Você está na página 1de 9

H.

ASGAR ALI DJUAHAEPA: Dari Birokrat, Pengusaha Hingga DPRD Provinsi Sulawesi Tengah

Sulawesi Tengah sebagai salah satu daerah tingkat satu (provinsi) memiliki banyak sekali tokoh politik, terutama anggota DPRD. Mereka telah eksis sejak tahun 1952 hingga sekarang. Kontribusi pentingnya adalah telah mewakili berbagai kepentingan politik masyarakat Sulawesi Tengah. Eksistensi ini semakin nyata, ketika rakyat dinyatakan berhak memilih secara langsung wakil-wakil yang duduk di kursi legislatif. Tahun 1999. Sistem multi partai yang diterapkan di Indonesia menjadi bagian tersendiri dari proses politik itu. Inilah yang kemudian menyebabkan lahirnya seorang tokoh ekonomi ke panggung politik lokal Sulawesi Tengah. Beliau adalah Haji Asgar Ali Djuhaepa. Tokoh ekonomi yang aktif di berbagai organisasi sosial, sejak di Yogyakarta, Jakarta, dan Palu. Lama bermukim di Jakarta, barulah ia kembali ke kota kelahirannya. Sebuah perjalanan panjang yang sangat unik untuk diceritakan dan menjadi teladan. Berbagai kursus dan pelatihan pun diikutinya. Begitu juga dengan karier organisasinya, diawali di Kota Yogyakarta, kemudian ke Palu. Awal sebagai seorang birokrat, setelah itu ia menjadi pengusaha, anggota partai politik, dan akhirnya terpilih menjadi anggota DPRD Provinsi Sulawesi Tengah periode 2009-2014.

Masa Kecil Dan Pendidikan Sang Tokoh Asgar Ali Djuhaepa, lahir di Palu pada tanggal 11 Oktober 1954. Ia lahir dari keluarga yang taat beragama Islam. Anak ketiga dari enam bersaudara, putera pasangan Ali Djuhaepa dan Indoatja, biasa dipanggil Pak Asgar atau Asgar saja. Asgar dibesarkan dalam keluarga Kaili yang sangat dekat dengan kehidupan religius. Pada usia delapan tahun, barulah Asgar masuk Sekolah Dasar Negeri Palu. Selama enam tahun beliau meniti pendidikan di sekolah tersebut. Tepat pada tahun 1967, beliau dinyatakan lulus dari sekolah dasar tersebut. Selama menempuh pendidikan di Sekolah Dasar, Asgar ikut menyaksikan perkembangan Kota Palu di awal pertumbuhan Orde Baru. Sebagai anak sekolah dasar, ia belum mengerti dengan situasi politik yang terjadi di Indonesia saat itu. Peristiwa Gerakan 30 September dan Surat Perintah Sebelas Maret, dua peristiwa yang merubah konstelasi politik dan sejarah Indonesia. Satu hal yang masih diingatnya, yaitu saat sekolah di Sekolah Dasar Negeri Palu, bahwa Presiden Soekarno telah diganti oleh Soeharto yang diangkat sebagai Pejabat Presiden Republik Indonesia.

Lulus dari SDN Palu, Asgar pun melanjutkan pendidikan di jenjang lebih tinggi. Keinginannya ini sesuai dengan kemauan kedua orang tuanya yang berusaha agar puter-puteri mengenyam pendidikan lebih tinggi. Asgar pun melanjutkan ke Sekolah Menengah Ekonomi Pertama Negeri Palu. Pilihan ini sesuai dengan cita-citanya sebagai seorang entrepreneur. Dengan mempelajari ilmu ekonomi dari awal, beliau berharap untuk memiliki ilmu dan pengetahuan yang cukup banyak mengenai dunia ekonomi. Tiga tahun lamanya ia menempuh pendidikan di sekolah tersebut. Pada tahun 1970, beliau dinyatakan lulus dari sekolah tersebut. Pendidikan yang ditempuh selama di SMEP merupakan dasar untuk menempuh pendidikan ke jenjang selanjutnya. Asgar akhirnya memilih masuk ke Sekolah Menengah Ekonomi Atas (SMEA) dengan alasan untuk memperdalam ilmu ekonomi yang telah didapatkannya selama tiga tahun sebelumnya. Itulah dasar pilihan beliau, ketika memilih SMEA Negeri Palu sebagai jenjang pendidikan yang harus diselesaikannya lagi. Tahun 1970 adalah awal, beliau menempuh pendidikan di SMEA. Pendidikan menengah atas ini ditamatkannya pada tahun 1973. Tidak puas dengan tingkat pendidikannya, Asgar Ali Djuhaepa berangkat menuju Kota Yogyakarta. Memilih Kota Yogyakarta karena baginya Yogya merupakan pusat pendidikan dengan kualitas perguruan tinggi yang cukup baik. Banyak-nya perguruan tinggi di yogya dengan berbagai bidang jurusan akademik tak membuanya berpaling pada ilmu ekonomi, maka pilihannya jatuh ke Jurusan Keuangan Perbankan pada Akademi Keuangan dan Bank Yogyakarta. Selama empat tahun, sejak tahun 1974-1978, beliau hidup di Yogyakarta sebagai seorang mahasiswa. Hidup di Yogyakarta sebagai mahasiswa memberi kenangan tersendiri dalam diri Asgar. Kuliah empat tahun lamanya, bagi sebagian orang dirasa cukup melelahkan dan menguras kemampuan diri. Kehidupan di Yogyakarta dianggapnya sebagai sebuah alunan waktu yang sangat singkat dalam proses pembentukan dan pematangan dirinya sebagai anak manusia. Apalagi sebagai anak dari daerah yang masih melakukan proses pembangunan dan pembenahan di berbagai bidang kehidupan, maka sosok pemuda seperti Asgar sangat diharapkan untuk kembali ke daerah dengan segudang ilmu pengetahuan yang dapat diterapkan dan memberi manfaat kepada semua orang. pada tahun 1978, ia dinyatakan lulus diploma. Yogyakarta telah memberi kenangan yang sangat istimewa dalam hidupnya. Banyak hal yang telah dialaminya di kota tersebut. sejumlah pelajaran hidup hadir dan membentuk dirinya menjadi pribadi ulet serta mandiri. Pembentukan karakter dirinya di kota itu menjadi catatan tersendiri dalam menjalani kehidupan berikutnya. Terlalu istimewa memang perjalanan hidup di Kota Yogyakarta.

Lulus dari Akademi Keuangan Dan Perbankan Yogyakarta, Asgar berhak atas gelar B.Sc. Namun beliau tidak langsung melanjutkan pendidikan untuk meraih gelar Sarjana Lengkap (SE). Sebagaimana layaknya para mahasiswa lulusan Diploma. Karena Asgar lulus test di PT. Nurtanio ditempatkan di kantor BPAT di Jakarta membantu Prof. Dr. B.J. Habibie selaku Ketua BPPT dan Direktur Utama PT. Nurtanio, PT. DAL, dan PT. PINDAD. Semangat untuk melanjutkan pendidikan terus menggebu dalam dirinya. Ia tidak mau jika dirinya hanya menyandang gelar Diploma. Lima tahun lamanya sibuk dengan pekerjaan kantor membantu Prof. Dr. B.J. Habibie sambil menunggu kesempatan dan peluang untuk meraih cita-citanya tersebut. Tepat pada tahun ajaran baru, tahun 1983, Asgar kuliah lagi di Fakultas Ekonomi Universitas Krisnadwipayana di Jakarta, sambil tetap bekerja di BPPT/PT. Nurtanio. Empat tahun kemudian, dinyatakan lulus dari Universitas Krisnadwipayana. Tepatnya tahun 1987, Asgar dianugerahi gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Krisnadwipayana. Pada tahun 1998 Asgar melanjutkan pendidikan Magister, tetap sambil bekerja di BPPT. Ia begitu bersemangat. Semangat ini didukung pula oleh seluruh anggota keluarganya. Asgar memilih masuk ke Program Pasca Sarjana Sekolah Tinggi Managemen Labora di Jakarta. Beliau memilih kuliah di Program Studi Managemen Marketing (Managemen Pemasaran). Dua tahun lamanya beliau kuliah, dan berhasil lulus program Magister dengan baik. Saat ini (2011) sedang mengikuti program Doktor di Universitas Padjadjaran Bandung, Bidang Administrasi. Demikianlah lika-liku kehidupan Asgar sejak masa kanak-kanak hingga masa dewasa, Proses yang ia lalui dari Kota Palu, kota kelahirannya. Kemudian ke Yogyakarta selama empat tahun. Akhirnya bekerja dan menuntut ilmu sampai Jakarta.

Kursus Dan Diklat Sebagai seorang politisi, pebisnis, dan mahasiswa, Asgar Ali Djuhaepa telah mengikuti sejumlah kegiatan kursus dan diklat. Tahun 2004, beliau mengikuti Pendidikan Pelatihan Elektronik Security Sistem di Singapura. Sembilan tahun sebelumnya, ketika masih menjadi pebisnis, ia mengikuti Pendidikan Pelatihan Pameran Kapal Laut Melobourne, Negara Bagian Perth Australia. Kegiatan ini berlangsung pada tahun 1995. Kemudian secara berkala, Asgar Ali Djuahaepa mengikuti Pendidikan dan Latihan Event Organisasi Air Show di Paris Perancis. Ia tercatat enam kali mengikuti kegiatan tersebut, yakni 1983, 1985, 1987, 1989, 1991, dan 1993. Keikutsertaannya dalam kegiatan di Paris tersebut sangat terkait dengan bidang usaha penjualan Pesawat Terbang dan Dirgantara yang

ditekuninya, yakni sektor Industri Dirgantara. Setahun kemudian, tahun 1994, beliau kembali mengikuti kegiatan Pendidikan dan Latihan Event Organizer Fanborough di Inggris. Asgar banyak terlibat dalam berbagai kegiatan. Tahun 1974-1978 di Yogyakarta, beliau menjadi bagian dari Institut Karatedo Indonesia (INKAI) Yogyakarta. Tahun 1980-1982, ia mengikuti pendidikan bahasa Inggris pada lembaga Indonesia-Amerika di Jakarta. Pendidikan ini melatih dirinya untuk membangun suatu jaringan yang kuat dalam komunikasi Internasional. Kegiatan difokuskan untuk menunjang Industri Dirgantara Indonesia dan dunia Internasional. Tahun 1981, beliau ikut dalam Program Penataran Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4). Pada tahun yang sama, beliau mengikuti Pendidikan Upgrading Pesawat Terbang Nurtanio di Bandung. Dua tahun berikutnya, Asgar kembali mengikuti Pendidikan dan Pelatihan Dokumentasi Industri Pesawat Terbang Nurtanio di Bandung.

Riwayat Pekerjaan Sang Tokoh Manusia bekerja untuk mencari nafkah untuk kebutuhan sehari-hari. Namun pada waktu-waktu tertentu, seseorang bekerja karena ingin mendapatkan kesejahteraan dari penghasilannya tersebut. Simpanan ini digunakan untuk menyelesaikan persoalan ekonomi pribadi maupun keluarganya. Pengadaan saving merupakan salah satu langkah paling jitu dalam upaya menyelesaikan persoalan yang dihadapi. Beberapa hari setelah lulus dari Akademi Keuangan dan Perbankan di Yogyakarta pada tahun 1978, Asgar dan beberapa temannya diperkenalkan oleh Pak Ardi (orang Luwuk yang bekerja di Pertamina Cilacap) dan berkenalan dengan seseorang di Lobby Hotel Ambarukmo Yogyakarta, I. G. Toebe. Dari perkenalan tersebut dilanjutkan dengan ngobrol di Caf Hotel Ambarukmo. Setelah lama ngobrol tersadar bahwa I. G. Toebe adalah seorang Manager Pemasaran Pesawat Terbang Nurtanio yang saat itu sedang mendampingi PM. Malaysia, Tun Abd. Razak ke Yogyakarta. Tidak lama kemudian mereka mendapat surat dari Pak Toebe yang isinya meminta agar mengikuti ujian testing masuk PT. Nurtanio di Bandung. Mereka sepakat untuk mengikuti permintaan tersebut. Setelah mengikuti testing selama satu bulan dengan ribuan peserta, mereka dinyatakan lulus. Dari jumlah peserta hanya sekitar 10% yang lulus. Dua belas orang termasuk ditugaskan di Kantot BPPT Jakarta. Diaantara dua belas orang itu adalah Asgar Ali Djuaepa. Ia di tunjuk menjadi ketua rombongan. Tahun 1979-1982 mereka ditugaskan di Jakarta selaku Staf Pemasaran PT. Nurtanio. Pada tahun 1982-1986, menjadi Kepala Biro Sales dan Marketing PT. Nurtanio dan merangkap

jabatan sebagai General Manager Service Indonesia Air Show. Kemudian tahun 1986- 1987, Asgar diangkat menjadi Asisten Kepala Departemen Umum Komersiil PT. Nurtanio. Asgar merupakan pekerja yang rajin dan bertanggungjawab atas pekerjaannya. Sehingga pada tahun 1987-1993 dipercayakan menjadi Asisten Khusus Direktur Komersiil PT. Nurtanio dan merangkap sebagai kordinator Team Pengembangan Kawasan Timur Indonesia yang diketuai oleh Prof. Dr. Ing. B.J. Habibie. Tahun 1993-1998 menjadi Asisten Khusus Direktur Utama PT. IPTN, merangkap jabatan sebagai Ketua Pelaksana Peluncuran Pesawat Terbang N250. Dan ditahun yang sama menjadi Kepala Departemen General Service Indonesia Air Show. Sebagai seorang pekerja, Asgar tidak pernah merasa puas terhadap semua yang telah diperolehnya. Keinginannya untuk bisa sepenuhnya mengabdikan dirinya dalam usaha bidang industry semakin besar. Dan pada tahun 1991-1998 oleh Prof. Dr. Ing. B.J. Habibie, Asgar ditugaskan Menjual Pesawat Terbang, Roket, Helikopter, alat-alat berat, dan mempromosikan di negara-negara tetangga. Negara yang menjadi tujuannya seperti Arab Saudi, Mesir, Yordania, Kuwait, Bahrain, Abudhabi, Dubai, Oman, Qatar, Pakistan, India, Tahiland, Taiwan, Hongkong, China, Malaysia, Australia, Inggris, Perancis, dan Sri Langka. Setelah Prof. Ing. B.J. Habibie menjadi Presiden Republik Indonesia tahun 2000, Asgar dan beberapa temannya secara resmi mengajukan pensiun dini. Kemudian tahun 2000-2009 menjadi Direktur Utama PT. Dawa Nadurlemba dan merangkap dibeberapa jabatan seperti Kepala Perwakilan CBC Jepang, Kepala Perwakilan Dedilated Miow Inggris, Kepala Perwakila Asia Cino International Petrolium And Chemilar Co-China, dan Managing Direktor Pakarya Asia Pacific Trading PTE LTD Singapura. Dan tahun 2009-2014 anggota DPRD Provinsi Sulawesi Tengah Asgar hadir untuk menjadi seorang pengusaha sejak tahun 1999. Tahun itu (1999), pasca krisis moneter yang kemudian menjadi krisis ekonomi. Dan pada akhirnya menjadi krisis multidimensional yang terjadi di Indonesia, Beliau menjadi Managing Director Pakarya Asia Pasific Trading PTE Ltd. Singapore di Indonesia. jabatan ini diembannya hingga tahun 2003. Saat itu, ia resmi keluar, karena telah berada di Palu. berhenti dari perusahaan lama, ia ditunjuk sebagai Perwakilan Asia Sino Internasional Petrolium dan Chemical co. China. Jabatan ini diembannya dari tahun 2003-2005. Tahun 2004, politisi PPP ini kembali dipercaya untuk menjadi Perwakilan Pemasaran CBC Jepang. Jabatan ini masih diembannya hingga sekarang. Pada tahun yang sama (2004), beliau kembali mendapat kepercayaan untuk menjadi Perwakilan Dedicated Micros Inggris. Posisi itu pun masih dipegangnya hingga sekarang.

Setelah malang melintang di dunia bisnis, yakni mengelola bisnis orang lain, maka pada tahun 1999, Asgar mendirikan PT. Dana Ramakala. Perseoran terbatas ini bergerak di bidang Industri Kayu, Kopra, Kakao, Security System, Pariwisata. Salah satu buktinya, yaitu pengelolahan Taman Permandian Tumbelaka di Kelurahan Tipo Kecamatan Palu Barat. Di perusahaan tersebut, ia menjabat sebagai Direktur Utama hingga sekarang. Selain itu, pada tahun 2007, beliau kembali mendirikan PT. Vanta Naeyo (Iron Ore). Posisi beliau adalah Direktur Utama dalam Bidang Industri Tambang. Sebagai seorang mantan aktivis mahasiswa, birokrat, pebisnis, politisi, bapak tiga anak ini telah menerima beberapa penghargaan, baik tingkat lokal, nasional, maupun internasional. Tahun 1981, ia meraih piagam dari Pembina Penataran Tingkat Jawa Barat pada PT. Industri Pesawat Terbang Nurtanio. Dua tahun kemudian, beliau lagi-lagi meraih piagam penghargaan dari PT. Industri Pesawat Terbang Nurtanio Bandung. Kemudian Piagam dari Direktur Utama PT. Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) Bandung pada tahun 1992. Ketiga piagam penghargaan tersebut diselingi pula oleh sebuah piagam dari Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional tahun 1987. Piagam ini mengukuhkan keterlibatan beliau dalam Gerakan Keluarga Berencana Nasional yang digalakkan sejak tahun 1981. Dewan Pengurus Pusat (DPP) Partai Persatuan Pembangunan (PPP) juga memberikan sebuah piagam yang menyatakan bahwa Asgar sebagai peserta Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Bidang Ekonomi PPP di Jakarta. Dari sejumlah piagam penghargaan yang diberikan kepada suami Sri Supadmi ini, semakin mengukuhkan kompetesi beliau sebagai seorang politisi yang mengerti, dan memahami persoalan perekonomian masyarakat. Jadi tidak mengherankan, ketika beliau terpilih sebagai anggota Komisi II bidang perekonomian dan keuangan. Ada dua hal penting dari adanya piagam-piagam penghargaan tersebut, yaitu Asgar telah melakukan sebuah proses sejarah yang panjang. Beliau berusaha mengukuhkan dirinya sebagai salah seorang pelaku ekonomi (pengusaha) yang kemudian merambah ke dunia politik. ke-dua Melihat rententan dunia kerja yang dilakoninya, maka dapat dikatakan bahwa beliau juga berusaha memandang Sulawesi Tengah dari luar daerah ini. Di Yogyakarta, ia berbuat untuk membesarkan organisasi pelajar dan mahasiswa di Sulawesi Tengah. Ketika berada di Jakarta maupun Bandung menjadi birokrat dan pengusaha, beliau selalu menjadi teman, kawan, dan sahabat para mahasiswa atau pelajar yang berada di dua kota tersebut. Beliau dan keluarganya, biasanya selalu menjadi tempat berkeluh kesah para mahasiswa Sulawesi Tengah, baik dalam menyelesaikan persoalan kuliah maupun materi yang terkadang mendesak untuk berpikir cepat. Tidak terhitung jumlah orang yang datang dan singgah ke kantornya Gedung BPPT Lantai 20 Jakarta dan ke rumahnya di bilangan Pondok Gede, Jakarta Timur itu.

Organisasi Sosial-Politik Sosok politisi PPP Provinsi Sulawesi Tengah ini telah dikenal sebagai salah seorang aktivis di Kota Yogyakarta. Sebagai kota pendidikan, Yogyakarta dihuni oleh banyak sekali aktivis mahasiswa. Suasana yang demikian itu membuat Asgar tumbuh dalam bentuk situasi dan kondisi kampus yang sangat kondusif. Bangunan intelektual yang sangat mendukung menjadikan beliau tumbuh sebagai individu yang tidak kenal lelah dan pantang menyerah. Riwayat organisasi sosial dan politik tokoh lokal PPP ini dimulai dari Kota Yogyakarta hingga Palu. Selama berada di Yogyakarta, Asgar, sempat didaulat sebagai Ketua Badan Kesatuan Pelajar dan Mahasiswa Sulawesi Tengah (BKPMST) di kota tersebut. Beliau menjabat sebagai ketua pada periode 1976-1978, artinya menjabat ketua hingga ia menyelesaikan kuliah. Sebagaimana diketahui bahwa organisasi sosial yang beranggotakan para pelajar dan mahasiswa asal Sulawesi Tengah yang berada di atau tinggal di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Tidak hanya yang ada di Kota Yogyakarta saja, tetapi ada juga yang tinggal di Sleman, Bantul, Kulon Progo, dan Gunung Kidul. Asgar merasa bersyukur, karena pernah menjadi pemimpin sebuah oraganisasi yang sangat berjasa bagi terbentuknya Provinsi Sulawesi Tengah. Dari organisasi ini muncul konsep Rusdi Toana Lolontomene Lamakarate. Keterlibatan seorang pelajar atau mahasiswa di organisasi ini sangat berpengaruh terhadap karir politiknya. Apalagi jika seseorang ditunjuk atau didaulat menjadi pengurus, khususnya sebagai ketua, maka orang (sang individu) akan tampil istimewa di depan publik dengan baik pada masa selanjutnya. Setelah itu kesibukan sebagai seorang pengusaha sangat menyita perhatiannya. Sehingga dunia organisasi yang sempat membuat namanya melambung tinggi ditinggalkannya. Setelah lebih dari dua puluh tahun menghilang di dunia organisasi, khususnya organisasi sosial. Pada tahun 2002, ia kembali ke ranah itu. Tahun 2002, Asgar tampil sebagai salah seorang tokoh sebuah organisasi sosial, yaitu Dewan Pembina Organisasi Sosial Persatuan Ojek (OSPO) Sulawesi Tengah. Selama empat tahun, ia berada di organisasi para tukang ojek. Melalui organisasi tersebut, ia mulai menyadari arti penting ilmu berorganisasi yang dimilikinya selama kuliah dulu. Tahun 2006, beliau berhenti menjadi bagian dari organisasi tersebut. Keikutsertaan Asgar pada dua organisasi sosial tersebut menjadi dasar untuk terlibat dalam organisasi politik. Bersamaan dengan itu, beliau diangkat sebagai Sekretaris Majelis Pakar PPP Sulawesi Tengah periode 2002 2006. Ada dua alasan mengapa ia ditunjuk, yaitu (1) beliau memiliki

pengalaman yang cukup memadai dalam bidang organisasi. Pengalaman tersebut dapat berguna bagi pengembangan PPP untuk meraih suara pada Pemilihan Umum Tahun 2004. (2) Keterlibatan beliau di PPP mmendapat penilaian khusus oleh pengurus partai. Penilaian ini berdasarkan keahlian beliau di bidang ekonomi. Keahlian di bidang tersebut perlu diragukan lagi, karena sejak di Sekolah Menengah hingga Program Pascasarjana, ia memilih ilmu ekonomi sebagai bidang keahliannya. Sehingga dapat dikatakan bahwa beliau ahli di bidang itu. Melihat kemampuan Asgar, maka tidak mengherankan jika beliau mendapat kepercayaan untuk menduduki jabatan sebagai Sekretaris Dewan Pengurus Wilayah PPP Provinsi Sulawesi Tengah periode 2006-2011. Posisi sebagai Sekretaris PPP ini kemudian yang membawanya masuk kejajaran anggota DPRD Provinsi Sulawesi Tengah. Kini beliau telah merasakan arti penting sebuah pengalaman hidup dan pendidikan terhadap pejalanan karirnya sebagai seorang pelaku ekonomi atau pebisnis dan politisi. Walaupun masih tergolong baru di panggung politik, tetapi ia telah memberi pengaruh penting terhadap Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Provinsi Sulawesi Tengah. Keteribatannya di PPP Sulawesi Tengah mengantarkan Asgar ke pertarungan politik yang cukup menantang. Terkadang pada saat tertentu, ia sebagai seorang pimpinan PPP di Sulawesi Tengah mengalami situasi sulit. Dalam percaturan politik di tingkat nasional, Asgar dikenal sebagai salah seorang pendukung Suryadharma Ali sebagai Ketua DPP PPP. Kemenangan mutlak Suryadharma Ali menimbulkan harapan; PPP akan semakin kompak. Demikian juga dengan jajaran partai di tingkat Dewan Pengurus Wilayah (DPW) dan Dewan Pengurus Cabang (DPC) di seluruh Indonesia. Asgar berharap PPP mampu berkompetisi dengan partai papan atas lainnya. Dalam sebuah wawancaranya dengan Media Bina Persatuan, Koran PPP, ia menyatakan bahwa Baru pertama kali dalam sejarah muktamar PPP, seorang Ketua Umum dipilih oleh hampir 100% Pengurus DPW dan DPC yang mempunyai hak suara. Ini merupakan peristiwa sejarah yang cukup menarik dalam dunia politik dewasa ini. Asgar juga mengingatkan kepada semua jajaran pengurus partai untuk bekerja keras mulai sekarang, karena waktu berjalan terus, tidak pernah kompromi. Sehingga tidak ada kata; tidak boleh menunda pekerjaan, karena menunda pekerjaan berarti akan mengurangi jumlah suara dan perolehan kursi PPP di masa depan. Berkurangnya kursi PPP di parlemen berarti akan semakin menjauhkan aspirasi dan cita-cita umat Islam untuk menjadiakan negara bangsa ini menjadi negara yang baldatun thayibatun warobbun ghofur. Pandangan ini ditegaskannya dengan pernyataan berikut ini: Jika kita bekerja keras mulai sekarang, bukan tidak mungkin target merekrut 12 juta kader

akan mampu dan peroleh dan bahkan bukan tidak mungkin target itu bisa kita lampaui asalkankita kompak dan mulai bekerja dari sekarang. Itu janji dan komintnen kita bersama, jadi harus kita patuhi, demi PPP, demi umat dan kejayaan islam di negara bangsa tercinta ini. Semangat yang sulit sekali dihilangkan dari dirinya, semangat untuk berbuat lebih. Asgar sebagai seorang anggota (partai) yang harus tetap berada di garis perjuangan partai untuk menciptakan masyarakat madani. Negara ini diinginkan menjadi negara yang betul-betul memperhatikan kesejahteraan rakyatnya. Kompetisi di dunia politik memerlukan jajaran pengurus partai yang betulbetul berbuat untuk partainya. Asgar merasa hal inilah yang utama di era kini, ketika partai mengalami penurunan jumlah suara di parlemen. Keberpihakan kepada konstituen partai menjadi hal mutlak, karena dukungan mereka adalah penentu masa depan partai. Olehnya itu, dukungan mereka harus tetap dipertahankan. Asgar juga menyatakan bahwa Keputusan Muktamar VII, baik itu soal ideologi Islam yang rahmatan lil alamin, jargon PPP sebagai rumah besar umat Islam dan AD/ART Partai maupun Program perjuangan partai, harus segera disosialisasikan, di akar rumput, sehingga menjadi program yang implementatif dan dapat dilaksanakan oleh seluruh jajaran partai, utamanya di tingkat bawah, yaitu Dewan Pengurus Cabang (DPC) atau pengurus tingkat kabupaten/kota, Dewan Pengurus Anak Cabang (PAC) atau pengurus tingkat kecamatan, dan Ranting (pengurus di tingkat desa). Lebih jauh Asgar mengatakan bahwa semua fungsionaris partai di semua jajaran tidak boleh ada yang menganggur, semua harus kerja. Artinya, sekecil apapun program itu, seperti pengajian keliling antar ranting, sunatan missal, donor darah dan lain sebagainya, harus diadakan sehingga masyarakat melihat dan merasakan langsung kemanfaatan PPP ditengah-tengah masyarakat. Disamping itu, secara pribadipribadi, setiap fungsionaris partai juga haurs lebih sering bersilaturrahmi dengan tokoh masyarakat kita mayoritas masih primordialis, masih apa kata guru, apa kata kiyai dan lain semacam itu, jadi, sangat penting bagi fungsionris PPP untuk selalu dekat dengan ulama karena melalui merekalah baisis-basis suaran partai PPP dapat tumbuh kembangkan.

Você também pode gostar