Você está na página 1de 1

Mereproduksi Habitus Anti-Korupsi Gadi K.

Makitan Mahasiswa jurusan Sosiologi Univeristas Brawijaya Malang; aktivis Malang Corruption Watch Permasalahan yang terjadi di negeri ini tak kunjung habis. Bahkan, semakin lama semakin dirasa parah. Banyak yang mengatakan bahwa perilaku koruptif1 dalam berpolitik adalah salah satu akarnya; kebiasaan yang telah mendarah daging dalam perilaku politisi Indonesia dan berkembang seperti kanker dalam semua institusi di negeri ini. Dalam perspektif Pierre Bourdieu, kebiasaan yang telah mendarah daging disebut habitus. Maka, penyakit bangsa ini sesungguhnya adalah habitus koruptif yang merajalela. Kalau demikian keadaannya, langkah yang paling mungkin adalah mereproduksi habitus tandingan. Habitus dihasilkan dari proses yang disebut Bourdieu sebagai pedagogic work (PW), yaitu proses melatihkan sebuah kebiasaan sehingga menghasilkan prinsip-prinsip yang terinternalisasi dalam kebiasaan seseorang bahkan menjadi struktur dalam tubuh seseorang,2 sehingga ia bisa bertindak melawan struktur kebiasaan di mana pun ia berada. Proses yang demikian inilah yang sangat penting dalam menghasilkan suatu counter terhadap habitus koruptif di Indonesia. Benar memang bahwa langkah-langkah yang praktis dan bertujuan jangka pendek harus dilakukan, namun yang tak kalah penting adalah bagaimana menumbuhkan habitus antikorupsi dalam diri generasi muda di Indonesia. Seperti yang sudah disebutkan di atas, habitus dihasilkan dari proses pelatihan kebiasaan, bukan pengajaran semata. Bagi Bourdieu, salah satu aspek penting dari terbentuknya habitus adalah pengalaman sejarah. Maka, menghasilkan habitus anti-korupsi tidak cukup hanya dengan mengajarkannya dalam ruang-ruang kelas, tetapi harus membawa generasi muda mengalami pengalaman dan latihan yang terus-menerus sehingga habitus anti-korupsi mereka terbentuk. Celakanya, generasi muda sekarang lebih terbiasa dengan pengalaman-pengalaman koruptif daripada pengalaman anti-korupsi. Merekasecara tidak sadartelah berlatih politik transaksional dalam kegiatan politik kampus. Sekalipun tidak pernah secara terang-terangan diungkapkan, sudah menjadi rahasia umum bahwa pemilihan presiden BEM diintervensi dan merupakan arena pertarungan partai politik. Biaya besar diberikan untuk memenangkan satu calon, sementara sebagai imbalannya mereka akan menjadi simpatisan untuk partai tersebut. Kegiatan politik kampus lebih merupakan kendaraan untuk memperoleh jabatan politik di masa depanjabatan yang maknanya disempitkan hanya sebagai kekuasaan, bukan pengabdian. Tidak hanya penyimpangan dalam etika politik, penyimpangan anggaran dalam kegiatan-kegiatan kampus pun menjadi hal yang biasa bahkan dianggap normal untuk dilakukan. Jika keadaan ini terus dibiarkan tanpa sebuah usaha untuk menghasilkan counter-habitus, bisa dipastikan Indonesia tidak akan berubah sampai kapan pun. Kita semua perlu berpikir, atau meminjam istilah C. Wright Mills, mengimajinasikan secara sosiologis bagaimana menciptakan ruang-ruang yang menawarkan pengalaman anti-korupsi kepada generasi muda sehingga mereka menjadi generasi yang terlatih dan kemudian memiliki habitus anti-korupsi. Mungkin menceburkan mahasiswa dalam aktivitasaktivitas anti-korupsi yang terorganisir bisa menjadi salah satu
1

pilihan. Ketimbang memagangkan mahasiswa di kantor-kantor pemerintah dengan pengalaman yang didapat hanyalah suruhan memfotokopi data, lebih baik mereka diarahkan untuk mencari pengalaman di organisasi-organisasi anti-korupsi sehingga mereka bisa mendapat pengalaman dan latihan kebiasaan di sana. Apa pun caranya, yang penting adalah bagaimana berkreasi melakukan PW (pedagogic work) kepada generasi muda untuk menghasilkan habitus anti-korupsi.

Koruptif di sini tidak direduksi hanya dalam arti melakukan penyimpangan dalam hal keuangan, namun juga penyimpangan-penyimpangan lainnya, seperti penyalahgunaan kekuasaan dan penyimpangan etika dalam berpolitik. 2 Bourdieu dan Passeron, dalam Jenkins, R. (1992). Pierre Bourdieu: Key Sociologist. London and New York: Routledge. Hal. 67.

Você também pode gostar