Você está na página 1de 3

7 Pabrik Komputer Lokal Gulung Tikar

Ditulis pada 15 April 11


DALAM 3 tahun terakhir, jumlah pabrik
komputer di Indonesia terus menyusut. Dari semula 12 perusahaan, kini tinggal 5 perusahaan
saja. Penerapan bea masuk 0 (nol persen) bagi produk komputer jadi menjadi pemicu
utamanya. Pemerintah diminta meninjau ulang kebijakan tersebut. 'Bagaimana tidak kolaps
kalau bea masuk komputer jadi diturunkan hingga nol persen. Industri kita belum bisa bersaing.
Mereka memilih menutup usaha daripada melanjutkannya dengan penjualannya sangat rendah,
ungkap Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Teknologi InIormasi dan Telekomunikasi, Didie W
Soewondho seperti dilansir Kompas, (15/3).
Beberapa merek lokal yang saat ini masih eksis adalah Zyrex, Advan, Byon, Axioo dan Ion.
Membanjirnya produk komputer impor sekaligus komputer selundupan telah mengubah
semangat industri menjadi semangat dagang. 'Para pemilik usaha komputer lokal akhirnya hanya
menjadi pedagang saja. Semangatnya untuk menjadi industrialis sudah padam, kata Didie.
Menurut dia, pemerintah seharusnya membebaskan bea masuk impor untuk komponen
komputer. Namun yang terjadi, pemerintah justru menerapkan bea masuk sebesar 5-10 bagi
komponen komputer rakitan. Padahal, pemain komputer rakitan sangat banyak dan hampir
semuanya merupakan UKM.
Di Indonesia, jumlah UKM yang bergerak di perakitan komputer berkisar 5.000 unit. Sebagian
besar komputer yang digunakan masyarakat, terutama kalangan menengah ke bawah, adalah
jenis rakitan. 'Kalau bea masuknya saja 5-10, bagaimana mereka bersaing dengan komputer
jadi yang bea masuknya nol persen, katanya.
Didie mengatakan, pihaknya akan segera melaporkan masalah tersebut ke menteri
perekonomian. Dia berharap menteri perekonomian bisa berkoordinasi dengan kementerian yang
terkait dengan kebijakan tersebut. Kebutuhan komputer di Indonesia per tahun mencapai 12 juta
unit. Dari jumlah tersebut sebanyak 60 dipenuhi dari produksi dalam negeri, baik rakitan
maupun komputer jadi. Sisanya dari komputer impor, terutama dari China. Dibandingkan jumlah
penduduk, yang sudah menembus 230 juta, angka penetrasi komputer di Indonesia masih sangat
rendah, yakni berkisar 5. 'Ke depan, pangsa komputer masih sangat terbuka lebar. Di
Thailand, penetrasi komputer tiap tahun sekitar 55 dari total jumlah penduduk, katanya.
Menurut Ketua Umum Kadin, Suryo Bambang Sulisto, sektor industri komputer harus
dipersiapkan untuk menghadapi masyarakat ekonomi ASEAN tahun 2015. 'Industri dalam
negeri harus diperkuat. Jika tidak, pasar potensial kita akan diambil negara lain. Banyak negara
yang mengincar pasar Indonesia karena potensi jumlah penduduk yang cukup banyak, papar
Suryo.
Dia menambahkan, dengan kepemimpinan Indonesia di ASEAN saat ini seharusnya Indonesia
bisa lebih banyak melakukan pembenahan internal untuk menyongsong masyarakat ekonomi
ASEAN. 'Jadi, Iokusnya jangan hanya pada regional, tetapi juga internal sendiri, kata Suryo.
Sulit Berkembang
Sementara itu Direktur Jenderal Industri Alat Transportasi dan Telematika Kementerian
Perindustrian, Budi Darmadi mengatakan, saat ini masih cukup sulit untuk menumbuhkan
industri perakitan atau asembling komputer di Indonesia. 'Karena bea masuknya nol persen,
kata Budi.
Pengenaan bea masuk 0, dilandasi kebijakan untuk menumbuhkan melek teknologi di
masyarakat Indonesia. Sehingga dengan bea masuk 0 ini, orang lebih memilih untuk
berdagang. Budi berharap dengan pemberlakuan pasar bebas ASEAN Cina saat ini, industri
komponen akan masuk ke Indonesia, atau mereka masuk sekalian dalam industri perakitan.
Sebenarnya, sambung Budi, sudah ada sejumlah perusahaan yang berniat untuk mendirikan
pabrik di Indonesia, tapi hingga kini perusahaan-perusahaan itu baru sekadar melihat-melihat
potensi di Indonesia. 'Masih cek dan ricek mereka, kata dia.
anya saja yang jelas, pemerintah sudah berbicara dengan para prinsipal pabrikan komputer
untuk mendirikan pabriknya di Indonesia. Budi mengatakan pemerintah akan memberikan bea
masuk ditanggung pemerintah untuk bahan baku yang masih harus diimpor.
Menanggapi hal ini Ketua Bidang UKM Masyarakat Telematika (Mastel), #udy #usdiah
menyatakan keheranannya kenapa barang jadi 0 sedangkan sukucadang sedang diperjuangkan
menuju 0. 'Karena kita ingin jadi pedagang barang jadi. Sebab kalau mau bikin pabrik, malah
kena pajak beli sukucadang. Dari sini, bukannya industri PC ingin jadi pedagang, tapi
regulasinya yang membuat kita jadi pedagang. Indonesia terbalik dengan Singapura atau di
Malaysia, jelas Rudy.
Menurutnya sudah menjadi paradigma di negara kita di mana para pejabat begitu kaku membuat
pelayanan publik. 'Paradigmanya masih kalau bisa dipersulit kenapa harus dipermudah. al-hal
seperti ini menghambat bisnis dan menciptakan ekonomi biaya tinggi.. Inilah yang menyebabkan
tujuh perusahaan komputer itu bangkrut, kata Rudy.

#akit Notebook?
Tapi anehnya, di tengah pabrik komputer berguguran, dalam bursa kerja Job Matching SMK` di
Jatim Expo, (4/12/ 2010) yang diikuti 102 perusahaan yang ada di Jatim, sekitar 700 siswa SMK
memecahkan rekor Museum Rekor Indonesia (MURI) dengan merakit 4.333 unit notebook.
Atas perakitan notebook ini, Direktur Pembinaan SMK Ditjen Dikdasmen Kemendiknas, 1oko
Sutrisno mengungkapkan, saat ini masing-masing pemda menyediakan dana sekitar Rp 25 juta
bagi lulusan SMK, khususnya yang memiliki keahlian dalam bidang perakitan notebook. Dengan
keahlian yang dimilikinya, lulusan SMK bisa menyediakan lapangan pekerjaan baru. Pasalnya,
gagasan cemerlang itu perlu mendapat dukungan dari perusahaan penyedia perangkat komputer.
'Bila perlu perusahaan komputer menyediakan perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak
(soItware) dengan harga murah. Sehingga notebook bisa dijual dengan harga murah, jelasnya.
Yang menjadi pertanyaan, sementara pabrik komputer lokal rakitan berguguran, kok
Kemendiknas menyatakan sedang membuat program perakitan? Bagaimana siswa SMK bisa
dididik dan bekerja di bidang perakitan komputer atau notebook jika industri rakit lokal
berjatuhan?

Você também pode gostar