Você está na página 1de 25

ANALISIS PENGARUH UTANG JANGKA PENDEK DAN PERPUTARAN PIUTANG TERHADAP PROFITABILITAS PERUSAHAAN (STUDI PADA PT KALBE FARMA,TBK

TAHUN 2002 - 2008)

Dra. Yuniep Mujati Suaidah,Msi ABSTRACT Financing are company activities to look for and use fund. Short term liabilities is choice to get fund with low interest and low cost. Management can invest part of companys fund to receivables. Turn over of receivables show that management manage fund with effectively or not. Low cost of fund and manage fund effectively can impact rise profitability. Keyword : Short term liabilities, Receivables, Profitability Pembelanjaan merupakan keseluruhan aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan

usaha untuk mendapatkan dana dan menggunakan atau mengalokasikan dana. Pada hakekatnya masalah pembelanjaan adalah menyangkut masalah keseimbangan finansial dalam perusahaan. Dalam memperoleh dana yang ditinjau dari asalnya, pemenuhan kebutuhan dana suatu perusahaan dapat disediakan dari sumber intern dan ekstern perusahaan. Dana yang berasal dari intern perusahaan adalah dana yang dibentuk atau dihasilkan sendiri di dalam perusahaan, sedangkan dana ekstern perusahaan adalah dana yang berasal dari luar perusahaan yang diperoleh dari tambahan penyertaan modal dari pemilik perusahaan dan para kreditur. Yang termasuk dalam dana ekstern ini adalah saham biasa, saham preferen, utang jangka panjang dan utang jangka pendek. Secara umum, keberhasilan suatu perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya seringkali didasarkan pada tingkat laba yang diperoleh. Akan tetapi laba yang besar belum tentu menjadi ukuran bahwa perusahaan tersebut telah bekerja secara efesien. Tingkat efesiensi baru diketahui dengan cara membandingkan laba yang didapat dengan kekayaan atau modal yang menghasilkan laba tersebut (profitabilitas). Namun perlu diketahui bahwa piutang merupakan kegiatan pembelanjaan untuk mengalokasikan dana atau keputusan investasi. Semakin besar piutang semakin besar pula

kebutuhan dana yang ditanamkan pada piutang. Dan semakin besar piutang semakin besar pula resiko yang timbul, disamping akan memperbesar profitabilitas

TINJAUAN PUSTAKA Fungsi dan Arti Pentingnya Pembelanjaan Secara umum yang menyangkut tiga keputusan utama yang harus diambil oleh manajer menurut (Maria Ulfa Barbara 2003 : 5) a. Keputusan investasi, yaitu keputusan yang menyangkut tentang bagaimana seorang manajer keuangan mengalokasikan dana yang ada di dalam perusahaan. b.Keputusan pembelanjaan, yaitu keputusan yang menyangkut tentang pemilihan sumber daya yang akan dipergunakan oleh perusahaan. c. Keputusan deviden, yaitu penentuan berapa besar laba yang diperoleh perusahaan yang akan dibagikan berupa deviden kepada pemegang saham. Jenis Sumber Pembelanjaan : Sumber pembelanjaan jangka pendek Dalam pengertian utang jangka pendek ini, Munawir (1999 : 18) : Mengatakan bahwa utang lancar atau utang jangka pendek adalah kewajiban keuangan perusahaan yang pelunasannya atau pembayarannya akan dilakukan dalam jangka pendek (satu tahun sejak tanggal neraca) dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan. (www.google.com) Utang Jangka Pendek (Utang Lancar), yaitu utang yang harus dilunasi dalam jangka waktu pendek, paling lama satu tahun sesudah tanggal neraca, atau harus dilunasi dalam jangka waktu satu siklus operasi normal perusahaan yang bersangkutan (tergantung mana yang lebih panjang). Menurut Kieso (200 :179) Utang Jangka Pendek adalah kewajiban yang likuidasinya diperkirakan secara layak memerlukan penggunaan sumber daya yang ada yang diklasifikasikan sebagai aktiva lancar, atau penciptaan kewajiban lancar lain. Jenis-Jenis Utang Jangka Pendek 1. Utang Dagang Utang dagang atau account payable adalah jumlah uang yang masih harus dibayarkan kepada pemasok, karena perusahaan melakukan pembelian barang atau jasa. 2. Utang wesel atau Promes Utang wesel atau promes adalah kewajiban yang dibuktikan dengan janji tertulis tanpa syarat untuk membayar sejumlah uang tertentu pada tanggal yang telah ditentukan di kemudian hari 3. Beban-beban yang masih harus dibayar (accrual liabilities)

Beban-beban yang harus dibayar adalah kewajiban terhadap beban beban yang telah terjadi, tapi belum dibayar karena belum jatuh tempo pada akhir periode yang bersangkutan. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah utang gaji dan upah, utang komisi, dan utang bunga. a. Utang Deposit Pelanggan

Utang deposit pelanggan timbul karena perusahaan mengharuskan pelanggan untuk membayar sejumlah uang sebagai jaminan atas harta yang dipinjamnya dan perusahaan mempunyai kewajiban untuk mengembalikan uang ini kepada pelanggan pada kondisi tertentu. Uang jaminan semacam ini sering dijumpai pada perusahaan minuman atau gas. b. Utang Deviden Utang deviden adalah deviden yang dapat dibayar sebagaimana diumumkan oleh dewan komisaris perusahaan tapi pada akhir periode belum dibayar dan dicatat sebagai utang deviden. c. Pendapatan yang diterima di muka

Kadang-kadang ada beberapa jenis pendapatan yang dapat diterima lebih dahulu seperti uang langganan majalah atau sewa. Pos ini dinyatakan sebagai hutang, karena menggambarkan suatu klaim terhadap perusahaan. Sumber Pembelanjaan Spontan Ada beberapa tipe yang termasuk dalam sumber pembelanjaan yang spontan yaitu : 1. Akrual Salah satu sumber pembelanjaan yang spontan adalah biaya-biaya yang masih harus dibayar atau yang sering disebut rekening akrual. Bila dibandingkan dengan sumber pembelanjaan spontan lainnya, maka rekening akrual ini merupakan sumber pembelanjaan yang paling spontan pada hakikatnya rekening - rekening akrual adalah sumber pembelanjaan yang tidak ada biayanya. Husman (1993 : 174) 2. Kredit dagang Kredit dagang timbul karena adanya pembelian-pembelian yang dilakukan secara kredit. Ada tiga tipe kredit dagang, yaitu : a. Utang dagang (Account Payable)

Kredit dagang tipe ini yang paling umum digunakan adalah persetujuan dan pengaturan utang dagang. Penjual memberikan kredit atas kepercayaan terhadap pembeli tersebut. b. Utang Wesel

Disini pembeli menandatangani surat wesel yang membuktikan utang kepada si penjual, yang menyebutkan kapan akan melunasi utangnya.

c.Aksep Aksep ini digunakan bila penjual menarik wesel kepada pembeli yang memerintahkan pada saat pembeli untuk membayar wesel tersebut pada suatu saat tertentu.. Sumber Pembelanjaan Tidak Spontan Menurut Sabardi (1994 : 245). Pembelanjaan tidak spontan atau juga disebut pembelanjaan dengan negoisasi merupakan: Sumber pembelanjaan dimana untuk mendapatkannya perusahaan perlu membuat perjanjian formal Jadi tidak diperoleh secara otomatis dengan meningkatnya aktivitas dan

penjualan perusahaan. Sumber pembelanjaan yang tidak spontan ini dapat diperoleh melalui bank atau lembaga keuangan non bank dengan menggunakan barang jaminan maupun tidak menggunakan barang jaminan. 1. Pinjaman Tanpa Jaminan

Pinjaman jangka pendek yang tidak menggunakan jaminan pada umumnya dapat diperoleh dari bank ataupun dari lembaga keuangan non bank. Ada beberapa bentuk pinjaman yang dapat diperoleh tanpa jaminan yang dapat diperoleh oleh perusahaan. Pinjaman tersebut antara lain : a. Notes

Notes ini merupakan pinjaman yang hanya diberikan untuk menutup tambahan modal yang bersifat sementara saja b. Line of Credit Line of Credit adalah merupakan suatu perjanjian antara sebuah bank komersil dengan perusahaan yang menyatakan jumlah maksimal utang kredit yang tidak berjamin yang akan diberikan oleh bank kepada perusahaan peminjam. c. Revolving Credit Agreement Disini pihak bank sudah menjamin adanya sejumlah dana yang akan dipinjam oleh si peminjam. Karena itu pihak peminjam juga dibebani biaya atas sejumlah pinjaman yang sudah dijamin adanya tetapi tidak digunakan oleh pihak peminjam. b. Surat Niaga

Surat niaga adalah surat pernyataan utang yang menyebutkan berapa jumlah yang akan dibayarkan pada suatu saat tertentu (kurang satu tahun) sejak saat pengeluaran, surat berharga ini kemudian dijual kepada pihak lain dengan discount dan pihak pembeli nanti akan menerima pembayaran dari perusahaan yang mengeluarkan pada saat pembayaran. 2. Pinjaman Dengan Jaminan

Banyak perusahaan yang tidak memperoleh kredit atas dasar tanpa jaminan, karena mereka masih baru dan belum sempat membuktikan diri atau dikarenakan para bankir tidak terlalu yakin akan kemampuan terbatas dalam melakukan pinjaman kredit tanpa jaminan. Pengaruh Pemenuhan Kebutuhan Dana dengan Utang Jangka Pendek terhadap Profitabilitas Tujuan dari manajemen modal kerja adalah untuk mengelola pos-pos aktiva lancar dan utang lancar yang sedemikian rupa sehingga jumlah modal bersih yang diinginkan tetap dapat dipertahankan. Pos-pos utama dalam aktiva lancar antara lain adalah kas, surat-surat berharga jangka pendek, piutang, dan persediaan. Masing-masing pos tersebut harus dikelola secara baik dan efisien agar dapat mempertahankan likuiditas perusahaan. Dalam pengertian manajemen modal kerja, Weston dan Copeland (1992:327) mengatakan bahwa : Manajemen modal kerja didefinisikan secara luas mencakup semua aspek pengelolaan, baik aktiva lancar maupun kewajiban lancar. Suatu perusahaan di dalam mengambil suatu keputusan untuk memenuhi utang jangka pendek dan aktiva kancar yang tepat, yang nantinya akan menentukan jumlah modal kerja, akan dihadapkan pada masalah adanya profitabilitas dan resiko. Resiko disini berhubungan dengan kondisi likuiditas dari perusahaan, yaitu kemampuan perusahaan untuk mengembalikan utang-utangnya yang sudah jatuh tempo. Ditinjau dari segi profitabilitas, di dalam membiayai aktiva lancar lebih menguntungkan bagi perusahaan untuk menggunakan utang jangka pendek dari pada menggunakan utang jangka panjang. Hal ini disebabkan karena biaya bunga utang jangka pendek lebih rendah dibandingkan dengan biaya bunga utang jangka panjang. Selain itu bila aktiva lancar perusahaan dibiayai dengan utang jangka panjang, maka ada suatu periode dimana utang tersebut tidak untuk dipergunakan oleh perusahaan tetapi perusahaan tetap harus membayar bunga atas pinjaman tersebut. Piutang Untuk mendukung misi perusahaan tersebut salah satunya adalah dengan melakukan penjualan kredit yang secara tidak langsung dapat meningkatkan profitabilitas perusahaan. Dari penjualan kredit tersebut dapat menimbulkan adanya piutang. Semakin besar proporsi dan jumlah kredit, semakin besar pula piutang yang dimiliki oleh perusahaan, apabila hal-hal lain tetap. Dimaksudkan dengan hal-hal lain ini adalah para langganan tidak merubah kebiasaan mereka dalam melunasi utang mereka. Meskipun piutang bisa terbentuk tidak dengan penjualan kredit, seperti para karyawan yang mengajukan permohonan pinjaman kepada perusahaan, perusahaan lain meminjam

uang kepada perusahaan tersebut tanpa ada hubungannya dengan transaksi penjualan. Tetapi dalam penelitian ini, penulis membicarakan piutang dalam perusahaan. Pada beberapa perusahaan, piutang merupakan hal yang sangat penting dan memerlukan analisis yang seksama. Bambang Riyanto (1992) mengemukakan bahwa penjualan kredit tidak segera menghasilkan penerimaan kas, tetapi menimbulkan piutang langganan. Menurut Haryono Yusuf (2001) bahwa piutang merupakan hak untuk menagih sejumlah uang dari si penjual kepada si pembeli yang timbul karena adanya suatu transaksi. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam buku PSAK No. 9 : Bahwa sumber terjadinya piutang digolongkan dalm dua kategori, yaitu piutang usaha dan piutang lain-lain. Piutang usaha meliputi piutang yang timbul karena penjualan-penjualan pokok atas penyerahan jasa dalam rangka kegiatan usaha normal perusahaan. Piutang yang timbul dari transaksi di luar usaha kegiatan perusahaan digolongkan piutang lain-lain. Piutang usaha dan piutang lain-lain diharapkan dapat tertagih dalam satu tahun atau siklus usaha normal diklasifikasikan sebagai aktiva lancar.kadang-kadang seluruh piutang usaha digolongkan sebagai aktiva lancar tanpa memandang jangka waktu tertagihnya. Dalam kasus demikian jumlah piutang usaha yang jangka waktu penagihannya lebih satu tahun atau siklus usaha normal harus diungkapkan dalam catatan atau laporan keuangan. Dari pengertian di atas, maka piutang adalah hak perusahaan untuk menuntut pihak lain sehubungan dengan adanya penjulan barang atau jasa secara kredit, dan pihak lain harus memenuhi kewajiban untuk membayar. Peranan dan Arti Penting Piutang a. Peranan Piutang Piutang (receivables) merupakan elemen modal kerja yang juga selalu dalam keadaan berputar secara terus menerus dalam rantai perputaran modal kerja, yaitu : Kas Barang Piutang Kas Dengan demikian maka dapat dikatakan bahwa elemen piutang mempunyai tingkat likuiditas yang tidak selikuid elemen kas, karena untuk menjadikan piutang dalam bentuk uang tunai memerlukan waktu yang tergantung dari syarat kredit yang diberikan oleh perusahaan dan kelancaran pengembaliannya. Oleh karena itu semakin besar nilai elemen piutang semakin besar pula resiko yang timbul. Disamping itu, dana yang tertanam di dalamnya semakin besar sehingga kebutuhan dana dalam perputaran modal kerja menjadi besar pula.

b. Arti Penting Piutang Pada umumnya perusahaan melakukan penjulan secara kredit untuk dapat mempertahankan langganan-langganan yang sudah ada sekarang dan untuk menarik langganan-langganan baru. Dari penjualan kredit akan menimbulkan penagihan atau piutang kepada langganan yang sangat erat hubungannya dengan persyaratan-persyaratan kredit yang diberikan. Karena piutang merupakan salah satu investasi dari aktiva lancar, maka piutang dianggap memiliki waktu perputaran yang cepat dari satu tahun sehingga aktiva ini mudah dicairkan menjadi uang kas. Pos piutang dalam neraca biasanya merupakan bagian yang cukup besar dari aktiva lancar sehingga memerlukan perhatian yang cukup serius agar perkiraan piutang ini dapat dimanage dengan cara yang seefisien mungkin. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Besarnya Investasi Pada Piutang. Menurut Bambang Riyanto (1992:76), faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya investasi dalam piutang adalah : a. Volume Penjualan Kredit Semakin besar volume penjualan kredit dari keseluruhan penjualan semakin besar piutang yang timbul dan semakin besar pula kebutuhan dana yang ditanamkan dalam piutang. Semakin besar jumlah piutang berarti semakin besar pula resiko yang mungkin timbul, disamping akan memperbesar profitabilitas. b. Syarat Pembayaran Kredit Syarat pembayaran kredit dapat bersifat ketat atau bersifat lunak, misalnya 2/10 net 30 yang artinya bahwa pembayaran piutang dilakukan dalam waktu 10 hari sesudah waktu penyerahan barang, maka pembeli akan dapat potongan tunai sebesar 2% dari harga penjualan kredit dan pembayaran selambat-lambatnya dalam waktu 30 hari sesudah waktu penyerahan. c. Ketentuan tentang Pembatasan Kredit Dalam penjualan kredit, perusahaan dapat menetapkan batas minimal atau maksimal atau plafond yang dtetapkan masing-masing langganan. Demikian pula ketentuan mengenai siapa yang dapat diberi kredit. d. Kebijaksanaan dalam Pengumpulan Piutang Perusahaan yang menjalankan kebijaksanaan pengumpulan piutang secara aktif akan menambah pengeluaran untuk membiayai aktivitas pengumpulan piutang tersebut lebih besar

dibandingkan dengan perusahaan yang menjalankan kebijaksanaan pengumpulan piutang secara pasif. e. Kebiasaan membayar dari para langganan Kebiasaan membayar dari para langganan ada yang sebagian menyukai cara menggunakan kesempatan untuk mendapatkan potongan tunai, dan sebagian yang lain ada yang tidak menggunakan kesempatan tersebut. Perbedaan cara pembayaran tersebut tergantung pada jarak penilaian mereka terhadap alternatif mana yang lebih menguntungkan. Misalnya, apabila perusahaan telah menetapkan syarat pembayaran 2/10/net.30, maka para langganan dihadapkan pada dua alternatif, apakah mereka membayar pada hari kesepuluh atau hari yang ketiga puluh sesudah hari diterima. Oleh karena itu penulis menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya piutang adalah Semakin besar volume penjualan kredit dari keseluruhan penjualan semakin besar piutang yang timbul dan semakin besar pula kebutuhan dana yang ditanamkan dalam piutang adapun syarat pembayaran kredit dapat bersifat ketat atau bersifat lunak. Resiko Yang Mungkin Timbul Dalam Piutang Dengan penjualan kredit, diharapkan volume penjualan akan lebih besar jika dibandingkan dengan penjualan yang dilakukan secara lebih besar jika dibandingkan dengan penjualan yang dilakukan secara tunai saja. Akan tetapi penjualan kredit sedikit banyak akan menimbulkan resiko tidak dibayarkannya piutang oleh sebagian dari langganan perusahaan. Adapun risiko tersebut diantaranya adalah: a. Resiko Tidak Dibayarkannya Seluruh Jumlah Piutang. Resiko ini adalah resiko yang paling berat yang harus ditanggung oleh perusahaan yang menjual secara kredit, karena tidak dibayarkannya seluruh jumlah piutang, sehingga perusahaan akan menanggung kerugian sebesar jumlah piutang tersebut. Resiko tersebut bisa terjadi bila seorang langganan sengaja menipu, melarikan diri, atau bangkrut usahanya yang menyebabkan piutang tersebut tidak terbayar seluruhnya. b. Resiko Tidak Dibayarkannya Sebagian Piutang. Walaupun piutang telah dibayar sebagian, tetapi hal ini juga menimbulkan kerugian bagi perusahaan, karena kemungkinan sebagian dari piutang tersebut tidak dibayar. c. Resiko Keterlambatan Didalam Melunasi Piutang.

Resiko keterlambatan dalam melunasi piutang lebih ringan bila dibandingkan kedua resiko diatas, karena pada akhirnya piutang yang telah diberikan oleh perusahaan akan dibayar oleh pihak debitur. d. Resiko Tertanamnya Modal Dalam Piutang. Apabila perusahaan memberikan piutang maka dengan sendirinya terdapat modal yang tertanam dalam piutang tersebut. Apabila investasi dalam piutang terlalu besar jumlahnya akan mengakibatkan kontinuitas perusahaan. Oleh karena itu sebelum perusahaan memutuskan untuk menyetujui permintaan atau penambahan kredit oleh para langganan, perlu diadakan evaluasi kredit terlebih dahulu. Menurut Drs. Lukman Syamsudin (2002:265) dalam melaksanakan penilaian kredit dapat memperhatikan 5 C, yaitu : 1. Character (kepribadian), yaitu aspek ini menggambarkan keinginan atau kemauan para pembeli untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya sesuai dengan persyaratan yang sudah ditetapkan oleh penjual. 2. Capacity (kemampuan), yaitu mengambarkan kemampuan seseorang langganan untuk memenuhi kewajiban-kewajiban finansialnya. 3. Capital (modal), yaitu menunjukkan kepada kekuatan finansial calon langganan terutama dengan melihat modal sendiri yang dimilikinya. 4. Colateral (dominan), yaitu menggambarkan jumlah aktiva yang dijadikan sebagai barang jaminan oleh calon langganan. Hal ini bukanlah merupakan pertimbangan yang sangat penting karena tujuan perusahaan dalam memberikan kredit bukanlah untuk menyita dan kemudian menjual aktiva langganan. 5. Condition (kondisi), yaitu menunjukkan kepada keadaan ekonomi secara umum dan pengaruhnya atas kemampuan perusahaan calon langganan dalam memenuhi kewajibankewajibannya. Dari definisi yang dijelaskan di atas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa dalam melaksanakan kredit harus memenuhi kriteria yaitu character, capacity, capital, colateral, condition. Dari kelima hal tersebut aspek ini menggambarkan keinginan atau kemauan para pembeli untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya sesuai dengan persyaratan yang sudah ditetapkan oleh penjual adalah yang terpenting.

Pengendalian Piutang Dalam rangka untuk memperbesar volume penjualan perusahaan akan memerlukan suatu pengendalian serta perencanaan yang matang dalam melaksanakan kebijaksanaan yang diambil, khususnya dalam kebijaksanaan kredit serta pengelolaanya yang didasarkan atas rencana atau planning dan pengendalian yang tetap. Hal ini dapat dilakukan apabila rencana itu lebih lengkap dan terpadu. Menurut JB Heckert (dalam Halimah Turidlo Saleh, 2005), terdapat tiga fungsi pengendalian piutang pada perusahaan. Tiga fungsi tesebut adalah : a. Pemberian kredit dagang Kebijaksanaan kredit dan syarat penjualan harus tidak menghalangi penjualan pada para pelanggan yang sehat keadaan keuangannya, dan juga tidak boleh menimbulkan kerugian yang besar karena ragu-ragu yang berlebihan. b. Melakukan Penagihan Apabila telah diberikan kredit harus dilakukan usaha untuk memperoleh pembayaran sesuai dengan syarat penjualan dalam waktu yang wajar. c. Penetapan dan Penyelenggaraan Intern yang Layak Meskipun prosedur-prosedur pembelian kredit dan penagihan telah diadministrasikan dengan baik atau dilakukan dengan wajar, ini belum menjamin adanya pengendalian piutang, yaitu tidak menjamin ataupun dapat memastikan bahwa semua penyerahan memang difakturkan atau difaktur sebagai mana mestinya kepada para pelanggan dan bahwa penerimaan benar-benar masuk kedalam rekening Bank perusahaan akibatnya perlu bagi perusahaan untuk melakukan suatu sistem pengendalian intern yang wajar dan memadai. Analisa Perputaran Piutang Perputaran piutang merupakan elemen modal kerja yang selalu dalam keadaan berputar, artinya piutang akan tertagih pada saat tertentu dan akan timbul lagi akibat penjualan begitu seterusnya. Periode perputaran piutang tergantung pada panjang pendeknya ketentuan waktu yang dipersyaratkan dalam syarat pembayaran kredit. Disisi lain, syarat pembayaran kredit juga akan mempengaruhi tingkat perputaran piutang di mana tingkat perputaran piutang menggambarkan berapa kali modal yang tertanam dalam piutang berputar dalam satu tahun. Semakin cepat perputaran piutang menandakan bahwa modal dapat digunakan secara efisien.

10

Hal tersebut juga sejalan dengan pernyataan Munawir (1995:75) yaitu bahwa Makin tinggi (turn over) menunjukkan modal kerja yang ditanamkan dalam piutang rendah, sebaliknya kalau ratio semakin rendah berarti ada over investment dalam piutang sehingga memerlukan analisa lebih lanjut, mungkin karena bagian kredit dan penagihan bekerja tidak efektif atau mungkin ada perubahan dalam kebijaksanaan pemberian kredit. Hal ini juga diperjelas pula dengan pendapat Lukman Syamsuddin (2002 : 49), yaitu Semakin tinggi acount receivable turn over suatu perusahaan semakin baik pengelolaan piutangnya. Account receivable turn over dapat ditingkatkan dengan jalan memperketat kebijaksanaan penjualan kredit, misalnya dengan jalan memperpendek waktu pembayaran. Tetapi kebijaksanaan seperti ini cukup sulit untuk diterapkan, karena dengan semakin ketatnya kebijaksanaan penjualan kredit kemungkinan besar volume penjualan akan menurun, sehingga hal tersebut bukannya membawa kebaikan bagi perusahaan bahkan sebaliknya.

Maka perhitungan dalam tingkat perputaran piutang tersebut menurut Syamsuddin (2004:49) dapat dihitung dengan sebagai berikut: Penjualan Perputaran Piutang = Rata-rata perputaran piutang Rata-rata piutang diperoleh dengan cara sebagai berikut: Rata-rata perputaran Piutang= Analisa Rasio Profitabilitas Rasio profitabilitas yaitu rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba baik dengan menggunakan modal sendiri. Profitabilitas suatu perusahaan akan mempengaruhi kebijakan mereka dalam penanaman modal diperusahaan tersebut. Menurut Agus Sartono (2001:122) profitabilitas adalah Kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva, maupun modal sendiri. Menurut Agus Sartono (2001:122) rasio profitabilitas terdiri dari : 1. Gross Profit Margin (GPM), menunjukkan kemampuan setiap rupiah penjualan mampu menghasilkan laba kotor semakin tinggi profitabilitas semakin baik. Tetapi perlu diperhatikan bahwa gross profit margin sangat dipengaruhi oleh harga pokok penjualan. Apabila harga pokok Piutang awal + piutang akhir 2

11

penjualan meningkat, maka gross profit margin akan menurun. Usaha untuk mempertinggi gross profit margin adalah dengan menurunkan beban operasi. Penjualan Harga Pokok x 100% Penjualan Penjualan 2. Net Profit Margin (NPM), menunjukkan kemampuan setiap rupiah penjualan

Gross Profit Margi

menghasilkan laba bersih sedangkan menurut Bambang Riyanto (1992:259) Net Profit Margin adalah keuntungan netto perusahaan rupiah penjualan. Semakin besar profit margin maka semakin baik kegiatan operasional perusahaan dan semakin efisien perusahaan tersebut dalam biaya-biaya yang berhubungan dengan kegiatan operasional. Net Profit Margin =

EAT x 100% Penjualan Penjualan

3. Return on investement (ROI), menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba, dari aktiva yang digunakan investor dalam menanamkan modalnya memiliki tujuan untuk mendapatkan pengembalian yang lebih besar atas modal yang diinvestasikan. EAT Return on Investment = Total Aktiva x 100% 4. Return on equity (ROE), yaitu mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham, ini dipengaruhi oleh besar kecilnya utang perusahaan apabila utang perusahaan semakin besar maka rasio ini semakin besar. EAT Return on Equity = Modal Sendiri x 100% Tetapi dalam pembahasan selanjutnya penulis hanya menggunakan analisa Net Profit Margin. Hubungan antara utang jangka pendek dengan profitabilitas Utang jangka pendek merupakan komponen dari kewajiban lancar perusahaan. Pos utang jangka pendek dalam neraca menunjukkan bagian yang cukup berpengaruh dari kewajiban lancar dan oleh karena itu perusahaan perlu memperhatikan komponen ini supaya utang jangka pendek dapat direalisasikan seefisien mungkin agar dapat meningkatkan profitabilitas perusahaan. Hubungan antara perputaran piutang dengan profitabilitas Piutang merupakan salah satu komponen dari aktiva lancar perusahaan. Pos piutang dalam neraca biasanya merupakan bagian yang cukup besar dari aktiva lancar dan oleh karena itu

12

perusahaan perlu memberikan perhatian yang cukup serius agar perkiraan piutang ini dapat dimanage dengan cara yang seefisien mungkin, sehingga dapat meningkatkan profitabilitas perusahaan. Hubungan antara utang jangka pendek dan perputaran piutang terhadap profitabilitas Utang jangka pendek dan perputaran piutang memiliki hubungan yang sangat erat dengan profitabilitas. Karena dengan adanya utang jangka pendek maka dapat mendanai operasional

perusahaan sedangkan perputaran piutang merupakan salah satu bentuk investasi yang dilakukan perusahaan.Jika pengelolaan piutang dilakukan secara efektif dan efisien maka akan menghasilkan profitabilitas yang tinggi. Kerangka Konseptual Gambar Model teori Variabel Independen Variabel Dependen

Utang Jangka Pendek (X1)

Profitabilitas (Y)

Perputaran Piutang (X2)

Hipotesis Berdasarkan perumusan masalah, maka dapat ditarik suatu hipotesa sebagai berikut : Ho1 : Tidak ada pengaruh antara utang jangka pendek dan perputaran piutang secara simultan terhadap profitailitas. Ha1
:

Ada pengaruh antara utang jangka pendek dan perputaran piutang secara simultan

terhadap profitabilitas. HO2 : Tdak ada pengaruh antara utang jangka pendek dan perputaran piutang secara parsial terhadap profitabilitas.

13

Ha2

Ada pengaruh antara utang jangka pendek dan perputaran piutang secara parsial

terhadap profitabilitas Rancangan Penelitian Dalam penulisan penelitian ini menggunakan pendekatan Deskriptif-Kuantitatif. Pengertian dari deskriptif (descriptive research) adalah mendeskripsikan suatu situasi atau area populasi tertentu yang bersifat faktual secara sistematis dan actual (Prof. Dr. Sudarwan Danim, 2002:41). Definisi Operasional Variabel Untuk memahami penelitian ini, maka penulis perlu memberikan definisi operasional yang akan dianalisis, sebagai berikut: a. Variabel bebas (X1) yaitu Utang jangka pendek Utang jangka pendek yaitu bagian dari utang yang merupakan kewajiban keuangan perusahaan kepada pihak lain yang belum terpenuhi, dimana utang ini merupakan sumber dana atau modal perusahaan yang berasal dari kreditur yang sifatnya sementara dipakai dalam perusahaan. Dalam menggunakan sumber pembelanjaan ini perusahaan harus mengembalikannya beserta bunganya paling lama satu tahun. b.Variabel bebas (X2) yaitu Perputaran piutang Perputaran piutang merupakan salah satu komponen dari aktiva lancar perusahaan. Pos piutang dalam neraca biasanya merupakan bagian yang cukup besar dari aktiva lancar dan oleh karena itu perusahaan perlu memberikan perhatian yang cukup serius agar perkiraan piutang ini dapat dimanage dengan cara yang seefisien mungkin, sehingga dapat meningkatkan profitabilitas perusahaan. Menggunakan rumus : Penjualan Kredit Perputaran Piutang = Rata-rata piutang c. Variabel terikat (Y) yaitu profitabilitas Profitabilitas yaitu rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba baik dengan menggunakan modal sendiri. Maka dari itu profitabilitas suatu perusahaan akan mempengaruhi kebijakan mereka dalam penanaman modal di perusahaan tersebut.

14

Menggunakan rumus :

Net Profit Margin =

EAT x 100% Penjualan

Penentuan Populasi dan Sampel Sumber data dalam penelitian ini adalah laporan keuangan tahunan PT. Kalbe Farma, Tbk. Dengan sampel penelitian yaitu menggunakan laporan keuangan tahunan dengan data time series. Adapun data yang diambil sebagai sampel penelitian adalah : a. Neraca dari tahun 2002-2008 b. Laporan laba-rugi tahun 2002-2008

Sumber Data Sumber data merupakan subyek dari mana data diperoleh dalam penelitian dan data tersebut digunakan sebagai dasar dalam penelitian. Dalam penelitian ini menggunakan data sekunder dan yang dimaksud dengan data sekunder menurut Anto Dajan (1993:19) merupakan data yang diterbitkan oleh organisasi yang bukan pengelolahnya. Sedangkan jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian kuantitatif. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan data sekunder yaitu data yang diperoleh dari dokumen perusahaan serta literatur-literatur yang berhubungan dengan permasalahan yang akan diteliti. Metode Pengumpulan Data 1. Studi kepustakaan

Penulis mempelajari dan mengumpulkan teori-teori dari berbagai literatur dan buku bacaan lain yang berkaitan dengan permasalahan yang sedang diteliti. 2. Dokumentasi

Yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mencatat data-data yang ada yang bersumber dari dokumen-dokumen perusahaan.

15

Teknik Analisis Data Adapun langkah-langkah dalam menganalisa data, meliputi : 1. Menghitung perputaran piutang sebagai variabel bebas yaitu dengan menggunakan rumus : ut Perputaran Piutang = Penjualan Rata-rata perparan piutang

2. Menghitung profitabilitas sebagai variabel terikat yaitu dengan menggunakan rumus : Net Profit Margin =

EAT x 100% Penjualan Penjualan

Dimana : EAT = Earning After Taxes 3. Analisa Regresi linier Berganda

Untuk menunjukkan hubungan antara variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y), digunakan persamaan regresi berganda sebagai berikut: Y = 0 + 1X1+ 2X2 + e dimana: Y: Rasio profit margin X1 : Utang Jangka Pendek X2 : Perputaran Piutang

1, 2 : Koefisien variabel X1, X2 0 : Konstanta e : Kesalahan pengganggu (Algifari, 2000: 85). 4. Pengujian Hiptesis

16

a.

Melakukan uji F untuk melihat signifikan tidaknya pengaruh variabel-variabel bebas

secara bersama-sama terhadap variabel terikat. Dengan langkah pengujian sebagai berikut : 1. Merumuskan hipotesis

H0 : 1 = 2 = 3 = 0 . Tidak ada pengaruh H0 : 1 2 3 0 . Ada pengaruh 2. 3. Menentukan level of significant ( ) sebesar 5% Menghitung nilai F untuk mengetahui hubungan secara simultan antara variabel

bebas dan variabel terikat dengan rumus sebagai berikut :


Fhitung = KT Re gresi KT Galat

(Sudrajat, 1988 ; 94) Dimana : KT = Kuadrat Tengah 4. Membandingkan Fhitung dengan Ftabel dengan ketentuan bahwa derajat bebas

pembilang adalah k dan derajat bebas penyebut adalah (n k 1) dengan confidence interval sebesar 95% Keterangan : n = jumlah sampel k = jumlah parameter regresi Apabila Fhitung Ftabel, maka Ho ditolak dan Hi diterima, artinya independen variabel secara keseluruhan mempengaruhi dependent variabel. Apabila Fhitung < Ftabel, Ho diterima dan Hi ditolak, artinya independen variabel secara keseluruhan tidak mempengaruhi dependen variabel.

17

5.

Atau juga dapat menggunakan analisis uji probabilitas. Menurut Singgih Santoso

dan Fandi Tjiptono (2002 : 204) adalah sebagai berikut : Bila Probabilitas > 0,05 = maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya tidak ada

pengaruhnya antara variabel bebas dengan variabel tidak bebas. Bila Probabilitas < 0,05 = maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya ada

pengaruh antara variabel bebas dengan variabel tidak bebas. b. Uji hipotesis yang dilakukan yaitu menggunakan uji t untuk menguji tingkat

signifikan pengaruh beberapa variabel secara parsial. Dengan menggunakan langkah-langkah : Merumuskan hipotesis H0 : j = 0 ... tidak ada pengaruh H0 : j 0 ada pengaruh Menentukan level of significant () sebesar 5% Menentukan besarnya t hitung dengan menggunakan persamaan :
t hitung = j Se ( j )

(Sudrajat, 1988 : 122) Dengan keterangan : j = Koefisien regresi variabel.

Se (j) = Standar Error Koefisien regresi Membandingkan thitung dengan ttabel, dengan uji t dua arah. Dengan ketentuan derajat kebebasan sebesar n k 1 , confidence interval 95% kaidah keputusannya adalah : Bila thitung ttabel, maka Ho ditolak dan Hi diterima, yang artinya ada pengaruh variabel terikat.

18

Bila thitung < ttabel maka Ho diterima dan Hi ditolak, yang artinya tidak ada pengaruh antara variabel-variabel bebas dengan variabel terikat. Atau juga dapat menggunakan analisis uji probabilitas. Menurut Singgih Santoso dan Fandi Tjiptono (2002 : 204) adalah sebagai berikut : Bila Probabilitas > 0,05 = maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya tidak ada

pengaruhnya antara variabel bebas dengan variabel tidak bebas. Bila Probabilitas < 0,05 = maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya ada

pengaruh antara variabel bebas dengan variabel tidak bebas. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Utang Jangka Pendek PT. Kalbe Farma, Tbk Tahun 2002-2008
(Dalam Jutaan Rupiah) Tahun Keterangan 2002 Pinj. Jangka pendek Utang Usaha Utang Lainlain By. Msh hrs dbayar Utang bank Utg. Aktv ttp Jumlah 419.122 770.104 775.917 746.929 718.666 540.459 625.149 Pemb 75.154 3.579 454.592 22.102 447.747 21.112 125.656 3.079 105.492 5.000 86.089 132.734 161.324 230.889 228.821 119.480 207.403 13.178 12.272 19.329 38.233 61.108 40.248 45.740 128.024 94.032 98.234 317.742 306.454 344.374 328.290 113.098 2003 54.372 2004 28.171 2005 31.330 2006 16.791 2007 31.357 2008 43.716

Sumber : Data diolah tahun 2009

Jumlah hutang jangka pendek dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2004 mengalami peningkatan , sedangkan dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2007 mengalami penurunan dan kemudian

meningkat lagi pada tahun 2008

19

Rasio perputaran piutang PT. Kalbe Farma, Tbk Tahun 2002-2008 (Dalam Jutaan Rupiah) Penjualan Kredit 2002 1.031.611 2003 2.561.802 2004 2.889.209 2005 5.042.817 2006 5.870.938 2007 6.071.550 2008 7.004.909 Sumber : Data diolah tahun 2009 Tahun Rata-Rata Piutang 350.076 471.572 383.953 468.841 548.497 615.864 760.922 Rasio Perputaran Piutang 2,94 kali 5,43 kali 7,52 kali 10,76 kali 10,70 kali 9,86 kali 9,2 kali

Rasio perputaran piutang dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2006 semakin meningkat, sedangkan tahun 2007 dan 2008 menurun tetapi penurunannya tidak menunjukkan bahwa piutang sudah dikelola dengan cukup efektif banyak. Hal tersebut

Rasio Profitabilitas (Net Profit Margin) PT. Kalbe Farma, Tbk Tahun 2002-2008 (Dalam Jutaan Rupiah) Tahun EAT 2002 7.458 2003 266.932 2004 322.884 2005 450.697 2006 653.329 2007 676.581 2008 705.694 Sumber : Data diolah tahun 2009 Penjualan 1.031.611 2.561.802 2.889.209 5.042.817 5.870.938 6.071.550 7.004.909 NPM 0,73 % 10,42 % 11,17 % 8,94 % 11,13 % 11,14 % 10,07 %

Rasio Net profit Margin dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan , pada tahun 2002 dan 2008 sedikit ada penurunan. Hal tersebut menunjukkan bahwa kemampuan menghasilkan laba atau tingkat profitabilitasnya cukup bagus

20

Statistik Deskriptif Mean


Probabilitas Utang Jangka Pendek Perputaran Piutang 9,4014 7,78E+14 7,7429

Std.Deviasi
2,96046 2.0554E+15 3,62934

N
7 7 7

Sumber : Data skunder yang diolah Rata-rata perputaran piutang 7,7429 dengan standard deviasi 3,62934, rata-rata utang

jangka pendek 7,78 dengan standar deviasi 2.0554 serta rasio profitabilitas rata-rata 9,4014 dengan standard deviasi 2,96046
Korelasi Profitabilitas Utang Jangka Pendek Korelasi Pearson Profitabilitas Utang Jangka Pendek Perputaran Piutang Sig.(1-Tailed) Profitabilitas Utang Jangka Pendek Perputaran Piutang N Profitabilitas Utang Jangka Pendek Perputaran Piutang 7 7 7 7 7 7 7 7 7 ,017 ,271 , , ,373 ,373 , ,017 ,271 ,790 -,281 1,000 1,000 ,152 ,152 1,000 ,790 -,281 Perputaran Piutang

Besarnya hubungan antara variabel profitabilitas dengan variabel utang jangka pendek yang dihitung dengan koefisien korelasi adalah 0,154 sedangkan variabel profitabilitas dan perputaran piutang adalah 0,790. Hal tersebut piutang berarti lebih variabel

perputaran

berpengaruh

terhadap profitabilitas daripada utang jangka pendek. Terjadi korelasi yang tidak cukup

kuat antara variabel utang jangka pendek dengan perputaran piutang, yaitu -0,281. Tingkat koefisien korelasi menghasilkan angka 0,017. Oleh karena besarnya

probabilitas dibawah 0,05 maka korelasi

21

antara variabel utang jangka pendek dan perputaran piutang dengan profitabilitas sangat signifikan. Model Summary Model R R Square Adjusted Std. R Square Error of The Estimate 1 ,881 ,776 ,664 1,71612

a. Predictor(Constant),Perputaran Piutang,Utang Jangka Pendek b. Dependent variabel : Profitabilitas Sumber : Data Primer yang diolah Angka R square adalah 0,776. Hal ini berarti 77,6% dari variasi probabilitas perusahaan bisa dijelaskan variabel utang jangka pendek dan perputaran piutang. Sedangkan sisanya 22,4 % dijelaskan oleh selain variabel perputaran piutang dan utang jangka pendek

ANOVA Model Sum of Squares 1 Regression Residual Total a. Predictors : (Constant), Perputaran Piutang b. Dependent variabel : Profitabilitas Sumber : Data yang diolah 40,806 11,780 52,586 2 4 6 df Mean Square 20,403 2,945 6,928 ,035 F Sig.

Uji anova atau F tes didapat angka probabilitas sebesar 0,035 (p kurang dari 0,5).Nilai F hitung sebesar 6,928 dan F tabel sebesar 4,74 yang berarti H0 ditolak dan Ha diterima. Hal imenunjukkan bahwa utang jangka pendek dan perputaran piutang mempunyai pengaruh yang sinifikan terhadap profitabilitas.

22

Model Unstandar dized Coefficient s 1 (Constant) Utang Jangka pendek Perputaran Piutang B 3,237 5,845E-16 ,738 Unstandar dized Coefficient s ST.Error 1,779 ,000 ,201

Coefficients Standardi t zed Coefisien ts B .406 ,904 1,819 1,646 3,667

Sig.

,143 ,175 ,021

Sumber : Data diolah

Konstanta sebesar 3,237 menyatakan bahwa jika tidak ada utang jangka pendek atau perputaran piutang,maka profitabilitas adalah 3,237. Koefisien regresi X1 sebesar 5,845 menyatakan bahwa setiap tambahan sebesar 1, maka profitabilitas akan mengalami kenaikan sebesar 5,845. Sedangkan koefisien regresi X2 sebesar 0,738 menyatakan bahwa setiap

penambahan sebesar 1, maka profitabilitas akan meningkat sebesar 0,738 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1. Pengaruh utang jangka pendek (X1) dan perputaran piutang (X2) menunjukkan bahwa berdasarkan hasil pengujian secara parsial yang pertama, dapat diketahui bahwa hasil analisa regresi variabel utang jangka pendek (X1) terhadap profitabilitas (Y1) menunjukkan nilai probabilitas (0,175) > 0,05 yang berarti secara parsial tidak berpengaruh signifikan antara utang jangka pendek (X1) terhadap profitabilitas (Y1) pada taraf signifikasi 95%. Hal ini dibuktikan dengan tingkat signifikan lebih besar dari = 0,05 yaitu 0,175. Sedangkan berdasarkan hasil pengujian secara parsial yang kedua, dapat diketahui bahwa hasil analisa regresi variabel perputaran piutang (X2) Terhadap profitabilitas(Y1) menunjukkan nilai probabilitas (0,021) < 0,05

yang berarti secara parsial berpengaruh signifikan antara perputaran piutang (X2) terhadap profitabilitas (Y1) pada taraf signifikasi 95%. Hal ini dibuktikan dengan tingkat signifikan lebih kecil dari = 0,05 yaitu 0,021.

23

2. Pengaruh utang jangka pendek (X1) dan perputaran piutang (X2) secara simultan terhadap profitabilitas pada PT Kalbe Farma, Tbk menunjukkan bahwa persamaan regresi yang didapat secara statistik terbukti bahwa utang jangka pendek dan perputaran piutang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas. Hal ini dibuktikan dari uji Anova atau F test didapat angka probabilitasnya sebesar 0,035 ( < 0,05). Nilai Fhitung sebesar 6,928 dengan probabilitas sebesar 0,035 pada taraf signifikasi 95 %. Saran Dengan dikemukakan beberapa simpulan tersebut diatas, maka saran-saran yang dapat penulis sampaikan adalah sebagai berikut : 1. Karena tidak ada pengaruh antara utang jangka pendek terhadap profitabilitas maka perusahaan sebaiknya meminimalkan utang jangka pendek 2. Karena adanya pengaruh antara perputaran piutang terhadap profitabilitas maka

perusahaan sebaik meningkatkan jumlah penjualan kredit .

DAFTAR PUSTAKA Sartono Agus, 2001, Manajemen Keuangan, Edisi keempat, BPFE Yogjakarta Yusuf Al Haryono , 2001, Dasar-dasar Akuntansi, Edisi Keempat, STIE YKPN Yogjakarta Dajan Anto,1986, Pengantar Metode Statistika, Jilid 1,LP3PES Jakarta Riyanto Bambang,1992, Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi ketiga BPFE, Yogjakarta Syamsudin Lukman,1987, Manajemen Keuangan Peusahaan, PT Hanindita Yogjakarta Nasir Moh, 1998, Metode Penelitian,Cetakan ketiga Galia Indonesia Muslich Moh,1997, Manajemen Keuangan Modern (Analisis Perencanaan dan Keijakan), Bumi Aksara Jakarta Robert S, Kapalan, David P. Norton, 2000, Balance Scorecard Menerapkan Strategi menjadi Aksi,

Erlangga Jakarta Munawir S, 2000, Analisa Laporan Keuangan ,Edisi Keempat, Liberty, Yogjakarta --------------,Ikatan Akuntan Indonesia 1996, Standard Analisa Laporan Keuangan, keuangan, Salemba Empat Jakarta Husnan Suad, Puji Astuti Eni,1996, Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi ketiga BPFE, Yogjakarta Hadi Sutrisno,1982, Analisis Regresi, Andi Offset Yogjakarta Baridwan Zaki, 1982, Intermediate Accounting, Edisi ke-7 BPFE, Yogjakarta ----------------2006,Standard Akuntansi Keuangan jilid 1, penerbit IAI, Jakarta ----------------,WWW.Google.com Akuntansi

Você também pode gostar