Você está na página 1de 8

Program Penelitian Mahasiswa

ARTIKEL JUDUL

MENGIKIS HABIS TERORISME (PERAN DAN FUNGSI DENSUS 88 ANTI TEROR POLRI)
Oleh :

DARWANTO TRI ANNI AYYUNNIFA

3450407082 8111409158

(Ketua) (Anggota)

Dibiayai Oleh:
Daftar Isian Pelaksana Anggaran (Dipa) Universitas Negeri Semarang Nomor: 0597/023-04.2/13/2011, tanggal 20 Desember 2010 Sesuai Dengan Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) Nomor: 847/H37.3.1/KU/2011, tanggal 25 Mei 2011

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


NOPEMBER, TAHUN 2011

MENGIKIS HABIS TERORISME


(PERAN DAN FUNGSI DENSUS 88 ANTI TEROR POLRI)
Oleh : Darwanto Abstrak Maraknya aksi teror di Indonesia, semakin membuat daftar panjang tak amannya negeri ini. Fenomena tersebut menggertak pemerintah untuk segera menanggulangi dengan cepat. Melalui Polri, Kapolri membentuk detasemen khusus untuk menanggulangi aksi terorisme tersebut, sebagai perwujudan atas amanat Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2003 tentang Penetapan Perppu Nomor 1 Tahun 2002 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme, menjadi Undang-Undang. Perannya sebagai aparat penegak hukum dan fungsinya sebagai penyelidik dan penyidik dalam perkara khusus tindak pidana terorisme, hanyalah untuk mewujudkan ide-ide dalam penegakan hukum. Berbagai prestasi yang telah diraih Densus 88 Anti Teror Polri dalam menanggulangi terorisme, merupakan sebuah usaha Polri untuk mengembalikan dan menjaga rasa aman di masyarakat dari aksi-aksi terorisme. Kata Kunci: Peran, Fungsi, Efektivitas, Densus 88 Anti Teror Polri, Terorisme

Abstract The actions of terror in Indonesia to make a long list the our country are not peaceful again. This phenomenon to make a grit governments for cope it quickly. By the Indonesian Republic Police The Leader of Indonesian Republic Police to make special detachment for to cope the terrorism actions. As the realization for mandate the act of number 15 of year 2003 about determined of government regulation of act substitute number 1 of year 2002, about eradication of criminal terrorism, become act. The actor as apparatus of law enforcement and the function as investigators to the criminal of terrorism only for to realization of law enforcement ideas. Many performance who get by Special Detachment 88 Anti Terror of Indonesian Republic Police to eradication of terrorism, constitute a effort of Indonesian Republic Police for return of and keep to peaceful taste peoples from terrorism actions. Keywords: Actor, Function, Effectiveness, Special Detachment 88 Anti Terror of Indonesian Republic Police, Terrorism.

A. Pendahuluan
Aksi teror yang menghentakan bangsa Indonesia adalah ketika terjadinya aksi pemboman di Bali Paddys Pub dan Sari Club di Legian, Kuta, Bali pada tanggal 12 Oktober 2002. Semakin merajalelanya aksi-aksi terorisme melalui serentetan aksi-aksi

pembomannya yang meresahkan bangsa Indonesia, maka pada tanggal 18 Oktober 2002, Pemerintah Indonesia segera memasukkan agenda pemberantasan tindak pidana terorisme ke dalam kebijakan politik dan keamanan nasional dengan mengeluarkan 2

Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2002 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme, Peraturan Pemerintah Pengganti UndangUndang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Pemberlakuan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2002 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme, pada Peristiwa Peledakan Bom di Bali Tanggal 12 Oktober 2002 Dan Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Terorisme, diikuti dengan Penetapan Surat Keputusan Menko Polkam Nomor Kep 26/Menko/Polkam/11/2002 tentang Pembentukan Desk Koordinasi Pemberantasan Terorisme yang bekerja di level nasional sebagai satuan Pelaksana Tugas di bawah Presiden. Pada tahun 2003, Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2002 ditetapkan menjadi Undang-Undang dengan Undang-Undang Nomor 15 tahun 2003 tertanggal 4 April 2003, tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2002 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme, menjadi Undang-Undang. Setelah disahkannya Undang-Undang Nomor 15 tahun 2003 tersebut, Presiden

Republik Indonesia segera meminta Kapolri untuk membentuk satuan khusus guna menanggulangi aksi terorisme di Indonesia yaitu dengan dibentuknya Detasemen Khusus 88 Anti Teror Polri atau yang biasa disebut dengan Densus 88 Anti Teror dengan Skep Kapolri No. Pol: Kep/30/VI/2003 tertanggal 20 Juni 2003, untuk melaksanakan Undang-Undang No. 15 Tahun 2003 tentang Penetapan Perppu No. 1 Tahun 2002 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme, menjadi UndangUndang, yaitu dengan kewenangan melakukan penangkapan dengan bukti awal yang dapat berasal dari laporan intelijen manapun, selama 7 kali 24 jam (sesuai Pasal 26 dan 28). Akan tetapi, terbentuknya Densus 88 Anti Teror tidak membuat kelompok teroris gentar sedikitpun. Hal itu dibuktikan dengan peristiwa pemboman Hotel JW Marriott milik jaringan Hotel Amerika di Kawasan Mega Kuningan Jakarta dengan menggunakan bom mobil pada tanggal 5 Agustus 2003. Dalam penanganan terorisme di Indonesia kita ketahui banyak satuan anti teror dari pihak TNI maupun BIN dan mereka memiliki kemampuan penanggulangan anti teror yang sangat luar biasa. Namun, dengan di Bentuknya detasemen anti teror dari Polri, bagaimana peran detasemen tersebut dalam penanggulangan tindak pidana terorisme sebagai salah satu unsur dalam sistem peradilan pidana Indonesia. Dan bagaimanakah efektivitasnya.

Dari permasalahan tersebut, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran dan fungsi Detasemen Khusus 88 Anti Teror Polri terhadap penanggulangan terorisme dalam sistem peradilan pidana di Indonesia. Serta untuk mengetahui efektivitas Detasemen Khusus 88 Anti Teror Polri dalam menanggulangi terorisme di Indonesia. Sedangkan manfaat yang diharapkan dari penelitian dan penulisan ini baik secara teoritis maupun praktis adalah Secara teoritis untuk menambah kajian dan gagasan baru mengenai upaya menanggulangi aksi terorisme di Indonesia guna mengembangkan ilmu pengetahuan hukum sebagai suatu disiplin ilmu terhadap masalah yang terjadi di masyarakat. Secara Praktis (bagi Penulis): Penulis dapat mengetahui secara langsung bagaimana peran dan fungsi Densus 88 Anti Teror Polri dalam menanggulangi terorisme di Indonesia dan guna memenuhi tugas akhir dalam rangka menyelesaikan studi strata satu pada prodi ilmu hukum Universitas Negeri Semarang. Bagi Pemerintah: Dapat memberikan masukan kepada pemerintah untuk dapat melindungi negara dari gangguan internal, menjaga ketahanan nasional dan perlindungan terhadap masyarakat dari rekruitmen kelompok teroris dengan doktrin jihad sesat yang meresahkan masyarakat melalui peran dan fungsi Densus 88 Anti Teror Polri. Dan Bagi Masyarakat: yaitu untuk memberikan informasi dan pengetahuan kepada masyarakat akan pentingnya Densus 88 Anti Teror Polri dalam menanggulangi terorisme di Indonesia untuk ketentraman kehidupan bermasyarakat dan bernegara dapat terjamin, serta memberikan kewaspadaan kepada masyarakat agar menghindari dakwah yang mengajarkan jihad sesat dengan jaminan masuk surga yang menganjurkan untuk menghancurkan sesuatu yang berbau Amerika/Yahudi. Mengenai peran, fungsi, dan efektivitas Densus 88 Anti Teror Polri, dapat di kaj dari teori peran, fungsi, dan efektivitas serta penegakan hukum dalam sistem peradilan pidana.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan yuridis sosiologis. Secara yuridis yaitu ketentuan-ketentuan normatif atau peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang terorisme. sedangkan secara sosiologis adalah peran dan fungsi Densus 88 Anti Teror Polri dalam menanggulangi terorisme di Indonesia. Lokasi penelitian yang dipilih adalah Densus 88 Anti Teror Polri Jln. Trunojoyo no. 3 Jakarta Selatan. karena sebagai pusat kepemimpinan Densus 88 Anti Teror Polri di Indonesia segala data-data yang terkait peran dan fungsi serta efektivitas Densus 88 Anti Teror Polri dalam menanggulangi terorisme di Indonesia akan mudah di dapat. Sumber data dalam penelitian ini adalah: sumber data primer dari Kaur Kermadagri bagian OPS Densus 88 Anti Teror Polri, Kasubbag Sumda Densus 88 Anti Teror Polri; dokumentasi dari dokumen dan arsip Densus 88 Anti Teror Polri; sumber data sekunder segala peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang Densus 88 Anti Teror Polri. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, dokumentasi dan studi kepustakaan. Metode analisis data dalam penelitian ini, antara lain: pengumpulan data; reduksi data; penyajian data; pengambilan keputusan. Hasil penelitian dan pembahasan menunjukkan bahwa: 1) Berperannya Densus 88 Anti Teror Polri dalam penegakan hukum dengan fungsinya sebagai penyelidik dan penyidik dalam tindak pidana terorisme di Indonesia, para pelaku tindak pidana terorisme dapat diproses secara hukum sesuai amanat Undang-Undang Nomor 15 tahun 2003 tentang Tindak Pidana Teororisme. Sehingga, proses hukum yang adil dan layak dapat diwujudkan, serta mewujudkan tujuan dari sistem peradilan pidana, yaitu:

mencegah masyarakat menjadi korban kejahatan terorisme, menyelesaikan kasus kejahatan terorisme yang terjadi sehingga masyarakat puas bahwa keadilan telah ditegakkan dan yang bersalah dipidana, dan mengusahakan mereka yang pernah melakukan kejahatan tidak akan mengulangi lagi kejahatan terorisme. 2) Berbagai

presatasi yang diraih Densus 88 Anti Teror Polri dalam menanggulangi terorisme, sehingga menciptakan rasa aman kembali di masyarakat dari jaringan terorisme yang meresahkan masyarakat. Hal tersebut menunjukan sebuah indikator bahwa Detasemen 88 Anti Teror Polri efektif dalam menanggulangi terorisme di Indonesia. Sebagai salah satu unsur faktor yang mempengaruhi penegakan hukum, efektivitas Detasemen 88 Anti Teror Polri juga merupakan indikator bahwa penegakan hukum atas tindak pidana terorisme telah terlaksana dengan baik dan tindak pidana terorisme dapat di tanggulangi. Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa, 1) Peran dan fungsi Densus 88 Anti Teror Polri dalam menanggulangi terorisme merupakan sebuah upaya untuk mewujudkan tujuan dari sistem peradilan pidana, yaitu mencegah masyarakat menjadi korban kejahatan terorisme, menyelesaikan kasus kejahatan terorisme yang terjadi sehingga masyarakat puas bahwa keadilan telah ditegakkan dan yang bersalah dipidana, serta mengusahakan mereka yang pernah melakukan kejahatan tidak akan mengulangi lagi kejahatan terorisme, sebagaimana telah diamanatkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2003 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme; 2) Efektivitas Densus 88 Anti Teror Polri dalam menanggulangi terorissme di Indonesia, merupakan indikator bahwa penegakan hukum atas tindak pidana terorisme dapat dilaksanakan dengan baik dengan terwujudnya kepastian hukum, kemanfaatan hukum dan keadilan hukum di masyarakat serta tindak pidana terorisme di Indonesia dapat ditanggulangi. Saran yang dapat penulis berikan dari hasil penelitian tersebut adalah meningkatkan

profesisonalitas kinerja dan koordinasi antar instansi dalam menanggulangi terorisme agar tidak terjadi salah tangkap (error in persona), serta tetap bekerja dalam koridor hukum yang berlaku.

Daftar Pustaka
Anwar dan Adang. 2009. Sistem Peradilan Pidana (konsep, komponen & peklaksanaannya dalam penegakkan hukum di Indonesia). Bandung: Widya padjajaran. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi Ketiga). 2005. Jakarta: Balai Pustaka Mardalis.2009. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: Bumi Aksara. Masyhar, Ali. 2009.Gaya Indonesia Menghadang Terorisme.Bandung: Mandar Maju. Moleong, Lekaliy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Priatmodjo, Galih. 2010. Densus 88 The Undercover Squad. Yogyakarta: Narasi. Rahardjo, Satjipto. 2009. Penegakan Hukum.Jogyakarta: Genta Publishing. Sudarto, Hukum Pidana I,Yayasan Sudarto d/a Fakultas Hukum Undip, Semarang, 1990.

Daftar Peraturan Perundang-undangan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2003 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2002 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme, menjadi Undang-undang Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana Surat Keputusan Kapolri No. 30/VI/2003 tentang Perubahan atas Keputusan Kapolri No.:Kep/53/X/2002, tertanggal 17 Oktober 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Satuan-satuan Organisasi pada tingkat Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia Peraturan Kepala Kepolisian Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2010 tertanggal 14 September 2010 tentang Susunan Organisasi an Tata Kerja Satuan Organisasi pada tingkat Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia Daftar Web http://www.roabaca.com/serba-serbi/daftar-nama-nama-buronan-utama-teroris-diindonesia.html 14.50 WIB//05-MEI-2011 http://akudansekitar.blogspot.com/2011/05/daftar-pimpinan-al-qaeda-yang.html 15.12 WIB /// 5-mei-2011 http://www.atjehpost.com/nusantara/nasional/596-evolusi-bom-rakitan-teroris-indonesia.html 14:02 // 05-mei-2011

http://al-bantany-112.blogspot.com/2009/11/kumpulan-teori-efektivitas.html 21.09 wib /// 08-mei-2011


http://www.shvoong.com/law-and-politics/criminal-law/2027069-pengertian-sistemperadilan-pidana/ 21.09 wib /// 08-mei-2011

Você também pode gostar