Você está na página 1de 9

ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN TERHADAP PEMBELIAN IKAN DI PASAR RAU DAN PASAR LAMA, KOTA SERANG - BANTEN

Forcep Rio Indaryanto, Saifullah Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Jalan Raya Jakarta Km 4 Pakupatan Serang Telpon 0254-280330, email: for_cf@yahoo.com

ABSTRACT
Province Banten have very big fishery potency because abuting on Java Sea, Great Indies and Sunda Strait and have coastline as long as 517 km, but mount society fish consumption of Banten very low, this matter represent a irony remember what a the level of contribution of gizi fish to health. Availibility of information about fish type preferensi which consumed by this society can become stepping base to make to policy about subsektor what will be developed in the field of fishery. This research use method survey with location specified intentionally that is Pasar Rau and Pasar Lama, Serang-Banten. Determination of responder with sampling method that is sampling accidental. descriptive Analysis method tabulationly is modestly used to analyse common identity and responder characteristic. Buyer of fish in Pasar Rau and Pasar Lama was domination by woman (70,8 %) which is its work as housewife (30,6 %) with education of SLTA (34,7 %). Fish type of bandeng (45,1%) and Kembung ( 12,7 %) owning high preferensi to be bought. While for type tongkol ( 7,8%) and kakap ( 6,9 %) owning high negative preferensi because of price factor. In the reality from result of research of storey;level consume fish for the region of Kota Serang have very high that is equal to 43,2 kg/kapita/tahun, and equal to 24,7% from expenditure to buy requirement of everyday fundamental in allocation to buy fish. Kew Words: pembelian ikan, preferensi ikan, konsumsi ikan, pasar rau, pasar lama

PENDAHULUAN Sebagai negara yang 75 % lebih wilayahnya berupa lautan, Indonesia memiliki potensi ikan laut yang besar. Dengan kondisi seperti ini, seharusnya konsumsi ikan di Indonesia cukup tinggi, namun pada kenyataannya tingkat konsumsi ikan masyarakat Indonesia hingga kini masih relatif rendah. Hingga 2009 tercatat rata-rata tingkat konsumsi ikan nasional baru 30,17 kg per kapita per tahun atau lebih rendah dibanding dengan negara tetangga seperti Malaysia (55,4 kg per kapita per tahun) dan Singapura (37,9 kg per kapita per tahun),

terlebih lagi jika dibandingkan dengan Korea, Cina, dan Jepang yang sudah mencapai 100 kg per kapita per tahun (Dwi Riyanto, 2010). Provinsi Banten dengan garis pantai sepanjang 517 km tingkat konsumsi ikan masyarakatnya masih jauh di bawah 30,17. Pada tahun 2008 tingkat konsumsi ikan Banten hanya mencapai 21,2 kg per kapita per tahun sedangkan tingkat konsumsi ikan nasional yang mencapai 28 kg per kapita per tahun pada periode yang sama (http://www.bataviase.co.id). Kondisi ini tentu disayangkan mengingat betapa besarnya sumbangan gizi ikan bagi kesehatan. Dalam rangka peningkatan konsumsi masyarakat akan protein hewani yang berasal dari ikan. Pemerintah Provinsi Banten secara periodik melaksanakan sosialisasi Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan. Selain itu, juga dilakukan upaya peningkatan produksi perikanan. Usaha perikanan yang dilakukan di Provinsi Banten meliputi perikanan tangkap serta budidaya. Penelitian ini dilakukan dalam mendukung pengembangan perikanan Propinsi Banten. Ketersediaan informasi ini dapat menjadi dasar pijakan untuk membuat kebijakan tentang subsektor apa yang akan dikembangkan disesuaikan dengan preferensi pembelian ikan. ! METODE PENELITIAN Penelitian akan dilaksanakan dalam waktu empat bulan yaitu bulan JuliOktober 2010. Survei pendahuluan dilakukan pada tanggal 01 Maret 2010. Penelitian ini menggunakan metode survei. Lokasi penelitian ditetapkan secara sengaja (purposive) yaitu Pasar Rau dan Pasar Lama, Serang-Banten. Penentuan responden dengan metode sampling yaitu accidental sampling, yaitu teknik

penentuan sampel berdasarkan kebetulan atau siapa saja yang secara kebetulan

bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel apabila orang tersebut cocok dengan sumber data. Menurut Roscoe (1975) dalam Rayahu (2005), menyarankan ukuran sampel minimal adalah 30, apabila jumlah kuisioner yang masuk telah melebihi sampel minimum maka kuisioner tersebut dapat diolah. Metode analisis deskriptif dengan tabulasi sederhana digunakan untuk menganalisis identitas umum dan karakteristik responden. Analisis ini disajikan dalam bentuk tabel-tabel sederhana dan dikelompokan berdasarkan jawaban yang sama sehingga dapat lebih mudah dipahami dan disimpulkan. Hasil yang diperoleh kemudian dipersentasikan berdasarkan jumlah responden. Jika diasumsikan satu tahun adalah 48 minggu, maka: Konsumsi = rata-rata Ikan yang dibeli (kg) x frekuensi pembelian x 48 minggu ikan rata-rata keluarga suka ikan HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Pembeli Ikan Pembeli ikan di Pasar Lama dan Pasar Rau didominasi oleh perempuan (70,8 %) yang pekerjaannya sebagai ibu rumah tangga (30,6 %) dengan pendidikan SLTA (34,7 %). Pemilihan yang berkenaan dengan kebutuhan sehari-hari banyaknya bersangkutan dengan emosi sehingga tidak mengherankan bila sebagian besar pemilihan makanan dianut oleh para wanita (Suhardjo, 1989 dalam Nia Kurniawati, 2005). Ibu rumah tangga merupakan wanita dewasa dan biasanya menjadi orang yang paling menentukan dalam pengambilan keputusan pembelian

Tabel 1. Karakteristik pembeli ikan Karakter Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan Pendidikan Tidak Lulus SD SD SLTP SLTA Diploma(D1/D2/D3) Sarjana (S1) PascaSarjana(S2/S3) Pekerjaan PNS Karyawan Swasta Wirausaha Ibu Rumah Tangga 25,0 % 75,0 % 0,0 % 9,4 % 18,8 % 53,1 % 6,3 % 9,4 % 3,1 % 12,5 % 28,1 % 21,9 % 37,5 % 32,5 % 67,5 % 29,2 % 70,8 % Pasar Lama Pasar Rau Rata-rata

5,0 % 2,8 % 37,5 % 25,0 % 20,0 % 19,4 % 20,0 % 34,7 % 0,0 % 2,8 % 12,5 % 11,1 % 5,0 % 4,2 % 7,5 % 2,5 % 65,0 % 25,0 % 9,7 % 13,9 % 45,8 % 30,6 %

(Suhardjo 1989 dalam Nia Kurniawati, 2005). Selain berperan dalam pola penyusunan makanan untuk rumah tangga, ibu juga berperan dalam menunjang perekonomian rumah tangga (Suhardjo 1989 dalam Nia Kurniawati, 2005). Di Pasar Lama jenis pekerjaan pembeli ikan sangat bervariasi, yaitu PNS (12,5 %), pegawai swasta (28,1 %) maupun wirausaha (21,9 %). Karena lokasinya yang terletak di pinggir jalan, sehingga ibu-ibu bekerja menyempatkan diri untuk membeli kebutuhan sehari-hari pada saat pulang bekerja. Sedangkan di Pasar Rau, pekerjaan wirausaha (65,0 %) mempunyai persentase yang cukup besar, hal ini dikarenakan Pasar Rau merupakan pasar induk, sehingga berjualan ikan merupakan mata pencarian utama. Besar Keluarga dan Kebutuhannya Besar keluarga dapat dilihat dari jumlah anggota keluarganya. Menurut

BKKBN dalam Nia Kurniawati (2005), besar keluarga dikelompokkan menjadi keluarga kecil ( 4 orang), keluarga sedang (5-6 orang), dan keluarga besar ( 7 orang). Rata-rata jumlah anggota keluarga pembeli ikan adalah 5 orang. Jumlah ini tergolong keluarga sedang. Namun, dalam setiap anggota keluarga terdapat orang yang tidak menyukai makan ikan. Dari hasil penelitian didapat 8,1 % anggota keluarga tidak menyukai makan ikan. Dengan besar keluarga sekitar 5 orang, pengeluaran untuk pemenuhan kebutuhan konsumsi perhari adalah sekitar Rp 47.937. Sekitar 24,7 % atau Rp 11.847 dari pengeluaran pemenuhan kebutuhan konsumsi adalah untuk pembelian ikan. Analisis Preferensi Pembelian Ikan Ukuran suka atau tidak sukanya terhadap makanan dan akan berpengaruh terhadap konsumsi pangan. Derajat kesukaan juga dapat diperoleh dari pengalaman terhadap makanan tertentu dan dapat berpengaruh kuat terhadap preferensi. Masyarakat membeli ikan di Pasar Lama dan Pasar Rau karena rasanya yang khas (45,8 %), kandungan gizinya yang tinggi (33,3 %), harganya yang variatif tergantung jenis ikan (18,1 %), dan mudah diperoleh (2,8 %). Seseorang dengan pengetahuan gizi yang lebih tinggi, dimungkinkan memiliki informasi tentang gizi dan kesehatan yang lebih baik dan mendorong terbentuknya perilaku makan yang baik pula (Sediaoetama, 1996 dalam Nia Kurniawati, 2005). Harga ikan beragam bergantung dari jenisnya, dan ikan mudah dibeli hampir di semua daerah di Indonesia. Pemenuhan kebutuhan gizi dari ikan sebenarnya bukan merupakan suatu masalah, sebab kemampuan membeli ikan

dapat disesuaikan dengan kondisi keuangan dari masing-masing individu. Preferensi merupakan suatu fenomena yang didasarkan atas sikap seseorang dalam menentukan pangan yang dikonsumsinya. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa preferensi ikan rata-rata adalah ikan bandeng (45,1 %) dan ikan kembung (12,7 %) disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1. Persentase preferensi positif Ikan Bandeng adalah makanan yang biasa dikonsumsi di lingkungan Kesultanan Banten yang dimulai oleh rajanya yang pertama bergelar yaitu Sultan Maulana Hasanudin pada abad ke-16. Biasanya, perhelatan atau hajatan yang diselenggarakan keluarga baik pernikahan, syukuran, sunatan tidak pernah lepas dari penyajian ikan Bandeng sebagai menu khas Banten. Menurut Warta Pasar Ikan (2010), ikan bandeng menjadi pilihan ke dua bagi masyarakat di Pulau Jawa untuk dikonsumsi. Rata-rata konsumsi ikan bandeng di Pulau Jawa sebesar 1,17 kg per kapita, konsumsi tertinggi untuk bandeng adalah Banten yaitu 2,52 kg per kapita. Menurut data produksi ikan budidaya tahun 2008, produksi ikan budidaya yang terbesar di Kabupaten Serang adalah ikan bandeng yaitu sebesar 1.275 ton (Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Banten. 2009).

Preferensi masyarakat di Pulau Jawa terhadap ikan kembung juga cukup tinggi. Belanja tertinggi untuk kembung segar adalah Provinsi DKI Jakarta yaitu 2,89 kg per kapita, Banten menempati posisi ke dua untuk ikan kembung (Warta Pasar Ikan, 2010). Produksi ikan tangkapan yang terbesar di Kabupaten Serang dan juga Provinsi Banten adalah ikan Tembang, dan kemudian ikan kembung. Produksi ikan tembang yang melimpah dan tingginya kandungan asam lemak omega-3 namun ikan tembang kurang diminati untuk dikonsumsi oleh masyarakat karena berukuran kecil, bersisik dan berduri banyak, sehingga ikan ini sering digunakan sebagai umpan saat memancing. Masyarakat pesisir biasanya mengolah ikan tembang dengan cara yang sederhana, yaitu dengan cara dipindang. Di dunia industri ikan tembang juga diolah menjadi sarden (ikan kaleng). Pengolahan ikan tembang sebagai sarden dilakukan dengan cara menyiangi ikan, membuat duri ikan menjadi lunak dan penambahan saus. Hal tersebut mempermudah masyarakat dalam mengkonsumsinya karena duri dan sisik ikan tembang menjadi lunak (http://manting.wordpress.com/). Selain ikan yang suka dibeli oleh masyarakat, juga terdapat jenis-jenis ikan yang tidak suka dibeli (preferensi negatif) yaitu ikan tongkol (7,8 %), kakap (6,9 %) dan cumi-cumi (5,9 %).

Gambar 2. Persentase preferensi negatif

Alasan mengapa jenis ikan tertentu tidak suka dibeli oleh masyarakat adalah mahal (60 %), tidak suka rasanya (25 %), menimbulkan alergi (10 %), dan banyak durinya (5 %).

Grafik 3. Persentase Alasan Tidak Suka Ikan Tongkol, kakap dan cumi-cumi berada di daerah antara suka dan tidak suka, orang menyukai rasa dari cumi-cumi dan tongkol tetapi harganya relatif mahal. Preferensi mempunyai suatu struktur yang dapat berubah serta dipelajari sejak kecil dan akan permanen apabila seseorang telah memiliki gaya hidup yang kuat. Preferensi konsumen dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yaitu faktor dari karakteristik makanan itu sendiri, karakteristik individu dan karakteristik lingkungan di sekitarnya (Sanjur, 1982 dalam Nia Kurniawati, 2005). Tingkat Konsumsi Ikan Rata-rata pembelian ikan dari ke dua pasar adalah sebanyak 0,9 kg per hari. Dengan rata-rata jumlah anggota keluarga yang suka ikan sebanyak 5 orang dan frekuensi pembelian ikan rata-rata sebanyak 5 kali pembelian, maka tingkat konsumsi ikan yang dibeli dari kedua pasar adalah sebesar 43,2. Nilai konsumsi ikan ini lebih tinggi dari nilai konsumsi ikan nasional yaitu sebesar 30,17.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Tingkat konsumsi ikan di wilayah Kota Serang yaitu 43,2. Nilai ini lebih tinggi dari tingkat konsumsi ikan nasional yaitu sebesar 30,17 Sebesar 24,7 % dari pengeluaan untuk membeli kebutuhan pokok sehari-hari di alokasikan untuk membeli ikan Ikan bandeng (45,1 %) dan kembung (12,7 %) adalah jenis ikan yang paling suka dibeli, sedangkan tongkol (7,8 %) dan kakap (6,9 %) adalah jenis-jenis ikan yang tidak suka dibeli DAFTAR PUSTAKA Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Banten. 2009. Kelautan dan Perikanan dalam angka 2008. Banten. Dinas Kelautan Banten Gemarikan. 2010. http://www.bataviase.co.id. 2010. Diakses Tanggal 20 Oktober 2010. Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan. 2010. Warta Pasar Ikan. Pulau Jawa, Pasar Potensial untuk Hasil Perikanan. http://www.wpi.dkp.go.id. Diakses Tanggal 20 Oktober 2010. Dwi Riyanto. 2010. Tingkat Konsumsi Ikan, Indonesia Kalah dengan Malaysia. http://www.tempointeraktif.com/hg/kesra/2010/06/19/brk,20100619256665 ,id.html. Diakses Tanggal 15 Oktober 2010. Haryono. 2010b. Sate Bandeng, Makanan Khas Kesultanan Banten. http://bataviase.co.id/node/222845. Diakses Tanggal 20 Oktober 2010. http://manting.wordpress.com. 2009. Ikan Tembang Juwi. Diakses Tanggal 20 Oktober 2010. Nia Kurniawati. 2005. Perilaku Konsumsi Ikan pada Wanita Dewasa di Wilayah Pantai dan Bukan Pantai Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. IPB. Bogor. iirc.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/17272/2/A05kni_abstract.pdf Diakses Tanggal 20 Oktober 2010. Rayahu Sri. 2005. Aplikasi SPSS Versi 12.0 dalam Riset Pemasaran. Alfabeta. Bandung.

Você também pode gostar