Você está na página 1de 10

14

Muhammad Bin Abdul Wahhab



Muhammad Bin Abdul Wahhab menamakan gerakan dakwahnya dengan dakwah salafiyah.
Akan tetapi orang-orang kafir orientalis memberikan label wahabi sebagai propaganda
stigmatisasi gerakan dakwah ini. Yang disayangkan sebagian umat Islam yang tidak tahu apa-apa
justru mengikutinya. Padahal nama yang benar bagi gerakan dakwah ini adalah dakwah
salafiyah.
Madzhab kami di dalam ushuluddin (aqidah) adalah madzhab aqidah Ahlus Sunnah Wal Jamaah.
Dan jalan kami adalah jalan salaf (orang-orang terdahulu). Jalan yang paling selamat, paling
ilmiah dan paling sesuai dengan Islam.Berbeda dengan jalan khalaf (orang-orang belakangan).
Muhammad Bin Abdul Wahhab menjelaskan hakikat dakwahnya dan berkata Sesungguhnya
aku telah diberikan petunjuk oleh Tuhanku kepada jalan yang lurus, agama yang lurus. Dan saya
bukanlah orang yang musyrik. Dan alhamdulillah saya tidak mengajak kepada madzhab sufi,
madzhab faqih, ahlul kalam (filsafat), ataupun menyeru kepada salah seorang imam seperti Ibnu
Qayyim Al Jauzi, Adz Dzahabi, Ibnu Katsir, atau yang lainnya. Akan tetapi aku mengajak kepada
Allah SWT saja, tidak ada sekutu bagiNya. Dan aku menyeru kepada sunnah Rasulullah SAW (apa
yang disampaikan oleh Rasulullah SAW).
Aqidah Muhammad Bin Abdul Wahhab
Ia selalu menjelaskan aqidahnya didalam buku-buku dan surat-surat yang ditulisnya.
Muhammad Bin Abdul Wahhab berkata: Aku mempersaksikan kepada Allah SWT dan para
malaikat yang sedang menyaksikanku bahwasanya aku beraqidah dengan aqidah Ahlus Sunnah
Wal Jamaah. Yaitu beriman kepada Allah, dan berima kepada malaikat, dan beriman kepada
kitab-kitab Allah, dan beriman kepada Rasul-rasul Allah, dan beriman kepada kebangkitan
setelah mati, dan beriman kepada Qadar baik dan buruk.
1. Sifat Allah. Diantara iman kepada Allah adalah: Beriman terhadap apa yang dengannya Allah
mensifati diriNya didalam Al Quran melalui lisan Rasulullah SAW. Tanpa tahrif (merubah-
rubah sifat tersebut), tanpa tathil (meniadakan sifat tersebut), tanpa takyif (mereka-reka
sifat tersebut), dan tanpa tamtsil (menyamakan sifat Allah dengan sifat makhluk). Akan
tetapi meyakini bahwasanya Allah SWT tidak ada sesuatupun yang setara denganNya (laisa
kamitslihi syaiun). Maka tidak boleh menafikan/meniadakan sifat yang dengannya Allah
mensifati diriNya. Karena Allah SWT adalah Yang Maha Tahu tentang diriNya dan Yang Maha
Tahu tentang yang selainNya (makhluk), dan Yang paling benar perkataanNya, dan paling
baik perkataanNya, maka Allah SWT mensucikan diriNya dari sifat-sifat yang disifatkan oleh
makhluk padaNya. Mereka adalah ahlu takyif dan ahlu tamtsil. Yaitu orang-orang yang
mereka-reka sifat Allah dan menyamakan sifat Allah dengan sifat makhluk. Ada juga mereka
yang ahlu tahrif dan ahlu tathil. Yaitu orang-orang yang menafikan/meniadakan sifat Allah
SWT. Maka Abdullah Bin Abdul Wahhab mengatakan kepada mereka firman Allah SWT
15

2 . _.>,. ,, , :-l !.- _., _ '.l. _ls _,l ..l
_ ..>' < , _,.l. -l __
180. Maha suci Tuhanmu yang mempunyai keperkasaan dari apa yang mereka katakan.
181. dan Kesejahteraan dilimpahkan atas Para rasul.
182. dan segala puji bagi Allah Tuhan seru sekalian alam. (QS Asshoffat: 180)

2. Ahlus Sunnah Wal Jamaah adalah bersifat wasath (tengah). Ahlus Sunnah Wal Jamaah
adalah kelompok yang selamat, dari tujuh puluh sekian kelompok yang akan muncul di akhir
zaman seperti yang disampaikan oleh Rasulullah SAW. Maka kelompok Ahlus Sunnah Wal
Jamaah ini bersifat tengah dalam beberapa hal:
- Dalam hal afalullah taala (perbuatan Allah SWT) Ahlus Sunnah Wal Jamaah berada di
tengah-tengah antara faham Qadariyah dan faham Jabariyah.
- Dalam hal waiidullah (ancaman Allah) Ahlus Sunnah Wal Jamaah berada di tengah-
tengah antara faham murjiah dan faham waiidiyah
- Dalam hal iman dan agama. Ahlus Sunnah Wal Jamaah berada di tengah-tengah antara
faham al hururiyah dan mutazilah di satu sisi dan faham murjiah dan jahmiyah di sisi
lain.
- Dalam hal sahabat Raulullah SAW. Ahlus Sunnah Wal Jamaah berada di tengah-tengah
antara faham rafidhah/rawafidh dan faham khawarij.

3. Mengenai Al Quran. Muhammad Bin Abdul Wahhab meyakini bahwasanya Al Quran adalah
- kalamullah (perkataan Allah),
- munazzal (diturunkan),
- ghairo makhluqin (bukan makhluk),
- minhu bada a (berasal dari Allah SWT,
- wa ilaihi yaud (dan kepadaNya kembali),
- takallama bihi haqiqatan (Allah mengatakannya dengan perkataan yang sebenarnya)
- diturunkan kepada Muhammad SAW hamba Allah dan RasulNya

4. Mengenai Qadar. Allah SWT faaalun lima yuriid (Maha Melakukan apa yang diinginkanNya)
dan sesuatu tidak akan terjadi kecuali dengan iradatullah (keinginan Allah), dan tidak ada
sesuatu yang bisa keluar daripada kehendak Allah SWT, dan tidak ada sesuatu pun di
semesta ini yang keluar daripada qudratullah (kekuasaan Allah), dan tidak berjalan
sesuatupun kecuali dengan pengaturan Allah, dan tidak ada seorangpun yang mampu
melampaui Qadar yang telah ditetapkan batasannya oleh Allah SWT. Dan tidak ada
seorangpun yang mampu melampaui apa yang tertulis baginya di lauh mahfudz.

5. Mengenai Al Batsu Wal Hisab (Kebangkitan dan Perhitungan). Aku beriman terhadap semua
yang disampaikan oleh Rasulullah SAW mengenai apa yang akan terjadi setelah mati. Aku
beriman dengan siksa kubur, kenikmatan kubur, dikembalikannya ruh ke dalam jasad,
berdirinya manusia menghadap Tuhan alam semesta dalam keadaan tak berpakaian dan
matahari dekat dengan mereka, mizan (timbangan amal perbuatan manusia) ditegakkan,
lalu manusia ada yang mengambil kitab catatan perbuatannya dengan tangan kanan dan
ada pula yang dengan tangan kiri.
16



6. Mengenai haudh wa syafaah (telaga Rasulullah SAW dan syafaatnya). Aku beriman
terhadap telaga Rasulullah SAW, airnya lebih putih daripada air susu, lebih manis daripada
air madu, dan luasnya adalah seluas bintang yang ada di langit, barangsiapa yang minum
daripadanya walau hanya seteguk maka ia tidak akan merasa haus setelah itu untuk
selamanya.

Dan saya juga beriman terhadap syafaat Nabi Muhammad SAW, beliaulah yang pertama
kali diberi syafaat dan yang pertama kali memberi syafaat. Maka orang tidak ada orang
yang mngingkari syafaat Rasulullah SAW pada hari kiamat kecuali ahli bidah (pelaku bidah)
dan ahli dhalal (orang yang tersesat). Syafaat ini tidak bisa diberikan kecuali setelah
mendapatkan izin dan ridha Allah SWT. Allah SWT berfirman:

_`- : | _.l _..
Dan mereka tiada memberi syafaat melainkan kepada orang yang diridhai Allah. (QS. Al
Anbiya:28)

_. : _ _: .:..s | .:|,
Tiada yang dapat memberi syafa'at di sisi Allah tanpa izin-Nya? (QS. Al Baqarah:255)

_. ,l. _ ,...l _.-. .-.: !:,: | _. .-, :! , <
_.l ',! : _., __
Dan berapa banyaknya Malaikat di langit, syafaat mereka sedikitpun tidak berguna, kecuali
sesudah Allah mengijinkan bagi orang yang dikehendaki dan diridhai (Nya). (QS. An
Najm:26)

Allah SWT tidak meridhai kecuali tauhid, tidak mengizinkan kecuali bagi ahli tauhid. Orang-
orang musyrik/ahli syirk (pelaku syirik) tidak berhak mendapatkan syafaat karena mereka
tidak bertauhid, maka Allah tidak ridha dan tidak mengizinkan mereka. Sebagaimana Allah
SWT berfirman:

!. ``-.. -.: _,-.:l __
Maka tidak berguna lagi bagi mereka syafa'at dari orang-orang yang memberikan
syafa'at. (QS. Al Mudatsir:48)
7. Mengenai shirath (jalan/lintasan sangat tipis yang ditempuh ketika hari kiamat), mengenai
syurga dan neraka, dan mengenai melihat Allah SWT. Aku beriman bahwasanya shirath itu
terpancang diatas bibir neraka jahannam yang mana manusia melewatinya dengan cara
yang sesuai dengan amal perbuatannya. Dan saya beriman bahwasanya syurga dan neraka
17

adalah makhluk, dan bahwasanya syurga dan neraka hari ini adalah ada, dan bahwasanya
syurga dan neraka itu tidaklah fana (akan menjadi tiada/hilang). Dan aku beriman
bahwasanya orang-orang beriman itu akan melihat Allah Tuhan mereka pada hari kiamat
nanti, dengan mata mereka, sebagaimana melihat bulan pada malam purnama.
8. Mengenai Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya. Aku beriman bahwasanya Nabi kita
Muhammad SAW adalah penutup para Nabi dan para Rasul. Dan tidak sah iman seseorang
kecuali dia beriman dengan risalah (kerasulan) Nabi Muhammad SAW dan bersaksi atas
kenabiannya. Dan bahwasanya yang terbaik diantara umat Nami Muhammad SAW adalah:
Abu Bakar As Shiddiq, Umar Al Faruq, Utsman Dzunnurain, Ali Al Murtadho, Sahabat-
sahabat yang dijanjikan masuk syurga, Sahabat-sahabat yang ikut berjihad pada perang
Badar, Sahabat-sahabat yang ikut Baiat Ridwan, dan seluruh sahabat lainnya. Saya
menyebutkan kebaikan-kebaikan para sahabat, saya ridha terhadap mereka, saya
memohonkan ampunan bagi mereka, menolak kesalahan-kesalahan mereka, dan saya diam
terhadap perselisihan yang terjadi diantara mereka. Sya meyakini keutamaan mereka,
sebagai pengamalan firman Allah SAW:
_ ',l> _. >.-, _l1, !.`, s !.l !..> _ !.1,.
_..,!, _-> _ ! .,l s _l `.. , !.`, ,.| .', ,>
10. dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa:
"Ya Rabb Kami, beri ampunlah Kami dan saudara-saudara Kami yang telah beriman lebih
dulu dari Kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati Kami terhadap
orang-orang yang beriman; Ya Rabb Kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi
Maha Penyayang." (QS. Al Hasyr:1)
9. Mengenai karamah para wali. Saya berkeyakinan bahwasanya ummahatul muminin (ibu-ibu
orang beriman, yaitu istri-istri Rasulullah SAW) adalah suci dari segala kesalahan. Dan saya
mengakui adanya karomah dan mukasyafah yang dimiliki oleh para wali. Akan tetapi
mereka tidak berhak sedikitpun daripada hak Allah SWT. Dan mereka juga tidaj berhak
untuk dimintai apa yang hanya bisa dilakukan oleh Allah SWT.
10. Mengenai laa ukaffiru musliman min dzanbin (tidak mengkafirkan seorang muslim karena
suatu dosa yang dilakukannya). Saya tidak mengkafirkan seorang muslim karena suatu dosa
yang dilakukannya. Saya tidak menyatakan bahwa seseorang (muslim) masuk syurga atau
masuk neraka. Kecuali siapa yang disebutkan oleh Rasulullah SAW (dia di syurga atau
neraka). Akan tetapi aku mengharapkan orang-orang yang berbuat baik agar masuk syurga,
dan aku khawatir orang-orang yang berbuat jahat akan masuk neraka. Dan aku tidak
mengeluarkan seorang muslim pun dari agama Islam.
11. Mengenai jihad. Saya berpendapat bahwasanya jihad itu terus berlaku bersama semua
imam (pemimpin). Baik itu pemimpin yang baik maupun pemimpin yang tidak baik. Dan
shalat jumat dibelakang mereka adalah boleh. Dan jihad berlaku sejak diutusnya Nabi
Muhammad SAW sampai generasi terakhir dari umat Islam memerangi Dajjal. Jihad tidak
bisa dihapuskan oleh siapapun, adil ataupun jahat.
18

12. Mengenai ketaatan kepada para imam (pemimpin). Aku berpendapat bahwasanya taat
kepada pemimpin umat Islam hukumnya adalah wajib. Baik itu pemimpin yang baik maupun
pemimpin yang tidak baik. Selama mereka tidak memerintakan untuk bermaksiat kepada
Allah SWT. Seorang pemimpin yang orang-orang berkumpul kepadanya (dipilih), dan ridha
kepadanya, dia memenangkan (meraih dukungan) mereka dengan pedangnya
(kekuatannya), lalu menjadi khalifah (pemimpin), maka ia wajib ditaati dan haram
hukumnya keluar daripadanya (kepemimpinannya).
13. Mengenai ahlul bidah (orang-orang yang mengerjakan bidah). Saya berpendapat
bahwasanya orang-orang ahlul bidah itu harus dijauhi dan diterangkan kepada mereka
mengenai agama yang benar sampai mereka bertaubat. Saya menyimpulkan hukum
terhadap mereka dengan melihat dzohirnya (apa yang tampak saja), namun apa yang ada
didalam diri mereka maka saya serahkan (urusannya) kepada Allah SWT. Saya berkeyakinan
bahawsanya setiap yang baru (yang dibuat-buat) didalam agama adalah merupakan bidah.
Tambahan pemakalah: Rasulullah SAW bersabda:
:

.
Sesungguhnya perkataan yang paling benar adalah kitabullah (Al Quran), dan petunjuk
yang paling benar adalah petunjuk Muhammad SAW, dan seburuk-buruk urusan adalah
yang diada-adakan, dan setiap yang diada-adakan adalah bidah, dan setiap bidah
adalah sesat, dan setiap yang sesat adalah di neraka. (HR.Nasai)
14. Mengenai iman dan cabang-cabangnya. Aku meyakini bahwasanya iman adalah
perkataan dengan lisan, perbuatan dengan tubuh, dan keyakinan dengan hati. Iman
bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan. Iman ada tujuh puluh
sekian cabang, yang tertinggi adalah bersaksi bahwasanya tiada Tuhan selain Allah SWT
dan yang terendah adalah menyingkirkan bahaya dari jalan.
15. Mengenai al amru bil maruf wan nahyu anil munkar (memerintahkan kebaikan dan
melarang dari kemunkaran). Saya berpendapat bahwasanya al amru bil maruf wan
nahyu anil munkar hukumnya adalah wajib atas orang-orang yang diwajibkan oleh
syariat Islam.
16. Mengenai al khair was syarr (kebaikan dan keburukan). Saya beriman bahwasanya
kebaikan dan keburukan itu semuanya adalah dengan kehendak Allah SWT dan tidak
bisa terjadi sesuatu pun tanpa kehendak Allah SWT. Seorang hamba tidak mampu untuk
menciptakan perbuatannya sendiri. Akan tetapi dia memiliki kemampuan yang ketika
dia melakukan suatu perbuatan maka dia mendapatkan pahala atas perbuatan baiknya
dan dosa atas perbuatan buruknya.
17. Mengenai hal-hal furuiyah (selain aqidah). Kami didalam hal-hal furuiyah berada
didalam madzhab Imam Ahmad Bin Hanbal. Dan kami tidak mengingkari siapapun yang
19

mengikuti salah satu madzhab imam yang 4 (syafii, hanbali, maliki, hanafi). Tidak selain
mereka. Karena selain madzhab yang 4 ini tidaklah tepat. Kami tidak madzhab furuiyah
memeriksa seseorang. Kami tidak mendebat seseorang kecuali dalam hal-hal yang kami
dapatkan nash (dalil Al Quran atau Hadits) yang bertentangan dengan madzhab salah
satu Imam tersebut.
Dasar-Dasar Umum Dakwah Muhammad Bin Abdul Wahab
1. Tauhid
2. Memerangi bidah dan khurafat
3. Menghidupkan kewajiban amr maruf nahy munkar
4. Wajibnya berhukum dengan apa yang Allah SWT turunkan
5. Menyandarkan dakwah kepada Al Quran dan Al Hadits
6. Menyatakan bahwasanya pintu ijtihad masih terbuka
Dasar-Dasar Umum Dakwah Muhammad Bin Abdul Wahab
1. Memerangi bidah dan khurafat
2. Mensucikan aqidah
3. Meninggikan pemahaman agama Islam
4. Menegakkan kewajiban Islam dan syariahnya
5. Menjelaskan yang boleh dilakukan dan yang tidak
6. Menjelaskan yang halal dan yang haram
7. Menghapus kebodohan dan membenarkan keyakinan.
Buku-Buku Karangan Muhammad Bin Abdul Wahhab
Diantara kitab-kitab yang pernah dikarang oleh Muhammad Bin Abdul Wahhab adalah: Kitab
Tauhid, Kitab Kasyful Syubhaat, Kitabul Kabair, Kitab Sirah Al Mukhtasharah, Kitab Ushul Ats
Tsalatsah Wa Adillatuha, Kitab Ushul Al Iman, Kitab Fadhlul Islam, Kitab Syuruthus Shalah Wa
Arkanuha, Kitab Majmuul Hadits Ala Abwabil Fiqh, Kitab Mukhtashar Al Kabir Wal Inshaf, Kitab
Al Huda An Nabawi, Kitab Masail Al Jahiliyah. Ada juga banyak surat-surat panjang berisi nasihat
yang pernah ia kirimkan kepada para penguasa. Surat-surat ini dimuat dalam buku biografinya
yang disusun oleh Husain Bin Ghanam, salah seorang murid Muhammad Bin Abdul Wahhab.
Saat ini buku-buku dan tulisan Muhammad Bin Abdul Wahhab sudah banyak didigitalisasi
kedalam bentuk ebook (buku elektronik). Buku-buku ini bisa didownload gratis di internet. Salah
satunya adalah Ensiklopedi Buku-Buku Muhammad Bin Abdul Wahhab, ensiklopedi berbahasa
arab ini bisa didownload di Uhttp://bit.ly/kutub UBerikut ini sebagian judul-judul buku Muhammad
Bin Abdul Wahhab:

20



































Biografi Muhammad Bin Abdul Wahhab
Nama lengkapnya Muhammad Bin Abdul Wahhab Bin Sulaiman Bin Ali Bin Muhammad Bin
Ahmad Bin Rasyid Bin Barid Bin Musyrif At Tamimi. Dilahirkan pada tahun 1115 Hijriyah (1703
Masehi). Dan wafat pada bulan Syawal 1206 Hijtiyah di usianya yang ke 91 tahun.
Kakeknya (Sulaiman Bin Ali) adalah seorang ahli fiqh yang menjadi rujukan masyarakat, pelajar
dan ulama pada masanya. Demikian pula dengan ayahnya (Abdul Wahhab Bin Sulaiman)
mengajar tafsir, hadits dan ilmu-ilmu lain. Disamping itu ia juga menjadi hakim.
14

Muhammad Bin Abdul Wahhab tumbuh dalam lingkungan ilmiah di keluarganya. Ia adalah
seorang yang cerdas, fasih dan memiliki kemampuan menghafal yang cepat. Bahkan
Muhammad Bin Abdul Wahhab kecil sudah hafal Al Quran sebelum usianya 10 tahun.
Ia besar di Uyainah, Najed. Lalu selanjutnya pergi menuntut ilmu ke beberapa tempat dan
berdakwah. Pertama ia pergi ke Hijaz (kawasan Makkah Madinah) untuk menunaikan ibadah
haji dan menuntut ilmu pada ulama-ulama besar yang ada disana. Lalu ia pulang ke Najed dan
meneruskan belajar dari ayahnya yang juga seorang ahli agama.
Setelah itu ia pergi ke Bashrah belajar disana dan juga berdakwah. Ia mendapati orang syiah
mensucikan kuburan dan para wali, maka Muhammad Bin Abdul Wahhab pun berdakwah
kepada mereka. Namun ia justru dimusuhi dan diancam untuk dibunuh. Akhirnya ia terpaksa
meninggalkan Bashrah untuk menyelamatkan diri, menuju daerah Zubair. Tanpa bekal dan
kendaraan, sendiri berjalan kaki, haus dan lapar. Di jalan ia ditolong oleh seseorang yang
ditemuinya.
Pada saat itu ia mendapat kabar bahwa orangtuanya sudah pindah dari Najed ke Hiraimila, maka
ia pun pergi ke Huraimila menyusul orangtuanya. Di Huraimila ia tinggal sekitar 15 tahun. Masa-
masa ini menjadi masa persiapan gerakan besar dakwah yang dilakukannya. Orang-orang datang
berduyun-duyun menyambut dakwahnya. Mereka menghadiri majlisnya dan mendengarkan
nasihat-nasihat yang diberikan. Ia juga menulis surat kepada para pembesar dan pejabat,
memberi nasihat-nasihat kepada mereka agar berbuat adil dan menegakkan tauhid. Di
Huraimila terdapat golongan orang yang suka berbuat dzalim, maka Muhammad Bin Abdul
Wahhab pun menasihati mereka. Namun mereka justru marah dan ingin membunuhnya.
Akhirnya ia pergi dari Huraimila ke Uyainah, tempatnya dibesarkan.
Di Uyainah ia disambut dengan hangat dan baik sekali oleh Utsman bin Mumir pemimpin
Uyainah. Utsman bin Mumir membaiatnya dan berjanji untuk mendukung, menolong, dan
menegakkan dakwah tauhid dan syariah Islam. Mereka pun berkerjasama di dalam berdakwah.
Diantara kegiatan dakwah yang dilakukan oleh Muhammad Bin Abdul Wahhab disana adalah:
Mengajak masyarakat untuk shalat berjamaah, melaksanakan hukum rajam atas pezina,
menebang pohon-pohon yang dikeramatkan oleh orang-orang, dan menghancurkan kubah-
kubah (yang dibangun diatas kuburan) yang dikeramatkan. Namun rupanya dakwah ini tidak
disukai oleh sebagian orang, sehingga terpaksa ia pun harus meninggalkan Uyainah dan pergi ke
Diriyah demi menyelamatkan dakwahnya.
Ia memilih Diriyah sebagai daerah yang dituju karena banyak pengikutnya yang berasal dari
sana. Juga karena ia tahu bahwa penguasa Diriyah saat itu adalah seorang muslim yang kuat,
baik dan taat beragama, namanya Muhammad bin Saud.
Muhammad Bin Abdul Wahhab disambut hangat disana, bahkan penguasa Diriyah Muhammad
bin Saud sendiri yang datang menemuinya untuk menyambut kedatangannya dan berbaiat
(janji setia) kepadanya. Lalu mereka berdua sepakat untuk saling setia mendukung dan membela
satu sama lain. Peristiwa ini terjadi pada tahun 1157 Hijriyah (1746 Masehi). Inilah yang menjadi
awal mula berdirinya kerajaan Saudi Arabia. Tidak lama setelah peristiwa ini orang-orang datang
berduyun-duyun dari mana-mana menemui Muhammad Bin Abdul Wahhab untuk berbaiat
kepadanya. Daerah Diriyah yang sedang dilanda krisis pada saat itu seketika maju pesat menjadi
15

pusat agama dan politik. Sampai seterusnya ia bekerjasama dengan raja-raja keturunan
Muhammad bin Saud didalam berdakwah.
Diantara kegiatan dakwah yang dilakukan Muhammad Bin Abdul Wahhab di Diriyah adalah
mengajar tauhid dan mengirim surat berisi nasihat kepada para penguasa. Ia juga menyeru para
pengikutnya untuk berjihad melawan para musuh dakwah yang terus saja memusuhi. Perang
terjadi sejak tahun 1159 Hijriyah dan terus berlanjut perang demi perang meski Muhammad Bin
Abdul Wahhab sudah meninggal.
Kondisi Di Dunia Islam Pada Masa Munculnya Dakwah Muhammad Bin Abdul Wahhab
Dakwah Ishlahiyah yang dilakukan oleh Muhammad Bin Abdul Wahhab bermula pada awal abad
ke 12 hijriyah (18 masehi).Ketika gerakan dakwah ini muncul, dunia Islam sedang mengalami
kemerosotan di banyak bidang. Pemikiran, aqidah, politik, sosial, akhlak dll.
Syirik dan bidah tumbuh subur dimana-mana. Orang-orang juga menjadikan tasawuf sebagai
dasar agamanya. Tauhid dan kemurnian agama pun sudah banyak dilupakan. Hal ini terjadi di
sebagian besar dunia Islam pada saat itu.
Contoh dari syirik dan bidah yang terjadi bisa dilihat pada apa yang ditulis oleh para penulis
pada saat itu. Diantaranya adalah apa yang ditulis oleh Syarroni dalam bukunya At Thabaqat Al
Kubra bahwasanya Allah menugaskan seorang malaikat di kuburan setiap wali untuk
mengabulkan permintaan setiap orang yang datang meminta kepada wali yang sudah meninggal
tersebut.
Di kawasan Hijaz hal yang sama juga terjadi, orang-orang berdoa apa saja di kuburan.
Diantaranya adalah di kuburan Khadijah dan kubah (yang dibangun diatas kuburan) Abi Thalib.
Begitu pula di Yaman, Syam, Iraq, Damaskus, bahkan juga Makkah dan Madinah. Kuburan-
kuburan didatangi oleh orang-orang lalu mereka meminta tolong kepadanya agar dipenuhi hajat
keperluannya dan dihindarkan dari musibah. Kerusakan-kerusakan ini masih ditambah parah lagi
dengan bermunculannya ulama-ulama buruk yang mengarang buku-buku untuk masyarakat
umum menerangkan tentang tata cara berhaji di kuburan dan melakukan ritual sesat disana.
Juga apa yang dilakukan oleh syiah dalam memperingati syahidnya Ali bin Abi Thalib di Najef
dan Husain di Karbela.
Gambaran mengenai kerusakan serius yang terjadi di dunia Islam pada saat itu diungkapkan
oleh seorang penulis berkebangsaan Amerika, Lutrub Studard. Dia berkata: Pada abad ke 18
(masehi) dunia Islam berada didalam kejatuhan yang paling rendah, kehinaan dan kemerosotan
sampai batas terendah. Pada saat itu tersebar kerusakan akhlak dan adab, mengikuti hawa
nafsu dan syahwat. Tauhid (mengesakan Tuhan) yang diajarkan oleh Rasul telah tertutup
terselimuti tabir khurafat dan kulit tasawuf.
Pada masa itu Islam semakin asing di kalangan kaum muslimin sendiri. Dasar-dasar agama
hancur, dan perbuatan orang jahiliyah terjadi pada khalayak umum.0F
1


1
DR. Sulaiman Bin Abdurrahman Al Haqil, Muhammad Bin Abdul Wahhab Dan Hakikat
Dakwahnya. Cetakan Kedua. Riyadh. 2001
16


DR. Sulaiman Bin Abdurrahman Al Haqil, Muhammad Bin Abdul Wahhab Dan Hakikat
Dakwahnya. Cetakan Kedua. Riyadh. 2001

Você também pode gostar