Você está na página 1de 6

Kamis, 18 Februari 2010

Resensi Novel "Anak dan kemenakan " Tahun 45-an


Unsusr-unsur Intrinsik Novel

Judul Novel : Anak dan Kemenakan
Pengarang : Marah Rusli
Penerbit : Balai Pustaka
Cetakan : Cetakan Tahun 1945-an
Tema : kisah percintaan dua pasang anak manusia yang terhalang oleh adat
yang membagi tingkat kehidupan masyarakat
Tokoh : - Mr.Muhammad Yatim : baik, bijaksana, penurut
- Puti Bidasari : baik, penurut pada orang tua
- Sitti Nurmala : baik, penurut
- dr.Aziz : baik
- Sutan Alamsyah Hopjaksa : bijaksana
- Baginda Mais : sombong, kaya
- Sutan Pamenan : suka berjudi, serig menikah
- Sutan Malik : jahat, penjudi
- Putri Renasari : orang tua yang masih memegang
adat

Latar : - di rumah Sutan Alamsyah Hopjaksa
- di rumah Bola
- di Gedung Pengadilan Padang
- di rumah Putri Renosari
- di rumah Baginda Mais
Amanat
Bahwa setiap perbuatan akan mendapatkan balasan yang setimpal. Tuhan pasti akan
memberikan jalan setiap kita mengalami kesulitan. Kita harus taat dan patuh kepada orang
tua, dan yang paling penting amanat dari novel ini adalah habis gelap terbitlah terang.
Alur : Menggunakan alur campuran
Sudut Pandang : Sudut pandang orang ketiga.
Gaya Penulisan : Banyak menceritakan adat istiadat yang terdapat di daerahnya. Pada
umumnya dalam setiap novelnya pengarang menggunakan bahasa
melayu. Terdapat beberapa majas, diantaranya majas personiIikasi,
majas metaIora dan majas metonimia.




Sinopsis Novel

Mr. Muhammad Yatim, dr.Aziz, Puti Bidasari, dan Sitti Nurmala adalah empat orang yang
sudah menjalin persahabatan dari kecil, mereka semua berasal dari keluarga bangsawan.
Selain hubungan persahabtan, diantara kedua pasangan anak muda itu juga terjalin hubungan
antara kekasih. Mr. Muhammad Yatim mencintai Puti Bidasari, yang merupakan adik
angkatnya dan dibesarkan dalam satu keluarga yaitu keluarga Sutan Alamsyah dan istrinya
Sitti Maryam. Sedangkan Sitti Nurmala menjalin hubungan dengan dr.Aziz. Sitti Nurmala
merupakan putri dari saudagar kaya di Padang yaitu Baginda Mais dan istinya Upik Bunngsu.
Sutan Alamsyah Hopjaksa sangat bahagia atas kedatangan anaknya Mr. Yatim dari negeri
Belanda yang sudah menyelesaikan sekolahnya sebagai Hakim Tinggi sehingga dia mendapat
gelar Master Doktor, yang pada saat itu adalah gelar tertinggi di Padang, dan hanya Mr.
Yatim yang mendapat gelar tersebut.
Sutan Alamsyah Hopjaksa ingin mempersandingkan anaknya Mr. yatim dengan
keponakannya Puti Bidasari yang merupakan anak kakak perempuannya yaitu Putri Renosari
dan Sutan Baheram, tapi lamaran Sutan Alamsyah ditolak, karena mereka tahu asal-usul Mr.
Yatim yang bukan anak kandung Sutan Alamsyah. Mereka kira Mr. Yatim adalah anak
tukang pedati yang miskin, meskipun dibesarkan dan diangkat anak oleh Sutan Alamsyah
bahkan sampai disekolahkan dan mendapat gelar Mester Doktor di Negeri Belanda.
Adat tetap adat dan selalu membelenggu, mengukung dan membagi dalam tingkat kehidupan
masyarakat, seperti halnya Putri Renosari yang ingin menikahkan anaknya dengan seorang
bangsawan lagi. Bidasari akan dikawinkan dengan turunan bangsawan tinggi Sutan Malik,
kemenakan Sutan Pamenan yang gemar berjudi dan menyabung ayam.
Biaya pernikahan Puti Bidasari dengan Sutan Malik ditanggung oleh Baginda Mais yang
merasa diuntungkan dengan pernikahan Puti Bidasari dan Sutan Malik, karena kesempatan
untuk menikahkan putrinya Sitti Nurmala dengan Mr. Yatim terbuka lebar.
Akankah Mr. Yatim menikah dengan Bidasari ataukah akan bersanding dengan Sitti Nurmala
sebagaimana permintaan ayah angkatnya Sutan Alamsyah, sedangkan Sitti Nurmala adalah
kekasih dr. Aziz yang merupakan sahabat karibnya dari kecil.

a. Tahapan Awal
Ketika pesta perayaan penyambutan Mr. Yatim, Baginda Mais meminta kepada Sutan
Alamsyah untuk menjadikan Mr. Yatim sebagai menantunya, yaitu untuk dinikahkan dengan
Sitti Nurmala. Sutan Alamsyah menolak permintaan Baginda Mais, karena Mr. Yatim sudah
bertunanngan dengan Puti Bidasari, walaupun pertunangan itu belum resmi. Hal tersebut
sangat mengecewakan Baginda Mais.

b. Tahapan Pertikaian
Putri Renosari dan Sutan Baheram menolak lamaran Sutan Alamsyah untuk dinikahkan
dengan Mr. Yatim, karena perbedaan status sosial antara keturunan bangsawan dengan anak
tukang pedati yang miskin. Selai itu Putri Renosari merasa bahwa pertunangan Mr. yatim dan
Puti Bidasri diputuskan secara sepihak, mereka sebagai oarang tua kandung Puti Bidasari
tidak diajak berunding. Putri Renosari mengucapkan kata-kata yang sangat menyakitkan
keluarga Sutan Alamsyah. Kejadian tersebut menimbulkan perpecahan hubungan diantara
kakak beradik tersebut.

c. Tahapan Perumitan
Puti Bidasari dibawa pergi dari rumah Sutan Alamsyah oleh kedua orang tuanya dan dilarang
bertemu dengan Mr. Yatim. Hal yang paling membuat Mr. Yatim terguncang adalah ketika
dia mendengar bahwa kedua orang tua yang sudah membesarkan dan memberikan kasih
sayang, ternyata bukan orang tua kandung. Sutan Alamsyah menerima lamaran Baginda Mais
untuk menjadikan Mr. Yatim sebagai menantunya dengan tiga syarat, yaitu: pernikahan
Mr.Yatim harus dilaksanakan pada hari yang sama dengan pernikahan Puti Bidasari. Kedua,
pernikahan Mr.Yatim harus lebih meriah dibandingkan pernikahan Puti Bidasari. Dan yang
ketiga jika ada sesuatu hal yang membatalkan pernikahan Puti Bidasari maka pernikahan
Mr.Yatim pun harus dibatalkan. Syarat yang ketiga ini membuat Baginda Mais bingung.
d. Tahapan Puncak
Mr.Yatim diminta untuk menikah dengan Sitti Nurmala oleh kedua orang tua angkatnya, dia
merasa bingung jalan apa yang harus dia ambil. Disisi lain Sitti Nurmala adalah kekasih
sahabatnya sejak kecil yaitu dr.Aziz, disisi lain dia tidak bisa menolak permintaan ayah
angkatnya yang sudah membesarkan dia dan menyekolahkannya sampai menjadi orang yang
sangat dihormati dan dikagumi di Padang, alas an yang paling memberatkan Mr.Yatim adalah
karena dia sangat mencintai Puti Bidasari yang pada waktu itu akan dinikahkan kepada Sutan
Malik yang mempunyai tabiat yang sangat buruk, gemar berjudi dan menyambung ayam.
Pada suatu hari Puti Bidasari mengirim surat kepada Mr.Yatim yang isinya bahwa Puti
Bidasari akan bunuh diri, karena tidak mau dipaksa kawin dengan Sutan Malik.
e. Tahapan Peleraian
Tibalah saatnya pernikahan Puti Bidasari dengan Sutan Malik yang dilaksanakan pada hari
yang sama dengan pernikahan Mr.Yatim dengan Sitti Nurmala. Mr.Yatim menikahi Sitti
Nurmala adalah sebuah rekayasa yang sudah direncanakannya dengan dr.Aziz dan Siti
Nurmala. Setelah satu hari menikahi Sitti Nurmala, Mr.Yatim langsung menceraikannya.
Hari itu Puti Bidasari merasa putus asa, karena akad pernikahannya dengan Sutan Malik akan
segera dilakukan, tapi beberapa saat datanglah dr.Aziz, dia memanggil Sutan Pamenan untuk
berbicara sebentar. dr.Aziz meminta Sutan Pamenan untuk membatalkan pernikahan
keponakannya dengan Puti Bidasari dan kalau tidak, terpaksa dr.Aziz akan melaporkan Sutan
Malik Kepada polisi karena dia terlibat dalam kasus pembakaran rumah tetangganya yang
menewaskan satu orang. Dengan kasus itu Sutan Malik pasti dipenjara, karena Sutan
Pamenan sangat menyayangi keponakannya maka dia membatalkan pernikahan itu. Akhirnya
pernikahan Mr.Yatim pun batal, karena tidak mau menanggung malu maka Baginda Mais
menikahkan puterinya Sitti Nurmala dengan dr.Aziz
I. Tahapan Akhir
Akhirnya Putri Renosari dan Sutan Baheram menerima lamaran Sutan Ali Akbar yang tidak
lain pamannya Mr. Yatim, yang berasal dari Iderapura. Orang tua Bidasari sudah mengetahui
bahwa sebenarnya Mr. Yatim adalah keturunan bangsawan tinggi yang setara dengan
anaknya. Dengan terungkapnya jati diri Mr. Yatim, tidak ada lagi yang dapat menghalangi
hubungannya dengan Bidasari, termasuk adapt istiadat masyarakat Padang. Setelah Mr.
Yatim dan Puti Bidasari menikah mereka pindah ke tanah Jawa, karena Mr. Yatim dipindah
tugaskan.

Kutipan
*****
Hanya Puti Bidasari lah yang belum yakin benar akan hal itu, lebih lebih jika teringat dia
akan sindiran temannya Siti Arbiyah di Teluk Bayur pagi itu. oleh sebab itu hendak
diajuknya hati saudara sepupunya ini kepadanya, supaya dapat ia memperoleh kepastian,
masih tetapkah hati Mr.Yatim kepadanya, sebagai dahulu atau telah berubah. Kesempatan
yang baik, ada sekarang, karena mereka hanya berdua di serambi sisi rumahnya, tempat yang
terang terang samar, karena disinari lentera hijau yang tergantung agak keluar. (halaman
17)
Jangan kau sangka aku telah menurutkan saja hawa napsuku yang tak patut itu. dengan segala
daya upaya dan tenaga batinku telah ku usahakan melenyapkan perasaan ini. Tetapi sia sia
belaka. Apa dayaku? Jangankan hilang atau berkurang, bahkan menjadi bertambah tambah
hebat, sehingga tak dapat lagi aku bercerai lama dengan engkau. (halaman 22)
Ku harap sudilah engkau menerima aku sebagai suamimu nanti. Bagaimana pikiranmu Bida?
Dapatkah engkau mengabulkan hasrat hatiku yang sudah lama ku pendam dalam cita cita
hatiku? 'Tanya Mr.Yatim seraya mendekati Puti Bidasari dan memegang tangannya. 'aku
menurut saja, jawab Puti Bidasari dengan suara yang hampir tidak kedengaran. Dengan
segera Mr.Yatim memeluk Puti Bidasari lalu menciumnya pada kedua belah pipinya, bukan
dengan ciuman saudara, tetapi ciuman kekasih. (halaman 23)
Mr.Yatim dan Puti Bidasari sangat terharu melihat kesukaan hati kedua sahabat karibnya ini,
karena diketahui mereka, apabila Mr.Yatim dan Puti Bidasari telah kawin, tentulah Baginda
Mais tidak akan meminang Mr.Yatim lagi untuk Sitti Nurmala dan besarlah kemungkinan,
saudagar ini akan menerima dr.Aziz kembali, untuk dijadikan menantunya. (halaman 64)
Yatim anak mu? Anakmu dari mana? Dari tukang pedati malin batuah di Indarung? Pada
sang kamu kami tidak tahu asal usul Yatim ini, sehingga hendak kau perbodoh kami dengan
mengatakan ia anak kandungmu dari istrimu di Indarung itu. jika benar, siapa istrimu itu, bila
engkau kawin dengan dia, dan dimana dia sekarang? Kalau ia telah meninggal dunia, sebagai
katamu dahulu, dimana kuburannya? Siapa ibu bapaknya? Biarpun disepuh emas selancung
kilat tembaga tampak jua. (halaman 71)
'Dan aku sebagai mamak kandung Bidasari tidak akan menyetujui dan akan menghalang
halangi perkawinan itu baru menjawab Sutan Alamsyah dengan marahnya pula.(halaman
73)
'Sabar Bida, sabar! Turutkan dahulu kemauan mereka buat sementara, sebab merewka
sedang marah. Jika diadu beliung dengan ruyung, niscaya rusak keduanya. Apabila telah
kembali pikirannya, niscaya akan timbul juga ingatan yang baik dan kita sementara itu akan
dapat pula berkira kira.(halaman 76)
'Jangan khawatir! Jika perjodohan kita memang ada, tak seorang manusia pun dapat
menceraikan kita. Bukankah garam di laut, asam di darat bertemu juga dalam kuali? Tetapi
jika perjodohan itu tidak ada, diakhirat kita akan bertemu juga kembali.(halaman 76)
Tak ada yang tetap, melainkan Tuhan. Sekaliannya berubah ubah. Yang susah akan menjadi
senang dan yang hina akan menjadi mulia juga. Sekaliannya ini bukan kata kataku saja,
tetapi sesunguhnya keyakinan yang ditimbulkan oleh perasaanku. Oleh sebab itu, aku yakin
pula keadaanmu sekarang inipun akan menjadi baik kembali dan cita citamu akan sampai
juga. Buah kemenangan yang diperoleh sesudah peperangan, sebagai kau ketahui, akan lebih
lezat rasanya daripada buah kemenangan yang diperoleh sebagai hadiah.(halaman 80)
Ketiga, andaikata engkau benar anak kandung Malim Batuah, apatah salahnya jika engkau
dapat mencapai pangkat yang setinggi ini. Bahkan lebih baik, kalau engkau dapat meningkat
setinggi itu, karena itulah suatu tanda, bahwa bangsa kita suatu bangsa yang pandai, karena
bukan bangsawan dan cendikiawan saja, tetapi orang kebanyakan dapat melompat ke derajat
yang tinggi. (halaman 87)
Penderitaan rupanya sungguh mendatangkan kekariban. Kecelakaan Sitti Nurmala semakin
menambah kesayangan Mr.Yatim kepadanya, sehingga pengharapan Baginda Mais
bertambah besar akan dapat mendudukkan anaknya adengan Mr.Yatim, karena menurut kata
dr.Aziz, Sitti Nurmala tak lama lagi akan sembuh benar dari lukanya.(halaman 142)
Tetapi biarpun bagaimana juga, biarpun engkau sesungguhnya anak seorang tukang pedati,
cintaku kepadamu tetap sebagai sediakala: Tak lekang oleh panas, tak lapuk oleh hujan.
(halaman 144)
Alangkah bengis kebangsawanan itu! alangkah kejam adapt pusaka lama kota Padang ini!
Tiada menenggang hati orang, tiada mengindahkan perasaan jiwa. Barang siapa tidak
menurut aturannya, tiada sesuai dengan adapt istiadatnya, tiadalah dapat diterimanya,
walaupun anak kandungnya sendiri sekalipun. (halaman 145)
Lama keduanya tiada berkata-kata, karena tak dapat mengeluarkan suara. Hanya tangan Sitti
Nurmala yang memegang tangan Mr. Yatim dengan eratnya, sebagai dengan demikianlah
hendak ditanyakannya ini, bagaimana sedih dan pilu hatinya dalam kemalangan mereka yang
tak dapat ditolongnya. (halaman 148)
Apa hendak kukata adikku? Aku terikat oleh perasaan berhutang budi kepada ayahku.
Dapatkah kutolak penuntutan bela ayahku ini yang telah berjasa sekian besarnya keatas
diriku? Dengan apa akan kubalas gunanya, kalau permintaannya yang sekecil ini tak dapat ku
luluskan? (halaman 151)
Ya Allah mengapa aku boleh jadi sedemikian ini? Lupa kepada Allah dan lupa kepada
kebenaran, hanya karena hendak menurut kebiasaannegariku yang melebihkan
kemenakandari anak, sedangkan pepatah mengatakan: Anak dipangku kemenakan dibimbing.
(halaman 175)
Tatkala kadi mengucapkan perkataan, 'Aku terima . 'Tiba-tiba kedengaran olehnya sura dr.
Aziz dengan lantangnya : 'Engkau Sutan Pamenan, untuk keselamatan Sutan Malik,
kemenakan Engkau, hamba minta supaya perkawinan ini diundurkan sebentar. Bidasari
terkejut, lalu diangkatnya kepalanya dan dibukanya matanya, hendak melihat, benarkah yang
berkata-kata itu dr, Aziz atau orang lain. (halaman 213)
Sungguhpun demikian kedua mereka tak dapat berkata-kata atau berbisikpun untuk
menyatakan kekuatiran mereka ini, karena pengantin Padang, lebih-lebih dalam bersanding
dua, jangankan berkata-kata atau berbisik-bisik, mengerlingpun tak boleh, apalagi kepada
kelaminnya, sehingga masing-masing menahan perasaan hatinya ini sendiri-sendiris sebagai
sibisu bermimpi terasa ada, terkatakan tidak. (halaman 218)
LaIak kadi tidak didengarnya, tetapi tatkala sampai perkataan 'Kabul ke telinganya, yang
menyatakan ia telah menjadi istri, jatuhlah ia kebelakang, tiada diingatnya dirinya lagi.
Untunglah dengan segera dipegang, lalu diusung ketempat tidur pengantin dan dibaringkan di
sana.(halaman 220)
' Aku Aziz bukan Yatim.lihatlah benar-benar mukaku! Engkau tak menjadi istri Yatim, tetapi
menjadi istriku, karena akulah yang mengawini engkau tadi. Bukan Yatim. (halaman 221)
' Hamba kemari ini mencari saudara tua hama, Sutan Ali Rasyid, yang telah berpuluh-puluh
tahun meninggalkan Inderapura dan sampai sekarang belum kembali dengan tiada hamba
ketahui dimana ia ada sekarang dan apakah ia masih hidup, walaupun pada rasa hati hamba ia
telah tak ada di dunia ini lagi. Disini suara Sutan Ali Akbar menjadi pilu bunyinya dan ia
berhenti sesaat berkata-kata. (halaman 238)
Dimasa muda kami, rupa kami tak ubahnya dengan rupa anak engku Mr. muhammad Yatim
ini, sehingga kami tadi terkejut, tatkala mula-mula melihat rupa anak engku ini dan
pengharapan timbulah dalam hati kami, disini akan berhasil usaha kami. (halaman 239)
Ketika Sutan Ali Akbar akan memasang rokok nipahnya, tiba-tiba matanya terharu beberapa
lama pada cincin emas bermata jamrud pada jari manis Mr. Yatim sehingga kayu api yang
diunjukan Mr. Yatim habis terbakar. Jika tiada dibuang oleh Mr. Yatim untung api-api itu,
niscaya terbakarlah jarinya, karena tangannya telah dipegang oleh Sutan Ali Akbar dengan
kuatnya sebagai tiada hendak dilepaskannya lagi. (halaman 244)
Setelah laki laki merokok dan perempuan memakan sirih, berkatalah Sutan ali Akbar
kepada Sutan Baheram dan Putri Renosari: engku dan Puti! Maksud kami datang kemari
adalah hendak meminang anak Engku dan Puti, yaitu Putri Bidasari untuk cucu dan anak
kami, Mr.Sutan Muhamad Yatim. Tetapi sebelum itu baiklah hamba terangkan lebih dahulu
siapa cucu hamba Mr. Sutan Muhamad Yatim itu yang diangkat anak oleh Engku Sutan
Alamsyah, ipar Engku supaya hilanglah sangka sangka yang mengatakan ia anak kandung
Malin Batuah, tukang pedati ini, yang sengaja hamba bawa, untuk membuktikan, bahwa ia
berasal dan berhak memakai tingkat kebangsawanan sutan dan dengan demikian setara
dengan anak Engku dan Puti, Puti Bidasari, lalu diuraikannya asal usulnya di Inderapura,
apa sebabnya abangnya, Sutan Ali Rasyid, sampai melarikan dirinya dengan keluarganya dari
Inderapura dan bersembunyi di Padang, bagaimana ia mencari kakaknya itu dan bagaiman ia
dapat mengenal cincin zamrud yang dipakai mr.Yatim sebagai cincin yang berasal dari
abangnya itu. (halaman 314)
Sekarang yakinlah kami bahwa Mr.Yatim bukanlah anak Malin Batuah, melainkan anak
bangsawan tinggi yang setara dengan anak kami. Oleh sebab itu hilanglah sekalian alangan
kami, untuk menerimanya sebagai menantu dan mendudukkannya dengan Bidasari. Kami
harap Engku dan rangkayo memaaIkan kesalahan kami dahulu yang menyebabkan kami tidak
dapat menerima Yatim. (halaman 315)
Setelah bertemulah Puti Bidasari dengan kekasihnya Mr.Sutan Muhamad yatim, yang
menunggu di rumah dengan hati yang agak kuatir dan bata bata dan akhirnya menjadi
gelisah karena pengharapan yang belum tentu dapat, tiadalah dapat dikatakan bagaimana suka
cita dan riang gembira keduanya, karena pertemuan kembali ini yang berarti pula akan dapat
mencapai sekalian cita cita mereka yang sekian lama telah di dendam mereka dan telah pula
memberi putus asa kepda mereka. (halaman 320)
Puti Bidasari tidak berhenti hentinya mencucurkan air matanya, tatkala memeluk dan
mencium sahabat karibnya, terutama Sitti Nurmala, Zubaidah, Arbiyah, Saudah, dan kedua
orang tuanya, yang menangis pula membalas peluk cium anaknya ini, sedang Mr.Sutan
Baharsah pun acap kali tiada dapat menahan matanya menjadi merah, walaupun pada
bibirnya kelihatan senyum simpul. (halaman 327)
Setelah keluarlah sekalian orang yang cerdik pandai dari Padang ini, tinggallah yang tua tua
yang masih kukuh memegang adapt istiadat kuno negerinya. Kepada merekalah terserah
untung nasib bangsa dan negeri Padang ini. Apa yang dapat diperbuat mereka dan kemana
akhirnya akan dibawa mereka bangsa dan negaranya, Tuhan saja yang akan tahu. Hanya yang
terang dan nyata jika keadaan disini terus begitu, kerusakan dan kebinasaan juga yang akan
menjadi nasib negeri ini, kata dr.Aziz. (halaman 330)
Diposkan oleh Ganjar di 2/18/2010 02:15:00 PM

Você também pode gostar