Você está na página 1de 20

MAkALAP kLLCMCk 1LC8l Akun1AnSl

PLNBLkLR4N 4kLN14NSl
lNFL4Sl

DIAN GUNAWAN A31108001


RATIH NUR INDAHSARI A31108267
FITRIANA PATSAL A31108271
RIZKI WAHYUNI A31108284
ANDI MARDUATI A31108955
NOVITASARI A31108959
ANDI FARADILLAH A31108965



F4kLL14S LkBNBHl
LNlvLRSl14S B4S4NLBBlN
2011


BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia adalah salah satu negara berkembang. Masalah umum yang sering dihadapi
negara berkembang adalah tingginya tingkat inIlasi. Sejak krisis moneter tahun 1998, harga-
harga di pasaran cenderung naik. Tahun 2007 saja tingkat inIlasi di Indonesia adalah 6,59 persen.
Hal ini bisa diartikan bahwa aktiva yang dimiliki harganya akanberkurang sebesar 6.59 persen
sedangkan pendapatan dinilai terlalu tinggi sebesar angka yang sama.
Pada saat ini pasar modal menjadi primadona yang dipilih investor untuk
menginvestasikan modalnya. Namun untuk menginvestasikan modal dalam saham tidak
semudah membalik telapak tangan. Investor harus mengetahui kemampulabaan perusahaan yang
akan dibeli sahamnya. Bagaimana ketahanan suatu perusahaan dalam menghadapi persaingan
dan moneter yang sulit diprediksi. InIormasi mengenai suatu perusahaan yang menjual sahamnya
di pasar modal dapat diketahui melaluilaporan keuangannya.
Laporan keuangan merupakan inIormasi yang penting bagi pengguna laporan keuangan
dalam rangka menilai kinerja keuangan perusahaan secara keseluruhan. InIormasi laporan
keuangan dianggap memiliki nilai kualitas inIormasi jika memenuhi dua unsur yaitu dapat
diandalkan (reliable) dan relevance bagi pengguna laporan keuangan. Uniknya pencatatan
Akuntansi Indonesia menganut system akuntasi konvesional dimana laporan keuangan disajikan
berdasarkan nilai histories (Historical Cost) yang mengasumsikan bahwa harga-harga (unit
moneter) adalah stabil. Akuntansi konvensional tidak mengakui adanya perubahan tingkat harga
umum maupun perubahan tingkat harga khusus. Sebagai konsekuensinya, jika terjadi perubahan
daya beli seperti pada periode inIlasi, maka laporan keuangan jika kita kembali kepada
penjelasan di paragraph sebelumnya secara ekonomis tidaklah relevan. Untuk mengatasi hal ini
akuntansi inIlasi menjadi suatu pedoman yang dapat diandalkan dalam menganalisa laporan
keuangan suatu perusahaan. Dalam paper iniakunansi inIlasi yang dibahas adalah General Price
Level Accounting (GPLA).


BAB II
PEMBAHASAN
A. INFLASI
Banyak study mengenai inIlasi di negara-negara berkembang, menunjukan bahwa
inIlasi bukan semata-mata merupakan Ienomena moneter, tetapi juga merupakan
Ienomena struktural atau cost push inIlation. Hal ini disebabkan karena struktur ekonomi
negara-negara berkembang pada umumnya yang masih bercorak agraris. Sehingga,
goncangan ekonomi yang bersumber dari dalam negeri, misalnya gagal panen (akibat
Iaktor eksternal pergantian musim yang terlalu cepat, bencana alam, dan sebagainya),
atau hal-hal yang memiliki kaitan dengan hubungan luar negeri, misalnya memburuknya
term oI trade; utang luar negeri; dan kurs valuta asing, dapat menimbulkan Iluktuasi
harga di pasar domestik. Fenomena struktural yang disebabkan oleh kesenjangan atau
kendala struktural dalam perekonomian di negara berkembang, sering disebut dengan
structural bottlenecks. Strucktural bottleneck terutama terjadi dalam tiga hal, yaitu :
1. Supply dari sektor pertanian (pangan) tidak elastis. Hal ini dikarenakan
pengelolaan dan pengerjaan sektor pertanian yang masih menggunakan metode
dan teknologi yang sederhana, sehingga seringkali terjadi supply dari sektor
pertanian domestik tidak mampu mengimbangi pertumbuhan permintaannya.
2. Cadangan valuta asing yang terbatas (kecil) akibat dari pendapatan ekspor
yang lebih kecil daripada pembiayaan impor. Keterbatasan cadangan valuta asing
ini menyebabkan kemampuan untuk mengimpor barang-barang baik bahan baku,
input antara; maupun barang modal yang sangat dibutuhkan untuk pembangunan
sektor industri menjadi terbatas pula. Belum lagi ditambah dengan adanya
demonstration eIIect yang dapat menyebabkan perubahan pola konsumsi
masyarakat. Akibat dari lambatnya laju pembangunan sektor industri, seringkali
menyebabkan laju pertumbuhan supply barang tidak dapat mengimbangi laju
pertumbuhan permintaan.
3. Pengeluaran pemerintah terbatas. Hal ini disebabkan oleh sektor penerimaan
rutin yang terbatas, yang tidak cukup untuk membiayai pembangunan, akibatnya
timbul deIisit anggaran belanja, sehingga seringkali menyebabkan dibutuhkannya
pinjaman dari luar negeri ataupun mungkin pada umumnya dibiayai dengan
pencetakan uang (printing oI money). Dengan adanya structural bottlenecks ini,
dapat memperparah inIlasi di Negara berkembang dalam jangka panjang, oleh
karenanya Ienomena inIlasi di Negaranegara yang sedang berkembang
kadangkala menjadi suatu Ienomena jangka panjang, yang tidak dapat
diselesaikan dalam jangka waktu yang pendek.
Pengertian Inflasi
InIlasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-
menerus (kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar dapat disebabkan oleh berbagai
Iaktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat atau adanya ketidak lancaran
distribusi barang. Dengan kata lain, inIlasi juga merupakan proses menurunnya nilai
mata uang secara kontinu. InIlasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi-
rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu
menunjukan inIlasi. InIlasi dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung
secara terus-menerus dan saling pengaruh-mempengaruhi. Istilah inIlasi juga digunakan
untuk mengartikan peningkatan persediaan uang yang kadangkala dilihat sebagai
penyebab meningkatnya harga. Ada banyak cara untuk mengukur tingkat inIlasi, dua
yang paling sering digunakan adalah CPI dan GDP DeIlator
Penyebab Inflasi
InIlasi dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu tarikan permintaan atau desakan biaya
produksi. InIlasi tarikan permintaan (demand pull inIlation) terjadi akibat adanya
permintaan total yang berlebihan sehingga terjadi perubahan pada tingkat harga.
Bertambahnya permintaan terhadap barang dan jasa mengakibatkan bertambahnya
permintaan terhadap Iaktor-Iaktor produksi. Meningkatnya permintaan terhadap Iaktor
produksi itu kemudian menyebabkan harga Iaktor produksi meningkat. Jadi, inIlasi ini
terjadi karena suatu kenaikan dalam permintaan total sewaktu perekonomian yang
bersangkutan dalam situasi Iull employment.
InIlasi desakan biaya (cost push inIlation) terjadi akibat meningkatnya biaya
produksi (input) sehingga mengakibatkan harga produk-produk (output) yang
dihasilkan ikut naik. Meningkatnya biaya produksi dapat disebabkan 2 hal, yaitu
kenaikan harga,misalnya bahan baku dan kenaikan upah/gaji, misalnya kenaikan gaji
PNS akan mengakibatkan usaha-usaha swasta menaikkan harga barang-barang.
Faktor-Iaktor yang menyebabkan terjadinya inIlasi adalah sebagai berikut:
O Tingkat pengeluaran agregat yang melebihi kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan barang dan jasa
O Tuntutan kenaikan upah dari pekerja.
O Kenaikan harga barang impor
O Penambahan penawaran uang dengan cara mencetak uang baru
O Kekacauan politik dan ekonomi seperti yang pernah terjadi di Indonesia tahun
1998. akibatnya angka inIlasi mencapai 70.
Penggolongan Inflasi
Berdasarkan asalnya, inIlasi dapat digolongkan menjadi dua, yaitu inIlasi yang
berasal dari dalam negeri dan inIlasi yang berasal dari luar negeri. InIlasi berasal dari
dalam negeri misalnya terjadi akibat terjadinya deIisit anggaran belanja yang dibiayai
dengan cara mencetak uang baru dan gagalnya pasar yang berakibat harga bahan
makanan menjadi mahal. Sementara itu, inIlasi dari luar negeri adalah inIlasi yang
terjadi sebagai akibat naiknya harga barang impor. Hal ini bisa terjadi akibat biaya
produksi barang di luar negeri tinggi atau adanya kenaikan tariI impor barang.
InIlasi juga dapat dibagi berdasarkan besarnya cakupan pengaruh terhadap harga.
Jika kenaikan harga yang terjadi hanya berkaitan dengan satu atau dua barang tertentu,
inIlasi itu disebut inIlasi tertutup (Closed InIlation). Namun, apabila kenaikan harga
terjadi pada semua barang secara umum, maka inIlasi itu disebut sebagai inIlasi terbuka
(Open InIlation). Sedangkan apabila serangan inIlasi demikian hebatnya sehingga
setiap saat harga-harga terus berubah dan meningkat sehingga orang tidak dapat
menahan uang lebih lama disebabkan nilai uang terus merosot disebut inIlasi yang tidak
terkendali (HiperinIlasi).
Berdasarkan keparahannya inIlasi juga dapat dibedakan :
1. InIlasi ringan (kurang dari 10 / tahun)
2. InIlasi sedang (antara 10 sampai 30 / tahun)
3. InIlasi berat (antara 30 sampai 100 / tahun)
4. HiperinIlasi (lebih dari 100 / tahun)
Mengukur inflasi
InIlasi diukur dengan menghitung perubahan tingkat persentase perubahan sebuah
indeks harga. Indeks harga tersebut di antaranya:
Indeks harga konsumen (IHK) atau consumer price index (CPI), adalah indeks
yang mengukur harga rata-rata dari barang tertentu yang dibeli oleh konsumen.
Indeks biaya hidup atau cost-oI-living index (COLI).
Indeks harga produsen adalah indeks yang mengukur harga rata-rata dari
barang-barang yang dibutuhkan produsen untuk melakukan proses produksi.
IHP sering digunakan untuk meramalkan tingkat IHK di masa depan karena
perubahan harga bahan baku meningkatkan biaya produksi, yang kemudian
akan meningkatkan harga barang-barang konsumsi.
Indeks harga komoditas adalah indeks yang mengukur harga dari komoditas-
komoditas tertentu.
Indeks harga barang-barang modal
DeIlator PDB menunjukkan besarnya perubahan harga dari semua barang baru,
barang produksi lokal, barang jadi, dan jasa.
Dampak Inflasi
InIlasi memiliki dampak positiI dan dampak negatiI- tergantung parah atau
tidaknya inIlasi. Apabila inIlasi itu ringan, justru mempunyai pengaruh yang positiI
dalam arti dapat mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan
nasional dan membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung dan mengadakan
investasi. Sebaliknya, dalam masa inIlasi yang parah, yaitu pada saat terjadi inIlasi tak
terkendali (hiperinIlasi), keadaan perekonomian menjadi kacau dan perekonomian
dirasakan lesu. Orang menjadi tidak bersemangat kerja, menabung, atau mengadakan
investasi dan produksi karena harga meningkat dengan cepat. Para penerima
pendapatan tetap seperti pegawai negeri atau karyawan swasta serta kaum buruh juga
akan kewalahan menanggung dan mengimbangi harga sehingga hidup mereka menjadi
semakin merosot dan terpuruk dari waktu ke waktu.
Bagi masyarakat yang memiliki pendapatan tetap, inIlasi sangat merugikan. Kita
ambil contoh seorang pensiunan pegawai negeri tahun 1990. Pada tahun 1990, uang
pensiunnya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, namun di tahun 2003 -atau
tiga belas tahun kemudian, daya beli uangnya mungkin hanya tinggal setengah.
Artinya, uang pensiunnya tidak lagi cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Sebaliknya, orang yang mengandalkan pendapatan berdasarkan keuntungan, seperti
misalnya pengusaha, tidak dirugikan dengan adanya inIlasi. Begitu juga halnya dengan
pegawai yang bekerja di perusahaan dengan gaji mengikuti tingkat inIlasi.
InIlasi juga menyebabkan orang enggan untuk menabung karena nilai mata uang
semakin menurun. Memang, tabungan menghasilkan bunga, namun jika tingkat inIlasi
di atas bunga, nilai uang tetap saja menurun. Bila orang enggan menabung, dunia usaha
dan investasi akan sulit berkembang. Karena, untuk berkembang dunia usaha
membutuhkan dana dari bank yang diperoleh dari tabungan masyarakat.
Bagi orang yang meminjam uang kepada bank (debitur), inIlasi menguntungkan,
karena pada saat pembayaran utang kepada kreditur, nilai uang lebih rendah
dibandingkan pada saat meminjam. Sebaliknya, kreditur atau pihak yang meminjamkan
uang akan mengalami kerugian karena nilai uang pengembalian lebih rendah jika
dibandingkan pada saat peminjaman.
Bagi produsen, inIlasi dapat menguntungkan bila pendapatan yang diperoleh lebih
tinggi daripada kenaikan biaya produksi. Bila hal ini terjadi, produsen akan terdorong
untuk melipatgandakan produksinya (biasanya terjadi pada pengusaha besar). Namun,
bila inIlasi menyebabkan naiknya biaya produksi hingga pada akhirnya merugikan
produsen, maka produsen enggan untuk meneruskan produksinya. Produsen bisa
menghentikan produksinya untuk sementara waktu. Bahkan, bila tidak sanggup
mengikuti laju inIlasi, usaha produsen tersebut mungkin akan bangkrut (biasanya
terjadi pada pengusaha kecil).
Secara umum, inIlasi dapat mengakibatkan berkurangnya investasi di suatu
negara, mendorong kenaikan suku bunga, mendorong penanaman modal yang bersiIat
spekulatiI, kegagalan pelaksanaan pembangunan, ketidakstabilan ekonomi, deIisit
neraca pembayaran, dan merosotnya tingkat kehidupan dan kesejahteraan masyarakat.
B. PERUBAHAN DARI KONSEP STABLE MONETARY UNIT
Stable Monetary Unit merupakan salah satu prinsip dasar akuntansi yang
menyatakan bahwa kesatuan moneter itu dianggap stabil. Nilai uang yang ditetapkan dari
pos-pos laporan keuangan, misalnya kas, piutang, hutang atau kewajiban lainnya. Pos ini
memiliki angka dan jumlah nilai uangnya yang tetap itulah yang akan ditagih, dibayar
dimasa yang akan datang tanpa ada perubahan (Harahap,2001). Padahal dimana saja
didunia ini kita tidak pernah mendengar ada valuta yang memiliki nilai yang stabil. Ada
yang mengalami apresiasi dimana nilai tukarnya atau daya belinya naik (deIlasi) dan
yang paling umum nilai tukar atau daya belinya justru menurun (inIlasi). Di Indonesia
pada tahun 1965 tertinggi sampai 650 , pada tahun 1999 saja tingkat inIlasi di
Indonesia mencapai 9,35. Ini menunjukkan bahwa prinsip Stable Monetary Unit hanya
dalam asumsi tidak pernah ditemukan dalam kenyataan. Prinssip ini adalah untuk
memudahkan perumusan teori dan asumsi akuntansi keuangan.
Permasalahan diatas memunculkan sebuah kritik yang menyatakan inIormasi
yang disajikan laporan keuangan pada masa inIlasi justru sia-sia karena nilai-nilai yang
terdapat didalamnya tidak relevan dan tidak sesuai dengan kenyataan. Dari permasalahan
tersebut muncul usulan yang moderat yang artinya kita masih bisa menggunakan
historical cost accounting, tetapi harus dibuat inIormasi atau laporan suplemen yang
memuat dampak inIlasi itu terhadap laporan keuangan, selain itu terdapat usulan lain
yaitu menggunakan akuntansi inIlasi.
Akuntansi inIlasi ini berupaya untuk menyusun laporan keuangan yang memuat
dampak dari inIlasi atau penurunan nilai beli uang itu pada laporan keuangan sehingga
laporan. keuangan menunjukkan satuan mata uang pada tingkat harga yang berlaku saat
itu bukan lagi harga historis.

. AKUNTANSI INFLASI
Metode yang digunakan dalam akuntansi inIlasi ini sama dengan metode
penentuan laba, penekanannya adalah pada nilai laba yang lebih relevan yang
digambarkan oleh laporan keuangan, sedangan inIlasi, nilai semua item yang terdapat
dalam laporan keuangan. Adapun metode pengukuran aktiva dan kewajiban dapat dibagi
sebagai berikut :
1. The entry value system dari harga umum yang terdiri dari :
O Historical cost
O General price level
O Replacement cost
O Reproduction cost
2. The exit value system harga pasar atau current market value yang terdiri dari:
O Net realizable value
O Selling price
O xpexted value.
Untuk menyusun laporan keuangan pada masa inIlasi agar lebih relevan dapat digunakan
beberapa metode, yaitu :
eneral Price Level
Dalam metode General Price Level misalnya metode historical cost disesuaikan
dengan perubahan tingkat harga sehingga pada masa inIlasi GPL ini lebih besar daripada
nilai historical cost.

Keuntungan GPL adalah sebagai berikut :
O Dapat menjelaskan pengaruh inIlasi pada perusahaan
O Dapat meningkatkan kegunaan perbandingan laporan antar periode
O Membantu pemakai laporan menilai arus kas dimasa yang akan datang secara
lebih baik
O Memperbaiki tingkat kepercayaan rasio laporan keuangan yang dihitung dari
angka-angka laporan keuangan yang sudah disesuaikan.
Kelemahan GPL adalah sebagai berikut :
O InIlasi itu terjadi pada barang yang berbeda dan perusahaan yang berbeda jadi
tidak bisa disamaratakan
O GPL tidak bermakna bagi perusahaan
O Angka yang disesuaikan tidak menggambarkan arus kas
O Rasio itu adalah indikator mentah
urrent ost Accounting
Menurut dgar dwards dan Philips Bell (1961) merupakan tokoh yang paling
gencar konsep CCA ini. Menurut mereka yang dibutuhkan oleh manajer adalah
bagaimana mereka mengalokasikan sumber-sumber ekonomi yang ada. Berikut ini adalah
beberapa bentuk current cost :
Replacement cost adalah nilai yang diukur saat ini (current cost) untuk
mendapatkan aktiva baru atau menggantinya dengan kapasitas produksinya yang
sama. Dalam praktik nilai ganti ini hanya diterapkan pada aktiva nonmoneter,
sepertinya persediaan, aktiva tetap. Aktiva tetap disajiakan menurut nilai
gantinya, nilai bersih setelah digambarkan nilai yang sudah dipakai. Penyusutan
dihitung berdasarkan pada nilai ganti itu. Pada masa inIlasi sering terjadi backlog
depreciation atau penyusutan yang bersaldo negatiI. Dalam penyajiannya hutang
ini harus disajikan nilai diskontonya. Pada masa inIlasi nilai dari replacement
value ini lebih besar dari general price level.
Metode ini dikritik dalam hal :
1) Subjektivitas penilaian atau taksiran harganya sehingga angka-angka yang
timbul tidak didasarkan pada transaksi yang sebenarnya.
2) Dalam hal harga suatu aktiva menurun maka penurunan itu akan
menimbulkan pembebanan ke laba rugi (misalnya penyusutan dan harga
pokok produksi) lebih rendah dari beban pada historical cost. Akhirnya
income akan lebih tinggi dari historical cost.
3) Perubahan harga umum tidak tergambar dalam metode replacement cost
ini, karena hanya untuk aktiva tertentu. Oleh karenanya metode
replacement cost ini dianggap bukan merupakan metode akuntansi inIlasi
4) Sukar melakukan perbandingan antar perusahaan yang saling berbeda.
Walaupun ada kritik ini, sebagai pihak menganggap bahwa metode ini paling
mudah diterapkan dalam akuntansi inIlasi.
Reproduction cost adalah istilah lain yang hampir sama dengan replacement cost
ini. Disini harga itu diukur berdasarkan harga sekarang jika aktiva itu dibuat atau
diduplikasi seperti barang yang dimiliki itu tanpa melihat perubahan teknologi
yang mungkin mempengaruhi aktiva yang dibuat itu.
Net Realizable Value. Harga pasar sekarang adalah harga atau kas yang di peroleh
jika suatu aktiva dijual sekarang. Namun, harga ini didasarkan pada prinsip
likuidasi bukan prinsip going concern sehingga menyalahi prinsip akuntansi.
Salah satu metode current market value ini adalah net realizable value. NRV
merupakan harga jual dikurangi taksiran biaya penjulan. Pada masa inIlasi nilai
dari net relizable value ini lebih besar dari replacement cost karena manajemen
tidak mungkin menjual barangnya tanpa mengharapkan laba marjin general price
level. Penyusutan dalam metode ini dihitung berdasarkan perbedaan antara harga
jual aktiva itu pada awal dibandingkan dengan pada akhir periode.
Selling Price. Di sini nilai yang dipakai adalah harga jual tanpa dikurangi biaya
penjualan sehingga laporan keuangan yang disusun menurut selling price ini akan
lebih besar daripada net realizable value dan metode lain yang disebut
sebelumnya.
xpected value. Metode ini sangat tergantung pada pengharapan seseorang jadi
bisa lebih besar atau lebih kecil dibanding dengan metode lain karena expected
value ini merupakan gambaran dari present value kas di masa yang akan datang.

D. MONETARY NON-MONETARY ITEMS
Monetary Item adalah aktiva atau kewajiban yang dinilai atau disajikan dalam
unit uang yang tetap misalnya kas, piutang, hutang atau kewajiban lainnya yang angka
dan jumlah nilai uangnya yang tetap itulah yang akan ditagih, dibayar di masa yang akan
datang tanpa ada perubahan. Nilai ini adalah nilai historis dan nanti nilai net realizable
value-nyalah yang akan direalisasi. Karena nilainya itu juga menggambarkan nilai
sekarang (current value) untuk aktiva jenis ini tidak perlu disesuaikan kecuali untuk
mengetahui present value dari nilai yang diharapkan ditagih (expected value) di masa
yang akan datang.
Non-monetary items adalah nilai dimana jumlah uangnya tidak ditetapkan
menurut kontrak perjanjian. Dalam metode historical cost ini digambarkan sebagai old
cost bukan nilai sekarang. Dalam metode current value harga baru itu yang dicoba
digambarkan dengan harga sekarang.

E. MODEL AKUNTANSI
Ada tiga model akuntansi yang berbeda, yaitu :
1) istorical Cost Accounting
2) #eplacement Cost Accounting
3) et #eali:able Jalue Accounting
Atribut yang Akan Dinilai
Atribut yang dinilai untuk masing-masing model akuntansi tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut :
Dalam model Historical Cost Accounting, Atribut yang dinilai adalah jumlah
uang atau kas atau sejenisnya yang dibayar untuk mendapatkan aktiva atau
membayar sejumlah hutang yang dibebankan dalam unit uang yang timbul dari
perolehan aktiva itu.
Dalam model Replacement Cost Accounting, atribut yang dibayar adalah uang
kas atau sejenisnya yang akan dibayar untuk memperoleh aktiva yang sama dan
sejenis saat sekarang atau jumlah hutang yang akan dibebankan untuk
memperolah aktiva tersebut.
Dalam model Net Realizable, atribut yang dinilai adalah jumlah uang kas atau
sejinsnya yang akan diperoleh dengan menjual aktiva sekarang atau jumlah uang
yang harus dibayar untuk menebus kewajiban itu sekarang.
Dalam model Present Value atau Capitalized Value, atribut yang dinilai adalah
arus kas masuk bersih yang diharapkan akan diterima dari penggunaan aktiva atau
arus kas keluar net yang diharapkan akan dibayar untuk membayar kembali
hutang.
Atribut itu dapat kita golongkan dalam tiga cara sebagai berikut :
Fokus penilaian dapat berupa masa lalu (historical cost), masa kini (replacement
cost dan net realizable value), dan masa yang akan datang (present value).
Jenis transaksi : historical cost dan replacement cost merupakan transaksi
perolehan atau pembebanan hutang, net realizable value dan present value
menyangkut penjualan aset dan pembayaran hutang.
SiIat kejadian awalnya : historical cost didasarkan pada kejadian yang
sebenarnya, present value berdasarkan kejadian yang diharapkan, dan replacement
cost dan net realizable value didasarkan pada kejadian yang siIatnya hipotesis
(anggapan).
Unit Measure
Ada dua jenis unit ukuran yang dipakai, yaitu sebagai berikut :
1) Unit Moneter (Uang)
Dalam model ini yang menjadi unit pengukuran adalah unit uang.
2) Unit Daya Beli (Purchasing Power)
Dalam model ini yang menjadi alat ukur adalah daya beli uangnya yang tentu
berbeda apabila waktunya berbeda.
Penilaian dan Perbandingan terhadap Model Akuntansi
Dalam menilai dan membandingkan model penilaian akuntansi tersebut, model Present
Value sengaja tidak diikutkan karena beberapa kelemahan sebagai berikut.
1) Sukarnya menaksir penerimaan kas di masa yang akan datang.
2) Pemilihan tingkat diskonto yang sangat bervariasi
3) Alokasi arbitrer dari taksoran arus kas dalam menilai aset
4) Alokasi arbitrer dan taksiran arus kas dari masing-masing aktiva secara individual
Dalam menilai dan membandingkan model-model ini maka yang menjadi dasar penilaian
adalah.
1. Kesalahan yang timbul akibat masalah waktu (timing error)
Timing error timbul akibat perubahan nilai yang terjadi dalam suatu periode
tertentu, tetapi dicatat, diperhitungkan, dan dilaporkan pada periode yang lain.
2. Kesalahan akibat alat ukur ( measuring unit errors)
Kesalahan akibat alat ukur ini terjadi apabila laporan keuangan tidak disajikan
dengan menggunakan dan mempertimbangkan tenaga beli dari mata uang
tersebut.
3. Kesulitan dalam penaIsiran (interpretability)
Laporan keuangan harus dipahami tanpa salah pengertian. Dalam menaIsirkan
laporan keuangan kita harus memahami masalah pengertian dan penggunaanya.
4. Relevansi
InIormasi akuntansi harus relevan artinya harus bermanIaat bagi pemakainya
khususnya untuk digunakan dalam proses pengambilan keputusan. Namun, karena
model akuntansi yang ada masih memiliki makna yang masih kabur seperti
masalah NOD dan COG tadi, sulit bagi pembaca menjadikan inIormasi akuntansi
itu relevan tanpa menguasai ilmu akuntansi lebih mendalam.

F. PERBEDAAN AKUNTANSI INFLASI DI INRIS, AMERIKA SERIKAT, DAN
BRAZIL
Beberapa Negara telah mencoba akuntansi inIlasi yang berbeda-beda. Praktik
actual juga mencerminkan pertimbangan pragmitis seperti parahnya laju inIlasi nasional
dan pandangan yang pihak-pihak yang secara langsung dipengaruhi oleh angka-angka
akuntansi inIlasi. Mengamati beberapa metode akuntansi inIlasi yang berbeda sangat
bermanIaat pada saat menilai kondisi paling muktahir saat ini.

Negara Amerika Serikat
Pada tahun 1979, FASB mengeluarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan /
SFAS No.33, yang berjudul ' Pelaporan Keuangan dan Perubahan Nilai pernyataan ini
mengharuskan perusahaan-perusahaan AS yang memiliki persedian dan aktiIa tetap
bernilai lebih dari $125 juta atau aktiva lebih dari $1 miliyar, untuk selama 5 tahun
mencoba melakukan pengungkapan daya beli konstan biaya historis sebagai kerangka
dasar pengukuran dasar untuk laporan keuangan utama.
Banyak pengguna dan penyusun inIormasi keuangan yang telah sesuai dengan SFAS
No.33 menemukan bahwa :
a) Pengungkapan ganda yang diwajibkan FASB membingungkan.
b) Biaya penyusunan pengungkapan ganda ini terlalu besar.
c) Pengungkapan daya beli biaya historis tidak terlalu bermanIaat bila dibandingkan
dengan biaya kini. Akhirnya diterbitkan SFAS N0.88 untuk membantu
perusahaan yang melaporkan pengaruh pernyataan atas harga yang berubah dan
menjadi titik awal standar akuntansi inIlasi masa depan.
Perusahaan pelapor didorong untuk mengungkapkan inIormasi berikut untuk masing-
masing dari 5 tahun terakhir :
1. Penjualan bersih dan pendapatan operasi lainya.
2. Laba dari opersi yang berjalan berdasarkan dasar biaya kini.
3. Kenaikan atau penurunan dalam biaya kini atau jumlah yang dapat dipulihkan.
4. Setiap agregrat penyesuaian translasi mata uang asing berdasarkan biaya kini,
yang timbul dari proses konsolidasi.
5. Aktiva bersih pada akhir tahun menurun dasar biaya kini.
6. Laba per saham menurut dasar biaya kini
7. Deviden per saham biasa
8. Harga pasar akhir tahun perlembar saham biasa
9. Tingkat indeks Harga Konsumen yang digunakan untuk mengukur laba dari
opersi berjalan.
Panduan pengungkapan SFAS No.88 juga mencakup operasi luar negeri yang
dimasukkan dalam laporan konsolidasi induk perusahaan dari AS perusahaan yang
,engadopsi dolar sebagai mata uang Iungsional untuk mengukur operasi luar negerinya
memandang operasi-operasi dari sudut pandang mata uang induk perusahaan.
Akibatnya akun-akun operasi harus ditranslasi ke dalam dolar, kemudian disesuaikan
dengan inIlasi AS. Perusahaan multinasional yang mengadopsi mata uang local sebagai
mata uang Iungsional untuk kebanyakan operasi luar negerinya menggunakan sudut
pandang mata uang local.
FASB memperbolehkan perusahaan tersebut untuk mengunakan metode translasi
sajikan ulang atau menyesuaikan diri terhadap inIlasi luar negeri dan kemudian
melakukan translasi kedalam dolar AS. Dengan demikian, penyesuai terhadap data biaya
kini untuk mencerminkan inIlasi dapat didasarkan pada indeks tingkat harga umum AS
atau luar negeri.
Negara Inggris
Komite Standar Akuntansi Inggris / ACS menerbitkan 'Pernyataan Standar
Praktik Akuntansi 16 / SSAP, 'Akuntansi Biaya Kini untuk masa percobaan 3 tahun
pada bulan maret 1980. Meskipun SSAP 16 dibatalkan pada tahun 1988, metodologinya
direkomendasikan untuk perusahaan-perusahaan yang secara sukarela melaporkan akun-
akunnya yang disesuaikan terhadap inIlasi.
Perbedaan SSAP 16 dengan SFAS 33 adalah
1. Apabila standar AS mengharuskan akuntansi biaya konstan dan kini, SSAP 16
hanya mengadopsi metode biaya kini untuk pelaporan eksternal.
2. Apabila penyesuaian inIlasi AS berpusat pada laporan laba rugi, laporan biaya
kini di Inggris mengwajibkan baik laporan laba rugi dan neraca biaya kini, beserta
catatan penjelas.
Standar di Inggris memperbolehkan 3 pilihan pelaporan :
O Menyajikan akun-akun biaya kini sebagai laporan keuangan dasar dengan
akun-akun pelengkap biaya historis.
O Menyajikan akun-akun biaya historis sebagai laporan keuangan dasar
dengan akun-akun pelengkap biaya kini.
O Menyajikan akun-akun biaya kini sebagai satu-satuny akun yang
dilengkanpi dengan inIormasi biaya historis yang memadai.
Dengan perlakuan keuntungan dan kerugian yang terkait dengan pos-pos moneter,
FAS 33 menharuskan pengungkapan terpisah untuk tiap-tiap angka. SSAP 16
mengaharuskan dua angka yang keduanya mencerminkan pengaruh perubahan harga
spesiIik, yaitu
1. Penyesuai modal kerja moneter ( Monetary Working Capital Adjustment) /
MWCA
Mengakui pengaruh perubahan harga khusus terhadap total jumlah modal kerja
yang digunakan oleh perusahaan dalam operasinya.
2. Mekanisme Penyesuaian
Memungkinkan pengaruh perubahan harga spesiIik terhadap aktiva nonmoneter
perusahaan.
Negara Brasil
Walaupun tidak lagi diwajibkan akuntansi inIlasi yang direkomendasikan di
Brasil hari ini mencerminkan 2 kelompok pilihan pelaporan Hukum Perusahaan Brasil
dan Komisi Pengawasan Pasar Modal Brasil. Penyesuaian inIlasi yang sesuai dengan
hukum perusahaan menyajikan ulang akun-akun aktiva permanen dan ekuitas pemegang
saham dengan menggunakan indeks harga yang diakui oleh pemerintah Iederal untuk
mengukur devaluasi mata uang local.
Penyesuaian inIlasi terhadap aktiva permanen dan ekuitas pemegang saham
disajikan bersih terhadap jumlah lebih yang diungkapkan secara terpisah dalam laba kini
sebagai keuntungan atau kerugian koreksi moneter.
Penyesuaian tingkat harga terhadap ekuitas pemegang saham merupakan jumlah
investasi pemegang saham pada awalperiode yang harus tumbuh agar tidak tertingla
dengan laju inIlasi. Penyesuaian aktiva permanen yang lebih kecil daripada penyesuaian
ekuitas menyebabkan kerugian daya beli yang mencerminkan resiko yang dihadapi
perusahan terhadap aktiva moneter bersihnya











BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa pada masa inIlasi, laporan keuangan
GPLA lebih inIormatiI dibanding historical cost, namun material atau tidaknya perbedaan yang
ditimbulkan GPLA tergantung pengaruhnya terhadap perusahaan tersebut, sehingga GPLA
bukan dimaksudkan untuk mengganti laporan keuangan historical cost, tetapi hanya sebagai
supplement report untuk digunakan sebagai inIormasi tambahan dalam pengambilan keputusan
bagi pihak-pihak yang membutuhkan inIormasi laporan keuangan sehingga tujuan dari pelaporan
akuntansi terpenuhi. Hal ini didasari oleh pernyataan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia
bahwa inIormasi tambahan antara lain mengenai pengungkapan pengaruh perubahan harga
bersiIat tidak mengikat.










DAFTAR PUSTAKA
Harahap, SoIyan SyaIri. 2007. %eori Akuntansi. Jakarta : PT Raja GraIindo Persada.
Choi D.S. Frederick & Meek K. Gary. 2005. Akuntansi Internasional, disi 5 Buku 1. Jakarta :
Salemba mpat.

Você também pode gostar