Você está na página 1de 12

` MAKALAH

`SISTEM PEMERINTAHAN DI
INDONESIA``

DISUSUN OLEH :

DEVI INDRIANI
TAHUN AJARAN 2011/2012







Kata pengantar

Dengan mengucap puji syukur atas kehadirat Tuhan yang maha esa atas segala rahmat
dan hidayanhnya sehingga kami dapat menyusun makala mengenai sitem pemerintahan . saya
menyadari sepenuhnya,bahwa penyusunan makala ini masih banyank yang perlu di benahi baik
dari segi konteks maupun kontenya. Oleh karena itu saya sebagai penyusun laporan ini sangat
mengharapkan adanya kritik dan saran yang siIatnya membangun dari semua pihak demi
kesempurnaan penyusunan makala di kemudian hari, terima kasih


5 desember 2011


Penulis










DAFTAR ISI
I. HALAMAN JUDUL
II. KATA PENGANTAR
III. DAFTAR ISI
IV. BAB 1
A. LATAR BELAKANG
B. TUJUAN
C. PERUMUSAN MASALAH
V. BAB II
PEMBAHASAN
VI. PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
VII. DAFTAR PUSTAKA 2










A I
PENDAHULUAN
1.1 Latar 0akang
UD 1945 telah berlaku di empat periode kepemerintahan, masa Kemerdekaan (1945-1959), era
Demokrasi Terpimpin (1959-1966), masa Orde Baru (1966-1998) dan era ReIormasi (1998-Sekarang).
Semuanya ternyata menunjukkan corak dan karakter kepemerintahan yang berbeda satu periode dengan
periode lainnya. Di masa kemerdekaan, meski berlaku tiga macam UUD (1945, RIS dan 1950) namun
kehidupan sistem demokrasi dapat berjalan dan hukum dapat ditegakkan. Setelah dekrit presiden 5 Juli
1959, UUD 1945 kembali berlaku dan dinyatakan penggunaan sistem Demokrasi Terpimpin, namun yang
berlaku sistem otoritarian (Hatta, Demokrasi Kita, 1960). Buktinya, terjadi pembubaran partai politik
yang tidak sejalan dengan keinginan pemerintah (yaitu, Masyumi dan PSI), media massa yang kritis
dibredel, penangkapan dan penawanan lawan politik pemerintah tanpa proses hukum termasuk para
pendiri partai mantan-mantan Perdana Menteri, mantan-mantan menteri, pemimpin ormas juga ulama.
Sehingga hukum didominasi penguasa tunggal di masa itu.
Di masa kemerdekaan, meski berlaku tiga macam UUD (1945, RIS dan 1950) namun kehidupan
sistem demokrasi dapat berjalan dan hukum dapat ditegakkan. Setelah dekrit presiden 5 Juli 1959, UUD
1945 kembali berlaku dan dinyatakan penggunaan sistem Demokrasi Terpimpin, namun yang berlaku
sistem otoritarian (Hatta, Demokrasi Kita, 1960). Buktinya, terjadi pembubaran partai politik yang tidak
sejalan dengan keinginan pemerintah (yaitu, Masyumi dan PSI), media massa yang kritis dibredel,
penangkapan dan penawanan lawan politik pemerintah tanpa proses hukum termasuk para pendiri partai
mantan-mantan Perdana Menteri, mantan-mantan menteri, pemimpin ormas juga ulama. Sehingga hukum
didominasi penguasa tunggal di masa itu.
Masa pemerintahan yang begitu panjang menjadi arena membungkam demokrasi dan
menenggelamkan partisipasi masyarakat luas dalam hampir semua sektor kehidupan, sampai
untuk membangun gedung-gedung SD di seluruh Indonesia harus lewat Inpres (instruksi
presiden). Maka dapat disaksikan menjelang akhir kekuasaan Orde Baru, ketika terjadi krisis
moneter; ekonomi yang dibangun dengan stabilitas politik dan keamanan itu rontok seperti
bangunan tanpa pondasi yang dilanda gempa bumi, rata dengan tanah!
Masa sekarang, Era ReIormasi yang diawali dengan perubahan mendadak dari sistem politik
otoriter ke sistem demokrasi. Saat pemerintahan transisi di bawah presiden BJ Habibie, sendi-
sendi demokrasi berubah 180 derajat. Kebebasan membentuk partai politik, Lembaga-lembaga
perwakilan bebas berbicara, Pers yang sebelumnya tercekam oleh ancaman pencabutan SIUP
mendadak sontak dibebaskan tanpa SIUP. Rakyat bebas menyampaikan aspirasinya lewat
demonstrasi.

1
Akibat kebebasan yang begitu tiba-tiba terjadilah euphoria politik di lingkungan elit politik baru
dan lama. Terjadi kebebasan yang hampir-hampir berakibat tindakan-tindakan anarkis di
kalangan masyarakat. Demokrasi tanpa persiapan dengan perangkat hukum yang melandasinya.
Pengamat ada yang menyebut, di era ReIormasi ini, sepertinya yang nampak masyarakat,
sedangkan pemerintah tenggelam. Adapun di zaman Orde Baru yang tampak pemerintah
sedangkan rakyatnya tenggelam.
Sistem pemerintahan negara yang didasarkan dalam undang-undang dasar 1945 adalah:
1. Indonesia adalah negara berdasar atas hukum (rechsstaat)
Negara Indonesia berdasarkan atas hukum, tidak berdasarkan atas kekusaan belaka.
2. Sistem konstitusional
Pemerintahan berdasar atas sistem konstitusi (hukum dasar), tidak bersiIat absolutisme
(kekuasaan yang tidak terbatas).
3. Kekuasaan negara tertinggi ditangan majelis permusyawaratan rakyat


1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk membandingkan antara sistem
pemerintahan yamg sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945 dengan kenyaatan sistem
pemerintahan yang terjadi sekarang ini.


1.3 P0rmasaahan
1. Bagaimana system pemerintahan diindonesia ?
2. apakah system pemerintahan diindonesia sudah sesuai dengan UUD 1945?


2
A II
PEMAHASAN

a. D0mokrasi Par0m0nt0r : Puraitas P0mbawa 0ncana
Setelah era paska kemerdekaan, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang
masih 'muda mencoba menerapkan konsep demokrasi parlementer di dalam kehidupan
politiknya. Meskipun model demokrasi ini hancur lebur sebelum diterapkan dengan baik dan
utuh akibat dekrit presiden tanggal 5 juli 1959, ini adalah proses awal demokrasi pemerintahan
dan kekuasaan di Indonesia. Isu sistem demokrasi parlementer yang menetapkan Presiden
sebagai kepala Negara konstitusional dan menteri-menterinya yang mempunyai tanggung jawab
politik sebenarnya telah dilandaskan oleh Moh. Hatta beberapa bulan setelah proklamasi.
Maklumat Wakil Presiden (Wapres) X pada 16 Oktober 1945 menyatakan bahwa pemerintah
Indonesia harus membangun sistem banyak partai dan menggusur kekuasaan rangkap presiden
(sebagai penguasa eksekutiI dan legislatiI sekaligus) sebelum MPR dan DPR dibentuk. Komite
Nasional Indonesia Pusat (KNIP) pun diIungsikan sebagai lembaga legislatiI.
Dualisme pemerintahan yang terjadi di Indonesia setelah kemerdekaan (antara Belanda
dan Indonesia sendiri) mengakibatkan rumusan sistem pemerintahan masih belum jelas.
Keputusan KonIerensi Meja Bundar di Denhaag, Belanda tentang perubahan Republik Indonesia
menjadi Republik Indonesia Serikat (RIS) ditengarai sebagai proyek pemerintah Belanda agar
bisa terus mengontrol Indonesia. RIS sendiri terdiri dari lima belas negara bagian buatan
Belanda, yang telah didudukinya selama tiga tahun. Menurut Hatta, bangsa Indonesia tidak
mempunyai kedaulatan penuh jika masih melakukan kompromi dengan belanda soal sistem
pemerintahan. Sebagian besar pemimpin Indonesia sepakat bahwa kompromi dengan pihak
belanda bertolak belakang dengan cita-cita proklamasi. Karena itu, kompromi tersebut
sebenarnya adalah strategi untuk lepas dari rongrongan belanda yang menolak proklamasi
kemerdekaan Indonesia. Karena dalam pandangan Hatta, bentuk negara Iederal RIS tidak akan
bersiIat permanen karena bentuk yang sesungguhnya akan ditentukan konstituante hasil
pemilihan umum. Dan, konstituante itu pulalah yang nantinya bertugas menyusun konstitusi
baru.
Namun ini berakibat Iatal, tawaran sistem parlementer ternyata mengakibat semrawutnya
pemerintahan karena elemen-elemen pemerintahan merasa mempunyai andil untuk mengatur
Negara sehingga menjadi tidak jelas 'siapa mengatur siapa. Pemilu pertama tahun 1955 yang
diharapkan menjadi tonggak demokrasi sebenarnya salah satu pemicu peralihan demokrasi
menjadi ultrademokrasi yang menjurus anarkisme. Pluralitas dan multi-partai yang menjadi
jargon demokrasi parlementer berujung pada pertarungan ideologis partai yang sangat
berpengaruh di Indonesia.
3
Konstituante yang dilahirkan setelah pemilu 1955, juga membuat keadaan internal
pemerintahan semakin buruk. Pertikaian antarmiliter, pergolakan daerah melawan pusat, inIlasi
ekonomi dan masa depan Indonesia menjadi suram. Akhirnya, pada tanggal 5 Juli 1959 Sukarno
mengeluarkan dekrit presiden dan menyatakan Konstituante dibubarkan serta UUD `45
diberlakukan lagi. Inilah awal kehancuran demokrasi parlementer di bumi pertiwi dan
bermulanya sistem demokrasi terpimpin.
PKI menyambut 'Demokrasi Terpimpin Sukarno dengan hangat dan anggapan bahwa PKI
mempunyai mandat untuk persekutuan Konsepsi Nasakom. Tetapi kedekatan dengan PKI malah
menjadi bumerang tersendiri. Merasanya ideologinya mendapat angin segar dari pemerintahan
Sukarno, serta merta pihak PKI melakukan ideologisasi besar-besaran dan pemberontakan
menuju Indonesia komunis. Sehingga bencana nasional berupa G30S 1965 terjadi dan
mengakhiri pwemwerintahan Sukarno yang diktator dengan model terpimpin`nya. Pada 12
Maret 1966, PKI dibubarkan dan kekuasaan Sukarno dilucuti dan digantikan oleh Soeharto. .
b. D0mokrasi Pancasia (Ord0 aru): Totaitas Miit0r
Melalui Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar), Soeharto mulai berkuasa dan
memperkenalkan sistem politik barunya yang disebut dengan Demokrasi Pancasila.
Pemerintahan yang sering disebut dengan orde baru ini, secara Iormil berlandaskan pada
Pancasila, UUD 1945, dan Tap MPRS. Orde baru berencana merubah kehidupan sosial dan
politik dengan landasan ideal Pancasila dan UUD 1945. Jadi secara tidak langsung, Sukarno dan
Soeharto sama-sama berpedoman pada UUD 1945. Rancangan Pembangunan Lima Tahun
(Pelita) adalah salah satu program besarnya untuk mewujudkan itu. Tahapan yang dijalani orde
baru adalah merumuskan dan menjadikan Pancasila sebagai ideologi Negara, sehingga pancasila
membudaya di masyarakat. Ideologi pancasila bersumber pada cara pandang integralistik yang
mengutamakan gagasan tentang Negara yang bersiIat persatuan. Sehingga pancasila diIormalkan
menjadi satu-satunya asas bagi organisasi kekuatan politik dan organisasi keagamaan-
kemasyarakatan lainnya. Dan kesetiaan kepada ideologi-ideologi selain pancasila disamakan
dengan tindakan subversi. Di era ini, kekuatan politik bergeser pada militer, teknokrasi dan
birokrasi. Gagasan dan ide membutuhkan langkah praktis untuk menyeimbangkan dan
keseimbangan. Dan ini tidak terjadi pada masa demokrasi pancasila. Ia hanya menjadi sebatas
konsep besar yang tidak diterapkan dengan utuh. Buktinya masih banyak penyelewengan yang
ironisnya berkedok demokrasi di dalam pemerintah. Bisa diuraikan, masa-masa ini adalah di
mana Negara dan rakyat berhadap-hadapan dan pemerintah sangat mendominasi. Selama rezim
orde baru berkuasa, demokrasi pancasila yang dicanangkan dalam pengertian normatiI dan
empirik tidak pernah sejalan. Ia hanya menjadi slogan kosong. Ia tidak lebih baik dari dua model
demokrasi sebelumnya karena penerapannya yang jauh dari kenyataan berlawanan dengan tujuan
demokrasi sendiri. Orde Baru justru menghambat dan membelenggu kebebasan rakyat. Ia tidak
sejalan dengan esensi dan substansi demokrasi. Kekuasaan menjadi sentralistis pada
kepemimpinan Soeharto. Demokrasi baginya hanyalah alat untuk mengkristalisasikan
kekuasaannya. Soeharto kembali menghadirkan demokrasi terpimpin kostitusional` model baru
dengan melandaskan ideologi pancasila sebagai dasar dan IalsaIah demokrasi.
4
Selama tiga dasawarsa, pemerintahannya menjadi rezim yang sangat kuat. Pemilihan Umum
tidak lagi menjadi sentral demokratisasi di Negara. Meski telah diadakan selama enam kali di
masa Soeharto, Pemilu sama sekali tidak mencerminkan nilai-nilai demokratis. Masih terjadi
dominasi satu partai yang sebenarnya dikontrol dan dikelola oleh Soeharto yang kekuasaannya
didukung penuh oleh militer. Tidak ubahnya yang terjadi adalah demokrasi` yang membunuh
demokrasi.
c. D0mokrasi R01ormasi
Soeharto tumbang karena bersatunya sebagian besar masyarakat untuk menurunkan
kepemimpinan Soeharto yang diselubungi oleh KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme) dan
kecelakaaan sejarah lainnya yang berhubungan dengan Soeharto. Praktis, sejak lengsernya
Soeharto demokrasi pancasila menemui jalan buntu. Indonesia mengalami era transisi setelah
kudeta kekuasaan oleh rakyat. Ini mengakibatkan aturan main politik tidak menentu bahkan atura
main dipertarungkan secara sengit antarpelaku politik. Pada masa ini, kekuasaan terbagi-bagi dan
masing-masing lembaga politik diperebutkan. Kekuasaan tidak lagi sentralistis dan tunggal
seperti yang terjadi di era sukarno dan soeharto. Pemilu Umum 1999 di masa presiden BJ.
Habibie diikuti oleh 47 partai. Dan hasil pemilu, hanya 21 partai yang mendapatkan kursi
parlemen. Dominasi-dominasi kekuasaan mulai terjadi kala itu, beberapa partai berkoalisi untuk
beroposisi melawan partai-partai yang lebih dominant. Puncaknya adalah terpilihnya
Abdurrahman Wahid sebagai presiden bukan Megawati yang sebelumnya mendapatkan
dukungan terbanyak. Nasibnya pun tragis karena diturunkan oleh kalangan yang memilihnya
menjadi presiden. Hingga pucuk pimpinan dipegang oleh Bambang Yudhoyono, politik
kepentingan para elit kekuasaan kerap terjadi dan ironisnya nama rakyat dijadikan tameng dan
landasan sementara mereka tidak tahu menahu atas permainan politik kaum atas.
d. Sist0m P0m0rintahan Indon0sia
Demokrasi di Indonesia, sepintas dapat kita lihat bahwa yang kalah akan mengikuti yang
menang. Inilah yang menjadi gambaran proses awal pemberlakuan sistem demokrasi pada awal
mulanya. Dengan proklamasi pada 17 Agustus 1945, secara otomatis Indonesia menginginkan
kedaulatan penuh sebagai Negara. Bangsa Indonesia yang masih prematur belum bisa
menciptakan konsepsi kenegaraan yang baik sehingga ia mengadopsi kebudayaan yang
sepenuhnya berasal dari luar. Demokrasi liberal atau parlementer adalah model demokrasi yang
masih cukup banyak digunakan oleh Negara-negara maju. Konsep demokrasi terpimpin
Soekarno juga hanya sebuah representasi dari sistem diktator proletariatnya Lenin yang bersikap
Marxis-Leninisme. Meski pada suatu kesempatan ia menyanggahnya sebagai model demokrasi
yang Indonesia. Akibatnya, konsepsi demokrasi hanya menyentuh kepala-kepala intelektual yang
berkuasa tidak pada golongan mayoritas yang cenderung 'bodoh dan dibodohi.
Perbaikan sistem yang telah banyak ditawarkan untuk mengatasi problematika demokrasi
Indonesia yang dipandang kebablasan menyisakan pertanyaan. 'Kenapa tawaran-tawaran yang
diberikan tidak pernah berhasil?
5
Setidaknya ada empat Iactor kunci sukses atau gagalnya transisi demokrasi. Yaitu bergantung
pada komposisi elit politik, desain institusi politik, kultur politik atau perubahan sikap terhadap
politik di kalangan elit dan non-elit dan peran civil society (Azumardi Azra, 2002). Realitas yang
terjadi saat ini adalah sentralitas kuasa demokrasi yang lebih mengacu pada elit politik yang
mempunyai kesempatan untuk berpolitik 'demokratis. Paradigma yang ada sama sekali tidak
menyentuh ranah rakyat. Elit politik yang dijadikan perwakilan suara rakyat bermain di dalam
kedaulatan dan pemerintahan yang melibatkkan kekuasaan. Kesannya, rakyat sering melakukan
demontrasi sebagai wajah kebebasan dengan anarkisme dan kekerasan yang berlebihan, apalagi
reaksi tersebut sering ditengarai sebagai upaya kontrol kekuasaan pada rakyat.
Makna kata demokrasi yang berasal dari bahasa Yunani itu berarti kekuasaan rakyat. Kata
'demokrasi berasal dari dua kata, yaitu demos yang berarti rakyat, dan kratos/cratein yang
berarti pemerintahan, sehingga dapat diartikan sebagai pemerintahan rakyat, atau yang lebih kita
kenal sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Kekuasaan Negara tidak
terletak pada individu layaknya sistem monarki atau kelompok seperti sistem aristokrat
melainkan di tangan rakyat. Salah satu pilar demokrasi adalah prinsip trias politica yang
membagi ketiga kekuasaan politik negara (eksekutiI, yudikatiI dan legislatiI) untuk diwujudkan
dalam tiga jenis lembaga negara yang saling lepas (independen) dan berada dalam peringkat yg
sejajar satu sama lain. Serupa dengan lontaran pernyataan Montesquieu (Malaka: 1945), Iungsi
pemerintahan dibagi menjadi tiga bagian. Pertama, kekuatan legislatiI untuk memuat undang-
undang. Kedua, kekuatan eksekutiI untuk menjalankan undang-undang dan terakhir adalah
kekuatan judikatiI, untuk mengawasi undang-undang. Memang pada dasarnya, demokrasi
mencakup lima kriteria, persamaan hak pilih, partisipasi eIektiI, pembeberan kebenaran, kontrol
dan pencakupan, dengan arti masyarakat harus meliputi semua orang dewasa dalam kaitannya
dengan hukum. Dan unsur yang paling berperan untuk menentukan kriteria demokrasi di atas
adalah rakyat. Sehingga perlu dibaca kembali segala yang berhubungan dengan rakyat.
Demokrasi yang diterapkan di Indonesia adalah demokrasi perwakilan. Suara rakyat diwakili
oleh seseorang yang telah dipilih oleh rakyat sendiri. Karena itu sangat rentan sekali intervensi
kekuasaan dan dominasi penguasa di dalam proses pemilihan wakil rakyat yang berlangsung
sewaktu Pemilihan Umum. Sejak pemberlakuan demokrasi parlementer hingga sekarang, dapat
dilihat dengan cermat bahwa pertentangan dan pertikaian ideologis partai yang sama-sama
memiliki suara dominan sangatlah kental dan ini berandil membawa anggota-anggotanya ikut
serta bertikai. Sistem multi partai waktu itu menjadi titik awal bencana, tidak berbeda jauh
dengan sistem tiga partai pada era demokrasi pancasila yang sangat mengotori kebebasan
masyarakat. Rakyat sendiri terpecah menjadi beberapa golongan yang sama-sama memiliki
kekuatan. Dikotomi kekuasaan dan kuantitas adalah kecenderungan yang masih menguasai alam
demokrasi Indonesia. StratiIikasi sosial masyarakat masih membias dan bisa menjadi ancaman
perilaku demokrasi Indonesia. Hal ini bisa dikaitkan dengan ideologisasi komunisme yang terjadi
sebelum dan sesudah kemerdekaan. Masyarakat Indonesia kelas bawah sangat mudah digaet oleh
gerakan-gerakan komunis yang mengedepankan ekonomi sosialistik dan antitesa kapitalisme.
Kaum Islam juga gampang ditarik ke kancah politik oleh mereka yang mengaku sebagai anggota
partai Islam, seperti Masyumi. Sehingga kesimpulan yang didapat, masyarakat Indonesia, sangat
mudah dipelintir dan dipermainkan oleh kekuasaan. Kebutuhan dan ketergantungan mereka
menjadi alat penting mobilisasi rakyat yang akhirnya cenderung anarkis. Rakyat hanya akan
menjadi alat perlawanan yang mengikuti pucuk pimpinan wadah atau institusi yang diikuti.
7
Akhirnya, pemerintahan dikuasai oleh sistem 'yang kuat yang menang yang akan
mengakibatkan suara-suara minoritas yang menginginkan perbaikan menjadi tertindas.
Dan sekarang, munculnya era reIormasi, yang ditandai dengan runtuhnya rezim otoritas Soeharto
dan adanya pemilihan umum tahun 1999. Dan tepat pada tanggal 21 Mei mendatang, genap
sudah 10 tahun bangsa Indonesia menjalani sistem pemerintah seperti ini. Namun, sudah sekian
lama reIormasi dijalankan, masih belum tampak adanya perubahan mendasar pada berbagai
bidang yang menyangkut hajat hidup orang banyak seperti ekonomi, hukum dan politik. Selain
itu, agenda reIormasi 1998 pun masih belum tersentuh, seperti penghapusan dwi Iungsi TNI, dan
proses pengadilan Soeharto. Selain itu, pada sektor ekonomi sekarang ini terlihat semakin
banyaknya masyarakat Indonesia yang sulit mendapatkan pekerjaan karena kurang seriusnya
pemerintah dalam melakukan program kebijakan perekenomian yang mendukung sektor real
yaitu usaha kecil menengah
Selama sistem reIormasi ini pulalah, sudah hampir empat kali amandemen UUD 1945 telah
mengubah sendi-sendi hukum Indonesia. Melalu amandemen UUD 1945, terbentuk Mahkamah
Konstitusi, lembaga tersebut telah memberikan ruang bagi warga negara menguji peraturan yang
merugikan hak konstitusional mereka. Legislasi juga telah menghasilkan ratusan undang-undang
baru, yang berusaha memberikan kepastian hukum untuk semua rakyat Indonesia. Pembentukan
Komisi Yudisial juga memberikan ruang bagi pengawasan hakim. Komisi Pemberantasan
Korupsi sebagai hasil reIormasi juga berhasil menangkapi para koruptor. Namun, pada sisi lain,
pemberantasan korupsi berkesan antiklimaks. Ditangkap dan dijebloskannya para koruptor ke
penjara tak bisa menghilangkan kesan tebang pilih. Mereka yang ditangkap rata-rata koruptor
yang tidak memiliki basis ekonomi dan politik kuat. Implementasi hukum dalam praktiknya
hanya untuk kepentingan elite politik dan golongan tertentu. Kondisi demikian diperparah
intervensi kekuasaan dan politik ke wilayah hukum. Sebagai contoh, ketidakmampuan Kejaksaan
Agung meneruskan proses peradilan mantan presiden Soeharto, peradilan pelanggaran hak asasi
manusia, dan peradilan para konglomerat hitam. Kendala lainnya tugas dan peran KPK terbesar
saat ini adalah soal pembuktian. Susahnya membuktikan sebuah kasus membuat KPK dituding
tebang pilih. Secara umum KPK bekerja dengan dasar laporan masyarakat yang dianggap sangat
mendesak dan menyedot perhatian publik, seperti kasus korupsi di tubuh Komisi Pemilihan
Umum
Agenda reIormasi 1998 juga masih menyisahkan permasalahan terutama mengenai pencabutan
dwiIungsi TNI. Sampai sekarang, setelah 4 periode perubahan kepemimpinan mulai dari BJ
Habibie, Gus Dur, Megawati Soekarnoputri bahkan Susilo Bambang Yudhoyono belum terlihat
adanya perubahan reposisi militer secara substantive

8


A IV
PENUTUP
S Kesimpulan
Sistem pemerintahan negara yang didasarkan dalam undang-undang dasar 1945 adalah:
1. Indonesia adalah negara berdasar atas hukum (rechsstaat)
2. Sistem konstitusional
3. Kekuasaan negara tertinggi ditangan majelis permusyawaratan rakyat
4. Presiden ialah penyelenggara pemerintah negara tertinggi dibawah majelis
5. Presiden tidak bertanggung jawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat
6. Menteri negara adalah pembantu presiden
7. Kekuasaan kepala negara
8. Tidak tak terbatas
9. Kedudukan DPR adalah kuat
10. Menteri menteri negara bukan pegawai tinggi biasa
Dengan proklamasi pada 17 Agustus 1945, secara otomatis Indonesia menginginkan kedaulatan
penuh sebagai Negara. Bangsa Indonesia yang masih prematur belum bisa menciptakan konsepsi
kenegaraan yang baik sehingga ia mengadopsi kebudayaan yang sepenuhnya berasal dari luar.
Demokrasi liberal atau parlementer adalah model demokrasi yang masih cukup banyak
digunakan oleh Negara-negara maju. Konsep demokrasi terpimpin Soekarno juga hanya sebuah
representasi dari sistem diktator proletariatnya Lenin yang bersikap Marxis-Leninisme.
Perbaikan sistem yang telah banyak ditawarkan untuk mengatasi problematika demokrasi
Indonesia yang dipandang kebablasan.
Setidaknya ada empat Iactor kunci sukses atau gagalnya transisi demokrasi. Yaitu bergantung
pada komposisi elit politik, desain institusi politik, kultur politik atau perubahan sikap terhadap
politik di kalangan elit dan non-elit dan peran civil society (Azumardi Azra, 2002). Realitas yang
terjadi saat ini adalah sentralitas kuasa demokrasi yang lebih mengacu pada elit politik yang
mempunyai kesempatan untuk berpolitik 'demokratis.
T Saran
Sudah saatnya, kita bersama-sama bergerak untuk mencapai angan demokrasi yang telah dicita-
citakan oleh para pemimpin-pemimpin dan tokoh-tokoh Indonesia. Unsur-unsur demokrasi yang
kadang menjadi akar permasalahan harus bisa diselesaikan dan diperbaiki, karena konsep
demokrasi bukan hak paten yang tidak bisa dirubah. Ia harus bersiIat dinamis dan bisa mengikuti
kultur sosial-politik-budaya Negara yang menggunakannya sebagai asas Negara.
9


DAFTAR PUSTAKA
1. http://id.wikipedia.org/wiki/SejarahIndonesia281959-196829
2. http://id.wikipedia.org/wiki/SejarahIndonesia281998-sekarang29
3. http://209.85.175.104/search?qcache:
S3YhgBx1IgJ:avaproletar.blogspot.com/2007/12/indonesia
utopiademokrasi.htmlsistempemerintahansetelahproklamasi&hlid&ctclnk&cd2&glid
&xclientIireIox-a
4. Setiadi, M. Elly. 2005. Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
5. Ratmaningsih, Neiny. 2004. PPKN untuk SMU kelas II. Bandung: GraIindo Media Pratama.
















10

Você também pode gostar