Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
SEMINAR KLINIS
AUTISME
Disusun Oleh:
1. Nama : Anggita Larasaty
NIM : 07320015
2. Nama : Firdausi Rakhmawati
NIM : 07320053
H. PREVENSI
Tindakan yang dapat dilakukan untuk menghilangkan atau menurunkan
kondisi yang menyebabkan perkembangan gangguan autisme antara lain
pendidikan untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat umum
tentang autisme, usaha terus menerus dari proIesional di bidang kesehatan untuk
menjaga dan memperbarui kebijaksanaan kesehatan masyarakat, serta aturan
untuk memberikan pelayanan kesehatan maternal dan anak yang optimal
(Kapplan et al, 1997).
Anak autisme juga dapat melakukan diet khusus untuk meminimalisir
kesakitan bagi penyandangnya. Tindakan pencegahan adalah yang paling utama
dalam menghindari resiko terjadinya gangguan atau gangguan pada organ tubuh
kita. Banyak gangguan dapat dilakukan strategi pencegahan dengan baik, karena
Iaktor etiologi dan Iaktor resiko dapat diketahui dengan jelas. Berbeda dengan
kelainan autis, karena teori penyebab dan Iaktor resiko belum masih belum jelas
maka strategi pencegahan mungkin tidak bisa dilakukan secara optimal. Dalam
kondisi seperti ini upaya pencegahan tampaknya hanya bertujuan agar gangguan
perilaku yang terjadi tidak semakin parah bukan untuk mencegah terjadinya
autis. Upaya pencegahan tersebut berdasarkan teori penyebab ataupun penelitian
Iaktor resiko autis. Pencegahan ini dapat dilakukan sedini mungkin sejak
merencanakan kehamilan, saat kehamilan, persalinan dan periode usia anak
(http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/02/anak-autis/).
Dengan semakin berkembangnya penelitian-penelitian mengenai autisme,
maka semakin disadari bahwa gangguan autistik adalah unik. Masing-masing
memiliki simptom-simptom dalam kuantitas dan kualitas yang berbeda. Karena
itu, pada beberapa tahun terakhir munculah istilah Gangguan Sprektrum Autistik
(GSA). Dalam penanganannya, orang tua dan proIesional akan melakukan
penangan dini terpadu yang termasuk didalamnya penanganan di bidang medis,
psikologi, dan pendidikan. Hal ini diharapkan dapat membantu anak-anak
tersebut beradaptasi dengan lingkungannya dan belajar berbagai kemampuan
kognitiI.
I. KUALITAS HIDUP
1. Kualitas Hidup
Anak autis pada umumnya juga memiliki kelebihan dibandingkan
dengan anak normal, yaitu lebih tekun dan konsentrasi dalam mengerjakan
sesuatu. Karena itu, mereka cocok mendapat pelajaran keterampilan. ProI.
Rusdi Ismail (dokter spesialis anak di Palembang) menyatakan bahwa tidak
semua anak autis bisa disembuhkan, sekitar dua pertiga anak autis bisa hidup
normal, tetapi sepertiganya butuh pendampingan seumur hidup. Anak-anak
autis jelas berbeda dengan anak normal
(http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/01/19/02510951/
memberi.asa.kepada.anak.autis). Meskipun berbeda, anak-anak itu
diharapkan bisa hidup mandiri. Mereka perlu diberi asa untuk menghadapi
masa depan.
2. Prognosis
Walaupun kebanyakan anak autisme menunjukkan perbaikan dalam
hubungan sosial dan kemampuan berbahasa seiring dengan meningkatnya
usia, gangguan autisme tetap meninggalkan ketidakmampuan yang menetap.
Mayoritas dari mereka tidak dapat hidup mandiri dan membutuhkan
perawatan di institusi ataupun membutuhkan perawatan di institusi ataupun
membutuhkan supervisi terus
(http://Iorbetterhealth.wordpress.com/2009/01/16/autisme/). Akan tetapi,
prognosis ini tidak selalu buruk. Prognosis akan baik bila anak yang
mengalami autisme ini mampu berbicara sebelum usia 5 tahun
(http://www.akademik.unsri.ac.id/download/journal/Iiles/medhas/03neurop
sychiatricsystemAUTISME.pdI).\
Menurut Budiman (1998, dalam Ambarini, 2006), autisme merupakan
gangguan yang tidak bisa disembuhkan (not curable), namun bisa diterapi
(treatable). Melalui terapi yang dilakukan, kelainan yang ada dalam otak
tidak bisa diperbaiki, namun gejala-gejala yang ada dapat dikurangi
semaksimal mungkin sehingga anak tersebut bisa bersosialisasi dengan anak
lain. Keberhasilan dalam melakukan terapi pada anak autis tentu saja
dipengaruhi oleh banyak hal. Beberapa hal yang mempengaruhi keberhasilan
terapi meliputi berat ringannya gejala, usia, kecerdasan, kemampuan
berbicara dan berbahasa, dan terapi yang intensiI dan terpadu (Ambarini,
2006).
1. DALIL AL-QURAN TENTANG AUTISME
Autisme dalam Al-Quran dijelaskan sebagai berikut.
)f B,1f1. @6Bb [
@=0 6_fV
=@@,; VA0 Cb
Nf CBb Fb_1b,
Fb_1oA, 61Bb 1
0 @A 6_qA
Artinya:
'Sesungguhnya kami %elah menciptakan manusia /alam bentuk yang
sebaik-baiknya. Kemu/ian kami kembalikan /ia ke tempat yang seren/ah-
ren/ahnya (neraka). Kecuali orang-orang yang beriman /an mengerfakan
amal saleh, Maka bagi mereka pahala yang tia/a putus-putusnya. (Q.S.
At` Tiin: 95, ayat 4 6)
Kemudian, dijelaskan lagi dalam Al-Quran bahwa:
CBb @=0 VH LA
=f1 F 0), C1
@6Bb 0
V 0b 0b1 .
0B 0 =V_
|A, =@ ==; F
V, N Bb
@J.Bb, )J.Bb, P
dA@1C B ,PV
Artinya:
'ang membuat segala sesuatu yang /ia ciptakan sebaik-baiknya /an yang
memulai penciptaan manusia /ari tanah. Kemu/ian /ia menfa/ikan
keturunannya /ari saripati air yang hina. Kemu/ian /ia menyempurnakan
/an meniupkan ke /alamnya roh (ciptaan)-Nya /an /ia menfa/ikan bagi
kamu pen/engaran, penglihatan /an hati, (tetapi) kamu se/ikit sekali
bersyukur. (Q.S. As Sajdah: 32, ayat 7 9)
Dari ayat tersebut disebutkan bahwa pada hakekatnya manusia tercipta
dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Namun mengapa di dunia ini ada juga
manusia yang mengalami gangguan dalam proses perkembangannya?
Dari dua ayat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa hal itu mungkin karena
ulah manusia itu sendiri yang tidak dapat menjaga diri. Contohnya ketika hamil
mungkin si ibu lalai menjaga kandungannya misalnya merokok, tidak
menghindarkan dari zat kimia berbahaya yang mungkin akan beresiko terhadap
janinnya. Belum lagi masalah stres psikososial yang berdampak pada emosi
anak. Hal inilah yang mengakibatkan kerusakan mental anak nantinya.
BAB III
KESIMPULAN
Autisme merupakan cacat pada perkembangan saraI dan psikis manusia, baik
sejak janin dan seterusnya, yang menyebabkan kelemahan atau perbedaan dalam
berinteraksi sosial, kemampuan berkomunikasi, pola minat, dan tingkah laku
(Suprapto, 2009).
Gejala awal autisme yang nampak diantaranya dapat dilihat dari adanya
gangguan komunikasi verbal dan non verbal, gangguan perasaan dan emosi, serta
gangguan dalam persepsi sensoris (www.inIoibu.com/21.01.08). Secara umum, gejala
autisme akan tampak semakin jelas saat anak memasuki usia 3 tahun (Wardani et al,
2009).
Tahun 2000 yang lalu, Dr. Ika Widyawati; staI bagian Psikiatri Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia memperkirakan terdapat kurang lebih 6.900 anak
penyandang autisme di Indonesia. Jumlah tersebut menurutnya setiap tahun terus
meningkat
Widyawati mengemukakan beberapa teori tentang penyebab autisme, yaitu
sebagai berikut (Wardani et al, 2009).
1. Teori Biologis; Gangguan autisme diyakini sebagai sindrom perilaku yang dapat
disebabkan oleh berbagai kondisi yang mempengaruhi sistem saraI pusat. Hal ini
diduga karena adanya disIungsi dari batang otak dan mesolimbic.
2. Teori Psikososial; Kanner mempertimbangkan adanya pengaruh psikogenik
sebagai penyebab autisme, yaitu orang tua yang emosional, kaku, dan obsesiI,
yang mengasuh anak mereka dalam suatu atmosIer yang secara emosional
kurang hangat, bahkan dingin.
3. Teori Spiritual; Larson dan beberapa pakar lainnya menyimpulkan bahwa di
dalam memandu kesehatan manusia yang serba kompleks ini dengan segala
keterkaitannya, hendaknya komitmen agama sebagai suatu kekuatan (spiritual
power) jangan diabaikan begitu saja.
Berikut ini karakteristik penyandang autisme beserta spektrumnya baik dengan
kondisi yang teringan hingga terberat sekalipun (http://id.wikipedia.org/wiki
/Autisme).
6. Hambatan dalam komunikasi.
7. Kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain atau obyek di sekitarnya serta
menghubungkan peristiwa-peristiwa yang terjadi.
8. Bermain dengan mainan atau benda-benda lain secara tidak wajar.
9. Sulit menerima perubahan pada rutinitas dan lingkungan yang dikenali.
10. Gerakkan tubuh yang berulang-ulang atau adanya pola-pola perilaku yang
tertentu.
Terapi yang dapat dilakukan adalah Terapi Wicara (Speech %herapy), Okupasi
Terapi (Occupational %herapy) dan Applie/ ehavior Analisis (ABA) untuk
mengubah serta memodiIikasi perilaku (http://id.wikipedia.org/wiki/Autisme).
Tindakan yang dapat dilakukan untuk menghilangkan atau menurunkan kondisi
yang menyebabkan perkembangan gangguan autisme antara lain pendidikan untuk
meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat umum tentang autisme, usaha
terus menerus dari proIesional di bidang kesehatan untuk menjaga dan memperbarui
kebijaksanaan kesehatan masyarakat, serta aturan untuk memberikan pelayanan
kesehatan maternal dan anak yang optimal (Kapplan et al, 1997).
Anak autis pada umumnya juga memiliki kelebihan dibandingkan dengan anak
normal, yaitu lebih tekun dan konsentrasi dalam mengerjakan sesuatu. Walaupun
kebanyakan anak autisme menunjukkan perbaikan dalam hubungan sosial dan
kemampuan berbahasa seiring dengan meningkatnya usia, gangguan autisme tetap
meninggalkan ketidakmampuan yang menetap. Mayoritas dari mereka tidak dapat
hidup mandiri dan membutuhkan perawatan di institusi ataupun membutuhkan
perawatan di institusi ataupun membutuhkan supervisi terus
(http://Iorbetterhealth.wordpress.com/2009/01/16/autisme/).
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Kaplan, Harold I., Benjamin J. Sadock, & Jack A. Grebb. (1997). Sinopsis !sikiatri.
Ilmu !engetahuan !erilaku !sikiatri Klinis. Edisi Ketujuh. Jilid II. Jakarta:
Binarupa Aksara.
Nashori, Fuad. (2005). !otensi-potensi Manusia. Seri Psikologi Islami. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Nashrullah, Muhammad dkk. (2008). Ju: Amma. Yogyakarta: Ideal World Kidz.
Nevid, JeIIrey S., Spencer A. Rathus, & Beverly Greene. (2003). !sikologi
Abnormal. Edisi Kelima. Jilid II. Jakarta: Erlangga.
Santrock, John W. (2002). Life Span Development. !erkembangan Masa Hi/up.
Edisi Kelima. Jilid I. Jakarta: Erlangga.
Uyun, Qurotul & Emi ZulaiIah. (2006). MODUL MATERI HIBAH PENGAJARAN:
!embelafaran !sikologi Abnormal erbasis Kasus. Fakultas Psikologi dan Ilmu
Sosial Budaya. Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta. Tidak Diterbitkan.
Wardhani, Fauzia Yurike dkk. (2009). Apa /an agaimana Autisme? Jakarta:
Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Wijayakusuma, Hembing. (2008). !sikoterapi Anak Autisma. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia.
Skripsi
Novia. (2007). Hubungan !engetahuan %eoritis /an Intervensi !en/i/ikan bagi
!enyan/ang Autisme. Skripsi. Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya.
Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta. Tidak Diterbitkan.
Permatasari, Ravela Dewi. (2009).Keti/akpe/ulian Keluarga yang Memiliki Anak
Autis terha/ap !en/i/ikan #emafa Autis. Stu/i Kasus !a/a Keluarga Dengan
Ayah ang erprofesi uru Di Desa Sumbergirang Kecamatan Lasem
Kabupaten #embang. Fakultas Psikologi. Universitas Negeri Semarang.
Semarang. Tidak Diterbitkan.
Putri, Herlina Martha. (2003). !engetahuan Ibu tentang Autisme /alam Kaitannya
/engan Sikap !enerimaan Diri terha/ap Anaknya. Skripsi. Fakultas Psikologi
dan Ilmu Sosial Budaya. Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta. Tidak
Diterbitkan.
Suprapto, Hana Usuwatun Hasanah. (2009). Evaluasi !rogram Sosialisasi bagi Anak
Autisme. Skripsi. Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya. Universitas Islam
Indonesia. Yogyakarta. Tidak Diterbitkan.
Internet
. Autisme. http://Iorbetterhealth.wordpress.com/2009/01/16/autisme/
(akses: 08 Maret 2010, 12:06:58)
. Autisme. www.ditplb.or.id/08.03.08 (akses: 08 Maret 2010, 13:07:30)
. Autism. www.depsos.go.id/08.03.08 (akses: 08 Maret 2010, 13:08:54)
. Mengenal Autisme. www.inIoibu.com/21.01.08 (akses: 07 Maret 2010,
23:35:09)
. !sikoterapi Doa. http://www.seItcenter.com/printthread.
php?t68 (akses: 24 Mei 2010, 20:41:39)
. Sin/rom angguan Autisme. http://www.kesimpulan.com/2009/04/
sindrom-gangguan-autisme-autism.html (akses: 08 Maret 2010, 12:06:36)
Dewabrata, Wisnu Aji. Kompas: Memberi Asa kepa/a Anak Autis. http://cetak.
kompas.com/read/xml/2010/01/19/02510951/memberi.asa.kepada.anak.autis
(akses: 08 Maret 2010, 12:06:15)
Haeriyah. Autisme. http://www.akademik.unsri.ac.id/download/journal/Iiles/med
has/03neuropsychiatricsystemAUTISME.pdI (akses: 05 Maret 2010,
21:11:16)
Judarwanto, Widodo. Anak Autis. http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/02/ anak-
autis/ ( akses: 08 Maret 2010, 12:06:05)
Kristi. Mengenal Autis. http://www.magisterpsikologi.com/?p7 (akses: 08 Maret
2010, 12:07:28)
Muslim. Al-Quran Menenangkan !en/erita Autis. http://answering.wordpress.
com/2009/02/07/al-quran-menenangkan-penderita-autis/#more-711 (akses: 07
Maret 2010, 23:22:35)
Nashori, Fuad. Autism Disor/er. http://www.pikirdong.org/psikologi/psi54aut.php
(akses: 08 Maret 2010, 12:07:24)
Widiantopanca. Autis. http://widiantopanca.blogdetik.com/inIo-penyakit/autis/
(akses: 08 Maret 2010, 12:07:03)
Wikipedia. Autisme. http://id.wikipedia.org/wiki/Autisme (akses: 08 Maret 2010,
12:06:56)
1urnal
Ambarini, Tri Kuniarti. (2006). Sau/ara Sekan/ung /ari Anak Autis /an !eran
Mereka /alam %erapi. INSAN Vol. 8 No. 2. Fakultas Psikologi Universitas
Airlangga. Surabaya. Halaman 112-135.
Emery, Melinda J. (2004). Art %herapy as an Intervention for Autism. Journal oI the
American Art Therapy Association, 21(3). Lake Forest, CaliIornia. Halaman
143-147.
Ginanjar, Adriana Soekandar. (2007). Memahami Spektrum Autistik secara Holistik.
MAKARA, SOSIAL HUMANIORA Vol. 11 No. 2. Fakultas Psikologi
Universitas Indonesia. Jakarta. Halaman 87-99.