BAB I PENDAHULUAN Indonesia adalah salah satu negara berkembang. Masalah umum yang sering dihadapi negara berkembang adalah tingginya tingkat inIlasi. Sejak krisis moneter tahun 1998, harga- harga di pasaran cenderung naik. Tahun 2007 saja tingkat inIlasi di Indonesia adalah 6,59 persen. Hal ini bisa diartikan bahwa aktiva yang dimiliki harganya akanberkurang sebesar 6.59 persen sedangkan pendapatan dinilai terlalu tinggi sebesar angka yang sama. Pada saat ini pasar modal menjadi primadona yang dipilih investor untuk menginvestasikan modalnya. Namun untuk menginvestasikan modal dalam saham tidak semudah membalik telapak tangan. Investor harus mengetahui kemampulabaan perusahaan yang akan dibeli sahamnya. Bagaimana ketahanan suatu perusahaan dalam menghadapi persaingan dan moneter yang sulit diprediksi. InIormasi mengenai suatu perusahaan yang menjual sahamnya di pasar modal dapat diketahui melaluilaporan keuangannya. Laporan keuangan merupakan inIormasi yang penting bagi pengguna laporan keuangan dalam rangka menilai kinerja keuangan perusahaan secara keseluruhan. InIormasi laporan keuangan dianggap memiliki nilai kualitas inIormasi jika memenuhi dua unsur yaitu dapat diandalkan (reliable) dan relevance bagi pengguna laporan keuangan. Uniknya pencatatan Akuntansi Indonesia menganut system akuntasi konvesional dimana laporan keuangan disajikan berdasarkan nilai histories (Historical Cost) yang mengasumsikan bahwa harga-harga (unit moneter) adalah stabil. Akuntansi konvensional tidak mengakui adanya perubahan tingkat harga umum maupun perubahan tingkat harga khusus. Sebagai konsekuensinya, jika terjadi perubahan daya beli seperti pada periode inIlasi, maka laporan keuangan jika kita kembali kepada penjelasan di paragraph sebelumnya secara ekonomis tidaklah relevan. Untuk mengatasi hal ini akuntansi inIlasi menjadi suatu pedoman yang dapat diandalkan dalam menganalisa laporan keuangan suatu perusahaan. Dalam paper iniakunansi inIlasi yang dibahas adalah General Price Level Accounting (GPLA).
BAB II PEMBAHASAN A. INFLASI Banyak study mengenai inIlasi di negara-negara berkembang, menunjukan bahwa inIlasi bukan semata-mata merupakan Ienomena moneter, tetapi juga merupakan Ienomena struktural atau cost push inIlation. Hal ini disebabkan karena struktur ekonomi negara-negara berkembang pada umumnya yang masih bercorak agraris. Sehingga, goncangan ekonomi yang bersumber dari dalam negeri, misalnya gagal panen (akibat Iaktor eksternal pergantian musim yang terlalu cepat, bencana alam, dan sebagainya), atau hal-hal yang memiliki kaitan dengan hubungan luar negeri, misalnya memburuknya term oI trade; utang luar negeri; dan kurs valuta asing, dapat menimbulkan Iluktuasi harga di pasar domestik. Fenomena struktural yang disebabkan oleh kesenjangan atau kendala struktural dalam perekonomian di negara berkembang, sering disebut dengan structural bottlenecks. Strucktural bottleneck terutama terjadi dalam tiga hal, yaitu : 1. Supply dari sektor pertanian (pangan) tidak elastis. Hal ini dikarenakan pengelolaan dan pengerjaan sektor pertanian yang masih menggunakan metode dan teknologi yang sederhana, sehingga seringkali terjadi supply dari sektor pertanian domestik tidak mampu mengimbangi pertumbuhan permintaannya. 2. Cadangan valuta asing yang terbatas (kecil) akibat dari pendapatan ekspor yang lebih kecil daripada pembiayaan impor. Keterbatasan cadangan valuta asing ini menyebabkan kemampuan untuk mengimpor barang-barang baik bahan baku, input antara; maupun barang modal yang sangat dibutuhkan untuk pembangunan sektor industri menjadi terbatas pula. Belum lagi ditambah dengan adanya demonstration eIIect yang dapat menyebabkan perubahan pola konsumsi masyarakat. Akibat dari lambatnya laju pembangunan sektor industri, seringkali menyebabkan laju pertumbuhan supply barang tidak dapat mengimbangi laju pertumbuhan permintaan. 3. Pengeluaran pemerintah terbatas. Hal ini disebabkan oleh sektor penerimaan rutin yang terbatas, yang tidak cukup untuk membiayai pembangunan, akibatnya timbul deIisit anggaran belanja, sehingga seringkali menyebabkan dibutuhkannya pinjaman dari luar negeri ataupun mungkin pada umumnya dibiayai dengan pencetakan uang (printing oI money). Dengan adanya structural bottlenecks ini, dapat memperparah inIlasi di Negara berkembang dalam jangka panjang, oleh karenanya Ienomena inIlasi di Negaranegara yang sedang berkembang kadangkala menjadi suatu Ienomena jangka panjang, yang tidak dapat diselesaikan dalam jangka waktu yang pendek. Pengertian Inflasi InIlasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus- menerus (kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar dapat disebabkan oleh berbagai Iaktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat atau adanya ketidak lancaran distribusi barang. Dengan kata lain, inIlasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu. InIlasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi- rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukan inIlasi. InIlasi dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan saling pengaruh-mempengaruhi. Istilah inIlasi juga digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang yang kadangkala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga. Ada banyak cara untuk mengukur tingkat inIlasi, dua yang paling sering digunakan adalah CPI dan GDP DeIlator Penyebab Inflasi InIlasi dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu tarikan permintaan atau desakan biaya produksi. InIlasi tarikan permintaan (demand pull inIlation) terjadi akibat adanya permintaan total yang berlebihan sehingga terjadi perubahan pada tingkat harga. Bertambahnya permintaan terhadap barang dan jasa mengakibatkan bertambahnya permintaan terhadap Iaktor-Iaktor produksi. Meningkatnya permintaan terhadap Iaktor produksi itu kemudian menyebabkan harga Iaktor produksi meningkat. Jadi, inIlasi ini terjadi karena suatu kenaikan dalam permintaan total sewaktu perekonomian yang bersangkutan dalam situasi Iull employment. InIlasi desakan biaya (cost push inIlation) terjadi akibat meningkatnya biaya produksi (input) sehingga mengakibatkan harga produk-produk (output) yang dihasilkan ikut naik. Meningkatnya biaya produksi dapat disebabkan 2 hal, yaitu kenaikan harga,misalnya bahan baku dan kenaikan upah/gaji, misalnya kenaikan gaji PNS akan mengakibatkan usaha-usaha swasta menaikkan harga barang-barang. Faktor-Iaktor yang menyebabkan terjadinya inIlasi adalah sebagai berikut: O Tingkat pengeluaran agregat yang melebihi kemampuan perusahaan untuk menghasilkan barang dan jasa O Tuntutan kenaikan upah dari pekerja. O Kenaikan harga barang impor O Penambahan penawaran uang dengan cara mencetak uang baru O Kekacauan politik dan ekonomi seperti yang pernah terjadi di Indonesia tahun 1998. akibatnya angka inIlasi mencapai 70. Penggolongan Inflasi Berdasarkan asalnya, inIlasi dapat digolongkan menjadi dua, yaitu inIlasi yang berasal dari dalam negeri dan inIlasi yang berasal dari luar negeri. InIlasi berasal dari dalam negeri misalnya terjadi akibat terjadinya deIisit anggaran belanja yang dibiayai dengan cara mencetak uang baru dan gagalnya pasar yang berakibat harga bahan makanan menjadi mahal. Sementara itu, inIlasi dari luar negeri adalah inIlasi yang terjadi sebagai akibat naiknya harga barang impor. Hal ini bisa terjadi akibat biaya produksi barang di luar negeri tinggi atau adanya kenaikan tariI impor barang. InIlasi juga dapat dibagi berdasarkan besarnya cakupan pengaruh terhadap harga. Jika kenaikan harga yang terjadi hanya berkaitan dengan satu atau dua barang tertentu, inIlasi itu disebut inIlasi tertutup (Closed InIlation). Namun, apabila kenaikan harga terjadi pada semua barang secara umum, maka inIlasi itu disebut sebagai inIlasi terbuka (Open InIlation). Sedangkan apabila serangan inIlasi demikian hebatnya sehingga setiap saat harga-harga terus berubah dan meningkat sehingga orang tidak dapat menahan uang lebih lama disebabkan nilai uang terus merosot disebut inIlasi yang tidak terkendali (HiperinIlasi). Berdasarkan keparahannya inIlasi juga dapat dibedakan : 1. InIlasi ringan (kurang dari 10 / tahun) 2. InIlasi sedang (antara 10 sampai 30 / tahun) 3. InIlasi berat (antara 30 sampai 100 / tahun) 4. HiperinIlasi (lebih dari 100 / tahun) Mengukur inflasi InIlasi diukur dengan menghitung perubahan tingkat persentase perubahan sebuah indeks harga. Indeks harga tersebut di antaranya: Indeks harga konsumen (IHK) atau consumer price index (CPI), adalah indeks yang mengukur harga rata-rata dari barang tertentu yang dibeli oleh konsumen. Indeks biaya hidup atau cost-oI-living index (COLI). Indeks harga produsen adalah indeks yang mengukur harga rata-rata dari barang-barang yang dibutuhkan produsen untuk melakukan proses produksi. IHP sering digunakan untuk meramalkan tingkat IHK di masa depan karena perubahan harga bahan baku meningkatkan biaya produksi, yang kemudian akan meningkatkan harga barang-barang konsumsi. Indeks harga komoditas adalah indeks yang mengukur harga dari komoditas- komoditas tertentu. Indeks harga barang-barang modal DeIlator PDB menunjukkan besarnya perubahan harga dari semua barang baru, barang produksi lokal, barang jadi, dan jasa. Dampak Inflasi InIlasi memiliki dampak positiI dan dampak negatiI- tergantung parah atau tidaknya inIlasi. Apabila inIlasi itu ringan, justru mempunyai pengaruh yang positiI dalam arti dapat mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi. Sebaliknya, dalam masa inIlasi yang parah, yaitu pada saat terjadi inIlasi tak terkendali (hiperinIlasi), keadaan perekonomian menjadi kacau dan perekonomian dirasakan lesu. Orang menjadi tidak bersemangat kerja, menabung, atau mengadakan investasi dan produksi karena harga meningkat dengan cepat. Para penerima pendapatan tetap seperti pegawai negeri atau karyawan swasta serta kaum buruh juga akan kewalahan menanggung dan mengimbangi harga sehingga hidup mereka menjadi semakin merosot dan terpuruk dari waktu ke waktu. Bagi masyarakat yang memiliki pendapatan tetap, inIlasi sangat merugikan. Kita ambil contoh seorang pensiunan pegawai negeri tahun 1990. Pada tahun 1990, uang pensiunnya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, namun di tahun 2003 -atau tiga belas tahun kemudian, daya beli uangnya mungkin hanya tinggal setengah. Artinya, uang pensiunnya tidak lagi cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebaliknya, orang yang mengandalkan pendapatan berdasarkan keuntungan, seperti misalnya pengusaha, tidak dirugikan dengan adanya inIlasi. Begitu juga halnya dengan pegawai yang bekerja di perusahaan dengan gaji mengikuti tingkat inIlasi. InIlasi juga menyebabkan orang enggan untuk menabung karena nilai mata uang semakin menurun. Memang, tabungan menghasilkan bunga, namun jika tingkat inIlasi di atas bunga, nilai uang tetap saja menurun. Bila orang enggan menabung, dunia usaha dan investasi akan sulit berkembang. Karena, untuk berkembang dunia usaha membutuhkan dana dari bank yang diperoleh dari tabungan masyarakat. Bagi orang yang meminjam uang kepada bank (debitur), inIlasi menguntungkan, karena pada saat pembayaran utang kepada kreditur, nilai uang lebih rendah dibandingkan pada saat meminjam. Sebaliknya, kreditur atau pihak yang meminjamkan uang akan mengalami kerugian karena nilai uang pengembalian lebih rendah jika dibandingkan pada saat peminjaman. Bagi produsen, inIlasi dapat menguntungkan bila pendapatan yang diperoleh lebih tinggi daripada kenaikan biaya produksi. Bila hal ini terjadi, produsen akan terdorong untuk melipatgandakan produksinya (biasanya terjadi pada pengusaha besar). Namun, bila inIlasi menyebabkan naiknya biaya produksi hingga pada akhirnya merugikan produsen, maka produsen enggan untuk meneruskan produksinya. Produsen bisa menghentikan produksinya untuk sementara waktu. Bahkan, bila tidak sanggup mengikuti laju inIlasi, usaha produsen tersebut mungkin akan bangkrut (biasanya terjadi pada pengusaha kecil). Secara umum, inIlasi dapat mengakibatkan berkurangnya investasi di suatu negara, mendorong kenaikan suku bunga, mendorong penanaman modal yang bersiIat spekulatiI, kegagalan pelaksanaan pembangunan, ketidakstabilan ekonomi, deIisit neraca pembayaran, dan merosotnya tingkat kehidupan dan kesejahteraan masyarakat. B. PERUBAHAN DARI KONSEP STABLE MONETARY UNIT Stable Monetary Unit merupakan salah satu prinsip dasar akuntansi yang menyatakan bahwa kesatuan moneter itu dianggap stabil. Nilai uang yang ditetapkan dari pos-pos laporan keuangan, misalnya kas, piutang, hutang atau kewajiban lainnya. Pos ini memiliki angka dan jumlah nilai uangnya yang tetap itulah yang akan ditagih, dibayar dimasa yang akan datang tanpa ada perubahan (Harahap,2001). Padahal dimana saja didunia ini kita tidak pernah mendengar ada valuta yang memiliki nilai yang stabil. Ada yang mengalami apresiasi dimana nilai tukarnya atau daya belinya naik (deIlasi) dan yang paling umum nilai tukar atau daya belinya justru menurun (inIlasi). Di Indonesia pada tahun 1965 tertinggi sampai 650 , pada tahun 1999 saja tingkat inIlasi di Indonesia mencapai 9,35. Ini menunjukkan bahwa prinsip Stable Monetary Unit hanya dalam asumsi tidak pernah ditemukan dalam kenyataan. Prinssip ini adalah untuk memudahkan perumusan teori dan asumsi akuntansi keuangan. Permasalahan diatas memunculkan sebuah kritik yang menyatakan inIormasi yang disajikan laporan keuangan pada masa inIlasi justru sia-sia karena nilai-nilai yang terdapat didalamnya tidak relevan dan tidak sesuai dengan kenyataan. Dari permasalahan tersebut muncul usulan yang moderat yang artinya kita masih bisa menggunakan historical cost accounting, tetapi harus dibuat inIormasi atau laporan suplemen yang memuat dampak inIlasi itu terhadap laporan keuangan, selain itu terdapat usulan lain yaitu menggunakan akuntansi inIlasi. Akuntansi inIlasi ini berupaya untuk menyusun laporan keuangan yang memuat dampak dari inIlasi atau penurunan nilai beli uang itu pada laporan keuangan sehingga laporan. keuangan menunjukkan satuan mata uang pada tingkat harga yang berlaku saat itu bukan lagi harga historis.
. AKUNTANSI INFLASI Metode yang digunakan dalam akuntansi inIlasi ini sama dengan metode penentuan laba, penekanannya adalah pada nilai laba yang lebih relevan yang digambarkan oleh laporan keuangan, sedangan inIlasi, nilai semua item yang terdapat dalam laporan keuangan. Adapun metode pengukuran aktiva dan kewajiban dapat dibagi sebagai berikut : 1. The entry value system dari harga umum yang terdiri dari : O Historical cost O General price level O Replacement cost O Reproduction cost 2. The exit value system harga pasar atau current market value yang terdiri dari: O Net realizable value O Selling price O xpexted value. Untuk menyusun laporan keuangan pada masa inIlasi agar lebih relevan dapat digunakan beberapa metode, yaitu : eneral Price Level Dalam metode General Price Level misalnya metode historical cost disesuaikan dengan perubahan tingkat harga sehingga pada masa inIlasi GPL ini lebih besar daripada nilai historical cost.
Keuntungan GPL adalah sebagai berikut : O Dapat menjelaskan pengaruh inIlasi pada perusahaan O Dapat meningkatkan kegunaan perbandingan laporan antar periode O Membantu pemakai laporan menilai arus kas dimasa yang akan datang secara lebih baik O Memperbaiki tingkat kepercayaan rasio laporan keuangan yang dihitung dari angka-angka laporan keuangan yang sudah disesuaikan. Kelemahan GPL adalah sebagai berikut : O InIlasi itu terjadi pada barang yang berbeda dan perusahaan yang berbeda jadi tidak bisa disamaratakan O GPL tidak bermakna bagi perusahaan O Angka yang disesuaikan tidak menggambarkan arus kas O Rasio itu adalah indikator mentah urrent ost Accounting Menurut dgar dwards dan Philips Bell (1961) merupakan tokoh yang paling gencar konsep CCA ini. Menurut mereka yang dibutuhkan oleh manajer adalah bagaimana mereka mengalokasikan sumber-sumber ekonomi yang ada. Berikut ini adalah beberapa bentuk current cost : Replacement cost adalah nilai yang diukur saat ini (current cost) untuk mendapatkan aktiva baru atau menggantinya dengan kapasitas produksinya yang sama. Dalam praktik nilai ganti ini hanya diterapkan pada aktiva nonmoneter, sepertinya persediaan, aktiva tetap. Aktiva tetap disajiakan menurut nilai gantinya, nilai bersih setelah digambarkan nilai yang sudah dipakai. Penyusutan dihitung berdasarkan pada nilai ganti itu. Pada masa inIlasi sering terjadi backlog depreciation atau penyusutan yang bersaldo negatiI. Dalam penyajiannya hutang ini harus disajikan nilai diskontonya. Pada masa inIlasi nilai dari replacement value ini lebih besar dari general price level. Metode ini dikritik dalam hal : 1) Subjektivitas penilaian atau taksiran harganya sehingga angka-angka yang timbul tidak didasarkan pada transaksi yang sebenarnya. 2) Dalam hal harga suatu aktiva menurun maka penurunan itu akan menimbulkan pembebanan ke laba rugi (misalnya penyusutan dan harga pokok produksi) lebih rendah dari beban pada historical cost. Akhirnya income akan lebih tinggi dari historical cost. 3) Perubahan harga umum tidak tergambar dalam metode replacement cost ini, karena hanya untuk aktiva tertentu. Oleh karenanya metode replacement cost ini dianggap bukan merupakan metode akuntansi inIlasi 4) Sukar melakukan perbandingan antar perusahaan yang saling berbeda. Walaupun ada kritik ini, sebagai pihak menganggap bahwa metode ini paling mudah diterapkan dalam akuntansi inIlasi. Reproduction cost adalah istilah lain yang hampir sama dengan replacement cost ini. Disini harga itu diukur berdasarkan harga sekarang jika aktiva itu dibuat atau diduplikasi seperti barang yang dimiliki itu tanpa melihat perubahan teknologi yang mungkin mempengaruhi aktiva yang dibuat itu. Net Realizable Value. Harga pasar sekarang adalah harga atau kas yang di peroleh jika suatu aktiva dijual sekarang. Namun, harga ini didasarkan pada prinsip likuidasi bukan prinsip going concern sehingga menyalahi prinsip akuntansi. Salah satu metode current market value ini adalah net realizable value. NRV merupakan harga jual dikurangi taksiran biaya penjulan. Pada masa inIlasi nilai dari net relizable value ini lebih besar dari replacement cost karena manajemen tidak mungkin menjual barangnya tanpa mengharapkan laba marjin general price level. Penyusutan dalam metode ini dihitung berdasarkan perbedaan antara harga jual aktiva itu pada awal dibandingkan dengan pada akhir periode. Selling Price. Di sini nilai yang dipakai adalah harga jual tanpa dikurangi biaya penjualan sehingga laporan keuangan yang disusun menurut selling price ini akan lebih besar daripada net realizable value dan metode lain yang disebut sebelumnya. xpected value. Metode ini sangat tergantung pada pengharapan seseorang jadi bisa lebih besar atau lebih kecil dibanding dengan metode lain karena expected value ini merupakan gambaran dari present value kas di masa yang akan datang.
D. MONETARY NON-MONETARY ITEMS Monetary Item adalah aktiva atau kewajiban yang dinilai atau disajikan dalam unit uang yang tetap misalnya kas, piutang, hutang atau kewajiban lainnya yang angka dan jumlah nilai uangnya yang tetap itulah yang akan ditagih, dibayar di masa yang akan datang tanpa ada perubahan. Nilai ini adalah nilai historis dan nanti nilai net realizable value-nyalah yang akan direalisasi. Karena nilainya itu juga menggambarkan nilai sekarang (current value) untuk aktiva jenis ini tidak perlu disesuaikan kecuali untuk mengetahui present value dari nilai yang diharapkan ditagih (expected value) di masa yang akan datang. Non-monetary items adalah nilai dimana jumlah uangnya tidak ditetapkan menurut kontrak perjanjian. Dalam metode historical cost ini digambarkan sebagai old cost bukan nilai sekarang. Dalam metode current value harga baru itu yang dicoba digambarkan dengan harga sekarang.
E. MODEL AKUNTANSI Ada tiga model akuntansi yang berbeda, yaitu : 1) istorical Cost Accounting 2) #eplacement Cost Accounting 3) et #eali:able Jalue Accounting Atribut yang Akan Dinilai Atribut yang dinilai untuk masing-masing model akuntansi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : Dalam model Historical Cost Accounting, Atribut yang dinilai adalah jumlah uang atau kas atau sejenisnya yang dibayar untuk mendapatkan aktiva atau membayar sejumlah hutang yang dibebankan dalam unit uang yang timbul dari perolehan aktiva itu. Dalam model Replacement Cost Accounting, atribut yang dibayar adalah uang kas atau sejenisnya yang akan dibayar untuk memperoleh aktiva yang sama dan sejenis saat sekarang atau jumlah hutang yang akan dibebankan untuk memperolah aktiva tersebut. Dalam model Net Realizable, atribut yang dinilai adalah jumlah uang kas atau sejinsnya yang akan diperoleh dengan menjual aktiva sekarang atau jumlah uang yang harus dibayar untuk menebus kewajiban itu sekarang. Dalam model Present Value atau Capitalized Value, atribut yang dinilai adalah arus kas masuk bersih yang diharapkan akan diterima dari penggunaan aktiva atau arus kas keluar net yang diharapkan akan dibayar untuk membayar kembali hutang. Atribut itu dapat kita golongkan dalam tiga cara sebagai berikut : Fokus penilaian dapat berupa masa lalu (historical cost), masa kini (replacement cost dan net realizable value), dan masa yang akan datang (present value). Jenis transaksi : historical cost dan replacement cost merupakan transaksi perolehan atau pembebanan hutang, net realizable value dan present value menyangkut penjualan aset dan pembayaran hutang. SiIat kejadian awalnya : historical cost didasarkan pada kejadian yang sebenarnya, present value berdasarkan kejadian yang diharapkan, dan replacement cost dan net realizable value didasarkan pada kejadian yang siIatnya hipotesis (anggapan). Unit Measure Ada dua jenis unit ukuran yang dipakai, yaitu sebagai berikut : 1) Unit Moneter (Uang) Dalam model ini yang menjadi unit pengukuran adalah unit uang. 2) Unit Daya Beli (Purchasing Power) Dalam model ini yang menjadi alat ukur adalah daya beli uangnya yang tentu berbeda apabila waktunya berbeda. Penilaian dan Perbandingan terhadap Model Akuntansi Dalam menilai dan membandingkan model penilaian akuntansi tersebut, model Present Value sengaja tidak diikutkan karena beberapa kelemahan sebagai berikut. 1) Sukarnya menaksir penerimaan kas di masa yang akan datang. 2) Pemilihan tingkat diskonto yang sangat bervariasi 3) Alokasi arbitrer dari taksoran arus kas dalam menilai aset 4) Alokasi arbitrer dan taksiran arus kas dari masing-masing aktiva secara individual Dalam menilai dan membandingkan model-model ini maka yang menjadi dasar penilaian adalah. 1. Kesalahan yang timbul akibat masalah waktu (timing error) Timing error timbul akibat perubahan nilai yang terjadi dalam suatu periode tertentu, tetapi dicatat, diperhitungkan, dan dilaporkan pada periode yang lain. 2. Kesalahan akibat alat ukur ( measuring unit errors) Kesalahan akibat alat ukur ini terjadi apabila laporan keuangan tidak disajikan dengan menggunakan dan mempertimbangkan tenaga beli dari mata uang tersebut. 3. Kesulitan dalam penaIsiran (interpretability) Laporan keuangan harus dipahami tanpa salah pengertian. Dalam menaIsirkan laporan keuangan kita harus memahami masalah pengertian dan penggunaanya. 4. Relevansi InIormasi akuntansi harus relevan artinya harus bermanIaat bagi pemakainya khususnya untuk digunakan dalam proses pengambilan keputusan. Namun, karena model akuntansi yang ada masih memiliki makna yang masih kabur seperti masalah NOD dan COG tadi, sulit bagi pembaca menjadikan inIormasi akuntansi itu relevan tanpa menguasai ilmu akuntansi lebih mendalam.
F. PERBEDAAN AKUNTANSI INFLASI DI INRIS, AMERIKA SERIKAT, DAN BRAZIL Beberapa Negara telah mencoba akuntansi inIlasi yang berbeda-beda. Praktik actual juga mencerminkan pertimbangan pragmitis seperti parahnya laju inIlasi nasional dan pandangan yang pihak-pihak yang secara langsung dipengaruhi oleh angka-angka akuntansi inIlasi. Mengamati beberapa metode akuntansi inIlasi yang berbeda sangat bermanIaat pada saat menilai kondisi paling muktahir saat ini.
Negara Amerika Serikat Pada tahun 1979, FASB mengeluarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan / SFAS No.33, yang berjudul ' Pelaporan Keuangan dan Perubahan Nilai pernyataan ini mengharuskan perusahaan-perusahaan AS yang memiliki persedian dan aktiIa tetap bernilai lebih dari $125 juta atau aktiva lebih dari $1 miliyar, untuk selama 5 tahun mencoba melakukan pengungkapan daya beli konstan biaya historis sebagai kerangka dasar pengukuran dasar untuk laporan keuangan utama. Banyak pengguna dan penyusun inIormasi keuangan yang telah sesuai dengan SFAS No.33 menemukan bahwa : a) Pengungkapan ganda yang diwajibkan FASB membingungkan. b) Biaya penyusunan pengungkapan ganda ini terlalu besar. c) Pengungkapan daya beli biaya historis tidak terlalu bermanIaat bila dibandingkan dengan biaya kini. Akhirnya diterbitkan SFAS N0.88 untuk membantu perusahaan yang melaporkan pengaruh pernyataan atas harga yang berubah dan menjadi titik awal standar akuntansi inIlasi masa depan. Perusahaan pelapor didorong untuk mengungkapkan inIormasi berikut untuk masing- masing dari 5 tahun terakhir : 1. Penjualan bersih dan pendapatan operasi lainya. 2. Laba dari opersi yang berjalan berdasarkan dasar biaya kini. 3. Kenaikan atau penurunan dalam biaya kini atau jumlah yang dapat dipulihkan. 4. Setiap agregrat penyesuaian translasi mata uang asing berdasarkan biaya kini, yang timbul dari proses konsolidasi. 5. Aktiva bersih pada akhir tahun menurun dasar biaya kini. 6. Laba per saham menurut dasar biaya kini 7. Deviden per saham biasa 8. Harga pasar akhir tahun perlembar saham biasa 9. Tingkat indeks Harga Konsumen yang digunakan untuk mengukur laba dari opersi berjalan. Panduan pengungkapan SFAS No.88 juga mencakup operasi luar negeri yang dimasukkan dalam laporan konsolidasi induk perusahaan dari AS perusahaan yang ,engadopsi dolar sebagai mata uang Iungsional untuk mengukur operasi luar negerinya memandang operasi-operasi dari sudut pandang mata uang induk perusahaan. Akibatnya akun-akun operasi harus ditranslasi ke dalam dolar, kemudian disesuaikan dengan inIlasi AS. Perusahaan multinasional yang mengadopsi mata uang local sebagai mata uang Iungsional untuk kebanyakan operasi luar negerinya menggunakan sudut pandang mata uang local. FASB memperbolehkan perusahaan tersebut untuk mengunakan metode translasi sajikan ulang atau menyesuaikan diri terhadap inIlasi luar negeri dan kemudian melakukan translasi kedalam dolar AS. Dengan demikian, penyesuai terhadap data biaya kini untuk mencerminkan inIlasi dapat didasarkan pada indeks tingkat harga umum AS atau luar negeri. Negara Inggris Komite Standar Akuntansi Inggris / ACS menerbitkan 'Pernyataan Standar Praktik Akuntansi 16 / SSAP, 'Akuntansi Biaya Kini untuk masa percobaan 3 tahun pada bulan maret 1980. Meskipun SSAP 16 dibatalkan pada tahun 1988, metodologinya direkomendasikan untuk perusahaan-perusahaan yang secara sukarela melaporkan akun- akunnya yang disesuaikan terhadap inIlasi. Perbedaan SSAP 16 dengan SFAS 33 adalah 1. Apabila standar AS mengharuskan akuntansi biaya konstan dan kini, SSAP 16 hanya mengadopsi metode biaya kini untuk pelaporan eksternal. 2. Apabila penyesuaian inIlasi AS berpusat pada laporan laba rugi, laporan biaya kini di Inggris mengwajibkan baik laporan laba rugi dan neraca biaya kini, beserta catatan penjelas. Standar di Inggris memperbolehkan 3 pilihan pelaporan : O Menyajikan akun-akun biaya kini sebagai laporan keuangan dasar dengan akun-akun pelengkap biaya historis. O Menyajikan akun-akun biaya historis sebagai laporan keuangan dasar dengan akun-akun pelengkap biaya kini. O Menyajikan akun-akun biaya kini sebagai satu-satuny akun yang dilengkanpi dengan inIormasi biaya historis yang memadai. Dengan perlakuan keuntungan dan kerugian yang terkait dengan pos-pos moneter, FAS 33 menharuskan pengungkapan terpisah untuk tiap-tiap angka. SSAP 16 mengaharuskan dua angka yang keduanya mencerminkan pengaruh perubahan harga spesiIik, yaitu 1. Penyesuai modal kerja moneter ( Monetary Working Capital Adjustment) / MWCA Mengakui pengaruh perubahan harga khusus terhadap total jumlah modal kerja yang digunakan oleh perusahaan dalam operasinya. 2. Mekanisme Penyesuaian Memungkinkan pengaruh perubahan harga spesiIik terhadap aktiva nonmoneter perusahaan. Negara Brasil Walaupun tidak lagi diwajibkan akuntansi inIlasi yang direkomendasikan di Brasil hari ini mencerminkan 2 kelompok pilihan pelaporan Hukum Perusahaan Brasil dan Komisi Pengawasan Pasar Modal Brasil. Penyesuaian inIlasi yang sesuai dengan hukum perusahaan menyajikan ulang akun-akun aktiva permanen dan ekuitas pemegang saham dengan menggunakan indeks harga yang diakui oleh pemerintah Iederal untuk mengukur devaluasi mata uang local. Penyesuaian inIlasi terhadap aktiva permanen dan ekuitas pemegang saham disajikan bersih terhadap jumlah lebih yang diungkapkan secara terpisah dalam laba kini sebagai keuntungan atau kerugian koreksi moneter. Penyesuaian tingkat harga terhadap ekuitas pemegang saham merupakan jumlah investasi pemegang saham pada awalperiode yang harus tumbuh agar tidak tertingla dengan laju inIlasi. Penyesuaian aktiva permanen yang lebih kecil daripada penyesuaian ekuitas menyebabkan kerugian daya beli yang mencerminkan resiko yang dihadapi perusahan terhadap aktiva moneter bersihnya
BAB III PENUTUP KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa pada masa inIlasi, laporan keuangan GPLA lebih inIormatiI dibanding historical cost, namun material atau tidaknya perbedaan yang ditimbulkan GPLA tergantung pengaruhnya terhadap perusahaan tersebut, sehingga GPLA bukan dimaksudkan untuk mengganti laporan keuangan historical cost, tetapi hanya sebagai supplement report untuk digunakan sebagai inIormasi tambahan dalam pengambilan keputusan bagi pihak-pihak yang membutuhkan inIormasi laporan keuangan sehingga tujuan dari pelaporan akuntansi terpenuhi. Hal ini didasari oleh pernyataan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia bahwa inIormasi tambahan antara lain mengenai pengungkapan pengaruh perubahan harga bersiIat tidak mengikat.
DAFTAR PUSTAKA Harahap, SoIyan SyaIri. 2007. %eori Akuntansi. Jakarta : PT Raja GraIindo Persada. Choi D.S. Frederick & Meek K. Gary. 2005. Akuntansi Internasional, disi 5 Buku 1. Jakarta : Salemba mpat.
Ekonomi makro menjadi sederhana, berinvestasi dengan menafsirkan pasar keuangan: Cara membaca dan memahami pasar keuangan agar dapat berinvestasi secara sadar berkat data yang disediakan oleh ekonomi makro
Pendekatan sederhana terhadap krisis ekonomi di Yunani: Sebuah perjalanan untuk menemukan krisis ekonomi Yunani yang dimulai pada tahun 2008 dan menggemparkan dunia. Penyebab dan implikasinya