Você está na página 1de 4

Alexandra Kollontai (1872-1952)

Lahir pada tahun 1872 dari keluarga pemilik tanah kayaraya, dan besar di Rusia serta Finlandia. Dia mempelajari banyak bahasa asing yang sangat berguna dalam aktivitas revolusioner selanjutnya. Mulai terlibat dalam aktivitas politik pada tahun 1894, ketika baru saja melahirkan anak. Awalnya dia membantu mengajar di sekolah sore bagi buruh-buruh St.Petersburg. Dengan aktivitasnya itu, mau tidak mau dia mulai terlibat dengan massa rakyat lalu mulai aktif juga sebagai anggota gerakan bawah tanah Political Red Cross, sebuah organisasi yang bertujuan untuk membela para tahanan politik. 1895 dia mendapatkan dan membaca buku karangan Bebel yang berjudul Perempuan dan Sosialisme (Die Frau und der Sozialismus) yang sangat mempengaruhi pemikirannya tentang pentingnya emansipasi perempuan. Sebenarnya dia mulai tertarik akan sosialisme ketika dia dan suaminya mengunjungi satu pabrik tekstil besar, dimana secara jelas kelihatan betapa buruknya kondisi kaum pekerja di sana. Setelah itu dia mulai belajar Marxisme dan ekonomi. Lalu mulai berusaha menjadi anggota perkumpulan yang didirikan Lenin, yaitu Perkumpulan Perjuangan untuk Pembebasan Klas Pekerja. Disinilah ia menemukan tempat yang tepat dan segera terlibat dalam aksi-aksi pemogokan buruh tekstil, membikin selebaran-selebaran dan mengumpulkan sumbangan untuk pemogokan-pemogokan tersebut. Sejak 1898 ia sepenuhnya sudah meyakini Marxisme. Dia lalu meninggalkan suaminya dan pergi ke luar negeri untuk belajar. (Mereka kemudian bercerai). Tahun 1899 dia kembali ke Rusia dan memulai kerja-kerja bawah tanah bersama dengan kaum Sosial Demokrat. 1905 mulai kampanye -- yang menempatkan dirinya sebagai salah satu tokoh penting dalam sejarah gerakan revolusioner -- tentang pentingnya pengorganisiran buruh perempuan Rusia untuk menuntut hak-hak mereka. Terinspirasi oleh Peristiwa Minggu Berdarah dan menjadi saksi betapa dashyatnya gelombang pemogokan di seluruh Rusia, dia menjadi yakin bahwa kaum buruh perempuan harus direkrut dan diorganisir untuk terlibat dalam perjuangan politik. Tahun 1907, untuk mewadahi keresahan-keresahan buruh perempuan, dia mendirikan sebuah organisasi perempuan yang pertama, St.Petersburg Society for Mutual Aid to Women Workers.

1908 sampai tahun 1917, dia dibuang ke pengasingan di luar Rusia. Dia aktif menjadi agitator untuk Partai Sosial Demokratik Jerman dan menjelang Perang Dunia I berkeliling ke Inggris, Denmark, Swedia, Belgia, dan Swiss. Selama dalam pengasingan mulai banyak terpengaruh oleh kaum reformis dari berbagai partai Sosial Demokrat Eropah. Kollontai bekerja bersama kaum Bolshevik sampai tahun 1906, kemudian bergabung dengan kaum Menshevik. Tapi perang dan pengkhianatan pimpinan-pimpinan kaum Sosial Demokrat menyebabkan ia kembali bergabung dengan kaum Bolshevik pada 1915. Dia menjadi pengikut setia Lenin. Pamfletnya yang berjudul Siapa Yang Butuh Perang? (Who Needs War?), yang disebar di prajurit-prajurit garis depan, diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa. Ketika Revolusi Februari gagal, Kollontai sedang berada di Norwegia. Dia menunda kepulangannya ke Rusia untuk menunggu artikel Lenin yang berjudul Surat dari Jauh (Letters From Afar), supaya sekaligus dapat dia bawa ke Rusia. Sesudah sampai di Rusia (19 Maret) dia segera bergabung bersama Shliapnikov (yang kemudian menjadi partnernya) dan Molotov yang beroposisi terhadap taktik kompromis Stalin dan Kamenev dengan Pemerintahan Sementara. Dia kemudian terpilih menjadi anggota Komite Eksekutif Sovyet Petrogard. Mulai kepulangan Lenin pada awal April1917, Kollontai memperlihatkan kesungguhan dan keseriusannya dalam mendukung slogan Seluruh Kekuasaan untuk Soviet (All Power to The Soviets). Pada tahun 1917 dia adalah salah seorang dari orator partai yang paling populer, yang berbicara tanpa henti dalam berbagai pertemuan-pertemuan kaum buruh, prajurit dan pelaut. Pada Kongres Partai bulan Juli, dia terpilih menjadi anggota penuh Komite Sentral dan ambil bagian dalam pertemuan Komite Sentral tanggal 23 Oktober yang memutuskan segera dimulainya Pemberontakan. Kollontai pernah menjabat Komisaris Kesejahteraan Umum dalam pemerintahan Soviet -- dialah menteri perempuan pertama di dunia. Dia juga memainkan peran aktif sebagai oposisi kiri dalam partai yang menentang Perjanjian BrestLitovsk dengan Jerman. Karena kasus ini dia gagal untuk dipilih kedua kalinya menjadi anggota penuh Komite Sentral; dia juga dipecat dari pemerintahan. Selama periode 1918 Kollontai aktif menjadi organiser dan agitator dan bulan November membantu menyelenggarakan Kongres Pertama Buruh dan Petani Perempuan Seluruh Rusia.

Sepanjang tahun 1919, meskipun diserang penyakit penyakit hati dan ginjal, Kollontai terus bekerja keras. Pada musim semi dan musim panas tahun itu dia bekerja sebagai agitator partai di Ukrania, dimana sedang timbul ketegangan antara kaum revolusioner dengan kaum kontra revolusi. Bulan November 1920, sesudah kematian Inessa Armand, Kollontai menjadi kepala Zhenotdel, sebuah departemen dalam partai yang khusus mengurusi masalah perempuan, yang didirikannya bersama Armand dan Krupskaya. Akhir tahun 1920 bergabung dengan Oposisi Buruh, yang memperlihatkan mulai adanya kecenderungan birokrasi di dalam partai dan negara, serta bersama Shliapnikov menjadi pimpinan terasnya. Pada Kongres ke 10 partai bulan Maret 1921 program-program yang diajukannya dianggap sebagai anarko-syndikalis. Tahun 1922 dia ditunjuk Stalin bekerja di luar Rusia yaitu menjadi perwakilan Soviet di Norwegia dan 1924-25 menjadi duta besar di sana -- dialah duta besar perempuan pertama di dunia. Dia selanjutnya menjabat duta besar di Meksiko, kembali ke Norwegia, dan terakhir di Swedia sampai masa pensiunnya tahun 1945. Meskipun dia dalam posisi berseberangan dan anti birokratisme, Kollontai tidak pernah menggabungkan diri dengan kubu oposan Trotskyst. Dia merasa bahwa beroposisi terhadap Stalinisme yang sedang berkuasa di USSR adalah sia-sia. Dia kemudian menghindar dari dunia politik dan berusaha menunjukkan kepatuhan pada aturan yang dibuat Stalin. Sebagaimana pengakuannya kepada seorang kawannya, "Saya telah meletakkan keyakinanku di sudut kesadaran yang akan muncul ketika ada kebijakan yang berusaha menindasku." Ketika teror kaum Stalinist menimpanya, juga kawankawannya kaum revolusioner selama bertahun-tahun, dia berusaha menyelamatkan diri. Pada tahun 1938, disamping Stalin dan yang mati secara alami lainnya, Kollontai adalah satu-satunya anggota Komite Sentral bulan Oktober 1917, yang tersisa tanpa lumuran darah. Bagi Stalin, dia adalah orang yang sangat mudah ditaklukkan tanpa kekerasan. Sebagai orang lama Bolshevik dan figur yang cukup populer dalam dunia internasional, dia bisa digunakan untuk menunjukkan kemajuan Soviet dalam masalah kebebasan perempuan. Kollontai meninggal tahun 1952, terlupakan, pemikirannya dikekang tapi masih terus mendukung Uni Sovyet. Dia menganggap adalah sia-sia berbicara tentang keburukan

pemerintahan Stalin ketika aroma kemenangan revolusi masih terasa. Dia menghibur diri dengan berpikir: "Semuanya akan hilang oleh waktu. Dan ide-ide yang humanistik akan selalu menang ... Kecenderungan garis reaksioner tidak akan mampu bertahan lama. Tidak akan pernah ! Sejarah telah membuktikan ini di banyak negara dan banyak masyarakat." Gerakan-gerakan pembebasan perempuan pada akhir 1960an dan 70an membawa kembali kenangan kepada perempuan yang luar biasa ini dimana dia berjuang begitu teguh untuk sosialisme dan pembebasan perempuan. **** Diterjemahkan dari Comrades in Arms, Bolshevik Women in the Russian Revolution, karangan Kathy Fairfax, hal 30-2, terbitan Resistance Books, Australia. Teks ini kami terima dari Forum Kiri. Hubungi: forum-kiri@iname.com. Kembali ke homepage

Você também pode gostar