanya.. Cowo ato cewe sama aja. Kalo yang cowo konon disuruh milih: 'disunat' atau kasih dia sun, sementara yang cewe disuruh tari perutlah, bugil-lah dsb. Emang sih cuman joke doang.. Tapi mengingat si Jelek udah lebih dari 30 menit di dalam sana, kita jadi mikir jangan-jangan dia nolak nge-sun si Teh Botol mentah-mentah.. Yaiks. Padahal dipikir-dipikir sebenarnya Ibu Mia masih muda.. Paling sekitar 25-an deh. Selesai lulus kuliah langsung ngajar kali.. Buset kalo udah tua kayak apa tuh si Teh Botol. Moga-Moga ngga jadi botol Aqua. "Suhardi, giliran kamu!" Tanpa gua sadar Didi sudah melangkah ke dalam, sementara si Jelek terdiam di hadapan kita berdua. "Kenapa lu Jelek? Tambah jelek aja tuh muka..," cerocos Rio. "Koq lama sih?" Jelek terdiam, dari tatapannya kita bisa liat kalo dia terlihat sangat tertekan. "Nontonnya batal," kata si Jelek yang langsung melangkah pergi. Gua langsung ngejar. "Eh gila.. Kenapa lu?" Gua cengkram tangannya.. Kita emang udah biasa kayak gitu. Tiba-Tiba si Jelek berputar cepat, dan tanpa gua sadar muka gua udah kena sabit tinjunya-BSET! - untung lolos, tapi gua hilang keseimbangan dan jatuh ke lantai. "Hey kenapa lu Lek!!," gua berdiri balik.. Kurang ajar nih anak. Kalo bukan temen baek udah gua abisin di tempat. Rio menahan gua dari belakang, sambil memberikan tanda buat si Jelek supaya pergi aja. "Biarin dia, Beh," bisiknya setelah kita kembali duduk. *Beh itu panggilan gua, dari Babeh - karena waktu itu gua maen drama jadi bapak-bapak yang kuper abis.* "Kena sunat kali," bales gua masih ketus. Pipi gua sih ngga sakit, tapi temen baek gua sendiri asal nabok kayak gitu.. Enak aja! Ngga lama kemudian, Didi keluar dengan tersenyum..

127

"Tuh kan.. Gua bilang juga gua ngga salah apa-apa.. Mati lu nanti Beh!" Gua cengar cengir doang sambil bilang, "Eh Duku elu tungguin gua ya?" "Wah sorry Beh ngga bisa nih gua harus jemput adek gua di lantai dasar.. Nanti kan masih nonton? Si Jelek Aldo mana?" Singkat cerita.. Rio juga lolos.. Tinggal gua yang sekarang duduk terdiam di depan Ibu Mia. "Kamu tahu apa kesalahan kamu, Red?" matanya menatap tajam. "Iya Bu, saya minta maaf. Saya tidak bermaksud untuk.." "Saya ngga minta kamu minta maaf! Saya tanya, kamu tahu tidak kesalahan kamu apa?" "Mengganggu kegiatan belajar mengajar, Bu," jawab gua dengan klise. Ibu Mia lalu meletakkan kacamata Teh Botol-nya. Gua masih menunduk (biar dikasihanin), tapi dari pantulan kaca meja gua ngeliat sesuatu yang ganjil. Beliau lalu berdiri dan bertolak pinggang. Dari pantulan kaca mata gua sadar ternyata baju yang dia kenakan berbeda dengan yang dipakai waktu mengajar sebelumnya. Gaya banget nih guru.. Selesai ngajar langsung ganti baju.. Ngga repot apa? "Saya sangat kecewa dengan kalian berempat. Nilai pas-pasan, di kelas tidak ada perhatian.. Apalagi kamu. Di kelas kerjaannya corat coret gambar-gambar yang jelas-jelas tidak membangun..! Apa pantas saya lalu membiarkan keserampangan seperti ini?" Pelan-Pelan gua melihat ke arah Ibu Mia. Wah gila gua langsung shock liat wajahnya tanpa kacamata aneh begitu.. Soalnya.. Cantik dan manis sekali. Ternyata kacamata sialan itu bikin bagian matanya jadi tidak proporsional sehingga terlihat aneh. Tapi sekarang.. Gila gua kayak ketemu orang laen aja.. Tubuhnya pun ternyata ngga jelek-jelek amat.. Memang sih Ibu Mia tergolong pendek.. Tapi makin gua liatin badannya yang kecil itu ternyata seksi sekali. Pinggangnya ramping, mungil dan pinggulnya juga berisi.. Hmm kayaknya lepas Teh Botol yang di muka, langsung kelihatan deh Teh Botol yang di badan. Gua sampe ngga sadar kejap-kejap sendiri.. Kirain gua ketiduran. "RED! Kenapa kamu kejap-kejap seperti itu?", sentak Ibu Mia dengan kasar. Ternyata bukan mimpi! "Oh ngga Bu.. Mata saya memang lagi perih..", kata gua dengan gugup, sambil ngucek-ngucek mata. Koq jadi gua yang salah tingkah gini? "Saya khawatir saya akan sulit meluluskan siswa dengan sikap seperti kamu, Red..", Ibu Mia meneruskan dengan dingin. "Nilai-nilai kamu juga termasuk yang terburuk di kelas.. Selain si.. Siapa itu yang kemarin kakaknya kecelakaan?" "Eh.. Mm.. Diane ya?", jawab gua. "Iya.. Diane.. Tapi mungkin dia bisa saya bantu karena dia juga mengalami beberapa musibah sebelumnya.. Tapi kamu.." "Wah.." Gua mulai ketakutan juga. Bisa mati nih kalo ngga naek kelas! "Saya tidak yakin dengan kamu, Red. Akan sangat sulit sekali.." "Masa Ibu ngga bisa kasih keringanan.. Misalnya membuat tugas tambahan.. Atau apa deh.. Saya akan berusaha..", gua memelas. Ibu Mia terdiam.. Pandangan dan ekspresinya bener-bener bikin gua beku. Nekat juga gua bisa melas-melas sama dia. Perlahan kemudian Ibu Mia berjalan menjauh, lalu duduk di sofa yang terletak di ujung ruangan. Matanya tetap ngeliatin gua. Gila nih kalo gua ngga naek, Om John bisa batal deh ngirim gua belajar ke negara A! Si Jelek bangsat.. Udah bikin masalah, pake nabok gua segala lagi! "Red.." Ibu Mia memanggil.. Tiba-tiba nada suaranya berubah. "Eh iya Bu?" Gua bertanya tak pasti. "Kemarilah.. Ibu rasa Ibu tahu apa yang kamu bisa lakukan." Nada suaranya kini lebih netral dan lembut. Gua makin bergidik. Jangan-Jangan rumor-rumor itu bener. Perlahan-Perlahan gua berjalan mendekati Ibu Mia. Beliau duduk dengan menyilangkan kakinya.. Lumayan anggun juga ternyata si Teh Botol. Di depannya gua berdiam diri.. Ngga tau bisa ngarepin apa. "Iya Bu?" Tanya gua sambil tersenyum pahit. Pasti muka gua ngga karuan nih bentuknya. "Kamu.. Kamu sudah pernah bersenggama?" GLEK. Gua terbisu.. Kalo ini mimpi, dari mana mulainya? Mungkin gua salah denger. "Maaf Bu?" Gua bales, berharap pertanyaan yang berbeda muncul. "Ibu tanya apa kamu sudah pernah bersenggama?" GLEK. Ini beneran. "Eh.. Saya.." "Tidak apa-apa kalau kamu tidak mau bilang.. Ibu hanya ingin tahu saja.." Gua terdiam kayak patung. "Hanya saja Ibu ada feeling.. Anak muda segagah kamu.. Ibu bisa lihat kalo di sekolah tidak sedikit gadis-gadis yang melirik ke arah kamu kalau kamu sedang lewat.." Makasih deh Bu, pikir gua, tapi kenapa tiba-tiba suasananya berubah? Selama semenit.. Mungkin lebih kita terdiam.. Gua jadi bener-bener kikuk.. "Bu..", gua memecah kesunyian. Tiba-Tiba gua terpikir sesuatu. Ibu Mia hanya ngeliat gua lebih dalam. Sepasang mata itu mendadak jadi indah banget.

128

"Iya.. Saya pernah.. Beberapa kali.. Cuman main-main doang..", aku sambil mengingat beberapa insiden yang lampau. Ibu Mia tersenyum.. Gila ngga pernah gua liat dia senyum.. Ternyata seperti ini toh.. Wah kalo dia udah tidur sama siapa aja di sekolah ini? Tiba-Tiba di celana gua, gua baru sadar kalo 'sang adik' sudah bangun dari tadi.. Entah kenapa situasi seperti ini bikin gua jadi terangsang banget. Senyum Ibu Mia semakin misterius. "Mendekatlah kemari, Red", katanya dengan lembut. Gua mendekat.. Sekarang pinggul gua udah sejajar dengan kepalanya..'sang adik' yang terbangun tidak mungkin tersembunyi lagi. "Udah bangun ya..," kata Ibu Mia. "Coba buka.. Ibu mau lihat." Dengan agak canggung gua buka celana gua, gua biarin jatoh ke bawah. 'Sang adik' kini terlihat berdiri dengan segar dan lumayan keras.. Gila nih.. Si Ibu mendadak kelihatan bergairah sekali, pikir gua. "Ohh.. Lumayan besar juga ya.. Apa bisa lebih besar lagi..?" Belum gua sempat berpikir, tiba-tiba Ibu Mia dengan lembut melekatkan bibirnya di batang penis gua. Langsung gua mengejang seperti disengat listrik.. Kaget banget sih.. "Huyss.. Tenang ya Red.. Ibu bakalan sangat lembut koq", beliau tersenyum halus. "I.. Iya Bu.. Ehh..", jawab gua..

Ngga tau harus seneng atau sedih. Ibu Mia lalu meneruskan mengecupi batang penis gua, mulai dari dekat zakar sampai ke dekat kepala.. Diiringin dengan suara desahan yang bikin penis gua langsung keras dan tegang. Perlahan-Perlahan jemari-jemarinya mulai memainkan zakar gua dan meremas-meremas pantat gua. Mulutnya pun mulai berpindah ke kepala penis gua, dengan lembut dihisapnya pelan-pelan.. Masuk.. Keluar.. Masuk.. Keluar.. Sambil menjilat-menjilatkan lidahnya ke bagian yang mulai membasah tersebut. "Mgghh.. Mgghh.. Mgghh.." Saking terangsangnya, gua secara naluriah memegangi kepala Ibu Mia dan meremas-meremas rambutnya dengan gemas.. Beliau nampak cuek dan kelihatannya sih emang udah keasyikan dengan urusannya sendiri. Ibu Mia semakin bergairah menjilati dan meremasi penis gua.. Sampai-sampai gua ngga tau penis gua basah karena air ludahnya atau sperma preejakulasi gua yang udah keluar sedikit-sedikit. Sebentar kemudian.. Gua udah bener-bener terangsang.. Rasanya gua ngga sabar giliran gua buat bikin basah vagina beliau dan muncrat di dalamnya sekalian.. Tapi kali ini gua tahan-tahan pingin melihat apa yang terjadi berikutnya.. ***** Sekelebat gua teringat pengalaman gua dengan Joanna, dari jurusan sosial. Waktu itu dia cuman kocok-kocok penis gua dengan tangannya sambil menempelkan badannya yang hangat itu dan ngegosok-ngegosokin buah dadanya ke badan gua. Kita masih separuh berpakaian seragam di toilet sekolah yang memang lagi sepi banget. Waktu itu gua ngga sabaran.. Langsung deh gua perosotin rok dan celana dalamnya. Emang sih vaginanya Joanna udah agak basah.. Jadi gua cuman main-mainin dikit sama tangan gua.. Tangan gua yang satu lagi langsung main-mainin puting-puting buah dadanya. Tiba-Tiba gua gerakin penis gua ke arah pinggulnya dan biarin penis gua masuk ke vaginanya yang udah basah. Akhirnya gua mangku Joanna sambil berdiri, sementara dia numpuin sebelah kaki ke wastafel. Untungnya dia udah basah banget, jadinya ngga gitu kerasa sakit buat 'saat pertama'nya. Tapi yang jelas dia menggeliat kiri kanan saking terangsangnya. Setelah beberapa kocokan, dia langsung orgasme sambil memeluk gua eratt banget.. Guanya sendiri belon, jadi gua keluarin aja tuh penis dan gua muncratin semuanya di wastafel.. Tapi itulah jadinya, karena terburu-terburu.. Selesainya jadi ngga enak.. ***** "Red.. Red! Koq mukanya jadi menerawang seperti itu?!", suara Ibu Mia kini menghentak gua dengan lembut. Tiba-Tiba ia berhenti dan mundur ke sofanya.. Tubuhnya kini berkeringat.. Dan ternyata baju 'baru'nya itu cukup tipis sampe-sampe keringatnya itu membuat bagian dalam tubuhnya terlihat.. "Red.. Kamu.. Kamu bisa tahan lama ya sama Ibu..", kata Ibu Mia sambil tersenyum. "Aldo saja baru bentar udah muncrat ke baju Ibu.." YA AMPUN.. Ternyata.. Pantesan si Jelek mukanya kusut gitu..!! Rupanya Ibu Mia berganti baju sebelum si Jelek keluar.. Gua jadi cekikikan sendiri.. Gua bales lu nanti Lek..!

129

"Eh Bu.. Kalo Rio dan Didi.. Mereka..", mendadak gua teringat dua sobat gua yang laen. "Mereka tidak Ibu apa-apakan," katanya sambil tertawa ringan. "Mereka sial bertemu dengan Ibu Mia yang galak." Gua nyengir sambil pelan-pelan gua deketin Ibu Mia. Ibu Mia tampak terdiam pasrah dan meringankan ekspresi tubuhnya. Perlahan-Perlahan gua lepasin blus atasnya, lalu BH pinknya.. Ternyata buah dadanya juga indah, kedua putingnya mengeras.. Pasti Ibu Mia sudah benar-benar hot. Terus gua lingkerin tangan gua di pinggangnya, lalu dengan pelan-pelan gua buka rok panjangnya.. Gua berusaha sesantai mungkin sambil meletakkan pakaian Ibu Mia di sofa.. Soalnya gua sendiri tegang banget.. Deg-degan gitu. Sementara penis gua udah tegang setegangsetegangnya.. Gua sengaja bersabar sambil menanti respon dari Ibu Mia.. Ibu Mia lalu mendorong gua dengan perlahan supaya gua berlutut di lantai. "Sekarang giliran kamu, Red.. Sebelumnya belum pernah ada yang boleh seperti ini kecuali suami Ibu.. Tapi kamu spesial..", kembali senyuman lembut itu menghiasi wajahnya. SUAMI? Wah.. Pikir gua.. Ternyata serem-serem ini Ibu ngga beres juga nih.. Ah tapi cuek aja lah, pikir gua sambil berharap-berharap kalo moga-moga ngga ada yang nyelonos masuk ke ruang yang terletak di ujung gang tersebut. Sambil masih dalam posisi berlutut, gua mendekatkan pinggul Ibu Mia ke kepala gua. Bener juga.. Vaginanya udah basah, bahkan sedikit cairan mulai mengalir di pangkal pahanya.. Mungkin dia sudah orgasme sewaktu menghisap penis gua, gua pikir. Gua mulai dengan mengecup-mengecup kemaluan Ibu Mia mulai dari bulu-bulu sampai ke bagian kelentitnya.. Rupanya kalo gua main perlahan dan lembut, ternyata lebih menggairahkan daripada gubrak-gabruk-an seperti dengan Joanna dulu.. Lalu gua mulai melumat-melumat daging imut yang mulai menyembul di kemaluan beliau.. Ibu Mia langsung mendesah sambil menjambak-menjambak rambut gua.. "Ohh Redd.. Ahh.. Ahh.. Hh.. Terusinn.. Aahh.." Makin lama gua udah makin lupa diri.. Gila.. Bisa-bisa gua muncrat duluan nih.. Suara Ibu Mia bener-bener bikin kesabaran gua serasa di ujung tebing.. Ibu Mia sendiri kelihatannya udah siap, soalnya cairan dari vaginanya semakin deras.. Rasanya bener-bener aneh, buat gua sendiri ini baru kedua kalinya gua ngerasain cairan kayak beginian Lagi-Lagi pikiran gua menerawang (sambil dengan hotnya masih melumat) waktu gua pertama kali mencium dan melumati kemaluan seorang wanita, yaitu milik Deasy sepupu jauh gua yang umurnya sekitar 2 tahun lebih tua. Kita waktu itu bertemu waktu pernikahannya Om John dan Tante Sarah. Awalnya sih cuman bincang-bincang kecil doang tapi.. "Ohh Red..", desah Ibu Mia agak keras, menghancurkan nostalgia gua.. Muka Ibu Mia sudah merah dan berpeluh keringat. "Iya Bu?", dengan sok polosnya gua menjawab. Ibu Mia lalu mundur perlahan dan kembali duduk di atas sofa, kali ini beliau sengaja duduk di atas tumpukan baju yang gua taruh di sana sebelumnya.. Mungkin supaya cairan segar dari dalam vaginanya itu tidak mengotori sofa, pikir gua. Sejenak kita berdua bertatapan.. Ibu Mia duduk dengan kedua pahanya sedikit mengangkang, tampak beliau pasrah saja memamerkan liang kemaluannya yang telah membesar dan amat basah itu. Sementara gua perlahan berdiri, juga memamerkan penis gua yang udah full tegang dan memanas.. "Red..", bisik Ibu Mia, sambil tersenyum mesra. "Tolong kuncikan pintu, Ibu lupa.. Hehehe.." Gua nyengir sambil segera berjalan berbalik ke arah pintu. Pintu masuk ruangan tersebut memang agak terhalang dari sofa oleh sebuah lemari arsip yang cukup besar. Tapi gua emang pernah baca kalo privacy buat cewe itu penting sekali buat bikin dia makin pe-de dalam bercinta. Waktu gua ngelangkah ke deket pintu, gua shock berat karena ada sesosok wajah menyembul di pintu tersebut.. Rupanya pintu itu sedikit terbuka. Si pemilik wajah juga terlihat sama shocknya. Ternyata seorang cewe manis berpakaian SMA, tapi warna roknya berbeda.. Berarti dia dari sekolah lain. Cewe itu menatap gua sejenak, lalu sekejap melirik ke penis gua yang memang lagi ngeceng banget. Wajahnya sangat manis dan agak kekanak-kekanakan, tetapi saat ini kepucatannya memendungi kecantikannya. Perlahan cewe tersebut mundur dan menghilang, sambil sekilas ia memberikan tatapan memelas sama gua.. Seolah-seolah ia berkata, "Ampuni saya Bang, jangan apa-apakan saya!". Dengan cepat gua menutup dan mengunci pintu, lalu segera melangkah kembali ke arah Ibu Mia. "Kenapa, Red? Koq wajah kamu seperti sehabis melihat hantu?", kata Ibu Mia. Iya, Bu. Hantu cantik, kata gua dalam hati. Oh, untunglah, kayaknya dia ngga tau, pikir gua. Mungkin terhalang oleh lemari arsip itu. "Eh.. Ngga Bu.. Saya.. Eh.. Ibu seksi sekali.. Eh.. Muka saya emang kayak gini kalo liat cewe seksi..", kibul gua dengan ekspresi yang so pasti ngga ketulungan jeleknya. Ibu Mia tertawa kecil lalu beliau mulai rebahan di atas sofa.. Pinggulnya masih diletakkan di atas tumpukan baju-bajunya. Kemudian beliau menyamping, perlahan menghadap ke arah gua.. Tubuhnya yang mungil seksi itu kini nampak begitu sensual. Lalu Ibu Mia mengangkangkan kedua pahanya, sambil dengan lembut memutar-memutarkan pinggulnya ke arah gua. Salah satu tangan beliau juga mengusap-mengusap vaginanya naik turun. "Ayo Red.. Ibu sudah siap..", kata Ibu Mia dengan halus. Gua berjalan mendekati Ibu Mia.

130

"Akhirnya..", kata gua dalam hati. Dudukan sofa di ruang tersebut memang cukup panjang sehingga cukup buat gua juga ikutan berlutut di atas sofa. Perlahan gua dekatin penis gua ke arah vagina Ibu Mia. Begitu bersentuhan, Ibu Mia tampak menarik napas pendek lalu mendesah lembut. "Ahh.." Lalu gua mulai deh menggenjot Ibu Mia dengan perlahan-perlahan berusaha serelax mungkin. Karena vaginanya udah cukup basah dan terbuka, gua masuk dengan lumayan gampang. Sekejap kemudian gua sudah mengocok-mengocok penis gua di dalam vagina Ibu Mia. Beliau pun mengikuti dengan menggoyang-menggoyangkan pinggulnya sesuai dengan irama genjotan gua. "Ohh! Aghh.. Ohh Red.. Ohh.. Ohh.. Hhghh.. Hgghh..", desah Ibu Mia dengan seksi, menambah panas nafsu gua. "Ohh Ibu.. Hhgghh..", tak sadar gua juga ikutan mendesah. Nggak nyangka dia udah bersuami, vaginanya ngga kalah rapet dan kencang dengan yang punya Joanna atau Deasy. Keringat kita berdua sudah berpeluh sekujur badan, sementara gerakan-gerakan sensual menjadi semakin cepat dan makin berirama. Buah dada Ibu Mia yang walaupun sudah sangat kencang juga ikutan bergoyang seirama dengan gerakan kita. Gua lalu memiringkan badan gua ke depan sedikit supaya tangan kanan gua bisa meremas-meremas payudaranya yang menantang itu. Sambil menggenjot Ibu Mia, gua juga muter-muterin putingnya bergantian kiri kanan. "Aahh.. Redd.. Kamu nakall.. Ohh.. Ohhgghh..", desah Ibu Mia semakin keras. Sekelibat gua melirik ke arah pintu dan jendela, berharap tidak ada yang melihat.. Hmh, kecuali si cewe 'cilik' itu. Setelah beberapa lama gua udah ngga kuat lagi.. Gila vagina serapet ini gua bisa muncrat bentar lagi. Tapi gua paksain sampe Ibu Mia orgasme duluan. "Ohh Redd.. Ibu sudah hampir.. Oohh oohh ohh.. Ahh ahh.. Hgghh..," nafas dan desah Ibu Mia semakin memburu dan gerakannya pun mulai sedikit menghentak.. Sebentar lagi, pikir gua.. "Red.. Tolong.. Hh.. Hh.. Jangann dikeluarin di dalam, ya..? Ohh ohh", pinta Ibu Mia tanpa melihat ke arah gua. "Hh.. Hh.. Beres Bu", kata gua sambil mendesah-mendesah juga.. Gila apa, belon saatnya gua jadi Babeh beneran! "Aahh..!", Ibu Mia pun orgasme sambil berteriak kecil dengan halusnya.. Dan dengan mata membelalak sampai tinggal putihnya saja, Pinggulnya dihentakkan sekeras mungkin, seolah-seolah beliau sedang mengeluarkan sesuatu yang amat dahsyat dari liang cintanya. Gua bisa merasakan percikan orgasmenya membasahi penis gua yang masih asik gua goyangin di dalam. Gua sendiri udah ngga tahan.. Dengan cepat gua tarik penis gua, yang langsung gua angkat ke atas perut Ibu Mia. Splorrtt.. Clorrtt.. Splooshh.. Sperma gua keluar banyak sekali. "Ugghh..", keluh gua sambil mengeluarkan tetes-tetes sperma gua yang terakhir.. Kontan gua berasa selesai lari marathon, bolak balik Sabang-Merauke-Sabang.. Lalu ibu Mia melumat kontol gua dengan rakusnya sampai sisa sperma bersih ditelan habis dan setelah istirahat sejenak main lagi 2 ronde dengan gaya doggy style Gua lalu merebah ke atas Ibu Mia dengan cueknya. Paling ditendang, pikir gua. Ibu Mia lalu dengan lembut merangkul gua dan mengijinkan gua melepas lelah di atas buah dadanya yang empuk itu. Bibirnya sesekali mengecup-mengecup kepala gua. "Er.. Ibu..", gua mendekatkan diri. "Kenapa seperti ini?" Ibu Mia menghela nafas panjang, tanpa melihat gua bisa tau kalo beliau sedang menerawang ke langit-langit ruangan. "Ibu kesepian, Red.. Mas Hardy terlalu disibukkan oleh bermacam-bermacam pertemuan dan proyek di kantornya di luar kota.. Kami bertemu hanya seminggu 2 atau 3 kali.. Itu pun hanya sore-sore atau malam. Kesempatan kami untuk sekedar berbagi rasa saja hanya sedikit, apalagi melakukan hubungan suami-istri..," kembali Ibu Mia menghela nafas panjang, kali ini suaranya terdengar agak lebih terputus-terputus. "Ibu.. Ibu hanya dipuaskan oleh begituan kalau dengan orang lain, Red. Mas Hardy seringkali terlalu lelah, jadi selama ini dia selalu keluar duluan.." Ibu Mia mulai menangis kecil. Hati gua jadi ikutan iba juga.. Mungkin seharusnya gua ngga nanya aja.. Lagian buat beliau kenikmatan ini pasti cuman sepintas lalu. "Udah deh Bu.. Ngga perlu diterusin.. Saya jadi menyesal nanya begitu sama Ibu", kata gua. "Ngga Red, ngga apa-apa.. Selama ini pria-pria lain cenderung lebih memperdulikan 'kapan' bisa bercinta lagi dengan Ibu, daripada 'mengapa' Ibu seperti ini", balas Ibu Mia. Hati gua jadi lumayan luluh juga.. Padahal sih gua juga mau nanya seperti itu.. Setelah pertanyaan yang pertama hi hi hi hi.. Beberapa saat kemudian, kita berpakaian dan merapihkan diri. Untung ada wastafel kecil di pojok ruangan. Ibu Mia mengenakan pakaian lain lagi.. Hebat lu, pikir gua. Sambil keluar dari pintu, Ibu Mia tiba-tiba berkata, " Jadi jangan lupa ya Red, ringkasan artikelnya Ibu minta minggu depan.. Dan juga test ulang hari Jumat ini!"

131

Kembali beliau ucapkan dengan nadanya yang ketus dan dingin. Dari ekor mata gua, terlihat cewe yang tadi ngintip.. Kelihatannya dia menunggu Ibu Mia.. Wah pantesan Ibu Mia tibatiba ngomong gituan.. Entah beliau memang mengharapkan cewe tersebut untuk datang atau beliau ngeliat dia duluan waktu kita melangkah keluar. "Iya Bu", jawab gua sambil menunduk, ikutan mensukseskan 'drama kecil' kami. Gua lalu cepat-cepat melangkah keluar hall. "Oh iya Red," Ibu Mia memanggil. "Iya Bu?" "Ini Tasha, keponakan Ibu yang baru datang dari kota DG.. Dia akan mulai bersekolah di sekolah M mulai minggu ini.." Kami berjabatan. Tasha terlihat sangat risih dan malu-malu. "Tasha memang pemalu Red", kata Ibu Mia berusaha meringankan suasana. Bukan pemalu Bu, balas gua dalam hati, itu karena matanya baru terbuka pada 'realitas hidup'. Hehehe.. Jadi cekikikan sendirian. Dengan cuek gua lalu melengos keluar gedung sekolah. Sebelum pulang gua mentoleransi perut gua yang udah keruyukan di warung bakso belakang. Pikiran gua kosong, gua biarin aja melayang-melayang ke mana-mana ngga karuan.. ***** Itulah hasil rekonstruksi pengalaman saya sewaktu SMA.. Masih ada setumpuk notes-notes lain yang sedang saya compile ke dalam laptop saya saat ini. Dahulu semasa saya kecil, mendiang kakek saya pernah berkata kalau mata saya tidak boleh melihat perempuan. Saya kira beliau hanya bercanda. Dan setiap kali saya tanyakan kenapa, jawabannya pasti serupa, "Yang dilihat kamu ngga bisa lepas begitu aja.. Nanti kamunya yang susah.." Saking seringnya saya dengar, saya jadi sebal sendiri.. Baru setelah SMA saya mengerti kira-kira apa yang beliau maksud. Papa dan Om John, adiknya, memang pernah mengatakan kalau kakek konon punya ilmu-ilmu gelap. Entah kenapa Papa dan saudara-saudaranya kelihatannya tidak ada yang mewarisinya, mungkin karena jaman yang berubah atau apalah.. Sejak saat kejadian itu ibu Mia sangat baik dan sering kali kalau ada kesempatan jam sekolah sudah usai memberi kode untuk mengulangi dimana saja baik di ruangan sekolah maupun di hotel atau di rumahnya jika memang sepi dan juga dengan Tasha suatu saat kami membuat janji, juga dengan ibu lain teman dekat ibu Mia juga yang bodynya lebih seksi lagi.. Ini cerita yang kualami kurang lebih 2 tahun yang lalu. Saya adalah seorang siswa SMU swasta di sebuah kota X, nama saya adalah Endy dan saya saat ini berumur 18 tahun. Saya mempunyai suatu kebiasaan untuk melakukan onani, yah mungkin satu kali untuk satu hari. Saya mempunyai seorang teman, bisa dikatakan dia merupakan teman saya yang terbaik, karena hampir setiap hari kami selalu bersama. Saya memang sering main ke rumahnya dan tentu saja, saya sering berjumpa dengan mamanya. Dapat dikatakan mamanya saat ini kirakira berusia 36 tahun, tetapi tubuhnya terlihat bagaikan seorang gadis yang berusia 20 tahunan. Yah montok dan padat sekali dan saya memanggil mamanya Tante Nita. Tentu saja saya sering melakukan onani dengan menghayalkan mama kawanku ini. Suatu hari, kami bersama teman-teman sekolah lainnya akan melaksanakan pesta barbeque dan tempat kami berkumpul merupakan rumah dari kawanku ini. Karena masih menunggu teman kami yang belum hadir, maka saya bermain di rumah kawanku ini dengan permainan dadu dengan yang lainnya. Mungkin karena kebetulan saya melempar dadunya terlalu kuat, maka dadu itu jatuh ke arah kamar mama temanku. Lalu dengan malas dan ogah-ogahan, saya bangkit untuk mengambil dadunya. Tetapi saat akan mengambil dadunya, saya melihat suatu pemandangan yang membuat saya sangat terangsang. Saya melihat Tante Nita hanya memakai celana dalamnya saja, langsung saja kemaluan saya terbangun dan saya segera berjalan keluar sambil berusaha menenangkan diri. Sambil bermain dadu kembali, saya menghayalkan bentuk tubuh Tante Nita yang membuatku sangat terangsang. Tetapi sesaat kemudian, Tante Nita keluar dari kamarnya. Dengan serempak, kami memanggilnya dengan panggilan Tante, tetapi saya tidak berani untuk menatapnya, yah mungkin karena saya malu dan agak sedikit takut mengingat kejadian tadi. Karena temanku sudah memanggil, maka kami menyudahi permainan dadu kami dan kami mulai bergerak ke luar rumah. Sesaat sampai di luar rumah, saya melihat Tante Nita sedang berdiri sambil memandang ke arahku, lalu dia menyuruhku untuk menemaninya ke rumahnya yang lain untuk sekedar mengambil barang bekas. Dengan gugup saya menjawab dengan jawaban "Ya", lalu Tante Nita mengambil kunci rumahnya dan kami pun berangkat. Sambil mengikutinya dari belakang, saya memperhatikan goyangan pinggulnya dan tentu saja saat ini saya sudah sangat ingin melakukan masturbasi, tetapi karena balum memiliki kesempatan, maka saya diam saja sambil menghayalkan sedang bersetubuh dengan Tante Nita. Sesampainya di rumah tersebut, saya melihat rumah tersebut sudah lama tidak dihuni, mungkin saja karena Tante Nita baru saja pindah ke rumah baru. Kemudian kami pun masuk ke dalam. Dengan hati-hati saya memperhatikan sekeliling rumah tersebut. Memang agak berdebu tetapi masih terlihat kalau rumah tersebut rapi. Sesampainya di ruang tengah rumah tersebut, Tante Nita bertanya kepadaku, "Apa yang kamu lihat waktu kamu mengambil dadu yang terjatuh itu tadi..?" Dengan terkejut saya menjawab, "Saya tidak melihat apa-apa, Tante.." Lalu Tante Nita berkata, "Kamu jangan bohong, nanti saya laporkan bahwa kamu berbuat yang tidak senonoh pada Tante.." Dengan terbata-bata, saya menjawab bahwa saya melihat Tante sedang ganti baju, tetapi saya tidak melihatnya dengan jelas. Lalu Tante Nita bertanya lagi, "Apakah kamu ingin melihatnya sekali lagi..?" Seperti mendapat durian runtuh, maka saya menjawab, "Kalo Tante Nita mengijinkan, saya mau Tante." Sesaat Tante Nita diam, lalu dia menyuruh saya untuk mendekat. Dengan hati-hati, maka saya mendekat padanya, lalu Tante Nita menarik tangan saya dan mencium bibir saya. Tentu saja saya balas dengan ciuman kembali, sedangkan kedua tangan saya diam saja karena sesungguhnya saya dalam keadaan yang sangat tegang. Berbeda dengan tangan Tante Nita, tangannya mulai memegang kejantanan saya dan satunya lagi mulai meremas pantat saya. Kemudian Tante Nita mulai membuka resluiting celana saya dan mulai mengocok kemaluan saya. Saya merasakan kenikmatan karena tangan Tante Nita sangat lembut dan sangat berpengalaman. Karena terbawa perasaan nikmatnya, mata saya mulai tertutup dan mulai menikmati permainan Tante Nita. Belum berlangsung lama permainan kami, Tante Nita menghentikan permainannya, tentu saja hal ini membuat saya keheranan.

132

Lalu saya mulai berani menatapnya dan saya bertanya kepadanya, "Tante, bolehkah saya memegang payudara Tante..?" Sambil sedikit tersenyum, Tante Nita berkata, "Terserah kamu sayang.." Lalu tangan saya mulai meraba payudara Tante, tetapi saya merabanya dari luar saja karena masih tertutup oleh baju dah BH-nya. Karena merasa kurang puas, maka saya bertanya lagi, "Tante, bolekah saya membuka baju tante..?" Dengan sedikit kesal, Tante Nita menjawab, "Kamu boleh melakukan semua yang ingin kamu lakukan, tubuh saya sekarang ini adalah milikmu sepenuhnya." Dengan terbata-bata saya menjawab, "Terima kasih Tante.." Lalu Tante Nita berkata lagi, "Panggil saya Nita saja, tidak usah lagi sebutkan Tantenya." Lalu saya menjawab, "Ya, Tante.., eh, maksud saya Nita."

Permainan terus berlanjut, saya mulai membuka kancing baju Tante Nita. Terlihatlah dua bukit kembar yang indah sekali, mungkin ukurannya sekitar 36A. Lalu saya mulai meremas dan mencium payudara Tante Nita dan Tante Nita mulai merasakan kenikmatan dan mengeluarkan suara desahan. "Uuhh.. ahh..," Saya mulai membuka ikatan BH-nya dan menyemburlah payudaranya. Dengan liar bibir saya mulai menghisap payudara yang di sebelah kanan, sedangkan tangan saya meremas dengan keras payudaranya yang di sebelah kiri. Saya terus menghisap puting payudara Tante Nita kurang lebih 5 menit lamanya. Kemudian saya melepaskannya dan saya melihat putingnya sudah berwarna kemerah-merahan agak hitam. Kemudian Tante Nita mulai turun dan berjongkok di hadapan kemaluan saya. Dengan cepat dia menurunkan celana jeans saya sekaligus dengan celana dalam saya, lalu dia pun membuka mulutnya dan memasukkan kemaluan saya ke mulutnya. Hal ini membuat saya terkejut, kemudian Tante Nita mulai menghisap kemaluan saya dan memainkannya di dalam mulutnya yang membuat saya lupa diri. Tangan saya mulai menjambak rambut Tante Nita dan kaki saya mulai menjinjit karena saya merasakan kenikmatan yang hebat. Kurang lebih 10 menit kemudian, saya merasakan ada yang mendesak keluar seperti saat saya sedang melakukan masturbasi dan saya mulai mengerang, "Aduh, Nita.. saya sampai nih, uh.. uhh.. uuhh.." Dan Tante Nita mulai mempercepat permainannya dan akhirnya saya mengeluarkan cairan sperma saya di dalam mulutnya Tante Nita. Saya merasakan Tante Nita menghisap habis seluruh sperma saya dan menelannya. Dalam sisa-sisa kenikmatan, saya melihat Tante Nita bangkit dan mencium bibir saya, yang tentu saja saya balas dengan ciuman yang hangat dan liar. Hanya dalam hitungan beberapa detik, Tante Nita menekan kepala saya dan saya pun mengerti apa yang diinginkan Tante Nita. Saya mulai berjongkok dan Tante Nita berganti posisi dengan tubuhnya bersandar pada dinding rumah. Dengan perlahan saya menurunkan celanan Tante, lalu saya melihat CD warna biru langitnya Tante Nita dengan segunduk daging yang menonjol di antara kakinya, selain itu saya juga melihat CD-nya mulai basah oleh cairan kemaluannya. Tante Nita berkata kepada saya, "Endy, cepat donk.., Tante sudah nggak tahan nih.." Dengan tenang saya menjawab, "Iya Nita..," dan saya mulai memeloroti CD-nya. Saya melihat rambut kemaluan Tante Nita yang sungguh subur tetapi terawat dengan rapih. Sejujurnya, saya sungguh tidak menyangka keindahan alat kelamin wanita ini berbeda dengan yang pernah saya lihat di film-film blue bahkan sangat berbeda. Dengan perlahan-lahan, saya mulai menyapu kemaluan Tante Nita dengan lidah saya. Sesudah rambut kemaluannya basah oleh air liur saya, saya mulai memasukkan lidah saya di antara kemaluannya dan saya menemukan sebuah bijian kecil. Dengan lidah saya, saya mulai menjilati biji tersebut, hal ini membuat Tante Nita mengerang keenakan. "Endy.., terus.., Tante merasa nikmat sekali, ah.. ah.. uhh.." desahnya. Karena merasakan Tante Nita yang mulai terangsang, maka saya mempercepat jilatan saya pada bijian tersebut kurang lebih 6 menit Tante Nita menjerit sambil memegang dan menjambak rambut saya. "Uhh.. Tante sampai nihh.. ayo terus Ndyy.. ah.. ehmm.. nikmat sekali." Lalu saya melepaskan permainan lidah saya dan saya melanjutkan dengan tangan saya yang mulai mengosok dan mengocok kemaluan Tante Nita karena saya merasa jijik untuk menghisap air kemaluan wanita tetapi dengan cepat Tante menarik kepalaku dan mengarahkannya kembali ke kemaluannya. Karena ingin memuaskan Tante Nita, maka saya mulai memainkan lidah saya di kemaluan Tante Nita. Akhirnya Tante mengejang dan berteriak, "Ahh.. ahh.. auu.. ehmm.. saya sampai, terus Ndyy.. uhh.. ahh.. aahh.." Saya merasakan ada cairan yang keluar dari kemaluan Tante, maka saya menghisap seluruh cairan tersebut sampai kering dan kemudian saya menelannya. Karena melihat Tante Nita sedang merasakan sisa-sisa kenikmatannya maka saya bangkit dan mencium bibirnya, sedangkan tangan saya meremas payudaranya. Lalu Tante Nita membuka matanya dan tersenyum nakal sambil berkata, "Endy, kamu kurang ajar sekali, bahkan dengan mama kawan baikmu pun kamu berani berbuat begitu." Dengan terkejut saya berkata, "Tapi Tante, saya tidak bermaksud begitu, khan tante yang.." Belum selesai saya berkata Tante Nita memotongnya dan berkata, "Saya tahu kamu tidak bermaksud begitu tapi kamu sudah melakukannya jadi ya.., nggak apa-apa deh.. tante suka dengan permainan kamu. Lain kali kamu harus melakukannya dengan Tante lagi, kalo tidak.. Tante akan laporkan kamu sama yang lainnya!" Lalu saya tersenyum dan berkata, "Tante nakal sekali, saya sampai terkejut, tapi Tante jangan khawatir, lain kali saya akan melayani Tante lagi, saya janji Nita." "Kamu harus ingat janji kamu yach.. sekarang kita harus berpakaian kembali, lalu kamu kembali ke teman kamu.. khan kamu mau barbeque khan..?" kata Tante Nita kemudian yang sempat membuatku terkejut seperti sadar kembali kalau kami sudah meninggalkan acara pesta. Dengan cepat saya mulai membetulkan pakaian saya dan merapikan rambut saya sambil bertanya kepada Tante Nita, "Tante.., kita sudah pergi berapa lama sih..? Kalo ketahuan gimana, Tante..?" Dengan tenang Tante menjawab, "Kamu jangan khawatir, Tante akan mengaturnya supaya aman."

133

Lalu kami pun kembali ke rumah Tante Nita yang baru meskipun dalan hatiku masih ada sedikit keraguan. Sesampainya disana, Tante berkata bahwa kami membongkar seluruh rumah untuk mencari kunci lemarinya sehingga memerlukan waktu setengah jam. Sambil bernafas lega, saya menoleh ke arah Tante Nita dan melihatnya tertawa, sungguh mengoda sekali. Beginilah awal kisahku dengan Tante Nita yang merupakan mama dari kawan baikku. Di pesta barbeque bersama temanku, saya merasa sangat tidak tenang bahkan terasa ada yang ingin dikeluarkan. Akhirnya saya pun melakukan masturbasi di kamar mandi, tentu saja sambil menghayalkan Tante Nita. Dalam hati saya tentu saja sangat ingin untuk melakukannya dengan Tante nita, tetapi yah.. Hari ini sudah lewat 2 minggu sejak kejadian di malam pesta barbeque itu. Saya sendiri sudah tidak sabar dan frekuensi onani saya malah semakin meningkat, bahkan bisa tiga kali dalam satu hari. Tetapi siang harinya, ketika baru pulang dari sekolah, sesampai di rumah dan duduk di kursi sambil melepas sepatu, saya menggerutu, "Aduh, hari ini kok panas sekali.."Tetapi tiba-tiba saya mendengar pembantu saya berteriak, "Mas Endy ada telpon tuh..!" Lalu sambil malas-malasan saya bangkit dan mengambil telepon sambil menjawab, "Halo..?" "Ini Endy yach..?" tanya orang lawan bicara saya. Saya jawab, "Iya, disana siapa yach..?" "Kamu udah lupa yach ama saya..?" dengan logat memancing. Karena merasa dipermainkan, saya mulai emosi dan menjawab, "Disana siapa sich kalo nggak mo bilang lagi saya tutup teleponnya nih..!" "Kok marah sich..? Nanti tante laporkan kamu lho dan nggak tante kasih kamu kenikmatan lagi." kata lawan bicara saya lagi. Mendengar kata-katanya yang terakhir tadi, saya jadi teringat dengan kejadian beberapa hari yang lalu dan saya langsung menjawab lagi, "Oh, ini Tante Nita yach..? Sori Tante gua lagi nggak mood nih.. Tante sich main-main aja.." Lalu Tante Nita berkata "Nggak mood yach..? Jadi sama Tante juga nggak mood donk..? Tadinya Tante mo ajak kamu ke rumah Tante nih, abisnya lagi sepi nih.., tapi nggak jadi deh.." Dengan cepat saya memotong, "Bentar dulu Tante, kalo Tante sich gua jadi mood lagi nih, emang teman saya (maksudnya anak Tante Nita yang menjadi teman baik saya) nggak ada di rumah yach..?" "Kamu tenang aja deh.. pokoknya dari sekarang (saat itu jam 12:30) sampe nanti sore jam 5 kita aman deh.., jadi datang nggak..?" tanya Tante Nita. Tentu saja saya menjawab, "Jadi donk Tante.., bentar lagi saya ke sana Tante, Tante tunggu yach..!" Setelah itu, saya segera menutup teleponnya seperti tidak ingin menyia-nyiakan waktu. Kemudian saya segera berlari ke kamar dan ganti baju, terus segera keluar rumah menuju rumah Tante Nita, karena dari rumahku ke rumah Tante Nita memerlukan waktu sekitar 15 menit jalan kaki. Karena ingin cepat tiba disana, maka saya naik angkot (angkutan umum perkotaan) saja.

Sesampainya di rumah Tante Nita, saya segera memutar ke belakang karena lewat pintu samping rumah Tante Nita lebih aman dan sepi. Kemudian dengan perlahan saya mengetuk pintu dan terdengar Tante Nita menjawab. "Iya, bentar.." lalu Tante Nita membuka pintu dan mempersilakan saya masuk. Di depan saya, Tante Nita berpakaian kaos oblong dan celana pendek putih. Berpenampilan seperti itu tentu saja sama dengan menampakkan BH dan CD-nya yang berwarna hitam secara sengaja kepada saya. Dalam pikiran saya mungkin Tante Nita sengaja membuat saya terangsang, tetapi saya berusaha tetap tenang, yah.. stay cool deh pokoknya. Setelah itu, Tante Nita menyuruh saya mengikutinya dan saya pun berjalan. Tetapi begitu melihat pinggulnya yang bergoyang, saya tidak tahan lagi, segera saya menarik Tante Nita dan menciumnya. Tante Nita pun segera membalas ciumanku dan tangan saya segera bergerak untuk membuka bajunya. Bersamaan dengan itu, Tante Nita berkata, "Jangan di sini donk sayang..!" "Dimana Tante..?" tanya saya. "Di kamar Tante aja.." kata Tante Nita. Lalu saya pun segera menarik tangan Tante Nita dan berkata, "Jadi, tunggu apa lagi Tante..?"

Setelah sampai di kamar Tante Nita, saya segera merebahkannya. Di mata saya, Tante Nita tampak sangat anggun dan mengairahkan. Dengan tidak membuang waktu lagi, saya segera menciumnya dan ciuman saya di balas Tante Nita dengan hangat. Sementara itu tangan saya segera bergerak aktif untuk meremas buah dada Tante Nita. Tiba-tiba Tante Nita mendorongku dan dengan terkejut saya bangkit, tetapi kemudian Tante Nita segera menarikku dan naik di atas tubuhku sehingga posisi saya sekarang adalah Tante Nita di atas tubuh saya. Saya segera mambuka baju Tante Nita sehingga tampaklah buah dadanya yang masih dibungkus oleh BH hitamnya. Saat itu Tante Nita menunduk sehingga sekarang buah dadanya tampak di depan mataku dengan sangat jelas. Untuk menghemat waktu dan karena memang saya juga sudah sangat terangsang, maka saya segera melumat payudara Tante Nita dan melepas BH hitamnya. "Aduh enak sekali, ahh.. uh.. stt.." desahnya yang menandakan Tante Nita sudah terangsang. Karena sudah terangsang maka Tante Nita segera melepas baju dan celana saya, sehingga saya hanya tinggal memakai CD saja. Kemudian saya berguling ke samping sehingga posisi saya sekarang di atas Tante Nita, lalu saya segera merangkak turun dan melepas celananya sehingga tampaklah pemandangan di depan wajah saya sebuah surga kenikmatan yang masih terbungkus oleh kain hitam. Tanpa menunggu aba-aba darinya, saya langsung melepaskan CD-nya Tante Nita dan tampaklah kemaluan Tante Nita yang terawat dengan rapih. Sungguh sangat indah dan berbeda dengan yang pertama kali saya lihat dulu. Dengan perlahan saya menjilati permukaan vaginanya dan Tante Nita pun segera mengerang. "Aduh, nikmat sekali.. sungguh.. geli tapi.. ahh.. uhh.. terus Endy.." Segera saya menaikkan permainan saya sehingga tidak lama kemudian Tante Nita pun menjerit. "Aduh saya sampai Ndyy.. segera keluar.. ahh.." Lalu saya segera menghisap bijian di kemaluan Tante Nita sehingga saat cairan kemaluan Tante Nita keluar, segera saya hisap habis dan menelannya. Dalam sisa kenikmatannya, Tante Nita berkata, "Endy.. biarkan Tante Nita istirahat yach..? Nanti Tante Nita baru melanjutkannya kembali."

134

Saya segera menjawab, "Iya Tante.." Setelah beristirahat 15 menit, Tante Nita mulai bangkit dan segera melepas CD saya. Tampaklah kemaluan saya yang masih dalam posisi setengah tiang. Tante Nita segera memasukkannya ke dalam mulutnya dan menjilatinya. Di dalam mulut Tante Nita, kemaluanku segera mengeras hingga dalam posisi yang siap tempur. Tante Nita sungguh sangat berpengalaman dalam menjilati kejantanan pria yang dengan cara menghisap dan kadang-kadang mengigitnya dengan perlahan. Hal ini membuatku sangat terangsang. Karena sudah tidak tahan lagi, maka saya segera menarik tubuh Tante Nita ke atas dan dan membalikkannya. "Tante Nita, saya sudah tidak tahan lagi, sekarang saya masukkan yach Tante..?" tanya saya yang sudah merasa sangat terangsang. Tante Nita menjawab, "Terserah kamu Ndyy.., tapi hati-hati yach soalnya punya tante udah lama nih nggak digunakan.." Dengan pelan dan hati-hati saya mengarahkan kepala kemaluan saya ke dalam lubang kemaluan Tante. Kepala kemaluan saya mulai menyentuh bibir kemaluan Tante Nita, lalu saya menekannya sehingga kepala kemaluan saya sudah terbenam ke dalamnya. Tante Nita segera menjerit, "Aduh.. sakit sekali.. pelan-pelan Ndy.."Tetapi saya sudah tidak perduli lagi, saya segera melanjutkan aksi saya dengan menekan kemaluaan saya lebih dalam lagi dan kepala kemaluan saya juga mulai terasa perih karena ini adalah pertama kali saya melakukan hubungan intim. Saya tetap menekan batang kemaluan saya sehingga tidak lama kemudian, seluruh kemaluan saya sudah terbenam dalam kemaluan Tante Nita. Tante Nita lalu mengerang, "Aduh sakit sekali.. biarkan tetap di dalam Endy, aduh.. ahh.. ehmm.. uh.." Setelah terdiam hampir 5 menit, saya segera mengoyang pinggul saya dengan naik turun secara berirama dan Tante Nita pun mengimbanginya dengan goyangan pinggulnya yang membuat saya merasa sangat keenakan. Tante Nita tiba-tiba mengerang secara tidak jelas, "Aduh.. sakit sekali, tapi enak sekali, terus Endy.." Saya sudah tidak memperdulikan Tante Nita dan hanya terus memacu kemaluan saya untuk mencapai kenikmatan. Tidak lama kemudian, setelah 8 menit, saya mendengar Tante Nita menjerit kembali, "Aduh.. saya sampai Ndyy.. akan segera keluar nih.." Saya menjawabnya, "Sebentar lagi Nita, sebentar lagi.. saya juga hampir sampai nih.." Tidak lama, Tante Nita tiba-tiba mengejang dan saya merasakan ada cairan hangat di dalam kemaluan Tante Nita dan Tante Nita mengerang lagi, "Aduh.. ahh.. aku sampai Endy.. nikmat sekali.." Tidak sampai disitu, selang beberapa detik, saya merasa juga ada yang mendesak keluar dari kemaluan saya dan akan segera meledak. Rupanya saya juga telah mencapai kenikmatan dunia dan saya menjerit, "Saya sampai Tante eh.. ahh.. nikmat sekali" Lalu saya segera jatuh dan berbaring di samping tubuh Tante Nita sambil merasakan sisa kenikmatan yang telah kami capai berdua. Setelah beristirahat, kami melakukannya lagi 3 kali dalam tempo yang cepat. Tante Nita dan saya sama-sama mencapai puncak kenikmatan 3 kali. Setelah mandi dan pikiran kami sudah tidak terpengaruh nafsu lagi, Tante Nita berkata padaku, "Tante Nita minta maaf Endy.. tadi Tante Nita telah merenggut keperjakaan kamu.. sungguh Tante Nita minta maaf.." Tetapi saya segera berkata, "Tidak apa-apa Tante, saya rela kok menyerahkannya pada Tante, sungguh saya sangat menyukai permainan tadi. Tapi Tante Nita harus janji kalo Tante Nita lain kali harus memberikan kenikmatan yang sama lagi kepadaku..!" Sambil tersenyum, Tante Nita berkata, "Iya.. Tante sangat senang dengan permainan tadi, Tante janji, Tante bersedia melayani kamu lagi, tapi kamu juga harus membuat Tante merasa keenakan seperti tadi.." dan saya mengiyakannya. Hubungan kami hampir berlangsung selama 2 tahun, tetapi kami melakukannya dengan cara-cara yang tradisional. Saya maupun Tante Nita tidak menyukai gaya-gaya yang terlalu berani seperti gaya anjing maupun yang lainnya. Hubungan kami sekarang meskipun belum diputuskan berakhir, tetapi kami hampir tidak pernah berjumpa lagi, karena saya sudah melanjutkan kuliah di luar kota yang tentu saja dengan anaknya Tante Nita. Hubungan saya dengan Tante Nita sampai sekarang tetap menjadi rahasia kecil kami. Jikalau saya liburan dan pulang ke kampung halaman saya, Tante Nita selalu meminta bagiannya dan saya pun dengan senang hati melayaninya. Ini merupakan pengalaman yang saya alami sendiri. Meskipun banyak yang kurahasiakan di sini, tetapi cerita ini adalah benar-benar terjadi. Aku melihat jam di tanganku. Masih lama rupanya. Kira-kira setengah jam lagi waktu kuliah habis. Siang tadi kakak iparku nelpon, memintaku datang ke rumahnya setelah kuliah. Aku bertanya-tanya, karena biasanya hanya abangku saja yang menelponku, menanyakan sesuatu atau memintaku untuk menjaga rumahnya jika dia ada urusan keluar kota. Rintik-rintik hujan mulai turun semakin lebat. Mbak Limah yang bekerja di rumah abangku ini bergegas ke halaman belakang untuk mengambil jemuran. Kemudian, "Mad!", teriaknya keras dari belakang rumah. Aku berlari menuju arah suaranya dan melihat Mbak Limah terduduk di tepi jemuran. Kain jemuran berhamburan di sekitarnya. "Mad, tolong Mbak Limah bawakan kain ini masuk", pintanya sambil menyeringai mungkin menahan sakit. "Mbak tadi tergelincir", sambungnya. Aku hanya mengangguk sambil mengambil kain yang berserakan lalu sebelah tanganku coba membantu Mbak Limah berdiri. "Sebentar Mbak. Saya bawa masuk dulu kain ini", kataku sembari membantunya memegang kain yang berada di tangan Mbak Limah. Aku bergegas masuk ke dalam rumah. Kain jemuran kuletakkan di atas kasur, di kamar Mbak Limah. Ketika aku menghampiri Mbak Limah lagi, dia sudah separuh berdiri dan mencoba berjalan terhuyung-huyung. Hujan semakin lebat seakan dicurahkan semuanya dari langit. Aku menuntun Mbak Limah masuk ke kamarnya dan mendudukkan di kursi. Dadaku berdetak kencang ketika tanganku tersentuh buah dada Mbak Limah. Terasa kenyal sehingga

135

membuat darah mudaku terasa tersirap naik. Kuakui walau dalam umur awal 30-an ini Mbak Limah tidak kalah menariknya jika dibandingkan dengan kakak iparku yang berusia 25 tahun. Kulitnya kuning langsat dengan potongan badannya yang masih menarik perhatian lelaki. Tidak heran, pernah Mbak Limah kepergok oleh abangku bermesraan dengan laki-laki lain. "Ambilkan Mbak handuk", pinta Mbak Limah ketika aku masih termangu-mangu. Aku menuju ke lemari pakaian lalu mengeluarkan handuk dan kuberikan kepadanya. "Terima kasih Mad", katanya dan aku cuma mengangguk-angguk saja. Kasihan Mbak Limah, dia adalah wanita yang paling lemah lembut. Suaranya halus dan lembut. Bibirnya senantiasa terukir senyum, walaupun dia tidak tersenyum. Rajin dan tidak pernah sombong atau membantah. Dianggapnya rumah abangku seperti rumah keluarganya sendiri. Tak pernah ada yang menyuruhnya karena dia tahu tanggungjawabnya. Kadang-kadang saya memberinya sedikit uang, bila saya datang ke sana. Bukan karena apa, sebab dia mempunyai sifat yang bisa membuat orang sayang kepadanya. Abangku tidak pernah memarahinya. Gajinya setiap bulan disimpan di bank. Pakaiannya dibelikan oleh kakak iparku hampir setiap bulan. Memang dia cantik, dan tak tahu apa sebabnya hingga suaminya menceraikannya. Kabarnya dia benci karena suaminya main serong. Hampir 6 tahun lebih dia menjanda setelah menikah hanya 3 bulan. Sekarang dia baru berusia 33 tahun, masih muda. Kalau masalah kecantikan, memang kulitnya putih. Dia keturunan Cina. Rambutnya mengurai lurus hingga ke pinggang. Dibandingkan dengan kakak iparku, masing-masing ada kelebihannya. Kelebihan Mbak Limah ialah sikapnya kepada semua orang. Budi bahasanya halus dan sopan. Oh.. ya!, Mbak Limah berdiri lalu mencoba berjalan menuju ke kamar mandi. Melihat keadaannya masih terhuyung-huyung, dengan cepat kupegang tangannya untuk membantu. Sebelah tanganku memegang pinggang Mbak Limah. Kutuntun menuju ke pintu kamar mandi. Terasa sayang untuk kulepaskan peganganku, sebelah lagi tanganku melekat di pinggangnya. Mbak Limah menghadap ke diriku saat kutatap wajahnya. Mata kami saling bertatapan. Kulihat Mbak Limah sepertinya senang dan menyukai apa yang kulakukan. Tanganku jadi lebih berani mengusap-usap lengannya lalu ke dadanya. Kuusap dadanya yang kenyal menegang dengan puting yang mulai mengeras. Kudekatkan mulutku untuk mencium pipinya. Dia berpaling menyamping, lalu kutolak pipinya. Mulut kamipun bertemu. Aku mencium bibirnya. Inilah pertama kalinya aku melakukannya kepada seorang wanita. Erangan halus keluar dari mulut Mbak Limah. Ketika kedua tanganku meremas punggungnya dan lidahku mulai menjalari leher Mbak Limah. Ini semua akibat film BF dari CD-Rom yang sering kutonton dari rumah teman. Mbak Limah bersandar ke dinding, tetapi tidak meronta. Sementara tanganku menyusup masuk ke dalam bajunya, mulut dan lidahnya kukecup. Kuhisap dan kugelitik langit-langit mulutnya. Kancing BH-nya kulepaskan. Tanganku bergerak bebas mengusap buah dadanya. Putingnya kupegang dengan lembut. Kami sama-sama hanyut dibuai kenikmatan walaupun kami masih berdiri bersandar di dinding. Kami terangsang tak karuan. Nafas kami semakin memburu. Aku merasa tubuh Mbak Limah menyandar ke dadaku. Dia sepertinya pasrah. Baju daster Mbak Limah kubuka. Di dalam cahaya remang dan hujan lebat itu, kutatap wajahnya. Matanya terpejam. Daging kenyal yang selama ini terbungkus rapi menghiasi dadanya kuremas perlahan-lahan. Bibirku mengecup puting buah dadanya secara perlahan. Kuhisap puting yang mengeras itu hingga memerah. Mbak Limah semakin gelisah dan nafasnya sudah tidak teratur lagi. Tangannya liar menarik-narik rambutku, sedangkan aku tenggelam di celah buah dadanya yang membusung. Mulutnya mendesah-desah, "Ssshh.., sshh!". Puting payudaranya yang merekah itu kujilat berulangkali sambil kugigit perlahan-lahan. Kulepaskan ikatan kain di pinggangnya. Lidahku kini bermain di pusar Mbak Limah, sambil tanganku mulai mengusap-usap pahanya. Ketika kulepaskan ikatan kainnya, tangan Mbak Limah semakin kuat menarik rambutku.

"Madd.., Mad", suara Mbak Limah memanggilku perlahan dari mulutnya. Aku terus melakukan usapanku. Nafasnya terengah-engah ketika celana dalamnya kutarik ke bawah. Tanganku mulai menyentuh daerah kemaluannya. Rambut halus di sekitar kemaluannya kuusap-usap perlahan. Ketika lidahku baru menyentuh kemaluannya, Mbak Limah menarikku berdiri. Pandangan matanya terlihat sayu bagai menyatakan sesuatu. Pandangannya ditujukan ke tempat tidurnya. Aku segera mengerti maksud Mbak Limah seraya menuntun Mbak Limah menuju tempat tidur. Bau kemaluannya merangsang sekali. Dengan satu bau khas yang sukar diceritakan. "Madd..", bisiknya perlahan di telingaku. Aku terdiam sambil mengikuti apa yang kuinginkan. Mbak Limah sepertinya membiarkan saja. Kami benar-benar tenggelam. Mbak Limah kini kutelanjangkan. Tubuhnya berbaring telentang sambil kakinya menyentuh lantai. Seluruh tubuhnya cukup menggiurkan. Mukanya berpaling ke sebelah kiri. Matanya terpejam. Tangannya mendekap kain sprei. Buah dadanya membusung seperti minta disentuh. Puting susunya terlihat berair karena liur hisapanku tadi. Perutnya mulus dan pusarnya cukup indah. Kulihat tidak ada lipatan dan lemak seperti perut wanita yang telah melahirkan. Memang Mbak Limah tidak memiliki anak karena dia bercerai setelah menikah 3 bulan. Kakinya merapat. Karena itu aku tidak dapat melihat seluruh kemaluannya. Cuma sekumpulan rambut yang lebat halus menghiasi bagian bawah. Kemudian, tanganku terus membuka kancing bajuku satu-persatu. ritsluiting jeans-ku kuturunkan. Aku telanjang bulat di hadapan Mbak Limah. Penisku berdiri tegang melihat kecantikan sosok tubuh Mbak Limah. Buah dada yang membusung dihiasi puting kecil dan daerah di bulatan putingnya kemerah-merahan. Indah sekali kupandang di celah pahanya. Mbak Limah telentang kaku. Tidak bergerak. Cuma nafasnya saja turun naik.

136

Lalu akupun duduk di pinggir kasur sambil mendekap tubuh Mbak Limah. Sungguh lembut tubuh mungil Mbak Limah. Kupeluk dengan gemas sambil kulumat mesra bibir ranumnya. Tanganku meraba seluruh tubuhnya. Sambil memegang puting susunya, kuremas-remas buah dada yang kenyal itu. Kuusap-usap dan kuremas-remas. Nafsuku terangsang semakin hebat. Penisku menyentuh pinggang Mbak Limah. Kudekatkan penisku ke tangan Mbak Limah. Digenggamnya penisku erat-erat lalu diusap-usapnya. Memang Mbak Limah tahu apa yang harus dilakukan. Maklumlah dia pernah menikah. Dibandingkan denganku, aku cuma tahu teori dengan melihat film BF, itu saja. Tanganku terus mengusap perutnya hingga ke celah selangkangannya. Terasa berlendir basah di kemaluannya. Aku beralih dengan posisi 69. Rupanya Mbak Limah mengerti keinginanku. Lalu dipegangnya penisku yang sudah tegang dan dimasukkannya ke dalam mulutnya. Mataku terpejampejam ketika lidah Mbak Limah melumat kepala penisku dengan lembut. Penisku dikulum sampai ke pangkalnya. Sukar untuk dibayangkan betapa nikmatnya diriku. Bibir Mbak Limah terasa menarik-narik batang penisku. Tidak tahan diperlakukan begitu aku lalu mengerang menahan nikmat. Kubuka lebar-lebar paha Mbak Limah sambil mencari liang vaginanya. Kusibakkan vaginanya yang telah basah itu. Kujulurkan lidahku sambil memegang clitorisnya. Mbak Limah mendesah. Kujilat-jilat dengan lidahku. Kulumat dengan mulutku. Liang kemaluan Mbak Limah semakin memerah. Bau kemaluannya semakin kuat. Aku jadi semakin terangsang. Seketika kulihat air berwarna putih keluar dari lubang vaginanya. Tentu Mbak Limah sudah cukup terangsang, pikirku. Aku kembali pada posisi semula. Tubuh kami berhadapan. Tangannya menarik tubuhku untuk rebah bersama. Buah dadanya tertindih oleh dadaku. Mbak Limah memperbaiki posisinya ketika tanganku mencoba mengusap-usap pangkal pahanya. Kedua Kaki Mbak Limah mulai membuka sedikit ketika jariku menyentuh kemaluannya. Lidahku mulai turun ke dadanya. Putingnya kuhisap sedikit kasar. Punggung Mbak Limah terangkat-angkat ketika lidahku mengitari perutnya. Akhirnya jilatanku sampai ke celah pahanya. Mbak Limah semakin membuka pahanya ketika aku menjilat clitorisnya, kulihat Mbak Limah sudah tidak bergerak lagi. Kakinya kadangkadang menjepit kepalaku sedangkan lidahku sibuk merasakan kenikmatan yang telah dirasakan. Erangan Mbak Limah semakin kuat dan nafasnya pun yang terus mendesah. Rambutku di tarik-tariknya dengan mata terpejam menahan kenikmatan. Aku bertanya, "Gimana Mbak rasanya?", suaraku lembut dan sedikit manja. Dia tidak menjawab. Dia hanya membuka matanya sedikit sambil menarik napas panjang. Aku mengerti. Itu bertanda dia setuju. Tanpa disuruh, aku mengarahkan penisku ke arah lubang vaginanya yang kini telah terbuka lebar. Lendir dan liurku telah banjir di gerbang vaginanya. Kugesek-gesekan kepala penisku di cairan yang membanjir itu. Perlahan-lahan kutekan ke dalam. Tekanan penisku memang agak sedikit susah. Terasa sempit. Kulihat Mbak Limah menggelinjang seperti kesakitan. "Pelan-pelan Madd!", Mbak Limah berbicara dengan nafas sesak. Aku sekarang mengerti. Kemaluan Mbak Limah sudah sempit lagi setelah 6 tahun tidak disetubuhi, walaupun dia sudah tidak perawan lagi. Memang aku belum berpengalaman kerena ini merupakan pertama kalinya aku menyetubuhi seorang wanita walau umurku sudah matang. Kutekan lagi. Kumasukkan penisku perlahan-lahan. Kutekan punggungku ke depan. sangat hati-hati. Terasa memang sempit. Lalu Mbak Limah memegang lenganku erat-erat. Mulutnya meringis seperti orang sedang menggigit tulang. Hanya sebagian penisku yang masuk. Kubiarkan sebentar penisku berhenti, terdiam. Mbak Limah juga terdiam. Tenang. Sementara itu, kupeluk tubuh Mbak Limah dengan gemas sambil memainkan buah dadanya, menjilat, mengusap dan menggigit-gigit lembut. Mulutnya kukecup sambil lidahnya kumainkan. Kami memang sudah sangat bernafsu dan terangsang. Lalu kemudian aku bertanya dengan suara lembut, "Mau diteruskan..?". Mbak Limah membuka matanya. Di bibirnya terlihat senyum manis yang menggairahkan. Kutekan penisku ke dalam. Kemudian kutarik ke belakang perlahan-lahan. Kuhentakkan perlahan-lahan. Memang sempit kemaluan Mbak Limah, mencengkram seluruh batang penisku. Penisku terasa seperti tersedot di dalam vagina Mbak Limah. Kami mulai terangsang! Penisku mulai memasuki kemaluan Mbak Limah lebih lancar. Terasa hangatnya sungguh menggairahkan. Mata Mbak Limah terbuka menatapku dengan pandangan yang sayu ketika penisku mulai kukeluar-masukkan. Bibirnya dicibirkan rapat-rapat seperti tidak sabar menunggu tindakanku selanjutnya. Sedikit demi sedikit penisku masuk sampai ke pangkalnya. Mbak Limah mendesah dan mengerang seiring dengan keluar-masuknya penisku di kemaluannya. Kadang-kadang punggung Mbak Limah terangkat-angkat menyambut penisku yang sudah melekat di kemaluannya. Berpuluh-puluh kali kumaju-mundurkan penisku seiring dengan nafas kami yang tidak teratur lagi. Suatu ketika aku merasakan badan Mbak Limah mengejang dengan mata yang tertutup rapat. Tangannya memeluk erat-erat pinggangku. Punggungnya terangkat tinggi dan satu keluhan berat keluar dari mulutnya secara pelan. Denyutan di kemaluannya terasa kuat seakan melumatkan penisku yang tertanam di dalamnya. Goyanganku semakin kuat. Kasur Mbak Limah bergoyang mengeluarkan bunyi berdecit-decit. Leher Mbak Limah kurengkuh erat sambil badanku rapat menindih badannya. Ketika itu seolah-olah aku merasakan ada denyutan yang menandakan air maniku akan keluar. Denyutan yang semakin keras membuat penisku semakin menegang keras. Mbak Limah mengimbanginya dengan menggoyangkan pinggulnya. Goyanganku semakin kencang. Kemaluan Mbak Limah semakin keras menjepit penisku. Kurangkul tubuhnya kuat-kuat. Dia diam saja. Bersandar pada tubuhku, Mbak Limah lunglai seperti tidak bertenaga. Kugoyang terus hingga tubuh Mbak Limah seperti terguncang-guncang. Dia membiarkan saja perlakuanku itu. Nafasnya semakin kencang.

137

Dalam keadaan sangat menggairahkan, akhirnya aku sampai ke puncak. Air maniku muncrat ke dalam kemaluan Mbak Limah. Bergetar badanku saat maniku muncrat. Mbak Limah mengait pahaku dengan kakinya. Matanya terbuka lebar memandangku. Mukanya serius. Bibir dan giginya dicibirkan. Nafasnya terengah-engah. Dia mengerang agak kuat. Waktu aku memuntahkan lahar maniku, tusukanku dengan kuat menghunjam masuk ke dalam. Kulihat Mbak Limah menggelepar-gelepar. Dadanya terangkat dan kepalanya mendongak ke belakang. Aku lupa segala-galanya. Untuk beberapa saat kami merasakan kenikmatan itu. Beberapa tusukan tadi memang membuat kami sampai ke puncak bersama-sama. Memang hebat. Sungguh puas. Memang inilah pertama kalinya aku melakukan senggama. Mbak Limah lah wanita pertama yang mendapatkan air perjakaku. Walaupun dia seorang janda, bagiku dia adalah wanita yang sangat cantik. Waktu kami melakukan senggama tadi, kami berkhayal entah kemana. Mbak Limah memang hebat dalam permainannya. Sebagai seorang yang tidak pernah merasakan kenikmatan persetubuhan, bagiku Mbak Limah betul-betul memberiku surga dunia. Aku terbaring lemas di sisi Mbak Limah. Mataku terpejam rapat seolah tidak ada tenaga untuk membukanya. Dalam hati aku puas karena dapat mengimbangi permainan ranjang Mbak Limah. Kulihat Mbak Limah tertidur di sebelahku. Kejadian yang tidak pernah kuimpikan, terjadi tanpa dapat dielakkan. Mbak Limah juga telentang dengan mata tertutup seperti kelelahan, mungkin lelah setelah dapat menghilangkan keinginan batinnya sejak menjanda 6 tahun yang lalu. Kami masih berpelukan. Kemudian Mbak Limah terasa seperti mengusap mukaku. Kubuka mataku. Dia tersenyum. Aku tersenyum. Seolah-olah kami tidak merasa aneh berpelukan tanpa sehelai benang pun di tubuh kami. Dia mencium bibirku. Dia berbisik ketelingaku, "Terima kasih ya Mad. Mbak.." Belum sempat dia menghabiskan kata-katanya, aku bertanya, "Mbak puas..?". Dia tersenyum dan mengangguk. "Dua kali!", jawabnya ringkas. "Mad kamu memang hebat, penismu juga besar! Panjang!", katanya. Sementara itu ia mengocokkan batang penisku. Suaranya membangkitkan gairahku. "Mbak suka?", tanyaku. Dia tersenyum. Dia mengangguk tanda suka. Saat itu juga tanganku memegang buah dadanya. Tangannya mengocok terus penisku. Penisku tegang lagi. Kami jadi terangsang lagi. "Mbak mau lagi?", tanyaku dengan suara manja. Dia tersenyum manis. Apa yang kuimpikan kini benar-benar menjadi kenyataan. Perlahan-lahan kubuka selimutnya. Kulihat kaki Mbak Limah sudah mengejang. Sedikit demi sedikit terus kutarik selimutnya ke bawah. Segunduk daging mulai terlihat. Uff.., detak jantungku kembali berdegup kencang. Kunikmati kembali tubuh Mbak Limah tanpa perlawanan. Gundukan bukit kecil yang bersih, dengan bulu-bulu tipis yang mulai tumbuh di sekelilingnya, tampak berkilat di depanku. Kurentangkan kedua kakinya hingga terlihat sebuah celah kecil di balik gundukan bukit Mbak Limah. Kedua belahan bibir mungil kemaluannya kubuka. Melalui celah itu kulihat semua rahasia di dalamnya. Aku menelan air liurku sendiri sambil melihat kenikmatan yang telah menanti. Kudekatkan kepalaku untuk meneliti pemandangan yang lebih jelas. Memang indah membangkitkan birahi. Tak mampu aku menahan ledakan birahi yang menghambat nafasku. Segera kudekatkan mulutku sambil mengecup bibir kemaluan Mbak Limah dengan bibir dan lidahku. Rakus sekali lidahku menjilati setiap bagian kemaluan Mbak Limah. Terasa seperti tak ingin aku menyia-nyiakan kesempatan yang dihidangkannya. Setiap kali lidahku menekan keras ke bagian daging kecil yang menonjol di mulut vaginanya, Mbak Limah mendesis dan mendesah keenakan. Lidah dan bibirku menjilat dan mengecup perlahan. Beberapa kali kulihat Mbak Limah mengejangkan kakinya. Aku tak peduli bau khas dari liang kemaluan Mbak Limah memenuhi relung hidungku. Malah membuat lidahku bergerak semakin menggila. Kutekan lidahku ke lubang kemaluan Mbak Limah yang kini sedikit terbuka. Rasanya ingin kumasukkan lebih dalam lagi, tapi tidak bisa. Mungkin karena lidahku kurang keras. Tetapi, kelunakan lidahku itu membuat Mbak Limah beberapa kali mengerang karena nikmat. Dalam keadaan sudah terangsang, kutarik tubuh Mbak Limah ke posisi menungging. Ia menuruti permintaanku dan bertanya dengan nada manja. "Mad mau diapakan badan Mbak?",

bisiknya. Aku rasa dia tak pernah diperlakukan seperti ini oleh suaminya dulu. Aku diam saja. Kuatur posisinya. Tangannya meremas sprei hingga kusut. Air mani Mbak Limah sudah membasahi kemaluannya. Kubuka pintu kemaluannya. Kulihat dan perhatikan dengan seksama. Memang aku tidak pernah melihat kemaluan wanita serapat itu. Kucium kemaluan Mbak Limah. Bau anyir dan bau air maniku bercampur dengan bau asli vagina Mbak Limah yang merangsang. Bau vagina seorang wanita! Jelas semua! Bulu kemaluan Mbak Limah yang lembab dan melekat berserakan di sekitar vaginanya. Kusibakkan sedikit untuk memberi ruang. Kumasukkan jari telunjukku ke dalam lubang vaginanya. Kumain-mainkan di dalamnya. Kulihat Mbak Limah menggoyang punggungnya. Kucium dan kugigit daging kenyal punggungnya yang putih bersih itu. Kemudan kurangkul pinggangnya. Kumasukkan penisku ke liang vaginanya. Pinggang Mbak Limah seperti terhentak. Perlahan-lahan kutusukkan penisku yang besar panjang ke lubang vaginanya dengan posisi "doggy-style". Tusukanku semakin kencang. Nafsu syahwatku kembali sangat terangsang. Kali ini berkali-kali aku mendorong dan menarik penisku. Hentakanku memang kasar dan ganas. Kuraih pinggang Mbak Limah. Kemudian beralih ke buah dadanya. Kuremas-remas semauku, bebas. Rambutnya acak-acakan.

138

Lama juga Mbak Limah menahan lampiasan nafsuku kali ini. Hampir setengah jam. Maklumlah ini adalah kedua kalinya dalam waktu singkat. Tusukanku memang hebat. Kadang cepat, kadang pelan. Kudorong-dorong tubuh Mbak Limah. Dia melenguh. Dengusan dari hidungnya memanjang. Berkali-kali. Seperti orang terengah-engah kecapaian. "Ehh.. ek, Ekh, Ekh." Akirnya aku merasakan air maniku hampir muntah lagi. Waktu itu kurangkul kedua bahu Mbak Limah sambil menusukkan penisku ke dalam. Tenggelam semuanya hingga ke pangkalnya. Waktu itulah kumuntahkan spermaku. Kutarik lagi, dan kuhunjamkan lagi ke dalam. Tiga empat kali kugoyang seperti itu. Mbak Limah terlihat pasrah mengikuti hentakanku. Kemudian kupeluk tubuhnya walaupun penisku masih tertancap di dalam kemaluannya. Kuelus-elus buah dadanya. Kudekati mukanya. Kami berciuman. Begitu lama hingga terasa penisku kembali normal. Mbak Limah sepertinya kelelahan. Keringat bercucuran di dahi kami. Kami telentang miring sambil berpelukan. Mbak Limah terlihat lemas lalu tertidur. Melihat Mbak Limah begitu, dan hujan masih belum reda, birahiku bangkit kembali. Kurangkul tubuh Mbak Limah dan aku bermain sekali lagi. Kali ini Mbak Limah menyerah. Dia tampak menyerah dan tidak menolak. Kumainkan kemaluannya sampai puas. Bau di kamar ini adalah bau air mani kami. Bunyi tempat tidur pun berdecit-cit. "Ahh.. argharaah." Sesudah itu perlahan-lahan aku berdiri dan memakai kembali pakaianku. Aku keluar dari kamar Mbak Limah menuju ke ruang depan. Sewaktu aku keluar, barulah aku sadar pintu kamar Mbak Limah tidak tertutup rapat. Rupa-rupanya kakak iparku sudah pulang. Mendadak aku pucat kalau-kalau kejadian tadi disaksikan oleh kakak iparku. Aku keluar sambil mencoba berlagak seperti tidak terjadi apaapa. Kemudian aku duduk di sofa. Sebentar kemudian kakak iparku datang membawa minuman. Kulihat mukanya. Mukanya terlihat biasa saja. Kuyakinkan diriku bahwa kakak iparku tidak tahu apa yang telah terjadi tadi antara aku dengan Mbak Limah. Aku bertanya, "Abang tidak pulang sama Mbak?" "Tidak. Dia ke Singapore 4 hari!", jawabnya. Dia tersenyum. "Minumlah!", dia mempersilakanku. Kemudian dia berjalan menuju ke kamarnya. Aku duduk dan menonton film "Airforce One". "Mbak sebentar lagi mau pergi, ambil mobil di sana. Nanti malam kamu tidur di sini, sekilan jaga rumah!", katanya pendek. Memang bagitulah biasanya. Kalau abangku tidak ada, aku yang jadi sopir kakak iparku untuk membawa Mercedez-nya ke mana-mana. Malam itu aku tidak pulang ke flatku. Tidur di rumah abangku! Memang ada kamar khusus untukku di rumahnya yang cukup besar itu. Tapi yang lebih special lagi bagiku adalah tidur dalam pelukan Mbak Limah. Aku punya teman perempuan dari Malaysia. Ia bernama Linda. Usianya sudah 44 tahun dengan dua anak. Profesinya cikgu (guru) di sebuah sekolah di Bangi. Tinggi 155 cm dengan berat 46 kg, berkulit kuning langsat dengan wajah khas Malaysia. Karena profesinya maka sehari-hari ia selalu mengenakan pakaian tertutup. Perkenalanku dengannya bermula ketika ia mengirim e-mail kepadaku, mengomentari isi cerita yang kutulis di sebuah site cerita dewasa. Kemudian kami saling berbalas e-mail, mengirim foto dan bercerita tentang pengalaman kami masing-masing bahkan sampai kepada hal-hal yang pribadi. Sekalipun aku belum pernah mendengar suaranya, apalagi bertatap muka. Apa yang kutahu semata-mata berdasar informasi di mail-nya. Dalam e-mail yang kukirimkan, ia minta dipanggil dengan sebutan kakak, karena usianya memang lebih tua dariku. Dua bulan lebih kami saling bertukar pengalaman dan berbagi cerita. Dari ceritanya ia sebenarnya terkekang, namun karena status dan keadaan maka ia harus tetap mengendalikan diri. Ia sebenarnya mempunyai libido yang cukup besar, tapi tidak bisa tersalurkan karena suaminya, guru di tempat yang sama, seorang yang konservatif dalam hal hubungan seksual. Dalam usia perkawinannya yang sekian lama, ia hanya beberapa kali saja menikmati orgasme. Kadang ia harus membayangkan seseorang yang dikenal, atau seorang aktor agar dapat mencapai orgasme. Namun demikianpun, suaminya selalu melakukan hubungan sex dengan cepat dan setelah ejakulasi, maka ia langsung masuk kamar mandi, membersihkan diri dan langsung tidur. Akibatnya Linda sering dalam keadaan menggantung, gairahnya sudah mulai menaik, namun tidak sampai di puncak. Suaminya tidak pernah mau melakukan variasi atau teknik yang baru dalam bercinta. Ia menganggap bahwa hubungan sex adalah kewajiban istri untuk melayani dan memuaskan suaminya. Sementara Linda sendiri sebenarnya ingin mencoba melakukan senam ranjang dengan posisi dan variasi yang berbeda. Pernah sekali waktu dengan memberanikan diri Linda mencoba berbicara mengenai masalah ini, namun suaminya justru marah besar dan menganggap bahwa tidak sepantasnya membicarakan apalagi melakukan hal-hal yang demikian. Haram hukumnya, katanya. Setelah itu Linda sama sekali tidak berani lagi membicarakan tentang hubungan sex di antara mereka. Linda hanya bisa pasrah dan menerima kondisi ini. Sekilas pernah terlintas di pikirannya untuk berselingkuh, namun ternyata ia tidak mampu untuk melakukannya. Suatu hari aku harus berangkat ke KL untuk urusan kantor. Ini adalah kepergianku yang pertama kalinya ke KL. Aku sengaja tidak memberitahukan Linda, hanya beberapa hari sebelum berangkat aku meminta nomor HP-nya dan iapun memberikannya namun dengan sederet tanda tanya di mail-nya. Sampai di KL, maka oleh perusahaan rekanan kantorku aku ditempatkan di sebuah hotel di dekat Menara Kembar Petronas. Karena tiba di KL sudah agak sore, maka akupun diminta untuk beristirahat dulu, besok pagi baru akan dijemput untuk mulai membicarakan urusan kantor. Sebenarnya jam kantor di KL belum lagi tutup, namun contact person perusahaan rekanan kantor sedang ada meeting dan sekaligus menyiapkan bahan untuk besok. Dari jendela kamar kupandangi megahnya Menara Kembar Petronas. Sekilas ingatanku melayang kepada si sexy Catherine Zeta Jones yang bergelantungan di sana dalam film The Entrapment. Karena baru pertama kali ke KL, aku ingin berjalan-jalan dulu di sekitar hotel. Setelah mandi aku segera ke bawah dan ketika baru mau keluar pintu hotel, ternyata gerimis mulai turun. Kuputuskan untuk kembali ke kamar saja.

139

Sampai di kamar aku berpikir apa yang bisa kukerjakan sore ini. Akhirnya aku ambil HP dan kukirim SMS ke Linda, sekedar memberitahu saat ini aku ada di KL di kamar sebuah hotel. Tak lama kemudian ada SMS balasan. Kubaca,"Saya sangat surprised, Anto tak beri tahu kakak kalau nak ke KL". Aku berganti pakaian dengan celana pendek dan kaus tipis, kemudian berbaring di ranjang sambil membaca bahan pertemuan besok. Setengah jam kemudian ada suara ketukan di pintu. Kupikir room boy yang antarkan snack untuk sore ini. Kubuka pintu, ada seorang wanita dengan baju longgar berdiri di depan pintu kamar dan menengok ke sekitarnya. Begitu pintu kubuka dan belum kupersilahkan untuk masuk ia dengan tergesa-gesa masuk ke dalam kamar dan mendorong pintu agar tertutup. Seolah-olah takut terlihat oleh seseorang. Aku sedikit heran, tapi kupikir karena ia seorang wanita tak akan terjadi sesuatu. Setelah pintu tertutup, wanita tadi menatapku tajam dan berkata dengan bergetar,"Maaf, saya mengganggu. Ini Anto ke?" "Ya, saya Anto. Ini siapa ya?" balasku. "Oh... Kalau demikian saya yang ganti bagi surprise. Saya Linda, Kak Linda". Betul saja, kini giliranku yang terkejut bercampur dengan berbagai perasaan. Kuperhatikan lagi mukanya dengan teliti, tidak begitu mirip dengan foto yang dikirimkannya padaku "Mengapa diam saja, ini akak memang lah Linda. Kak Linda tadi terima mesej Anto. Kakak sedang ada mesyuarat di KL sini dan menginap di dormitory. Karena Anto sudah buat surprise, maka kakak juga nak bagi surprise pula ke Anto. Sesudah program hari ini kakak terus datang ke sini". Aku masih tercengang sesaat lagi. Setelah dapat menguasai diri, maka kuulurkan tangan dan iapun menyambutnya. "Rasanya tak percaya saya bisa bertemu kakak di sini," kataku. Ia menjabat tanganku dan hanya tersenyum saja tanpa mengeluarkan kata-kata. "Maaf, tadi belum dipersila akak sudah masuk. Ini KL tentulah beza dengan Jakarta. Rasanya tak elok kalau ada orang tahu akak masuk ke kamar hotel," katanya setelah kami berdiam sejenak. Kupersilakan ia duduk di kursi kamar, sementara aku duduk di tepi ranjang. Aku baru sadar kalau aku hanya memakai celana pendek longgar dan kaus tipis. "Sorry, saya hanya pakai celana pendek dan kaus. Tak kira kalau kakak nak ke sini". "Ah, tak apa, tak ada lagi orang lain".

Ia menatapku dengan pandangan aneh. Seperti ada gairah, namun ada juga perasaan ragu dan jengah. Aku membalas tatapannya sekaligus lebih memperhatikan wajahnya. Ternyata lebih cantik dari fotonya. Wajahnya oval dengan kulit kuning bersih. Aku tidak bisa melihat bentuk badannya karena ia memakai baju yang longgar. Akhirnya ia membuang muka dan kulihat wajahnya bersemu merah. Aku juga masih ragu, apakah yang harus kulakukan. Kalau ini di Jakarta tentu saja lain ceritanya. Ini KL pakcik! Aku tak mau kalau aku harus dihukum di Malaysia karena meniduri istri orang. Hubungan antar negara bisa berabe. Harus kuyakini dulu kalau situasi benar-benar aman terkendali. "Anto, apakah cerita yang kau tulis itu benar-benar merupakan pengalaman pribadi. Atau hanya fiksyen saja?" ia memecah kebekuan dengan sebuah pertanyaan. "Itu betul terjadi, hanya saja setting dan nama tempat sebagian kusamarkan. Tak baik kalau ada orang yang kebetulan mengenal wanita yang bersangkutan nantinya tahu affairnya". "Ihh... Kamu sangat hebat. Boleh merasa ramai perempuan dari berbagai macam etnik dan usia". Hmmmh. Pembicaraannya mulai menjurus tanpa kupancing. Iapun lalu bercerita dengan nada datar dan pelan mengenai kondisinya. Gairah yang berkobar tapi selalu padam karena kurang minyak. Aku berdiri dan berada di belakangnya. Ia masih duduk di kursi kamar. Kupegang kedua bahunya dari belakang dan kupijit perlahan. Ia menggeliat dan mengusapkan pipinya pada lengan kananku. Kubimbing ia berdiri dan kuputar badannya sehingga kini kami saling berhadapan. Kupegang kepalanya dan kutengadahkan mukanya ke mukaku. Ia masih menampakkan ekspresi ragu dan malu. Namun akhirnya ia berkata lirih,"Aku ingin berbagi pengalaman denganmu saat ini". Aku yang kini menjadi ragu, takut kalau ada razia di hotel ini. "Tak perlu khawatir ada pemeriksaan di hotel," katanya lagi seolah meyakinkanku. Akupun sudah tidak bisa berpikir dengan jernih. Kalaupun ada insiden antar negara, biarlah itu diselesaikan oleh para pejabat, karena memang itulah tugasnya. Ia menjatuhkan kepalanya ke dadaku. Kupegang bahunya dan kutempelkan pipiku ke pipinya. Ia berbisik, "Puaskan akak malam ini. Bawa kakak mencapai puncak nikmat..." Kupeluk dia dan ia semakin merapatkan kepalanya di dadaku. Kubawa dia duduk di ranjang. Kucium pipinya dan tangannya mulai membukanya. Rambutnya ternyata dipotong pendek dengan model seperti Lady Di. Kucium bulu halus di leher belakangnya. "Sssh., kamu memang sangat pandai membangkitkan ghairah," rintih Linda sambil memejamkan matanya.

140

Rintihannya terhenti waktu bibirku memagut bibirnya yang merekah. Lidahku menerobos ke mulutnya dan menggelitik lidahnya. Linda menggeliat dan mulai membalas ciumanku meskipun dengan kaku. Mungkin selama ini suaminya tidak pernah mengajari berciuman. Tanganku mulai bekerja di atas dadanya dan kuremas buah dadanya. Kurasakan payudaranya sudah agak turun. Jariku terus menjalar mulai dari dada, perut, pinggang terus ke bawah hingga pangkal pahanya. Linda makin menggeliat nikmat. Lidahku sudah beraksi di lubang telinganya dan gigiku menggigit daun telinganya. "Kita lakukan dengan slow saja. Aku perlu pengenalan dan penyesuaian dahulu," bisiknya. Kulepas pelukanku dan aku berputar ke belakangnya. Tanganku yang mendekap dadanya dipegangnya erat. Kugigit lembut tengkuknya. Badannya mulai menghangat dan bergetar. Bibir dan hidungku menyelusuri seluruh kepala dan lehernya. Linda makin menggelinjang apalagi waktu tanganku meremas buah dadanya yang masih tertutup baju itu. Kugesekkan pipi kananku ke pipi kirinya dan kusapukan napasku di telinganya. Linda menjerit kecil menahan geli. Ia mempererat pegangan tangannya di tanganku. Aku masih memeluknya dari belakang sambil membimbingnya berjalan ke arah ranjang. Tangannya bergerak ke belakang dan meremas isi celanaku yang mulai memberontak. Aku membungkukkan badan mulai mencium dan menggigit pinggulnya. Ia mendongakkan kepalanya dan berdesis lirih. Kuusap pahanya dengan tanganku. Ia tidak pernah mengeluarkan pekikan atau erangan. Hanya desisan pelan dan gigi atasnya menggigit bibir bawahnya. Aku masih dibelakangnya dengan berlutut dan menyingkapkan bajunya. Tanganku beraksi di betisnya, sementara bibirku mencium lipatan lutut belakangnya. Ia merentangkan kedua kakinya dan bergetar meliuk-liuk. Kucium pahanya dan kuberikan gigitan semut. Ia makin meliukkan badannya, namun suaranya tidak terdengar. Hanya napasnya yang semakin memburu didorong oleh gairah yang membara. Pada saat ia sedang menggeliat, kuhentikan ciuman di lututnya dan aku segera berdiri di hadapannya. Kuusap pantat dan pinggulnya. Kembali ia berdesis pelan. Tubuhnya terasa masih padat dan kencang. Lekukan pinggangnya indah, dan buah dadanya nampak bulat segar dengan puting tegak menantang berwarna coklat muda. Dengan cepat langsung kusapukan bibirku ke lehernya dan kutarik pelan-pelan ke bawah sambil mencium dan menjilati lehernya yang mulus. Linda mendongakkan kepala memberikan ruang bagi bibirku. Tangannya memeluk leherku dan ia semakin merepatkan tubuhnya ke dadaku, sehingga dadanya yang masih terbungkus bajunya menekan dadaku. Dengan sebuah tarikan pelan kulepas bajuku. Ia tertegun melihat dadaku yang bidang dengan bulu dada yang lebat. Diusap-usapnya dadaku dan kemudian putingku dimainkan dengan jarinya. Kucium bibirnya, ia membalas dengan lembut. Kini ia mulai membalas dengan lembut dan kemudian berubah menjadi lumatan ganas. Kubiarkan ia yang aktif menciumiku. Ia melepaskan ciumannya. Ia menatap mataku dan berbisik. "Slow saja To... Kita masih ada banyak masa. Besok kakak boleh datang ke sini lagi, malam ni kakak masih ada mesyuarat, besok acara sampai 5 pm!" Kusingkapkan bajunya dan kutarik celana dalamnya ke bawah. Sebuah lembah yang indah dengan padang rumput yang cukup lebat terlihat di sela pahanya. Ketika akan kubuka bajunya melalui kepalanya, ia menggeleng. "Jangan dulu To, aku masih malu. Aku perlu penyesuaian". "Eehhhngng..." Ia mendesah ketika lehernya kujilati. Terlihat bayangan kami di cermin lemari. Ia kelihatan mungil dalam pelukanku. Linda mendorongku ke ranjang dan menindih tubuhku. Dengan menyingkapkan bajunya, tanganku bergerak punggungnya membuka pengait bra-nya. Kunaikkan cup bra-nya. Kini buah dadanya terbuka di hadapanku. Buah dadanya yang sedikit kendor dan berukuran sedang menggantung di atasku. Putingnya yang berwarna coklat kemerahan mulai mengeras. Digesekgesekkannya putingnya di atas dadaku. Bibirnya kini semakin lincah menyusuri wajah, bibir dan leherku. Linda mendorong lidahnya jauh ke dalam rongga mulutku kemudian memainkan lidahku dengan menggelitik dan memilinnya. Aku hanya sekedar mengimbangi. Kali ini akan kubiarkan Linda yang memegang tempo permainan dan menimba kepuasan. Sesekali gantian lidahku yang mendorong lidahnya. Tangan kananku memilin puting serta meremas payudaranya. Linda menggeserkan tubuhnya ke arah bagian atas tubuhku sehingga payudaranya tepat berada di depan mukaku. Segera kulumat payudaranya dengan mulutku. Putingnya kuisap pelan dan kujilati. "Aaacchhh, Ayo Anto... Lagi.. Teruskan Anto... Nikmat... Teruskan". Kemaluanku semakin mengeras. Kusedot payudaranya sehingga semuanya masuk ke dalam mulutku kuhisap pelan namun dalam, putingnya kujilat dan kumainkan dengan lidahku. Dadanya bergerak kembang kempis dengan cepat detak jantungnya juga meningkat. Napasnya berat dan terputus-putus. Tangannya menyusup di balik celana dalamku, kemudian mengelus, meremas dan mengocok kemaluanku dengan lembut. Pantatku kunaikkan dan dengan sekali tarikan, maka celana pendek dan celana dalamku sekaligus sudah terlepas. Kini aku dalam keadaan polos tanpa selembar benang. Bibirnya mengarah ke leherku, mengecup, menjilatinya kemudian menggigit daun telingaku. Napasnya dihembuskannya ke dalam lubang telingaku. Kini dia mulai menjilati putingku

141

dan tangannya mengusap bulu dadaku sampai ke pinggangku. Aku semakin terbuai. Kugigit bibir bawahku untuk menahan rangsangan ini. Kupegang pinggangnya erat-erat. Tangan kiriku kuarahkan ke celah antara dua pahanya. Kulihat ke bawah rambut kemaluannya lebat. Jari tengahku masuk sekitar satu ruas jari ke dalam lubang guanya. Kuusap dan kutekan bagian depan dinding vaginanya dan kemudian jariku sudah menemukan sebuah tonjolan daging seperti kacang. Setiapkali aku memberikan tekanan dan kemudian mengusapnya Linda mendesis, "Huuuhh... Aaauhhh... Engngnggnghhhk" Ia melepaskan tanganku dari selangkangannya. Mulutnya bergerak ke bawah, menjilati perutku. Tangannya masih mempermainkan penisku, bibirnya terus menyusuri perut dan pinggangku, semakin ke bawah. Ia memandang sebentar kepala penisku yang lebih besar kepala dari batangnya dan kemudian mengecup batang penisku. Diameter pada kepala 4 cm sementara batangnya hanya 3 cm, panjang keseluruhan 14 cm. Rambut kemaluanku sebenarnya cukup tebal, namun aku telah trim dengan rapi. Ia tidak mengulumnya, hanya mengecup dan menggesekkan hidungnya pada batang penis dan buah testikel yang menggantung di bawahnya. Linda kembali bergerak ke atas, tangannya masih memegang dan mengusap kejantananku yang telah berdiri tegak. Kembali kami berciuman. Buah dadanya kuremas dan putingnya kupilin dengan jariku sehingga dia mendesis perlahan dengan suara yang tidak jelas. "SShhh... Ssshhh... Ngghhh.." Ia melepaskan diri dari pelukanku dan menyobek sebuah benda kecil seperti sachet, ternyata kondom. "Untuk karang ni, pakai kondom dulu ok, aku masih ada rasa malu dan takut," katanya tersenyum. Ia kemudian mengocok penisku sebentar dan mulai memasang kondom pada penisku. Wow, kali ini penisku dipasangi kondom oleh seorang perempuan dari negeri jiran. Biasanya kalau aku sedang ML dengan wanita kenalanku dan ingin pakai kondom, aku sendiri yang memasangnya. Ditempelkannya kondom tadi di kepala penisku dan kemudian dibukanya gulungan kondom tadi ke bawah sampai terpasang seluruhnya. Perlahan lahan kemudian ia menurunkan pantatnya sambil memutar-mutarkannya. Kepala penisku dipegang dengan jemarinya, kemudian digesek-gesekkan di mulut vaginanya. Terasa sudah licin karena lendir vaginanya. Dia mengarahkan kejantananku untuk masuk ke dalam vaginanya. Ketika sudah menyentuh lubang guanya, maka kunaikkan pantatku perlahan. Linda merenggangkan kedua pahanya dan pantatnya diturunkan. Kepala penisku sudah mulai menyusup di bibir vaginanya. Kugesek-gesekkan di bibir vaginanya. Linda merintih dan menekan pantatnya agar penisku segera masuk. "Ayolah Anto tekan... Dorong sekarang. Ayo... Masukkan batang butohmu please... pleassse...!!" Linda bergerak naik turun dengan kaku. Kelihatannya ia tidak terbiasa dengan posisi ini. Namun kelihatannya ia ingin mendapatkan pengalaman yang baru dan biarlah kali ini ia belajar mengendalikan permainan. Perlahan-lahan kugerakkan pinggulku mengimbangi gerakannya. Vaginanya terasa licin dan agak becek. Kadang gerakan pantatku kubuat naik turun dan memutar. Linda terus melakukan gerakan memutar pada pinggulnya. Ketika kurasakan lendir yang membasahi vaginanya semakin banyak maka kupercepat gerakanku. Namun Linda menggeleng dan menahan gerakanku, kemudian tangannya mengatur gerakanku dalam tempo sangat pelan. "Anto, ... Ouhh... Nikmat... Ooouuuhhh. Kamu memang sangat perkasa dan dahsyat. Kita main slow, kakak ingin sesekali menjadi posisi dominan. Selama ini dalam bermain sex kakak selalu di bawah," desisnya sambil menciumi leherku. Kakinya menjepit pahaku. Dalam posisi ini gerakan naik turunnya menjadi bebas. Tangannya menekan dadaku. Kucium dan kuremas buah dadanya yang menggantung. Kepalanya terangkat dan tanganku menarik rambutnya kebelakang sehingga kepalanya semakin terangkat. Setelah kujilat dan kukecup lehernya, maka kepalanya turun kembali dan bibirnya mencari-cari bibirku. Kusambut mulutnya dengan satu ciuman yang dalam dan lama. Ia mengatur gerakannya dengan tempo pelan namun sangat terasa. Pantatnya diturunkan sampai menekan pahaku sehingga penisku terbenam dalam-dalam sampai kurasakan menyentuh dinding rahimnya. Ketika penisku menyentuh rahimnya Linda semakin menekan pantatnya sehingga tubuh kamipun semakin merapat. Ia menegakkan tubuhnya sehingga ia dalam posisi duduk setengah jongkok di atas selangkanganku. Tangannya kemudian membuka baju yang dari tadi masih dikenakannya, kemudian dengan satu gerakan pada bahunya, bra-nya sudah terjatuh. "Kurang nikmat To. Mungkin lebih nikmat kalau kita sama-sama bogel," katanya sambil tersenyum. Linda kemudian menggerakkan pantatnya maju mundur sambil menekan ke bawah sehingga penisku tertelan dan bergerak ke arah perutku. Rasanya seperti diurut dan dijepit sebuah benda lunak. Semakin lama-semakin cepat ia mengerakkan pantatnya, namun tidak ada suatu gerakan yang menghentak-hentak. Desiran yang mengalir ke penisku kurasakan semakin cepat. "Ouhh... Ssshhh... Akhh!" Desisannyapun semakin sering. Aku tahu sekarang bahwa iapun akan segera mengakhiri babak ini dan menggapai puncak impiannya. Aku menghentikan

142

gerakanku untuk mengendorkan rangsangan yang ada karena desiran-desiran di sekujur batang penisku makin kuat. Aku tidak mau keluar duluan. Setelah beberapa saat rangsangan itu menurun kembali kugerakkan. Kini penisku kukeraskan dengan menahan napas dan mengencangkan otot yang sudah terlatih oleh senam Kegel. Ia merebahkan tubuhnya ke atas tubuhku, matanya berkejap-kejap dan bola matanya memutih. Giginya menggigit bibir bawahnya kuat-kuat. Akupun merasa tak tahan lagi dan akan segera memuntahkan laharku. Akhirnya beberapa saat kemudian... "Anto... Sekarang sayang... Sekarang... Hhhuuuaahhh. Akak pancut... Orgasm!" Ia kini memekik kecil. Pantatnya menekan kuat sekali di atas pahaku. Dinding vaginanya berdenyut kuat menghisap penisku. Aku menahan tekanan pantatnya dengan menaikkan pinggulku. Bibirnya menciumiku dengan pagutan-pagutan ganas. Desiran dan tekanan aliran lahar yang sangat kuat memancar lewat lubang kejantananku. Kupeluk tubuhnya erat-erat dan kutekankan kepalanya di dadaku. Napas yang bergemuruh kemudian disusul napas putus-putus dan setelah tarikan napas panjang ia terkulai lemas di atas tubuhku. Denyutan demi denyutan dari kemaluan kami masing-masing kemudian melemah. Ia berguling ke sampingku sambil tangan dan mukanya tetap berada di leherku. Kuberikan kecupan ringan pada bibir, dan usapan pada pipinya. "Terima kasih To. Kamu sungguh luar biasa. Kamu sangat perkasa, begitu nikmat dan indah. Nikmat luar biasa sangat. Orgasm yang sangat nikmat yang pernah kualami. Thanks" katanya lembut. Ia melepaskan kondom dari penisku dan mengamati isinya. "Hmmhh... Penuh sangat isinya. Berapa hari tak pergi ke ranjang dengan perempuan?" tanyanya sambil tersenyum. Aku tidak menjawab pertanyaannya, hanya tersenyum saja. Setelah mandi dan hendak mengenakan pakaian, Linda menahan tanganku yang akan memakaikan celana dalam. "Kakak nak lagi, please. Akak... Masih... Belum puas. Kamu masih kuat untuk melakukan lagi kan". Ia tersipu-sipu dan tidak melanjutkan perkataannya. Kami berbaring berdampingan sambil berpelukan. Kepalanya diletakkan di atas dadaku. Kami masih membahas mengenai hubungan sex tadi yang berlangsung dengan tempo pelan. "Hmmm. Dengan tempo lambat begini sudah nikmat bukan kepalang. Nanti kita akan lakukan dengan lebih berani dan ganas. Akak sudah merasakan sedikit dari keperkasaanmu dan sekejap lagi kita akan bermain dengan hebat" jawabnya sambil mengecup lenganku. Setengah jam berlalu dan kurasakan sebuah benda padat lunak menekan dadaku. Kucium ketiaknya yang sedikit ditumbuhi rambut dan kugelitikin perutnya. "Linda, katanya kamu mau lagi...!" Tangannya menangkap tanganku. Kudaratkan sebuah ciuman pada bibirnya. Kuamat-amati tubuhnya yang lumayan aduhai. Kulitnya kuning bersih dengan pantat besar dan menonjol ke belakang, sementara di dadanya ada segunduk daging yang bulat dengan tonjolan coklat muda yang berdiri tegak. Bibirnya mendarat di bibirku. Kali ini ia menciumiku dengan ganas. Akupun membalas dengan tak kalah ganasnya. Kuremas buah dadanya dengan keras. Beberapa saat kemudian kami sudah berpelukan dan bergulingan di atas ranjang besar yang empuk. Aku menindih dan menjelajahi sekujur tubuhnya. Ia menggeliat-geliat hebat dan mengerang. Mulutnya mendekat ke telingaku dan berbisik. "Ouuhhh... Anto... Sekarang terserah kamu. Lakukan dengan dahsyat. Aku akan menerima perlakuanmu...". "Aku akan membawamu berpacu dalam nikmat yang luar biasa.." kataku membalas bisikannya. Dari dada, lidahku pindah ke samping menyusuri pinggul dan pinggangnya, ke arah perut dan pahanya. Aku mencoba untuk mendekatkan hidungku ke sela pahanya, namun tangannya menutupi celah paha tersebut. Linda meronta hebat penuh kenikmatan sewaktu tanganku memainkan puting buah dadanya. Tangannya terlepas dan hidungku kutempelkan di bibir vaginanya. Tercium aroma yang segar dan khas. Bulu kemaluannya cukup lebat namun dipotong rapi. Meskipun kulitnya putih, namun bibir vaginanya kecoklatan dengan ditumbuhi rambut meskipun agak jarang. Kubuka bibir vaginanya dengan telunjuk dan ibu jari, terlihat bagian dalam vaginanya yang kemerahan dan mulai basah oleh lendir dari dinding vagina yang melumasinya. Kini lidahku menyusup ke dalam vaginanya. Kulebarkan pahanya dan aku semakin leluasa mempermainkan klitorisnya. Linda meregang dan meronta menahan kenikmatan yang kuberikan di dalam vaginanya. "Ouhhh To... Ayo... Teruskan. Sudah lama kakak ingin menikmati posisi ini," ia mengerang.

Bibirku seperti melakukan ciuman dengan bibir vaginanya. Lidahku menerobos masuk ke dalam liang vaginanya dan bermain dengan dinding vagina, klitoris dan lorong kenikmatannya. Sementara bibirku menghisap bibir vaginanya, maka lidahku menjilat klitorisnya dengan sentuhan ringan. Linda meremas rambutku dan memekik tertahan.

143

"Auwww, aku tak tahan lagi..." Kurasakan klitorisnya sedikit membesar dan berkilat-kilat. Kujepit klitorisnya dengan bibirku dan kukeraskan jepitanku. Ia semakin tenggelam dalam kenikmatan dan pahanya menjepit kepalaku dengan kuat. Ia mengerang. "Please, karang... To. Akak tak tahan lagi... Please". Beberapa lama aku masih mempermainkan lidahku pada klitorisnya. Kuakhiri stimulus pada vaginanya dan kini aku memberikan rangsangan di paha, kemudian menciumi lututnya. Ketika kugigit lututnya ia mengejang. "Ampun... Tooo... Antoo... Jangan... Cukup... Cukup!" pekiknya. Bibirku naik ke leher dan menjilatinya. Elusan tanganku pada pinggangnya membuat ia meronta kegelian. Kuhentikan elusanku dan tanganku meremas lembut buah dadanya dari pangkal kemudian ke arah puting. Kumainkan jemariku dari bagian bawah, melingkari gundukannya dengan usapan ringan kemudian menuju ke arah putingnya. Sampai batas puting sebelum menyentuhnya, kuhentikan dan kembali mulai lagi dari bagian bawah. Kugantikan jariku dengan bibirku, tetap dengan cara yang sama kususuri buah dadanya tanpa berusaha mengenai putingnya. Kini ia bergerak tidak karuan. Semakin bergerak semakin bergoyang buah dadanya dan membuat jilatanku makin ganas mengitari gundukan mulus itu. Setelah sebuah gigitan kuberikan di belahan dadanya, bibirku kuarahkan ke putingnya, tapi kujilat dulu daerah sekitarnya yang berwarna merah sehingga membikin Linda penasaran dan gemas. "To.. Jangan kau permainkan aku... Cepat," pintanya. Aku masih ingin mempermainkan gairahnya dengan sekali jilatan halus di putingnya yang makin mengeras itu. Linda mendorong buah dadanya ke mulutku, sehingga putingnya langsung masuk, dan mulailah kukulum, kugigit kecil serta kujilat bergantian. Tanganku berpindah dari pinggang ke vaginanya yang semakin basah. Jariku tengah kiriku kumasukkan ke dalam vaginanya dan tidak lama sudah menemukan apa yang kucari. Lumatan bibirku di puting Linda makin ganas. Ia berusaha mengulingkan badanku tetapi kutahan. Kali ini aku yang harus pegang kendali. "Aaagh..." ia memekik-mekik. Kucium lagi bibir dan lehernya. Adik kecilku makin membesar dan mengganjal tubuh kami di atas perutnya. Kupikir kini saatnya untuk memberinya. Kuangkat pantatku sedikit dan iapun mengerti. Dikocoknya penisku sampai keras sekali dan ku kangkangkan pahanya lebar-lebar. Diarahkannya penisku ke vaginanya dan "Tak usah lagi pakai kondom ke? Masukan To... Sekarang!" pintanya sambil melebarkan pahanya. Kudorong sekali namun meleset juga. Kini kucoba kedua kali dan berhasil. Kugerakkan penisku pelan-pelan dan semakin lama semakin cepat. Vagina Linda makin lembab, namun tidak sampai becek. Linda langsung mengerang hebat merasakan hunjaman penisku yang keras dan bertubi-tubi. Tangannya mencengkeram pinggulku. Gerakan maju-mundurku diimbanginya dengan memutar-mutarkan pinggulnya, semakin lama gerakan kami semakin cepat. Kini ia semakin sering memekik dan mengerang. Tangannya kadang memukul-mukul punggungku. Kepalanya mendongak ketika kutarik rambutnya dengan kasar dan kemudian kukecup lehernya dan kugigit bahunya. "Ouhhh... Ehhh... Yyyeessshhh!" Setelah beberapa lama kuminta dia untuk di atas. Dengan cepat kami berguling. Tak berapa lama kemudian penisku sudah terbenam di liang vaginanya. Linda menaikturunkan pantatnya dengan posisi jongkok. Ia seperti penunggang kuda yang sedang memacu kudanya dalam lembah kenikmatan mendaki menuju puncak. Tubuhnya naik turun dengan cepat dan kuimbangi dengan putaran pinggulku, sementara buah dadanya yang tegak menantang kuremas-remas dengan tanganku. Gerakan kami makin cepat, erangan Linda makin hebat. Aku duduk dan memeluk pinggangnya. Kami berciuman dalam posisi Linda duduk berhadapan di pangkuanku. Aku bebas mengeksplorasi tubuhnya dengan tangan dan bibirku. "Aaagghhh... Anto..." teriaknya. Kini saatnya kuambil alih kembali kendali permainan. Kubalikkan tubuhnya dan langsung kugenjot dengan tempo tinggi dan menghentak-hentak. Nafas kami semakin memburu. Kuganti pola gerakanku. Kucabut penisku dan kumasukkan kembali setengahnya. Demikianlah kulakukan berulang-ulang sampai beberapa hitungan dan kemudian kuhempaskan pantatku dalam-dalam. Linda setengah terpejam sambil mulutnya tidak henti-hentinya mengeluarkan desahan seperti orang yang kepedasan. Pinggulnya tidak berhenti bergoyang dan berputar semakin menambah kenikmatan yang terjadi akibat gesekan kulit kemaluan kami. Lubang vaginanya yang memang sempit ditambah dengan gerakan memutar dari pinggulnya membuatku semakin bernafsu. Ketika kuhunjamkan seluruh penisku ke dalam vaginanya, Linda pun menjerit tertahan dan wajahnya mendongak. Aku menurunkan tempo dengan membiarkan penisku tertanam di dalam vaginanya tanpa menggerakkannya. Kucoba memainkan otot kemaluanku. Terasa penisku mendesak dinding vaginanya dan sedetik kemudian ketika aku melepaskan kontraksiku, kurasakan vaginanya meremas penisku. Demikian saling berganti-ganti. Aku pernah kirimkan artikel senam Kegel untuk melatih kekuatan otot PC dan rupanya ia sudah mempelajari dan mempraktekkannya.

144

Permainan kami sudah berlangsung beberapa saat. Kedua kakinya kuangkat dan kutumpangkan di pundakku. Dengan setengah berdiri di atas lututku aku menggenjotnya. Kakinya kuusap dan kucium lipatan lututnya. Ia mengerang dan merintih-rintih. Aku memberi isyarat kepadanya untuk menutup permainan ini. Kubisikkan "Kita selesaikan bersama-sama". Ia pun mengangguk. Kukembalikan dalam posisi normal. Kamipun berpelukan dan bergerak liar tanpa menghiraukan keringat kami yang bercucuran. Gerakan demi gerakan, pekikan demi pekikan telah kami lalui. Aku semakin cepat menggerakkan pantat sampai pinggangku terasa pegal, namun tetap kupertahankan kecepatanku. Linda menjambak rambutku dan membenamkan kepalaku ke dadanya, betisnya segera menjepit erat pahaku. Badannya menggelepar-gelepar, kepalanya menggeleng ke kiri dan ke kanan, tangannya semakin kuat menjambak rambutku dan menekan kepalaku lebih keras lagi. Aku pun semakin agresif memberikan kenikmatan kepada Linda yang tidak henti-hentinya menggelinjang sambil mengerang. "Aaahhh... Ssshhh... Ssshhh" Gerakan tubuh Linda semakin liar. "Ouooohhh nikmatnyaaa... Aku nak pancut... Sampai..." Aku merasa ada sesuatu yang mendesak-desak di dalam kejantananku ingin keluar. Sudah saatnya aku menghentikan permainan ini. Aku mengangguk dan iapun mengangguk sambil memekik panjang, "Ouuuwww...!" Aku mengangkat pantatku, berhenti sejenak mengencangkan ototnya dan segera menghunjamkan penisku keras-keras ke dalam vaginanya. Nafasnya seolah-olah terhenti sejenak dan kemudian terdengarlah erangannya. Tubuhnya mengejang dan jepitan kakinya diperketat, pinggulnya naik menjambut penisku. Sejenak kemudian memancarlah spermaku di dalam vaginanya, diiringi oleh jeritan tertahan dari mulut kami berdua. "Awww... Aduuuh... Hggkkk" Kami pun terkulai lemas dan tidak berapa lama sudah tidak ada suara apapun di dalam kamar kecuali desah napas yang berkejaran dan berangsur-angsur melemah. Tangannya memeluk erat tubuhku dengan mesra. "Kini kakak percaya, ramai perempuan yang pasti kau puaskan di atas ranjang. Kau telah memberikan ghairah yang baru dalam hidup kakak". Sebentar kemudian kami bersama saling membersihkan badan dan setelah itu ia mengenakan pakaiannya. Ketika ia sudah berpakaian lengkap kupandangi dia sambil menarik nafas panjang. Rasanya tak percaya kalau cikgu Linda yang bertubuh mungil, ini baru saja kusetubuhi dan ia meronta-ronta liar di bawah tubuhku. Akhirnya jam setengah delapan malam, Linda pun berpamitan pulang dan berjanji besok sore akan kembali lagi untuk mengulangi dan menambah pengalamannya dalam bercinta. Kusampaikan besok tunggu saja SMS dariku, mungkin sampai agak sore pertemuan dengan rekanan akan selesai. Iapun setuju dan setelah kuberikan ciuman ganas yang lama, maka iapun keluar dari kamar untuk kembali ke penginapannya. Malam ini masih ada acara di pertemuan yang diikutinya. Esoknya aku melakukan pertemuan untuk membicarakan pekerjaan dengan rekanan bisnis dari perusahaan di KL. Pertemuan berjalan lancar, apalagi person yang menangani masalah ini berasal dari Indonesia dan sudah lima tahun bekerja di KL. Agaknya kesamaan asal-usul negara sangat membantu dalam pembicaraan kami. Draft kerjasama sudah kami selesaikan, hanya mungkin ada perubahan redaksional saja. Besok atau lusa mungkin konsep MOU sudah final. Rekanan dari KL minta maaf kalau nanti malam ia tidak dapat menemaniku berjalan-jalan sekedar menikmati suasana KL karena ia ada pertemuan dengan pimpinannya untuk proyek lainnya. Ia menawarkan sopir untuk menemaniku berjalan-jalan. Kuterima saja tawarannya, toh kalaupun Linda datang aku bisa menyuruhnya kembali. Akupun memahami dan bahkan bersyukur, karena akupun sudah berjanji untuk memberikan pelajaran sesion kedua untuk Linda, sang cikgu. Jam 15.00 waktu setempat, pertemuan selesai dan aku langsung kirim SMS ke Linda, "5 pm, OK". Tak lama balasan dari Linda pun sampai, "OK". Jam 5 kurang lima belas menit aku sudah siap di lobby. Sopir kusuruh tunggu sebentar. Tak lama kulihat Linda sudah ada di depan pintu hotel. Kusambut dia di depan pintu. Kali ini ia mengenakan celana panjang hijau dan kaus ketat warna hitam yang ditutup dengan blazer sewarna dengan celananya. Namun dadanya sekilas terlihat membusung di balik lazernya. "Linda, boleh temani Anto berjalan-jalan ke?" kataku sekaligus mengajaknya. Sengaja aku tak memanggil dia dengan sebutan kakak lagi. Sejenak ia ragu, namun kemudian kubisikkan,"Kita punya waktu sampai pagi. Kuberikan overtime kalau masih kurang". Ia tersipu-sipu dan akhirnya menyetujui usulku. Kami akhirnya keliling-keliling KL dan sempat makan malam di pusat jajanan di KL. Kami pilih masakan India yang kaya rempah, sekaligus persiapan untuk nanti malam. Selesai makan kamipun kembali ke hotel dan sopir kusuruh pulang setelah kuberikan sedikit tip. Kubilang besok jemput saja pukul 08.00 pagi. Agar tidak mencolok, kami naik ke kamar dengan lift yang berbeda. Aku masuk duluan ke kamar tanpa mengunci pintu. Linda tak lama kemudian sudah menyusulku masuk ke kamar.

145

"Macam mana kesan Anto di KL ni?" tanyanya. "Waduh, saya baru sekali ke sini dan baru keliling bersama Linda tadi. Sekilas saja kesan saya KL adalah sebuah kota yang maju dengan penduduk yang tertib dan ramah. Apalagi malam ini saya boleh tidur ditemani perempuan cantik macam Linda. Kita lansung start saja ke?" Ia mengangguk dan tersenyum manis. Aku ke kamar mandi sebentar sambil sekalian mencuci penisku dengan sabun dan mengusap rambut kemaluanku dengan cologne. Ia membuka blazernya. Dadanya yang membusung seakan menantangku untuk meremasnya. Dengan berciuman dan dalam posisi berdiri kami sudah menanggalkan pakaian kami dengan perlahan-lahan. Kami hanya mengenakan pakaian dalam saja. Tanganku menyusup ke balik bra-nya dan meremas gundukan daging lembut di dalamnya. Putingnya mulai mengeras di tanganku. Kulepaskan pelukanku dan kumatikan lampu kamar seluruhnya. Kubuka korden sehingga cahaya lampu teras menerobos masuk membuat kamar menjadi remang-remang. Kurebahkan Linda dengan perlahan ke atas ranjang dan aku menyusul berbaring di sampingnya. Kuciumi dengan lembut mulai dari kening, pipi, dagu, leher dan dadanya. Dengan sedikit gerakan, maka bra-nya kemudian sudah terlempar di sudut kamar. Kami pun kemudian saling membantu untuk melepaskan celana dalam. Kini tubuh kami berdua sudah tanpa penutup selembar benangpun. Linda menindihku, ia memainkan lidahnya jauh ke dalam rongga mulutku. Bibirnya masih agak kaku. Ia memang kurang mahir dalam berciuman, maklum suaminya tidak pernah mengajarinya. Tangan kananku memilin puting serta meremas payudaranya. Linda menggerakkan tubuhnya agak ke atas. Payudaranya pas sekali di depan mulutku. Segera kuterkam payudaranya dengan mulutku. Putingnya yang coklat kemerahan kuisap pelan dan kugigit kecil. "Aaacchhh, Ayo Anto... Teruskan Anto... Teruskan," ia mengerang.. Kejantanaku sudah berdiri dan mengeras. Puting dan payudaranya semakin keras. Kusedot payudaranya sehingga semuanya masuk ke dalam mulutku, putingnya kumainkan dengan lidahku. Dadanya mulai naik turun dengan cepat pertanda nafsunya mulai naik. Napasnya terputus-putus. Tangan Linda menyusup di celah selangkanganku, kemudian mengelus, meremas, mengocok dan menggoyang-goyangkan kejantananku. Linda menggerakkan bibirnya ke arah leherku, menyapu, mengecup, menjilati leherku dan menggigit kecil daun telingaku. Hembusan napasnya terasa kuat. Ia menjilati putingku dan tangannya bermain-main dengan bulu dadaku. Tangan kiriku bermain di antara selangkangannya. Rambut kemaluannya kutarik lembut. Kubuka bibir vaginanya. Jari tengahku masuk sedikit dan mulai menekan bagian atas organ kewanitaannya pada tempat menonjol seperti kacang. Setiap aku mengusapnya Linda mengerang keras. "Oouuhh... Aaauhhh... Ngngnggnghhhk" Kulepaskan tanganku dari selangkangannya. Mulutnya semakin ke bawah, menjilati bulu dada dan perutku. Tangannya masih bermain-main di kejantananku. Dengan bahasa tubuh kuisyaratkan agar ia mau melakukan oral sex. Dia tersenyum dan bibirnya terus menyusuri perut dan pinggangku. Mulutnya kemudian sudah mencium dan menjilati batang penisku. Perlahan namun pasti peniskupun bereaksi dan menjadi keras maksimal. Tangannya mengocok penisku sementara lidahnya mulai menjilat kepala penisku. Aku tersentak ketika lidahnya mengelitik lubang penisku. Kuremas rambutnya dan kutekan kepalanya agar penisku bisa masuk semuanya ke dalam mulutnya. Tangannya mengusap kantung zakarku sampai dekat di bagian anusku. Linda memutar tubuhnya sehingga kami bisa saling menstimulir alat kelamin kami. Ia semakin liar dan bersemangat menghisap penisku dan tangannya meremas kantung zakarku. Secara bergantian tangan dan mulutnya mengeksplorasi batang dan kantung penisku. Kami saling memekik perlahan ketika kenikmatan yang kami dapatkan melebihi kenikmatan biasanya. Kususupkan lidahku untuk memberikan tekanan pada klitorisnya. Klitorisnya kelihatan merah dan agak membesar. Tanganku membuka bibir vaginanya dan mengusap bagian dalam vaginanya. Dua jariku kadang kumasukkan dalam lubang guanya bergantian dengan lidahku. Beberapa saat kami masih dalam posisi demikian. Linda kembali bergerak memutar sehingga kami dalam posisi berhadapan. Tangan kirinya memegang dan mengusap kejantananku yang telah berdiri maksimal. Kugulingkan badannya sehingga aku berada di atas. Kembali kami berciuman dengan ganas. Aku bergerak menyamping sehingga aku bisa mengisap putingnya dan iapun bisa mengisap putingku. Kuisap-isap puting susunya sehingga dia mendesis dan memekik perlahan dengan suara sengau. "SShhh... Ssshhh... Ngghhh.. Digigitnya putingku perlahan sehingga kini giliranku mendesis-desis. Kuambil posisi untuk memulai permainan yang sesungguhnya. Perlahan lahan kuturunkan pantatku sambil memutar-mutarkannya. Penisku bagian ujungnya lebih besar daripada pangkalnya. Kepala penisku digenggam dengan telapak tangannya, dan digesek-gesekkan di mulut vaginanya.

146

Terasa hangat dan mulai berair. Dia mengarahkan kejantananku untuk masuk ke dalam vaginanya. Kutepiskan tangannya dari penisku. Aku ingin memasukkan penisku ke dalam vaginanya tanpa bantuan tangan, hanya dengan aksi penisku saja. Linda merenggangkan kedua pahanya dan sedikit mengangkat pantatnya. Kepala penisku sudah mulai menyusup di bibir vaginanya. Kugesek-gesekkan di bibir luarnya sampai terasa keras sekali. Linda hanya merintih dan memohon padaku untuk segera memasukkannya semua. "Ayolah Anto, please... Pleassse..." Kukencangkan otot PC-ku dan mencoba untuk menusuk lebih dalam. "Ouhhh... Anto... Ouhhh," Linda setengah berteriak. Aku bergerak naik turun. Perlahan-lahan saja kugerakkan. Linda mengimbangi dengan memutar pinggulnya. Kepalanya mendongak ke atas dan bergerak ke kanan kiri. Kedua tanganku bertumpu menahan berat badanku. Ketika lendirnya sudah membasahi vaginanya kupercepat gerakanku. Kadang-kadang kubuat tinggal kepala penisku saja yang menyentuh mulut vaginanya. Kuhentikan gerakanku, kurebahkan tubuhku di atasnya. Kini penisku kukeraskan dengan cara seolah-olah menahan kencing hingga terasa mendesak dinding vaginanya. Aku menunggu agar ia juga melakukan kontraksi dinding vaginanya. Lindapun kemudian membalasnya dengan denyutan pada dinding vaginanya. Kami saling merintih ketika setiap otot PC kami berkontraksi. Beberapa saat kami dalam posisi itu tanpa menggerakkan tubuh, hanya otot kemaluan saja yang bekerja sambil saling berciuman dan memagut bagian tubuh lawan main kami. "Anto, ... Sedap... Nikmat... Ooouuuhhh" desisnya sambil menciumi leherku. Kugerakkan kaki kanannya melewati kepalaku sehingga aku berada di belakangnya. Kuputar tubuhnya lagi sampai aku menindihnya dalam posisi tengkurap di ranjang. Dalam posisi ini gerakanku naik turunku menjadi bebas. Tangannya meremas-remas tepi ranjang. Kuciumi tengkuk dan lehernya. Kepalanya terangkat dan mulutnya mencari-cari bibirku. Kusambut mulutnya dengan sebuah ciuman. Kuatur gerakanku dengan ritme pelan namun kutusukkan dengan dalam sampai kurasakan kepala penisku menyentuh mulut rahimnya. Ketika penisku menyentuh rahimnya Linda mengangkat pantatnya sehingga tubuh kami merapat. Kupegang pinggulnya dan kutarik sehingga pantatnya terangkat ke belakang. Linda menyesuaikan keinginanku. Kepalanya ditaruh di atas bantal dan pantatnya menggantung dalam posisi nungging. Kupegang pinggulnya dengan kuat. Pantatku kugerakkan maju mundur dan terkadang memutar. Linda mengimbanginya dengan menggerakkan pantatnya maju mundur dan berputar menentang arah putaranku. Kujulurkan tanganku ke depan untuk menjangkau dan meremas payudaranya. "Anto... Ayo lebih cepat lagi... Ayooo" Kupercepat gerakanku dan Linda juga mengimbanginya. Kira-kira sudah setengah jam lebih kami bertempur. Kurasakan sebentar lagi akan kutuntaskan permainan ini. "Lebih cepat lagi, ooohhh... Aku mau pancut... Keluar aaacchhkkk..." Akupun merasa ada yang mau terlepas dari laras meriamku. Kucabut penisku dan kugulingkan lagi tubuhnya kembali dalam posisi konvensional. Kumasukkan kembali penisku dengan perlahan dan dengan ketegangan yang penuh. Linda memelukku erat. Kakinya membelit pahaku, matanya terpejam, kepalanya terangkat. Kuubah gerakanku, kugerakkan dengan pelan dan ujung penisku saja yang masuk beberapa kali. Dan kemudian kutusukkan sekali dengan cepat sampai seluruh batang terbenam. Matanya semakin sayu dan gerakannya semakin ganas. Aku menghentikan gerakanku dengan tiba-tiba. Payudaranya sebelah kuremas dan sebelah lagi kuhisap kuat-kuat. Tubuh Linda bergetar. "Ayo jangan berhenti, teruskan... Teruskan lagi" pintanya. Aku merasa wanita ini hampir mencapai puncak. Kugerakkan lagi pantatku dengan gerakan yang cepat dan dalam. Bunyi seperti kaki yang berjalan di tanah becek makin keras bercampur dengan bunyi desah napas yang memburu. Crrok crok crok... "Ayolah Anto, aku mau... Sampai...". Gerakan pantatku semakin cepat dan akhirnya "Sekarang... Sayang... Sekarang... !!"

Tubuhnya menegang, dinding vaginanya berdenyut kuat, napasnya tersengal dan tangannya mencakar punggungku. Kukencangkan otot PC-ku dan kutahan, terasa seperti ada aliran yang

147

mau keluar. Aku berhenti sejenak dalam posisi kepala penis saja yang masuk vaginanya, kemudian kuhunjamkan cepat dan dalam. Crot... Crottt... Crott kutembakkan spermaku. Kami saling berteriak tertahan untuk menyalurkan rasa kepuasan. "Yesss... Achhh... Auuhhhkkk," Pantatnya naik menyambut hunjamanku dan tubuhnya gemetar, pelukan dan jepitan kakinya semakin erat sampai aku merasa sesak, denyutan di dalam vaginanya terasa kuat sekali meremas kejantananku. Kucium bibirnya dengan ganas dan akhirnya melembut seiring dengan meredanya denyutan pada kemaluan kami. Beberapa saat aku diam beristirahat di atas tubuhnya tanpa mencabut penis untuk memulihkan tenaga. Lima menit kemudian kucabut penisku dan kami membersihkan diri di bawah shower dan kemudian berendam bersama di bathtub sambil bercumbu ringan. Namun kemudian cumbuan kami berubah menjadi cumbuan yang panas dan bergairah. Kuraih tutup bathtub dan kucabut. Perlahan-lahan permukaan air dalam bathtub menurun. Ketika air hampir kering barulah Linda sadar bahwa tutup bathtub telah kucabut. "Anto ingin kita bermain sex di sini ke?" tanyanya. Aku tak menjawab, hanya mulutku yang bekerja mengisap putingnya yang kembali mengeras. Akhirnya dalam posisi Linda di atas kami menuntaskan satu ronde permainan di dalam bathtub. Setelah membersihkan diri kembali maka kami berdua berbaring di ranjang dalam keadaan telanjang dan berpelukan. Sepanjang sisa malam itu kami melakukan dua ronde lagi. Sekali menjelang tengah malam dan sekali lagi menjelang pagi. Kuberikan ia puncak ekstra sehingga dalam dua ronde tersebut ia telah mengejang empat kali. Paginya iapun keluar dari kamarku dan kami membikin janji untuk kembali berpacu dalam birahi nanti malam. Dua malam berikutnya lagi masih kami isi dengan sambung raga sampai ketika permainan terakhir menjelang pagi pada malam terakhir aku sudah mencapai orgasme tanpa memuntahkan peluru lagi. Peluruku sudah kosong dihabiskan oleh Linda. Aku pulang ke Jakarta dengan berbagai perasaan. Rasanya seperti bermimpi saja kejadian ini. Kami masih saling mengirim E-mail, namun tidak tahu kapan kami bisa bermandi keringat dan mengejang bersama-sama. Mbak Atik adalah tetangga depan rumahku. Suaminya seorang sopir bus yang usianya terpaut jauh dengannya. Suaminya meninggal secara mendadak, mungkin karena serangan jantung akibat kebiasaannya minum minuman keras. Sebulan setelah menjanda kami beberapa orang sedang duduk-duduk di depan rumah seorang teman yang rumahnya bersebelahan dengan rumah Mbak Atik sambil bermain gitar. Ketika kami asyik bermain gitar Mbak Atik kelihatan gelisah dan keluar masuk rumahnya. Dua anaknya yang masih kecil mungkin sudah tidur. Kadang ia duduk di bangku panjang di sudut rumahnya yang berseberangan dengan tempat kami nongkrong. Matanya menerawang jauh, mungkin setelah sebulan menjadi janda ia mulai merasakan sepinya tidur sendirian. Usianya memang belum terlalu tua, sekitar tiga puluh lima tahun. Usia dalam gejolak, kata judul film tahun 80-an. Usia yang lagi matang-matangnya dengan gairah yang bergejolak. Punggungnya yang melengkung, bongkok udang kata orang, menimbulkan fantasi seksual yang luar biasa. Mbak Atik merebahkan dirinya di atas bangku panjang yang didudukinya. Kedua kakinya dinaikkan ke atas bangku. Kami saling memandang dan menyikut sambil tersenyum. "Tuh sudah dikasih kode, siapa berani duluan maju?" salah seorang menyeletuk pelan. "Dia ingin menunjukkan badannya masih oke punya," yang lain menimpali. Akibatnya acara main gitar jadi kacau berantakan. Tak lama Mbak Atik masuk kembali ke dalam rumahnya. Akhirnya kamipun bubar pulang kembali ke rumah masing-masing. Karena kebelet pipis, aku memutar menuju ke sumur di belakang rumah Mbak Atik. Baru saja kubuka ritsluiting celanaku terdengar pintu belakang rumahnya dibuka. Buru-buru aku naikkan lagi ritsluitingku. "Eh Mbak Atik.. Belum tidur? Maaf numpang buang air Mbak. Sudah nggak tahan nih," kataku tersipu malu. "Kalau mau kencing masuk aja ke dalam kamar mandi sana, nanti kelihatan orang," katanya. "Ya Mbak, maaf ya Mbak!" Akupun masuk ke dalam kamar mandi, sementara Mbak Atik berdiri di dekat sumur. Kelihatannya ia juga ingin buang air kecil. Sebentar kemudian akupun keluar dari kamar mandi dengan perasaan lega. Mbak Atik menggamit lenganku dan berkata, "To.. Tolong tungguin aku sebentar, aku mau pipis juga. Entah kenapa malam ini aku merasa agak takut" Entah dengan terpaksa atau senang hati kuturuti permintaannya. Toh tidak memberatkan. Terdengar desisan air dan disusul dengan beberapa kali guyuran air. Aku sudah mulai dengan analisa situasi. Sekarang ini mungkin temanku yang rumahnya di samping ini belum tidur dan menungguku di depan. Kupikir keadaan belum memungkinkan untuk beraksi, namun kutunggu sampai Mbak Atik keluar dari kamar mandi untuk sekedar mengetahui sinyal atau tanda-tanda awal dari gerak tubuh dan sikapnya. Mbak Atik keluar dari kamar mandi. Kuperhatikan sebentar, ternyata tubuhnya memang masih oke. Tingginya hampir sama denganku dengan bahu lebar dan kekar untuk seorang perempuan. Rambutnya keriting papan tergerai sampai di bawah bahu. Ditunjang lagi dengan dadanya yang cukup besar, mungkin 36.

148

"Terima kasih To sudah menungguiku," katanya sambil sedikit mendorong tubuhku agar ia bisa lewat. Aku baru sadar ternyata tempat aku berdiri memang di dekat tembok pembatas sumur yang sempit, sehingga tidak bisa dilalui dua orang bersama-sama. Dengan gerakan seolah-olah tanpa sengaja dadanya sengaja menggesek lenganku. Kurasakan sebuah tekanan lembut pada lenganku. Sepertinya ia tidak mengenakan BH. "Ya Mbak. Sama-sama. Mari Mbak saya mau pulang," kataku sambil beranjak pergi. Satu tanda telah kudapat, tapi aku harus bersabar dulu. Tidak untuk malam ini, gumamku dalam hati. Mbak Atik masuk ke rumahnya lewat pintu belakang. Tapi kulihat pintunya belum tertutup dengan sempurna dan ada bayangan di balik pintu. Rupanya ia mengintipku dan menunggu reaksiku. Aku melihat ke arah pintu sambil tersenyum dan seolah-olah sedang membetulkan posisi burungku yang miring. Beberapa hari kemudian aku sedang melintas di depan rumahnya tiba-tiba aku dipanggil. "To.. Anto. Saya mau minta tolong sebentar. Tape saya suaranya tiba-tiba pecah. Boleh kan minta tolong sebentar?" katanya. Ia mengenakan kulot biru dengan kaus kuning berkerah tanpa lengan. Aku berpikir sebentar. Sebenarnya aku tidak punya latar belakang keahlian di bidang elektronika, hanya sekedar tahu sedikit saja. Kupikir tidak ada salahnya mencoba menolongnya membetulkan tape-nya. Kalaupun tidak bisa pasti dia bisa memaklumi karena memang bukan bidangku. Aku masuk ke dalam rumahnya, kelihatan sepi karena anaknya masih sekolah. Setelah menjanda Mbak Atik mencoba membuka usaha salon kecantikan di rumahnya. Nampaknya usahanya berhasil dan mulai mendapatkan pelanggan tetap. "Mana tape-nya Mbak, biar saya lihat dulu?" tanyaku. "Ada di kamar, masuk saja ke kamar. Nggak apa-apa kok," jawabnya. Aku masuk ke dalam kamar dan kuambil tape-nya dan beberapa kaset untuk mencoba lalu kubawa keluar. Setelah kuhubungkan dengan aliran listrik, aku mencoba menghidupkannya. Ternyata memang suaranya tidak sempurna. Analisaku headnya kotor atau kendor bautnya. "Minta alkohol dan kapas Mbak! Kalau ada obeng kecil sekalian" Aku yakin dia tidak punya head cleaner, jadi biar kucoba bersihkan pakai alkohol saja. Sebentar kemudian ia sudah kembali dengan membawa kapas, sebuah botol plastik kecil dan obeng kecil. "Ini To. Alkoholnya nggak ada tapi Bapaknya dulu kalau membersihkan tape biasanya pakai ini," sambil mengangsurkan bawaannya. Kuterima dan kuperhatikan, ternyata dugaanku salah. Ia masih menyimpan head cleaner. Kubersihkan head tape dan rodanya, lalu kucoba menghidupkannya lagi. Lumayan, sekarang suaranya sudah mulai bening, namun bas dan treblenya belum pas. Kuambil obeng kecil dan mulai menyetel baut headnya. Beres, suara tapenya kembali normal. "Sudah Mbak. Beres, kini tinggal upahnya saja," kataku sambil tersenyum. "Berapa?" balasnya. "Nggak kok Mbak, cuma bercanda. Bukan pekerjaan sulit atau mengeluarkan tenaga" "Jangan To. Keahlian seseorang kan harus dihargai. Apapun bentuk penghargaannya" Aku teringat sudah lama tidak creambath. Mumpung di sini sekalian creambath saja. Aku bukan ingin creambath gratis untuk bantuanku tadi, tapi memang sudah saatnya aku creambath. "Aku mau creambath, bisa sekarang Mbak?" tanyaku. "Boleh. Duduk di kursi sana, sebentar aku siapkan peralatannya" Aku duduk di sebuah kursi putar di depan meja rias. Lumayan lengkap juga peralatannya. Mbak Atik datang dengan membawa seember air dan gayung. Maklum saja ia belum memasang shower untuk keramas. "Pindah di sini. Keramas dulu biar bersih" Akupun menurut saja dan duduk setengah berbaring telentang di bak keramas salon. Mbak Atik kemudian menuangkan shampoo dan mengusapkannya dengan lembut di kepalaku. Karena posisiku yang setengah telentang aku dapat menyaksikan muka dan dadanya yang berada di atas kepalaku. Dadanya kemudian dimajukan tetap di atas mukaku hanya berjarak sekitar 20 cm. Aku mulai menjadi pusing dengan kondisi ini. "Yuk kembali ke kursi tadi!" perintahnya.

149

Kami kembali ke depan meja rias. Mbak Atik segera mengurut kepalaku dengan cream. Sejam kemudian ia sudah menyelesaikan pekerjaannya. Kini rambutku dikeringkannya dengan hair dryer. Sambil menyisir rambutku dadanya ditekankan ke tengkukku. Terasa lembut namun sedikit kendor. Penisku segera bereaksi dengan perlahan-lahan mulai membesar. "Dari mana tadi, pagi-pagi kok sudah rapi?" tanyanya. "Jalan-jalan ke sawah di belakang kampung. Musim kemarau, jadinya kurang air dan mungkin bisa jadi akan kekeringan," jawabku. Dari kaca meja rias kulihat mukanya agak merah mendengar kataku tadi.

Selesai menyisir rambut ia malah membuka dua kancing teratas kemejaku dan mengurut bahuku dengan sedikit body lotion. Napasnya menyapu tengkukku, terdengar berat dan agak terengah-engah. Entah karena mengeluarkan tenaga untuk memijatku atau menahan nafsu. Aku terlena dengan pijatannya dan merasa nyaman sekali, tidak terlalu kuat atau terlalu lemah. Pas susunya, karena dadanya selalu ikut memijat belakang kepalaku. Melihat aku keenakan dipijat Mbak Atik menawariku untuk pijat badan. "To, mau badanmu dipijat? Ayo ke dalam saja kalau mau kupijit, biar seger badanmu," katanya sambil menarik tanganku ke arah kamarnya. Aku semakin pusing, bukannya badan bertambah segar nanti malahan pegal yang akan kudapat. Aku ragu dan melirik ke arah pintu, takut kalau ada pelanggan lain yang masuk ke salonnya. Tapi ia tak peduli dan terus menarikku ke dalam kamarnya. Aku menyerah. Que sera sera, whatever will be will be. Sampai di dalam kamar ia menyuruhku melepas baju dan berbaring tengkurap. Celana panjangku tetap kupakai dan tergantung apa yang terjadi nanti. Kalau harus dibuka kenapa tidak? Mbak Atik keluar kamar dan kudengar pintu depan ditutup serta suara rel korden yang berderik. Aku meluruskan posisi adik kecilku yang sedikit mengganjal agar nyaman dan tidak terlipat. Berabe kan kalau patah akibat terlipat dan ditindih badanku. Ia kembali dengan membawa handuk kecil, body lotion, piring kecil dan minyak kayu putih. Dicampurnya minyak kayu putih, body lotion dan sedikit cairan lain yang baunya sangat lembut, antara jasmine dan rose. Ia kemudian mulai mengurut punggungku dengan campuran tadi. Ada rasa hangat minyak kayu putih dan harum mawar melati (semuanya indah!). Setelah itu kemudian tanganku diurut mulai dari lengan sampai jari. "Berbalik To!" katanya lembut. Aku berbalik dan segera tangannya mengurut bahu bagian depan dan dadaku. Kini urutannya lebih tepat disebut usapan yang mempermainkan bulu dada, puting dan tentu saja gairahku yang menggelora. Bibirnya tersenyum kecil seolah-olah anak kecil yang mendapatkan mainan baru. Padahal mainannya masih tertutup celana. "Hh.." Ia menarik napas dalam dan mneghembuskannya kuat-kuat. Leher dan tangannya berpeluh setelah memijatku. Disekanya dadaku dengan handuk basah yang sudah disiapkannya. Aku berbalik agar ia bisa mengeringkan punggungku. Setelah mengeringkan punggungku ia berbaring di sampingku. Aku kembali dalam posisi telentang. "Kini giliranku yang meminta upah," katanya sambil tersenyum lebar. "Apa upahnya?" pancingku. "Kamu tadi berkata sawah di kampung kita kekurangan air. Aku ingin kamu mengairi sawahku yang juga sudah lama tidak disiram," katanya manja dan langsung memeluk dan menciumku. Que sera sera, quo vadis, eureka, ereksi dan seterusnya aku tidak mengerti lagi. Kupegang kedua bahunya dari belakang dan kupijit perlahan. Ia menggeliat dan mengusapkan pipinya pada lengan kananku. Kuputar badannya sehingga kini kami saling berhadapan. Kupegang kepalanya dan kutengadahkan mukanya ke mukaku. Ia menjatuhkan kepalanya ke dadaku. Kupegang bahunya dan kutempelkan pipiku ke pipinya. Ia berbisik, "Puaskan aku sekarang. Airi sawahku sampai becek dan berlumpur.." Kupeluk dia dan ia semakin merapatkan kepalanya di dadaku. Rambutnya yang keriting papan kusingkapkan ke atas. Kucium bulu halus di leher belakangnya. "Ssh.. kamu pandai membangkitkan gairah," rintih Mbak Atik sambil memejamkan matanya. Lidahku menerobos ke mulutnya dan menggelitik lidahnya. Mbak Atik membalas ciumanku dengan lembut. Tanganku mulai bekerja di atas dadanya dan kuremas buah dadanya. Kurasakan payudaranya sudah agak kendor. Jariku terus menjalar mulai dari dada, perut, pinggang terus ke bawah hingga pahanya. Mbak Atik makin sering menggeliat. Lidahku beraksi di lubang telinganya dan gigiku menggigit daun telinganya. Tangannya meremas isi celanaku yang mulai memberontak. Kusapukan bibirku ke lehernya dan kutarik pelan-pelan ke bawah sambil mencium dan menjilati lehernya yang mulus. Mbak Atik mendongakkan kepala memberikan tempat bagi

150

bibirku. Tangannya memeluk leherku dan ia semakin merepatkan tubuhnya ke dadaku, sehingga dadanya yang masih terbungkus kaus menekan dadaku. Diusap-usapnya dadaku dan kemudian putingku dimainkan dengan jarinya. Kucium bibirnya dan kini ia membalas dengan lumatan ganas. Kubuka kausnya dan kutarik celana kulotnya dan sekaligus celana dalamnya ke bawah. Kulit yang mulus, lembah yang indah dengan padang rumput yang cukup lebat terlihat di sela pahanya. "Eehhngng..." Ia mendesah ketika lehernya kujilati. Mbak Atik berguling dan menindih tubuhku. Tanganku bergerak punggungnya. "Tik..." pengait bra-nya terbuka. Kunaikkan cup bra-nya. Kini buah dadanya terbuka di hadapanku. Buah dadanya yang besar namun sudah sedikit kendor menggantung di atasku. Putingnya yang berwarna coklat kemerahan mulai mengeras. Digesek-gesekkannya putingnya di atas dadaku. Perlahan tanganku mengusap bahunya dan sekaligus menurunkan tali bra-nya. Bibirnya kini semakin lincah menyusuri wajah, bibir dan leherku. Mbak Atik mendorong lidahnya jauh ke dalam rongga mulutku kemudian memainkan lidahku dengan menggelitik dan memilinnya. Mbak Atik menggeserkan tubuhnya ke arah bagian atas tubuhku sehingga payudaranya tepat berada di depan mukaku. Segera kulumat payudaranya dengan mulutku. Putingnya kuisap pelan dan kujilati. "Aacchh, Ayo Anto.. Lagi.. Teruskan Anto.. Nikmat.. Teruskan" Kemaluanku semakin mengeras. Kusedot payudaranya sehingga semuanya masuk ke dalam mulutku kuhisap pelan namun dalam, putingnya kujilat dan kumainkan dengan lidahku. Dadanya bergerak kembang kempis dengan cepat detak jantungnya juga meningkat. Napasnya berat dan terputus-putus. Tangannya menyusup di balik celanaku, kemudian mengelus, meremas dan mengocok kemaluanku dengan lembut. Ia melepas ikat pinggang dan menarik resluiting celanaku. Pantatku kunaikkan dan dengan sekali tarikan, maka celana panjang dan celana dalamku sekaligus sudah terlepas. Kini kami dalam keadaan polos tanpa selembar benang. Bibirnya mengarah ke leherku, mengecup, menjilatinya kemudian menggigit pundakku. Napasnya dihembuskannya ke dalam lubang telingaku. Kini dia mulai menjilati putingku dan tangannya mengusap bulu dadaku sampai ke pinggangku. Aku semakin terbuai. Kugigit bibir bawahku untuk menahan rangsangan ini. Kupeluk pinggangnya erat-erat. Tangan kiriku kuarahkan ke celah antara dua pahanya. Jari tengahku masuk sekitar satu ruas jari ke dalam lubang guanya. Kuusap dan kutekan bagian depan dinding vaginanya dan kemudian jariku sudah menemukan sebuah tonjolan daging seperti kacang. Setiapkali aku memberikan tekanan dan kemudian mengusapnya Mbak Atik mendesis "Huuhh.. Aauhh.. Engngnggnghhk" Ia melepaskan tanganku dari selangkangannya. Mulutnya bergerak ke bawah, menjilati perutku. Tangannya masih mempermainkan penisku, bibirnya terus menyusuri perut dan pinggangku, semakin ke bawah. Ia memandang sebentar kepala penisku yang mengkilat dan kemudian mengecup batang penisku. Mbak Atik kembali bergerak ke atas, tangannya masih memegang dan mengusap kejantananku yang telah berdiri tegak. Kembali kami berciuman. Buah dadanya kuremas dan putingnya kupilin dengan jariku sehingga dia mendesis perlahan dengan suara yang tidak jelas. "Sshh.. Sshh.. Ngghh.." Perlahan lahan kemudian ia menurunkan pantatnya sambil memutar-mutarkannya. Kepala penisku dipegang dengan jemarinya, kemudian digesek-gesekkan di mulut vaginanya. Terasa sudah licin berlendir. Dia mengarahkan kejantananku untuk masuk ke dalam vaginanya. Ketika sudah menyentuh lubang guanya, maka kunaikkan pantatku perlahan. Mbak Atik merenggangkan kedua pahanya dan pantatnya diturunkan. Kepala penisku sudah mulai menyusup di bibir vaginanya. Kugesek-gesekkan di bibir vaginanya. Mbak Atik merintih dan menekan pantatnya agar penisku segera masuk. "Ayolah Anto.. Naikkan pantatmu.. Dorong sekarang. Ayo.. Masukkan batangmu.. Pleasse..!!" Mbak Atik bergerak naik turun dengan perlahan. Vaginanya terasa licin dan agak becek. Kadang gerakan pantatku kubuat naik turun dan memutar. Mbak Atik terus melakukan gerakan memutar pada pinggulnya. Ketika kurasakan lendir yang membasahi vaginanya semakin banyak maka kupercepat gerakanku. "Anto... Ouhh.. Nikmat.. Oouuhh." desisnya sambil menciumi leherku. Kakinya menjepit pahaku. Dalam posisi ini gerakan naik turunnya menjadi bebas. Tangannya menekan dadaku. Kucium dan kuremas buah dadanya yang menggantung. Kepalanya terangkat dan tanganku menarik rambutnya kebelakang sehingga kepalanya semakin terangkat. Setelah kujilat dan kukecup lehernya, maka kepalanya turun kembali dan bibirnya mencari-cari bibirku. Kusambut mulutnya dengan satu ciuman yang panas.

151

Mbak Atik kemudian menggerakkan pantatnya maju mundur sambil menekan ke bawah sehingga penisku tertelan dan bergerak ke arah perutku. Rasanya seperti diurut dengan lembut namun bertenaga. Semakin lama-semakin cepat ia mengerakkan pantatnya. Desiran yang mengalir ke penisku kurasakan semakin cepat. "Mbak Atik.. Mbak.. Ouuhh" "Ouhh.. Sshh.. Akhh!" Desisannyapun semakin sering. Aku tahu bahwa ia akan segera menggapai pu ncak kenikmatannya. Kini penisku kukeraskan dengan menahan napas dan mengencangkan otot yang sudah terlatih oleh senam Kegel. Ia merebahkan tubuhnya ke atas tubuhku, matanya berkejap-kejap dan bola matanya memutih. Giginya menggigit bibir bawahnya kuat-kuat. Akupun merasa tak tahan lagi dan akan segera memuntahkan laharku. Aku berguling dan kini aku berada di atas. Kupompa vaginanya dengan cepat dan akhirnya beberapa saat kemudian.. "Anto.. Sekarang sayang.. Sekarang.. Hhuuaahh. Aku sampai..!" Ia memekik kecil. Kutekan pantatku sekuatnya. Dinding vaginanya berdenyut kuat menghisap penisku. Ia menaikkan pinggulnya. Bibirnya menciumiku dengan pagutan-pagutan ganas. Desiran dan tekanan aliran lahar yang sangat kuat memancar lewat lubang kejantananku. "Mbaakk.. Ouhh.. Aa.. Tikk..!" Kupeluk tubuhnya erat-erat dan kutekankan kepalaku di lehernya. Napas yang bergemuruh kemudian disusul napas putus-putus dan setelah tarikan napas panjang aku terkulai lemas di atas tubuhnya. Denyutan demi denyutan di tubuh kami kemudian melemah. Aku berguling ke sampingnya. Dikecupnya bibirku, dan tanganya mengusap pipiku. "Terima kasih To. Kamu luar biasa. Kamu sangat perkasa, begitu nikmat dan indah. Kenikmatan yang sangat luar biasa. Thanks," katanya lembut. Karena kamar mandi ada di luar rumah, maka aku tidak membersihkan diri ke kamar mandi. "Kamu disini saja, nanti aku mandiin. Kalau keluar ke kamar mandi nanti kelihatan orang bisa berabe" Mbak Atik mengambil handuk yang dipakai untuk menyeka tubuhku tadi dan kini penisku yang disekanya sampai bersih. Mbak Atik keluar ke kamar mandi dan kembali dengan seember air. Setelah menyeka badanku sekali lagi, aku kencing di dalam ember karena aku punya kebiasaan buang air kecil sehabis bercinta, sementara itu ada resiko ketahuan tetangga jika aku harus ke kamar mandi di belakang rumahnya. Kami berbaring berdampingan sambil berpelukan. Kepalanya diletakkan di atas dadaku. Sejam telah berlalu dan kurasakan sebuah benda padat lunak menekan dadaku. Kucium leher dan ketiaknya yang dicukur bersih. "Kamu mau lagi..?" Kudaratkan sebuah kecupan pada bibirnya. Kuamat-amati tubuhnya yang lumayan aduhai. Kulitnya kuning bersih dengan pantat besar dan menonjol ke belakang, sementara di dadanya ada segunduk daging yang bulat dengan tonjolan coklat muda yang berdiri tegak. Bibirnya mendarat di bibirku. Kali ini ia menciumiku dengan ganas. Akupun membalas dengan tak kalah ganasnya. Kuremas buah dadanya dengan keras. Beberapa saat kemudian kami sudah berpelukan dan bergulingan di atas ranjang besar yang empuk. Aku menindih dan menjelajahi sekujur tubuhnya. Ia menggeliat-geliat hebat dan mengerang. Mulutnya mendekat ke telingaku dan berbisik, "Ouuhh.. Anto.. Terserah kamu. Lakukan sesukamu. Yang penting berikan aku kenikmatan puncak" "Aku akan mengajakmu berpacu dalam birahi dan tenggelam dalam badai kenikmatan yang luar biasa.." kataku membalas bisikannya. Dari dada, lidahku pindah ke samping menyusuri pinggul dan pinggangnya, ke arah perut dan pahanya. Aku mencoba untuk mendekatkan hidungku ke sela pahanya Mbak Atik meronta hebat sewaktu tanganku memainkan puting buah dadanya. Tangannya terlepas dan hidungku kutempelkan di bibir vaginanya. Tercium aroma yang harum dan segar. Bulu kemaluannya cukup lebat. Meskipun kulitnya putih, namun bibir vaginanya berwarna kehitaman dan ditumbuhi rambut agak jarang. Kubuka bibir vaginanya dengan telunjuk dan ibu jari, terlihat bagian dalam vaginanya yang kemerahan dan mulai basah oleh lendir yang melumasinya. Kini lidahku menyusup ke dalam vaginanya. Kulebarkan pahanya dan aku semakin leluasa mempermainkan klitorisnya. Mbak Atik meregang dan meronta menahan kenikmatan yang kuberikan. "Ouhh To.. Ayo.. Teruskan.. Lagi. Sudah lama aku ingin merasakan hal ini," ia mengerang.

152

Lidahku menerobos masuk ke dalam liang vaginanya dan bermain dengan dinding vagina, klitoris dan lorong kenikmatannya. Sementara bibirku menyapu bibir vaginanya, maka lidahku menjilat klitorisnya dengan sentuhan ringan. Mbak Atik meremas rambutku dan memekik tertahan, "Auww, aku tak tahan lagi.." Kurasakan klitorisnya sedikit membesar dan berkilat-kilat. Kujepit klitorisnya dengan bibirku dan kukeraskan jepitanku. Pahanya semakin kuat menjepit kepalaku. Ia mengerang, "Please, Ayo sekarang.. To. Aku tak tahan lagi.. Ayoo!!" Bibirku naik ke leher dan menjilatinya. Elusan tanganku pada pinggangnya membuat ia meronta kegelian. Kuhentikan elusanku dan tanganku meremas lembut buah dadanya dari pangkal kemudian ke arah puting. Kumainkan jemariku dari bagian bawah, melingkari gundukannya dengan usapan ringan kemudian menuju ke arah putingnya. Sampai batas puting sebelum menyentuhnya, kuhentikan dan kembali mulai lagi dari bagian bawah. Kugantikan jariku dengan bibirku, tetap dengan cara yang sama kususuri buah dadanya tanpa berusaha mengenai putingnya. Kini ia bergerak tidak karuan. Semakin bergerak semakin bergoyang buah dadanya dan membuat jilatanku makin ganas mengitari gundukan mulus itu. Setelah sebuah gigitan kuberikan di belahan dadanya, bibirku kuarahkan ke putingnya, tapi kujilat dulu daerah sekitarnya yang berwarna merah sehingga membikin Mbak Atik menjerit penasaran dan gemas. "To.. Jangan permainkan aku.. Cepat isap.. Isap sayy.. Antoo," pintanya. Aku masih ingin mempermainkan nafsunya dengan jilatan halus di putingnya yang makin mengeras itu. Mbak Atik mendorong buah dadanya ke mulutku, sehingga putingnya langsung masuk, dan mulailah kukulum, kugigit kecil serta kujilat bergantian. Tanganku berpindah dari pinggang ke vaginanya yang semakin basah. Jariku tengah kiriku kumasukkan ke dalam vaginanya dan tidak lama sudah menemukan apa yang kucari. Lumatan bibirku di puting Mbak Atik makin ganas. Ia berusaha mengulingkan badanku tetapi kutahan. "Aagh.." ia memekik-mekik. Kucium lagi bibir dan lehernya. Penisku makin membesar dan mengganjal tubuhku di atas perutnya. Kupikir kini saatnya untuk penetrasi. Kuangkat pantatku sedikit dan iapun mengerti. Dikangkangkan pahanya lebar-lebar. Kuarahkan penisku ke vaginanya dan, "Masukan To.. Sekarang!" pintanya sambil melebarkan pahanya. Kudorong sekali dan berhasil. Kugerakkan penisku pelan-pelan dan semakin lama semakin cepat. Vagina Mbak Atik makin lembab. Atik langsung mengerang hebat merasakan hunjaman penisku yang keras dan bertubi-tubi. Tangannya mencengkeram pinggulku. Gerakan majumundurku diimbanginya dengan memutar-mutarkan pinggulnya, semakin lama gerakan kami semakin cepat. Kini ia semakin sering memekik dan mengerang. Tangannya kadang memukul-mukul punggungku. Kepalanya mendongak ketika kutarik rambutnya dengan kasar dan kemudian kukecup lehernya dan kugigit bahunya. "Ouhh.. Ehh.. Yyeesshh!" Setelah beberapa lama kuminta dia untuk di atas. Dengan cepat kami berguling. Tak berapa lama kemudian penisku sudah terbenam di liang vaginanya. Mbak Atik menaikturunkan pantatnya dengan posisi jongkok. Tubuhnya bergerak naik turun dengan cepat dan kuimbangi dengan putaran pinggulku, sementara buah dadanya yang tegak menantang kuremas-remas dengan tanganku. Gerakan kami makin cepat, dan erangan Mbak Atik makin keras. Aku duduk dan memeluk pinggangnya. Kami berciuman dalam posisi Mbak Atik duduk berhadapan di pangkuanku. Aku bebas mengeksplorasi tubuhnya dengan tangan dan bibirku. Kuangkat tubuhnya sambil berdiri, kugendong dan kuturunkan sebelah kakinya sementara itu kaki yang satunya menjepit pahaku. Kulipat lututku sedikit untuk mengambil posisi yang tepat. Kami bercinta sambil berdiri. "Aagghh.. Anto.. Luar biasa, kamu kuat sekali," bisiknya. "Mbak.. Mbak juga nikmat sekali" Kubawa tubuhnya kembali ke ranjang dan langsung kugenjot dengan menghentak-hentak. Nafas kami semakin memburu. Kuganti pola gerakanku. Kucabut penisku dan kumasukkan kembali setengahnya. Demikianlah kulakukan berulang-ulang sampai beberapa hitungan dan kemudian kuhempaskan pantatku dalam-dalam. Mbak Atik setengah terpejam sambil mulutnya tidak henti-hentinya mengeluarkan desahan seperti orang yang kepanasan. Pinggulnya tidak berhenti bergoyang dan berputar semakin menambah kenikmatan yang terjadi akibat gesekan kulit kemaluan kami. Lubang vaginanya yang licin diimbangi dengan gerakan memutar dari pinggulnya membuatku semakin bernafsu. Ketika kuhunjamkan seluruh penisku ke dalam vaginanya, Mbak Atik pun menjerit tertahan dan wajahnya mendongak. Aku menurunkan tempo dengan membiarkan penisku tertanam di dalam vaginanya tanpa menggerakkannya. Kucoba memainkan otot kemaluanku. Terasa penisku mendesak dinding vaginanya dan sedetik kemudian ketika aku melepaskan kontraksiku, kurasakan vaginanya meremas penisku. Demikian saling berganti-ganti. Permainan kami sudah berlangsung beberapa saat. Kedua kakinya kuangkat dan kunaikkan di atas pundakku. Dengan setengah berdiri di atas lututku aku menggenjotnya. Kakinya

153

kuusap dan kucium lipatan lututnya. Ia mengerang dan merintih-rintih. "Ouhh Mbak.. Kita.. Ouuhh!!" Aku mengangguk dan memberi isyarat kepadanya untuk menutup permainan ini. Ia pun mengangguk setuju. Kukembalikan dalam posisi normal. Kamipun berpelukan dan bergerak liar tanpa menghiraukan keringat kami yang bercucuran. Gerakan demi gerakan, pekikan demi pekikan telah kami lalui. Aku semakin cepat menggerakkan pantat sampai pinggangku terasa sakit, namun aku tetap bertahan untuk menyerangnya. Mbak Atik meremas rambutku dan membenamkan kepalaku ke dadanya, betisnya segera menjepit erat pahaku. Badannya menggelepar-gelepar, kepalanya menggeleng ke kiri dan ke kanan, tangannya semakin kuat menjambak rambutku dan menekan kepalaku lebih keras lagi. Aku pun semakin liar memberikan kenikmatan kepada Mbak Atik yang tidak henti-hentinya menggelinjang sambil mengerang. "Aahh.. Sshh.. Sshh " Gerakan tubuh Mbak Atik semakin liar. "Ouoohh nikmatnyaa.. Aku mau keluuarr.. Sampai.." Aku merasa ada sesuatu yang mendesak-desak di dalam kejantananku dan ingin keluar. Sudah saatnya aku menghentikan permainan ini. Aku mengangguk dan iapun mengangguk sambil memekik panjang,"Ouuwwhh..!" Aku mengangkat pantatku, berhenti sejenak mengencangkan ototnya dan segera menghunjamkan penisku keras-keras ke dalam vaginanya. Nafasnya seolah-olah terhenti sejenak dan kemudian terdengarlah erangannya. Tubuhnya mengejang dan jepitan kakinya diperketat, pinggulnya naik menjambut penisku. Sejenak kemudian memancarlah spermaku di dalam vaginanya, diiringi oleh jeritan tertahan dari mulut kami berdua. "Aww.. Aduuh.. Hggkk" Kami pun terkulai lemas dan tidak berapa lama sudah tidak ada suara apapun di dalam kamar kecuali desah napas yang berkejaran dan berangsur-angsur melemah. Tangannya memeluk erat tubuhku dengan mesra. Sebentar kemudian Mbak Atik kembali membersihkan penisku dan setelah itu kami mengenakan pakaian. Akhirnya akupun berpamitan pulang setelah mengintip dari balik jendela dan yakin bahwa keadaan di luar aman-aman saja. Sore hari kulihat anak-anaknya dijemput oleh neneknya, karena memang besok hari libur. Kesempatanku nanti malam untuk bergumul lagi dengan tubuh montok nan aduhai terbuka lebar. Menjelang senja setelah mandi aku berpakaian rapi dengan parfum yang kupakai khusus pada saat tertentu saja. Hanya saja aku tidak mengenakan celana dalam. Adikku yang melihatku tampil rapi keheranan dan bertanya-tanya aku mau ke mana. Aku sengaja tidak memberitahu Mbak Atik sebelumnya biar ada unsur pendadakan dan kejutan. Seperti mau perang saja. Eh tapi ini perang juga kan? Ada meriam, amunisi, gua perlindungan dan perkelahian satu lawan satu. Aku memutar lewat belakang rumahnya. Pintu belakang terbuka dan setelah kuamati Mbak Atik sedang memasak di dapur. Badannya membungkuk sambil mengaduk sesuatu di dalam panci. Ia hanya mengenakan daster longgar. Aku masuk, menutup pintu dengan perlahan tanpa menimbulkan bunyi dan dengan berjingkat kudekati dia dari belakang. Setelah dekat tiba-tiba kupeluk dari belakang, tangan kiriku menutup mata dan tangan kananku menutup mulutnya, takut nanti dia berteriak. "Uuffpphh... Uffpp!" Ia meronta-ronta dan berusaha membuka tanganku. Kucium telinganya dan kubisikkan,"Tenang Mbak, ini aku" Perlahan kulepaskan tanganku dari mata dan mulutnya. Ia berbalik dan hendak memukulku dengan sendok sayur yang dipegangnya. "Kamu ini, bikin kaget saja. Kalau aku tadi teriak gimana? Kamu masuk dari mana?" "Sorry Mbak, pengen kasih kejutan saja. Kulihat tadi siang anak-anak dijemput neneknya kan? Pintu belakang terbuka, makanya aku langsung masuk saja. Siapa tahu pintu Mbak lainnya terbuka juga" "Eh, jangan kurang ajar kamu ya! Emangnya saya apaan," katanya datar tanpa ekspresi marah. "Masak apa Mbak? Baunya harum sekali" "Lagi bikin rawon, sudah lama nggak makan rawon. Kamu ini yang harum sekali, mau pesiar ke mana?" "Lho, malam ini saya mau mendaki dua gunung dan berenang di sebuah telaga. Pakai parfum dong, jadi kalau capek dan keringetan bau tubuhku tidak tercium" "Kamu sudah makan? Kita makan dulu yok!" ajaknya. Kamipun pergi ke ruang tengah untuk makan. Kami duduk berhadapan di meja makan. Sambil makan kakiku mulai beraksi. Kuangkat dan kutumpangkan di pahanya. Kusingkapkan ujung dasternya dengan ibu jari dan mulai menggesek-gesekkan telapak kakiku ke pahanya. Mbak Atik hanya tersenyum saja dan membiarkan tingkahku. Aku sengaja hanya beroperasi

154

di sekitar paha atasnya saja, tidak sampai masuk ke celah pahanya. Belum saatnya. Setelah makan kami pindah ke ruang depan dan duduk di karpet menyandar ke sofa sambil nonton TV. Udara malam terasa dingin. Dinginnya angin musim kemarau mulai menusuk kulit. Bedhidhing, mangsa katelu (musim ketiga), menurut kalender Jawa. Mbak Atik bersandar di bahuku. Tanganku dipegangnya dan didekapkan di payudaranya. Sesekali diciumnya leher dan pipiku. Ia menguap, berdiri dan berjalan ke ruang belakang. Tak lama kemudian ia sudah kembali dengan membawa sloki dan sebotol anggur merah produk lokal. "Kita minum sedikit ya. Ini sisa peninggalan almarhum. Selama ini kutaruh saja di dalam kulkas, karena aku sendiri bukan peminum. Tapi malam ini rasanya romantis sekali kalau kita minum berdua," katanya sambil menuangkan anggur tadi ke sloki dan meminumnya dalam sekali teguk. Ia menuang sekali lagi dan memberikan padaku. Kuterima sloki itu dan juga kuhabiskan dalam sekali teguk. Terasa panas di tenggorokanku dan mukaku langsung memerah. Aku memang bukan peminum berat, just social drinker. Lampu ruangan dimatikannya sehingga kini hanya cahaya dari TV yang menerangi ruangan. Sambil duduk dan nonton TV kami minum lagi. Aku sadar harus tetap bisa mengontrol diri agar tidak sampai mabuk. Setelah tiga sloki masuk ke mulutku, maka kusingkirkan botol ke meja kecil. Kurasa acara pendahuluan sudah cukup dan kini menjelang acara inti. Mbak Atik menggeser tubuhnya semakin merapat ke tubuhku. Mukanya merah akibat terkena pengaruh alkohol. Tangannya mengusap pahaku dan berseser ke atas sampai mengenai penisku. Tangannya bergerak-gerak di sekitar pangkal pahaku, mungkin memastikan aku tidak memakai celana dalam. Suasana mulai panas dan akhirnya dengan satu gerakan ia menarik ritslutiting celanaku dan langsung menyusupkan tangannya ke dalam celanaku. Penisku yang mulai berdiri langsung dipegang dan dipijitnya. Akupun tidak sabar lagi ingin segera merasakan kehangatan tubuhnya. Kubuka dasternya dan tangannya membuka bajuku. Aku berbaring di karpet dengan tetap memakai celana panjangku. Mbak Atik yang tinggal memakai pakaian dalam naik dan menindih tubuhku. Tangannya mengusap-usap bulu dadaku dan bibirnya menjelajahi leher, dagu, pipi dan kemudian berhenti di bibirku dengan sebuah ciuman yang panas. Aku membalas ciumannya dengan penuh gairah. Kubuka BH-nya dan kusambut kedua payudaranya dengan ciuman, isapan, rabaan dan remasan lembut. Ia mengelinjang dan napasnya mulai terdengar tertahan. Tangannya kembali meraba dan meremas penisku. Dibukanya ikat pinggangku dan dengan jari kakinya ia menarik dan melepaskan celanaku. Aku sudah dalam keadaan bugil. Penisku berdiri tegak dalam genggaman tangannya. Aku bergeser dan mencium tengkuknya. Kulepaskan badannya dari atasku ke samping dan kini ia berbaring dalam posisi tengkurap. Kususupkan tanganku di bawah dadanya dan kuremas buah dadanya perlahan. Kuciumi tengkuk, leher belakang dan kujilati sekujur punggungnya. Ia mendesis lirih, kepalanya mendongak, tangannya bergerak ke belakang dan meremas rambutku. "Sebentar Mbak. Lepaskan dulu," kataku samil berdiri dan menuju ruang yang dipakai untuk salon. Kuambil botol body lotion dan kembali kepadanya. Ia keheranan dan menatapku dengan mata sayu. Kucium bahunya dengan lembut dan kubisikkan, "Aku mau mijitin Mbak dulu. Gantian, tadi pagi aku sudah dipijit. Celananya dibuka saja Mbak" "Hmmhh..." katanya sambil menaikkan dan menggoyangkan pinggulnya memberi kode agar aku yang membukakannya. Kuusap pinggulnya dan kutarik ban celana dalamnya perlahan-lahan. Kini ia menyusulku berbugil ria. Aku menuangkan sedikit body lotion dan mulai mengurut punggungnya. "Enak To. Kamu pintar mengurut juga" Kadang memang teman-teman kos-ku minta bantuanku untuk sekedar memijit punggung atau mengerik kalau masuk angin. Tanganku mengurut sekujur punggung, pantat, kaki dan betisnya. Kadang dengan nakal kugelincirkan tanganku ke samping dan memijit pangkal payudaranya. Mbak Atik hanya tersenyum dan mendesah saja. Pada saat posisiku duduk di belakang pantatnya kukocok penisku sebentar sampai keras dan kusisipkan di celah pahanya. Tangannya segera bergerak ke belakang dan mencoba membantu untuk memasukkan ke vaginanya. Aku belum bermkasud untuk penetrasi, hanya sekedar menghangatkan suasana saja. Makanya begitu kepala penisku terasa sudah membuka bibir vaginanya aku menghentikannya dan cuma mengkontraksikannya beberapa kali kemudian kucabut lagi. Mbak Atik mau memprotes, namun aku sudah mulai memijat punggungnya lagi. "Sabar Mbak, nanti juga kuberikan sampai habis," kataku. Setelah lima menit kemudian, "Sudah Mbak, berbalik! Bagian depan depan mau dipijit atau tidak?" kataku. Ia berguling membalikkan badannya. Aku menelan ludah melihat pemandangan di depanku. Buah dadanya yang bulat besar, pahanya yang mulus dengan hiasan padang rummput tebal mengelilingi sebuah telaga. "Jangan melamun, ayo pijit. Nanti saja upahnya. Pokoknya ditanggung beres dan puas" Ia menarik tanganku ke buah dadanya.

155

Aku mulai melakukan pijatan-pijatan ringan dari pangkal payudaranya bergerak ke arah puting, tetapi tanpa menyentuh putingnya. Ia memejamkan mata dan menggigit bibirnya. Aku sengaja tidak memakai body lotion lagi, karena nanti sekujur perut, dada dan leher akan menjadi sasaran lidahku. Kubuat gerakan halus melingkar di sekitar pangkal payudaranya. Kutangkupkan telapak tanganku di dadanya dan mulai meremasnya dengan gerakan memutar. Mbak Atik menggoyangkan kepalanya, kakinya perlahan membuka. Sebelah kakinya diangkat terlipat dan menekan karpet. Ketika pijatanku bergeser ke arah pundaknya, ia membuka matanya lalu menangkap tanganku dan memeluk leherku. "Sudah To. Cukup. Aku tak sabar lagi..!" Kuhentikan pijitanku dan langsung kutindih tubuhnya. Penisku yang tadinya sudah mulai kendor kini mengeras kembali. "Aku akan memberikan upahmu sekarang," katanya sambil menggulingkan badanku. Mulutnya begerak mencium kening, pipi, ujung hidung, mengecup bibir terus menyapu leher dan dadaku. Putingku digelitik dengan ujung lidahnya. Aku merinding dan mengejang menahan geli sekaligus nikmatnya rangsangan di putingku. Kuremas dan kuciumi rambutnya. "Ouuhh Mbak. Aahh.. Enak.. Nikmat" Mbak Atik masih meneruskan aksi di kedua putingku silih berganti. Kini lidahnya bergerak turun ke perutku terus ke paha dalam, lutut dan menggigitnya lembut. Aku meremas karpet untuk menahan kenikmatan. Tangannya memegang penisku dengan erat, kemudian lidahnya mulai menjilat biji, bergeser ke batang terus menuju kepala penisku. Dikulumnya kepala penisku dan gerakan blow job dilakukannya dengan lincah. Dibelahnya lubang kencingku dan dengan gerakan lincah ia menggelitik dengan ujung lidahnya. "Mmbbaakk.. Ouhh.. Acchh!!" Tubuhnya memutar sehingga kini selangkangannya sudah berada dimukaku. Dengan perlahan kusibakkan rambut tebal yang ada di sana dan kususupkan lidahku masuk dan mulai menjilati daging kemerahan sebesar biji jagung. Dinding vaginanya segera berdenyut merespon perlakuanku. Lidahku seakan-akan terjepit oleh dinding vaginanya. "Sshhahh Anto. Terus To! Lakukan sesukamu To!" "Mbak sedaap. Uuhh..!" Kami bergantian saling mendesis dan melenguh. Mbak Atik melepaskan kuluman pada penisku. "Kita lakukan di sini saja To!" katanya. Pantatnya bergeser ke arah selangkanganku. Dengan membelakangiku ia berjongkok dan mengatur posisi selangkangannya agar tepat berada di kepala penisku. Diraihnya penisku dan digesekkannya di bibir vaginanya. Mula-mula hanya kepala penisku saja yang menyusup di bibir vaginanya. Dengan gerakan turun dan memutar pinggulnya maka peniskupun amblas ke dalam vaginanya yang lembab dan hangat. Ia mulai menggerakkan pantatnya naik turun, maju mundur dan berputar. Kupegang pinggulnya dari belakang dan kuimbangi irama gerakannya. "Anto.. Anto.. Anto.. Aauwwhh" "Huuffpp.. Aatikk.. Mbakk" Kuangkat badanku dan dalam posisi duduk memangkunya kuremas buah dada dan kucium tengkuknya sampai berbekas merah. Dengan perlahan kuangkat tubuhku dan iapun mengimbanginya dengan berdiri perlahan dengan membungkuk sehingga kelamin kami masih bertautan. Kuarahkan ia bergerak ke arah sofa. Diangkatnya kaki kiri ke atas sofa dan kaki kanan berdiri di lantai. Tangannya memengang sandaran sofa. Kupegang dan kuusap pantatnya lalu kuayunkan pantatku maju mundur. Kadang kubuat sudut dengan merendahkan lututku sehingga kulit penisku menggesek dinding vaginanya dengan kuat. Bunyi paha beradu dengan pantat terdengar berirama. Kujulurkan tanganku ke depan sehingga buah dadanya dapat kuraih dan selanjutnya kuremas serta kupilin putingnya. Mbak Atik merem melek menahan gempuranku. Apalagi ketika penisku kukeraskan dan kutusukkan berulang-ulang dengan cepat. Dadanya dibusungkan, kepalanya mendongak dan bergoyang-goyang tak keruan. Kugenjot semakin cepat dan iapun semakin kuat menggoyangkan kepalanya. Pantatnya bergerak tak beraturan, kadang maju mundur, kadang berputar. Kuturunkan irama permainan, tetapi kukeraskan penisku dan kusodok dengan pelan namun penuh tenaga. Keringat mulai menitik di sekujur tubuhku. Kucabut penisku dan kini ia telentang di sofa menunggu penisku untuk segera memasuki guanya. Kepalanya diletakkan pada sandaran tangan. Kutumpukan berat badanku pada kedua lenganku. Dengan perlahan kuambil posisi penetrasi dan dengan gerakan sangat lambat penisku kembali masuk dalam vaginanya. Ketika sudah setengah batang masuk, maka dengan cepat kuhentakkan sampai mentok di rahimnya. "Heehhkk.. Oouhh!"

156

Ia menahan napas menahan hentakanku. Kutarik lagi sampai keluar, kumasukkan dengan pelan sampai setengah dan kuhentakkan. Ia sudah siap menahan napas untuk mengimbangi permainanku. Beberapa kali kulakukan variasi ini sampai tanganku terasa lelah tidak kuat lagi menahan berat badanku. Kurapatkan badanku di atas badannya. Kupeluk punggungnya sementara itu ia memeluk leherku dengan erat. Diciumnya bibirku dan disedotnya sampai berbunyi. Gerakanku kini pelan dan ringan saja untuk sekedar memperoleh kesempatan sedikit untuk beristirahat. Kaki kiriku menginjak lantai dan kaki kananku bertumpu pada lutut. Kedua kakinya menjepit pahaku dengan erat. Kuangkat kedua kakinya ke atas bahuku dan dengan posisi kaki kanan berlutut kugenjot lagi. Kurasakan penisku mentok di rahimnya setiap kali kuhentakkan. Kulipat kakinya sampai lututnya menempel di perutnya. Vaginanya kelihatan semakin menonjol dan penisku semakin sering menyentuh dinding rahimnya. "Aku capek, ganti posisi To" Aku belum tahu posisi apa yang dia inginkan. Ia duduk di atas sandaran tangan dan merebahkan badannya. Dengan posisi berdiri kumasukkan lagi penisku. Sambil kugenjot kujepit kakinya di ketiakku. Sementara itu tangannya meremas rambutnya sendiri. Kakiku mulai goyah dan rasanya tidak kuat meneruskan posisi ini. Kuangkat tubuhnya dan dengan berputar aku duduk di sofa memangku Mbak Atik. Kini ia yang aktif bergerak. Aku beristirahat sebentar dan mengimbangi gerakannya. Telapak kakinya memijak tepi sofa dan pantatnya bergerak maju mundur agar vaginanya dapat menelan penisku. "Ouhh Anto.. Aku tak tahan lagi. Ayo kita.. Aahh!" Kubaringkan badannya di atas karpet dan kuisap payudaranya dengan kuat. Kukunya kuat menghunjam punggungku. Kurapatkan kedua kakinya dan kujepit dengan kakiku. Dalam posisi ini maka dengan sedikit tenaga aku dapat meraih kenikmatan maksimal dari gesekan penisku dengan vaginanya. "Mbaakk.. Sebentar lagi mbaakk" "To cepat.. Lebih cepat lagi..!" Aku semakin cepat bergerak. Kulihat bola matanya memutih dengan muka memerah. Kini kurasa tiba saatnya untuk memberikan pukulan terakhirku. Kubuka lagi kedua kakinya sehingga melilit betisku. Kugenjot dengan cepat dan bertenaga sampai lututku terasa pedih. Namun tanggung kalau harus berhenti. Gerakanku kupercepat dan semakin cepat. Kami sudah tinggal sesaat lagi mencapai puncak. "Sudah To.. Selesaikan sekarang. Arrcchh!" ia meraung. Punggungnya yang bongkok udang melengkung menjauhiku, sementara selangkanngannya semakin merapat. "Mbakk.. Ouhh!!" Aku mengambil ancang-ancang dengan menarik penis sampai tinggal ujung kepalanya yang bersentuhan dengan bibir vaginanya dan dengan satu hentakan yang sangat kuat kuhunjamkan penisku sampai sedalam-dalamnya hingga pangkal penisku membentur tulang pubisnya. "Antoo.. Yeahh!"

Pantatnya naik menyambut hunjamanku dan tangannya meremas rambutku sekerasnya. Vaginanya berdenyut kuat meremas penisku. Bibirnya mencari-cari bibirku dan kusambut dengan ciuman penuh gairah kepuasan. Napas kami terengah-engah, muka kami memerah karena lelah, nikmat dan sedikit pengaruh alkohol. Sampai beberapa detik denyutan demi denyutan masih kami rasakan. Ketika penisku akan kucabut ia mengkontraksikan otot vaginanya sehingga penisku tisak bisa kucabut keluar. Kubiarkan saja mengecil dan dengan sendirinya lepas dari vaginanya. Aku berguling ke samping. "Mbak hebat sekali permainannya" "Sama. Kamupun hampir membuatku kewalahan. Nikmat sekali rasanya sampai kemaluanku ngilu kamu buat" Beberapa saat kemudian napas kamipun kembali normal. Dengan berbalut handuk aku keluar mengikutinya ke kamar mandi. Lampu kamar mandi sengaja dimatikan supaya tidak kelihatan dari luar. Sambil membersihkan badan ia masih saja menciumiku dan mencumbuku mesra. Aku menghindari cumbuannya. Bukan apa-apa. Setelah menggapai puncak rasanya badan capek sekali sehingga malas meladeni cumbuannya.

157

"Mbak.. Tunggu Mbak. Sudah dulu. Aku akan tidur di sini saja. Kita punya banyak waktu sampai pagi besok. Aku akan puaskan Mbak sampai besok Mbak nggak bisa buka salon," kataku sambil melepaskan pelukan tangannya. Kami kembali ke dalam rumah dan berbaring di ranjangnya yang empuk. Nikmat sekali rasanya setelah pertempuran di lantai hanya beralaskan karpet, kini badanku rasanya ringan dan setelah ngobrol sebentar kamipun tertidur dalam keadaan telanjang bulat. Sekitar dua jam kemudian kami kembali berenang mengarungi samudera kenikmatan bersama-sama. Sampai pagi kami tidak bisa tidur dan akhirnya menjelang dinihari sekali lagi kami bermandi peluh kepuasan. Keadaan ranjang seperti pantai yang habis diamuk badai, berantakan tak keruan. Hari masih gelap ketika aku keluar dari rumahnya. "Nanti malam kutunggu kamu disini, jantanku," sambil memberikan kecupan di bibirku. Kita lihat saja nanti. Kalau tenagaku sudah pulih OK saja. Kalau belum, tak usah saja nanti malah dia kecewa. Atau mungkin aku perlu pemeran pengganti untuk menggantikanku untuk sementara.

158

Você também pode gostar