Você está na página 1de 9

Menurunkan Angka Kematian Ibu Melahirkan di Indonesia

Setiap menit di seluruh dunia, seorang ibu meninggal karena penyebab yang berkaitan
dengan kehamilan dan persalinan. Biasanya, sebagian besar kasus meninggalnya ibu
melahirkan ini terjadi saat berusia masih muda sudah menjadi ibu, dan hidup di negara
berkembang. Dari setiap ibu yang meninggal tersebut, diperkirakan ada 100 wanita yang
selamat saat bersalin tetapi mengalami kesakitan, cacat atau kelainan Iisik akibat komplikasi
kehamilan.
Rendahnya kesadaran masyarakat tentang kesehatan ibu hamil menjadi Iaktor penentu
angka kematian ibu melahirkan, meskipun masih banyak Iaktor lain yang harus diperhatikan
untuk menangani masalah ini. Persoalan kematian lantaran indikasi yang lazim muncul.
Misalnya, perdarahan, preeklamsi dan eklamsi, aborsi, dan inIeksi. Tetapi ternyata tidak
hanya itu saja. Masih banyak Iaktor lain yang berpengaruh terhadap masih tingginya angka
kematian ibu di Indonesia. Antara lain adalah pemberdayaan perempuan yang tidak begitu
baik, masalah sosial ekonomi keluarga, latar belakang pendidikan keluarga yang rendah,
lingkungan masyarakat dan politik. Sebenarnya, kaum lelaki pun seharusnya ikut berperan
serta aktiI dalam masalah kesehatan reproduksi secara bertanggungjawab. Karena, selain
masalah medis, tingginya angka kematian ibu juga disebabkan karena ketidaksetaraan gender,
nilai-nilai budaya yang menganggap bahwa kehamilan adalah sesuatu yang lumrah terjadi
dan tidak membutuhkan perhatian khusus, serta rendahnya perhatian laki-laki terhadap ibu
hamil dan melahirkan. Oleh karena itu, cara pandang sebagian besar masyarakat bahwa
kehamilan dan persalinan adalah proses alamiah perlu diubah. Dan untuk mengubahnya,
diperlukan peran pemerintah, dinas kesehatan, dan juga peran serta aktiI masyarakat,
terutama para suami.
Secara keseluruhan, diperkirakan bahwa setiap tahunnya 585.000 wanita meninggal
akibat kehamilan dan persalinan. 99 dari kematian tersebut terjadi di negara berkembang.
Di Indonesia sendiri, angka kematian ibu melahirkan masih jadi yang tertinggi di Asia. Hal
inilah yang mendorong pemerintah mengupayakan untuk menurunkan angka kematian ibu
hamil dan melahirkan.
Upaya penurunan angka kematian ibu sebenarnya bukan hanya dimaksudkan untuk
meningkatkan keselamatan ibu saja. Akan tetapi juga karena, biasanya anak-anak yang lahir
kemudian ibunya meninggal akan menimbulkan masalah. Diantaranya adalah hilangnya kasih
sayang dan perhatian seorang ibu, kehilangan haknya dalam memperoleh pendidikan yang
layak dan sesuai, dan pemeliharaan kesehatan yang seharusnya diperolehnya. Dalam sebuah
penelitian, anak-anak yang lahir dengan ibu yang meninggal ketika melahirkannya, akan
memiliki resiko untuk meninggal tiga puluh persen lebih besar daripada mereka yang masih
mempunyai kedua orangtua. Upaya-upaya yang bertujuan untuk menyelamatkan ibu dalam
kaitannya dengan kehamilan sangat bervariasi di berbagai negara, tergantung pada sumber
daya yang ada di lingkungan sosial budaya setempat. Akan tetapi selama bertahun-tahun
upaya menurunkan kematian dan kesakitan ibu yang menjadi standar 8,10 2490744/
mencakup pelayanan keluarga berencana, promosi pelayanan antenatal, perbaikan pelayanan
obstetri esensial dan perbaikan status sosial-ekonomi wanita. Semua upaya keselamatan ibu
menuntut hubungan yang erat antar berbagai tingkat sistem pelayanan kesehatan.
#egulasi Pemerintah
Angka kematian ibu melahirkan di Indonesia yang tinggi membuat pemerintah
mengupayakan untuk meringankan beban seorang ibu hamil, agar memperoleh pelayanan
kesehatan yang memadai, mulai dari layanan saat kehamilan, hingga saat melahirkan dan
pascamelahirkan. Sehingga, untuk mewujudkannya pemerintah menganjurkan agar 90
proses persalinan dilakukan oleh tenaga kesehatan, baik itu bidan, dokter umum, atau dokter
spesialis. Selain itu, diupayakan pula bahwa tempat bersalin adalah tempat yang mempunyai
Iasilitas yang lengkap dan memadai. Diutamakan tempat ini adalah klinik-klinik milik
pemerintah atau klinik swasta yang memiliki Iasilitas yang memadai.
Selain regulasi-regulasi yang berkaitan dengan kesehatan ibu dan anak, pemerintah
juga menganggarkan dana sebesar Rp 1,2 T dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN) tahun 2011 untuk biaya persalinan. Dan untuk setiap kabupaten/kota pemerintah
mengalokasikan anggaran sebesar Rp 2 miliar untuk membebaskan biaya persalinan.
Untuk masalah teknis tentang program tersebut baru saja dikeluarkan Kementrian
Kesehatan. Sehingga diharapkan Dinas Kesehatan di setiap kabupaten/kota bisa proaktiI
untuk mencari inIormasi tersebut agar penerapannya bisa segera dilakukan, dan bisa segera
disosialisasikan agar program bisa segera diketahui secara luas.
Harapan ke depan, adalah tidak ada lagi masyarakat yang terbebani dengan biaya
persalinan. Karena setiap masyarakat bisa mendapatkannya tanpa mendaItar. Secara teknis,
jika ada warga masyarakat yang akan melahirkan bisa di mana saja, baik itu di Rumah Sakit
Kelas III, Puskesmas serta bidan dan tempat persalinan swasta. Nantinya, pihak rumah sakit,
tempat-tempat persalinan atau bidan yang akan mengajukan klaim biaya persalinan kepada
pemerintah daerah. Pembebasan biaya persalinan ini juga berlaku untuk persalinan dengan
operasi. Bahkan, setelah melahirkan, pembebasan biaya juga berlaku untuk program
Keluarga Berencana (KB).
ata Statistik
Menurut Survei DemograIi dan Kependudukan Indonesia (SDKI), angka kematian ibu
melahirkan terus mengalami penurunan. Pada awal dilakukan survei pada tahun 1994, angka
kematian ibu mencapai 390 kematian pada setiap 100.000 kelahiran hidup. Pada tahun 1997,
angka ini sedikit mengalami penurunan ke angka 334 kematian per 100.000 kelahiran hidup.
Lima tahun kemudian, atau pada tahun 2002, angka kematian ibu juga mengalami penurunan.
Pada tahun ini, angka kematian ibu mencapai 307 per 100.000 kelahiran hidup. Setelah itu,
survei kembali dilakukan pada tahun 2007. Hasilnya, angka kematian ibu melahirkan sudah
jauh menurun sampai dengan 228 kematian pada 100.000 kelahiran hidup.
Walaupun di Indonesia angka kematian ibu melahirkan dari tahun ke tahun terus
mengalami penurunan, tetapi jika dibandingkan dengan negara-negara lain di Asia Tenggara
saja, jumlah ini masih jauh lebih tinggi. Bahkan, masih tertinggi di Asia. Hal ini tentu saja
belum mencapai target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) yang
hanya sebesar 226 per 100.000 kelahiran hidup. Sementara itu, target PBB yang dicanangkan
pada tahun 2000 yang dikenal dengan istilah MDGs (Millenium Development Goals), adalah
mengurangi sampai dengan / angka kematian ibu pada tahun 2015, atau menurunkan angka
kematian sampai dengan hanya 102 per 100.000 kelahiran hidup.
Harapan pemerintah agar 90 proses persalinan ditangani oleh tenaga kesehatan saja
masih belum bisa diberlakukan dengan baik di Indonesia. Saat ini menurut SDKI, hanya 73
persalinan yang ditangani oleh tenaga kesehatan.


Pelaksanaan Program
Program jaminan persalinan (Jampersal), menurut Menteri Kesehatan Republik
Indonesia dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, akan mulai berlaku pada awal tahun 2011.
Namun, pada bulan Januari 2011 masih belum bisa diberlakukan. Karena masih dalam tahap
pembahasan persiapan pedoman dan petunjuk teknis serta tata cara pembiayaannya.
Inti dari program pemerintah jaminan persalinan (Jampersal) ini adalah upaya nyata
pemerintah untuk mengurangi angka kematian ibu dan angka kematian bayi yang masih
tinggi. Dengan program ini, pemerintah dalam hal ini dinas kesehatan akan menjamin seluruh
biaya pengobatan bagi wanita hamil dan melahirkan, sepanjang mereka melahirkan di
Puskesmas dan RS pemerintah. Jampersal memberikan pertanggungjawaban biaya kepada
wanita hamil yang ingin bersalin di RS pemerintah kelas III dan sarana-saran pelayanan
kesehatan.
Pemerintah juga menegaskan bahwa program Jampersal ini berbeda dengan
Jamkesmas (jaminan kesehatan masyarakat) yang terlebih dahulu dilaksanakan oleh
pemerintah. Jika di Jamkesmas hanya memberikan perlindungan kesehatan bagi warga
miskin, maka Jampersal ini memberikan jamnian persalinan bagi semua wanita hamil, baik
yang kaya ataupun miskin.
0
30
100
130
200
230
300
330
400
430
1994 1997 2002 2007 2009 2013
Angka kemat|an Ibu
uaLa
1argeL 8!Mn
1argeL MCus
Jampersal ini akan diberlakukan secara bertahap mulai awal 2011, dalam prioritas ibu
melahirkan dalam satu tahun adalah sebanyak 4,6 juta ibu hamil yang melahirkan.
Sebelumnya, ibu hamil yang melahirkan dengan menggunakan Jamkesmas mencapai 1,7 juta
orang per tahun.
Namun, itu semua baru tahap awal mengingat keterbatasan dana. Seperti yang sudah
dijelaskan sebelumnya, anggaran pemerintah untuk program Jampersal adalah 1,2 triliun
rupiah yang diambil dari APBN tahun 2011 yang dialokasikan untuk Kementrian Kesehatan.
Alokasi dana itu digunakan untuk pelaksanaan paket program Jampersal antara lain,
pendataan ibu hamil, pemeriksaan ibu hamil sebanyak 4 kali selama kehamilan (ANC),
persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan, penanganan komplikasi dan rujukannya,
masa niIas, dan perawatan bayi sebanyak tiga kali, termasuk pelayanan KB pascapersalinan
dan konseling pemberian ASI eksklusiI.
Sementara itu, untuk tahun 2012, direncakan akan mengalami kenaikan anggaran
untuk Jampersal menjadi 1,7 triliun rupiah. Hal ini juga berkaitan dengan RAPBN 2012 yang
menaikkan anggaran untuk Kementerian Kesehatan dari 26 triliun rupiah pada tahun 2011
menjadi 28 triliun rupiah pada tahun 2012. Perkiraan pemerintah, pada tahun 2012 jumlah
kelahiran yang memperoleh Jampersal mencapai 2,6 juta orang atau untuk setiap perawatan
wanita hamil mulai dari ANC sampai masa niIas, pemerintah menganggarkan Rp 540.000.
Dan, apabila ada kekurangan, dalam hal ini jika diperlukan tindakan khusus saat persalinan,
maka itu adalah tugas Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat. Karena program ini tidak
hanya menjadi tugas pemerintah pusat, tetapi juga pemerintah daerah. Sehingga, jika ada
petugas pelayan kesehatan yang meminta klaim lebih dari jumlah yang ditentukan, tetap tidak
boleh dibebankan kepada pasien. Hal itu harus dibicarakan antara petugas pelayan kesehatan
tersebut dengan pemerintah daerah.

Temuan di Mayarakat
Untuk saat ini program pembebasan biaya persalinan, dalam upaya untuk mengurangi
angka kematian ibu akibat persalinan berisiko, masih belum berjalan dengan baik. Masih
banyak kabupaten dan kota yang belum menjalankan program ini.
Banyak Iaktor yang menyebabkan tersendatnya program pembebasan biaya persalinan
dengan Jampersal ini. Diantaranya adalah kurangnya sosialisasi dan komunikasi antara
pemerintah daerah, Dinas Kesehatan kabupaten/kota, dan dengan masyarakat itu sendiri.
Masih banyak masyarakat yang tidak mengetahui bahwa biaya persalinan di Indonesia saat
ini sudah digratiskan. Selain kurangnya sosialisasi dan komunikasi antara pihak yang
berwenang, sulitnya pencairan dana juga menjadi salah satu penyebab. Di kabupaten/kota
yang sudah melaksanakan program pembebasan biaya persalinan ini, sulitnya mengurus
klaim kepada pemerintah dikeluhkan oleh tenaga kesehatan. Sehingga, banyak tenaga
kesehatan yang merasa keberatan dengan pemberlakuan aturan seperti ini.
Untuk beberapa daerah tertentu, penggantian biaya persalinan yang diberikan oleh
pemerintah dirasa tidak sepadan. Hal ini banyak dikeluhkan oleh petugas pelayan kesehatan
yang ada di daerah tersebut. Misalnya di Batam Kepulauan Riau. Di daerah itu, tariI untuk
melayani ANC, persalinan hingga masa niIas yang umumnya diminta oleh bidan praktik
swasta adalah satu juta rupiah. Tentu saja penggantian biaya mulai dari ANC, persalinan
hingga masa niIas dari pemerintah yang hanya Rp 420.000 dirasa tidak cukup.

Evaluasi Program
Sebenarnya, program pemerintah untuk mengurangi angka kematian ibu dan bayi
dengan membebaskan biaya persalinan melalui program Jampersal ini sudah sangat baik.
Hanya saja masih banyaknya kendala dalam pelaksanaannya, memerlukan perhatian khusus
dari pemerintah, baik itu pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
Saat ini masih banyak kendala yang dihadapi oleh pemerintah dalam menjalankan
program Jampersal ini. Diantara masalah yang ada, masalah ketidaksediaannya pelayan
kesehatan mealksanankan program Jampersal ini menjadi masalah paling utama. Bukan tanpa
alasan mengapa para pelayan kesehatan ini tidak mau menjalankan Program Jampersal
pemerintah. Kecilnya nilai pengganti yang diberikan pemerintah dinilai tidak sebanding
dengan biaya yang harus dikeluarkan oleh para petugas pelayan kesehatan, atau tidak
sebandingnya nilai jampersal dengan tariI rata-rata yang sudah dipatok di daerah tertentu.
Selain karena tidak sebandingnya dengan tariI lokal, sulitnya mengurus klaim Jampersal dari
petugas pelayanan kesehatan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat menjadi
masalah lain yang perlu perhatian khusus dari pemerintah. Birokrasi yang kurang baik masih
menjadi kendala yang sangat dikeluhkan oleh petugas pelayanan kesehatan.
Untuk mengatasi masalah-masalah yang masih saja muncul di awal program
Jampersal ini, perlu perhatian dari pihak-pihak terkait untuk mengatasi, atau setidaknya
meminimalisir masalah yang ada. Misalnya untuk masalah perbedaan mencolok biaya
pengganti persalinan dari Jampersal yang dinilai tidak sepadan dengan tariI lokal di sebagian
daerah, sebaiknya perlu didiskusikan kembali antara petugas pelayanan kesehatan setempat
dengan dinas kesehatan kabupaten/kota tersebut. Apakah perlu ditambah dari APBD, atau
solusi lain yang tidak merugikan kedua pihak. Dan untuk masalah birokrasi yang rumit, ini
adalah tanggungjawab dari pihak terkait untuk mengatasinya. Sebagai contoh, di kabupaten
tertentu di Indonesia sudah melaksanakan sistem 'satu atap dalam melayani masyarakat. Hal
ini bisa menjadi contoh positiI bagi kabupaten dan kota lain di Indonesia. Jika masalah
birokrasi ini dapat diatasi dengan baik, maka program pemerintah dalam rangka menurunkan
angka kematian ibu dan bayi ini dapat berjalan dengan baik.
Sebenarnya program Jampersal ini juga memiliki kekurangan lain. Dengan
pembebasan biaya persalinan, sebenarnya juga berisiko untuk meningkatkan jumlah kelahiran
di Indonesia. Bahkan, risiko terjadi ledakan penduduk yang lebih besar bisa saja menjadi
kenyataan. Dengan logika sederhana, jika persalinan yang memakan biaya tinggi saja angka
kelahiran masih tinggi, maka dengan persalinan bebas biaya, kecenderungan untuk
meningkatnya angka kelahiran juga semakin besar.

Perbandingan dengan negara lain
Di negara lain yang sudah maju, biaya persalinan sudah ditanggung oleh pemerintah.
Tetapi hal ini tidak berlaku bagi warga negara lain yang tinggal di negara tersebut dengan
status sebagai turis asing. Di Jepang, biaya untuk ANC, proses persalinan, dan masa niIas
mencapai Rp 2 juta. Untuk warga negara Jepang sendiri, biaya ini bisa gratis dengan catatan,
minimal 3 bulan sebelum hari persalinan, orang tersebut meminta penjaminan dari dinas
kesehatan setempat. Dan untuk warga negara asing, pemerintah Jepang bisa memberikan
potongan harga, dengan syarat yang sama.



aftar Pustaka
LLp//dlnkesgoronLalowebld/lndexpp?lLemld31caLld3berlLald87[ampersalopLloncom
_conLenLvlewarLlcle
LLp//wwwsuarapembaruancom/ome/ongkos[ampersalnalkrp340000pada2012/10912
_ keselamaLan lbu keberasllan dan LanLangan [paL 1998 lndoneslan_16speclalpdf
Angka kemaLlan lbu melalrkanpdf
LLp//wwwdepdagrlgold/pemerlnLagraLlskanblayapersallnanLm
LLp//wwwma[alafarmaclacom/rubrlk/one_newsasp?lunews329




















PENUGASAN
BLOK KESEHATAN MASYA#AKAT AN
PENGA#UH LINGKUNGAN
MENU#UNKAN ANGKA KEMATIAN IBU








le
-ama ] -IM D|rham D|andaru (0671108S)
ke|ompok 11
-ama 1utor dr Asr||

IAkUL1AS kLDCk1LkA-
U-IVLkSI1AS ISLAM I-DC-LSIA
CGAkAk1A
2011

Você também pode gostar