Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
+ @y + @t
xy
=5 1
dy dx
;3 =0
x
+ @y ; = 0 @t +
d2 y dx2
3
dy dx
; =2
x
+ @u + @u = 5 @y @z
5
dy dx
d2 y dx2
dy dx
y = 7x
Dalam bahan ajar ini pembahasan persamaan difrensial akan difokuskan pada Persamaan Difrensial Biasa (PDB). Sehingga semua contoh soal dan aplikasinya akan dikaitkan dengan model fenomena persamaan difrensial yang hanya terikat pada satu variabel bebas.
De nisi 1.1.2 Order Order suatu PDB adalah order tertinggi dari turunan
dalam persamaan F (x
y
0
00
:::
(n)
) = 0.
n
( )
(n)
+ 1( )
a
x y
(n;1)
+ n( ) = ( )
a x y F x
dimana a0 (x) 6= 0
Selanjutnya: 1. Bila tidak dapat dinyatakan dengan bentuk diatas dikatakan tak linier 2. Bila koe sien a0 (x)
a1 x
( )
:::
an x
konstan bila tidak, dikatakan mempunyai koe sien variabel. 3. Bila F (x) = 0 maka PDB tersebut dikatakan homogen bila tidak, disebut nonhomogen.
De nisi 1.2.1 Suatu PDB order yang ditulis dalam persamaan berikut:
n F
x y y
00
:::
(n)
)=0
(1.1)
dimana
eksplisit dan implisit dengan ketentuan sebagai berikut: 1. Bila f adalah suatu fungsi dimana f 2 C (I ) dan f 2 C n (I ) untuk 8x 2 I dan I adalah sebarang interval real, maka f dikatakan solusi eksplisit dari (1.1) jika
F
x f f
00
:::
(n)
) 2 ( ) dan
C I
x f f
00
:::
(n)
)=0
untuk 8x 2 I . 2. Sedangkan g(x y) = 0 disebut solusi implisit dari (1.1) jika fungsi pat ditransformasikan dalam fungsi eksplisit minimal satu merupakan solusi eksplisitnya.
f C I x g
da-
2 ( ) untuk 8 2 dan
I
Secara umum kedua solusi ini masih dikategorikan lagi kedalam tiga jenis solusi yaitu 1. Solusi umum, yaitu solusi PDB yang mengandung konstanta esensial, katakanlah . Sebagai contoh, diketahui sutau PDB
C y
0
= 3 + 1 maka solusi
y
umunnya adalah = ;1 3 +
y =
Ce
3 x
2. Solusi khusus, yaitu solusi yang tidak mengandung konstanta esensial yang disebabkan oleh tambahan sarat awal pada suatu PDB. Misal PDB itu
y
0
3 x
3. Solusi singular, yaitu solusi yang tidak didapat dari hasil mensubstitusikan suatu nilai pada konstanta pada solusi umumnya. Contoh =
y Cx
xy
eksibel untuk kasus yang komplek. Dengan MATLAB direction eld dapat digambar sebagai berikut: %Menggunakan fungsi eldplot atau DEplot %Misal akan diamati pola solusi dari PDB = 1 ; 2 with(plots): eldplot( 1 ; 2 ] = ;1 4 = ;1 2 = %Atau dengan menggunakan fungsi DEplot eq1:=di (y(t),t)=1-2*t*y(t) DEplot(eq1,y(t),t=-1..4,y=-1..2)
y
0
ty
::
::
arrows
LI N E color
= )
t
Hasil dari menjalankan fungsi ini dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
2 R2
Atau dengan menggunakan prinsip-prinsip yang ada dalam matematika untuk menggambar suatu fungsi, (lihat KALKULUS). 3. Metoda Numerik. Pada saat sekarang metoda ini merupakan metoda
yang sangat eksibel. Metoda ini berkembangan sesuai dengan perkembangan komputer dan dapat menyelesaiakan suatu PDB dari level yang mudah sampai level yang komplek. Walaupun fungsi solusi tidak diketahui secara eksplisit maupun implisit namun data yang diberikan dapat divisualisir dalam gra k sehingga dapat dianalisis dengan baik. Namun metoda ini berdasarkan pada prinsip-prinsip aproksimasi sehingga solusi yang dihasilkan adalah solusi hampiran (pendekatan). Sebagai konsukwensi dari penggunaan metoda ini adalah adanya evaluasi berulang dengan menggunakan komputer untuk mendapatkan hasil yang akurat. Salah satu metoda ang telah anda kenal adalah metoda EULER dengan rumus
yn+1
yn
hf t y
Dibawah diberikan programming metoda EULER dengan menggunakan MATLAB programming. %Programming Untuk Menyelesaikan PDB % = ; 2 + 1 (0) = 0 5 %Dengan menggunakan metoda Euler
y
0
n=input('Jumlah iterasi :') y(1)=0.5 t(1)=0 h=0.2 for i=2:n fprintf('nn ( ) = 1 2 ( ; 1) ; 0 2 ( ; 1)2 + 0 2 ( ) = (1) + ( ; 1) end plot(t,y) hold on = 2+2 +1;05 () plot(t,f,'o')
y i : y i : t i : t i t i h f t: : t : : exp t
dy dx
= (
x y
f x y
)
D
pada domain
(dalam bidang
y
xy
).
Misal (
x0 y0
dengan dengan
= (
f x y
yang
= (
f x y
(0) =
y0
(1.2)
y x y0
selalu ada (principle of existence) , kalau benar apakah solusi itu tunggal (principle of uniqueness). Pertanyaan ini merupakan hal yang sangat penting untuk didahulukan mengingat betapa kompleknya suatu model fenomena riel yang banyak dimungkinkan tidak dapat diselesaikan dengan metoda analitik ataupun kualitatif. Untuk memudahkan pemeriksaan awal tentang dua hal ini dalam hal ini dikembangkan teorema Lipschitz dan teorema Picard.
De nisi 1.4.1 (Sarat Lipschitz) Suatu fungsi ( ) dikatakan memenuhi sarat Lipschitz dalam variabel di suatu domain 2 R 2 jika ada konstanta 0
f t y y D L >
sedemikian hingga
jj (
stanta Lipschitz.
f t y1
); (
f t y2
)jj
jj 1 ; 2jj
y y
De nisi 1.4.2 (Konvek) Suatu himpunan 2 R 2 dikatakn konvek bila untuk sebarang ( 1 ) ( 2 ) 2 maka titik ((1 ; ) 1 + 2 (1 ; ) 1 + 2 ) juga merupakan elemen dari untuk 2 0 1].
t y t y D t t y y D
(t , y )
1 1
(t , y ) (t , y )
2 2 1 1
(t 2 , y 2 )
Tidak Konvek
Konvek
2 R2
Teorema 1.4.1 Teorema Lipschitz. Andaikata ( ) terde nisi dalam himpunan konvek 2 R 2 dan ada konstanta 0 dimana
D L > d f dy
( )
t y
untuk semua ( ) 2
t y
(1.3)
;1
1g dan ( ) adalah
f t y
fungsi kontinyu dalam D, kemudian bila f memenuhi sarat Lipschitz dalam variabel y maka masalah nilai awal
y
0
()= ( )
t f t y
y a
( )=
Contoh 1.4.1
= 1 + sin( )
t ty
2(
y1 y2
) sedmikian hingga
f t y2
); (
y2
f t y1 y1
)=
@ @y
f t
( ) = 2 cos( )
t t
Kemudian
f t y2
); (
f t y1
) = ( 2 ; 1) 2 cos( )
y y t t y y t t
jj (
f t y2
); (
f t y1
= 4jj 2 ; 1jj
y y
Degan demikian sarat Lipschitz terpenuhi yaitu jjf (t y1 ) ; f (t y2 )jj solusi tunggal.
jj 1 ; 2jj,
y y
Teorema 1.4.3 Teorema Picard. Suatu masalah nilai awal = ( ) ( 0) = , dimana adalah 0 mempunyai solusi tunggal = ( ) pada interval j ; 0 j
y
0
f x y
y x
a <
2.
@y @x
x0 y0
10
1. Kelompokkan persamaan diferensial dibawah ini kedalam PDB dan PDP. (a) (b) (c) (d) (e) (f) ini (a) (b) (c) (d) (e) (f) (g) (h)
@y @x d4 y dx4 d2 y dx2 d6 u dt6
2
@y @x dy dx
+ @y + @t +
d2 y dx2
xy
=5
dy dx
2
+
y
;3 =0
x
+ @y ; = 0 @t +
5
d2 y dx2
dy dx
; =2
x
+ @u + @u = 5 @y @z +
d2 y dx2
dy dx
dy dx
y = 7x
xe
x
5
+3 + + +
5 4
d2 y dx2
+5 =0
y
ysinx
=0
d5 u dt5
d2 u dt2
y dx
+ =2
t
x dy
=0 =0 + =2
t u
+ =
xsiny
d5 u dt5
dy dt
+(
cos t y
) =
y
dy ds
+ =
11
d3 y dx3 d2 y dt2
xtan
( )=0
xy
+ dy + ( dt
t
cos
( + 2)) =
t y
dy dt
te
=0
siny
cosec
(2 2 ; 2) =
s
3. Ulangilah soal nomor 2, tentukan sifat kehomgenan dari masing-masing soal tersebut 4. Selidikilah apakah solusi yang diberikan merupakan solusi dari persamaan diferensial berikut ini (a) (b) (c) (e)
y
00
+2 ;3 =0
y
0
y1 t
()=
t t
3t
y2 t
()=
ty
; =
y
y t
()=3 +
t
(4)
+4
00
(3)
+3 =
y
0
y1 t
t ()= 3
y2 t
()=
t2
t +3
(d) 2 2 + 3 ; = 0
t y ty y y
0
t >
;2 =1
ty
y t
()=
t2
Rt
0
0
e
;
y1 t
()= +
e
y2 t
()=
s2 ds
t2
5. Cermati apakah fungsi solusi dibawah ini merupakan solusi terhadap masalah nilai awal yang bersesuaian (a) (b) (c)
y
0
=;
(0) = 2
y
y x
( )=2
y
0
00
+4 =0
y y
0
(0) = 1
y
(0) = 0
y
0
y x
( )=
cos
(2 )
x e
;
00
+3 +2 =0
y
(0) = 0
(0) = 1
y x
( )=
2x
6. Periksalaha mana diantara soal berikut ini yang memenuhi teorema Lipschitz:
12 0
y t
1
t
(0) = 1
y
0 1
t
2 2
y
(0) = 0
2 2
(1) = 0
4t (d) ( ) = 1+3ty4
f t y
(0) = 1
dan tentukan besar konstanta Lipschitz dari masing-masing soal ini. 7. Selidiki apakah persamaan diferensial berikut ini mempunyai solusi tunggal pada interval yang memuat kondisi awal berikut (a) (b) (c) (d)
y
0
= ;1 ; 2
t
(0) = 0
y
= ;2 + ; =
e
;
(0) = 1
(1) = 3
y = ;x
(0) = 1
x0 y0
1 = (2 ; ) 3
x y
= (1 ;
0
; 2 2)
xy y
3 2
(d) 2
xy