Você está na página 1de 12

RINGKASAN MATERI SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL PENDIDIKAN DAN PEMBANGUNAN

Kelompok II Ni Nengah Dwi Apriani Ni Putu Aryani Utami Ni Luh Arie Suari Ainiyah Juniani (1015057076) (1015057079) (1015057088) (1015057100)

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS TEKNIK DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA 2010

SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL a. Visi, Misi, Fungsi, Tujuan, dan Strategi Pendidikan Nasional Sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. UUSPN dari No. 2 tahun 1989 diganti UU No. 20 tahun 2003, dilakukan dalam rangka memperbarui visi, misi dan strategi pendidikan nasional. Pembaruan sistem pendidikan nasional mencakup penghapusan diskriminasi antara pendidikan formal dan pendidikan non-formal. Visi pendidikan nasional adalah memberdayakan semua warga negara Indonesia, sehingga dapat berkembang menjadi manusia berkualitas yang mampu bersaing dan sekaligus bersanding dalam menjawab tantangan zaman. Misi pendidikan nasional adalah: Mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu bagi seluruh rakyat Indonesia. Membantu dan memfasilitasi pengembangan potensi anak bangsa secara utuh sejak usia dini sampai akhir hayat dalam rangka mewujudkan masyarakat belajar. Meningkatkan kesiapan masukan dan kualitas proses pendidikan untuk mengoptimalkan pembentukan kepribadian yang bermoral. Meningkatkan keprofesionalan dan akuntabilitas lembaga pendidikan sebagai pusat pembudayaan, ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman, sikap, dan nilai berdasarkan standar nasional dan global. Memberdayakan peran serta masyarakat dalam menyelenggarakan pendidikan berdasarkan prinsip otonomi dalam konteks NKRI. Berdasarkan visi dan misi pendidikan nasional tersebut, maka fungsi pendidikan nasional adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan potensi-potensi peserta didik yang menjadi manusia beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.

Strategi pendidikan nasional adalah: Pelaksanaan pendidikan agama serta akhlak mulia. Pengembangan dan pelaksanaan kurkulum berbasis kompetensi. Proses pembelajaran yang mendidik dan dialogis. Evaluasi, akreditasi dan sertifikasi pendidikan yang memberdayakan. Peningkatan keprofesionalan pendidik dan tenaga kependidikan. Penyediaan sarana belajar yang mendidik. Pembiayaan pendidikan yang sesuai dengan prinsip pemerataan dan berkeadilan. Penyelenggaraan pendidikan yang terbuka dan merata. Pelaksanaan wajib belajar. Pelaksanaan otonomi manajemen pendidikan. Pemberdayaan peran masyarakat. Pusat pembudayaan dan pembangunan masyarakat. Pelaksanaan pengawasan dalam sistem pendidikan nasional.

Pendidikan pada hakekatnya adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahklak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia, dan tanggap terhadap perubahan zaman. Fungsi dan tujuan pendidikan nasional tercantum dalam UU No. 20 tahun 2003 bab II pasal 3. b. Kelembagaan dan Pengelolaan Pendidikan Kelembagaan, program dan pengelolaan pendidikan merupakan bagian dari sistem pendidikan secara keseluruhan. 1. Jalur pendidikan Dalam UU No. 20 tahun 2003 Pasal 13 ayat 1 dinyatakan bahwa jalur pendidikan terdiri dari pendidikan formal, non-formal dan informal.

Pendidikan formal - Tempat pembelajaran gedung sekolah. -

Pendidikan non-formal Pendidikan informal di - Tempat pembelajarannya bisa- Tempat pembelajaran bisa di luar gedung di mana saja.

Ada persyaratan khusus - Kadang tidak ada persyaratan- Tidak ada persyaratan untuk menjadi peserta didik. khusus. - Tidak berjenjang - Kurikulumnya jelas. - Umumnya tidak memiliki - Tidak ada program yang jenjang yang jelas. - Materi pembelajaran bersifat direncanakan secara formal akademis. - Adanya program tertentu yang - Tidak ada materi tertentu khusus hendak ditangani. Proses pendidikannya yang harus tersaji secara memakan waktu yang lama - Bersifat praktis dan khusus. formal. - Ada ujian formal - Pendidikannya berlangsung- Tidak ada ujian. singkat - Penyelenggara pendidikan - Tidak ada lembaga sebagai adalah pemerintah atau - Terkadang ada ujian penyelenggara. swasta. Dapat dilakukan oleh - Tenaga pengajar memiliki pemerintah atau swasta klasifikasi tertentu. Diselenggarakan dengan administrasi yang seragam

2. Jenjang pendidikan Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang diterapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai dan kemampuan yang akan dikembangkan. Menurut UU No. 20 tahun 2003 pasal 14, jenjang pendidikan formal terdiri atas: Pendidikan dasar (SD dan SMP, MTS) Pendidikan menengah (SMA, MA, SMK, MAK) Pendidikan tinggi ( akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut, universitas). 3. Jenis pendidikan Menurut UU No. 20 tahun 2003 pasal 15, jenis pendidikan mencakup: Pendidikan umum=> Pendidikan dasar dan menengah yang mengutamakan perluasan pengetahuan yang diperlukan oleh peserta didik untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Pendidikan kejuruan=> Pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik untuk bekerja dalam bidang tertentu. Pendidikan akademik=> Pendidikan tinggiyang diarahkan terutama pada penguasaan disiplin ilmu pengetahuan tertentu (program sarjana dan pascasarjana). Pendidikan profesi=> Pendidikan tinggi yang diarahkan untuk mempersiapkan peserta didik agar memiliki pekerjaan dengan persyaratan keahlian khusus. Pendidikan vokasi=> Pendidikan tinggi yang diarahkan untuk mempersiapkan peserta didik agar memiliki pekerjaan dengan keahlian terapan tertentu maksimal setara dengan program sarjana. Pendidikan keagamaan=> Pendidikan dasar, menengah dan tinggi yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat menjalankan peranan yang menuntut penguasaan ilmu pengetahuan tentang ajaran agama atau menjadi ahli ilmu agama. Pendidikan khusus=> Pendidikan yang diselenggarakan bagi peserta didik yang berkelainan atau peserta didik yang memiliki kecerdasan luar biasa yang diselenggarakan secara inklusif.

4. Kurikulum Ketentuan mengenai kurikulum diatur dalam UU no.20 tahun 2003 pasal 36, 37, dan 38. Pasal 36: 1) 2) Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah dan peserta didik. 3) Kurikulum disusun dengan jenjang pendidikan dalam kerangka NKRI dengan memperhatikan. a. Peningkatan iman dan taqwa. b. Peningkatan akhlak mulia. c. Peningkatan potensi, kecerdasan dan minat peserta didik. d. Keragaman potensi daerah dan nasional. e. Tuntutan pembangunan daerah dan nasional. f. Tuntutan dunia kerja. g. Perkembangan Ipteks. h. Agama. i. dinamika perkembangan global. j. Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan. Pasal 37: (1) Kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat: Pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan, baahsa, matematika, IPA, IPS, seni dan budaya, Pendidikan jasmani dan olahraga, keterampilan/kejuruan, muatan lokal.

Pasal 38: (1) Kerangka dasar dan struktur kurikulum pendidikan dasar dan menengah ditetapkan oleh pemerintah.

(2) Kurikulum pendidikan dasar dan menengah dikembangkan sesuai dengan relevansinya oleh setiap kelompok atau satuan pendidikan dan komite sekolah di bawah koordinasi dan supervisi Dinas Pendidikan atau Kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota untuk pendidikan dasar dan Provinsi untuk pendidikan menengah. (3) Kurikulum pendidikan tinggi dikembangkan oleh perguruan tinggi yang bersangkutan dengan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan untuk setiap program studi. (4) Kerangka dasar dan struktur kurikulum pendidikan tinggi dikembangkan oleh perguruan tinggi yang bersangkutan dengan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan untuk setiap program studi.

PENDIDIKAN DAN PEMBANGUNAN

I. Gambaran Umum Tentang Pendidikan a) Hubungan Pendidikan Dengan Manusia Pendidikan berkaitan erat dengan manusia. Anak-anak menerima pendidikan dari orangtuanya. Tujuannya agar anak-anak bisa menjadi bisa menjadi manusia kaya-arti yakni menjadi manusia yang cerdas mental-spritual dan cerdas otak dan memiliki ketrampilan dan berguna bagi dirinya, keluarga dan masyarakat. b) Ketentuan Umum tentang Pendidikan Nasional Pendidikan dewasa ini diatur dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam UU ini ditetapkan perumusan tentang Pendidikan sebagai berikut :
a. Pendidikan adalan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. (pasal 1)
b. Dasar Pendidikan Nasional adalah Pancasila dan UUD 1945. (pasal 2) c. Tujuan

Pendidikan

Nasional

adalah

mengembangkan

kemampuan

dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. (pasal 3) c) Jenis dan Lingkungan/Jalur Pendidikan 1. Pendidikan oleh orang tua melalui jalur keluarga disebut pendidikan informal.

2. Pendidikan yang dilaksanakan oleh para pendidik melalui jalur lembaga pendidikan dalam sekolah (PDS) disebut pendidikan formal. 3. Pendidikan yang dilaksanakan di luar jalur keluarga dan sekolah disebut pendidikan luar sekolah atau pendidikan non formal. Di Indonesia lembaga pendidikan dalam sekolah terbagi atas 4 jenjang yaitu : 1) Lembaga Pendidikan Prasekolah (satuan pendidikan Play Group dan TK) 2) Lembaga Pendidikan Dasar (satuan pendidikan SD dan SMP) 3) Lembaga Pendidikan Menengah (satuan pendidikan SMA dan SMK) 4) Lembaga Pendidikan Tinggi (satuan pendidikan Akademi, Sekolah Tinggi, Universitas).

II.

Dimensi Manusia dalam Proses Pembangunan a. Pembangunan Nasional Kata pembangunan adalah sebuah discourse, suatu pendirian, atau suatu paham, bahkan merupakan suatu ideologi dan teori tentang perubahan sosial. Pandangan ini menilai konsep pembangunan sendiri bukanlah kata yang bersifat netral, melainkan suatu aliran dan keyakinan ideologis dan teoritis serta praktek mengenai perubahan sosial. Menurut Robert. R. Garner : Pembangunan adalah sikap mental. Orang-orang harus mengembangkan dirinya lebih dahulu sebelum dapat merubah lingkungan fisiknya dan ini adalah proses yang lambat. Kebiasaan cara berpikir dan bertingkah laku adalah penghalang yang paling berat bagi pembangunan. b. Peranan Manusia dalam Proses Pembangunan Manusia dalam pembangunan berperan ganda yakni sebagai subjek pembangunan (pelaksana) dan sebagai objek pembangunan. Sebagai subjek pembangunan manusia berperan sebagai produsen yaitu orang-orang secara langsung atau tidak langsung

menggerakkan proses produksi dalam pabrik-pabrik, perusahaan-perusahaan dan lembaga sosial budaya, yang berperan sebagai : 1. Pencipta rancang bangun atau gagasan-gagasan, baik yang merupakan cita-cita

atau maupun teknologi baru. 2. Pengelola operasi-operasi yang terjadi di pabrik-pabrik, perusahaan-perusahaan

dan lembaga sosial budaya, politik, pertahanan. 3. Pelaksana operasi-operasi di pabrik-pabrik, perusahaan-perusahaan dan lembaga

sosial budaya, politik, pertahanan. Sebagai objek pembangunan, manusia yang berperan sebagai konsumen yaitu : 1. Pengguna/penikmat hasil-hasil pembangunan, baik yang berupa barang-barang kebutuhan maupun jasa. 2. Penilai hasil-hasil pembangunan, baik yang berupa barang-barang kebutuhan maupun jasa.

III.

Pengalaman dan Masalah Pada Masa Pembangunan Nasional


a. Pada Masa Pra Orde Baru

Langkah-langkah kebijakan pembangunan ekonomi dan iptek diprioritaskan dari pada pembangunan mental-spritual. Segala kegiatan diarahkan kepada berbagai usaha untuk mencapai tujuan politik misalnya membangkitkan nasionalisme, rasa persatuan bangsa, penggalangan kekuatan bangsa dan kehidupan perang dingin pada waktu itu. Kecenderungan-kecenderungan dalam bidang politik, ekonomi dan kebudayaan pada waktu itu menyelusup masuk ke dalam dunia pendidikan nasional. Secara praktis, pendidikan lebih berorientasi pada indoktrinasi dan menolak unsure budaya dari luar yang diperlukan bagi pembangunan. Pendidikan tidak diarahkan kepada pembekalan generasi muda dengan bekal-bekal yang diperlukan bagi pembentukan potensi menjadi manusia berguna bagi dirinya dan

bagi masyarakat, bangsa dan negara yang sedang membangun, melainkan mulai tampak ciri-ciri semangat militeralisme. Semangat otoriterisme mulai memasuki masyarakat dalam bidang pendidikan. Segala sesuatu diarahkan kepada kemauan penguasa sehingga kebebasan berpikir, berpikir alternatif, berpikir kritis semakin lama semakin kabur, selain apa yang disodorkan oleh penguasa. b. Pada Era Orde Baru Dalam era ini ekonomi dijadikan panglima. Selama era Orde Baru banyak hasil yang dicapai. Bangsa Indonesia berubah dari salah satu bangsa termiskin di dunia menjadi bangsa yang tingkat pendapatan ekonominya termasuk tingkat menengah.

IV.

Pembangunan Sistem Pendidikan Nasional a. Tujuan Pembangunan Sistem Pendidikan Nasional Tujuan dari pembangunan sistem pendidikan nasional yaitu agar dapat memenuhi kebutuhan manusia. Manusia cenderung berupaya untuk mendekatkan dirinya pada kesempurnaan, untuk itu perlu dilakukan perbaikan-perbaikan, termasuk sistem pendidikan. Selain itu, pengalaman manusia juga berkembang. Itulah sebabnya mengapa sistem pendidikan sebagai sarana yang menghantar manusia untuk menemukan jawaban atas teka teki mengenai dirinya, juga selalu disempurnakan. b. Wujud Pembangunan Sistem Pendidikan Secara makro, sistem pendidikan meliputi banyak aspek yang satu sama lain saling terkait, yaitu aspek filosofis dan keilmuan, yuridis, struktur, dan kurikulum.
1. Hubungan Antar Aspek-aspek

Aspek filosofis keilmuan dan yuridis menjadi landasan bagi aspek-aspek yang lain, karena memberikan arah pada aspek-aspek lainnya. Meskipun aspek filosofis

menjadi landasan, tetapi tidak harus diartikan bahwa setiap terjadi perubahan filosofis dan yuridis harus diikuti dengan perubahan aspek-aspek yang lain secara total. 2. Aspek Filosofis dan Keilmuan Aspek filosofis berupa penggarapan tujuan nasional pendidikan. Rumusan tujuan pendidikan nasional yang tentunya memberikan peluang bagi pengembangan hakikat manusia yang kodrati yang berarti pula bersifat wajar. Bagi kita pengembangan sifat kodrati manusia itu pararel dengan jiwa Pancasila. 3. Aspek Yuridis Aspek struktur pembangunan sistem pendidikan berperan pada upaya

pembenahan struktur pembangunan pendidikan yang mencakup jenjang dan jenis pendidikan, lama waktu belajar dari jenjang yang satu ke jenjang yang lain, sebagai akibat dari perkembangan sosial budaya dan politik. 4. Aspek Kurikulum Kurikulum merupakan sarana untuk mencapai tujuan. Tujuan kurikuler berubah, maka kurikulum juga berubah. Perubahan tersebut dapat berupa materinya, orientasinya, pendekatannya maupun metodenya.

Sumber: Munib, Achmad. 2009. Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang: Unnes Press

Você também pode gostar