Você está na página 1de 37

SISTEM KOMUNIKASI

ANALOG
MODUL # 3
AMPLITUDE MODULATION
Oct 15, 200

AMPLITUDE MODULATION
 Modulasi Amplitudo adalah salah satu cara yang
digunakan untuk mengirimkan signal
intelligence/signal pemodulasi/signal
audio/signal informasi/gelombang pemodulasi
menggunakan signal carrier/signal RF(Radio
Frequency) yang frekuensinya lebih tinggi
sehingga bisa ditransmisikan melalui ruang
hampa/udara sebagai gelombang radio.
 Kedua signal harus dicampur agar informasi bisa
dibawa oleh pembawa. Perlu proses
pencampuran yang benar agar signal yang
dihasilkan sesuai dengan keinginan.
Siskom
Analog 2
Oct 15, 200

AMPLITUDE MODULATION
 Mencampur 2 gelombang bisa dilakukan dgn menggunakan
Linear impedance atau Non linear impedance.
 Linear impedance akan menghasilkan gelombang yg tidak
tdk bisa dibedakan dgn gelombang carrier, oleh penerima.

Siskom
Analog 3
AMPLITUDE
Oct 15, 200

MODULATION
 Pengaruh Impedansi :
◦ LINEAR IMPEDANCE
◦ NON LINEAR IMPEDANCE
 Rangkaian Linear dan Non Linear Impedance
berperan penting pada proses modulasi melalui
heterodyning dua gelombang sinus.
 Generator gelombang sinus dgn kombinasi
impedansi, merupakan cikal bakal Modulasi
Amplitudo.

Siskom
Analog 4
Oct 15, 200

AMPLITUDE MODULATION
 Pencampurandengan mengunakan Non linear
impedance menghasilkan sbb:
 Komponen frekuensi DC.
 Signal masing-masing komponen awal.
 Komponen frekuensi jumlah dan selisih dari kedua komponen
frekuensi awal.
 Harmonik dari kedua frekuensi awal.

Siskom
Analog 5
Oct 15, 200

AMPLITUDE MODULATION
 Misal,fc 1 MHz, dimodulasi amplitudo oleh sinyal audio 5
KHz, maka komponen sinyal yang terbentuk :
1 MHz + 5KHz = 1.005.000 Hz, Upper side
1 MHz = 1.000.000 Hz, Frekuensi carrier.
1 MHz – 5 KHZ = 995.000 Hz, Lower side

 Jika sinyal pemodulasi bervariasi, maka didapat lebar pita


atas dan bawah. Misal, sinyal audio dr 200 Hz s/d 3 KHz,
maka komponen yg dihasilkan adalah :
1 MHz + 200 Hz = 1.000.200 Hz, batas bawah upper
side.
1 MHz + 3 KHz = 1.003.000 Hz, batas atas upper side.
1 MHz – 3 KHz = 997.000 Hz, batas bawah lower side.
1 MHz – 200 Hz = 999.800 Hz, batas atas lower side.
Siskom
Analog 6
Oct 15, 200

AMPLITUDE MODULATION

A
Bandwidth

20 -30.000 Hz

fi f c- fi fc f c+ f i f

997.000 – 9998.800Hz 1.000.200 – 1.003.000 Hz


1 MHz

Siskom
Analog 7
Oct 15, 200

AMPLITUDE MODULATION
 Amplitudo gelombang AM sama dengan puncak
amplitudo carrier Ec ditambah sinyal audio ei,
yaitu :
 Tapi

 Sehingga

 Nilaidari gelombang AM pada suatu waktu tertentu


adalah perkalian antara E dgn sin ωct, shg :

Siskom
Analog 8
Oct 15, 200

AMPLITUDE MODULATION
 Gel AM adalah produk dr 2 gel sinus. Dengan bantuan
trigonometri
 maka :

 dimana 1 = carrier, 2 = fc + fi, dan 3 = fc - fi


 Amplitudo dari sideband adalah mEc/2

Siskom
Analog 9
Oct 15, 200

AMPLITUDE MODULATION
 AM merupakan “linear
modulation” dimana spektrum
dr signal baseband langsung
diterjemahkan kedlm
sideband dikedua sisi
frekuensi carrier.
 Beberapa kekurangan AM :
◦ Hanya sebagian dr energy
signal AM yg membawa
informasi (sideband), sisanya
berupa carrier.
◦ Dua sideband yg sama berarti
pemborosan bandwidth.
◦ Hanya bisa diperkuat oleh
linear amplifier.
◦ Sangat rentan terhadap noise.
◦ Memerlukan C/I yg besar (30-
40dB), untuk menghindari
interferensi.
Siskom
Analog 10
AMPLITUDE Oct 15, 200

MODULATION

Siskom
Analog 11
Oct 15, 200

BANDWIDTH GEL. AM
 Gelombang carrier ideal hanya mengandung
frekuensi tunggal & menempati spektrum frekuensi
yg kecil. Ketika carrier dimodulasi amplitudo,
dihasilkan frekuensi sideband diatas & dibawah
frekuensi carrier, shg signal menggunakan porsi
spektrum yg besar. Besarnya space/ruang yg
dibutuhkan signal disebut BANDWIDTH dr signal.

 Bandwidth dr gel yg dimodulasi adalah fungsi dari


frekuensi yg terkandung dlm signal pemodulasi.
Contoh, ketika carrier 100 KHz dimodulasi oleh
audio 5 Khz, frekuensi sideband adalah 95 dan 105
KHz, shg perlu ruang sebesar10 KHz.
Siskom
Analog 12
Oct 15, 200

BANDWIDTH GEL. AM

A
Bandwidth

5 kHz

fi fc - f i f c fc + f i f

95 kHz 105 kHz


100 kHz

Siskom
Analog 13
Oct 15, 200

BANDWIDTH GEL. AM
 Jika
dimodulasi oleh audio 10 KHz maka sideband
muncul pd 90 & 110 KHz, perlu bandwidth 20 KHz.
Semakin besar frekuensi signal pemodulasi,
bandwidth juga jadi besar. Bandwidth gelombang yg
dimodulasi amplitudo adalah 2 kali frekuensi tertinggi.

Siskom
Analog 14
Oct 15, 200

BANDWIDTH GEL. AM
 Jika carrier 400 KHz dimodulasi oleh 3, 5, & 8 KHz,
maka sideband akan muncul pd 392, 395, 397, 403,
405, & 408 KHz. Bandwidth signal 16 KHz (392 s/d
408), = 2x frek pemodulasi tertinggi 8 KHz.
 Instrument musik menghasilkan gel suara kompleks,
mengandung banyak frekuensi. Misal piano
menghasilkan frekuensi 27 s/d 4.200 Hz dgn
frekuensi harmonik sepanjang 10 KHz. Frekuensi
pemodulasi sampai 15 KHz hrs dimasukan ke dlm
signal untuk mentransmisikan musik dgn High
Fidelity (HiFi), shg paling sedikit diperlukan
bandwidth 30 KHz untuk mengurangi atenuasi oleh
frekuensi harmonik.

Siskom
Analog 15
PERSENTASE MODULASI Oct 15, 200

AM
 Derajat modulasi dinyatakan dlm jumlah maksimum
modulasi yang diperbolehkan. Jadi gelombang yg
dimodulasi penuh dikatakan 100% dimodulasi.
 Pada 100% dimodulasi, tegangan audio puncak sama dgn
tegangan DC pd final power amplifier. Pada kondisi ini,
tegangan keluaran RF menjadi 0 pada puncak negatif dan
mencapai dua kali carrier pd puncak positif.

Siskom
Analog 16
PERSENTASE MODULASI Oct 15, 200

AM
 Modulation envelope terdiri dr tegangan carrier RF
+ tegangan kombinasi dr kedua sideband.
Tegangan kombinasi sideband sama dgn tegangan
carrier RF krn tiap frekuensi sideband mengandung
setengah tegangan carrier.

Siskom
Analog 17
PERSENTASE MODULASI Oct 15, 200

AM
 Kondisi Overmodulasi : kondisi dimana ketika signal di
demodulasi, bagian negative peak-nya menghasilkan
sesuatu yg mirip gelombang persegi, shg terjadi distorsi.
Overmodulasi menghasilkan frekuensi sideband yg tdk
diinginkan (unwanted sideband frequencies/SPURIOUS).
Jika unwanted frequencies muncul sekitar kanal yg
diinginkan maka disebut SPLATTER.

Siskom
Analog 18
PERSENTASE MODULASI Oct 15, 200

AM
 Kondisi 100% modulasi akan memberikan energi
maksimum ke sideband, tetapi muncul masalah dgn
spurious dan splatter. Untuk itu diperlukan persentase
modulasi yang mencukupi yaitu dibawah 100%.
 Untuk itu perlu ditentukan Faktor Modulasi (M) atau (m)
yaitu perbandingan besaran carrier RF dengan signal
audio sbb :

Siskom
Analog 19
PERSENTASE MODULASI Oct 15, 200

AM
 Misal, anggap suatu gelombang carrier dg peak
amplitude 400 volts dimodulasi oleh gelombang sinus
3 KHz dgn peak amplitude 200 volts. Faktor
modulasi-nya adalah :

 Jikafaktor modulasi dikali 100% maka didapat


Persentase Modulasi (%M):

Siskom
Analog 20
PERSENTASE MODULASI Oct 15, 200

AM
 Metode ini juga sgt berguna untuk menentukan
persentase modulasi menggunakan pola pd screen
oscilloscope. Contoh, misal oscilloscope terhubung
ke output dr modulator dan menghasilkan pola sbb:

Siskom
Analog 21
PERSENTASE MODULASI Oct 15, 200

AM
Setiap divisi besar pd sumbu vertikal sama dgn 200
volts, dan menurut setting itu, amplitudo puncak
carrier adalah 400 volt.

 Amplitude dr audio pemodulasi jg bisa didapatkan dr


variasi amplitudo dlm pola envelope. Variasi peak-
to-peak dlm amplitudo envelope (emax - e min) adalah
400 V. Maka amplitudo peak dr audio adalah 200
volts. Dengan menggunakan rumus diatas maka
didapatkan persentase modulasi yaitu 50%.

Siskom
Analog 22
MODULATOR & DETECTOR Oct 15, 200

AM Modulasi AM bisa dihasilkan dr



saturated amplifier, yaitu
superimpose modulating
waveform pd supply voltage dr
saturated amplifier.
 Demodulasi AM (deteksi) bisa
didapat menggunakan envelope
detector sederhana. Contoh,
half-wave rectifier, yaitu
deteksi “non-coherent” yg
bekerja dgn baik jk S/N > 10
dB.
 Demodulasi AM bisa didapat
juga dgn “coherent detector”.
Contoh signal yg datang di
campur/multiplied dgn carrier
dr lokal penerima.
Siskom
Analog 23
Oct 15, 200

PRINSIP PEMANCAR AM
 TransmitterAM dpt dibagi menjadi dua bagian
berdasarkan frekuensi operasinya :
◦ Unit Radio-frequency (RF). Untuk membangkitkan gelombang
pembawa RF (carrier).
◦ Unit Audio-frequency (AF).

Siskom
Analog 24
RANGKAIAN MODULATOR
Oct 15, 200

AM
Pembahasan meliputi :
◦ plate modulator,
◦ cathode and grid electron- tube modulators
◦ base, emitter, and collector transistor
modulators.

Siskom
Analog 25
Oct 15, 200

PLATE MODULATOR
 Plate modulation memungkinkan transmitter beroperasi
dgn efisiensi tinggi. Juga merupakan modulator paling
sederhana & sgt mudah diatur agar beroperasi dgn baik.
 Modulator terhubung ke plate circuit dr penguat RF
akhir melalui trafo modulasi. Untuk modulasi 100%,
modulator hrs menyediakan power yg cukup untuk
membuat tegangan plate dr penguat RF akhir berubah
antara “0” dan dua kali tegangan DC plate.
 Tabung modulator (V2) di perkuat bias shg beroperasi
pd class A. Penguat RF akhir (V1) di bias dlm porsi
nonlinear dr range operasinya (class C). Hal ini akan
menyediakan operasi V1 yg efisien dan menghasilkan
aksi heterodyning yg diperlukan antara carrier RF dan
frekuensi pemodulasi AF.
Siskom
Analog 26
Oct 15, 200

 Plate Modulator.

Siskom
Analog 27
Oct 15, 200

COLLECTOR INJECTION
 Merupakan ekivalen dr electron-tube AM plate
modulator, tapi tubenya diganti transistor, shg
rangkain transistor collector- injection modulator
sangat mirip dgn plate modulator.
 Mampu memberikan 100-percent modulation dgn
kemampuan penanganan power yg menengah/sedang.
 Pada gambar 1-47, terlihat carrier RF diberikan pada
base dr modulator Q1. Signal pemodulasi diberikan ke
collector, seri dgn tegangan supply collector melalui
T3.
 Output diambil dr secondary T2. Tanpa ada sinal
pemodulasi, Q1 bertindak sbg RF amplifier bagi
carrier. Jika ada signal yg pemodulasi, ia menambah
atau mengurangi tegangan supply collector.
Siskom
Analog 28
Oct 15, 200

COLLECTOR INJECTION

 Arus pulsa pada collector menyebabkan osilasi pd tank


circuit (C4 dan primary T2). Tank circuit ditala ke
frekuensi carrier. Selama perioda arus collector tinggi,
tank circuit berosilasi sgt kuat.
Siskom
Analog 29
Oct 15, 200

COLLECTOR INJECTION
 Ketika arus collector kecil, atau tdk ada sama
sekali, hanya sedikit atau tdk sama sekali energi
diberikan ke tank dan osilasi jadi lemah atau hilang.
 Maka, modulation envelope dikembangkan
sebagaimana dlm plate modulator. Semakin
berkembang tekbologi transistor, metode ini
menghasilkan power yg semakin besar, shg jadi
banyak digunakan krn signal pemodulasi bisa
diumpankan pd penguat RF akhir.
 Dengan demikian, memungkinkan kebanyakan
penguat RF dioperasikan pd class C agar efisiensi
maksimum.

Siskom
Analog 30
CONTROL-GRID Oct 15, 200

MODULATOR
 Jika diinginkan power AF
modulator kecil, maka
diperlukan bentuk low-
level modulation. Control-
grid Modulator banyak
digunakan pd perangkat
portable dan mobile untuk
mengurangi ukuran dan
power. Juga digunakan
pada pemancar television
dimana high-level atau
plate modulation sulit dan
mahal untuk pemacar TV.

Siskom
Analog 31
CONTROL-GRID Oct 15, 200

MODULATOR
 Control-grid modulator menggunakan variasi dr grid
bias (pd frek dr signal pemodulasi) untuk merubah
tegangan dan arus plate. Variasi ini menyebabkan
modulasi dr carrier.
 Carrier dimasukan melalui coupling capacitor Cc.
Frekuensi pemodulasi dimasukan seri dgn grid bias
melalui T1. Ketika signal pemodulasi naik dan turun
(positive and negative), ia akan menambah atau
mengurangi dr bias pd RF amplifier V1. Perubahan
dlm bias ini menyebabkan perubahan yg sebanding
dlm tegangan dan arus plate. Perubahan tegangan
dan arus dlm plate menambah carrier scr vektorial
dan menyediakan modulation envelope spt yg
diberikan oleh plate modulator.
Siskom
Analog 32
CONTROL-GRID Oct 15, 200

MODULATOR
Karena perubahan dlm rangkaian plate dr RF

amplifier dikontrol oleh perubahan grid bias, gain
dr tabung hanya memerlukan low-level modulating
signal. Bahkan jika input signals cukup rendah,
kadang kala tegangan puncak modulasi terjadi yg
membuat V1 saturasi shg terjadi distorsi.

Siskom
Analog 33
BASE-INJECTION Oct 15, 200

MODULATOR
 Prinsipnya sama dgn
control-grid modulator pada
electron-tube circuits.
Digunakan untuk
menghasilkan low-level
modulation dlm perangkat
yg beroperasi pd very low
power levels.
 Bias pd Q1 dibangun oleh
voltage divider R1 dan R2.
Dgn carrier input RF di T1,
dan tnp signal pemodulasi,
circuit berlaku sbg
standard RF amplifier.

Siskom
Analog 34
BASE-INJECTION Oct 15, 200

MODULATOR
 Ketikasignal pemodulasi dimasukan melalui C1, akan
dibangkitkan tegangan pada R1 yg menambah atau
mengurangi dr bias on Q1. Perubahan pd bias
merubah gain dr Q1, menyebabkan lebih banyak
atau lebih sedikit energy yg disupply ke collector
tank circuit.

 Tankcircuit membuat modulation envelope yaitu dgn


RF frequency dan AF modulating frequency
dicampur dlm collector circuit. Krn signal yg
diperlukan sgt rendah untuk menghasilkan modulasi,
maka sgt cocok untuk perankat kecil dan portable
spt "walkie-talkies“.
Siskom
Analog 35
Oct 15, 200

CHATODE MODULATOR
Juga merupakan low-level

modulator, biasa digunakan
ketika audio power terbatas
dan distorsi dr rangkaian grid-
modulated tdk diinginkan.
Cathode modulator merubah
teg cathode untuk
menghasilkan modulation
envelope.
 Krn seri dgn rangkaian grid &
plate, maka perubahan teg pd
cathode akan mempengaruhi
teg dr element tabung lainnya.
 Jika teg pd tabung dikontrol
dgn baik, maka cathode
modulator akan bekerja dgn
Siskom
efisiensi tinggi.
Analog 36
Oct 15, 200

EMITTER INJECTION
MODULATOR
 Merupakan ekivalen transistor
dr cathode modulator. Punya
karakteristik yg sama dgn
base-injection modulator.
 Merupakan extremely low-
level modulator yg sgt
berguna pd portable
equipment.
 Gain dr RF amplifier dirubah dgn merubah tegangan pd emitter.
yg disebabkan oleh injeksi signal pemodulasi kedlm rangkaian
emitter dr Q1.
 Modulating voltage menambah atau mengurangi dr transistor
biasing. Perubahan bias menyebabkan perubahan arus collector
dan menghasilkan aksi heterodyning. Modulation envelope dibuat
Siskom pd collector-tank circuit.
Analog 37

Você também pode gostar