Você está na página 1de 3

Anak Durhaka

Janry Febriano dilahirkan dan dibesarkan dalam keluarga Kristen. Dari kecil ia hidup
dengan ibunya akibat perceraian kedua orang tuanya. Namun pemahaman Janry
tentang Alkitab dan Yesus Kristus masih sangat kurang. Pendidikan SD ia jalani di
kota Manado, kemudian melanjutkan pendidikan SMP di kota Jakarta. Setelah tamat
SMP Janry memutuskan untuk masuk ke sekolah pelayaran menengah.

Janry pernah mempelajari ilmu kebatinan dan hipnotis sehingga ia sempat menjadi
jagoan di terminal Bekasi karena tidak mempan dengan senjata tajam. Janry pernah
bertobat dan memberikan diri dibabtis setelah sebelumnya ia mencoba menghipnotis
seorang gadis yang ternyata seorang hamba Tuhan, tapi usahanya tersebut tidak
berhasil.

Jatuh Dalam Narkoba

Setelah dibaptis ternyata kehidupan Janry tidak berubah menjadi baik. Karena
pergaulannya yang buruk, ia mulai mengkonsumsi narkoba jenis putauw dan
mengisap ganja setiap hari. Demi mendapatkan uang untuk membeli narkoba -
Janry sampai menjual semua barang-barang yang ada di rumahnya. Bahkan
peralatan dapur, sendok dan garpu pun ia jual. Setelah barang-barang di rumahnya
habis, ia melakukan tindakan kejahatan pencurian yang mengakibatkan dirinya
ditangkap dan ditahan dalam penjara.

Tiga Kali Dipenjara

"Pada tahun 1999 saya pertama kali merasakan yang namanya dipenjara karena
kasus narkoba dan pencurian," ujar Janry.

Saat itu Janry divonis penjara selama enam bulan. Dan setelah itu Janry dipenjara
untuk yang kedua kalinya pada tahun 2000 selama satu tahun. Setengah tahun
karena kasus perampokan terhadap supir taksi di daerah Bantar Gebang Bekasi dan
setengahnya karena kasus narkoba.

Menghajar Ibu Kandung

Setelah keluar dari penjara, sifat Janry masih tetap brutal. Ia tidak meninggalkan
kebiasaannya mengkonsumsi narkoba. Sampai pada suatu hari ia sudah tidak
memiliki pilihan lain untuk mendapatkan uang selain meminta kepada ibunya.
Sjenny, ibunya Janry tidak memenuhi permintaan Janry. Seketika itu juga seperti
orang yang sedang kemasukan roh jahat Janry memukuli dan menendang ibunya
hingga babak belur.

Sjenny sempat berlari setelah dipukuli oleh anaknya. "Tuhan, tolong


saya, Tuhan," seru Sjenny sambil berlari. Wajahnya penuh dengan
luka lebam. Janry terus mengejar Sjenny, ibu kandungnya sendiri.
Ia masih tidak puas dengan pukulan-pukulan yang sudah melukai
wajah ibunya. Sampai di sebuah jembatan Janry berhasil
menangkap tubuh ibunya. Setelah itu Janry memukuli ibunya lagi
hingga mata ibunya hampir pecah dan menendangnya hingga terjatuh.
"Saat pemukulan itu kondisi saya masih dalam pengaruh narkoba," ujar Janry. "Saya
tidak ada rasa terbeban dan tidak ada rasa bersalah. Yang saya rasakan enjoy saja,"
lanjutnya.

"Memang kasih sayang ibu kepada seorang anak tidak akan pernah hilang. Yang
paling penting saya tahu bahwa dia titipan Tuhan," ujar Sjenny dalam sebuah
kesaksian. Air mata mengalir deras di wajahnya.

Setelah mengambil sebuah televisi, VCD player dan sejumlah uang, Janry dilaporkan
ke polsek Tambun. Ia kemudian ditangkap dan dipenjara selama satu setengah
tahun. Sebelumnya Sjenny sempat berkonsultasi dengan saudara-saudaranya dan
memutuskan untuk melaporkan Janry ke polisi - supaya dengan dipenjara, Janry
menjadi kapok dan bertobat. Akhirnya pada suatu hari seorang petugas polisi
menjemput Janry dan memasukkannya ke dalam penjara untuk yang ketiga kalinya.
Janry dipenjara di LP Bulak Kapal Bekasi karena kasus pemukulan terhadap orang
tuanya.

Sjenny sudah putus asa. Ia hanya bisa berdoa kepada Tuhan. "Tuhan, tolong ambil
nyawa anak saya atau ambil nyawa saya," seru Sjanny. "Tapi Tuhan, kalau boleh
saya tawar menawar, jangan jadikan Janry hanya sebagai hamba-Mu tapi juga anak-
Mu," lanjutnya.

Bertemu Yesus Saat Over Dosis

Pada suatu hari, di dalam kamar kecil penjara, Janry sembunyi-sembunyi


menyuntikkan putauw ke tubuhnya. Terus ia tambahkan dosisnya karena ia tidak
merasakan apa-apa. Tiba-tiba kepalanya terasa berat dan pandangannya mulai
memudar. Semua di sekelilingnya mulai terlihat seperti agak hitam, hingga pada
akhirnya menjadi hitam pekat. Janry pun tergeletak tidak sadarkan diri di lantai
kamar kecil penjara akibat over dosis.

Ketika sedang tidak sadarkan diri - Janry mengalami kejadian aneh. Janry
merasakan dirinya sedang berjalan dalam kegelapan. Ia begitu ketakutan dan
mencoba meraba-raba mencari jalan, tetapi di sekelilingnya masih terlihat gelap. Ia
seperti orang buta yang sedang berjalan di sebuah tempat yang asing. Dalam
keadaan bingung dan terperangkap dalam kegelapan yang misterius, Janry ingat
kepada Tuhan. Kemudian ia berdoa, "Tuhan, tolong saya. Kalau Tuhan memang
benar Tuhan dan Juru Selamat saya, tolong keluarkan saya dari tempat ini dan saya
mau mengikuti Engkau dengan sungguh-sungguh." Janry terus berdoa meminta
pertolongan Tuhan Yesus.

Lalu ia mulai menemukan satu titik cahaya yang perlahan-lahan terlihat semakin
terang. Ia berusaha berjalan menuju ke arah titik itu. Tiba-tiba Janry melihat
Seseorang di depannya dengan tubuh bersinar. Sangat menyilaukan ketika Ia
menghampiri Janry sambil membuka tangannya. Orang itu sepertinya ingin
memeluk tubuh Janry. Dalam hati Janry ia merasa yakin bahwa Orang itu adalah
Tuhan Yesus. Orang itu lalu berkata kepada Janry, "Barangsiapa Kukasihi, dia
Kutegur dan Kuhajar. Relakan hatimu dan bertobatlah." Janry tersungkur di bawah
kaki-Nya dan berdoa minta ampun. Air mata mulai membasahi wajahnya.
Tiba-tiba Janry tersadar. Dia melihat di sekelilingnya tidak ada satu orang pun. Ia
masih berada di dalam kamar kecil penjara. Tidak ada satu orang pun yang
menolongnya ketika ia over dosis. Ia menyeka busa di mulutnya dan bangkit
meninggalkan ruangan itu sambil mengucap syukur. Sejak Janry bertemu Tuhan
secara pribadi, ia tidak pernah lagi mengalami sakau atau ketagihan. Tuhan benar-
benar memulihkan Janry. Hari-hari berikutnya Janry lalui dengan aktif mengikuti
pelayanan di persekutuan yang ada di dalam lembaga pemasyarakatan tempat ia
ditahan. Sisa masa tahanan Janry masih tersisa enam bulan lagi.

Pemulihan Dari Tuhan

"Semakin hari saya merasa semakin dipulihkan karena kebaikan Tuhan yang selama
ini baru saya sadari," ujar Janry. Ia melanjutkan kesaksiannya, "Tuhan itu benar-
benar baik buat saya. dimana dia masih mau mengampuni saya dan memilih saya
untuk melayani pekerjaan-Nya. Banyak perubahan yang terjadi sama saya,
terutama mama saya. Dia sangat bahagia sekali mendengar kesaksian saya sewaktu
saya bertemu Tuhan di penjara. Dari beberapa kejahatan yang pernah saya lakukan,
yang paling saya sesali adalah saya telah memukul mama. Hal yang paling kurang
ajar yang pernah saya lakukan terhadapnya. Setelah saya keluar dari penjara, saya
meminta maaf sama mama dan mama mau mengampuni saya, bahkan sekarang dia
lebih sayang sama saya. Terima kasih Tuhan, Engkau telah memberikan mama yang
begitu sabar kepada saya."

Setelah Tuhan pulihkan Janry, timbul kerinduan dalam hati Janry untuk terus dekat
dengan Tuhan. Ia pun rindu sekali untuk sungguh-sungguh melayani Tuhan.
Akhirnya kerinduan itu terjawab lewat seorang hamba Tuhan bernama Rico Garot.
Yang ternyata juga teman Sjenny, ibu Janry. Rico membiayai Janry untuk sekolah
Teologia di Seminari Bethel Jakarta. Janry berharap, setelah lulus dari sekolah itu
kelak ia bisa menjadi seorang pendeta.

Saat ini Janry bersekolah di sana sambil melayani pekerjaan Tuhan di gereja Tiberias
BTC sebagai pengerja.

"Saat saya bertemu dengan Tuhan Yesus yang saya lihat indah sekali. Ada sebuah
sukacita yang luar biasa dalam kehidupan saya. Dan ada sebuah kebebasan di mana
Tuhan mengangkat saya dari dunia yang hitam ke dunia yang putih," ujar Janry
dengan mata berkaca-kaca. "Ternyata semua yang Tuhan sudah siapkan buat saya
begitu indah dan saya bersyukur masih belum terlambat untuk menyadarinya," ujar
Janry menutup kesaksiannya sambil menyeka air mata di wajahnya. (Kisah ini telah
ditayangkan 25 Juni 2007 dalam acara Solusi di SCTV).

Sumber Kesaksian :
Janry Febriano

Você também pode gostar