Você está na página 1de 9

DEFINISI Batuk dalam bahasa latin disebut tussis adalah refleks yang dapat terjadi secara tibatiba dan

sering berulang-ulang yang bertujuan untuk membantu membersihkan saluran pernapasan dari lendir besar, iritasi, partikel asing dan mikroba. Batuk dapat terjadi secara sukarela maupun tanpa disengaja. Batuk merupakan suatu tindakan refleks pada saluran pernafasan yang digunakan untuk membersihkan saluran udara atas. Batuk kronis berlangsung lebih dari 8 minggu yang umum di masyarakat. Penyebab termasuk merokok, paparan asap rokok, dan paparan polusi lingkungan, terutama partikulat. ANATOMI DAN FISIOLOGI

Anatomi refleks batuk Pada epithelium saluran nafas (bronkus dan trakea) terdapat lapisan tipis mucus yang melapisi dan ia dibersihkan oleh gerakan sentripetal suatu escalator mukosiliar. Batuk bertindak membersihkan jalan nafas ketika terdapat terlalu banyak benda-benda asing yang terhirup, jika terdapat lendir dalam jumlah berlebihan atau pembersihan lendir terganggu, dan jika ada sejumlah besar substansi abnormaldi jalan nafas seperti cairan edema atau nanah. Refleks batuk dimulai dengan adanya stimulasi pada reseptor. Reseptor batuk termasuk golongan reseptor yang secara cepat beradaptasi terhadap adanya iritan. Terdapat ujung saraf yang berlokasi di dalam epithelium di hampir sepanjang saluran nafas. Ujung saraf itu paling banyak dijumpai pada dinding posterior trakea, pada karina, dan pada daerah percabangan saluran nafas utama. Di luar saluran nafas bawah, reseptor batuk dijumpai pada faring. Reseptor batuk ini dapat dipicu oleh adanya stimulus kimia maupun mekanis. Reseptor mekanis sensitif terhadap sentuhan dan perubahan. Mereka terkonsentrasi di laring, trakea, dan karina. Sedangkan reseptor kimia sensitif terutama pada adanya gas atau bau-bauan yang berbahaya. Reseptor ini terkonsentrasi di laring dan bronkus, dan

lebih sedikit di trakea. Meskipun kedua reseptor ini, mekanik maupun kimia, bisa menjadi kurang sensitif jika dipaparkan pada stimulasi yang berlanjut, reseptor mekanik beradaptasi lebih cepat. Mekanisme Batuk dapat dipicu secara refleks ataupun disengaja. Sebagai refleks pertahanan diri, batuk dipengaruhi oleh jalur saraf aferen dan eferen. Batuk diawali dengan inspirasi dalam diikuti dengan penutupan glotis, relaksasi diafragma, dan kontraksi otot melawan glotis yang menutup. Hasilnya akan terjadi tekanan positif pada intratoraks yang menyebabkan penyempitan trakea. Sekali glotis terbuka, perbedaan tekanan yang besar antara saluran nafas dan udara luar (atmosfir) bersama dengan penyempitan trakea akan menghasilkan aliran udara yang cepat melalui trakea. Kekuatan eksplosif ini akan menyapu sekretdan benda asing yang ada di saluran nafas. REFLEKS BATUK Refleks batuk terdiri dari 5 komponen utama; yaitu reseptor batuk, serabut saraf aferen, pusat batuk, susunan saraf eferen dan efektor. Batuk bermula dari suatu rangsang pada reseptor batuk. Reseptor ini berupa serabut saraf non mielin halus yang terletak baik di dalam maupun di luar rongga toraks. Yang terletak di dalam rongga toraks antara lain terdapat di laring, trakea, bronkus dan di pleura. Jumlah reseptor akan semakin berkurang pada cabang-cabang bronkus yang kecil, dan sejumlah besar reseptor didapat di laring, trakea, karina dan daerah percabangan bronkus. Reseptor bahkan juga ditemui di saluran telinga, lambung, hilus, sinus paranasalis, perikardial dan diafragma. Serabut aferen terpenting ada pada cabang nervus vagus, yang mengalirkan rangsang dari laring, trakea, bronkus, pleura, lambung dan juga rangsang dari telinga melalui cabang Arnold dari n. Vagus. Nervus trigeminus menyalurkan rangsang dari sinus paranasalis, nervus glosofaringeus menyalurkan rangsang dari faring dan nervus frenikus menyalurkan rangsang dari perikardium dan diafragma. Penyebab batuk Batuk dapat terjadi akibat berbagai penyakit/proses yang merangsang reseptor batuk. Selain itu, batuk juga dapat terjadi pada keadaan-keadaan psikogenik tertentu. Tentunya diperlukan pemeriksaan yang seksama untuk mendeteksi keadaan-keadaan tersebut. Dalam hal ini perlu dilakukan anamnesis yang baik, pemeriksaan fisik, dan mungkin juga pemeriksaan lain seperti laboratorium darah dan sputum, rontgen toraks, tes fungsi paru dan lain-lain.

Iritan : Rokok Asap SO2 Gas di tempat kerja Mekanik : Retensi sekret bronkopulmoner Benda asing dalam saluran nafas Postnasal drip Aspirasi Penyakit paru obstruktif : Bronkitis kronis Asma Emfisema Fibrosis kistik Bronkiektasis

Penyakit paru restriktif : Pnemokoniosis Penyakit kolagen Penyakit granulomatosa Infeksi : Laringitis akut Bronkitis akut Pneumonia Pleuritis Perikarditis Tumor : Tumor laring Tumor paru Psikogenik

MEKANISME BATUK Pada dasarnya mekanisme batuk dapat dibagi menjadi tiga fase, yaitu fase inspirasi, fase kompresi dan fase ekspirasi (literatur lain membagi fase batuk menjadi 4 fase yaitu fase iritasi, inspirasi, kompresi, dan ekspulsi). Batuk biasanya bermula dari inhalasi sejumlah udara, kemudian glotis akan menutup dan tekanan di dalam paru akan meningkat yang akhirnya diikuti dengan pembukaan glotis secara tiba-tiba dan ekspirasi sejumlah udara dalam kecepatan tertentu. Fase inspirasi dimulai dengan inspirasi singkat dan cepat dari sejumlah besar udara, pada saat ini glotis secara refleks sudah terbuka. Volume udara yang diinspirasi sangat bervariasi jumlahnya, berkisar antara 200 sampai 3500 ml di atas kapasitas residu fungsional. Penelitian lain menyebutkan jumlah udara yang dihisap berkisar antara 50% dari tidal volume sampai 50% dari kapasitas vital. Ada dua manfaat utama dihisapnya sejumlah besar volume ini. Pertama, volume yang besar akan memperkuat fase ekspirasi nantinya dan dapat menghasilkan ekspirasi yang lebih cepat dan lebih kuat. Manfaat kedua, volume yang besar akan memperkecil rongga udara yang tertutup sehingga pengeluaran sekret akan lebih mudah.

Gambar 1. Skema diagram menggambarkan aliran dan perubahan tekanan subglotis selama, fase inspirasi, fase kompresi dan fase ekspirasi batuk Setelah udara di inspirasi, maka mulailah fase kompresi dimana glotis akan tertutup selama 0,2 detik. Pada masa ini, tekanan di paru dan abdomen akan meningkat sampai 50 100 mmHg. Tertutupnya glotis merupakan ciri khas batuk, yang membedakannya dengan manuver ekspirasi paksa lain karena akan menghasilkan tenaga yang berbeda. Tekanan yang didapatkan bila glotis tertutup adalah 10 sampai 100% lebih besar daripada cara ekspirasi paksa yang lain. Di pihak lain, batuk juga dapat terjadi tanpa penutupan glotis.

Gambar 2. Fase Batuk

Kemudian, secara aktif glotis akan terbuka dan berlangsunglah fase ekspirasi. Udara akan keluar dan menggetarkan jaringan saluran napas serta udara yang ada sehingga menimbulkan suara batuk yang kita kenal. Arus udara ekspirasi yang maksimal akan tercapai dalam waktu 3050 detik setelah glotis terbuka, yang kemudian diikuti dengan arus yang menetap. Kecepatan udara yang dihasilkan dapat mencapai 16.000 sampai 24.000 cm per menit, dan pada fase ini dapat dijumpai pengurangan diameter trakea sampai 80%. KLASIFIKASI BATUK Batuk digolongkan menjadi tiga: 1. Batuk akut Adalah batuk yang terjadi dan berakhir kurang dari 3 minggu. Penyebab utama batuk akut adalah infeksi saluran nafas atas, seperti selesma, sinusitis bakteri akut, pertusis, eksaserbasi akut PPOK, rhinitis alergi, atau rhinitis karena iritan. Infeksi saluran nafas atas adalah penyebab utama batuk akut. 2. Batuk subakut Batuk yang terjadi selama 3-8 minggu. Untuk diagnosis batuk jenis ini direkomendasikan adanya pendekatan klinik berdasarkan terapi empiric dan uji lab terbatas. Penyebab yang paling umum adalah batuk pasca infeksi, sinusitis bakteri, atau asma. Batuk pasca infeksi adalah batuk yang dimulai bersamaan dengan ISPA yang tidak komplikasi dengan pneumonia dan umumnya dapat sembuh tanpa pengobatan. 3. Batuk kronis Batuk yang terjadi lebih dari 8 minggu dapat disebabkan oleh banyak penyakit yang berbeda, tetapi pada banyak kasus biasanya mengarah pada satu atau hanya sedikit diagnosis. Penelitian menunjukkan bahwa pada 95% pasien mengalami batuk kronis penyebabnya antara lain adalah post nasal drip, sinusitis, asma, penyakit refluks gastroesofageal (GERD), bronchitis kronis karena merokok, bronkiektasis, atau penggunaan obat golongan ACE I. 5% sisanya disebabkan oleh kanker paru, sarkoidosis, gagal jantung kanan, dan aspirasi karena disfungsi faring. Jika tidak ada penyebab fisik lain, batuk kronis juga bisa disebabkan oleh faktor psikologis. Berdasarkan ada tidaknya dahak, batuk dibedakan menjadi dua: 1. Batuk berdahak (batuk produktif) Sebaiknya tidak ditekan, karena penekanan dapat menyebabkan retensi sputum yang justru membahayakan, dapat menyebabkan obstruksi saluran nafas atau penyebaran infeksi. 2. Batuk kering (batuk non produktif) Dalam pengobatannya tidak dimaksudkan untuk mengeluarkan secret atau gangguan lain dari saluran pernafasan, batuk sebaiknya ditekan, apalagi bila sangat menganggu.

DIAGNOSIS BATUK

DIAGNOSIS DIFERENSIAL Batuk pada anak-anak bisa berupa refleks fisiologis yang normal atau karena penyakit yang mendasari. Pada anak-anak yang sehat mungkin normal tanpa adanya penyakit dapat ditemukan batuk sepuluh kali dalam sehari. Penyebab paling umum dari batuk subakut akut adalah infeksi saluran pernafasan virus. Pada orang dewasa dengan batuk kronis (> 8 minggu) lebih dari 90% kasus disebabkan oleh pasca tetes hidung, asma, bronkitis, dan penyakit refluks gastroesophageal. -

PENATALAKSANAAN Terapi non farmakologi Batuk akut dan subakut umumnya bisa sembuh dengan sendirinya, terapi non farmakologi yang diperlukan adalah - menghindari pemicu/perangsang batuk yang dapat dikenali, seperti merokok, makan makanan berminyak, dll. - minum air banyak-banyak cukup membantu agar kerongkongan tidak kering yang kadang dapat memicu batuk. Untuk batuk kronis, jika penyebabnya diketahui dan dapat dihindarkan, maka dilakukan penghinadran terhadap penyebabnya. Terapi farmakologi Pada batuk akut dan subakut digunakan obat-obat simptomatik untuk mengurangi gejala batuk. Macam-macam obat batuk adalah: 1. Antitusif Antitusif bekerja untuk menekan refleks batuk. Obat ini sesuai digunakan pada batuk jenis batuk kering dan tidak boleh digunakan pada batuk jenis batuk berdahak, karena dahak yang tertahan pada cabang trakeobronkial dapat menganggu ventilasi dan bisa meningkatkan kejadian infeksi. Contohnya obat ini adalah dekstrometorfan, noskapin, etilmorfin, kodein. Obat-obat ini merupakan derivate senyawa opioid sehingga memiliki efek samping konstipasi, sedatif, dll. Kodein : 10-20 mg setiap 4-6 jam jika perlu (tidak boleh lebih dari 120 mg/hari) 6-12 th: 5-10 mg setiap 4-6 jam jika perlu (tidak boleh lebih dari 60 mg/hari) 2-6 th: 0,25 mg/kg sampai 4xsehari Noskapin: 25 mg atau 5 ml sirup, setiap 8 jam 0-4 th: 1,25 ml 4-10 th: 2,5 ml 10-15 th: 3,75 ml setiap 8 jam Dekstrometorfan :10-20 mg tiap 4 jam atau 30 mg tiap 6-8 jam, maks 120 mg/hari 1mg/kg/hari dalam 3-4 dosis terbagi 2. Ekspektoran Ditujukan untuk merangsang batuk sehingga memudahkan pengeluaran dahak/ekspektorasi. Obat yang paling sering digunakan adalah gliseril guaikolat atau guaifenesin. 3. Mukolitik Golongan mukolitik bekerja menurunkan viskositas mucus/dahak, sehingga memudahkan ekspektorasi. Biasa digunakan pada kondisi dimana dahak cukup kental dan banyak, seperti penyakit paru obstruksi kronis (PPOK), asma, bronkiektasis, dan sistik fibrosis. Contoh mukolitik adalah N-asetilsistein, karbosistein, ambroksol,

bromheksin, dan mesistein. Asetilsistein : 200 mg, 3x sehari 100 mg, 3x sehari Karbosistein: Awal; 750 mg, 3x sehari, kemudian: 1,5 g sehari dosis terbagi 2-5 th: 65,5-125 mg, 4x sehari 6-12 th: 250 mg, 3 x sehari Ambroksol HCl: 60 mg, 2x sehari 6-12 th: 30 mg, 2-3x sehari 2-6 th: 15 mg, 3x sehari Bromheksin: 8 mg, 3-4x sehari > 10 th: 8 mg, 3x sehari 3-10 th: 4 mg, 3x sehari

KOMPLIKASI Komplikasi tersering adalah keluhan non spesifik seperti badan lemah, anoreksia, mual dan muntah. Mungkin dapat terjadi komplikasi-komplikasi yang lebih berat, baik berupa kardiovaskuler, muskuloskeletal atau gejala-gejala lain. Pada sistem kardiovaskuler dapat terjadi bradiaritmia, perdarahan subkonjungtiva, nasal dan di daerah anus, bahkan ada yang melaporkan terjadinya henti jantung. Batuk-batuk yang hebat juga dapat menyebabkan terjadinya pneumotoraks, pneumomediastinum, ruptur otot-otot dan bahkan fraktur iga. Komplikasi yang sangat dramatis tetapi jarang terjadi adalah Cough syncopeatau Tussive syncope. Keadaan ini biasanya terjadi setelah batuk-batuk yang paroksismal dan kemudian penderita akan kehilangan kesadaran selama 10 detik. Cough syncope terjadi karena peningkatan tekanan serebrospinal secara nyata akibat peningkatan tekanan intratoraks dan intraabdomen ketika batuk.

Você também pode gostar