Você está na página 1de 39

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM

Direktorat Jenderal Cipta Karya

MODUL KHUSUS KOMUNITAS


BKM

C29

Manajemen KSM

PNPM Mandiri Perkotaan

Modul 1

KSM sebagai Media Pembelajaran Masyarakat Permainan, Mengapa Harus Berkelompok (KSM) Review Tujuan Pembentukan KSM dalam PNPM MP

1 2 3

Kegiatan 1 Kegiatan 2

Modul 2

Mengenali Tahapan Perkembangan Kelompok Permainan Lempar Bola, Tahap Perkembangan Kelompok Diskusi Pleno Hikmah Permainan

13 14 15

Kegiatan 1 Kegiatan 4

Modul 3

Mengelola Sebuah KSM Analisis Bahan Bacaan, Membidik Mitra Strategis Simulasi Pengelolaan (Manajemen) Sumberdaya

21 22 22

Kegiatan 1 Kegiatan 2

Modul 4

Peran BKM/LKM dalam Mendampingi KSM Analisis Bahan Bacaan Diskusi Peran BKM/LKM dalam Mendampingi KSM

29 30 30

Kegiatan 1 Kegiatan 2

Modul 1
Topik: KSM Sebagai Media Pembelajaran Masyarakat

1. Peserta memahami pentingnya berkelompok 2. Peserta memahami Konsep KSM sebagai media pembelajaran masyarakat 3. Peserta memahami konsep KSM yang ideal (Mandiri)

Kegiatan 1: Permainan Mengapa Harus Berkelompok (KSM) Kegiatan 2 : Review Tujuan Pembentukan KSM dalam PNPM MP

2 Jpl ( 90 )

Bahan bacaan Apakah arti sebuah kelompok? Bahan bacaan Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM)

Kertas Plano Kuda-kuda untuk Flip-chart Metaplan Papan Tulis dengan perlengkapannya Spidol, selotip kertas dan jepitan besar

Permainan, Mengapa Harus Berkelompok (KSM)


1) Buka pertemuan dengan salam singkat dan sampaikan bahwa sebagai BKM, penting bagi peserta untuk betul-betul memahami apa itu KSM, mengapa harus memfungsikan KSM, serta bagaimana cara membina KSM. Sebuah KSM adalah sebuah kelompok masyarakat, sehingga ilmu mengenai berkelompok pun harus dipahami oleh peserta. 2) Sampaikan kepada peserta bahwa kita akan memasuki kegiatan pertama yaitu pentingnya membangun kelompok. 3) Bagilah peserta ke dalam beberapa kelompok yang masing masing terdiri dari 6 orang, tiap kelompok akan diberikan 40 batang lidi kemudian taburkan potongan kertas kecil ke lantai di depan ruang belajar. Ajaklah setiap kelompok satu persatu : a. kelompok 1 membersihkan kertas yang berserakan dengan sati orang satu batang lidi. b. kelompok 2 mengikat setiap 10 buah lidi menjadi 1 kemudian digunakan untuk membersikah kertas. c. Kelompok 3 mengikat setiap 20 batang lidi menjadi satu kemudian digunakan untuk membersihkan kertas. d. Kelompok 4 mengikat ke 40 batang lidi menjadi satu kemudian digunakan untuk membersihkan kertas. 4) Kemudian akhiri permainan dengan meminta peserta untuk mengambil pelajaran yang didapat dari permainan tersebut. Tetapi tidak meminta peserta untuk berbagi pemikiran kepada yang lain, cukup didalam hatinya masing-masing. Lanjutkan ke permainan berikutnya. 5) Mintalah 18 relawan dari peserta . bentuklah ke dalam 3 kelompok dengan komposisi sebagai berikut : a. kelompok 1 beranggotakan 3 orang b. kelompok 2 beranggotakan 5 orang c. kelompok 3 beranggotakan 10 orang 6) Berikan pada masing-masing peserta satu sendok beras yang telah diberikan ke dalam amplop. 7) Sediakan 3 mangkok plastik di meja tandai dengan nomor 1,2,3. ajaklah setiap kelompok untuk menaruh beras tersebut, dengan dimulai dari kelompok 1, dan diikuti oleh kelompok lainnya secara bergantian. a. kelompok 1 menaruh beras pada mangkok 1 b. kelompok 2 menaruh beras pada mangkok 2 c. kelompok 3 menaruh beras pada mangkok 3 8) Setelah kedua permainan selesai fasilitator meminta peserta untuk melakukan diskusi kelompok selama beberapa saat, ajaklah mereka untuk mendiskusikan : a. Pelajaran apa yang dapat diambil dari permainan batang lidi ?

b. c.

Pelajaran apa yang dapat diambil dari permainan mangkok beras ? Bagaimana hal tersebut apabila diterapkan pada pentingnya berkelompok ?

9) Berilah kesempatan kepada wakil setiap kelompok untuk menyampaikan hasil diskusinya. 10) Simpulkan bersama hasil diskusi kelompok, berilah penguatan berdasarkan bahan bacaan Apakah Arti Sebuah kelompok? Makna dari permainan batang lidi dan mangkok beras, diantaranya : (a) Batang lidi Sangat susah untuk membersihkan kertas dengan menggunakan batang lidi satu persatu, semakin banyak kita mengikat lidi dalam satu kesatuan maka akan semakin mudah untuk membersihkan kertas yang berserakan, Jika kita berkelompok maka akan sangat mudah untuk menyelesaikan permasalahn yang ada secara bersama-sama. Semakin banyak anggota kelompok yang mempunyai kepercayaan yang sama, maka semakin kuat kelompok itu. (b) Mangkok beras. Semakin banyak anggota kelompok, maka akan semakin banyak beras yang didapat dalam mangkok, ketika kita berkelompok, semakin banyak orang yang mempunyai kepercayaan yang sama, semakin kuat, seberapapun kecilnya sumber daya yang kita punyai. Walaupun hanya dengan satu sendok beras namun apabila dikumpulkan oleh 10 orang akan lebih banyak daripada 2 atau 3 orang. Beras adalah contoh sumberdaya, masih banyak sumberdaya yang lain, baik sumberdaya ekonomi maupun sosial. Anggota kelompok bisa saling belajar satu sama lain. Akan sangat kaya ide dan pengalaman yang dimiliki. BKM sebaiknya memberikan penekanan kepada warga, ketika mereka memutuskan untuk berkelompok, bahwa hal itu harus didasari dengan keputusan yang sadar dan sukarela. Bukan karena orang lain memaksa atau meminta bahkan karena untuk mendapatkan bantuan. Kita berkelompok karena kita tahu bahwa hal itu penting bagi kita, karena sifatnya yang sukarela, semua orang dalam kelompok adalah setara, baik mereka kaya ataupun miskin, tua atau muda, berpendidikan atau tidak.

Review Tujuan Pembentukkan KSM dalam PNPMMP


1) Sampaikan kepada peserta bahwa kita akan memasuki kegiatan 2, yaitu mereview pemahaman peserta mengenai tujuan dari pembentukkan KSM menurut PNPMMP. 2) Sampaikan kepada peserta bahwa pemahaman mengenai KSM telah dibahas pada kegiatan OJT pembangunan KSM, tanyakan kepada peserta apa yang mereka ketahui mengenai KSM? Apa saja tujuan dibangunnya KSM? 3) Tulislah seluruh jawaban peserta di dalam kertas plano. 4) Lakukan kembali curah pendapat mengenai : Apa peran dan fungsi KSM?

5) Simpulkan bersama hasil dari curah pendapat. Berilah penguatan sebagai berikut.

Pendekatan pemberdayaan masyarakat yang digunakan PNPM Mandiri perkotaan adalah mendorong terbangunnya Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) sebagai komponen dari keseluruhan proses penanggulangan kemiskinan baik meningkatkan keberdayaan kelompok yang sudah ada atau membangun kelompok baru. Peningkatan pendapatan masyarakat dapat menjadi entry point pengembangan KSM. Namun KSM bukanlah semata-mata kelompok peminjam (sekedar berorientasi ekonomi) dengan memanfaatkan dana BLM. Lebih dari itu KSM merupakan kelompok pemberdayaan. Bisa dikatakan KSM menjadi wadah bagi tumbuhnya rasa percaya diri, semangat kemandirian, saling kepercayaan sosial, rasa kebersamaan dan lain-lain.

KSM merupakan kumpulan orang yang menghimpun diri secara sukarela dalam kelompok dikarenakan adanya ikatan pemersatu yaitu kepentingan dan kebutuhan yang sama sehingga dalam kelompok tersebut memiliki kesamaan tujuan yang ingin dicapai bersama.

Tujuan pembentukan KSM Tumbuh dan berkembangnya kapital sosial di masyarakat. Masyarakat yang makin dinamis dalam mengembangkan nilai-nilai kemanusiaan serta kemasyarakatan. Terjadinya proses pembelajaran, tumbuh rasa saling asih, asah dan asuh antar sesama anggota Anggota melakukan konsolidasi untuk menggalang kekuatan bersama Berfungsinya pelembagaan tanggung renteng, gerakan keswadayaan modal, kepercayaan bersama.

Prinsip/nilai yang dianut KSM Kesetaraan Saling mempercayai dan saling mendukung / memperhatikan Bebas dalam membuat keputusan Bebas dalam menetapkan kebutuhan Mempunyai kewenangan / kebijakan sendiri Berpartisipasi secara nyata

Peran dan fungsi KSM Sarana mendorong proses perubahan sosial Wadah pembahasan dan penyelesaian masalah Wadah untuk menyalurkan aspirasi Wadah menggalang tumbuhnya saling percaya

Dalam program penanggulangan kemiskinan, posisi KSM adalah independen. Artinya, KSM bukan bawahan BKM/LKM atau Unit Pengelola (UP). Hubungan KSM dengan BKM/LKM dan UP merupakan hubungan kemitraan. Karena itu, pengembangan KSM tidak boleh berorientasi semata-mata sebagai kelompok peminjam (uang) dari BKM/LKM. KSM haruslah mengembangkan kegiatan mandiri atau mengembangkan akses sumber daya sendiri. Semua ini dilakukan agar KSM dapat menjadi kelompok pemberdayaan baik bagi anggota KSM maupun masyarakat umum. Pemberdayaan ini dilakukan melalui proses berbagi pengalaman, bertukar informasi, dan mendiskusikan berbagai persoalan kemasyarakatan. Dalam program penanggulangan kemiskinan, KSM harus mampu berperan memonitoring dan mengevaluasi (monev) kinerja BKM/LKM dan UP-BKM. KSM berhak melakukan monev terhadap BKM karena sesungguhnya alas keberadaan (mandat) BKM bersumber dari warga miskin (KSM).

Siapa yang dapat menjadi anggota KSM? Siapapun bisa menjadi anggota KSM, baik itu orang kaya, orang miskin, tokoh masyarakat, aparat pemerintahan, perempuan, laki-laki, anak-anak, tunanetra, dsb. Bahkan faskel dan pelaku program penanggulangan kemiskinan lainnya (korkot, team leader, tenaga ahli, dsb) boleh menjadi anggota KSM. Siapa yang bisa mengorganisir pembentukan dan pengelolaan KSM? Siapapun bisa mengambil peran ini. Satu KSM yang beranggotakan orang miskin, misalnya, dapat terus difasilitasi pengembangan KSM-nya oleh seorang profesor yang memiliki kepedulian terhadap orang miskin. Siapa yang menjadi penerima manfaat program/kegiatan KSM? Satu-satunya kategori penerima manfaat program/kegiatan KSM adalah orang miskin. Jadi, anggota KSM boleh siapa saja, boleh diorganisir oleh siapa saja, tetapi harus dijamin penerima manfaat program harus benar-benar orang miskin. 6) Kemudian sampaikan penjelasan bahwa, dicita-citakan KSM akan menjadi KSM yang mandiri. Sampaikan penjelasan mengenai KSM yang mandiri berdasarkan bahan bacaan 2. 7) Berilah kesempatan kepada peserta untuk bertanya. 8) Tutup sesi dengan menyampaikan point-point kesimpulan mengenai tujuan pembentukkan KSM dalam PNPMMP, idealnya, yaitu mendorong peningkatan kemampuan/kapasitas masyarakat melalui: Tumbuh dan berkembangnya kapital sosial di masyarakat. Terciptanya masyarakat yang makin dinamis dalam mengembangkan nilai-nilai kemanusiaan serta kemasyarakatan. Berjalannya proses pembelajaran, tumbuh rasa saling asih, asah dan asuh antar sesama anggota Anggota melakukan konsolidasi untuk menggalang kekuatan bersama Berfungsinya pelembagaan tanggung renteng, gerakan keswadayaan modal, kepercayaan bersama.

Apakah Arti Sebuah Kelompok


Kelompok merupakan medium strategis yang dapat dipilih Fasiltator sebagai tempat untuk menggerakkan usaha masyarakat. Pilihan ini jauh lebih strategis daripada membangun komunitas secara umum atau menangani individu satu demi satu secara langsung. Kelompok memiliki karakteristik dan dinamika yang khusus. Penampilan kelompok akan jauh lebih besar daripada sekedar penjumlahan dari individu-individu anggotanya. Sebagaimana pepatah dari Afrika mengatakan: Menyeberanglah sungai secara

beramai-ramai dan buayanya tidak akan memangsamu.

Apa Itu Kelompok ?


Pelbagai pengembangan tentang kelompok, pada umumnya mengandung paling tidak satu dari 4 ciri berikut: Persepsi Tujuan Motivasi dan Pemuasan kebutuhan Interaksi dan interdependensi antar anggota kelompok Secara sederhana dapat diajukan pengertian suatu kelompok adalah suatu kumpulan dua orang atau lebih yang saling berhubungan dan berinteraksi dalam rangka mencapai suatu tujuan bersama. Kelompok memainkan fungsi yang penting paling tidak; karena 3 alasan: Pertama, kelompok sebagai agen kebudayaan. Dalam kelompok, seorang individu mendapat arahan tingkah laku berdasar pada nilai dan norma komunitas yang berlaku; dipihak lain, perubahan nilai dan norma komunitas selalu dimulai dari suatu kelompok. Kedua, kelompok menghubungkan kelompok individu dengan komunitasnya. Individu mampu memenuhi kebutuhan-kebuituhan sosialnya melalui keanggotaanya dalam suatu komunitas tertentu. Ketiga, kelompok lebih mudah dipelajari sehingga perubahan tingkah laku para anggotanya lebih mudah untuk diarahkan, lebih mudah dibanding dengan mempelajari dan merubah tingkah laku komunitas secara makro. Dalam kaitannya dengan komunitas kelompok merupakan pintu masuk menuju komunitas. Melalui pintu ini upaya pengembangan komunitas dimungkinkan. Lima hal berikut: menjelaskan kedudukan penting dari kelompok. Kelompok tidak bisa dan tidak akan berhadapan dengan masalah praktis yang sehari-hari ditemui anggotanya. Permasalahan-permasalahan anggota kelompok adakalanya mendorong timbulnya perubahan, namun kelompok senantiasa memberikan pengaruh sosio-psikologis terhadap anggotanya. Kehadiran kelompok adalah tidak terelakkan. Kodrat biologis manusia, kapasitasnya menggunakan bahasa dan kodrat lingkungannya terolah sedemikian rupa sehingga telah terbukti sejak ribuan tahun yang lalu, manusia hidup dalam kelompok. Walaupun perlu pula diberikan catatan bahwa mungkin saja manusia secara bersama hadir dalam kedekatan secara fisik tapi tidak berada dalam kelompok. Kelompok memiliki suatu daya rekat tertentu terhadap anggotanya. Berbagai penelitian mengenai kekompakkan kelompok (group cohessiveness) menunjukkan pengaruh tersebut. Penelitian klasik dan Seashore menunjukkan bahwa semakin kompok suatu kelompok semakin

rendah kadar kecemasan anggotanya. Secara umum, dapat disimpulkan, proses-proses dan kejadian-kejadian pada tingkat kelompok memberi pewarnaan pada kepribadian para anggotanya. Kelompok dapat mengahasilkan konsekuensi yang baik dan juga yang buruk. Dengan mempertimbangkan kedua sisi itu, akan didapat pemahaman yang lebih jelas mengenai kelompok dan upaya mengendalikan kelompok akan lebih terarah. Pemahaman yang tepat terhadap dinamika kelompok memberikan manfaat yang berarti dalam menangani dan mendorong kelompok ke arah yang dirugikan.

Mengapa Individu Bergabung dengan Suatu Kelompok?


Tidak ada orang yang hidup tanpa pernah berkelompok. Keanggotaan seseorang dalam suatu kelompok tampaknya terjadi begitu saja secara alamiah. Meskipun begitu, secara umum ada tiga alasan pokok yang menarik seseorang untuk bergabung dalam kelompok: Tertarik pada kegiatan kelompok Semakin besar minat seseorang pada kegiatan kelompok, maka semakin besar pula potensinya untuk berpartisipasi. Menyukai orang-orang di dalam kelompok tersebut Faktor ini selain merupakan faktor utama, juga membuat kelompok menjadi tempat seseorang menemukan pengalaman positif terhadap kelompok, yang pada gilirannya akan membuat orang tersebut memberikan andil bagi keberhasilan kelompok. Sebagai alat dan sarana untuk memenuhi kebutuhan. Meskipun kelompok tidak memenuhi kebutuhan secara langsung, namun seseorang dapat saja menganggap kelompok sebagai alat atau sarana untuk mencapai pemenuhan kebutuhannya. Daya tarik kelompok yang baru dikemukakan di atas tentu dapat ditemui pada kelompok yang berupaya menanggulangi kemiskinannya. Namun rupanya banyak kelompok mengabaikan dua aspek pertama dan hanya menekankan alasan ketiga saja, yakni kelompok sebagai cara untuk memenuhi kebutuhan (Marilah kita membentuk kelompok, supaya mudah mendapatkan kredit atau dana pemerintah). Lalu hal apa saja yang mengikat anggota adalah untuk tetap berada di kelompoknya? Kelompok yang mampu mengikat anggotanya adalah kelompok yang dapat memenuhi kebutuhan sosiopsikologis anggotanya. Kelompok yang demikian memiliki sifat-sifat tertentu: 1. Daya tarik kelompok bagi anggota Ikatan seseorang pada kelompok semakin kuat, semakin ia menyukai anggota lainnya. Hal ini terutama berlaku pada kelompok dengan tingkat interaksi yang meninggi. 2. Kesamaan antar anggota Dua orang atau lebih akan tertarik satu sama lain apabila penilaian mereka tentang lingkungannya kurang lebih serupa. Dengan demikian daya tarik kelompok meningkat sejalan meningkatnya kesamaan antar anggota. 3. Tujuan kelompok Seseorang bergabung dengan suatu kelompok setelah mempertimbangkan tujuan kelompok (baik dalam hal isi, perumusan maupun cara untuk mencapai tujuan). Orang tertarik pada kelompok yang memiliki tujuan yang jelas dan sesuai dengan sikapnya. 4. Saling ketergantungan antar anggota kelompok Ada pendapat mengatakan bahwa orang akan saling tertarik satu sama lain apabila mereka bekerja sama. 5. Aktivitas kelompok Penilaian tentang aktivitas kelompok mempengaruhi minat anggotanya. Apabila aktivitasnya tidak menarik daya tarik kelompok akan melemah. 6. Pola kepemimpinan kelompok Daya tarik kelompok dipengaruhi oleh pola kepemimpinan kelompok. Kepemimpinan yang membuka lebar partisipasi anggota dalam pengambilan keputusan akan lebih menarik bagi

anggotanya. 7. Struktur kelompok Struktur kelompok terlihat dari pola hubungan yang berlaku tetap antar anggota kelompok. Pola hubungan yang terbangun akan menciptakan tempat (posisi) bagi anggota kelompok. Jika seseorang merasa puas dengan posisi yang ia tempati, ia akan tetap tinggal dalam kelompoknya. 8. Iklim kelompok Iklim yang sesuai dengan ciri kepribadian anggotanya akan memberikan pengalaman yang positif dan menyenangkan. Demikian pula sebaliknya. 9. Ukuran kelompok Ketika ukuran kelompok makin membesar, semakin besar pula kemungkinan munculnya masalah, seperti tingkat drop-out yang tinggi dan konflik antar anggota. Berbagai masalah bermunculan manakala komunikasi tidak lagi lancar. Semakin besar kelompok semakin sulit pula membangun komunikasi antar pribadi yang lancar. Gejala drop-out pada kelompok akan ditentukan dalam pengalaman praktis kerja fasilitator nanti. Beberapa penyebab drop-out tentu dapat ditemukan pada sembilan ciri kelompok yang dikemukakan di atas. Memelihara keutuhan kelompok merupakan pekerjaan tersendiri bagi Fasilitator kelurahan. Berikut ini adalah tinjauan mengenai satu aspek penting dalam pemeliharaan kelompok : kekompakan kelompok (group cohesiveness).

Kekompakan Kelompok
Kekompakan kelompok merupakan aspek menarik yang menempati tempat penting dalam teori tentang kelompok. Aspek ini banyak dibicarakan karena menentukan keutuhan suatu kelompok. Rumusan umum tentang kekompakan kelompok adalah perpaduan atau tarik menarik perlbagai kekuatan yang membuat seseorang tetap bertahan di dalam kelompok. Kekuatan-kekuatan yang dimaksud ditentukan bersama oleh sifat-sifat tertentu dari kelompok tersebut dan karakteristikkarakteristik tertentu para anggotanya. Secara sederhana terdapat dua kekuatan utama. Kekuatan pertama menahan seseorang untuk berada di kelompoknya dan yang kedua adalah membuat seseorang tertarik untuk bergabung dengan kelompok lain. Kekompakan kelompok berpengaruh kuat terhadap anggota-anggotanya untuk bertindak sesuai dengan harapan-harapan kelompok. Bila derajat kekompakan tinggi, anggota kelompok cenderung memberikan respon positif terhadap anggota lain dalam kelompoknya dan akan berusaha keras mencapai tujuan kelompok. Demikian pula sebaliknya. Jadi, kekompakan kelompok niscaya berkait erat secara positif dengan produktivitas kelompok dan kepuasan anggota. Kekompakan kelompok ditentukan oleh : 1. Berbagai perangkat kelompok, seperti tujuan, program, karakteristik anggota, cara menjalankan program, prestise, dan perangkat-perangkat lain yang mengikat dan memenuhi kebutuhan/motif anggota kelompok. 2. Kemampuan kelompok untuk memenuhi motif anggota kelompok, yang berupa kebutuhan berteman : rasa ingin tahu, rasa aman, uang, dan nilai-nilai lain yang bisa diperoleh dari kelompok. 3. Harapan anggota akan hasil-hasil yang akan diperoleh, yakni perkiraan subyektif anggota terhadap keuntungan atau kerugian berkelompok. 4. Daya tarik suatu kelompok dibandingkan dengan kelompok lain, baik dalam hal proses yang dialami maupun hasil yang diperoleh anggota. Kelompok yang kompak mudah dibedakan dari yang tidak. Karena kekompakan kelompok akan memberikan dampak berikut terhadap kelompok: 1. Kemampuan kelompok untuk mempertahankan anggotanya Aspek terpenting dari kekompakkan kelompok adalah kekuatan kelompok untuk

mempertahankan anggotanya. Selama kekompakkan terpelihara selama itu pula anggota akan setia pada kelompok. 2. Pengaruh kelompok terhadap anggotanya Pada kelompok yang derajat kekompakannya tinggi anggotanya akan lebih mudah menerima keputusan, tujuan, dan tugas-tugas yang dibebankan kelompok. Semakin tringgi derajat kekompakan kelompok, semakin besar pula kecenderungan saling mempengaruhi di antara anggotanya, mengingat setiap anggota bersedia membuka driri untuk dipengaruhi yang lain. 3. Derajat partisipasi dan kesetiaan anggota kelompok Semakin tingi kekompakan, semakin besar kecenderungan anggota untuk berpartisipasi dalam setiap aktivitas kelompok. Seseorang yang merasa diterima di kelompok, lebih mungkin untuk berpartisipasi lebih banyak. 4. Hasil pada tingkat pribadi anggotanya Pada kelompok dengan kekompakan yang tinggi, terbangun pula hubungan inter-personal di antara anggotanya dan akan menumbuhkan pula rasa saling percaya, saling menerima, memberikan rasa aman, mengurangi kecemasan, dan meningkatkan rasa percaya diri. Bagan berikut ini memperlihatkan kaitan antar kelompok, penentu-penentu dan akibat-akibatnya.

Kekompakkan Kelompok Perpaduan dari pelbagai kekuatan yang membuat seseorang tetap bertahan di dalam kelompok. Komponennya adalah ketertarikan terhadap kelompok dimana ia menjadi anggotanya dan ketertarikan untuk menjadi anggota kelompok lain

Penentu kekompakkan kelompok: Perangkat kelompok Motif untuk menjadi anggota Harapan akan perolehan hasil Perbandingan dengan kelompok lain

Hasil kekompakkan kelompok: Terpeliharanya keanggotaan Pengaruh kelompok terhadap anggota Kesetiaan dan partisipasi Rasa aman dan penghargaan diri

Pengalaman lapangan memperlihatkan bahwa kekompakan kelompok ada pasang surutnya. Mengendurnya kekompakan kelompok ditujukan oleh berbagai gejala, seperti keengganan anggota kelompok menghadiri pertemuan, kelompok sulit mencapai kesepakatan kelompok, yakni : Ketidaksetujuan mengenai tujuan dan orientasi kegiatan. Perbedaan ini dapat menimbulkan konflik antar anggota. Menurunnya interaksi antar anggota. Menurunnya interaksi antar anggota dapat disebabkan besarnya ukuran kelompok. Dengan interaksimennurun, menrun pula kedekatan anggota satu sama lain. Pengalaman berkelompok yang tidak menyenangkan. Dalam aktivitas berkelompok tentu ada pengalaman bersama. Pegalaman yang tidak menyenangkan akan melemahkan kekompakan kelompok. Persaingan antar kelompok kecil. Persaingan yang berlangsung terus-menerus antar kelompokkelompok kecil akan menimbulkan frustasi. Keadaan yang demikian potensial memicu konflik sesama anggota kelompok. Dominasi satu atau sebagaian anggota. Ada dominasi satu atau beberapa anggota kelompok biasanya pimpinan yang otoriter menghambat partisipasi anggota kelompok. Pada gilirannya hambatan untuk berpartisipasi akan menurunkan kekompakan kelompok.

KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT (KSM)


Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat akan menghadapi berbagai persoalan dimana persoalan tersebut bisa diselesaikan secara individu namun juga perlu diselesaikan secara bersama-sama. Ketika persoalan diselesaikan dengan banyak orang akan memunculkan banyak gagasan sehingga akan banyak alternatif pemecahan. Sebab pada dasarnya warga masyarakat mempunyai niat baik untuk membantu sesama, sehingga masalah yang dihadapi oleh orang-perorang akan dirasakan sebagai persoalan bersama jika dalam kelompok. Selain itu setiap orang mempunyai motivasi, pengalaman, serta potensi-potensi yang lain yang pada umumnya belum dimanfaatkan secara maksimal. Jika dihimpun dalam kelompok maka potensi tersebut akan menjadi kekuatan besar yang bisa digunakan untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Ibarat seikat sapu lidi maka jika satu lidi potensi dan manfaatnya sangat kecil serta gampang dipatahkan. Namun ketika diikat menjadi sapu lidi maka menjadi lebih kuat serta lebih bermanfaat. Oleh karena itu ketika dalam bermasyarakat orang-perorang perlu menghimpun diri dalam kelompok ketika menghadapi masalah ataupun dalam mengembangkan potensi. Kelompok-kelompok yang tumbuh di masyarakat dikarenakan kebutuhan tersebut, sering disebut dengan Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) yaitu kumpulan orang yang menghimpun diri secara sukarela dalam kelompok dikarenakan adanya ikatan pemersatu yaitu adanya Visi, kepentingan dan kebutuhan yang sama sehingga dalam kelompok tersebut memiliki kesamaan tujuan yang ingin dicapai bersama. Dalam penanggulangan kemiskinan, visi yang menjadi ikatan pemersatu. Kelompok swadaya masyarakat (KSM) berorientasi pada penanggulangan kemiskinan sehingga harus dipastikan warga miskin terdaftar dan terlibat dalam kegiatan kelompok dan merupakan penerima manfaat primer sebagai kelompok sasaran dari program-program yang sudah dikembangkan dalam PJM Pronangkis. Manfaat yang dirasakan dapat berupa peningkatan pengetahuan dan kemampuan serta peningkatan kualitas hidup seperti kualitas pendidikan, kesehatan, peningkatan ekonomi, pemukiman dan lainnya. Posisi KSM adalah independen, artinya KSM bukan bawahan BKM/LKM atau unit pengelola (UP). Hubungan KSM dan BKM/LKM dan UP merupakan hubungan kemitraan, karena itu pengembangan KSM tidak boleh berorientasi semata-mata mengakses dana yang ada di BKM/LKM, KSM harus mengembangkan kegiatan mandiri atau mengembangkan akses sumber daya sendiri. Semua ini dilakukan agar KSM dapat menjadi kelompok pemberdaya, baik bagi anggota KSM maupun masyarakat umum. Pemberdayaan ini dilakukan melalui proses berbagi pengalaman, bertukar informasi dan mendiskusikan berbagai persoalan kemasyarakatan. Karena BKM/LKM menjalankan tugas dan fungsinya merupakan amanah (mandat) dari masyarakat untuk menjamin tercapainya kualitas kehidupan warga, khususnya warga miskin, maka KSM harus mampu berperan melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kinerja BKM/LKM, KSM juga mempunyai tanggung jawab untuk terlibat dalam keseluruhan siklus yang harus berlanjut dan difasilitasi oleh BKM/LKM sehingga dapat dijamin anggota KSM ikut dalam proses-proses pengambilan keputusan dalam setiap tahapan siklus. Keberadaan KSM Di masyarakat pada umumnya telah ada banyak Kelompok Masyarakat, baik yang didirikan dan dikelola oleh masyarakat sendiri, maupun oleh pihak-pihak tertentu yang punya kepedulian. Ketika PNPM Mandiri Perkotaan juga menggunakan pendekatan kelompok, maka PNPM Mandiri Perkotaan

10

akan banyak membentuk KSM, meskipun tidak menutup kemungkinan memaksimalkan kelompok-kelompok yang sudah ada, sebab ada kemungkinan kelompok PNPM Mandiri Perkotaan agak berbeda dengan kelompok lain yang sudah ada, karena KSM di PNPM Mandiri Perkotaan adalah KSM yang terdiri dari warga miskin dan manfaatnya langsung dirasakan oleh warga miskin. Terbentuknya KSM-KSM yang dibentuk PNPM Mandiri Perkotaan akan muncul di antara kelompokkelompok yang sudah eksis. Hal itu akan menambah dinamika di masyarakat karena antar kelompok akan bisa saling berinteraksi dan saling belajar. Bahkan sangat memungkinkan kelompok yang telah lama eksis dan mempunyai banyak pengalaman bisa memberikan banyak masukan, bimbingan dan dorongan kepada kelompok baru. Sebaliknya, kelompok yang sudah eksis juga bisa belajar dari kelompok PNPM Mandiri Perkotaan. Dengan demikian masing-masing kelompok bisa menggalang persatuan dan kekuatan untuk menanggulangi masalah kemiskinan. Prinsip-prinsip KSM Agar KSM dalam PNPM Mandiri Perkotaan benar-benar menjadi wadah bagi pemberdayaan anggota maka ada beberapa prinsip yang perlu disepakati, yang bisa dijadikan pedoman di internal KSM, antara lain : Saling mempercayai dan saling mendukung. Sikap tersebut bisa membuat anggota mampu mengekspresikan gagasan, perasaan dan kekhawatirannya dengan nyaman. Setiap anggota KSM bebas mengungkapkan pemikiran dan pendapat serta mengajukan usul dan saran yang perlu dijadikan pembahasan dalam rapat kelompok tanpa adanya rasa segan atau adanya hambatan psikologis lainnya. a. Bebas dalam membuat keputusan. Kelompok bebas menentukan dan memutuskan menurut kesepakatan yang diambil oleh kelompok sendiri. Keputusan kelompok harus merupakan hasil dari permusyawaratan bersama dan tidak diperkenankan adanya dominasi dari perorangan atau beberapa orang yang bersifat pemaksaan kehendak atau intervensi dari pihak manapun dan dalam bentuk apapun. Kelompok juga berwenang untuk mengatur rumah tangga sendiri sesuai dengan keputusan bersama b. Bebas dalam menetapkan kebutuhan. Dalam rangka peningkatan dan penguatan kapasitasnya, KSM meningkatkan dan menguatkan tingkat kemampuan para anggotanya seperti: peningkatan kesejahteraan, peningkatan wawasan dan pengetahuan serta ketrampilan baik bersifat individu maupun kelompok c. Berpartisipasi nyata. Setiap anggota wajib berkontribusi kepada kelompok sebagai wujud komitmen dalam rangka keswadayaan serta ikatan kelompok. Peran dan fungsi KSM Dengan berkelompok, masyarakat bisa mengambil banyak manfaat darinya, karena KSM bisa memenuhi kebutuhan materil maupun psikologis. Oleh karena itu, KSM bisa berperan dan berfungsi dalam banyak hal antara lain: a. Sebagai sarana proses perubahan sosial. Proses pembelajaran yang terjadi dalam KSM adalah menjadi pendorong terjadinya perubahan paradigma, pembiasaan praktek nilai-nilai baru, cara pandang dan cara kerja baru, serta melembagakannya dalam praktek kehidupan sehari-hari b. Sebagai wadah pembahasan dan penyelesaian masalah. Setiap kegiatan yang dilaksanakan KSM haruslah mengambarkan permasalahan yang dihadapi oleh kelompok, dan penyelesaiannya disepakati bersama c. Sebagai wadah aspirasi. Jika ada masalah, kepentingan, atau harapan yang berkembang di masyarakat; maka kelompok bisa berfungsi untuk menerima, membahas dan menyalurkan, kepada pihak-pihak yang relevan, dengan berpijak pada hak-hak warga d. Sebagai wadah menggalang tumbuhnya saling kepercayaan (menggalang social trust). Dalam kelompok anggota bisa saling terlibat dalam pelaksanaan kegiatan dan membagi tanggung jawab. Saling kepercayaan sosial ini dibangun melalui cara penjaminan

11

dan rekomendasi kelompok. Ketika kelompok membangun hubungan dengan pihak lain, kepercayaan tersebut sebagai modalnya. e. Sebagai sumber ekonomi. Jika masyarakat membutuhkan dana, maka KSM bisa berfungsi sebagai sumber keuangan. Keuangan di KSM bisa saja bersumber dari pihak luar, maupun juga dari internal anggota sendiri. dengan cara iuran bersama. Iuran tersebut bisa menjadi modal usaha dan sekaligus menjadi salah satu bentuk ikatan/ pemersatu dan membangun kekuatan sendiri. KSM Mandiri Dalam perjalanannya, tidak sedikit KSM mengalami kegagalan dalam membangun kelompok, sehingga tidak mampu bertahan lama. Adapun faktor faktor yang menjadikan KSM mandiri, diantaranya sebagai berikut: a. Keorganisasian : KSM memiliki tujuan dan program kerja yang jelas Semua pengurus KSM mampu melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya secara profesional KSM memiliki AD/ART (tertulis) Semua anggota melaksanakan kewajiban dan haknya dengan baik Solidaritas antar anggota semakin kuat KSM mampu mengambil keputusan secara mandiri dan demokratis b. Administrasi KSM memiliki perangkat pembukuan (organisasi dan keuangan) yang lengkap Pengurus KSM memiliki kemampuan dan trampil mengelola pembukuan KSM memiliki laporan keuangan yang lengkap dan dilaporkan secara rutin ke anggota KSM memiliki sistem informasi manajemen c. Permodalan Tabungan KSM beragam dan terus meningkat kSM mampu mengelola dana dari luar Dana kelompok mampu memenuhi kebutuhan pinjaman anggotanya Pengembalian pinjaman anggota lancar (95%) d. Usaha Usaha produktif anggota terus berkembang dan menguntungkan Sarana kerja dan pelayanan semakin lengkap KSM mampu membiayai operasional secara layak e. Akseptasi Keanggotaan KSM terus meningkat baik jumlah maupun mutunya Pengetahuan dan keterampilan anggota semakin berkembang Kehadiran KSM semakin dikenal dan diterima masyarakat KSM ikut menentukan dalam pengambilan keputusan tingkat desa/kelurahan.

12

Modul 2
Topik: Mengenali Tahapan Perkembangan Kelompok

Peserta memahami tahapan perkembangan kelompok, agar BKM bisa berfungsi untuk mengawal KSM-KSM

Kegiatan 1 Permainan Lempar Bola, Tahap Perkembangan Kelompok Kegiatan 2 - Diskusi Pleno

2 Jpl ( 90 )

Bahan bacaan : Tahapan Perjalanan Kelompok Bahan bacaan : Arah Pengembangan Kelompok

Kerta Plano Kuda-kuda untuk Flip-chart Metaplan Spidol, selotip kertas dan jepitan besar

13

Permainan Lempar Bola, Tahap Perkembangan Kelompok


1) Buka pertemuan dengan salam singkat dan sampaikan bahwa kita akan memulai tema mengenali tahapan pengembangan kelompok kemudian uraikan apa yang ingin dicapai pada modul ini, yaitu agar para pengurus BKM memahami tahapan perkembangan Kelompok (KSM KSM), sehingga bisa memberikan bimbingan pada KSM-KSM tersebut sesuai dengan perkembangan dalam kelompok. 2) Awali sesi ini dengan menjelaskan bahwa selanjutnya peserta akan mempelajari bagaimana tahap-tahap yang biasanya dilalui oleh sebuah kelompok yang dibentuk. 3) Mintalah peserta untuk membentuk 4 kelompok. Ajak setiap kelompok untuk membentuk lingkaran Bagikan satu buah bola (seukuran bola tenis. Jika tidak ada, bisa dibuat dari gulungan kertas yang diisolasi) kepada setiap kelompok. 4) Sampaikan tugas kelompok sebagai berikut. Kita akan memindahkan bola ini dari satu orang ke orang lain, dengan aturan sebagai berikut: Setiap orang harus kebagian satu kali memindahkan bola ke orang lain, dan satu kali menerima Harus jelas dan tegas, dari siapa kepada siapa. Misalnya (peragakan:) dari fulan kepada wulan Kemudian, setiap yang menerima bola, harus mengekspresikan rasa terimakasihnya kepada yang memberi. Misalnya (peragakan) terimakasih, fulan Kemudian mintalah setiap kelompok menugaskan satu orang untuk menghitung waktu, berapa waktu yang dibutuhkan bagi kelompok, untuk menyelesaikan satu putaran. 5) Persilakan kelompok untuk melakukan tugas tersebut. Catat waktu yang dicapai oleh masingmasing kelompok pada kertas plano. 6) Kemudian tanyakan kepada peserta: apakah mereka sudah puas dengan capaian tersebut? Jika belum puas, persilakan kelompok untuk mencoba satu atau dua kali lagi. Catatan: tegaskan selalu: aturan tidak boleh dilanggar. Catat perkembangan waktu yang diperoleh. 7) Tanyakan lagi, apakah kelompok sudah puas. Jika sudah, tantanglah mereka, bahwa rekor Indonesia untuk permainan ini adalah 3 detik (untuk kelompok yang anggotanya 12 orang) tanpa melanggar aturan yang sama. Tantanglah peserta untuk memecahkan rekor tersebut. Beri waktu kepada mereka untuk menyusun strategi dan mencoba.

14

Diskusi Pleno Hikmah Permainan


1) Setelah selesai, mintalah perwakilan setiap kelompok untuk menyampaikan gambaran proses yang terjadi di kelompok. Ajukan pertanyaan-pertanyaan berikut untuk memperdalam pembahasan: Apakah ada yang muncul sebagai pemimpin di dalam kelompok? Bagaimana prosesnya? Apakah ada perdebatan dalam kelompok? Apakah terjadi perpecahan pendapat dalam kelompok? Bagaimana cara kelompok mengatasi perbedaan pendapat?

2) Sampaikan penjelasan bahwa hal-hal tadi adalah gambaran dari teori tahapan perkembangan kelompok. Berikan masukan mengenai tahapan perjalanan kelompok. Berikan contoh tahapan seperti storming (terjadi perdebatan/perbedaan pendapat) berdasarkan contoh-contoh nyata yang terjadi dalam permainan tadi. 3) Lanjutkan dengan penjelasan arah perkembangan kelompok berdasarkan bahan bacaan. 4) Tutuplah sesi dengan menyampaikan point-point penting mengenai tahapan perkembangan kelompok dan arah pengembangan kelompok.

15

Tahapan Perjalanan Kelompok


Dalam kerja fasilitator akan banyak ditemukan masalah yang menyangkut keutuhan kelompok. Beberapa penyebabnya memang berkait dengan sifat dasar dari pembangunan perumahan yang berjangka wakatu lama, dan harus menempuh satu demi satu periode kritis untuk mendapatkan pendanaan, pengadaan tanah, dan lain-lain. Faktor lain yang mengganggu keutuhan kelompok adalah diabaikannya segi pemeliharaan kelompok, Padahal berbagai masalah dapat mengganggu keutuhan kelompok, baik ketika kelompok baru dibentuk hingga kelompok mencapai tahap perkembangan yang lebih lanjut. Ketika sejumlah orang bersama-sama bekerja untuk sebuah proyek atau aktivitas yang sama, mereka belum tentu merupakan sebuah tim yang produktif. Sebelum sebuah kelompok dapat berfungsi dengan baik, mereka harus melewati serangkaian tahapan. Tahapan tersebut meliputi : 1. Masa Pembentukan (Forming) 2. Masa Krisis atau Badai (Stroming) 3. Masa Normalisasi (Norming) 4. Masa Prestasi (Performing) Masa Pembentukan (Forming) Kelompok masih belum berupa kelompok, namun kumpulan individu-individu Individu ingin menetapkan identitas pribadi di dalam kelompok dan membuat kesan Partisipasi sebatas idividu-individu yang telah akrab dengan suasana, fasilitator dan individu lainnya. Individu mulai memusatkan pada tugas-tugas yang ada dan mendiskusikan tujuan Kelompok mulai membicarakan aturan-aturan dimana keputusan dan tindakan yang akan datang ditetapkan. Masa Krisis atau Badai (Storming) Dicirikan oleh konflik di dalam kelompok dan tidak adanya persatuan Aturan-aturan dasar awal tentang tujuan, kepemimpinan dan perilaku dilanggar Individu bisa saling bermusuhan satu sama lain dan mengekpresikan individualitasnya dengan mengajukan atau menonjolkan agenda pribadi Perselisihan makin meningkat, aturan dilanggar, perbantahan terjadi Namun, bila berhasil diatasi, tahap ini akan mengarah pada suasana yang baru dan lebih realistik tentang sasaran, prosedur, dan norma. Masa Normalisasi (Norming) Dicirikan oleh konflik di dalam kelompok dan tidak adanya persatuan Anggota kelompok menerima kelompok dan menerima masing-masing kekurangan anggota lain Persatuan kelompok berkembang dan kelompok terdorong untuk mempertahankannya Berkembang semangat kelompok keselarasan menjadi hal penting Masa Prestasi (Performing) Dicirikan oleh kematangan dan produktivitas maksimum Hanya dapat dicapai bilamana tiga tahap sebelumnya bisa dilampaui dengan berhasil Anggota-anggota mengambil peran untuk memenuhi aktivitas kelompok

16

Energi kelompok disalurkan ke dalam tugas-tugas yang telah diidentifikasi Pemahaman, wawasan, dan solusi mulai muncul Dipandang dari dinamikanya, suatu kelompok lahir dan berkembang hingga mencapai keadaan puncak melalui empat tahapan. Bagan berikut ini menjelaskan tahapan tersebut beserta persoalanpersoalan yang dapat terjadi pada setiap tahap. SITUASI KELOMPOK Pembentukan PERSOALAN DALAM STRUKTUR KELOMPOK Kekhawatiran muncul bersumber dari situasi apa yang sedang dihadapi, apa yang bisa dilakukan pemimpin kelompok, dan tingkah laku apa yang tepat dan tidak tepat. Konflik muncul antar sub-kelompok atau antar otoritas di dalam kelompok. Kemampuan pemimpin sedang diuji. Pendapat anggota terpecah. Anggota bereaksi menentang keputusan kelompok atau pemimpin yang berusaha mengendalikannya. Kelompok mulai menemukan keharmonisan, pengalamn berkelompok sudah menjadi modal kekompokan untuk pertama kalinya. Pegangan apa yang telah dilakukan sudah ditemukan mayoritas anggota. Konflik telah ditemukan pemecahannya. Telah muncul saling mendukung dalam kerja satu sama lain. Karateristik kelompok telah diterima secara sukarela dan tidak dipersoalkan lagi. Struktur kelompok sudah menjadi dasar pengerjaan tugas-tugas. Peran anggota satu sama lainnya dilihat sebagai cara mencapai tujuan. Dan, adanya toleransi terhadap perbedaan. PERSOALAN DALAM KEGIATAN KELOMPOK Belum jelasnya tugas kelompok, dimana anggota masih mencari jawaban dan pertanyaan-pertanyaan pokok tersebut, bersamaan dengan adanya pencarian tentang aturan dan metode apa yang akan digunakan. Penting nya suatu tugas dan kelayakan pelaksanaannya dipertanyakan oleh anggota. Anggota bereaksi secara emosional terhadap tuntutan tugas yang diberikan padanya. Kerjasama dalam bertugas mulai terbangun. Perencanaan dibuat dan kerja telah dijalankan berdasarkan standar yang disepakati komunikasi berbagai pandangan tercipta. Dan, sudah ada pengalaman berbagai emosi, baik dalam pekerjaan atau lainnya. Kerja kelompok sudah terlihat hasilnya. Kemajuan sudah dirasakan sebagai pengalaman bersama. Energi individu sudah dianggap sebagai energi kelompok untuk mencapai tujuan bersama.

Krisis

Normalisasi

Prestasi

Dalam pengelolaan KSM, hal-hal yang terjadi dalam setiap tahapan perkembangan kelompok dapat digambarkan sebagai berikut: SITUASI KELOMPOK Pembentukan PERSOALAN DALAM STRUKTUR KELOMPOK Kekhawatiran muncul bersumber dari situasi apa yang sedang dihadapi, apa yang bisa dilakukan pemimpin kelompok, dan tingkah laku apa yang tepat dan tidak tepat. PERSOALAN DALAM KEGIATAN KELOMPOK Belum jelasnya tugas kelompok, dimana anggota masih mencari jawaban dan pertanyaan-pertanyaan pokok tersebut, bersamaan dengan adanya pencarian tentang aturan dan metode apa yang akan digunakan.

17

SITUASI KELOMPOK Krisis

PERSOALAN DALAM STRUKTUR KELOMPOK Konflik muncul antar sub-kelompok atau antar otoritas di dalam kelompok. Kemampuan pemimpin sedang diuji. Pendapat anggota terpecah. Anggota bereaksi menentang keputusan kelompok atau pemimpin yang berusaha mengendalikannya. Kelompok mulai menemukan keharmonisan, pengalamn berkelompok sudah menjadi modal kekompokan untuk pertama kalinya. Pegangan apa yang telah dilakukan sudah ditemukan mayoritas anggota. Konflik telah ditemukan pemecahannya. Telah muncul saling mendukung dalam kerja satu sama lain. Karateristik kelompok telah diterima secara sukarela dan tidak dipersoalkan lagi. Struktur kelompok sudah menjadi dasar pengerjaan tugas-tugas. Peran anggota satu sama lainnya dilihat sebagai cara mencapai tujuan. Dan, adanya toleransi terhadap perbedaan.

PERSOALAN DALAM KEGIATAN KELOMPOK Penting nya suatu tugas dan kelayakan pelaksanaannya dipertanyakan oleh anggota. Anggota bereaksi secara emosional terhadap tuntutan tugas yang diberikan padanya. Kerjasama dalam bertugas mulai terbangun. Perencanaan dibuat dan kerja telah dijalankan berdasarkan standar yang disepakati komunikasi berbagai pandangan tercipta. Dan, sudah ada pengalaman berbagai emosi, baik dalam pekerjaan atau lainnya. Kerja kelompok sudah terlihat hasilnya. Kemajuan sudah dirasakan sebagai pengalaman bersama. Energi individu sudah dianggap sebagai energi kelompok untuk mencapai tujuan bersama.

Normalisasi

Prestasi

Komposisi dan Peran-Peran dalam kelompok


Pada saat kelompok bekerja sama, maka ia dapat mencapai tujuan bersamanya. Untuk melakukan hal tersebut kelompok harus memiliki anggota-anggota dengan cakupan keterampilan dan kemampuan. Semakin besar ukuran kelompok, tampak semakin luas beragam bakat. Keterampilan dan pengetahuan yang bisa ditampilkan. Kelompok yang terlalu kecil bisa jadi kurang efektif karena keterbatasan cakupan pengetahuan kolektifnya. Namun demikian bila kelompok terlalu besar, maka hambatan-hambatan proses belajar juga bisa akan bermunculan. Individu-individu makin sedikit yang berbicara dalam diskusi dan anggota yang lebih aktiflah yang akan mendominasi kelompok. Kelompok yang terdiri dari 5-7 orang lah yang umumnya bisa bekerja paling baik untuk mencapai partisipasi dan produktivitas optimun. Ukuran Kelompok dan Partisipasi Pengetahuan ilmiah tentang Dinamika Kelompok membuka pemahaman mengenai hubungan antara ukuran kelompok dan kualitas partisipasi. Ukuran Kelompok 3 6 orang 7 10 orang 11 18 orang 19 30 orang > 30 orang Kualitas Partisipasi Setiap orang berbicara Hampir tiap orang berbicara. Orang yang sangat pendiam berbicara sedikit, satu atau dua orang mungkin tidak berbicara sama sekali 5 6 orang akan berbicara banyak 3 atau 4 orang akan bergabung kadang-kadang saja. 3 atau orang mendominasi Kemungkinan partisipasi kecil

18

Kapasitas individu-individu anggota kelompok tidak selalu menentukan penampilan baik dari kelompok tersebut. Kelompok yang terdiri dari individu-individu yang sangat cemerlang tidak selalu menghasilkan produktivitas terbaiknya. Fasilitator hendaknya bisa mengenali cakupan atau ruang lingkup yang diperlukan untuk menjadikan penampilan kelompok cukup bagus untuk mencapai tujuan-tujuannya. Dalam hal ini, melalui metode partisipasi. Adalah penting untuk memperhitungkan peran-peran pekerjaan atau tugas, yakni mereka yang membantu mencapai tujuan-tujuan kelompok dan peran-peran mempertahankan, mereka yang membantu dalam proses mencapai tugas-tugas tersebut. Tidak ada seorang pun yang sempurna dan karena itu setiap peran dan fungsi selalu ada sisi kelemahan atau kekurangan yang bisa diterima. Menghargai kekurangan yang bisa diterima tersebut menciptakan suasana keterbukaan di dalam kelompok. Individu anggota kelompok merasa lebih nyaman dan bisa menerima ketidaksempurnaan dan merasa dapat berkonsentrasi pada kekuatannya. Kelompok yang bagus adalah kelompok yang bisa menampung persenyawaan berbagai peran dan fungsi. Kelompok yang hanya terdiri dari satu jenis orang, betapapun hebatnya individu-individunya bisa menjadi sangat tidak efektif.

19

Bagaimana Arah Pengembangan Kelompok?


Upaya-upaya pendampingan yang diarahkan kepada pembangunan kelompok mandiri sekurangkurangnya terfokus kepada 2 hal penting. Penguatan ke dalam Kelompok Pertama, berorientasi kepada peningkatan pendapatan anggota dan kelompok. Dalam rangka ini perlu diupayakan terus-menerus pemahaman dan peningkatan kapasitas pengelolaan anggaran kelompok dan anggaran rumah tangga bagi anggota. Kapasitas ini terutama dalam hal pembentukan cadangan atau tabungan yang efektif, pemupukan modal swadaya dan pengembangan usaha-usaha produksi dan pemasaran. Kedua, penguatan organisasi kelompok. Hal ini ditandai oleh pertemuan yang teratur, rutin dan berkelanjutan. Sistem administrasi keuangan tertib dan transparan. Pemilihan pengurus dipilih dari dan oleh anggota, secara teratur melakukan program pendidikan anggota. Perencanaan program kelompok, pelaksanaan, dan evaluasinya dilakukan secara partisipatif. Ketiga, penguatan nilai-nilai dalam kelompok. Terutama menanamkan sikap keterbukaan di kalangan anggota terhadap hal-hal seperti peluang kerjasama dan teknologi-teknologi baru untuk mencapai skala usaha yang lebih besar. Selain itu juga menanamkan prinsip demokrasi dan partisipasi dalam kelompok, serta kesetaraan jender (laki-laki dan perempuan).

Penguatan ke tingkat Komunitas


Pertama, penguatan kepemimpinan alternatif. Selama proses pendampingan kelompok diharapkan muncul personil-personil yang mampu menjadi alternatif kepemimpinan lokal (kepemimpinan informal). Mengapa disebut kepemimpinan alternatif? Karena di desa telah ada kepemimpinan formal (pemerintah desa) dan informal (tokoh agama, adat, ketokohan). Kepemimpinan alternatif ini diharapkan bisa muncul karena kualitas dan kemampuannya, serta kepeduliannya kepada persoalan dan masa depan masyarakat. Kedua, pengembangan kader-kader dan agen perubahan masyarakat. Kelompok, kepemimpinan kelompok, dan kader-kadernya yang kuat diharapkan menjadi agen perubahan di komunitasnya. Mereka menjadi kelompok dan personil-personil yang aktif, kritis, dan berpengaruh di komunitasnya sehingga berkembang dinamika baru. Kelompok-kelompok ini termasuk individu-individu yang menjadi anggotanya menjadi simpul komunikasi di dalam dan keluar komunitasnya. Pengaruh yang diharapkan dari kelompok dan anggota-anggota kelompok adalah suatu penguatan kerjasama, jaringan komunikasi dan pembelajaran yang lebih terbuka dan partisipatif. Ketiga, mendorong transformasi sosial dengan adanya penguatan organisasi, kepemimpinan lokal alternatif dan berkembangnya dinamika di masyarakat. Ini diharapkan terjadi karena kepemimpinan alternatif (demokratis, partisipatif, terbuka) menjadi pilihan baru ketimbang kepemimpinan tradisional (paternalistik, feodal). Model komunikasi pembangunan konvensional (penyuluhan, penerangan) diperkaya/ digantikan dengan model komunikasi dialogis (seperti misalnya kegiatankegiatan musyawarah, lokakarya desa, forum warga, diskusi, dan sebagainya).

20

Modul 3
Topik: Mengelola Sebuah KSM

1. Peserta memahami pentingnya mengelola KSM dengan baik 2. Peserta mengetahui bagaimana cara mengelola KSM dengan baik 3. Peserta memahami hal-hal yang harus dilakukan dalam pengelolaan KSM

Kegiatan 1 : Analisis Bahan Bacaan 1: Membidik Mitra Strategis Kegiatan 2 : Simulasi, Pengelolaan Sumberdaya

3 Jpl ( 135 )

Lembar kerja format isian Bahan Bacaan 1: Membidik mitra strategis Bahan Bacaan 2: KSM peminjam

Kerta Plano Kuda-kuda untuk Flip-chart Metaplan Papan Tulis dengan perlengkapannya Spidol, selotip kertas dan jepitan besar

21

Analisis Bahan Bacaan, Membidik Mitra Strategis


1) Buka pertemuan dengan salam singkat dan uraikan kepada peserta tujuan dari pembahasan ini adalah: Peserta memahami pentingnya mengelola KSM Peserta mengetahui bagaimana cara mengelola KSM dengan baik Peserta memahami hal-hal yang harus dilakukan dalam pengelolaan KSM 2) Bagi peserta menjadi 4-6 kelompok. Kemudian bagikan bahan bacaan 1: membidik mitra strategis. Mintalah setiap kelompok untuk membaca dan mendiskusikan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan berikut ini: Apakah faktor kunci keberhasilan dari BKM-BKM di Jawa Tengah? Siapa saja pihak yang berperan penting dalam membangun kemitraan- kemitraan tersebut? Mengapa beberapa mitra mau mendukung KSM-KSM tersebut? 3) Persilakan kelompok untuk berdiskusi selama sekitar 15-20 menit. Mintalah setiap kelompok untuk menuliskan jawabannya pada kertas plano/flipchart. 4) Setelah semua kelompok selesai berdiskusi, persilakan perwakilan setiap kelompok untuk menyampaikan hasil diskusi kelompoknya. 5) Fasilitasi proses tanya jawab, dan simpulkan kesepakatan seluruh kelompok. Tambahkan dengan penekanan: Salah satu faktor yang membuat mitra luar tertarik untuk bekerjasama adalah kepercayaan mitra luar akan kemampuan BKM dan KSM-KSM-nya dalam mengelola organisasinya. Oleh karena itu, tugas BKM dan UP-UP-nya untuk membantu pengurus KSM untuk mengembangkan sistem pengelolaan organisasi yang baik.

Simulasi Pengelolaan (Manajemen) Sumberdaya


1) Jelaskan kepada peserta, bahwa sebagai pengantar penjelasan mengenai cara mengelola (istilah lainnya adalah manajemen) KSM, kita akan melakukan sebuah simulasi. 2) Bagikan format pada lembar bantu kepada setiap peserta. Kemudian jelaskan aturan simulasi sebagai berikut:

22

Aturan Simulasi: 1. Tuliskan angka 1 pada sudut kanan atas. 2. Isilah pada kolom pertama, daftar berbagai permasalahan yang anda hadapi dalam kehidupan ini (baik yang berskala besar seperti: di-PHK, maupun yang kecil seperti: tidak bisa membelikan mainan untuk anak) 3. Pada kolom kedua, disamping masing-masing masalah-masalah tersebut, cantumkan alokasi waktu yang selama ini telah anda curahkan untuk mengatasinya. 4. Setelah semua peserta selesai membuat daftar permasalahan dan alokasi waktu yang selama ini tercurah, jelaskan bahwa seandainya, ada yang memberikan dana sebesar Rp. 1 juta untuk membayar waktu yang dikeluarkan oleh anda dalam mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut, berapa besar dana yang anda keluarkan untuk alokasi waktu tersebut? Tuliskan dikolom 3, di samping curahan waktu masing-masing masalah. 3) Setelah peserta selesai mengisi format tersebut, Jelaskan bahwa itulah cara masing-masing peserta mengatur sumberdaya. Mintalah peserta untuk merenung sejenak, jika perlu persilakan beberapa peserta untuk mengungkapkan refleksinya terhadap alokasi yang telah dilakukannya selama ini. 4) Kemudian, bagikan kembali format seperti pada media bantu (yang masih kosong) kepada setiap peserta. Mintalah mereka untuk menuliskan angka 2 pada ujung kanan atas format tersebut. Kemudian persilakan mereka untuk menyalin kembali daftar masalah mereka ke format 2. hanya saja, kali ini pada kolom 2 dan 3, persilakan peserta untuk mengalokasikan kembali waktu dan biaya yang paling logis/ideal. 5) Setelah peserta selesai mengisi, ajukan pertanyaan-pertanyaan ini dalam diskusi pleno/kelas: Seberapa berbeda-kah jawaban anda pada format 1 dengan 2? Apa yang menyebabkan anda mengubah prioritas? Perbedaan antara format 1 dan 2 menunjukkan bahwa anda belum mengelola hidup anda dengan optimal. Mengapa ini terjadi? Apakah kondisi macam ini juga terjadi dalam kehidupan organisasi KSM-KSM kita? Apa buktinya? Rencana tindak lanjut apa yang harus kita buat untuk KSM-KSM kita? 6) Tuliskan pendapat-pendapat peserta pada kertas plano/papan tulis. Kesimpulan utama adalah: dalam mengelola sebuah organisasi, penentuan prioritas menjadi sangat penting, agar kita bisa membuat rencana, mengurutkan tahap-tahap pekerjaan, serta alokasi waktu dan dana yang tersedia. 7) Untuk memperkuat, sampaikan contoh cara mengelola KSM peminjam dalam bahan bacaan 2. 8) Persilakan peserta untuk bertanya tentang hal-hal yang belum jelas. 9) Simpulkan hasil diskusi dan tutup pembahasan dengan penjelasan sebagai berikut:

23

Kata Manajemen berasal dari bahasa Prancis kuno mnagement, yang memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur. Istilah manajemen belum memiliki definisi yang mapan dan diterima secara universal. Manajemen merupakan perpaduan antara seni dan ilmu pengetahuan. Sebagai suatu seni, manajemen akan menggerakkan orang bekerja secara efektif dan efisien untuk mencapai visi/misi lembaganya. Artinya disini, ada aspek seni memimpin, dan memotivasi orang. apalagi jika dikaitkan dengan manajemen KSM sebagai suatu lembaga yang bersifat sukarela, tentunya BKM harus mencari sumber motivasi/penggerak selain upah atau uang atau materi lainnya. Sebagai suatu ilmu pengetahuan, manajemen berhubungan dengan cara-cara untuk melakukan berbagai hal dalam mencapai visi/misi lembaganya. Faskel akan memberikan banyak masukan mengenai ilmu pengetahuan pengelolaan organisasi. Tapi, kemungkinan akan banyak juga yang bersifat teori. Untuk menerapkannya, BKM bisa memasukkan unsurunsur pengetahuan lokal. Namun, istilah manajemen seringkali juga menimbulkan tanggapan yang campur-aduk. Tidak jarang istilah manajemen diartikan sebagai sekelompok orang yang menjadi pimpinan dan memiliki kewenangan yang demikian besar. Kita sering mendengar pada berbagai kasus PHK, misalnya, seseorang mengatakan, pihak manajemen sudah memutuskan. Sumber: Manajemen Organisasi Nirlaba, P3M

24

Format Isian
Masalah (1) Alokasi waktu (2) Alokasi dana (3)

25

Semarang, 25 Juli 2006

Membidik Mitra Strategis


Banyak jalan menuju Roma, mungkin itu istilah yang tepat untuk menangkap peluang kemitraan. Kesempatan untuk melakukan kemitraan dengan berbagai pihak terbuka luas bagi BKM. Bahkan, pemerintah telah mendorong proses berjalannya kemitraan itu sendiri dengan mengeluarkan berbagai regulasi yang mengoptimalkan lembaga perbankan nasional maupun BUMN untuk berperan serta memberikan wadah bagi berjalannya kemitraan. Selama ini pemerintah menilai bahwa BUMN maupun perbankan dipandang memiliki peran strategis dalam membantu pembinaan dan pengembangan usaha kecil yang dampaknya adalah mengatasi kemiskinan di masyarakat. Pihak BUMN dan perbankan sendiri ternyata menyambut baik adanya regulasi pemerintah, seperti Program Kredit Usaha Mikro Kecil yang menggunakan dana SUP 005 dan Keputusan Menteri BUMN No. 236 tahun 2003 tentang Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL). Karena, misi mereka selain membantu usaha kecil yang ada di wilayah kerjanya, juga untuk meningkatkan citra perusahaan yang mampu mengembangkan mitra binaan di sektor usaha inti maupun non-inti. Sekarang permasalahannya, sejauh mana BKM peka terhadap iklim kondusif yang diciptakan pemerintah dengan adanya program kemitraan yang terbuka luas ini. Hal tersebut memerlukan suatu strategi yang harus dimiliki BKM guna menangkap peluang tersebut. Keberadaan sebuah program kemitraan sebenarnya oleh BKM sudah menjadi kebutuhan yang tidak bisa dielakkan. Karena, dalam perkembangannya BKM dituntut untuk mandiri. Sedangkan di sisi lain, perkembangan jumlah KSM menuntut BKM untuk mencari solusi dalam penambahan modal. Menggali Potensi dan Menjajaki Kemitraan

Bagaimana kita bisa melakukan kemitraan tanpa mengenal terlebih dulu apa yang kita miliki dan siapa yang akan kita ajak bermitra, jawabnya tidak akan mungkin. Menggali potensi masyarakat dan mengenal lebih dulu siapa yang akan kita ajak bermitra adalah penting. Menggali potensi masyarakat ini dimaksudkan supaya kemitraan tersebut benar-benar tepat sasaran dan dibutuhkan oleh masyarakat. Jangan sampai terjadi, BKM sudah banyak melakukan kemitraan dengan pihak luar tetapi tidak dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat karena kurang diminati dan kurangnya informasi. Sehingga, tidak bisa sesuai dengan tujuan untuk keberlanjutan penanggulangan kemiskinan. Tidak serta merta BKM akan memperoleh mitra yang strategis seperti yang diharapkan. Khususnya dalam penambahan modal untuk program penanggulangan kemiskinan atau pengembangan KSM. BKM perlu dikenal terlebih dulu, bukan hanya oleh masyarakat tetapi juga oleh pihak yang akan bermitra. Dari berbagai pengalaman yang telah dilakukan oleh BKM-BKM yang berhasil melakukan kemitraan dengan dinas pemerintah, perbankan maupun BUMN, kemitraan diperoleh dari adanya kesadaran dan semangat pengurus BKM untuk melanjutkan program penanggulangan kemiskinan. Seperti yang dilakukan BKM Podosugih, Kota Pekalongan. Menurut Bapak Anton (pengurus BKM Podosugih), hasil kemitraan yang ada selama ini berawal dari sosialisasi terprogram yang dilakukan BKM. Bahkan, BKM sendiri mempunyai unit khusus yang bertugas untuk bersosialisasi dengan masyarakat dan selalu hadir di forum RT atau RW sambil mengenalkan BKM dan programprogramnya. Maksud sosialisasi tersebut, agar masyarakat lebih merasa memiliki dan

26

menumbuhkembangkan BKM. Sehingga, dengan ikatan yang erat antara BKM dan masyarakat, pihak luar yang ingin mengembangkan potensi di kelurahan akan dapat memanfaatkan BKM sebagai mitra untuk mengembangkan masyarakat. Begitu juga yang terjadi di BKM Sari Asih, Kelurahan Padang Sari, Semarang. Walaupun tidak ada unit khusus untuk melakukan sosialisasi seperti di Podosugih, strategi yang dilakukan BKM ini sama, yaitu mengenalkan KSM-KSM yang potensial. Cara tersebut lebih efektif, dengan mengadakan pasar rakyat secara rutin, bekerjasama dengan aparat kelurahan untuk memfasilitasi kegiatan tersebut. Hasilnya sangat memuaskan. Pasar rakyat tersebut ternyata mampu mencuri perhatian Pertamina dan BTN yang pada waktu itu memang sedang fokus mencari mitra binaan guna membantu perbankan dan BUMN menyalurkan pinjaman kepada pengusaha kecil. Langkah yang ditempuh oleh kedua BKM di atas setidaknya telah memberikan gambaran bahwa sebenarnya sosialisasi adalah kunci awal untuk meraih kemitraan. Menurut Pertamina UPMS Jateng dan DIY sebagai salah satu BUMN yang ikut serta mengembangkan mitra binaan, pihak Pertamina akan menyalurkan pinjaman ke usaha mikro kepada lembaga yang kegiatannya jelas dan dikenal oleh masyarakat luas. Sehingga, pihak Pertamina percaya akan kemampuan dari lembaga tersebut untuk mengelola dan mengembangkan usaha mikro sesuai dengan tujuan bersama, yaitu penanggulangan kemiskinan dan kemanfaatan bersama. Selain sosialisasi yang baik, hal lain yang perlu ditindaklanjuti dari kemitraan adalah menjaga kepercayaan yang diberikan oleh pihak lain. Mungkin ini diperlukan konsistensi dari berbagai pihak. Baik pengurus maupun masyarakat sebagai pengguna hasil kemitraan. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan juga harus tepat sasaran sesuai dengan keinginan masyarakat, dan sesuai dengan prosedur dari pihak pemberi mitra. Kemudian juga perlu dilakukan monitoring dan pembinaan KSM. Dengan adanya monitoring dan pembinaan KSM, resiko dari pemanfaatan dana kemitraan tidak tepat sasaran akan bisa diminimalisir. Monitoring dan pembinaan ini tidak saja dilakukan oleh BKM. Sebagian BUMN biasanya memiliki program-program monitoring dan pembinaan yang dilakukan secara rutin, karena mereka juga bertanggungjawab terhadap dana yang disalurkan tersebut. Dari kiat-kiat yang ada dalam menangkap peluang kemitraan, sekarang tergantung BKM untuk mengoptimalkan implementasinya. Mungkin masih banyak cara yang lebih kreatif untuk bisa memanfaatkan kemitraan dengan pemerintah, perbankan, BUMN atau dengan masyarakat sendiri. (Haz, Tabloid Swara Mandiri, Edisi 03 Februari Maret 2006, KMW Propinsi Jawa Tengah; nina).

27

KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT (KSM) PEMINJAM


Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Peminjam adalah KSM yang dibentuk oleh warga masyarakat dalam kepentingannya untuk memanfaatkan dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) PNPM Mandiri Perkotaan untuk kegiatan Pinjaman Bergulir. Disebut KSM Peminjam, karena KSM ini dibentuk hanya untuk kepentingan memperoleh pinjaman bergulir sebagai salah satu upaya meningkatkan kesejahteraan mereka yang pada umumnya adalah warga masyarakat miskin. PENGELOLAAN KSM PEMINJAM : Agar KSM berfungsi sesuai dengan tujuan dibentuknya, maka KSM perlu dikelola dengan baik. Pengelolaan KSM dilakukan secara partisipatif oleh seluruh anggota KSM dipimpin oleh Pengurus KSM. Langkah-langkah pengelolaan KSM yang baik antara lain : 1. Pengurus KSM membuat pembagian tugas antara Ketua dan Sekretaris. Ketua memimpin KSM dalam setiap pertemuan, melakukan pencatatan / pembukuan KSM dan mengarahkan anggota-angotanya sesuai tujuan dibentuknya KSM. Tugas sekretaris adalah mencatat hasil kesepakatan pertemuan anggota KSM, membantu Ketua dalam mengelola kelompok dan membuat aturan main kelompok. Pengurus membuat aturan main KSM antara lain : a. b. c. 3. Jadwal pertemuan rutin dan insidentil untuk membahas masalah usaha, pinjaman, tabungan dan tunggakan, Kesepakatan tanggung renteng dan bentuk pelaksanaannya, Peningkatan kemampuan dan ketrampilan usaha anggota, dll.

2.

Seluruh anggota diusahakan memahami seluruh aturan main yang ditetapkan KSM dengan melakukan tanya jawab untuk pemahaman dan pemberian penjelasan terhadap hal-hal yang masih belum dipahami. Apabila diperlukan dapat meminta BKM/LKM atau UPK untuk memfasilitasi dan memberikan penjelasan atas hal-hal yang belum dipahami tersebut. Apabila seluruh anggota KSM sudah memahami aturan main KSM, diminta mereka mewujudkannya dengan mematuhi semua aturan main tersebut dalam bentuk : a. b. Menghadiri setiap pertemuan yang diadakan KSM baik yang rutin maupun yang insidentil Menandatangani pernyataan sepakat menanggung bersama (tang gung renteng) dan merealisasikan dalam bentuk saling mengingat kan kepada sesama anggota KSM tentang kewajian-2 yang harus dipenuhi dan menanggung bersama apabila terdapat anggota KSM yang menungak. Senantiasa mengikuti kegiatan pelatihan maupun coaching yang diadakan oleh BKM/LKM/UPK/Fasilitator dalam rangka peningkatan kemampuan dan ketrapilan usaha mereka.

4.

c.

28

Modul 4
Peran BKM/LKM Dalam Mendampingi KSM

1. Peserta mampu mereview tugas dan kewajibannya 2. Peserta memahami perannya dalam mendampingi KSM

Kegiatan 1: Analisis bahan bacaan Kegiatan 2: Diskusi pleno tentang peran BKM

2 Jpl ( 90 )

Media Bantu: Gambar karikatur Bahan Bacaan 1:BKM kembangkan lembaga pengelola infaq Bahan Bacaan 2: Peran dan tugas BKM dalam mendampingi KSM

Kertas Plano Kuda-kuda untuk Flip-chart Metaplan Spidol, selotip kertas dan jepitan besar

29

Analisis Bahan Bacaan


1) Buka pertemuan dengan salam singkat dan sampaikan bahwa kita akan memulai tema Diskusi Peran BKM dalam Mendampingi KSM kemudian uraikan apa yang ingin dicapai pada modul ini, yakni : Peserta mampu mereview tugas dan kewajibannya Peserta memahami perannya dalam mendampingi KSM 2) Sampaikan kepada peserta bahwa pada tema sebelumnya telah diuraikan mengenai konsep KSM, sekarang perlu didiskusikan bagaimana peran BKM dalam mendampingi KSM di wilayahnya. 3) Bagilah peserta menjadi beberapa kelompok berdasarkan tugasnya masing masing, ajaklah mereka untuk membaca sejenak cerita BKM Kembangkan Lembaga Pengelola Infaq. 4) Ajaklah setiap kelompok untuk mendiskusikan : a. apa kesuksesan yang telah diraih oleh BKM/LKM ngawonggo ? b. peran apa saja yang telah dilakukan oleh BKM/LKM dalam menjalankan programnya ? c. pembelajaran apa yang bisa dipetik dari cerita tersebut ? 5) Berilah kesempatan kepada setiap kelompok untuk menyampaikan hasil diskusinya. Serta beri pula kesempatan kepada peserta lain untuk menambahkan dan menanggapi.

Diskusi Peran BKM/LKM dalam Mendampingi KSM


1) Pada sesi ini, jelaskan kepada peserta bahwa pembahasan akan lebih ditekankan pada peran BKM dalam mendampingi KSM. 2) Bagi peserta menjadi beberapa kelompok. Kemudian tampilkan gambar pada media bantu. Ajukan pertanyaan kepada semua kelompok: Menurut kelompok, apa makna dari gambar 1? Dan apa makna dari gambar 2? Persilakan kelompok untuk menuliskan jawabannya pada kertas plano. Beri waktu sekitar 5 menit untuk berdiskusi. 3) Persilakan perwakilan kelompok untuk menyampaikan hasil diskusinya. 4) Ajak peserta untuk mendiskusikan dalam kelas: jadi, peran apa yang seharusnya dilakukan oleh BKM agar UP UP bisa berfungsi mendampingi KSM KSM yang ada diwilayahnya, hingga bisa berjalan sampai mandiri ?

30

5) Tulislah setiap jawaban peserta di dalam kertas plano 6) Simpulkan bersama, dan berilah penguatan berdasarkan Bahan Bacaan 2: Peran BKM dalam mengembangkan KSM. Dalam melakukan pendampingan kepada KSM KSM, maka BKM sebaiknya memiliki peran diantaranya : a. Memfasilitasi terbangunnya KSM yang benar benar merupakan kebutuhan masyarakat yang didasari dengan kesadaran dan sukarela. b. Melakukan inovasi dan kreatifitas yang dapat mengembangkan KSM ke arah kemandirian c. Memfasilitasi terjadinya pengembangan kapasitas di KSM-KSM d. Memfasilitasi terjadinya kemitraan antara kelompok peduli atau pihak terkait dengan KSM-KSM. e. Mengkoordinasi UP UP dalam mendampingi KSM-KSM

31

Gambar 1

Gambar 2

32

Klaten, 7 November 2007

BKM Kembangkan Lembaga Pengelola Infak


Upaya membangun kemandirian yang dilakukan oleh Korkot Klaten terhadap BKM-BKM ternyata mulai membuahkan hasil. Salah satunya adalah BKM Amanah Desa Ngawonggo, Kecamatan Ceper, Kabupaten Klaten, yang mampu menggalang kekuatan masyarakat dengan membentuk sebuah Lembaga Pengelola Infak (LPI), sebagai salah satu divisi dari Unit Pengelola Sosial. Desa Ngawonggo yang mencakup delapan dusun dan terdiri dari 17 RW dan 41 RT ini memiliki penduduknya sekitar 5.507 jiwa (1.117 KK), terdiri dari 2.239 penduduk dewasa dan 501 KK. Lahirnya LPI tersebut didasarkan pada masih banyaknya permasalahan sosial yang cukup memprihatinkan di Desa Ngawonggo. Antara lain, masih banyaknya anak putus sekolah, penduduk tidak mampu berobat karena tidak punya uang, kondisi rumah tidak layak huni, bahkan ada rumah yang hanya memiliki satu buah meja saja. Selain itu, terinspirasi sebuah media cetak yang menceritakan tentang seseorang yang tersayat hatinya karena kerawanan masalah sosial, kemudian orang tersebut menggalang kekuatan dengan membentuk lembaga sosial infak, yang lambat laun ternyata dapat menjadi sebuah lembaga infak besar. Dari realitas sosial, lalu terinspirasi pengalaman orang sukses, akhirnya para anggota BKM Ngawonggo melakukan serangkaian pertemuan guna membahas hal tersebut. Para anggota juga kerap diperdalam dengan bacaan-bacaan atau literatur tentang manajemen bebas dhuafa. Sebenarnya, ide ini sudah sejak setahun lalu, tapi baru pada Bulan September 2007 ini bisa terwujud, kata Koordinator BKM Amanah Ngawonggo Drs. Ismail Fahmi Islamika, yang saat itu didampingi anggota BKM lainnya H.M. Farochan, di Sekretariat BKM. Menurut Fahmi, dibentuknya LPI bertujuan mengembangkan dan meningkatkan kesadaran sosial antarsesama. Dengan visi terwujudnya lembaga yang amanah, profesional dan rahmatan lilalamin, serta misi menghimpun, mengelola dan menyalurkan dana umat demi kepentingan dan kesejahteraan umat; membantu mengantarkan kemandirian umat; memberikan pelayanan yang prima kepada donatur dengan manajemen yang rapi dan SDM yang amanah; serta melakukan kegiatan pendayagunan dana yang terbaik dengan mengutamakan kegiatan pada sektor pendidikan, ekonomi, dan kesejahteraan. Infak yang terkumpul, akan didistribusikan kembali dengan skala prioritas orang mustahiq (orang yang berhak menerima zakatRed), melalui 10 program LPI. Program pertama: Peduli Anak Yatim, yaitu pemberian bantuan kepada anak-anak yatim dari kalangan dhuafa. Program kedua: Peduli Anak Sekolah, yaitu subsidi beasiswa SPP dan atau alat tulis sekolah yang ditujukan kepada kaum dhuafa, diutamakan yang berprestasi. Program ketiga: Santunan Lansia Jompo, yaitu santunan yang diberikan kepada lansia dan jompo dari kalangan dhuafa.

33

Program keempat: Paket Sembako Dhuafa, yaitu bentuk pemberian cuma-cuma kepada kaum sangat dhuafa. Program kelima: Paket Sembako Murah, yaitu pemberian bantuan dalam bentuk subsidi separuh harga pasar atau umum. Program keenam: Pelayanan Kesehatan, yaitu pelayanan cuma-cuma dan dilaksanakan secara temporal dan dalam bentuk yang berbeda-beda, ditujukan melayani atau membantu meringankan biaya kesehatan.
santunan kepada para pembina TPA, MD, Marbot Masjid/Mushola, guru ngaji keliling dan sejenisnya dari kalangan dhuafa. Program kedelapan: Pemberdayaan, yakni pembiayaan pelatihan-pelatihan bagi kaum dhuafa dalam rangka mengembangkan skill atau usaha. Program kesembilan: Peduli Rumah Layak, yaitu pemberian bantuan material bagi rumah yang kurang layak huni baik dari aspek keamanan maupun kesehatan. Program kesepuluh: Peduli Balita, yakni pemberian makanan tambahan dan subsidi kesehatan. Gerakan Seribu Rupiah Penggalangan dana yang kini mulai dilakukan oleh BKM melalui LPI ini adalah menggandeng serta channeling dengan beberapa tokoh serta lembaga yang ada di Desa Ngawonggo. Seperti, RT/RW, BPD, LPMD, PKK, tokoh masyarakat, Posyandu, Lembaga Pendidikan, Tamir Masjid, Majlis Talim dan pengusaha. Upaya penggalangan dana yang dilakukan melalui program Gerakan Seribu Rupiah ini ternyata cukup efektif dan ampuh. Dalam jangka waktu kurang dari dua bulan telah terkumpul dana sebesar Rp 1 juta. Kenapa Gerakan Seribu Rupiah? Karena masyarakat tidak merasa keberatan mengeluarkan uang sebesar Rp 1.000 dari kantong sakunya, jelas Farochan. Dan, tidak menutup kemungkinan ada donatur yang ingin memberikan infak lebih dari Rp 1.000. Farochan menceritakan efektifitas dari Gerakan Seribu Rupiah ini, pada pertemuan PKK, misalnya. Di sela-sela kegiatannya, anggota PKK yang juga bertugas sebagai pengurus LPI akan mensosialisasikan Gerakan Seribu Rupiah kepada ibu-ibu PKK lainnya. Walhasil, terkumpul dana seribuan dari anggota PKK. Bahkan, mereka bertekad akan menjaring infak dalam setiap pertemuan rutin, yang untuk selanjutnya diserahkan kepada pengurus LPI. Selain Gerakan Seribu Rupiah, pengurus sudah mencoba menjaring dan mendata para donatur tetap, dengan besaran tergantung kesangggupan dan keikhlasannya. Sejauh ini, donatur yang sudah terdaftar adalah tokoh-tokoh masyarakat, termasuk anggota BKM sendiri. Kini LPI sudah membuka rekening sendiri, yakni No. Rekening: 33-22-2147, BRI Unit Ceper a/n LPI BKM Amanah. Profesional dan Transparan Keberhasilan dan keberlanjutan LPI ini tentu dibarengi dengan upaya pengelolaan secara profesional dalam pelaksanaan kegiatan, dan transparan dalam penggunaannya. Dalam rangka mewujudkan itu, pengurus merancang beberapa program kerja, meliputi:

Program ketujuh: Santunan Dai, yaitu pemberian

Pertama,

konsolidasi organisasi. Kedua, konsolidasi teknis, meliputi bagaimana sistem pengumpulan infak, bagaimana menginventarisir atau mendata calon donatur, serta mencari channeling baik person, lembaga pemerintah maupun swasta. Ketiga, peningkatan SDM pengurus

34

dan petugas lapangan. Keempat, peningkatan pelayanan. Kelima, penelitian dan pengembangan. Keenam, pengelolaan infak. Namun, yang tidak kalah pentingnya adalah mensosialisasikan, menginformasikan, serta mempromosikan kegiatan ini kepada berbagai pihak. Salah satu upaya yang akan ditempuh oleh pengurus LPI meliputi: membuat papan nama LPI, membuat spanduk, bendera dan umbul-umbul, membuat kalender, membuat brosur, serta membuat buletin. Khusus brosur atau buletin, akan digunakan sebagai media transparansi dan akuntabilitas pengelola, yang akan disebarkan kepada masyarakat dan donatur secara berkala. Hal ini juga sebagai upaya agar donatur merasa dana yang diberikan memang digunakan secara benar dan tidak terjadi penyimpangan. Keberhasilan BKM Amanah melahirkan LPI ini tidak lain berkat dukungan dan bimbingan Tim Faskel yang bertugas, yakni Suci Widanarko, Suparjo ST, dan Ery Karyatno, SE. Sudahkah Anda infak hari ini? (Dade Saripudin, Faskel KMW XIV P2KP-2 Jawa Tengah/Tim Sosialisasi KMP P2KP-2; Nina) Keterangan lebih lanjut hubungi: Korkot Klaten Gedung Transito Depnakertrans Kabupaten Klaten, Jateng BKM Amanah Ngawonggo Desa Ngawonggo, Kecamatan Ceper Kabupaten Klaten. Cp. Drs. Ismail Fahmi Islamika (0272) 554708 dan H.M. Farochan (081328180420)

35

PERAN DAN TUGAS BKM DALAM MENDAMPINGI KSM


Sesuai dengan panduan siklus PNPMMP, maka peran dan fungsi BKM adalah untuk menggerakkan potensi warga masyarakat kelurahan untuk menanggulangi kemiskinan. Oleh karenanya, BKM mempunyai tugas untuk membangun modal sosial di wilayahnya. Modal sosial yang dibangun akan menjadi modal yang sangat besar bagi seluruh warga kelurahan untuk berjaringan di antara sesama warga maupun dengan pihak luar. Salah satu modal sosial yang dibangun oleh BKM adalah menumbuhkan kerjasama dan kepercayaan dengan warga masyarakat dan antar kelompok masyarakat. Caranya, antara lain dengan menggalang kegiatan yang bisa menumbuhkan kebersamaan melalui kelompok-kelompok minat seperti KSM. BKM pun bertugas untuk mengembangkan sikap saling percaya diantara anggota kelompok. Sehingga, misalnya: sikap konsisten dalam membayar pinjaman bergulir, merupakan salah satu modal sosial yang harus dijaga oleh BKM. Untuk menjalankan fungsinya ini secara efektif, BKM dibantu oleh relawan-relawan yang tergabung dalam UP-UP. Sampai saat ini, UP-UP yang biasa dibentuk adalah untuk keuangan, lingkungan, sosial. Secara umum, tugas BKM dalam mengkoordinasi UP-UP dalam mendampingi KSM adalah sebagai berikut: Merumuskan dan menegakkan aturan-aturan yang diperlukan untuk membentuk KSM-KSM yang bisa menjadi modal sosial masyarakat (yang bisa dipercaya) Memfasilitasi pembentukkan KSM-KSM Memonitor pelaksanaan fungsi KSM (melalui UP-UP) Membangun transparansi dan akuntabilitas (mengembangkan kapasitas) Membantu me-mediasi KSM untuk berjaringan dengan berbagai pihak (mengembangkan jaringan kerja/ kemitraan dengan berbagai pihak)

36

Perkotaan

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM


Direktorat Jenderal Cipta Karya

Você também pode gostar