Você está na página 1de 5

laporan Praktikum Abatoir PENDAHULUAN Latar Belakang Rumah Potong Hewan (RPH) merupakan bangunan yang sengaja dibangun

yang berfungsi sebagai tempat pemotongan hewan ternak besar seperti sapi, dll. Rumah Potong He wan (RPH) merupakan sumber daging untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan prote in hewani, agar mutu dan kualitas daging yang dihasilkan memenuhi standar yang t elah ditentukan maka Rumah Potong Hewan harus memiliki ijin dari pemerintah sete mpat. Rumah Potong Hewan memiliki konstruksi khusus yang terdiri dari beberapa ruangan , antara lain ruangan utama yaitu ruangan dimana ternak disembelih, selain itu R PH juga harus memilki sarana dan prasarana yang lengkap, peralatan , letaknya st rategis atau dekat dengan pemasaran tapi harus jauh dari pemukiman penduduk agar tidak mengganggu kesehatan masyarakat. Salah satu rumah potong hewan yang ada di sekitar kota Makassar adalah RPH Tamar unang, rumah potong ini jika ditinjau dari segi bangunan dan peralatan sudah cuk up bagus dan sudah memenuhi standar nasional. Untuk mengetahui lebih jelas tenta ng RPH tersebut maka peserta mata kuliah Abatoir dan Teknik Pemotongan Hewan mel akukan kunjungan ke RPH Tamarunang di Kab. Gowa, Sulawesi Selatan untuk melihat cara pemotongan, alat-alat yang digunakan serta bangunan-banguna yang terdapat d isana. Tujuan dan Kegunaan Tujuan dilakukan praktek lapang Abatoir dan Teknik Pemotongan Ternak mengenai ku njungan ke Rumah Potong Hewan adalah untuk melihat secara langsung kondisi bangu nan Rumah Potong Hewan Tamarunang, untuk membandingkan Rumah Potong Hewan Tamaru nang dengan Rumah Potong Hewan yang disaksikan pada film dokumenter atau yang di terima diperkuliahan dan untuk mengetahui pemanfaatan Rumah Potong Hewan Tamarun an bagi masyarakat setempat. Kegunaan diadakan praktek lapang Abatoir dan Teknik Pemotongan Ternak mengenai k unjungan ke Rumah Potong Hewan Tamarunang adalah agar mahasiswa dapat melihat se cara langsung alat-alat pemotongan hewan dan membandingkannya dengan Rumah Poton g Hewan yang disaksikan difilm dokumenter perkuliahan. Waktu dan Tempat Praktikum Abatoir dan Teknik Pemotongan Ternak dilaksanakan pada hari Sabtu, tan ggal 26 April 2008, pukul 07.00 WITA, bertempat di Rumah Potong Hewan Tamarunang Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan HASIL DAN PEMBAHASAN A. Sejarah dan Tujuan Berdirinya Rumah Potong Hewan Tamarunang Rumah Potong Hewan (RPH) Tamarunang terletak di Kabupataen Gowa yang dibangun pa da tahun 2000 atas bantuan dari luar negeri dengan anggaran dana sebanyak 5 mili ar. Jika ditinjau dari segi peralatan dan fasilitas maka dapat disimpulkan bahwa RPH ini merupakan salah satu RPH moderen dari 10 RPH moderen yang ada di Indone sia. RPH ini diresmikan oleh presiden saat itu, yaitu Ibu Megawati Soekarno Poet ri pada tahun 2001. RPH ini didirikan dengan tujuan agar masyarakat dapat mengko nsumsi daging secara aman, sehat, utuh, dan halal. Keadaan geografis RPH Tamarunang sangat mendukung berjalannya rumah potong terse but, karena pada umumnya sapi yang dipotong di Rumah Potong Hewan Tamarunang yai tu sapi bali umumnya sapi bali yang dipotong berasal dari Kab. Gowa dan sekitarn ya termasuk Sulawesi Tenggara, Nusa Tenggara dan Flores. Walaupun dirancang dan dibangun secara modern tetapi RPH ini kurang disambut oleh konsumen karena konsu men atau masyarakat menganggap bahwa daging yang dilayukan adalah daging sisa. . B. Bangunan-Bangunan Rumah Potong Hewan Tamarunang Adapun bangunan-bangunan yang ada di RPH Tamarunang, terdiri atas dua bagian, ya itu bangunan utama dan bangunan penunjang. Bangunan utama terdiri atas dua yaitu 1). Bangunan induk yang terdiri atas ruang pemotongan (Killing Box, rel sistem) , ruang pengolahan kulit kepala dan kaki, ruang penanganan jeroan merah (jantung

, paru-paru, dan limpah), ruang laboratorium dan peralatan, ruang penanganan jer oan hijau (Rumen, retikulum, omasum, abomasum dan usus), ruang chilling (pelayua n), ruang boneless dan ruang karyawan. 2). Kandang penampung, kandang isolasi da nn terdapap gang way yang menuju bangunan induk. Bangunan penunjang yang terdiri atas, kantor, kantin, rumah dinas 3 unit, bengkel, ruang pembakaran, ruang gens et, instalasi air, garasi dan mushollah. Hal ini sesuai dengan pendapat Anonim ( 2008), yang menyatakan bahwa suatu RPH harus dilengkapi bangunan utama, kandang penampung dan kandang isolasi, dimana setiap bangunan tersebut dirancang sedemik ian rupa untuk menghasilkan daging yang higienis serta masing-masing bangunan di lengkapi dengan saluran limbah dan sumber air yang cukup selama pemotongan. 1. Bangunan utama Bangunan utama pada suatu RPH terdiri dari dua bagian yaitu daerah kotor dan dae rah bersih. Daerah kotor terdiri dari pemingsanan, tempat pemotongan, ruang jero an dan ruang pemeriksaan postmortem sedangkan daerah bersih terdiri dari ruang p enimbangan karkas, ruang pelayuan, ruang pembagian karkas dan ruang pengemasan p engemasan. 2. Bangunan Penunjang Bangunan penunjang sebuah RPH terdiri dari kantor administrasi, kandang karantin a/isolasi, kandang penampung, rumah pegawai, mushollah, sarana penanganan limbah . Ruang pembakaran, kamar mandi dan WC, tempat parkir, Gardu listrik dan rumah j aga. . C. Peralatan dan Tenaga Kerja. - Peralatan Adapun peralatan-peralatan yang digunakan dalam proses pemotongan yaitu : Pisau causer knife adalah pisau yang digunakan untuk menyembelih ternak yang ter buat dari stainless steel. Pisau Skinning adalah pisau yang digunakan untuk pengulitan kulit. Pisau Bonning adalah pisau yang digunakan untuk pemisahan daging dari tulang dan juga membagi-bagi daging menurut jenisnya. Slasser adalah alat digunakan untuk melepaskan jeroan bagian dalam. Servener adalah alat digunakan untuk mengasah pisau. Beef hanger merupakan alat yang digunakan untuk mengangkat sapi yang telah dipot ong Karkas hanger adalah alat digunakan untuk menggantung karkas. Hook mode T, digunakan untuk menarik jeroan. Perenggang paha merupakan alat yangdigunakan untuk merenggangkan paha saat digan tung Skop stainless steel, digunakan untuk mengambil/mengangkat kotoran Stabilizier, digunakan menetralisasikan pisau Hand saw, alat pemotongan bagian dada secara manual Electrical saw adalah alat yang digunakan untuk membelah bagian dada secara elek trik Timbangan yang dilengkapi dengan skala pembaca merupakan alat yang digunakan unt uk mengetahui berat karkas/daging. Gerobak untuk mengangkut daging. Sedangkan perlengkapan-perlengkapan yang dibutuhkan para pekerja daerah bersih d an daerah kotor, yaitu pakaian kerja dimana warna putih untuk daerah bersih dan warna kuning untuk daerah kotor, dan juga dilengkapi dengan sepatu boot, helm, d an kaos tangan. Hal ini sesuai dengan pendapat Anonim (2008), yang menyatakan ba hwa persyaratan peralatan sebuah RPHdan perlengkapan karyawan yaitu semua perala tan yang digunakan harus terbuat dari stainless steel dan tidak bersifat korosif , tidak toksik, mudah dibersihkan dan dirawat, sedangkan pekerja-pekerja harus m emenuhi standar perlengkapan karyawan yaitu pakaian kerja khusus dari bahan plas tik, dilengkapi dengan tutup kepala, penutup hidung atau masker dan sepatu boot yang semuanya harus mudah dibersihkan dan berwarna mudah agar kotoran dapat jela s terlihat. -Tenaga Kerja Jumlah tenaga kerja pada Rumah Potong Hewan Tamarunang sekitar 5 orang, yang ter diri dari 2 orang dokter hewan, dan selebihnya adalah karayawan yang bertugas di

dalam maupun diluar proses pemotongan. Kebanyakan tenaga kerja berasal dari seki tar Rumah Potong Hewan tersebut. . D. Proses Pemotongan Proses pemotongan yang dilakukan di Rumah Potong Hewan (RPH) Tamarungang, yaitu pertama-tama dilakukan pemeriksaan antemortem oleh dokter hewan, setelah dinyata kan sehat oleh dokter hewan lalu dimasukkan ke dalam killing box. Setelah proses pemotongan sudah selesai kemudian kaki ternak yang sudah disembeli diangkat den gan big hanger untuk dilakukan pengulitan, setelah itu dimasukkan ke ruang kotor untuk mengeluarkan jeroan hijau kemudian di timbang, setelah ditimbang apakah n antinya karkas yang segar masuk ke ruang pelayuan atau masuk keruang boneless. M enurut Anonim (2008), bahwa prosedur pemotongan yaitu : 1). Persiapan sebelum pemotongan 2). Stunning atau immobilization 3). Penyembelihan (Bleeding) 4). Pengulitan (Skinning) 5). Eviceration 6). Pembelahan (Spliting) 7). Trimming 8). Inpection 9). Pencucian 10). Penimbangan dan grading Menurut Soeparno (1992), bahwa teknik pemotongan ternak terdiri atas dua yaitu t eknik pemotongan secara langsung dan teknik pemotongan tidak langsung, dimana di Indonesia melakukan teknik pemotongan secara langsung yaitu dengan memotong pad a bagian vena karotis, vena jugularis dan oesophagus.

E. Produk-produk Sampingan (By Product) Dalam suatu Rumah Potong Hewan (RPH) pasti menghasilkan limbah dari hasil pemoto ngan, yang dimanfaatkan menjadi produk sampingan. Adapun produk samping utama di hasilkan oleh RPH Tamarunang adalah pupuk kompos yang dibuat atau bahan dasarnya berasal dari kotoran hewan dan isi rumen. Pengolahan ini dilakukan sendiri deng an menggunakan sistem anaerob, dimana limbah atau kotoran ternak di tampung pada suatu wadah (bak) lalu diendapkan dan air dari endapan ini dialirkan pada suatu wadah (bak) yang diberi ikan untuk mengetahui apakah limbah ini tidak membahaya kan bagi ekosistem yang ada di sekitar Rumah Potong tersebut. Kompos yang di has ilkan kemudian dapat di pasarkan dan dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik. . F. Pemasaran Produk Rumah Potong Hewan (RPH) Tamarunang biasanya memotong 15 ekor per hari dan pada hari raya biasanya 25 ekor per hari. Ternak yang dipotong biasanya berasal dari Gowa, Flores, Nusa Tenggara, dan Sulawesi Tenggara. Dari hasil yang diperoleh di ketahui bahwa segmen dasar atau target konsumen berasal dari daerah Gowa kemudia n Sulawesi Tenggara dan Flores. Hal ini dapat membuktikan bahwa RPH Tamarunang d apat menyediakan daging pada dearah-daerah yang memiliki permintaan daging yang cukup tinggi, sehingga RPH Tamarunang memiliki segmen pasar untuk memasarkan dag ing/karkas hewan potong. Ditinjau dari letak atau lokasi RPH Tamarunang, dapat diketahui bahwa letaknya s udah strategis terutama dari segi pemasaran karena tempatnya mudah dijangkau ole h masyarakat atau konsumen, transportasi lancar, jauh dari pusat kota. Hal ini s esuai dengan pendapat Anonim (2008), bahwa syarat lokasi suatu Rumah Potong Hewa n adalah tidak bertentangan dengan Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) atau Rencana D etai Tata Ruang (RDTR), tidak berada diwilayah padat penduduk serta letaknya leb ih rendah dari pemukiman, tidak menimbulkan gangguan lingkungan atau pencemaran, tidak berada di dekat industri kimia dan logam, tidak dekat dengan lokasi banji r, bebas dari asap, bau, debu, dan kontaminasi lainnya. Hal ini juga didukung ol eh Kotler (1997), bahwa suatu barang atau produk yang dipasarkan harus memperhat ikan beberapa hal diantaranya, produk yang akan dipasarkan harus berada dekat de

ngan konsumen, bersifat umum, dapat diterima oleh konsumen dan bernilaii efektif dan efisien. Pemasaran dari produk samping hasil pemotongan ternak dapat dipasarkan ke tempat pakan ternak seperti tepung tulang, tepung darah, kulit, lemak dan lain-lain. A dapun pupuk kompos dari ternak dapat digunakan untuk menyuburkan tanaman. Pemasa rannya akan lebih mudah apabila produk samping itu dikemas secara baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Kotler (1997), bahwa manajemen pemasaran yang baik adalah harus memperhatikan penampakan dari produk yang akan dipasarkan. . G. Manfaat Rumah Potong Hewan Bagi Masyarakat Masyarakat Rumah Potong Hewan (RPH) merupakan tempat untuk pengolahan ternak menjadi daging yang dibangun oleh pihak pemerintah maupun pihak swasta, dimana di RPH dibangun agar dapat memberikan manfaat bagi masyarakat yang mengkonsumsi hasil produk ya ng dihasilkan oleh Rumah Potong Hewan tersebut. Adapun manfaat RPH bagi masyarak at yaitu menyediakan daging yang sehat aman, utuh dan halal, menciptakan lapanga n kerja secara tidak langsung dapat meningkatkan pendapatan dan juga sebagai sum ber pendapatan daerah. Hal ini sesuai dengan pendapat Anonim (2008), bahwa RPH s angat penting dalam menghasilkan daging yang halal dan amam, untuk mengendalikan kesehatan ternak, sebagai tempat transaksi yang efektif yang berfungsi sebagai pasar hewan dan juga sebagai alternatif pendapatan daerah (PAD). PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan yang diperoleh, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut: Rumah Potong Hewan Tamarunang sudah memenuhi syarat dari segi pembagian bangunan yaitu dibagi menjadi dua daerah, yaitu daerah kotor dan daaerah bersih. Rumah Potong Hewan Tamarunang masih menggunakan cara tradisional/langsung, sedan gkan di luar negeri proses pemotongannya secara tidak langsung yaitu dilakukan d engan menggunakan mesin Rumah Potong Hewan bermanfaat untuk menyediakan daging segar yaitu aman, sehat, utuh, dan halal baik konsumen, dan dapat menciptakan lapangan kerja bagi masyara kat sekitar. Rumah Potong Hewan Tamarunang masih belum bisa dikatakan layak karena belum meme nuhi semua persyaratan untuk sebuah Rumah Potong Hewan. . Saran 1. Untuk RPH Sebaiknya RPH Tamarunang menggunakan alat-alat yang ada, agar proses pemotongan dapat berjalan dengan lancar dan cepat sesuai dengan syarat-syarat yang telah di tentukan serta memperolah daging yang aman, sehat, utuh dan halal. 2. Untuk Asisten Sebaiknya tiap-tiap asisten mengambil alih masing-masing kelompok untuk melakuka n pengamatan kepada setiap bagian dari RPH dan alat-alat yang digunakan karena k alau bergerombol banyak praktikan yang main-main. 3. Untuk Laboratorium Sebaiknya laboratorium menyiapkan alat-alat yang baik dan berkualitas agar prakt ikan mampu untuk melaksanakan proses praktikum dengan lancar.

DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2008. Bahan Ajar Abatoir dan Ilmu Teknik Pemotongan Ternak. Fakultas Pet ernakan Universitas Hasanuddin. Makassar. Kotler, P. 1997. Manajemen Pemasaran. PT. Dadi Kayana Abadi, Jakarta. Soeparno, 1992. Ilmu dan Teknologi Daging. Gadjah Mada University Press, Yogjaka rta. Lampiran : Denah Bangunan RPH Tamarunang

Você também pode gostar