Você está na página 1de 8

Acute Respiratory Distress Syndrome (ADRS)

A. Latar Belakang
Acute Respiratory Distress Syndrome (ADRS) merupakan kerusakan paru total akibat berbagai etiologi.
Keadaan ini dapat dipicu oleh berbagai hal, misalnya sepsis, pneumonia viral atau bakterial, aspirasi isi
lambung, trauma dada, syok yang berkepanjangan, terbakar, emboli lemak, tenggelam, transIusi darah masiI ,
bypass kardiopulmonal, keracunan O2, perdarahan pankreatitis akut, inhalasi gas beracun, serta konsumsi obat-
obatan tertentu. "ADRS merupakan keadaan darurat medis yang dipicu oleh berbagai proses akut yang
berhubungan langsung ataupun tidak langsung dengan kerusakan paru.

A. DeIinisi
Acute Respiratory Distress Syndrome (ADRS) adalah kondisi kedaruratan paru yang tiba-tiba dan bentuk
kegagalan naIas berat, biasanya terjadi pada orang yang sebelumnya sehat yang telah terpajan pada berbagai
penyebab pulmonal atau non-pulmonal.

B. Etiologi
Menurut Hudak & Gallo ( 1997 ), gangguan yang dapat mencetuskan terjadinya ARDS adalah ;
1. Sistemik :
~ Syok karena beberapa penyebab
~ Sepsis gram negative
~ Hipotermia
~ Hipertermia
~ Takar lajak obat ( Narkotik, Salisilat, Trisiklik, Paraquat, Metadone, Bleomisin )
~ Gangguan hematology ( DIC, TransIusi massiI, Bypass kardiopulmonal )
~ Eklampsia
~ Luka bakar

2. Pulmonal :
~ Pneumonia ( Viral, bakteri, jamur, penumosistik karinii )
~ Trauma ( emboli lemak, kontusio paru )
~ Aspirasi ( cairan gaster, tenggelam, cairan hidrokarbon )
~ Pneumositis
3. Non-Pulmonal :
~ Cedera kepala
~ Peningkatan TIK
~ Pascakardioversi
~ Pankreatitis
~ Uremia

C. ManiIestasi Klinis
Gejala klinis utama pada kasus ARDS adalah :
~ Penurunan kesadaran mental
~ Takikardi, takipnea
~ Dispnea dengan kesulitan bernaIas
~ Terdapat retraksi interkosta
~ Sianosis
~ Hipoksemia
~ Auskultasi paru : ronkhi basah, krekels, stridor, wheezing
~ Auskultasi jantung : BJ normal tanpa murmur atau gallop

D. PatoIisiologi
Secara pathoIisiologi terjadinya ARDS dapat dijelaskan sebagai berikut :
Kerusakan sistemik menyebabkan penurunan perIusi jaringan sehingga terjadi Hipoksia seluler dan terjadi
Pelepasan Iaktor-Iaktor biokimia( enzim lisosom, vasoaktiI, system komplemen, asam metabolic, kolagen,
histamine ) yang menyebabkan Peningkatan permiabilitas kapiler paru yang berakibat terhadap Penurunan
aktivitas surIaktan sehingga terjadi Edema interstisial alveolar paru dan menyebabkan Kolaps alveolar yang
progresiI sehingga compliance paru menurun (StiII lung) dan meningkatkan shunting sehingga terjadi Hipoksia
arterial.
Pergerakan cairan paru pada kasus ARDS :
~ Terjadi peregangan / deposisi dari mebran hialin
~ Intraalveolar Epithelial junction melebar
~ Terjadi edema interstisial, cairan intravascular keluar, protein keluar masuk ke dalam alveoli
~ Endotel kapiler paru pecah
~ Eritrosit keluar dari intavaskuler masuk kedalam paru menyebabkan Ienomena Irozzy sputum

E. Pathway
Kerusakan sistemik--~ Penurunan perIusi jaringan --~ Hipoksia seluler --~ Pelepasan Iaktor-Iaktor biokimia (
enzim lisosom, vasoaktiI, system komplemen, asam metabolic, kolagen, histamine ) --~ Peningkatan
permiabilitas kapiler paru --~ Penurunan aktivitas surIaktan --~ Edema interstisial alveolar paru --~ Kolaps
alveolar yang progresiI --~ Penurunan compliance paru (StiII lung) --~ Peningkatan shunting --~ Hipoksia
arterial


F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan hasil Analisa Gas Darah :
~ HIPOKSEMIA ( Peningkatan PAO2 )
~ Hipokapnia ( peningkatan PCO2 ) pada tahap awal karena hiperventilasi
~ Hiperkapnia ( penurunan PCO2 ) menunjukkan gagal ventilasi
~ Alkalosis respiratori ( pH ~ 7,45 ) pada tahap dini
~ Asidosis respiratori / metabolik terjadi pada tahap lanjut
Pemeriksaan Rontgent Dada :
~ Tahap awal ; sedikit normal, inIiltrasi pada perihilir paru
~ Tahap lanjut ; Interstisial bilateral diIus pada paru, inIiltrate di alveoli
Tes Fungsi paru :
~ Penurunan komplain paru dan volume paru
~ Pirau kanan-kiri meningkat
G. Komplikasi
Menurut Hudak & Gallo ( 1997 ), komplikasi yang dapat terjadi pada ARDS adalah :
~ Abnormalitas obstruktiI terbatas ( keterbatasan aliran udara )
~ DeIek diIusi sedang
~ Hipoksemia selama latihan
~ Toksisitas oksigen
~ Sepsis
H. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan
~ Pasang jalan naIas yang adekuat * Pencegahan inIeksi
~ Ventilasi Mekanik * Dukungan nutrisi
~ TEAP * Monitor system terhadap respon
~ Pemantauan oksigenasi arteri * Perawatan kondisi dasar
~ Cairan
~ Farmakologi ( O2, Diuretik, A.B )
~ Pemeliharaan jalan naIas

I. Pengkajian keperawatan
~ Karakteristik dari suara naIas
~ Karakteristik dari batuk
~ Kemampuan batuk
~ Status pernaIasan
~ Adanya cyanosis
~ Vital signs
~ Perubahan kesadaran, turgor kulit, kelembaban membran mukosa dan karakter sputum
~ Peningkatan pernaIasan, agitasi, kegelisahan dan kestabilan emosi.
J. Diagnosa Keperawatan
Prioritas masalah keperawatan pada klien dengan ARDS menurut Doenges (2001) adalah sebagai berikut :
1. Ketidak eIektiIan jalan naIas
2. Gangguan pertukaran gas
3. Resiko tinggi deIisit volume cairan
4. Cemas
5. DeIisit pengetahuan , mengenai kondisi , terapi yang dibutuhkan


K. Rencana perawatan
1. Tidak eIektiInya jalan naIas berhubungan dengan hilangnya Iungsi jalan naIas, peningkatan sekret pulmonal,
peningkatan resistensi jalan naIas ditandai dengan : dispneu, perubahan pola naIas, penggunaan otot pernaIasan,
batuk dengan atau tanpa sputum, cyanosis.
2. Tujuan :
~ Pasien dapat mempertahankan jalan naIas dengan bunyi naIas yang jernih dan ronchi (-)
~ Pasien bebas dari dispneu
~ Mengeluarkan sekret tanpa kesulitan
~ Memperlihatkan tingkah laku mempertahankan jalan naIas
Tindakan :
~ Independen
- Catat perubahan dalam bernaIas dan pola naIasnya. Penggunaan otot-otot interkostal/abdominal/leher dapat
meningkatkan usaha dalam bernaIas
- Observasi dari penurunan pengembangan dada dan peningkatan Iremitus. Pengembangan dada dapat menjadi
batas dari akumulasi cairan dan adanya cairan dapat meningkatkan Iremitus
- Catat karakteristik dari suara naIas. Suara naIas terjadi karena adanya aliran udara melewati batang tracheo
branchial dan juga karena adanya cairan, mukus atau sumbatan lain dari saluran naIas
- Catat karakteristik dari batuk. Karakteristik batuk dapat merubah ketergantungan pada penyebab dan etiologi
dari jalan naIas. Adanya sputum dapat dalam jumlah yang banyak, tebal dan purulent
- Pertahankan posisi tubuh/posisi kepala dan gunakan jalan naIas tambahan bila perlu. Pemeliharaan jalan naIas
bagian naIas dengan paten
- Kaji kemampuan batuk, latihan naIas dalam, perubahan posisi dan lakukan suction bila ada indikasi.
Penimbunan sekret mengganggu ventilasi dan predisposisi perkembangan atelektasis dan inIeksi paru
- Peningkatan oral intake jika memungkinkan. Peningkatan cairan per oral dapat mengencerkan sputum
~ KolaboratiI
- Berikan oksigen, cairan IV ; tempatkan di kamar humidiIier sesuai indikasi.mengeluarkan sekret dan
meningkatkan transport oksigen. Berikan therapi aerosol, ultrasonik nabulasasi. Dapat berIungsi sebagai
bronchodilatasi dan mengeluarkan secret
- Berikan Iisiotherapi dada misalnya : postural drainase, perkusi dada/vibrasi jika ada indikasi. Meningkatkan
drainase sekret paru, peningkatan eIisiensi penggunaan otot-otot pernaIasan
- Berikan bronchodilator misalnya : aminoIilin, albuteal dan mukolitik
Diberikan untuk mengurangi bronchospasme, menurunkan viskositas sekret dan meningkatkan ventilasi

3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan alveolar hipoventilasi, penumpukan cairan di permukaan
alveoli, hilangnya surIaktan pada permukaan alveoli ditandai dengan : takipneu, penggunaan otot-otot bantu
pernaIasan, cyanosis, perubahan ABGs, dan A-a Gradient.
Tujuan :
~ Pasien dapat memperlihatkan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat dengan nilai ABGs normal
~ Bebas dari gejala distress pernaIasan
Tindakan :
~ Independen
- Kaji status pernaIasan, catat peningkatan respirasi atau perubahan pola naIas. Takipneu adalah mekanisme
kompensasi untuk hipoksemia dan peningkatan usaha naIas
- Catat ada tidaknya suara naIas dan adanya bunyi naIas tambahan seperti crakles, dan wheezing. Suara naIas
mungkin tidak sama atau tidak ada ditemukan. Crakles terjadi karena peningkatan cairan di permukaan jaringan
yang disebabkan oleh peningkatan permeabilitas membran alveoli - kapiler. Wheezing terjadi karena
bronchokontriksi atau adanya mukus pada jalan naIas
- Kaji adanya cyanosis. Selalu berarti bila diberikan oksigen (desaturasi 5 gr dari Hb) sebelum cyanosis muncul.
Tanda cyanosis dapat dinilai pada mulut, bibir yang indikasi adanya hipoksemia sistemik, cyanosis periIer
seperti pada kuku dan ekstremitas adalah vasokontriksi.
- Observasi adanya somnolen, conIusion, apatis, dan ketidakmampuan beristirahat. Hipoksemia dapat
menyebabkan iritabilitas dari miokardium
- Berikan istirahat yang cukup dan nyaman. Menyimpan tenaga pasien, mengurangi penggunaan oksigen
~ KolaboratiI
- Berikan humidiIier oksigen dengan masker CPAP jika ada indikasi
Memaksimalkan pertukaran oksigen secara terus menerus dengan tekanan yang sesuai
- Berikan pencegahan IPPB. Peningkatan ekspansi paru meningkatkan oksigenasi
- Review X-ray dada, memperlihatkan kongesti paru yang progresiI
- Berikan obat-obat jika ada indikasi seperti steroids, antibiotik, bronchodilator dan ekspektorant untuk
mencegah ARDS


4. Resiko tinggi deIisit volume cairan
Faktor resiko : penggunaan deuritik, keluaran cairan kompartemental
Tujuan :
~ pasien dapat menunjukkan keadaan volume cairan normal dengan tanda tekanan darah, berat badan, urine
output pada batas normal.
Tindakan :
~ Independen
- Monitor vital signs seperti tekanan darah, heart rate, denyut nadi (jumlah dan volume). Berkurangnya
volume/keluarnya cairan dapat meningkatkan heart rate, menurunkan tekanan darah, dan volume denyut nadi
menurun.
- Amati perubahan kesadaran, turgor kulit, kelembaban membran mukosa dan karakter sputum. Penurunan
cardiac output mempengaruhi perIusi/Iungsi cerebral. DeIicit cairan dapat diidentiIikasi dengan penurunan
turgor kulit, membran mukosa kering, sekret kental.
- Hitung intake, output dan balance cairan. Amati "insesible loss"
Memberikan inIormasi tentang status cairan. Keseimbangan cairan negatiI merupakan indikasi terjadinya deIicit
cairan.
- Timbang berat badan setiap hari. Perubahan yang drastis merupakan tanda penurunan total body water
~ KolaboratiI
- Berikan cairan IV dengan observasi ketat
Mempertahankan/memperbaiki volume sirkulasi dan tekanan osmotik. Meskipun cairan mengalami deIicit,
pemberian cairan IV dapat meningkatkan kongesti paru yang dapat merusak Iungsi respirasi.
- Monitor/berikan penggantian elektrolit sesuai indikasi
Elektrolit khususnya pottasium dan sodium dapat berkurang sebagai eIek therapi deuritik.
5. Cemas/takut berhubungan dengan krisis situasi, pengobatan , perubahan status kesehatan, takut mati, Iaktor
Iisiologi (eIek hipoksemia) ditandai oleh mengekspresikan masalah yang sedang dialami, tensi meningkat, dan
merasa tidak berdaya, ketakutan, gelisah.
Tujuan :
- Pasien dapat mengungkapkan perasaan cemasnya secara verbal
- Mengakui dan mau mendiskusikan ketakutannya, rileks dan rasa cemasnya mulai berkurang
- Mampu menanggulangi, mampu menggunakan sumber-sumber pendukung untuk memecahkan masalah yang
dialaminya.
Tindakan :
~ Independen :
- Observasi peningkatan pernaIasan, agitasi, kegelisahan dan kestabilan emosi. Hipoksemia dapat menyebabkan
kecemasan.
- Pertahankan lingkungan yang tenang dengan meminimalkan stimulasi. Usahakan perawatan dan prosedur tidak
menggaggu waktu istirahat. Cemas berkurang oleh meningkatkan relaksasi dan pengawetan energi yang
digunakan.
- Bantu dengan teknik relaksasi, meditasi. Memberi kesempatan untuk pasien untuk mengendalikan
kecemasannya dan merasakan sendiri dari pengontrolannya.
- IdentiIikasi persepsi pasien dari pengobatan yang dilakukan. Menolong mengenali asal kecemasan/ketakutan
yang dialami
- Dorong pasien untuk mengekspresikan kecemasannya.
Langkah awal dalam mengendalikan perasaan-perasaan yang teridentiIikasi dan terekspresi.
- Membantu menerima situsi dan hal tersebut harus ditanggulanginya.
Menerima stress yang sedang dialami tanpa denial, bahwa segalanya akan menjadi lebih baik.
- Sediakan inIormasi tentang keadaan yang sedang dialaminya.
Menolong pasien untuk menerima apa yang sedang terjadi dan dapat mengurangi kecemasan/ketakutan apa yang
tidak diketahuinya. Penentraman hati yang palsu tidak menolong sebab tidak ada perawat maupun pasien tahu
hasil akhir dari permasalahan itu.
- IdentiIikasi tehnik pasien yang digunakan sebelumnya untuk menanggulangi rasa cemas. Kemampuan yang
dimiliki pasien akan meningkatkan sistem pengontrolan terhadap kecemasannya
~ KolaboratiI
- Memberikan sedative sesuai indikasi dan monitor eIek yang merugikan. Mungkin dibutuhkan untuk menolong
dalam mengontrol kecemasan dan meningkatkan istirahat. Bagaimanapun juga eIek samping seperti depresi
pernaIasan mungkin batas atau kontraindikasi penggunaan.
6. DeIisit pengetahuan , mengenai kondisi , teraIi yang dibutuhkan berhubungan dengan kurang inIormasi, salah
presepsi dari inIormasi yang ditandai dengan mengajukan pertanyaan , menyatakan masalahnya.
Tujuan :
~ Pasien dapat menerangkan hubungan antara proses penyakit dan teraIi
~ Menjelaskan secara verbal diet, pengobatan dan cara beraktivitas
~ MengidentiIikasi dengan benar tanda dan gejala yang membutuhkan perhatian medis
~ MemIormulasikan rencana untuk Iollow -up
Tindakan :
~ Independen
- Berikan pembelajaran dari apa yang dibutuhkan pasien. Berikan inIormasi dengan jelas dan dimengerti. Kaji
potensial untuk kerjasama dengan cara pengobatan di rumah. Meliputi hal yang dianjurkan.
Penyembuhan dari gagal naIas mungkin memerlukan perhatian, konsentrasi dan energi untuk menerima
inIormasi baru. Ini meliputi tentang proses penyakit yang akan menjadi berat atau yang sedang mengalami
penyembuhan.
- Sediakan inIormasi masalah penyebab dari penyakit yang sedang dialami pasien. ARDS adalah sebuah
komplikasi dari penyakit lain, bukan merupakan diagnosa primer.
Pasien sering bingung oleh perkembangan itu, dalam k esehatan sistem respirasi sebelumnya.
- Instruksikan tindakan pencegahan, jika dibutuhkan. Diskusikan cara menghindari overexertion dan perlunya
mempertahankan pola istirahat yang periodik. Hindari lingkungan yang dingin dan orang-orang terinIeksi.
Pencegahan perlu dilakukan selama tahap penyembuhan. Hindari Iaktor yang disebabkan oleh lingkungan
seperti merokok. Reaksi alergi atau inIeksi yang mungkin terjadi untuk mencegah komplikasi berikutnya.
- Sediakan inIormasi baik secara verbal atau tulisan mengenai pengobatan misalnya: tujuan, eIek samping, cara
pemberian , dosis dan kapan diberikan. Merupakan instruksi bagi pasien untuk keamanan pengobatan dan cara-
cara pengobatan dapat diikutinya.
- Kaji kembali konseling tentang nutrisi ; kebutuhan makanan tinggi kalori. Pasien dengan masalah respirasi
yang berat biasanya kehilangan berat-badan dan anoreksia sehingga kebutuhan nutrisi meningkat untuk
penyembuhan.
- Bimbing dalam melakukan aktivitas. Pasien harus menghindari kelelahan dan menyelingi waktu istirahat
dengan aktivitas dengan tujuan meningkatkan stamina dan cegah hal yang membutuhkan oksigen yang banyak
- Demonstrasikan teknik adaptasi pernaIasan dan cara untuk menghemat energi selama aktivitas. Kondisi yang
lemah mungkin membuat kesulitan untuk pasien mengatur aktivitas yang sederhana.
- Diskusikan Iollow-up care misalnya kunjungan dokter, test Iungsi sistem pernaIasan dan tanda/gejala yang
membutuhkan evaluasi/intervensi. Alasan mengerti dan butuh untuk Iollow up care sebaik dengan apa yang
merupakan kebutuhan untuk meningkatkan partisipasi pasien dalam hal medis dan mungkin mempertinggi
kerjasama dengan medis.
- Kaji rencana untuk mengunjungi pasien seperti kunjungan perawat
Mendukung selama periode penyembuhan.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2007. HTTP://KEPERAWATAN-GUN.BLOGSPOT.COM/2007/07/ASUHAN-KEPERAWATAN-
PADA-KLIEN-DENGAN25.HTML15 APRIL2009.
Hudak, C.M dan Barbara M. Gallo. 1997. Keperawatan Kritis : Pendekatan Holistik. Jakarta : EGC.
Santosa, B. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006 : deIinisi & KlasiIikasi. Prima Medika
Smeltzer, S.C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddatrth. Jakarta : EGC.
Wilkinson, J.M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC Edisi
7. Jakarta : EGC







ARDS
April 24, 2009, 3:26 am
Filed under: Keperawatan Medikal Bedah , Tags: ARDS
ACUTE RESPIRATORY DISSTRESS SYNDROMA (ARDS)
DeIinisi
Sindrom gagal pernaIasan merupakan gagal pernaIasan mendadak yang timbul pada penderita tanpa kelainan
paru yang mendasari sebelumnya. Sindrom Gawat NaIas Dewasa (ARDS) juga dikenal dengan edema paru
nonkardiogenik merupakan sindroma klinis yang ditandai penurunan progresiI kandungan oksigen arteri yang
terjadi setelah penyakit atau cedera serius. Dalam sumber lain ARDS merupakan kondisi kedaruratan paru yang
tiba-tiba dan bentuk kegagalan naIas berat, biasanya terjadi pada orang yang sebelumnya sehat yang telah
terpajan pada berbagai penyebab pulmonal atau nonpulmonal. Beberapa Iactor pretipitasi meliputi tenggelam,
emboli lemak, sepsis, aspirasi, pankretitis, emboli paru, perdarahan dan trauma berbagai bentuk. Dua kelompok
yang tampak menjadi resiko besar untuk sindrom adalah yang mengalami sindrom sepsis dan yang mengalami
aspirasi sejumlah besar cairan gaster dengan pH rendah. Kebanyakan kasus sepsis yang menyebabkan ARDS
dan kegagalan organ multiple karena inIeksi oleh basil aerobic gram negative. Kejadian pretipitasi biasanya
terjadi 1 sampai 96 jam sebelum timbul ARDS.
ARDS pertama kali digambarkan sebagai sindrom klinis pada tahun 1967. Ini meliputi peningkatan
permeabilitas pembuluh kapiler pulmonal, menyebabkan edema pulmonal nonkardiak. ARDS dideIinisikan
sebagai diIusi akut inIiltrasi pulmonal yang berhubungan dengan masalah besar tentang oksigenasi meskipun
diberi suplemen oksigen dan pulmonary arterial wedge pressure (PAWP) kurang dari 18 mmHg.
ARDS sering terjadi dalam kombinasi dengan cidera organ multiple dan mungkin menjadi bagian dari gagal
organ multiple. Prevalensi ARDS diperkirakan tidak kurang dari 150.000 kasus pertahun. Sampai adanya
mekanisme laporan pendukung eIektiI berdasarkan deIinisi konsisten, insiden yang benar tentang ARDS masih
belum diketahui. Laju mortalitas tergantung pada etiologi dan sangat berIariasi. ARDS adalah penyebab utama
laju mortalitas di antara pasien trauma dan sepsis, pada laju kematian menyeluruh kurang lebih 50 70.
Perbedaan sindrom klinis tentang berbagai etiologi tampak sebagai maniIestasi patogenesis umum tanpa
menghiraukan Iactor penyebab.

Etiologi
ARDS terjadi jika paru-paru terkena cidera baik secara langsung maupun tidak langsung oleh berbagai proses.
Masih belum jelas diketahui mengapa ARDS yang mempunyai sebab bermacam-macam dapat berkembang
menjadi sindrom klinis dan patoIisiologis yang sama. Petunjuk umum penyebab edema alveolar yang khas
agaknya berupa cidera membrane kapiler-alveolar yang menyebabkan kebocoran kapiler.
Beberapa keadaan yang paling sering menyebabkan ARDS antara lain :
Syok karena berbagai sebab (terutama hemoragik, pankreatitis akut hemoragik, sepsis gram negatiI).
Sepsis tanpa syok, dengan atau tanpa koagulasi intravaskuler diseminata (DIC).
Pnemonia virus yang berat.
Trauma yang berat, misalnya cidera kepala, cidera dada yang langsung, trauma pada berbagai organ dengan
syok hemoragik, Iraktur majemuk (emboli lemak berkaitan dengan Iraktur tulang panjang seperti Iemur).
Cedera aspirasi/ inhalasi misalnya aspirasi isi lambung, hamper tenggelam, inhalasi asap, inhalasi gas iritan
(seperti klor, ammonia, sulIur dioksida), pemberian inhalasi oksigen konsentrasi tinggi (FIO2 ~ 50) yang lama
(~ 48 jam), takar lajak narkotik.
PosperIusi pada pembedahan pintas kardiopulmoner.
InIeksi (virus, bakteri, jamur, tuberculosis).
Obat-obatan (paraquat, heroin, salisilat).
Rudapaksa paru.
Radiasi.
PatoIisiologi
Sindrom gagal pernaIasan pada orang dewasa selalu berhubungan dengan penambahan cairan dalam paru,
merupakan suatu edema paru yang berbeda dari edema patu karena kelainan jantung olah karena tidak adanya
peningkatan tekanan hidrostatik kapiler paru. Mula-mula terjadi kerusakan membran kapiler alveoli, kemudian
terjadi peningkatan permeabilitas enditel kapiler paru dan epitel alveoli yang mengakibatkan edema alveoli dan
interstitial. Adanya peningkatan permeabilitas kapiler akan menyebabkan cairan merembes ke jaringan
interstitial dan alveoli, menyebabkan edema paru dan atelektasis kongesti yang luas. Terjadi pengurangan
volume paru, paru menjadi kaku dan keluwesan paru (compliance) menurun. Kapasitas sisa berIungsi
(Iungsional residual capacity) juga menurun. Hipoksemia yang berat merupakan gejala penting sindrom gagal
pernaIasan pada orang dewasa dan penyebab hipoksemia adalah ketidak seimbangan ventilasi-perIusi, hubungan
arterio-venus (aliran darah mengalir ke alveoli yang kolaps) dan kel;ainan diIusi alveoli-kapiler sebab penebalan
dinding alveoli-kapiler.
Meskipun kejadian presipitasi spectrum luas berhubungan dengan ARDS, patogenesis pada umumnya adalah
kerusakan diIusi pada membrane alveolokapiler, teorinya karena satu dari dua kategori mekanisme:
Aspirasi bahan kimia tertentu atau inhalasi gas berbahaya kedalam jalan naIas yang secara langsung toksik
terhadap epithelium alveolar, menyebabkan kerusakan dan peningkatan permeabilitas membrane alveolokapilar.
Kerusakan pada membrane alveolokapilar dapat diawali pada mikrovaskular pulmonal.
ManiIestasi klinis
Gambaran primer dari ARDS meliputi pirau intrapulmonary yang nyata dengan hipoksemia, berkurangnya daya
kembang paru-paru yang progresiI dan dispnea dengan sesak naIas serta takipnea yang berat akibat hipoksemia
dan bertambahnya kerja pernaIasan skunder terhadap penurunan daya kembang paru-paru. Daya kembang paru-
paru menurun hingga 15 sampai 20 ml/cm H2O. Kapasitas residu Iungsional juga berkurang. Gambaran-
gambaran ini merupakan akibat edema alveolar dan interstitial. Akibatnya timbul paru-paru yang kaku yang
sukar berventilasi. Ciri khas ARDS adalah hipoksemia yang tidak dapat diatasi dengan pembarian oksigen
selama bernaIas spontan. Frekuensi pernaIasan sering kali meningkat secara bermakna dengan ventilasi menit
tinggi. Sianosis dapat atau tidak terjadi. Hal ini harus diingat bahwa sianosis adalah tanda dini dan nyata dari
hipoksemia.
Pemeriksaan Fisik
Karena pemeriksaan Iisik sering kali tidak memberikan petunjuk, satu dari alat-alat pengkajian yang kuat adalah
kesadaran konstan terhadap penyebab ARDS. Perawat harus mempertahankan tingkat kecurigaan yang tinggi,
dan berusaha keras untuk terus mengkaji. Data dasar yang penting harus dikumpulkan. Perubahan dan
kecenderungan yang dapat merupakan petunjuk dini keadaan abnormal Iungsi paru-tanda vital, sensori dan
GDA -harus dicatat. Peningkatan Irekuensi pernaIasan secara bertahap tanpa gejala atau tanda penyerta
mungkin merupakan petunjuk dini.
Pemeriksaan Diagnostik
Untuk menegakkan diagnosa ARDS sangat tergantung dari pengambilan anamnesa klinis yang tepat.
Pemeriksaan laboraturium yang paling awal adalah hipoksemia, sehingga penting untuk melakukan pemeriksaan
gas-gas darah arteri pada situasi klinis yang tepat, kemudian hiperkapnea dengan asidosis respiratorik pada
tahap akhir.
Pada permulaan, Ioto dada menunjukkan kelainan minimal dan kadang-kadang terdapat gambaran edema
interstisial. Pemberian oksigen pada tahap awal umumnya dapat menaikkan tekanan PO2 arteri ke arah yang
masih dapat ditolelir. Pada tahap berikutnya sesak naIas bertambah, sianosis penderita menjadi lebih berat ronki
mungkin terdengar di seluruh paru-paru. Pada saat ini Ioto dada menunjukkan inIiltrate alveolar bilateral dan
tersebar luas. Pada saat terminal sesak naIas menjadi lebih hebat dan volume tidal sangat menurun, kenaikan
PCO2 dan hipoksemia bertambah berat, terdapat asidosis metabolic sebab hipoksia serta asidosis respiratorik
dan tekanan darah sulit dipertahankan.
Hasil laboraturium :
1. Analisa GDA : PaO2 sangat rendah (mis: 20 L/menit)
4. Tekanan atrium kiri rendah melalui kateter arteri pulmonal.
Penatalaksanaan
Tujuan utama pengobatan adalah untuk memperbaiki masalah ancaman hidup segera : mengembangkan alveoli
secara optimal untuk mempertahankan gas darah arteri, pengiriman oksigen ke jaringan tak adekuat skunder
terhadap ketidakmampuan paru untuk mengoksigenasi, yang disebabkan oleh abnormalitas V/Q berat dan
kebocoran. Tujuan yang kedua adalah untuk meminimalkan tekanan vascular paru untuk mencegah atau
menghambat kebocoran cairan pada membrane kapiler alveolar.
Hampir semua pasien memerlukan ventilasi mekanis dan oksigen konsentrasi tinggi untuk menghindari
hipoksia jaringan yang berat. Pemberian Tekanan PositiI Akhir Respirasi (PEEP) dengan respirator volume
merupakan langkah besar dalam keadaan penanganan ini. PEEP membantu memperbaiki keadaan sindrom
distress pernaIasan dengan mengembangkan daerah yang sebelumnya mengalami atelektasis, dan
mengembalikan aliran cairan edema atelektasis dari kapiler. Keuntungan lain dari PEEP adalah alat ini
memungkinkan pasien untuk mendapatkan FIO2 dalam konsentrasi yang lebih rendah. Hal ini penting karena
pada salah satu segi FIO2 yang tinggi umumnya diperlukan untuk mencapai PaO2 dalam kadar minimal dan
pada segi lain oksigen konsentrasi tinggi bersiIat toksik terhadap paru-paru dan menyebabkan ARDS. EIek dari
PEEP adalah memperbaiki tekanan oksigen arterial dan memungkinkan penurunan FIO2. Bahaya yang mungkin
terjadi dalam penggunaan PEEP adalah pneumothoraks dan terganggunya curah jantung karena tekanan yang
tinggi. Pemantauan dan perhatian yang ketat ditujukan untuk mencapai PEEP yang terbaik yaitu ventilasi pada
tekanan akhir respirasi, yang menghasilkan daya kembang paru-paru terbaik dan penurunan PaO2 dan curah
jantung yang minimal.
Karena penimbunan cairan pada paru-paru merupakan masalah, maka pembatasan cairan dan terapi diuretic
merupakan tindakan lain yang penting dalam penanganan ARDS. Cairan diberikan cukup untuk
mempertahankan sirkulasi yang adekuat tanpa menimbulkan edema atau memperberat edema paru.
Peranan kortikosteroid pada ARDS masih diperdebatkan. Kortikosteroid biasanya diberikan dalm dosis besar,
lebih disukai metilprednisolon 30mg/kgBBsecara intravena setiap 6 jam. Kortikosteroid umumnya diberikan
pada renjatan septic.
Ventilasi mekanik dilakukan kalau timbul hiperkapnia , kalau PaO2 dengan pemberian O2 tidak dapat
dipertahankan tetap 60 mmHg, hipoksemia memburuk dan mencetuskan asidosis metabolic, kalau penderita
lelah dan tidak dapat mengatasi beban kerja naIas atau timbulnya jeratan. Tujuan ventilasi mekanik adalah untuk
mengurangi kerja pernaIasan , memperbaiki oksigenasi arterial dan pemakaian O2 yang non toksik.
Dukungan nutrisi yang adekuat adalah penting dalam mengobati ARDS untuk memenuhi kebutuhan normal.
Jika terjadi malnutrisi akan bereIek untuk menurunkan kemampuan pasien untuk mempertahankan tingkat
ventilasi yang tepat.
Komplikasi
InIeksi paru dan abdomen merupakan komplikasi yang sering dijumpai. Adanya edema paru, hipoksia alveoli,
penurunan surIaktan dan daya aktivitas surIaktan akan menurunkan daya tahan paru terhadap inIeksi.
Komplikasi PEEP yang sering adalah penurunan curah jantung, emIisema subkutis, pneumothoraks dan
pneumomediastinum.
Tingkat kemaknaan ARDS sebagai kedaruratan paru ekstrim dengan rata-rata mortalitas 50-70 dapat
menimbulkan gejala sisa pada penyembuhan, prognosis jangka panjang baik. Abnormalitas Iisiologik dari
ringan sampai sedang yaitu abnormalitas obstruktiI terbatas (keterbatasan aliran udara), deIek diIusi sedang dan
hipoksemia selama latihan. Hasil positiI pada pasien yang sembuh dari ARDS paling mungkin Iungsi tiga dari
kemampuan tim kesehatan untuk melindungi paru dari kerusakan lebih lanjut selama periode pemberian
dukungan hidup, pencegahan toksisitas oksigen dan perhatian terhadap penurunan sepsis.
Prognosis
ARDS telah menunjukkan hubungan dengan angka kematian hingga setinggi 50-60. Angka bertahan hidup
sedikit meningkat ketika penyebabnya dapat ditentukan, serta diobati secara dini dan agresiI, terutama
penggunaan tekanan ekspirasi akhir positiI (PEEP). Mortalitas sekitar 40 pada penderita dengan gagal naIas
saja, sedang pada penderita dengan sepsis atau adanya kegagalan organ utama, mortalitas sekitar 70-80
sampai setinggi 90 kalau sindrom gagal pernaIasan sangat berat. Pada penderita yang bertahan hidup
umumnya Iungsi paru akan kembali setelah berbulan-bulan. Tetapi penderita ARDS yang berat, harapannya
kurang menguntungkan karena akan mengalami kerusakan paru yang permanent, dengan inIeksi dan Iibrosis.

Você também pode gostar