'Pengaruh Modalitas belajar 1erhadap Hasil Belajar Matematika Siswa
Kelas JIII SMP Aegeri 4 1ungkal Ulu 1ahun Ajaran 21/211"
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Proses pendidikan terarah pada peningkatan penguasaan pengetahuan, kemampuan keterampilan, pengembangan sikap dan nilai-nilai dalam rangka pembentukan dan pengembangan diri. Dalam rangka mencapai proses pendidikan yang terarah adalah melalui lembaga pendidikan Iormal seperti sekolah ataupun perguruan tinggi. Melalui lembaga pendidikan setiap orang dapat meningkatkan potensi yang ada dalam dirinya, untuk meningkatkan potensi tersebut seseorang harus bisa mencapai sebuah prestasi yang sesuai dengan bidang keahliannya. Peningkatan prestasi yang sesuai dengan bidang keahlian dapat dicapai dengan meningkatkan sebuah prestasi belajar. Peningkatan sebuah prestasi yang memuaskan serta tercapainya tujuan pendidikan adalah harapan bagi setiap siswa yang mengikuti proses pendidikan. Tugas siswa untuk mencapai prestasi dan tujuan pendidikan adalah melalui kegiatan belajar. Kegiatan belajar yang berlangsung dengan baik akan membantu tercapainya sebuah prestasi yang memang sesuai dengan potensi dan keahlian yang dimiliki. Beberapa aspek keahlian yang harus dikuasai oleh mahasiswa adalah keahlian dalam aspek kognitiI, aIektiI dan psikomotor Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan. Matematika adalah suatu bidang ilmu yang melatih penalaran supaya berpikir logis dan sistematis dalam menyelesaikan masalah dan membuat keputusan. Mempelajarinya memerlukan cara tersendiri karena matematika pun bersiIat khas yaitu abstrak, konsisten, hierarki, berpikir deduktiI . Sementara itu siswa dalam suatu kelas mempunyai karakteristik yang beragam, seperti kemampuan kognitiI, kondisi sosial ekonomi, dan minat terhadap matematika.. Dengan mengetahui kekhasan matematika dan karakteristik siswa, dapat diupayakan cara-cara yang sesuai dengan pembelajarannya sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai, baik segi kognitiI, eIektiI maupun psikomotorik. Dari hasil observasi awal penulis di SMP Negeri 4 Tungkal Ulu didapat data bahwa hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 4 Tungkal Ulu sudah cukup baik. Hal itu terlihat dari nilai ujian semester II, dimana lebih dari 60 siswa tuntas dalam kegiatan belajar dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 60. Dari hasil pengamatan dan wawancara tersebut penulis tertarik melakukan penelitian untuk melihat apakah hasil belajar yang cukup baik itu dipengaruhi oleh Modalitas Belajar siswa yang baik pula dan seberapa besar Modalitas Belajar siswa menentukan keberhasilan siswa dalam belajar. Modalitas belajar adalah karakteristik dan preIerensi atau pilihan individu untuk mengumpulkan inIormasi, menaIsirkan, mengorganisasi, merespon, dan memikirkan inIormasi yang diterima (Zaini , 2002:54). Dalam kegiatan belajar, siswa sangat perlu dibantu dan diarahkan untuk mengenali tipe belajar yang sesuai dengan dirinya sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai secara eIektiI. Menurut Deporter (2003:85), terdapat 3 tipe dalam belajar yaitu tipe visual, auditori dan kinestetik. Tipe visual belajar melalui apa yang mereka lihat, tipe auditori belajar dengan cara mendengar dan tipe kinestetik belajar dengan gerak, bekerja dan menyentuh. Meskipun sebagian besar orang memiliki potensi untuk kecenderungan utama terhadap salah satu tipe belajar yang berperan sebagai Iilter dalam pembelajaran (Blander dan Grinder dalam de Porter, 2003:85). Setiap orang belajar dengan cara yang berbeda-beda dan semua cara sama baiknya. Kenyataannya, kita semua memiliki gaya belajar hanya saja biasanya satu gaya mendominasi. Menurut Bandler dan Grinder dalam Bobbi De Porter (2000:85) Meskipun kebanyakan orang memiliki akses ke ketiga modalitas visual, auditorial, dan kinestetik hampir semua orang cenderung pada salah satu modalitas belajar. Menurut Markova dalam Bobbi De Porter (2000:85) yang berperan sebagai saringan untuk pembelajaran, pemrosesan dan komunikasi orang tidak cenderung pada satu modalitas, mereka juga memanIaatkan kombinasi modalitas tertentu yang memberi mereka bakat dan kekurangan alami tetentu. Berdasarkan hal tersebut maka bisa dikatakan bahwa setiap individu adalah unik artinya memiliki perbedaan antara yang satu dengan yang lain, dalam hal belajar masing-masing individu akan memiliki karakteristik cara belajar. Menurut psikolog Zainun Mu`tadin (2002:1) Berdasarkan kemampuan yang dimiliki otak dalam menyerap, mengelola, dan menyampaikan inIormasi, maka cara belajar individu dapat dibagi dalam 3 (tiga) kategori. Ketiga kategori tersebut adalah cara belajar visual, auditorial, dan kinestetik yang ditandai dengan ciri ciri perilaku tertentu. Pengkategorian ini tidak berarti bahwa individu hanya memiliki salah satu karakteristik cara belajar tertentu sehingga tidak memiliki karakteristik cara belajar yang lain. Pengkategorian ini hanya merupakan pedoman bahwa individu memiliki salah satu karakteristik yang paling menonjol sehingga memudahkannya untuk menyerap pelajaran. Beberapa riset dalam literatur pendidikan menyatakan bahwa menggunakan strategi visual dalam pengajaran akan meningkatkan derajat pemahaman pelajaran (Stokes, 2002:3). Selain itu, penelitian sebelumnya yang terkait dengan hal ini juga telah dilakukan oleh Dryden & Voss dalam Tim Peneliti Balitbang Diknas (2008:9) yang mengatakan bahwa kita belajar 10 dari yang kita baca, 20 dari yang kita dengar, 30 dari yang kita lihat, 50 dari yang kita lihat dan dengar, 70 dari yang kita ucapkan, dan 90 dari yang kita ucapkan dan kerjakan. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul 'Pengaruh Modalitas belajar 1erhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas JIII SMP Aegeri 4 1ungkal Ulu 1ahun Ajaran 21/211"
.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka rumusan masalahnya adalah: 1. Bagaimanakah modalitas belajar yang dimiliki siswa kelas VIII SMP Neger 4 Tungkal Ulu T.A 2010/2011? 2. Apakah terdapat pengaruh yang signiIikan antara modalitas belajarsiswa terhadap hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP Neger 4 Tungkal Ulu T.A 2010/2011?
.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui modalitas belajar yang dimiliki siswa kelas VIII SMP Negeri 4 Tungkal Ulu T.A 2010/2011. 2. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh yang signiIikan antara modalitas belajar siswa dengan hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 4 tungkal ulu T.A 2010/2011.
.4 Manfaat Penelitian Adapun manIaat dari penelitian ini adalah: 1. Dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi guru khususnya guru bidang studi matematika dalam rangka meningkatkan mutu belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 4 tungkal Ulu. 2. Sebagai inIormasi tambahan bagi sekolah tentang modalitas belajar yang dimiliki siswa kelas VIII SMP Negeri 4 Tungkal Ulu. 3. Dengan diketahuinya modalitas belajar siswa dan pengaruhnya terhadap hasil belajar, pihak sekolah dan guru kiranya dapat mengetahui modalitas belajar yang dimiliki siswa sehingga bisa memberikan metode belajar yang sesuai dengan modalitas belajar siswa tersebut, sehingga bisa mendongkrak hasil belajar siswa.
.5 Ruang Lingkup Dan Pembatasan Masalah Agar tidak terjadi penaIsiran yang berbeda-beda maka peneliti membatasi permasalahan yang akan dibahas yaitu: 1. Modalitas belajar yang diteliti dalam penelitian ini adalah gaya/tipe belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 4 tungkal Ulu dalam menyerap, mengatur inIormasi atau pelajaran dengan indikator Visual, Auditori, dan Kinestetik. 2. Hasil belajar yang dimaksud pada penelitian ini adalah hasil belajar matematika yang diperoleh dari nilai ujian mid semester.
.6 Hipotesis Penelitian Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah: terdapat pengaruh yang signiIikan antara modalitas belajar siswa terhadap hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 4 Tungkal Ulu.
.7 Defenisi Opersional 1. Modalitas belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah gaya belajar yang dimiliki oleh setiap individu yang merupakan cara termudah dalam menyerap, mengatur dan mengolah inIormasi. Dalam hal ini inIormasi tersebut berupa pelajaran yang diberikan oleh guru kepada siswanya. 2. Hasil belajar matematika adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan pada individu sebagai hasil dari aktivitas belajar mata pelajaran matematika yang biasanya dinyatakan dengan angka dan/atau huruI.
BAB II KA1IAN PUSTAKA
. kajian tentang Belajar 2.. Defenisi Belajar Belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku seseorang sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku (Slameto, 2003). Menurut Witherington dalam Dalyono (2005:43), belajar merupakan perubahan dalam kepribadian, yang dimaniIestasikan sebagai pola-pola respon yang baru yang berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan. Dengan demikian, belajar pada dasarnya ialah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman (Witherington dalam Dalyono, 2005:67). Biggs dalam Syah (2006:87) mendeIenisikan belajar dalam tiga macam rumusan, yaitu : Rumusan kuantitatiI, institusional, dan kualitatiI. Rumusan kuantitatiI mengartikan belajar sebagai kegiatan pengisian atau pengembangan kemampuan kognitiI dengan Iakta sebanyak-banyaknya. Secara institusional maksudnya, belajar dipandang sebagai proses validasi terhadap penguasaan siswa atas materi yang telah ia pelajari. Dalam rumusan kualitatiI, diIokuskan pada tercapainya daya pikir dan tindakan yang berkualitas untuk memecahkan masalah-masalah yang kini dihadapi siswa (Syah, 2006:87).
..2 Prinsip-prinsip belajar Beberapa prinsip yang penting dalam proses belajar menurut Dalyono (2005:56), yaitu : a. Kematangan jasmani dan rohani Salah satu prinsip utama belajar adalah harus mencapai kematangan jasmani dan rohani sesuai dengan tingkatan yang dipelajarinya. Kematangan jasmani yaitu telah sampai pada batas minimal umur serta kondisi Iisiknya telah cukup kuat untuk melakukan kegiatan belajar. Kematangan rohani artinya telah memiliki kemampuan secara psikologis untuk melakukan kegiatan belajar, misalnya kemampuan berIikir, ingatan, Iantasi dan sebagainya. b. Memiliki kesiapan Setiap orang yang hendak melakukan kegiatan belajar harus memiliki kesiapan yakni dengan kemampuan yang cukup baik Iisik, mental maupun perlengkapan belajar. Kesiapan Iisik berarti memiliki tenaga cukup dan kesehatan yang baik, sementara kesiapan mental, memiliki minat dan motivasi yang cukup untuk melakukan kegiatan belajar. Belajar tanpa kesiapan Iisik, mental dan perlengkapan akan banyak mengalami kesulitan, akibatnya tidak memperoleh hasil belajar yang baik. c. Memahami tujuan Setiap orang yang belajar harus memahami apa tujuannya, kemana arah tujuan itu dan apa manIaat bagi dirinya. Prinsip ini sangat penting dimiliki oleh orang belajar agar proses belajar yang dilakukannya dapat cepat selesai dan berhasil. d. Memiliki kesungguhan Belajar tanpa kesungguhan akan memperoleh hasil yang kurang memuaskan. Selain itu akan banyak waktu dan tenaga yang terbuang dengan percuma. Sebaliknya, belajar dengan sungguh-sungguh dan tekun akan memperoleh hasil yang maksimal dan penggunaan waktu yang lebih eIektiI. e. Ulangan dan latihan Prinsip yang tak kalah penting adalah ulangan dan latihan. Sesuatu yang dipelajari perlu di ulang agar meresap dalam otak, sehingga dikuasai sepenuhnya dan sukar dilupakan. Mengulang pelajaran adalah salah satu cara untuk membantu berIungsinya ingatan.
2.2 Hasil Belajar Hasil belajar ialah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar. Sehingga dapat dikatakan orang yang belajar akan mengalami perubahan dan memperoleh suatu hasil belajarnya (Bakar, 2000:24). Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa setelah melalui kegiatan belajar (Abdurrahman, 2003:45). Hasil belajar merupakan akibat yang ditimbulkan dari suatu proses pembelajaran siswa atau sesuatu yang menjadi milik siswa sebagai implikasi dari kegiatan belajar yang dilakukan. Prestasi belajar adalah hasil dari proses belajar siswa sesuai dengan tujuan instruksional yang menyangkut isi pelajaran dan perilaku yang diharapkan dari siswa. Sudjana (2006:22), menyatakan bahwa hasil belajar yang telah dicapai siswa dikategorikan menjadi tiga bidang yaitu bidang kognitiI, bidang aIektiI, dan bidang psikomotorik. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar matematikanya atau dapat dikatakan bahwa hasil belajar matematika adalah perubahan tingkah laku dalam diri siswa, yang diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan, tingkah laku, sikap dan keterampilan setelah mempelajari matematika. Perubahan tersebut diartikan sebagai terjadinya peningkatan dan pengembangan ke arah yang lebih baik dari sebelumnya.
2.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Dalam kegiatan belajar, banyak Iaktor yang dapat mempengaruhi hasil dan prestasi belajar siswa. Menurut Slameto (2003:54), Iaktor yang mempengaruhi belajar siswa yang sangat mempengaruhi hasil belajar siswa ditentukan oleh: 1. Faktor-Iaktor yang ada pada siswa (Iaktor internal), yaitu Iaktor yang timbul dari dalam diri siswa itu sendiri, seperti: a. TaraI intelegensi (tingkat kecerdasan) b. Bakat khusus c. TaraI pengetahuan yang dimiliki d. TaraI kemampuan berbahasa e. TaraI organisasi kognitiI I. Motivasi g. Kepribadian h. Perasaan i. Sikap j. Minat k. Konsep diri l. Kondisi Iisik dan psikis (kesehatan Iisik dan mental) 2. Faktor-Iaktor yang ada pada lingkungan keluarga a. Cara mendidik orang tua b. Suasana keluarga c. Pengertian orang tua d. Keadaan sosial ekonomi keluarga e. Latar belakang kebudayaan 3. Faktor-Iaktor yang ada di lingkungan sekolah a. Guru: kepribadian guru, sikap guru terhadap siswa, keterampilan didaktik, serta gaya dan metode mengajar. b. Kurikulum c. Organisasi sekolah d. Sistem sosial di sekolah e. Keadaan Iisik sekolah dan Iasilitas pendidikan I. Hubungan sekolah dengan orang tua lokasi sekolah 4. Faktor-Iaktor pada lingkungan sosial yang lebih luas a. Keadaan sosial, politik, dan ekonomi b. Keadaan Iisik: cuaca dan iklim Komponen modalitas belajar yang dimiliki siswa termasuk kedalam Iaktor intern dalam hal ini Iaktor psikologis yang mempengaruhi hasil belajar siswa.
2.3 Modalitas Belajar Modalitas berarti gaya atau tipe. Maka modalitas belajar seseorang merujuk kepada gaya atau tipe belajarnya. Modalitas belajar (learning styles) juga merujuk kepada cara interaksi individu dengan sistem pesan atau rangsangan kemudian memproses dan menganalisa pesan tersebut di dalam otak untuk dijadikan pengetahuan. Setiap orang mempunyai gaya pembelajaran yang tersendiri yang berbeda secara individu seperti mana sidik jari (Gremli dalam Zakaria, 2007 :1). Modalitas belajar merupakan satu konsep yang paling penting dan perlu diberi tumpuan dalam aspek pendidikan di sekolah karena ia merupakan Iaktor utama membentuk seseorang individu. Pelajar merupakan seseorang individu yang unik dan berbeda di antara satu sama lain walaupun mereka berada dalam tahap pembelajaran yang sama. Perbedaan individu ini merangkumi dari aspek pemikiran, umpan balik, minat, kecenderungan, pencapaian dan pemahaman. Justru, pelajar-pelajar ini mempunyai gaya yang tersendiri untuk menerima serta menggunakan rangsangan dalam proses pembelajaran. Pendekatan yang diambil oleh setiap pelajar adalah dengan menurut tanggapan subjektiI mereka terhadap kehendak pengajar atau konteks pembelajarannya. Modalitas belajar merupakan gaya belajar yang dimiliki oleh setiap individu yang merupakan cara termudah dalam menyerap, mengatur dan mengolah inIormasi (DePotter dan Hernachi, 2003 : 72). Sedangkan menurut Zaini dalam Sundari (2009 : 2) Modalitas belajar adalah karakteristik dan preIerensi atau pilihan individu untuk mengumpulkan inIormasi, menaIsirkan, mengorganisasi, merespon, dan memikirkan inIormasi yang diterima. Gremli dalam Zakaria (2007 :2 ) pula menyatakan bahawa modalitas belajar melibatkan aspek-aspek personaliti, pemprosesan pesan, interaksi sosial, kecenderungan terhadap garis panduan, tumpuan perhatian terhadap sesuatu yang baru, unik dan terdapatnya kelainan dalam diri individu. Modalitas belajar yang bersesuaian dengan diri seseorang individu adalah salah satu penentuan kearah kecekapan dan kebolehan mengasimilasikan ilmu yang dipelajari dengan cemerlang dan berkesan. Gaya pembelajaran yang sesuai penting untuk meningkatkan pencapaian akademik pelajar (Chambers dalam zakaria, 2007 :3 ). Chambers berpendapat bahwa pelajar harus menggunakan gaya pembelajaran sebagai kekuatan mereka dalam bidang akademik. Hal ini karena gaya yang bersesuaian dengan ciri-ciri pembelajaran akan menyebabkan pelajar di semua peringkat lebih bermotivasi dan seterusnya akan meningkatkan pencapaian akademik. Sebagai tambahannya, Dunn & Dunn dalam Zakaria (2007 : 3) menyatakan bahawa apabila kaedah, sumber dan program dipadankan dengan siIat-siIat gaya belajar pelajar, maka pencapaian akademik dan sikap pelajar akan meningkat. Sebaliknya, jika padanan di antara pengajaran dan pembelajaran tidak sesuai, maka pencapaian akademik dan sikap juga turut merosot. Prestasi akademik yang cemerlang merupakan penentuan pemahaman seseorang terhadap proses pembelajaran. Secara tidak langsung, pencapaian ini akan menentukan masa depan yang lebih gemilang. Oleh itu, untuk merealisasikan hasrat tersebut, suasana pembelajaran yang kondusiI adalah amat penting. Masyarakatekarang begitu menitikberatkan pencapaian akademik kerana keputusan akademik yang cemerlang menjadi tolok ukur kepada masa depan seseorang pelajar (Amina Noor dalam Zakaria, 2007 : 4). Menurut Griggs dalam Zakaria(2007 : 4), penggunaan modalitas belajar yang betul adalah amat penting untuk meningkatkan keputusan akademik. Pencapaian ini yang akan membuktikan sejauh mana modalitas belajar seseorang pelajar berhasil atau tidak. Peningkatan dan penurunan pencapaian akademik pelajar sebenarnya sangat berkait rapat dengan proses belajar mengajar di dalam kelas. Secara ilmiah diketahui bahwa dalam hal penyerapan inIormasi, manusia dibagi menjadi 3 jenis, yaitu : 1. Manusia visual, dimana ia akan secara optimal menyerap inIormasi yang dibacanya/dilihatnya. 2. Manusia auditori, dimana inIormasi yang masuk melalui apa yang didengarnya akan diserap secara optimal. 3. Manusia kinestetik, dimana ia akan sangat senang dan cepat mengerti bila inIormasi yang harus diserapnya terlebih dahulu 'dicontohkan atau ia membayangkan orang lain melakukan hal yang akan dipelajarinya (Susanto, 2006:48). Hal ini sejalan dengan pendapat DePorter (2004) yang mengatakan bahwa terdapat tiga macam modalitas (tipe) belajar yang digunakan oleh seseorang dalam pembelajaran, pemrosesan inIormasi, dan komunikasi, yaitu : 1. Visual Orang visual belajar melalui apa yang mereka lihat. Warna, hubungan ruang, potret mental dan gambar menonjol dalam modalitas ini. Adapun beberapa ciri orang dengan tipe belajar visual, yaitu : a. Rapi, teratur, memperhatikan segala sesuatu dan menjaga penampilan b. Berbicara dengan cepat c. Perencana dan pengatur jangka panjang yang baik d. Pengeja yang baik dan dapat melihat kata-kata yang sebenarnya dalam pikiran mereka e. Lebih mengingat apa yang dilihat daripada yang didengar I. Mengingat dengan asosiasi visual g. Mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis dan sering meminta orang lain untuk mengulangi ucapannya. h. Lebih suka membaca daripada dibacakan dan pembaca yang cepat i. Mencoret-coret tanpa arti selama berbicara di telepon atau dalam rapat j. Lebih suka melakukan demonstrasi daripada berpidato k. Lebih menyukai seni daripada musik l. Sering menjawab pertanyaan dengan jawaban yang singkat ya atau tidak m. Mengetahui apa yang harus dikatakan, tetapi tidak pandai memilih kata-kata yang tepat n. Biasanya tidak terganggu dengan keributan 2. Auditori Tipe auditori belajar melalui apa yang mereka dengar. Modalitas ini mengakses segala jenis bunyi dan kata. Musik, irama, dialog internal dan suara menonjol pada tipe auditori. Seseorang yang sangat auditori memiliki ciri-ciri sebagai berikut : a. Suka berbicara kepada diri sendiri saat bekerja b. Perhatiannya mudah terpecah dan mudah terganggu oleh keributan c. Menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca d. Senang membaca dengan keras dan mendengarkan e. Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, perubahan dan warna suara I. Merasa kesulitan untuk menulis dan lebih suka mengucapkan secara lisan g. Berbicara dalam irama yang terpola h. Lebih suka musik daripada seni i. Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan daripada yang dilihat j. Suka berbicara, suka berdiskusi dan menjelaskan sesuatu dengan panjang lebar k. Lebih suka gurauan lisan daripada membaca komik l. Mempunyai masalah dengan pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan visualisasi, seperti memotong bagian-bagian hingga sesuai satu sama lain m. Lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya n. Biasanya pembicara yang Iasih
3. Kinestetik Orang dengan tipe kinestetik belajar malalui gerak, emosi dan sentuhan. Modalitas ini mengakses pada gerakan, koordinasi, irama, tanggapan emosional, dan kenyamanan Iisik. Ciri-ciri orang dengan tipe belajar kinestetik yaitu : a. Berbicara dengan perlahan b. Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka saat berbicara c. Berdiri berdekatan saat berbicara dengan orang d. Selalu berorientasi pada Iisik dan banyak bergerak e. Belajar melalui memanipulasi dan praktik I. MenghaIal dengan cara berjalan dan melihat g. Menggunakan jari sebagai penunjuk ketika membacah. Banyak menggunakan isyarat tubuh h. Tidak dapat diam untuk waktu yang lama i. Tidak dapat mengingat geograIis, kecuali jika mereka memang telah pernah berada di tempat itu. j. Menyukai permainan yang menyibukkan k. Mencerminkan aksi dengan gerakan tubuh saat membaca, suka mengetuk-ngetuk pena, jari, atau kaki saat mendengarkan l. Ingin melakukan segala sesuatu m. Kemungkinan tulisannya jelek Selain ketiga modalitas belajar tersebut, DePorter juga mengatakan bahwa ada tipe campuran dari tiga tipe belajar diatas, misalnya Auditori-visual atau Visual-kinestetik atau bisa ketiga-tiganya tapi biasanya satu modalitas belajar lebih mendominasi.
2.4 Kaitan Antara Modalitas Belajar dengan Hasil Belajar Matematika Modalitas belajar sangat diperlukan dalam pembelajaran karena dengan modalitas kita dapat menyerap, lalu mengatur dan mengolah inIormasi yang didapat dari belajar. Di dalam modalitas belajar belajar terdapat komponen yang sangat diperlukan oleh siswa karena meyerap dan mengatur serta mengolah inIormasi pembelajaran. Hal ini tentunya sangat mempengaruhi hasil dari kegiatan belajar siswa ke arah yang positiI. Melalui modalitas belajar siswa dapat menentukan gaya belajar yang mana sesuai dengan karakteristik masing-masing. Modalitas belajar merupakan gaya belajar yang dimiliki oleh setiap individu yang merupakan cara termudah dalam menyerap, mengatur dan mengolah inIormasi yang terdiri dari modalitas visual, modalitas auditori, modalitas kinestetik (DePotter dan Hernachi, 2003: 72) Proses pembelajaran sekarang bukanlah pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centered) melainkan pembelajaran harus berpusat pada siswa (student centered). Perubahan ini diharapkan dapat mendorong siswa untuk terlibat secara aktiI dalam membangun pengetahuan, sikap, dan perilaku. Dalam pembelajaran yang berpusat pada siswa, maka siswa memperoleh kesempatan dan Iasilitas untuk membangun sendiri pengetahuannya sehingga mereka akan memperoleh pemahaman yang mendalam (deep learning) dan pada akhirnya dapat meningkatkan mutu kualitas siswa yang akan berdampak terhadap peningkatan hasil belajar siswa. Seperti yang telah dijabarkan sebelumnya bahwa Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan. Matematika adalah suatu bidang ilmu yang melatih penalaran supaya berpikir logis dan sistematis dalam menyelesaikan masalah dan membuat keputusan dan membuat keputusan. Mempelajarinya juga membutuhkan gaya belajar tersendiri karena matematika bersiIat abstrak, konsisten, hierarki, berpikir deduktiI. Semua gaya belajaar yang dibutuhkan dalam mempelajari matematika terdapat dalam komponen modalitas belajar sehingga terlihat jelas kaitan modalitas belajar dengan hasil belajar matematika.