Você está na página 1de 3

Politik Dinasti di Indonesia dan Hubungannya dengan Peranan Pemerintah sebagai Evaluator Pelaksanaan Otonomi Daerah

Nama: Kadek Andhika Pratama Putra NPM: 1006703944 Home Group 4

Data Publikasi: http://www.indonesiaindonesia.com/f/8818-otonomi-daerah-upayamemperkokoh-basis-perekonomian/ diakses 15 November 2010 jam 22.35 http://www.suaramedia.com/berita-nasional/26276-qbekal-politik-dinasti-hiasiperpolitikan-nasionalq.html diakses 15 novemeber jam 22.15 http://www.scribd.com/doc/19470904/Otonomi-Daerah http://politik.kompasiana.com/2010/04/22/dinasti-politik-di-indonesia-suatukeniscayaan-yang-relevan-atau-sebuah-paradox-demokrasi/ diakses 16 november 10.12 Pendahuluan

Politik dinasti di indonesia bukanlah suatu hal yang baru di negeri ini. Beberapa pemimpin negeri ini baik ditingkat pemerintahan pusat maupun daerah berusaha melanggengkan kekuasaan dengan jalan menempatkan anak, istri dan keluarganya di dalam posisi penting pemerintahan. Hal ini tentunya tidaklah baik dan dapat mengganggu pelaksanaan demokrasi yang berdasar kepada kedaulatan rakyat, karena dengan melaksanakan praktik dinasti politik berarti mempertaruhkan demokrasi kepada orang-orang yang belum mempunyai kecakapan memimpin bukan kepada yang terbaik dari masyarakat.

Isi
Keadaan geografis di indonesia yang berupa negara kepulauan berpengaruh terhadap mekanisme pemerintahan indonesia. Keadaan geografis indonesia yang berupa kepulauan ini mngakibatkan pemerintah pusat sulit untuk menkoordinasi pemerintahan yang ada di daerah. Dengan demikian diperlukan suatu mekanisme perintahan yang dapat berjalan secara efisiendan mandiri namun tetap dapat terawasi dari pusat. Pada pelaksanaannya otonomi daerah tidak dapat diserahkan begitu saja kepada pemerintahan daerah. Selain diatur dalam peraturan perundangundangan, pemerintah pusat juga harus mengawasi keputusan dan kebijakan yang diambil oleh pemerintahan daerah, apakah sudah sesuai dengan tujuan nasional yaitu pemerataan pembangunan di seluruh wilayah indonesia, hal ini berdasar kepada pancasila sila kelima yaitu keadilan sosial bagi sluruh rakyat indonesia. Pelaksanaan otonomi daerah diatur dalam undang-undang yaitu UU No. 22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah. Pada dasarnya undang-undang ini mengatur pelaksanaan pemerintahan daerah yang lebih mengutamakan asas desentralisasi. Hal hal mendasar dalam undang-undang tersebut adalah mendorong pemberdayaan masyarakat, menumbuhkan prakarsa dan kreativitas masyarakat, meningkatkan peran masyarakat, mengembangkan peran dan fungsi DPRD. Namun karena tidak relevan lagi dengan perkembangan keadaan, ketatanegaraan, dan tuntutan penyelenggaraan otonomi daerah, dengan demikian dibuatlah peraturan baru yaitu UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Di dalam UU tersebut dijelaskan bahwa otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri

urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hal ini diatur di dalam pasal 2 UU No. 32 tahun 2004 yang menyebutkan Pemerintahan daerah mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Dalam sistem demokrasi, dimana suara rakyat adalah suara yang menentukan nasib bangsa, apabila dikaitkan dengan dinasti politik, maka secara prinsipil hal tersebut merupakan sebuah hal yang diperbolehkan untuk dilakukan. Dinasti politik secara sederhana memang dapat diartikan sebagai sebuah penggunaan hak-hak politik rakyat dalam boleh memilih dan dipilih. Hal itu dibolehkan, karena subjek dari dinasti politik tersebut pastilah warga Negara atau dengan kata lain salah satu dari rakyat yang memenuhi persyaratan dalam penggunaan hak politiknya sehingga hak tersebut dapat digunakan. Tapi dinasti politik disini juga dapat dilihat sebagai sebuah pisau yang bermata dua, dimana hal tersebut merupakan sebuah penghambat penggunaan hak warga Negara lainnya. Hal tersebut dapat dilihat dari asumsi, bahwa dengan berkembangnya dinasti politik, maka kemungkinan besar, rakyat hanya akan disuguhkan aktor-aktor politik yang itu-itu saja yang berasal dari satu keluarga dan tidak jarang, actor-aktor tersebut menerapkan pola kelakuan politik yang sama mengingat berasal dari sebuah keluarga yang sama.

Kesimpulan
Namun akhir-akhir ini banyak ditemukan fenomena dimana banyak kepala daerah baik ditingkat provinsi, kabupaten maupun tingkat kota melakukan praktik politik dinasti. Yaitu dengan mencalonkan istri, anak, maupun kerabat dekat keluarga dalam pencalonan kepala daerah. Hal ini umumnya terjadi pada kepala daerah yang sudah habis masa jabatannya dan tidak dapat mencalonkan diri lagi karena sudah menjabat selama dua periode. Dengan demikian diperlukan pengawasan, kontrol dan evaluasi dari pemerintah pusat untuk mencegah terjadinya praktik politik dinasti di tingkat daerah.

Você também pode gostar