Você está na página 1de 28

TEKNIK PEMERIKSAAN FRAKTUR TERTUTUP CLAVICULA DEXTRA DI INSTALASI RADIOLOGI BADAN PENGELOLA RUMAH SAKIT UMUM PEMERINTAH DR.

KARIADI SEMARANG
Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Praktek Kerja Lapangan I

Disusun oleh :

RONYS P17430104182

POLITEKNIK KESEHATAN SEMARANG JURUSAN RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI 2006

HALAMAN PENGESAHAN

Telah diperiksa dan disetujui untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Praktek Kerja Lapangan I pada Akademi Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Semarang. Nama Nim Judul : RONYS : P17430104182 : Teknik Pemeriksaan Fraktur Tertutup Clavicula Dextra Didivisi Radiologi Rumah Sakit Umum Pemerintah Dr. Kariadi Semarang

Semarang,

Februari 2006

Pembimbing

Siti Akbari

ii

KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan segala puji syukur kepada Tuhan YME atas segala rahmat dan karunia-Nya yang telah dilimpahkan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan Praktek Kerja Lapangan dari tanggal 26 Desember 2005 sampai 4 Februari 2006 di Rumah Sakit Umum Pemerintah Dr. Kariadi Semarang serta penyusunan laporan kasus dari hasil Praktek Kerja Lapangan tersebut. Dalam menyelesaikan laporan study kasus ini penulis telah banyak mendapat bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak, dan untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada : 1. Bapak M. Irwan Katili, S.Pd, M.Kes, selaku Kepala Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Politeknik Kesehatan Semarang. 2. Bapak dr. Eko Kuntjoro, Sp.Rad, selaku Kepala Divisi Radiologi Rumah Sakit Dr. Kariadi Semarang. 3. Bapak J. Sudin Subakti, DFM, selaku dosen pembimbing Praktek Kerja Lapangan I Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Politeknik Kesehatan Semarang. 4. , selaku instruktur pembimbing di Divisi Radiologi Rumah Sakit Dr. Kariadi Semarang. 5. Seluruh radiografer, staf, dan karyawan Divisi Radiologi Rumah Sakit Dr. Kariadi Semarang. 6. Bapak, Ibu, atas doa dan dukungannya selama ini. 7. Teman teman angkatan XX Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Politeknik Kesehatan Semarang dan Teman teman semester V ATRO Widya Husada Semarang.

iii

Semoga Allah Swt memberi Rahmat - Nya kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan studi kasus ini. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan studi kasus ini, demi kesempurnaan laporan study kasus ini. Akhir kata semoga laporan studi kasus ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan mahasiswa Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Politeknik Kesehatan Semarang pada umumnya. Semarang, Februari 2006

Penulis

iv

DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1.2. Rumusan Masalah ........................................................................ 1.3. Tujuan Penulisan .......................................................................... 1.4. Manfaat Penelitian ....................................................................... 1.5. Sistematika Penulisan .................................................................. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anatomi Fisiologi Clavicula ........................................................ 2.2. Patologi Fraktur ........................................................................... 2.2.1...................................................Klasifikasi Fraktur 4 2.2.2.....................................................Deskripsi Fraktur 7 2.2.3...........................................Empat R pada fraktur 8 2.3. Peralatan yang Digunakan ........................................................... 2.4. Proyeksi yang Digunakan ............................................................ 2.4.1........................................Proyeksi Antero Posterior 9 2.4.2........................................Proyeksi Postero Anterior 10 2.4.3....................................................Proyeksi PA Axial 11 2.4.4....................................................Proyeksi AP Axial 13 2.4.5.................................................Proyeksi Tangensial 14 9 9 3 4 1 1 2 2 2

2.4.6.........................................Proyeksi Tarrant Method 15 BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Hasil Penelitian ............................................................................ 3.1.1........................................................Identitas Pasien 17 3.1.2.....................................................Riwayat Penyakit 17 3.1.3..............................................Prosedur Pemeriksaan 17 3.1.4.................................................Teknik Pemeriksaan 18 3.1.5......................................................Pengolahan Film 18 3.2. Pembahasan .................................................................................. BAB IV PENUTUP 4.1. Kesimpulan .................................................................................. 4.2. Saran ............................................................................................ DAFTAR PUSTAKA 20 20 19 17

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Gambar 2.2 Gambar 2.3 Gambar 2.4 Gambar 2.5 Gambar 2.6 Gambar 2.7

Anatomi Clavicula ...................................................................... Proyeksi Antero Posterior .......................................................... Proyeksi Postero Anterior ........................................................... Proyeksi Postero Anterior Axial ................................................. Proyeksi Antero Posterior Axial ................................................. Proyeksi Tangensial .................................................................... Proyeksi Tarrant Method ............................................................

5 11 12 14 15 16 17

vii

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin canggih maka peralatan transportasi mengalami perkembangan yang semakin pesat dan beragam. Kurangnya kesadaran dari para pemakai jalan untuk mematuhi peraturan lalu lintas menyebabkan tingkat kecelakaan lalu lintas semakin meningkat. Dapat terjadi fraktur bila seseorang ditabrak dengan benturan yang sangat keras. Pemeriksaan Radiologi merupakan pemeriksaan yang dapat digunakan untuk mengetahui Anatomi dan Fisiologi dari suatu organ sehingga pada kelainan Patologis maupun Traumatis dapat membantu dalam menentukan diagnosa. Proyeksi yang digunakan pada pemotretan Os Clavicula adalah Antero Posterior, Postero Anterior, Antero Posterior Axial, Postero Anterior Axial, Tangensial, Tarrant Method. Dengan alasan diatas maka penulis tertarik untuk mengangkatnya dalam bentuk tulisan dengan judul Teknik Pemeriksaan Fraktur Tertutup Clavicula Dextra Didivisi Radiologi Rumah Sakit Umum Pemerintah Dr. Kariadi Semarang. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan 1.2.1. latar belakang di atas penulis mengemukakan permasalahannya adalah sebagai berikut : Bagaimana prosedur pelaksanaan teknik pemeriksaan Fraktur Clavicula Didivisi Radiologi Rumah Sakit Umum Pemerintah Dr. Kariadi Semarang. 1.2.2. Apakah keuntungan dan kerugian yang diperoleh pasien pada pemeriksaan Fraktur Clavicula.

1.3. Tujuan Penulisan Dalam penulisan laporan kasus ini penulis mempunyai tujuan sebagai berikut : 1.3.1. Mengetahui teknik pemeriksaan dan proyeksi yang biasa digunakan pada pemeriksaan Fraktur Clavicula Didivisi Radiologi Rumah Sakit Umum Pemerintah Dr. Kariadi Semarang. 1.3.2. Mengetahui keuntungan dan kerugian yang diperoleh oleh pasien dalam pemeriksaan Fraktur Clavicula Didivisi Radiologi Rumah Sakit Umum Pemerintah Dr. Kariadi Semarang. 1.3.3. Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Praktek Kerja Lapangan di Pendidikan Ahli Madya Radiodiagnostik dan Radioterapi Poltekkes Semarang. 1.4. Manfaat Penulisan 1.4.1. 1.4.2. Menambah pengalaman dan pengetahuan penulis dalam Sebagai bahan informasi dan referensi bagi mahasiswa mahasiswa Akademi Teknik Radiodiagnostik dan melakukan pemeriksaan terhadap pasien dengan indikasi fraktur. khususnya Radioterapi. 1.5. Sistematika Penulisan Untuk mempermudah pembahasan maka disusun sistematika penulisan sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN penulisan dan sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA dan proyeksi yang digunakan. BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN Terdiri dari paparan kasus dan pembahasan. BAB IV PENUTUP Yang meliputi : Anatomi dan fisiologi clavicula, patologi fraktur, peralatan Yang meliputi : Latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat

Berisi kesimpulan dan saran.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Anatomi Fisiologi Clavicula Clavicula atau tulang selangka adalah tulang yang membentuk bagian depan dari cingulum membri superiosis. Clavicula termasuk tulang panjang berbentuk S dan terletak horizontal di sebelah Cranioventral Cavum Thoracalis, diatas Costa I. Di sebelah medial bersendi dengan Manubrium Sterni, sedangkan di sebelah lateralnya bersendi dengan Acromnion. Bagiannya yang membulat dan konvex ke depan disebut Extremitas Sternalis, sedang bagiannya yang konkaf ke dorsal dan pipih disebut Extremitas Acromialis. Clavicula 1/3 bagian lateralnya merupakan tulang pipih, sedang 2/3 medialnya mempunyai bentuk bulat atau prisma. Facies superior dari 1/3 bagian lateral pipih dan kasar; dimana di depan ditandai oleh suatu lekuk untuk perlekatan Musculus Detoideus dan di belakang untuk perlekatan Musculus Trapzius. Facies Inferior datar dimana dekat Margo Posterior dijumpai tonjolan yang disebut Tuberculum Concideum untuk perlekatan Ligamentum Concideum. Dari Tuberculum ini kita jumpa rigi yang berjalan miring ke lateral depan yang disebut sebagai Line Trapezoidea untuk perlekatan Ligamentum Trapezoideum. 2/3 bagian medial, bentuk prisma membulat mempunyai 3 margo dan 3 permukaan. 3 margo 3 permukaan : Anterior, superior dan posterior : Anterior, posterior/inferior dan superior

Permukaan anterior bentuknya konvex, ke lateral ia menyempit dan menerus dengan margo anterior dari pars. Lateralis. Permukaan posterior konkaf, licin dan menerus pada margo posterior dari pars lateralis. Permukaan superiornya menerus dengan permukaan superior dari pars lateralis, biasanya licin dan pipih. Di bagian medial dari permukaan bawah dijumpai permukaan kasar disebut Inpressio Ligamenti Costoclavicularis untuk perlekatan :

Ligamentum Costoclavicularis. Bagian lateral dari permukaan bawah berdasar suatu sukus yang dangkal disebut Sukus Subclavius yang ditempati Musculus Subclavius. Pada Facies posterior dekat perbatasan 1/3 bagian lateral dan 2/3 medial terdapat Foramen Nutricium, yang jalannya condong ke lateral. Clavicula mempunyai fungsi memberikan kaitan kepada beberapa otot leher dan bahu sehingga clavicula bekerja sebagai penopang lengan.

Gambar 2.1. Anatomi Clavicula (Sobotta, 2000 : 168) 2.2. Patologi Fraktur 2.2.1. Klasifikasi Fraktur Fraktur adalah Patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik. Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang itu sendiri, dan jaringan lunak di sekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap. Fraktur

lengkap terjadi apabila seluruh tulang patah, sedangkan pada fraktur tidak lengkap tidak melibatkan seluruh ketebalan tulang. Jenis-jenis fraktur yang perlu diketahui secara radiologis adalah : 2.2.1.1. Complete Noncominuted Fracture Secara radiologis akan terlihat sebagai garis Radioluscent di tempat fraktur dimana terjadi diskontinuitas tulang. Keadaan ini disertai bermacam-macam bentuk antara lain : a. Fraktur transversal Adalah fraktur yang garis patahnya tegak lurus terhadap sumbu panjang tulang. Pada fraktur semacam ini, segmensegmen tulang yang patah direposisi atau direduksi kembali ke tempat semula, maka segmen-segmen itu akan stabil, dan biasanya mudah dikontrol dengan bidai gips. b. Fraktur oblik Adalah fraktur yang garis patahnya membentuk sudut terhadap tulang. Fraktur ini tidak stabil dan sulit diperbaiki. c. Fraktur spiral Timbul akibat torsi pada ekstremitas. Yang menarik adalah bahwa jenis fraktur rendah energi ini hanya menimbulkan sedikit kerusakan jaringan lunak, dan fraktur semacam ini cenderung cepat sembuh dengan imobilisasi luar. d. Fraktur multipel Keadaan ini dinamakan suatu multipel apabila terdapat lebih dari satu fraktur complete pada satu tulang panjang. e. Fraktur avulsi Fraktur avulsi memisahkan suatu fragmen tulang pada tempat insersi tendon maupun ligamen. Biasanya tidak ada pengobatan spesifik yang diperlukan. Namun, bila diduga akan terjadi ketidakstabilan sendi atau hal-hal lain yang menyebabkan kecacatan, maka perlu dilakukan pembedahan

untuk membuang atau meletakkan kembali fragmen tulang tersebut. f. Chip fracture Fraktur ini sejenis dengan avultion fracture, tetapi hanya sedikit fragmen dari sudut tulang yang terlepas, sering terjadi pada tulang-tulang pendek pada phalanges. 2.2.1.2. Incomplete fracture Dinamakan suatu fraktur inkomplet bila tidak semua struktur tulang terputus. Ini hanya dapat diketahui dengan pemeriksaan radiologis. Ada beberapa golongan fraktur inkomplet : a. Green stick fracture Adalah fraktur tidak sempurna dan sering terjadi pada anakanak. Korteks tulangnya sebagian masih utuh, demikian juga periosteum. Fraktur-fraktur ini akan segera sembuh dan segera mengalami re-modelling ke bentuk dan fungsi normal. b. Impacted fracture Pada fraktur ini bagian fraktur dari tulang masuk ke bagian fragmen lainnya. Garis fraktur terlihat sebagai garis dens dan disertai terjadinya pemendekan tulang. 2.2.1.3. Fraktur kompresi Fraktur kompresi terjadi ketika dua tulang menumbuk tulang ketiga yang berada diantaranya, seperti satu vertebra dengan dua vertebra lainnya. Fraktur pada korpus vertebra ini dapat didiagnosis dengan radiogram. Pada orang muda fractur kompresi dapat disertai perdarahan retroperitoneal yang cukup berat. 2.2.1.4. Fraktur patologik Fraktur patologik terjadi pada daerah-daerah tulang yang telah menjadi lemah oleh karena tumor atau proses patologik

lainnya. Tulang seringkali menunjukkan penurunan densitas. Penyebab yang paling sering dari fraktur-fraktur semacam ini adalah tumor baik primer atau tumor metastasis. 2.2.1.5. Fraktur traumatis Pada keadaan ini struktur tulang adalah normal akibat suatu benturan menyebabkan suatu fraktur. 2.2.1.6. Fraktur beban lainnya Fraktur beban terjadi pada orang-orang yang baru saja menambah tingkat aktivitas mereka. Pada saat gejala timbul, radiogram mungkin tidak menunjukkan adanya fraktur. Tetapi, biasanya setelah 2 minggu, timbul garis-garis radio-opak linear tegak lurus terhadap sumbuh panjang tulang. Fraktur semacam ini akan sembuh dengan baik jika tulang itu diimobilisasi selama beberapa minggu. Tetapi jika tidak terdiagnosis, tulang-tulang itu dapat bergeser dari tempat asalnya dan tidak menyembuh dengan seharusnya. Penderita semacam ini harus dianjurkan untuk memakai alat proteksi seperti tongkat, atau bidai gips yang tepat. Setelah 2 minggu, harus dilakukan pemeriksaan radiografi. 2.2.2. Deskripsi Fraktur Angulasi dan oposisi adalah dua istilah yang sering dipakai untuk menjelaskan fraktur tulang panjang. Derajat dan arah angulasi dari posisi normal suatu tulang panjang dapat menunjukkan derajat keparahan fraktur. Oposisi menunjukkan tingkat pergeseran fraktur dari permukaan asalnya dan dipakai untuk menjelaskan seberapakah proporsi satu fragmen tulang yang patah menyentuh permukaan fragmen tulang lainnya. Fraktur tertutup (simpel fracture) dan fraktur terbuka (compound fracture) adalah istilah yang sering dipakai untuk menjelaskan fraktur. Fraktur tertutup adalah fraktur dimana kulit tidak tembus oleh fragmen tulang, sehingga tempat fraktur tidak tercemar oleh lingkungan. Secara

teknik, fraktur terbuka adalah fraktur dimana kulit dari ekstremitas yang terlibat telah ditembus.

2.2.3.

Empat R pada fraktur Ada empat konsep dasar yang harus dipertimbangkan pada

waktu menangani fraktur yaitu Rekognisi, Reduksi, Retensi dan Rehabilitasi. 2.2.3.1. Rekognisi Rekognisi menyangkut riwayat kecelakaan, diagnosis fraktur pada tempat kejadian kecelakaan dan di rumah sakit, derajat keparahannya, dan deskripsi tentang peristiwa yang terjadi oleh penderita sendiri untuk menentukan apakah ada kemungkinan fraktur, dan apakah perlu dilakukan pemeriksaan spesifik untuk mencari adanya fraktur. 2.2.3.2. Reduksi Reduksi adalah usaha dan tindakan manipulasi fragmenfragmen tulang yang patah sedapat mungkin untuk kembali seperti letak asalnya. Fraktur tertutup pada tulang panjang seringkali ditangani dengan reduksi tertutup. 2.2.3.3. untuk 2.2.3.4. Retensi Retensi menyatakan metode-metode yang dilaksanakan mempertahankan Rehabilitasi Rencana rehabilitas harus segera dimulai dan fragmen-fragmen tersebut selama penyembuhan.

dilaksanakan bersaman dengan pengobatan fraktur. 2.2.3.5. Komplikasi fraktur

Malunion adalah sautu keadaan dimana tulang yang patah telah sembuh dalam posisi yang tidak seharusnya, membentuk sudut atau miring. Delayed union adalah proses penyembuhan yang terus berjalan tetapi dengan kecepatan yang lebih lambat dari keadaan normal. 2.3. Peralatan yang Digunakan Alat dan bahan yang digunakan untuk pemeriksaan Fraktur Clavicula antara lain : a. b. c. d. e. Film Rontgen Intensifying screen Kaset ( 24 x 30 cm ) Alat-alat fiksasi ( spon, sandbag ) Marker ( R / L )

2.4. Proyeksi yang Digunakan Proyeksi yang digunakan pada Teknik Radiografi Os Clavicula adalah sebagai berikut : 2.4.1. Proyeksi Antero Posterior : Pasien berdiri dengan kaset vertikal di belakang sendi bahu yang difoto atau tidur telentang di atas meja pemeriksaan dan kaset diletakkan horisontal dibawah sendi bahu yang akan difoto. Posisi objek : Sendi bahu yang tidak difoto diganjal sedikit, bahu yang difoto punggungnya menempel pada kaset dan lengan lurus ke bawah di samping tubuh. Arah sinar Titik bidik : Horisontal apabila pasien berdiri dan vertikal apabila pasien tiduran. : Pada pertengahan Os Clavicula, jarak dari fokus ke film 90 cm dan eksposi dilakukan pada saat pasien diam. Posisi pasien

Kriteria radiograf : Tampak gambaran AP Os Clavicula dan ujung proximal mengalami superposisi dengan tulangtulang iga.

1 2 3 4 5 6

Gambar 2.2. Proyeksi Antero Posterior ( Merrills, 1995 : 157 ) Keterangan gambar : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 2.4.2. Acromion Sendi acromion clavicula Clavicula Angusus scapula Sendi sterno clavicula processus coracoid Proyeksi Postero Anterior

10

Posisi pasien

: pasien berdiri dengan kaset vertikal di depan sendi bahu yang difoto atau pasien tidur telungkup dengan posisi kaset horisontal dibawah sendi bahu yang tidak difoto.

Posisi objek

: Tepi anterior bahu yang akan difoto menempel kaset, kepala menengadah, lengan lurus ke bawah di samping tubuh.

Arah sinar Titik bidik

: Horisontal jika pasien berdiri dan vertikal jika pasien telungkup. : Pada superior angle scapula. Jarak dari fokus ke film 90 cm dan eksposi dilakukan pada saat pasien diam.

Kriteria radiograf : Tampak gambaran PA Os Clavicula dengan sedikit mengalami perubahan bentuk dibanding proyeksi AP.

Gambar 2.3. Proyeksi Postero Anterior ( Merrills, 1995 : 158 ) 11

2.4.3.

Proyeksi PA Axial : Pasien tidur telungkup di atas meja pemeriksaan atau berdiri menghadap standar kaset. : Kedua bahu di atur sama tinggi terhadap meja pemeriksaan, kepala menengadah, kedua tangan lurus ke bawah di samping tubuh. Kaset diletakkan horisontal di bawah sendi bahu yang akan difoto pada pasien yang telungkup dan kaset diletakkan vertikal di depan bahu yang difoto bila pasien berdiri, dengan batas atas kaset 5 cm dari batas atas bahu.

Posisi pasien Posisi objek

Arah sinar

: Menyudut 15 - 45 caudal pada pertengahan Os Clavicula.

Kriteria radiograf : Tampak Os Clavicula mengalami superposisi pada ujung proximalnya.

12

Gambar 2.4. Proyeksi Postero Anterior Axial (Merrills, 1995 : 160 ) 2.4.4. Proyeksi AP Axial : Berdiri pada posisi lordotik atau tidur terlentang dengan batas kaset 5 cm dari batas atas bahu. Posisi objek : Punggung pasien lurus, bahu yang difoto diatur sedemikian rupa sehingga tepi postero superior bahu yang difoto menempel kaset, lengan lurus ke bawah di samping tubuh. Arah sinar : Menyudut 15 cranial jika pasien dalam posisi lordotik dan menyudut 25 - 30 cranial jika pasien tidur terlentang ditunjukkan pada pertengahan Os Clavicula. Kriteria radiograf : Tampak gambaran Clavicula di atas tulang-tulang iga. Posisi pasien

13

1 2 3 4

Gambar 2.5. Proyeksi Antero Posterior Axial ( Merrills, 1995 : 159 ) Keterangan gambar : 1. 2. 3. 4. 2.4.5. Clavicula Processus coracoid Sendi acromioclavicula Sendi sternoclavicula Proyeksi Tangensial : Pasien tidur terlentang di atas meja pemeriksaan. : Kedua bahu diganjal dengan spon, dan diatur sama tinggi, kepala menghadap sisi yang tidak difoto kedua tangan lurus ke bawah di samping tubuh. Kaset diletakkan vertikal pada posterior superior bahu yang difoto.

Posisi pasien Posisi objek

14

Arah sinar

: Horisontal menyudut 25 cranial ditunjukkan pada daerah antara Clavicula dan chest.

Kritera radiograf : Tampak gambaran Clavicula bebas superposisi dengan tulang-tulang iga.

3 Gambar 2.6. Proyeksi Tangensial ( Merrills, 1995 : 161 ) Keterangan gambar : 1. 2. 3. Clavicula Acromion Costa I

15

2.4.6.

Proyeksi Tarrant Method : Pasien duduk di atas meja pemeriksaan. : Kaset diletakkan di atas tangan yang berada di atas paha dan diberi pelindung gonad. : Menyudut 30 kecaudal pada bagian anterior inferior dari Clavicula.

Posisi pasien Posisi objek Arah sinar

Kriteria radiograf : Tampak gambaran Clavicula dari Sternoclavicula sampai Acromion Clavicula.

1 2 3 4 5 Gambar 2.7. Proyeksi Tarrant Method (Merrills, 1995 : 162-163 ) Keterangan gambar : 1. Sendi sternoclavicula 2. Clavicula 3. Acromion 4. Sendi acromioclavicula 5. Procecus Coracoid

16

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1. Hasil Penelitian 3.1.1. Nama Umur Jenis Kelamin Alamat Tanggal Pemeriksaan Diagnosis Masuk Ruang Inap 3.1.2. Identitas Pasien : Ny. X : 37 tahun : Perempuan : Jl. Puspa Indah Blok UI/16 Perum Cikarang Baru Bekasi : 27 Desember 2004 : Suspect fractur tertutup clavicula dextra : Ruang Nusa Indah

Riwayat Penyakit Pasien korban kecelakaan lalu litas antara mobil >< mobil pada

tanggal 26 Desember 2004 jam 16.00 merasa pusing dan sakit pada bahu sebelah kanan. Dengan diagnosis masuk suspec fraktur tertutup clavicula dextra. Pada tanggal 27 Desember 2004 penderita dibawa ke ruang radiologi untuk melakukan foto Rontgen Clavicula bagian kanan dari pasien tersebut. 3.1.3. Prosedur Pemeriksaan 3.1.3.1. Persiapan alat : Siemen :: 125 kV : 500 mA : Single 1. Pesawat sinar-x Nama/Merk No. Seri Tabung kV Maksimum MA Maksimum Jenis Tabung

17

2. Kaset dan film berukuran 24 30 cm 3. Marker 3.1.3.2. :R Persiapan Pasien Pada pemeriksaan Fraktur Clavicula ini pasien hanya dibantu untuk melepaskan kalung yang dipakai oleh pasien karena dapat mengganggu gambaran radiograf. 3.1.4. Teknik Pemeriksaan Teknik pemeriksaan Fraktur Clavicula tertutup Dextra Didivisi Radiologi Rumah Sakit Umum Pemerintah Dr. Kariadi Semarang adalah dengan menggunakan proyeksi Antero Posterior dengan pasien sadar diri tetapi non kooperatif dan tiduran di brangkard. Posisi pasien : Pasien tidur telentang dan kaset 24 x 30 cm diletakkan melintang di bawah sendi bahu sebelah kanan yang akan difoto. Posisi objek : Bahu yang akan difoto punggungnya menempel pada kaset dan lengan pasien lurus ke bawah di samping tubuh. Arah sinar Marker FFD kV mA S : Vertikal tegak lurus dengan titik bidik tepat pada pertengahan Os Clavicula. :R : 90 cm : 55 : 150 : 0,12

Eksposi dilakukan pada saat pasien diam/tidak bergerak. 3.1.5. Pengolahan Film Pengolahan film yang dilakukan Didivisi Radiologi RSUP Dr. Kariadi Semarang adalah dengan Automatic processing.

18

3.2. Pembahasan Berdasarkan radiograf yang telah diperoleh mengenai pemeriksaan Fraktur Clavicula tertutup dextra Didivisi Radiologi Rumah Sakit Umum Pemerintah Dr. Kariadi Semarang adalah secara umum pemerikaan Fraktur Clavicula menggunakan proyeksi Antero Posterior (AP) karena dengan proyeksi ini sudah dapat menampakkan kelainan yang dicurigai dalam hal ini Fraktur tertutup Clavicula Dextra, selain itu dengan proyeksi ini pasien merasa lebih nyaman dan aman sehingga fraktur yang dialami tidak bertambah parah. Menurut penulis jika dilihat dari teori, maka proyeksi yang dapat memberikan radiograf yang lebih jelas mengenai pemeriksaan Fraktur Clavicula adalah proyeksi AP axial karena dengan proyeksi ini dapat memberikan informasi mengenai kelainan yang dicurigai dan pada gambaran radiografnya tidak terjadi superposisi antara Clavicula dengan Costa. Keuntungan dari pemeriksaan Fraktur Clavicula Tertutup Dextra ini pasien dapat mengetahui seberapa besar keparahan dari fraktur tersebut dan alternatif pengobatan yang akan dijalani oleh pasien. Kerugian dari pemeriksaan ini adalah pasien tidak ditutupi apron sehingga bagian vital dari pasien terkena radiasi, selain itu dengan menggunakan kaset ukuran 24 x 30 cm biaya yang ditanggung pasien lebih besar padahal dengan menggunakan kaset ukuran 18 x 24 cm sudah dapat menampilkan gambaran radiograf Fraktur Clavicula, selain itu radiasi yang diterima pasien lebih besar karena lapangan penyinaran yang lebih luas.

19

BAB IV PENUTUP
4.1. Kesimpulan 4.1.1. Pada pemeriksaan Fraktur Clavicula Dextra Didivisi Radiologi Rumah Sakit Umum Pemerintah Dr. Kariadi Semarang menggunakan proyeksi Antero Posterior. 4.1.2. Keuntungan menggunakan proyeksi antero posterior pada pemeriksaan fraktur clavicula yaitu dengan proyeksi ini sudah dapat memberikan informasi untuk membantu menegakkan diagnosa dan juga memberikan kenyamanan pada pasien. 4.1.3. Kekurangan yaitu film yang digunakan lebih besar sehingga biaya yang ditanggung pasien lebih tinggi. Lapangan penyinaran lebih luas sehingga radiasi yang diterima pasien lebih banyak. 4.2. Saran 4.2.1. 4.2.2. Sebaiknya dalam setiap pemeriksaan proteksi radiasi yang Untuk pemeriksaan fraktur clavicula apabila objeknya diberikan kepada pasien harus betul-betul diperhatikan. memungkinkan menggunakan kaset ukuran 18 24 cm sebaiknya tidak digunakan kaset ukuran 24 30 cm agar biaya yang ditanggung pasien lebih ringan.

20

DAFTAR PUSTAKA
Ballinger, P.W. 1995. Atlas of Radiographic Possitions and Radiologic Procedurs. Eight edition. St. Louis : The CV. Mosby Company. Pearce, Evelyn, C. 1999. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Jakarta : Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama. Price, Sylvia. A, Dan Wilson, Lorrains, M. 1995. Patofisiologi konsep klinis prosesproses penyakit. Jakarta : Penerbit EGC. Putz, R. Dan Pabst, R. 2000. Sobotta Atlas Anatomi Manusia. Jilid I. Jakarta : Penerbit EGC.

21

Você também pode gostar