Você está na página 1de 5

Analisis Masalah bahan bakar minyak saat ini menjadi topic utama dalam lingkungan masyarakat, terlebih dengan

adanya program dari pemerintah yaitu penggunaaan kompor elpiji untuk masyarakat. Hal ini dilakukan karena semakin menipisnya cadangan minyak bumi. Dalam program pemerintah tersebut tidak semua masyarakat memakai kompor elpiji tersebut, dikarenakan beberapa hal antara lain masyarakat takut akan penggunaan kompor elpiji yang dapat menyebabkan tabung gas yang dapat meledak jika tambung gas tersebut bocor atau cara penggunaannya yang salah. Selain penggunaan kompor elpiji pemerintah juga berencana untuk meningkatkan

penggunaan batu bara. Dikarenakan Indonesia memiliki cadangan batu bara sekitar 36 miliar ton, terbesar di Sumatra, Kalimantan, sisanya terdapat di pulau jawa, Sulawesi dan Irian Jaya. Selain itu harga briket batu bara relative lebih murah dibandingkan dengan energy alternative lainnya. Untuk melaksanakan program penggunaan briket batu bara sebagai bahan bakar alternative, pemerintah perlu melakukan suatu penelitian tentang dampak positif dan negative yang ditimbulkan dari penggunaan batu bara tersebut terhadap lingkungan sekitar. Dalam jurnal diatas disebutkan bahwa tujuan umum penelitian tersebut adalah untuk mengetahui hubungan antara kadar rata-rata partikulat debu(debu total di area kerja), NO2 , SO2 , benzene dan logam berat (Cd & Mn) diudara tempat kerja dengan keluhan pernafasan kronik pekerja pengguna kompor briket batu bara di sector Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Untuk mengetahui keluhan pernafasan kronik didapat dari hasil kuesiner penduduk dan pemeriksaan fisik oleh tenaga medis. Kuesioner yang digunakan adalah modifikasi American Thoracic Society- Division of Lung Disease yang disadur dan atas persetujuan dari Kurniawidjaja. Sedangkan metode yang digunakan debu adalah gravimetri, NO2 adalah griess saltmann, SO2 adalah west gaeka, benzene adalah pararosaniline, dan untuk Cd dan Mn adalah NIOSH-AAS. Dalam ilmu keperawatan hal yang paling utama ditangani oleh perawat adalah beberapa penyakit yang diderita oleh klien atau keluhan utama yang disampaikan
1

oleh klien. Dalam kasus diatas penyakit yang dibahas adalah gangguan pernafasan kronis yang meliputi batuk kronis, batuk berdahak kronik, bronchitis kronik dan sesak nafas. Batuk merupakan reflex pertahanan yang timbul akibat iritasi percabangan trakeobronkial. Batuk juga merupakan gejala tersering penyakit pernafasan. Segala jenis batuk yang berlangsung lebih dari tiga minggu harus diselidiki untuk memastikan penyebabnya. Rangsangan yang biasanya menimbulkan batuk adalah rangsangan mekanik, kimia, dan peradangan. Inhalasi asp, debu, dan benda-benda asing kecil merupakan penyebab batuk paling sering. Dispneu atau sesak nafas adalah perasaan sulit bernafas dan merupakan gejala utama dari penyakit kardiopulmonar. Gejala objektif sesak nafas termasuk dalam penggunaan otot-otot pernafasan tambahan (sternokleidomastoideus, scalenus, trapezius, pectoralis mayor), pernafasan cuping hidung, tachypnea, dan hiperventilasi. Sesak nafas tidak selalu menunjukkan adanya penyakit, orang normal akan mengalami hal yang sama setelah melakukan kegiatan fisik dalam tingkat-tingkat berbeda. Sumber penyebab dispneu termasuk: 1. Reseptor-reseptor mekanik pada otot-otot pernafasan, paru, dan dinding dada. Dipsneu terjadi bila tegangan yang ada tidak cukup besar untuk satu panjang otot (volume nafas tercapai); 2. Kemoreseptor untuk tegangan CO2 dan O2 (PCO2 dan PO2); 3. Peningkatan kerja pernafasan yang mengakibatkan sangat meningkatnya rasa sesak nafas; 4. Ketidakseimbangan antara kerja pernafasan dengan kapasitas ventilasi. Skala dispneu Tingkat 0 Derajat Normal kriteria Tidak ada kesulitan bernafas kecuali dengan aktivitas berat 1 Ringan Terdapat kesulitan bernafas, nafas pendek-pendek ketika terburu-buru atau ketika berjalan menuju puncak landai.

Sedang

Berjalan lebih lambat daripada kebanyakan orang berusia sama karena sulit bernafas atau harus berhenti berjalan untuk bernafas.

Berat

Berhenti berjalan setelah 90 meter untuk bernafas atau setelah berjalan beberapa menit

Sangat berat

Terlalu sulit untuk bernafas bila meninggalkan rumah atau sulit bernafas ketika memakai baju atau membuka baju.

Bronchitis kronik merupakan suatu gangguan klinis yang ditandai oleh pembentukan mucus yang berlebihan dalam bronkus dan bermanifestasi sebagai batuk kronik dan pembentukan sputum selama sedikitnya 3 bulan dalam setahun, sekurang-kurangnya dalam dua tahun berturut-turut. Definisi ini tidak mencakup penyakit-penyakit seperti bronkiektasis dan tuberculosis yang juga menyebabkan batuk kronik dan pembentukan sputum. Sputum yang terbentuk pada bronchitis kronik dapat mukoid atau mukopurulen. Dari jurnal diatas pada table 3 tentang keluhan pernafasan kronik pada responden didapatkan pada batuk kronis responden yang terpajan dengan briket batu bara dan yang tidak terpajan dengan briket batu bara sama yaitu 6,56%, untuk yang batuk berdahak kronik pada responden yang terpajan dengan briket batu bara yaitu 1,64%, sedangkan yang tidak terpajan dengan briket batu bara sebesar 3,28%. Bronchitis kronik responden yang terpajan dengan briket batu bara ataupun yang tidak terpajan dengan briket batu bara hasilnya sama yaitu sebesar 0, begitu pula pada sesak nafas atau dispneu. Maka dapat disipulakan bahwa tidak ada hubungan antara gangguan pernafasan kronis dengan briket batu bara, tetapi kita sebagai tim kesehatan dapat memberikan penyuluhan kepada penduduk atau masyarakat utamanya yang langsung terpajan dengan batu bara agar selalu menjaga kesehatannya dan mengguanakan alat pelindung saat melakukan pekerjaannya sebagai pekerja batu bara

seperti memakai masker dan alat-alat yang lainnya yang dapat menimbulkan bahaya untuk responden. Jika ada tanda dan gejala yang sudah terlihat segeralah memeriksakan kesehatannya pada pusat kesehatan terdekat, sehingga perawat dapat membantu mengatasi tanda dan gejala yang dialami. Mencegah secara dini lebih baik daripada mengobati penyakit yang sudah parah, misalnya ketika responden menderita batuk dan badannya sudah merasa sakit maka segera pergi ke pusat layanan

kesehatan, sehingga perawat bias melakukan pencegahan dan responden juga tidak mengalami penyakit yang lebih parah seperti bronchitis kronis. Dan peran perawat jika sudah mengetahui akan hal tersebut segeralah memberikan peringatan kepada pada pekerja briket batu bara dengan cara mengumpulkan pekerja tersebut dan memberikan informasi serta menyuruh pekerja untuk menggunakan masker dan alat pelindung lainnya. Pada kadar rata-rata masing-masing parameter debu total, NO2 ,SO2 , benzene, Cd dan Mn diruangan pembakaran pada kelompok yang terpajan tidak melebihi nilai ambang batas. Nilai ambang batas gabungan kurang dari satu, yang artinya hasil pembakaran batu bara tidak menimbulkan pencemaran lingkungan. Sedangkan dikelompok terpajan ada satu lokasi yang kadar benzennya melampaui nilai ambang batas dan nilai cumulative ratio, nilai ambang batasnya lebih dari satu. Jadi dapat disimpulkan bahwa pembakaran briket batu bara tidak menimbulkan pencemaran lingkungan serta tidak menimbulkan gangguan pernafasan kronis, sehingga pemerintah dapat menjalankan rencana untuk meningkatkan penggunaan briket batu bara dalam bahan bakar alternative.

Daftar Pustaka

Budiarto E & Anggraeni D. Pengantar Epidemiologi. Ed: 2. Jakarta: EGC Price, Sylvia A. 2005. Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit. Ed: 6. Jakarta: EGC. Priharjo, Robert. 2007. Pengkajian fisik keperawatan. Ed: 2. Jakarta: EGC.

Você também pode gostar