Você está na página 1de 7

Penyebab dan Penelitian tentang Autis

By bundapiaradaku Ahihihi malam yang indah, dan seharusnya lebih indah lagi jika aku segera menyiapkan diri untuk esok hari (menyindir diri sendiri ) Well, hari ini saya belajar tentang autis. Diawali oleh keikutsertaan saya dalam kompetisi menulis FF di blog multiply yang berkisah tentang anak autis, lalu ada pembaca yang menanyakan kepada saya tentang penyebab autis. Hmmm sejujurnya tidak banyak saya tahu Bunda. Namun di kesempatan malam ini sebelum saya mengerjakan tugas (semoga tidak tergoda ), saya akan sedikit merangkumnya untuk anda. Kembali tentang autis, Autis merupakan gejala yang timbul karena adanya gangguan atau kelainan saraf pada otak seseorang. Diduga autis terjadi karena jembatan yang menghubungkan antara otak kanan dan otak kiri bermasalah atau terhambat. Dari hasil saya berselancar di berbagai situs, saya kutipkan keterangan yang menjelaskan tentang penelitian-penelitian yang telah diadakan di seluruh dunia, Banyak ahli melakukan penelitian dan menyatakan bahwa bibit autisme telah ada jauh hari sebelum bayi dilahirkan bahkan sebelum vaksinasi dilakukan. Kelainan ini dikonfirmasikan dalam hasil pengamatan beberapa keluarga melalui gen autisme. Patricia Rodier, ahli embrio dari Amerika bahwa korelasi antara autisme dan cacat lahir yang disebabkan oleh thalidomide menyimpulkan bahwa kerusakan jaringan otak dapat terjadi paling awal 20 hari pada saat pembentukan janin. Peneliti lainnya, Minshew menemukan bahwa pada anak yang terkena autisme bagian otak yang mengendalikan pusat memory dan emosi menjadi lebih kecil dari pada anak normal. Penelitian ini menyimpulkan bahwa gangguan perkembangan otak telah terjadi pada semester ketiga saat kehamilan atau pada saat kelahiran bayi. Karin Nelson, ahli neorology Amerika mengadakan menyelidiki terhadap protein otak dari contoh darah bayi yang baru lahir. Empat sampel protein dari bayi normal mempunyai kadar protein yang kecil tetapi empat sampel berikutnya mempunyai kadar protein tinggi yang kemudian ditemukan bahwa bayi dengan kadar protein otak tinggi ini berkembang menjadi autisme dan keterbelakangan mental. Nelson menyimpulkan autisme terjadi sebelum kelahiran bayi. Sampai tulisan ini diturunkan (gaya jurnalis ), penelitian di berbagai belahan dunia masih terus dilakukan, dan luar biasanya kasus autisme yang bertambah setiap tahun menjadi perhatian seluruh pakar dan para orangtua. Maka berbicara masalah penyebab, para pakar pun menyatakan bahwa penyebabnya dipicu oleh banyak faktor, untuk sementara faktor pemicu yang menyebabkan autis beberapa di antaranya adalah lingkungan yang terpapar merkuri atau logam berat, pestisida atau antibiotik yang

berlebihan, faktor genetik, juga faktor pemberian nutrisi sewaktu bayi masih di dalam kandungan. Makanan yang mengandung bahan pengawet yang dikonsumsi ibu hamil berpengaruh terhadap pertumbuhan janin (Makanan yang mengandung bahan pengawet, seperti makanan cepat saji, sangat buruk bagi pertumbuhan janin. Makanan laut yang tercemar merkuri juga berbahaya bagi janin). Penyebab autisme yang multifaktor tersebut, maka sering disarankan kepada para orang tua dan juga keluarga yang memiliki anak autis untuk fokus terhadap penanganan anak tersebut dibanding terus berpikir tentang masa lalu dan mengira-ira penyebab anaknya menderita autis. Karena terus menerus berpikir ke belakang dan menyalahkan keadaan akan membuat orang tua menjadi depresi dan tidak bisa menerima kenyataan dalam hidupnya.

Pencegahan Autisme AUTIS memang membuat Orang Tua tidak percaya diri. Dengan tingkah laku anaknya yang serba seenaknya sendiri, yang asik bergelut dengan dunianya sendiri. Namun penyebab autis hingga kini belum diketahui secara pasti. Meski begitu, gangguan ini sebenarnya bisa dicegah. Bahkan, pencegahan bisa dilakukan sejak bayi masih berada dalam kandungan. Autis berasal dari bahasa Yunani auto berarti sendiri yang ditujukan kepada seseorang yang menunjukkan gejala hidup dalam dunianya sendiri. Autis merupakan gangguan perkembangan yang sangat kompleks pada anak. Dokter kandungan dari Rumah Sakit Omni Internasional, Alam Sutera Tangerang, dr Mufti Yunus Pot mengatakan, autis adalah kelainan neurologis yang memengaruhi perkembangan normal dari otak. Kelainan ini akan memengaruhi perkembangan normal dari otak di bidang interaksi sosial dan keterampilan komunikasi, ucapnya dalam acara talkshow Memahami Anak Berkebutuhan Khusus dan Penatalaksanaannya. Acara ini digelar dalam rangka memperingati ulang tahun ke3 Omni Hospital Alam Sutera, beberapa waktu lalu. Mufti mengatakan, gejala utama autis adalah terjadinya gangguan dan keterlambatan, yaitu kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi, dan interaksi sosial. Tanpa melihat dan meraba, autis bisa terjadi pada siapa saja. Sampai saat ini, autis belum ditemukan penyebab pastinya. Selain itu, penderita autis jumlahnya kian meningkat dengan persentase lelaki dibandingkan perempuan ialah 4 banding 1. Di Kanada dan Jepang, pertambahan ini mencapai 40 persen sejak 1980. Di California, Amerika Serikat, pada 2002 terdapat 9 kasus autis setiap harinya. Jumlahnya kian meningkat, namun metode diagnosis kian berkembang, tutur dokter lulusan Universitas Andalas, Sumatera Barat, ini. Walaupun belum diketahui secara pasti penyebabnya, seorang ibu bisa melakukan pencegahan sejak dalam kandungan. Beberapa cara yang bisa dilakukan yaitu seperti mendetoks sang ibu dan janin, di antaranya dengan mengonsumsi bahan alami yang sudah teruji. Lakukan skrining terutama skrining infeksi virus seperti TORCH (toxoplasma, rubela, citomegalovirus, herpes atau hepatitis), sarannya. Adapun yang harus diwaspadai oleh ibu hamil dan berhubungan dengan terjadinya autis ialah keadaan pendarahan selama kehamilan. Pendarahan selama kehamilan umumnya karena placental complications yang mengakibatkan gangguan transportasi oksigen dan nutrisi ke bayi yang mengakibatkan gangguan pada otak janin. Pendarahan awal kehamilan juga berhubungan dengan kelahiran prematur dan bayi lahir berat rendah yang juga merupakan risiko tinggi terjadinya autis. Selain itu, yang harus diawasi ialah keadaan infeksi selama persalinan, terutama infeksi virus, pemakaian obat-obatan, merokok, stres selama kehamilan juga menjadi keadaan yang memicu terjadinya bayi lahir dengan autis, ucapnya.

Dalam hal mengonsumsi obat, berhati-hatilah minum obat selama kehamilan. Jika ingin mengonsumsi obat, sebaiknya konsultasikan dengan dokter terlebih dahulu, terutama obat-obatan yang diminum selama kehamilan di trimester pertama. Pada masa persalinan, gangguan persalinan yang dapat meningkatkan risiko terjadinya autis adalah pemotongan tali pusat terlalu cepat. Dikatakan oleh seorang pakar autisme, nutrisi dan suplemen dari Australia, Dr Igor Tabrizian MD, bahwa upaya pencegahan tampaknya hanya bertujuan agar gangguan perilaku yang terjadi tidak semakin parah, bukan untuk mencegah terjadinya autis. Untuk itu, yang paling utama ialah menghindari risiko terjadinya gangguan atau gangguan pada organ tubuh kita. Lakukan pencegahan sedini mungkin sejak merencanakan kehamilan, saat kehamilan, persalinan, dan periode usia anak, ujarnya. Untuk mencegah gangguan perkembangan sejak kehamilan, kita harus melihat dan mengamati penyebab dan faktor risiko terjadinya gangguan perkembangan sejak dalam kehamilan. Beberapa cara untuk mencegah terjadinya gangguan tumbuh kembang sejak dalam kehamilan, di antaranya dengan memeriksakan dan mengonsultasikan ke dokter spesialis kebidanan dan kandungan lebih awal. Konsultasi dan pemeriksaan ke dokter spesialis kebidanan dan kandungan, sebaiknya dilakukan secara rutin dan berkala, dan selalu mengikuti nasihat dan petunjuk dokter dengan baik, ucap Igor. Dalam hal diagnosis, dibutuhkan diagnosis yang tepat dan akurat. Patokan bahwa seorang anak yang mengalami autis memiliki tujuh ciri anak autis. Nah jika anak mengalami dua atau lebih dari ciri tersebut, maka bisa dikatakan anak tersebut autis.? sumber : ganesti.com

Senin, 15 Maret 2010


Faktor penyebab Anak Autis FAKTOR RESIKO Karena penyebab Autis adalah multifaktorial sehingga banyak faktor yang mempengaruhi.Sehingga banyak teori penyebab yang telah diajukan oleh banyak ahli. Hal ini yang menyulitkan untuk memastikan secara tajam faktor resiko gangguan autis. Faktor resiko disusun oleh para ahli berdasarkan banyak teori penyebab autris yang telah berkembang. Terdapat beberapa hal dan keadaan yang membuat resiko anak menjadi autis lebih besar. Dengan diketahui resiko tersebut tentunya dapat dilakukan tindakan untuk mencegah dan melakukan intervensi sejak dini pada anak yang beresiko. Adapun beberapa resiko tersebut dapat diikelompokkan dalam beberapa periode, seperti periode kehamilan, persalinan dan periode usia bayi.

PERIODE KEHAMILAN Perkembangan janin dalam kehamilan sangat banyak yang mempengaruhinya. Pertumbuhan dan perkembangan otak atau sistem susunan saraf otak sangat pesat terjadi pada periode ini, sehingga segala sesuatu gangguan atau gangguan pada ibu tentunya sangat berpengaruh. Gangguan pada otak inilah nantinya akan mempengaruhi perkembangan dan perilaku anak kelak nantinya, termasuk resiko terjadinya autisme. Beberapa keadaan ibu dan bayi dalam kandungan yang harus lebih diwaspadai dapat berkembang jadi autism adalah infeksi selama persalinan terutama infeksi virus. Peradarahan selama kehamilan harus diperhatikan sebagai keadaan yang berpotensi mengganggu fungsi otak janin. Perdarahan selama kehamilan paling sering disebabkan karena placental complications, diantaranya placenta previa, abruptio placentae, vasa previa, circumvallate placenta, and rupture of the marginal sinus. Kondisi tersebut mengakibatkan gangguan transportasi oksigen dan nutrisi ke bayi yang mengakibatkan gangguan pada otak janin. Perdarahan awal kehamilan juga berhubungan dengan kelahiran prematur dan bayi lahir berat rendah. Prematur dan berat bayi lahir rendah tampaknya juga merupakan resiko tinggi terjadinya autis perilaku lain yang berpotensi membahayakan adalah pemakaian obat-obatan yang diminum, merokok dan stres selama kehamilan terutama trimester pertama. Adanya Fetal Atopi atau Maternal Atopi, yaitu kondisi alergi pada janin yang diakibatkan masuknya bahan penyebab alergi melalui ibu. Menurut pengamatan penulis, hal ini dapat dilihat adanya Gerakan bayi gerakan refluks oesefagial (hiccupps/cegukan) yang berlebihan sejak dalam kandungan terutama terjadi malam hari. Diduga dalam kedaaan tersebut bayi terpengaruh pencernaan dan aktifitasnya oleh penyebab tertentu termasuk alergi ataupun bahan-bahan toksik lainnya selama kehamilan. Infeksi saluran kencing, panas tinggi dan Depresi. Wilkerson dkk telah melakukan penelitian terhadap riwayat ibu hamil pada 183 anak autism dibandingkan 209 tanpa autism. Ditemukan kejadian infeksi saluran kencing, panas tinggi dan depresi pada ibu tampak jumlahnya bermakna pada kelompok ibu

dengan anak autism.

PERIODE PERSALINAN Persalinan adalah periode yang paling menentukan dalam kehidupan bayi selanjutnya. Beberapa komplikasi yang timbul selama periode ini sangat menentukan kondisi bayi yang akan dilahirkan. Bila terjadi gangguan dalam persalinan maka yang paling berbahaya adalah hambatan aliran darah dan oksigen ke seluruh organ tubuh bayi termasuk otak. Organ otak adalah organ yang paling sensitif dan peka terhadap gangguan ini, kalau otak terganggu maka sangat mempengaruhi kualitas hidup anak baik dalam perkembangan dan perilaku anak nantinya. Gangguan persalinan yang dapat meningkatkan resiko terjadinya autism adalah : pemotongan tali pusat terlalu cepat, Asfiksia pada bayi (nilai APGAR SCORE rendah < 6 ), komplikasi selama persalinan, lamanya persalinan, letak presentasi bayi saat lahir dan erat lahir rendah ( < 2500 gram).

PERIODE USIA BAYI Dalam kehidupan awal di usia bayi, beberapa kondisi awal atau gangguan yang terjadi dapat mengakibatkan gangguan pada optak yang akhirnya dapat beresiko untuk terjadinya gangguan autism. Kondisi atau gangguan yang beresiko untuk terjadinya autism adalah prematuritas, alergi makanan, kegagalan kenaikan berat badan, kelainan bawaan : kelainan jantung bawaan, kelainan genetik, kelainan metabolik, gangguan pencernaan : sering muntah, kolik, sulit buang air besar, sering buang air besar dan gangguan neurologI/saraf : trauma kepala, kejang, otot atipikal, kelemahan otot.

PENCEGAHAN Tindakan pencegahan adalah yang paling utama dalam menghindari resiko terjadinya gangguan atau gangguan pada organ tubuh kita. Banyak gangguan dapat dilakukan strategi pencegahan dengan baik, karena faktor etiologi dan faktor resiko dapat diketahui dengan jelas. Berbeda dengan kelainan autis, karena teori penyebab dan faktor resiko belum masih belum jelas maka strategi pencegahan mungkin tidak bisa dilakukan secara optimal. Dalam kondisi seperti ini upaya pencegahan tampaknya hanya bertujuan agar gangguan perilaku yang terjadi tidak semakin parah bukan untuk mencegah terjadinya autis. Upaya pencegahan tersebut berdasarkan teori penyebab ataupun penelitian faktor resiko autis. Pencegahan ini dapat dilakukan sedini mungkin sejak merencanakan kehamilan, saat kehamilan, persalinan dan periode usia anak.

Oleh:

Dr Widodo Judarwanto SpA telp : (021) 70081995 - 4264126 - 31922005 email : wido25@hotmail.com htpp://www.alergianak.bravehost.com

Você também pode gostar