Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
i
t
n
t
15
Keterangan :
B
t
= Benefit sosial kotor proyek pada tahun ke-t
C
t
= Biaya sosial kotor proyek pada tahun ke-t
n = Umur ekonomis proyek
i = Social opportunity cost of capital, yang ditunjuk sebagai social discount rate
Kriteria kelayakannya adalah :
Jika nilai NPV = 0 berarti investasi layak untuk dilaksanakan, dan
Jika nilai NPV < 0 maka investasi rugi atau tidak layak untuk dilaksanakan.
Metode NPV memiliki beberapa kelebihan, yaitu telah memasukkan faktor nilai
waktu dari uang, mempertimbangkan semua arus kas proyek, dan mengukur besaran
absolut sehingga mudah mengikuti kontribusinya terhadap usaha meningkatkan
kekayaan perusahaan atau pemegang saham. Keputusan yang sulit dalam penggunaan
NPV adalah menentukan besarnya tingkat arus pengembalian (i) atau hurdle rate. Arus
pengembalian ini dikenal juga sebagai cut-off rate atau opportunity cost.
Analisis NPV dari usaha pengolahan primer kakao ini bernilai positif dengan
menggunakan discount factor (DF) sebesar 5% yaitu Rp.575.967.512. Dan usaha
pengolahan primer kakao ini dianggap layak untuk dilaksanakan karena menghasilkan
NPV bernilai negatif. Perhitungan secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 4.
4.2 Benefit Cost Ratio (B/C Ratio)
B/C ratio merupakan perbandingan antara total present value dari keuntungan
bersih dalam tahun-tahun dengan Bt-Ct positif sebagai pembilang terhadap total present
value dari biaya bersih dalam tahun-tahun dengan Bt-Ct negatif sebagai penyebut. Jika
nilai B/C ratio > 1 berarti proyek dapat dilaksanakan sebaliknya kalau nilai B/C ratio <
1 berarti proyek tidak dapat dilaksanakan, dan jika B/C ratio = 1 maka keputusan
proyek dilaksanakan atau tidak bergantung pada investor (Kadariah 1999). B/C ratio
dapat dihitung dengan rumus :
BC Ratio
B
t
C
t
i
t
B
t
C
t
n
t
C
t
B
t
i
t
n
t
B
t
C
t
16
Kriterianya adalah:
Jika nilai B/C > 1 berarti investasi layak untuk dilaksanakan
Jika nilai B/C < 1 investasi tidak layak untuk dilaksanakan dan
Jika nilai B/C = 1, maka keputusan pelaksanaan tergantung pada investor
B/C ratio menghasilkan angka komparatif (relatif) dan lebih dikenal
penggunaannya untuk mengevaluasi proyek publik. Penekanan metode pada manfaat
bagi kepentingan umum, tetapi dapat juga digunakan untuk manfaat perusahan swasta,
yang dilihat dari pendapatan proyek (Soeharto, 2002).
Berdasarkan analisis B/C ratio yang dilakukan terhadap usaha pengolahan kakao
primer pada discount factor (DF) 5%, usaha ini dianggap layak untuk dilaksanakan. Hal
ini disebabkan karena nilai B/C ratio yang dihasilkan adalah lebih besar dari 1, yaitu
1,3652%. Perhitungan secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 4.
4.3 Internal Rate of Return (IRR)
IRR menunjukkan tingkat bunga pada saat jumlah penerimaan sama dengan
jumlah pengeluaran atau tingkat suku bunga yang menghasilkan NPV = 0. Jika nilai
IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku maka suatu proyek dapat
dilaksanakan dan sebaliknya proyek tidak dapat dilaksanakan jika nilai IRR lebih kecil
dari tingkat suku bunga (Kadariah, 1999). IRR dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut :
RR B
f
P
PvP
PvP PvN
B
f
N B
f
P
Keterangan :
D
f
P = Discount factor yang menghasilkan present value positif.
D
f
N = Discount factor yang menghasilkan present value negatif.
PVP = Present value positif.
PVN = Present value negatif.
Kriteria kelayakannya adalah:
Jika nilai IRR > i, maka investasi layak untuk dilaksanakan dan sebaliknya
Jika nilai IRR < i, maka investasi tidak layak untuk dilaksanakan.
17
Dari hasil analisis IRR pada usaha pengolahan kakao primer ini didapatkan nilai
IRR sebesar 20,123%. Nilai IRR tersebut jauh lebih besar dibandingkan dengan nilai
tingkat suku bunga yang telah ditentukan yaitu sebesar 13%. Oleh karena itu usaha
pengolahan kakao primer ini layak untuk dilaksanakan, karena dengan nilai IRR yang
lebih tinggi dari nilai suku bunga menunjukkan bahwa usaha tersebut profitable.
4.4 Pay Back Period (PBP)
PBP merupakan periode pengembalian investasi yang diperlukan untuk
mengembalikan modal suatu investasi yang dihitung berdasarkan arus kas bersih.
Perhitungannya dilakukan berdasarkan aliran kas bersih baik tahunan maupun yang
merupakan nilai sisa. Alternatif investasi yang mempunyai umur ekonomis lebih besar
dari periode pengembalian maka alternatif tersebut dinyatakan layak. Sebaliknya, bila
PBP lebih besar dari estimasi umur ekonomis suatu investasi maka dikatakan investasi
tersebut tidak layak (Soeharto 2002). PBP dapat dihitung dengan rumus :
PBP t Cf At
n
At
Keterangan :
Cf = Biaya investasi awal
At = Arus kas pada tahun ke-t
t = Tahun pengembalian ditambah 1 (periode dimana terjadi arus kas bersih
kumulatif positif pertama)
Dari perhitungan analisis usaha pengolahan primer kakao diperoleh payback
period 2,417 tahun. Ini menunjukkan bahwa pada saat usaha telah berjalan selama 2
tahun 5 bulan, investasi yang telah dikeluarkan telah dapat diperoleh kembali. Dan
usaha yang masih berlangsung hingga tahun ke-10 adalah untung bagi pelaku usaha.
4.5 Sensitivitas
Analisis sensitivitas merupakan suatu teknik untuk menunjukkan seberapa besar
perubahan keriteria investasi diakibatkan oleh perubahan masukan dengan asumsi
bahwa hal lain tidak terjadi perubahan (Sutoyo, 1993). Analisis sensitivitas biasanya
didasarkan pada suatu kondisi awal, misalnya: setiap input sesuai dengan yang
18
diharapkan (expected value), kemudian diikuti dengan skenario bagaimana kalau suatu
variabel naik dan sebaliknya bagaimana kalau turun. Analisis skenario dapat juga
digunakan untuk menunjukkan sensitivitas terhadap perubahan variabel kunci yang
memungkinkan. Skenario umumnya dibagi menjadi skenario normal, terbaik, dan
terburuk atau skenario rendah, sedang, dan tinggi.
Suatu usaha dikatakan layak untuk dilaksanakan apabila usaha tersebut sensittif
terhadap suatu perubahan yang bisa saja terjadi. Ketidakpatisan dari terjadinya
perubahan tersebut menunjukkan semakin banyak kemungkinan yang akan terjadi.
Untuk menganalisa tingkat sensitivitas usaha pengolahan primer kakao ini digunakan
skenario perubahan discount factor pada 5%,10%,15%,20% dan 25% dengan tingkat
suku bunga tetap (13%) terhadap nilai NPV, B/C ratio dan IRR yang disajikan secara
lengkap pada Tabel 2.
Tabel 2. Perubahan Discount Factor terhadap NPV, B/C ratio dan IRR
Discount Factor NPV B/C ratio IRR
5 % Rp.575.967.512 1.362 % 21.440 %
10 % Rp.420.392.780 1.269 % 18.591 %
15 % Rp.309.565.257 1.175 % 16.545 %
20 % Rp.228.365.503 1.085 % 13.476 %
25 % Rp.167.338.778 1.002 % 11.178 %
Dari Tabel 2. dapat dilihat bahwa walaupun nilai DF berada dalam kondisi
apapun nilai yang diberikan terhadap NPV, B/C ratio dan IRR tetap dalam keadaan
positif. Ini menunjukkan bahwa usaha pengolahan kakao primer ini berada dalam
keadaan layak dilaksanakan. Akan tetapi pada keadaan dimana DF 20% dan 25% angka
dari B/C ratio bisa dikatakan sama dengan 1, ini menunjukkan bahwa pada keadaan
seperti tersebut usaha dalam keadaan resiko (untung yang tidak terlalu banyak). Hal ini
juga berpengaruh terhadap IRR yang diperoleh dimana nilainya tidak lebih besar
daripada nilai suku bunga yang telah ditentukan (13%).
19
V. KESIMPULAN
Dari perhitungan analisis usaha dan analisis kelayakan maka dapat diambil
kesimpulan bahwa usaha pengolahan primer kakao (biji kakao kering) ini layak
dilaksanakan. Kesimpulan ini didasarkan kepada nilai BEP sebesar Rp. 2.268.000 pada
saat mengolah bahan baku (buah kakao) sebanyak 3000 kg/bulan dan menghasilkan biji
kakao kering sebanyak 1050 kg. Selain itu usaha pengolahan kakao ini dinyatakan layak
dilaksanakan karena :
1. Memiliki NPV bernilai positif dengan menggunakan discount factor (DF) sebesar
5% yaitu Rp.575.967.512.
2. Memiliki B/C ratio pada discount factor (DF) 5% lebih besar dari 1, yaitu
1,3652%.
3. Memiliki nilai IRR IRR sebesar 20,123%, dan nilai IRR tersebut jauh lebih besar
dibandingkan dengan nilai tingkat suku bunga yang telah digunakan yaitu sebesar
13%.
4. Memiliki nilai payback period 2,417 tahun atau dengan kata lain masa
pengembalian modalnya adalah 2 tahun 5 bulan.
5. Memiliki nilai sensitivitas positif terhadap perubahan DF.
20
Daftar Pustaka
Brown. 1994. Agroindustrial investment and operation. EDI Development Studies.
World Bank Pub, Washington.
Departemen Perindustrian. 2007. Gambaran Sekilas Industri Kakao.
http://www.kemenperin.go.id/PaketInformasi/Kakao/kakao.pdf [1 Januari 2012].
Deptan. 2012. Laporan Harian Harga Produsen Komoditas Perkebunan Tingkat
Kabupaten/Kota. http://aplikasi.deptan.go.id/smshargakab/lhk10.asp. [5 Januari
2012].
Didu MS. 2001. Rancang Bangun Sistem Penunjang Keputusan Pengembangan
Agroindustri Kelapa Sawit untuk Perekonomian Daerah. [disertasi]. Program
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Direktorat Jenderal Perkebunan. 2003. Penyusunan Peta Komoditi Utama Sektor
Primer dan Pengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia.
http://regionalinvestment.com/newsipid/userfiles/komoditi/3/kakao_kajianpelua
nginvestasi.pdf. [26 Desember 2011].
Jasman, P. 2008. Kakao Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir : Manfaat dan
Kualitas Produk. Penebar Swadaya, Jakarta.
Kadariah, Karlina L, Gray C. 1999. Pengantar Evaluasi Proyek. Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.
Soeharto, I. 2002. Studi Kelayakan Proyek Industri. Penerbit Erlangga, Jakarta.
Sutoyo S. 1993. Studi Kelayakan Proyek : Teori dan Praktek. PT. Pustaka Binaman
Pressindo, Jakarta.
Wardani, S. 2008. Kakao Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir : Analisis
Usaha Tani. Penebar Swadaya, Jakarta.
Widyatomo. S, Mulato. S dan Handaka. 2004. Mengenal Lebih Dalam Teknologi
Pengolahan Biji Kakao. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 26(2) :
5-6.
Yusianto, T. Wahyudi, dan Sulistyowati. 2008. Kakao Manajemen Agribisnis dari Hulu
hingga Hilir : Pascapanen. Penebar Swadaya, Jakarta.