Você está na página 1de 5

Anamnes|s ke[ang demam

Beberapa hal yang perlu diketahui dokter melalui anamnesis pada kasus ini adalah
~ Riwayat imunisasi
~ Riwayat trauma
~ Riwayat kejang sebelumnya (ada pada Jeng Kelin)
~ Riwayat kejang dalam keluarga (ada pada jeng Kelin (kakak perempuannya))
~ Kelainan neurologist (tidak ada gangguan neurologis setelah kejang menyingkirkan
dugaan epilepsy)
~ Frekuensi, lama, bentuk/tipe, siIat, interval, kondisi ictal-interictal-postictal
enata|aksanaan ke[ang demam
a. Penanganan Pada Saat Kefang
Apabila datang dalam keadaan kejang obat yang paling cepat untuk menghentikan kejang adalah
dia:epam yang diberikan secara intravena dengan dosis 0,3-0,5 mg/kgBB/kali secara perlahan
dengan kecepatan 1-2 mg/menit atau dalam waktu 2 menit dengan dosis maksimal 20 mg
(Dieckman, 1994).
Obat yang praktis dan dapat diberikan kepada orang tua atau di rumah adalah diazepam
rektal dengan dosis 0,5 - 0,75 mg/kgBB/kali atau diazepam rektal 5 mg untuk anak berat badan
di bawah 10 kg dan 10 mg untuk anak dengan berat badan diatas 10 kg. Atau diazepam rectal
dengan dosis 5 mg untuk anak di bawah 3 tahun atau dosis 7,5 mg untuk anak usia di atas 3
tahun.
Kejang yang tetap belum berhenti dengan diazepam rektal dapat diulang lagi
dengan cara dan dosis yang sama dengan interval waktu 5 menit.
Bila 2 kali dengan diazepam rektal masih kejang, dianjurkan orang tua untuk
segera ke rumah sakit. Dan disini dapat dimulai pemberian diazepam intravena dengan
dosis 0,3 - 0,5 mg/kgBB/kali.
Bila kejang tetap belum berhenti diberikan fenithoin secara iv dengan loading dose
10-20 mg/kgbb/kali dengan kecepatan 1 mg/kgbb/menit atau kurang dari 50 mg/menit.
Bila kejang berhenti, selanjutnya diberikan dosis rumatan 4-8 mg/kgbb/hari (12 jam
setelah pemberian loading dose). Bila kejang belum berhenti, maka pasien harus dirawat
di ruang intensif (Fukuyama Y dkk, 1996).
W!ada saat demam :
Antipiretik, parasetamol/ ibuproIen
Antikonvulsan, DZ! oral 0,3 mg/kg/8 jm
atau perectal 0,5 mg/ kg/ 8 jam
. %:7:nkan Demam
Antipiretik pada saat kejang dianjurkan, tapi tidak mengurangi resiko trjadinya kejang
demam. Dosis asetaminoIen yang digunakan berkisar 10-15 mg/kgbb/kali diberikan 4 kali sehari
dan tidak boleh diberikan lebih dari 5x per hari. Dosis ibuproIen 5-10 mg/kgbb/kali diberikan 3-
4x per hari. AsetaminoIen dapat menyebabkan sindroma Reye terutama pada anak kurang dari
18 bulan, meskipun jarang. !arasetamol 10 mg/kgbb sama eIektiInya dengan ibuproIen 5
mg/kgbb dalam menurunkan suhu tubuh (Van Esch A dkk, 1995). Kompres anak dengan suhu ~
39
o
C dengan air hangat, suhu ~ 38
o
C dengan air biasa.

c. Antikonv:8an
!emakaian diazepam oral dosis 0,3 mg/kgbb setiap 8 jam pada saat demam menurunkan
resiko berulangnya kejang (1/3 s.d 2/3 kasus). Begitu pula dengan diazepam rektal dosis 0,5
mg/kgbb setiap 8 jam pada suhu ~ 38,5 0C.
Dosis tersebut cukup tinggi dan menyebabkan ataksia, iritabel, dan sedasi yang cukup
berat pada 25-39 kasus. Fenobarbital, karbamazepin, dan Ienitoin pada saat demam tidak
berguna untuk mencegah kejang demam (Uhari dkk, 1995)

d. Pengobatan Penyebab
Antibiotik diberikan sesuai indikasi dengan penyakit penyebabnya

e. Penanganan 8:ppo7tif ainnya
Meliputi bebaskan jalan naIas, pemberian oksigen, menjaga keseimbangan
air dan elektrolit, pertahankan keseimbangan tekanan darah (Ai7ay8 B7eathing and
ci7c:ation) (IKA FK UNAIR, 2006).

F Setelah kejang berhenti tentukan apakah anak termasuk dalam kejang demam yang
memerlukan pengobatan rumat atau cukup dengan pengobatan intermitten bila demam.

a. Pembe7ian obat 7:mat
!engobatan rumatan hanya diberikan bila kejang demam menunjukkan cirri sebagai
berikut (salah satu):
1. kejang ~ 15 menit
2. adanya kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang misalnya
hemiparesis, cerebral palsy, retardasi mental, dan hidrosephalus.
3. Kejang Iokal
!engobatan rumat dipertimbangkan apabila:
O Kejang berulang dua kali atau lebih dalam 24 jam
O Kejang demam terjadi pada bayi kurang 12 bulan
O Kejang demam _ 4 kali per tahun
Sebagian besar peneliti setuju bahwa kejang ~ 15 menit merupakan indikasi pengobatan rumat.
Kelainan neurologis tidak nyata misalnya keterlambatan perkembangan ringan bukan merupakan
indikasi. Kejang Iokal atau Iokal menjadi umum menunjukkan bahwa anak mempunyai Iokus
organik (IDAI, 2005).
Terapi rumat kejang demam dibedakan menjadi pencegahan berkala (intermitten) dan
pencegahan kontinu. !encegahan berkala diperuntukkan bagi kejang demam sederhana,
diberikan pada saat anak menderita penyakit yang disertai demam, berupa diazepam 0,3
mg/kgbb/dosis per oral dan antipiretika. !encegahan kontinu diperuntukkan bagi kejang demam
komplek, berupa asam valproat 15-40 mg/kgbb/hari per oral dibagi menjadi 2-3 dosis.
!engobatan rumat kejang demam diberikan sampai1 tahun bebas kejang, kemudian dihentikan
secara bertahap selama 1-2 bulan (IDAI, 2005).

b. d:ka8i pada O7ang %:a
Kejang selalu merupakan peristiwa yang menakutkan bagi orang tua. !ada saat kejang sebagian
besar orang tua beranggapan bahwa anaknya telah meninggal. Kecemasan ini harus dikurangi
dengan cara:
a. Meyakinkan bahwa kejang demam umumnya benign
b. Memberikan cara penanganan kejang
c. Memberikan inIormasi kemungkinan kejang kembali
d. Terapi memang eIektiI mencegah rekurensi tetapi memiliki eIek samping
e. Tidak ada bukti bahwa terapi akan mengurangi kejadian epilepsi
(Wong V dkk, 2002)
Beberapa hal yang harus dikerjakan orang tua di rumah bila anak kembali kejang:
1. Tetap tenang dan tidak panik
2. Kendorkan pakaian yang ketat terutama di sekitar leher
3. Bila tidak sadar, posisikan anak telentang dengan kepala miring. Bersihkan
muntahan atau lendir di mulut atau hidung. Walaupun kemungkinan lidah tergigit
jangan memasukkan sesuatu ke dalam mulut
4. Ukur suhu, observasi dan catat lama dan bentuk kejang
5. Tetap bersama pasien selama kejang
6. Berikan diazepam rektal selama kejang. Dan jangan diberikan jika kejang telah
berhenti
7. Bawa ke dokter atau rumah sakit bila kejang berlangsung 5 menit atau lebih

rognosls ke[ang uemam
a. !rognosis
Dengan penanggulangan yang tepat dan cepat,progmosisnya baik dan tidak perlu
menyebabkan kematian . Apabila tidak diterapi dengan baik, kejang demam dapat berkembang
menjadi:
a. Kejang demam berulang
Kejang demam akan terjadi kembali pada sebagian kasus. Faktor resiko terjadinya
kejang demam berulang adalah:
Faktor resiko berulangnya kejang:
a. Riwayat kejang demam dalam keluarga
b. Usia 18 bulan
c. Tingginya suhu badan sebelum kejang. Makin tinggi suhu sebelum kejang demam,
makin kecil resiko berulangnya kejang demam.
d. Lamanya demam sebelum kejang. Makin pendek jarak antara mulainya demam dengan
terjadinya bangkitan kejang demam, makin besar resiko berulangnya kejang demam.

Catatan:
- bila ada 3 Iaktor, kemungkinan kejang demam berulang kembali adalah 80.
- bila sama sekali tidak terdapat Iactor tersebut resiko kejang demam adalah 10-15
- kemungkinan kejang demam kembali paling besar pada tahun pertama

Você também pode gostar