Você está na página 1de 12

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul PERKEMBANGAN MORAL DAN PROSES PEMBELAJARAN

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Masa remaja merupakan masayang penting karena biasanya di masa ini seseorang selalu berusaha untuk mencari jati diri, masa untuk melepaskan diri dari lingkungan orang tua. Tentunya nilai-nilai dalam kehidupansangat diperlukan sebagai pedoman, pegangan atau petunjuk dalam mencari jalan untuk menumbuhkan jati dirinya.

Tentunya sikap dari remaja tersebut harus esuai dengan nilai-nilai dan moral-moral tertentusehingga akan terwujud dalam perilaku yang bermoral dan segala perbuatannya selaras dengan kenyataan yang ada di dunia sekelilingnya.

Tetapi hal itu belum tentu terjalin dengan baik. Adakalanyaseorang individu yang pada waktu tertentu melakukan perbuatan yang tercela karena ia tidak mengetahui bahwa itu perbuatan tercela, atau tidaksesuai dengan norma-norma yang ada di dalam masyarakat.

Untuk itu, makalah ini akan membahas tentang perkembangan nilai, moral dansikap dari pada remaja. Karena antara nilai moral dengan tindakan tidak selalu terjadi hubungan yang positif, mengingat tingkat emosi pada usia remaja masih sangat labil. Oleh karena itu, peran serta orang tua, guru, teman-teman dan lingkungan sekitar sangat mempengaruh

B. RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang di atas maka rumusan masalah dari pembahasan makalah ini yaitu: a. Makna nilsai moral dan sikap b. Hubungan antara nilai moral dan sikap c. Karakteristik nilai moral dan sikap d. Factor-faktor yang mempengaruhi perkembangan nilai moral dan sikap subyek didik

BAB II PEMBAHASAN PERKEMBANGAN MORAL DAN PROSES PEMBELAJARAN

Istilah pembelajaran mencakup dua konsep yang saling terkait, yaitu belajar dan mengajar. Dalam proses belajar mengajar (PBM) akan terjadi interaksi antara peserta didik dan pendidik. Peserta didik adalah salah satu komponen manusiawi yang menempati posisi sentral dalam proses belajar mengajar, sedang pendidik adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial di bidang pembangunan.

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto ; 2003). Selain itu belajar juga dapat diartikan sebagai suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup dan adanya perubahan tingkah laku dalam diri orang tersebut yang menyangkut perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif) dan ketrampilan (psikomotorik) maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif). Mengajar adalah suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaikbaiknya dan menghubungkan dengan anak didik, sehingga terjadi proses belajar (Sadiman : 2001). Mengajar yaitu proses mengatur, mengorganisasikan lingkungan yang ada di sekitar siswa sehingga dapat menimbulkan atau mendorong siswa melakukan proses belajarnya (Abu Ahmadi dan Widodo S : 2004).

Pembelajaran adalah perpaduan dari dua aktivitas, yaitu aktivitas mengajar dan aktivitas belajar. Proses pembelajaran merupakan proses kegiatan interaksi antara dua unsur manusiawi, yakni siswa sebagai pihak yang belajar dan guru sebagai pihak yang mengajar, dengan siswa sebagai subjek pokoknya (Sudarwan : 1995). Dalam proses belajar mengajar (PBM) akan terjadi interaksi antara peserta didik dan pendidik. Peserta didik atau anak didik adalah salah satu komponen manusiawi yang menempati posisi sentral dalam proses belajar-mengajar, sedang pendidik adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar-mengajar, yang ikut

berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial di bidang pembangunan.

Suatu pengajaran akan berhasil secara baik apabila seorang guru mampu mengubah diri siswa dalam arti luas menumbuh kembangkan keadaan siswa untuk belajar, sehingga dari pengalaman yang diperoleh siswa selama ia mengikuti proses pembelajaran tersebut dirasakan manfaatnya secara langsung bagi perkembangan pribadi siswa.

Menurut Surya (2004), ada lima prinsip yang melandasi pembelajaran, yaitu : 1. Pembelajaran sebagai usaha memperoleh tingkah laku. Prinsip ini mengandung makna bahwa ciri utama pembelajaran itu adalah adanya perubahan perilaku dalam diri individu. Artinya, seseorang yang telah mengalami pembelajaran akan berubah perilakunya. 2. Hasil pembelajaran ditandai dengan perubahan perilaku secara keseluruhan. Maksudnya perubahan perilaku meliputi berbagai macam aspek, baik itu kognitif, afektif dan psikomotorik. 3. Pembelajaran merupakan suatu proses. Artinya pembelajaran itu merupakan suatu aktivitas yang berkesinambungan sehingga dalam aktivitas itu ada tahapan tahapan proses yang sistematis dan terarah. 4. Proses pembelajaran terjadi karena adanya sesuatu yang mendorong dan ada sesuatu tujuan yang akan dicapai. Maksudnya pembelajaran merupakan aktivitas untuk

memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan. Belajar tidak akan efektif tanpa adanya dorongan dan tujuan. 5. Pembelajaran merupakan bentuk pengalaman. Pengalaman pada dasarnya adalah kehiduapn melalui situasi yang nyata denga tujuan tertentu. Perubahan merupakan interaksi individu dengan lingkungannya, sehingga banyak memberikan pengalaman dari situasi nyata.

Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar dan sengaja. Tujuan pembelajaran adalah membantu siswa agar memperoleh berbagai pengalaman dan dengan pengalaman itu terjadi perubahan tingkah laku. Perubahan perilaku yang dimaksud meliputi

pengetahuan, keterampilan, dan norma yang berfungsi sebagai pengendali sikap dan perilaku siswa (J, Drost : 1999).

Hal ini dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran merupakan proses melibatkan guru dengan semua komponen tujuan, bahan, metode dan alat serta penilaian. Jadi proses pembelajaran merupakan suatu sistem yang saling terkait antar komponennya didalam mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan.

A. MAKNA NILAI,MORAL DAN SIKAP

Moral (Bahasa Latin Moralitas) adalah istilah manusia menyebut ke manusia atau orang lainnya dalam tindakan yang mempunyai nilai positif. Manusia yang tidak memiliki moral disebut amoral artinya dia tidak bermoral dan tidak memiliki nilai positif di mata manusia lainnya. Sehingga moral adalah hal mutlak yang harus dimiliki oleh manusia. Moral secara ekplisit adalah hal-hal yang berhubungan dengan proses sosialisasi individu tanpa moral manusia tidak bisa melakukan proses sosialisasi. Moral dalam zaman sekarang mempunyai nilai implisit karena banyak orang yang mempunyai moral atau sikap amoral itu dari sudut pandang yang sempit. Moral itu sifat dasar yang diajarkan di sekolah-sekolah dan manusia harus mempunyai moral jika ia ingin dihormati oleh sesamanya. Moral adalah nilai ke-absolutan dalam kehidupan bermasyarakat secara utuh. Penilaian terhadap moral diukur dari kebudayaan masyarakat setempat.Moral adalah perbuatan/tingkah laku/ucapan seseorang dalam ber interaksi dengan manusia. apabila yang dilakukan seseorang itu sesuai dengan nilai rasa yang berlaku di masyarakat tersebut dan dapat diterima serta menyenangkan lingkungan masyarakatnya, maka orang itu dinilai mempunyai moral yang baik, begitu juga sebaliknya.Moral adalah produk dari budaya dan Agama.

Pendidikan biasanya berawal pada saat seorang bayi itu dilahirkan dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan bisa saja berawal dari sebelum bayi lahir seperti yang dilakukan oleh banyak orang dengan memainkan musik dan membaca kepada bayi dalam kandungan dengan harapan ia akan bisa (mengajar) bayi mereka sebelum kelahiran.

Banyak orang yang lain, pengalaman kehidupan sehari-hari lebih berarti daripada pendidikan formal. Seperti kata Mark Twain, "Saya tidak pernah membiarkan sekolah mengganggu pendidikan saya."

Anggota keluarga mempunyai peran pengajaran yang amat mendalam -- sering kali lebih mendalam dari yang disadari mereka -- walaupun pengajaran anggota keluarga berjalan secara tidak disengaja.

Moral (Bahasa Latin Moralitas) adalah istilah manusia menyebut ke manusia atau orang lainnya dalam tindakan yang mempunyai nilai positif. Manusia yang tidak memiliki moral disebut amoral artinya dia tidak bermoral dan tidak memiliki nilai positif di mata manusia lainnya. Sehingga moral adalah hal mutlak yang harus dimiliki oleh manusia. Moral secara ekplisit adalah hal-hal yang berhubungan dengan proses sosialisasi individu tanpa moral manusia tidak bisa melakukan proses sosialisasi. Moral dalam zaman sekarang mempunyai nilai implisit karena banyak orang yang mempunyai moral atau sikap amoral itu dari sudut pandang yang sempit. Moral itu sifat dasar yang diajarkan di sekolah-sekolah dan manusia harus mempunyai moral jika ia ingin dihormati oleh sesamanya. Moral adalah nilai ke-absolutan dalam kehidupan bermasyarakat secara utuh. Penilaian terhadap moral diukur dari kebudayaan masyarakat setempat.Moral adalah perbuatan/tingkah laku/ucapan seseorang dalam ber interaksi dengan manusia. apabila yang dilakukan seseorang itu sesuai dengan nilai rasa yang berlaku di masyarakat tersebut dan dapat diterima serta menyenangkan lingkungan masyarakatnya, maka orang itu dinilai mempunyai moral yang baik, begitu juga sebaliknya.Moral adalah produk dari budaya dan Agama.

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

B. HUBUNGAN ANTARA NILAI MORAL DAN SIKAP

Dalam pengamalan Pancasila, moral merupakan control dalam bersikap dan bertingkah lakusesuai dengan nilai-nilai hidupyang ada dalam Pancasila. Nilai-nilai kehidupansebagai norma dalam masyarakatsenantiasa menyangkut persoalan antara baik dan buruk, jadi berkaitan dengan moral. Dengan demikian, keterkaitan antara nilai, moral,sikap dan tingkah laku akan tampak dalam pengamalan nilai-nilai. Dengan kata lain, nilai-nilai perlu diketahui terlebih dahulu, kemudian dihayati dan didorong oleh moral, baru akan terbentuksikap tertentu terhadap nilainilai tersebut dan pada akhirnya terwujudlah tingkah lakuyangsesuai dengan nilai-nilaiyang dimaksud.

C. KARAKTERISTIK NILAI MORAL DAN SIKAP

Nilai-nilai kehidupanyang harus dikuasai remaja tidak hanyasebatas pada adat kebiasaan dan tingkah lakusaja, tetapiseperangkat nilai-nilaiyangsecara keseluruhan

terkandung dalam Pancasila. Seorang remaja dalam tugas perkembangannya dituntut untuk dapat mempelajari dan membentuk perilakunya agarsesuai dengan harapan lingkungannya tanpa harus dibimbing, diawasi, didorong, dan diancam dengan hukumanseperti pada waktu anak -anak.

Michel meringkaskan lima perubahan dasar dalam moralyang harus dilakukan oleh remaja,sebagai berikut: 1. Pandangan individu semakin lama semakin abstrak 2. Keyakinan moral lebih terpusat pada apa yang benar dan kurang pada apa yang salah. Keadilan muncul sebagai kekuatan yang dominan 3. Penilaian moral menjadi semakin kognitif, sehingga remaja menjadi lebih berani mengambil keputusan dalam menghadapi berbagai masalah 4. Penilaian moral menjadi kurang egosentris 5. Penilaian moral secara psikologis menjadi lebih mahal dalam arti bahwa penilaian moral merupakan bahan emosi dan menimbulkan ketegangan emosi 7

Menurut Furter (1965) (dalam Monks, 1984: 252), kehidupan moral merupakan problematicyang pokok dalam masa remaja. Maka perkembangan moral perlu diperhatikansejakseseorang dilahirkan. Dari hasil penyelidikannya Kohlberg mengemukakan enam tahap perkembangan moralyang berlakusecara universal dan dalam urutan tertentu. Ada tiga tingkat

1.

Tingkat 1 : Pra-konvensional Padastadium1, anak berorientasi pada kepatuhan dan hukuman. Anak hanya

mengetahui bahwa aturan-aturan ditentukan oleh adanya kekuasaan yang tidak dapat diganggu gugat. Ia harus menurut kalau tidak akan memperoleh hukuman. Pada Stadium2, berlaku prinsip Relativistik Hedonism artinya bergantung pada kebutuhan dan kesanggupanseseorang (hedonistic). Dalam tahap ini, seorang anak sadar bahwa setiapkejadian mempunyai beberapa segi.

2.

Tingkat 2 : Konvensional Stadium3, menyangkut orientasi mengenai anakyang baik. Anak mulai memasuki

umur belasan tahun, dimanaanak memperlihatkan orientasi perbuatan-perbuatanyang dapat dinilai baik atau tidak baik oleh orang lain. Mereka melakukan perbuatan atas dasar kritik dari masyarakat. Stadium4,yaitu tahap mempertahankan norma-normasocial dan otoritas. Perbuatan baikyang diperlihatkanseseorang merupakan kewajiban untuk ikut melaksanakan aturanaturanyang ada, agar tidak timbul kekacauan.

3.

Tingkat 3 : Pasca-konvensional Stadium5, merupakan tahap orientasi terhadap perjanjian antara dirinya dengan

lingkungansocial. Pada tahap ini,seseorang harus memperlihatkan kewajibannya kepada masyarakat karena lingkungansocial akan memberikan perlindungan kepadanya.

Originalitas remaja juga masih tampak pada tahap ini. Remaja masih mau diatursecara ketat oleh hukum-hukumyang lebih tinggi, walaupun kata hatisudah mulai berbicara. Stadium6, tahaini disebut Prinsip Universal. Pada tahap ini ada norma etika disamping norma pribadi dansubjektif. Unsur etika disiniyang akan menentukan apayang boleh dan 8

baik dilakukan dansebaliknya. Remaja mengadakan tingka laku-tingkah laku moralyang dikemudikan oleh tanggung jawab batinsendiri. Menurut Furter (1965), menjadi remaja berarti mnegrti nilais, 1984:

257). Mengerti nilai -nilai ini tidak berarti hanya memperoleh pengertian saja tetapi juga dapat menjalankannya. Jikasudah, berarti remajasudah dapat menginternalisasikan penilaian-panilaian moral, menjadikannyasebagai nilai-nilai pribadi,yang kemudian akan tercermin dalamsikap dan tingkah lakunya.

D. FAKTOR-FAKTOR

YANG

MEMPENGARUHI

PERKEMBANGAN

NILAI

MORAL DAN SIKAP SUBYEK DIDIK

1. Lingkungan Keluarga Keluargasebagai lingkungan pertamayang mempengaruhi perkembangan nilai, moral dansikapseseorang. Biasanya tingkah lakuseseorang berasal dari bawaan ajaran orang tuanya. Orang-orangyang tidak memiliki hubunganyang harmonis dengan orang tuanya di masa kecil, kemungkinan besar mereka tidak mampu mengembangkansuperegonyasehingga mereka bias menjadi orang yang sering melakukan pelanggaran norma.

2. Lingkungan Sekolah Disekolah, anak-anak mempelajari nilai-nilai normayang berlaku di masyarakatsehingga mereka juga dapat menentukan mana tindakanyang baik dan boleh dilakukan. Tentunya dengan bimbingan guru. Anak-anak cenderung menjadikan gurusebagai model dalam bertingkah laku, oleh karena ituseorang guru harus memiliki moralyang baik.

3. Lingkungan Pergaulan Dalam pengembangan kepribadian, factor lingkungan pergaulan juga turut mempengaruhi nilai, moral dansikapseseorang. Pada masa remaja, biasanya seseorang selalu ingin mencoba suatu hal yang baru. Dan selalu ada rasa tidak enak apabila menolak ajakan teman. Bahkan terkadangseorang teman juga bisa dijadikan panutan baginya.

4. Lingkungan Masyarakat Masyarakatsendiri juga memiliki pengaruhyang penting terhadap pembentukan moral. Tingkah lakuyang terkendali disebabkan oleh adanya control dari masyarakat itusendiriyang mempunyaisanksi-sanksi tersendiri untuk pelanggar-pelanggarnya.

10

BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN

Dalam pengamalan Pancasila, moral merupakan control dalam bersikap dan bertingkah lakusesuai dengan nilai-nilai hidupyang ada dalam Pancasila. Nilai-nilai kehidupansebagai norma dalam masyarakatsenantiasa menyangkut persoalan antara baik dan buruk, jadi berkaitan dengan moral.

Dengan demikian, keterkaitan antara nilai, moral,sikap dan tingkah laku akan tampak dalam pengamalan nilai-nilai. Dengan kata lain, nilai-nilai perlu diketahui terlebih dahulu, kemudian dihayati dan didorong oleh moral, baru akan terbentuksikap tertentu terhadap nilainilai tersebut dan pada akhirnya terwujudlah tingkah lakuyangsesuai dengan nilai-nilaiyang dimaksud.

Faktor-faktoryang mempengaruhi perkembangan nilai, moral dansikap remaja adalah factor lingkungan keluarga,sekolah, pergaulan dan masyarakat. Dan setiap individu mempunyai perbedaan dalam menyikapi nilai, moral dan sikap, tergantung dimana individu tersebut berada. Upaya pengembangan nilai, moral dansikap diharapkan dapat menjadikan seseorang menjadi individu yang diharapkan yakni melalui penciptaan komunikasi serta penciptaan iklim lingkungan yang serasi

11

DAFTAR PUSTAKA

Hasanah, Siti dkk.200 5. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Universitas Indraprasta PGRI.

Sunarto, dkk.200 6. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta

http://www.google.co.id/search?q=hubungan+antara++nilai%2Cmoral+dan+sikap+doc&ie=utf8&oe=utf-8&aq=t&rls=org.mozilla:id:official&client=firefox-a

12

Você também pode gostar