Você está na página 1de 5

Ciri-ciri Sastra Masa Masa Jepang dan Angkatan 45 Bicara tentang kegetiran nasib di tengah penjajahan Jepang yang

sangat menindas, menampilkan cita-cita merdeka dan perjuangan revolusi fisik. Pada masa Jepang untuk berkelit dari sensor penguasa, berkembang sastra simbolik. Muncul ungkapan-ungkapan yang singkat-padat-bernas (gaya Chairil Anwar dalam puisi) dan kesederhanaan baru dengan kalimat pendek-pendek nan lugas (gaya Idrus dalam prosa fiksi/sketsa).

Angkatan 1945 Literatur di masa ini tentunya sangat kental dengan tema-tema revolusidan perjuangan, banyak mengangkat realita hidup masyarakat dibanding angkatan sebelumnya yang lebih berkarakter drama. Itu sebabnya angkatan ini disebut-sebut membawa darah segar dalam dunia sastra saat itu. Karya-karya besar angkatan ini antara lain: Deru Campur Debu oleh Chairil Anwar, Dari Ave Maria ke Djalan Lain ke Roma oleh Idrus, dan Atheis oleh Achdiat K. Mihardja.

Angkatan 1945
Pengalaman hidup dan gejolak sosial-politik-budaya telah mewarnai karya sastrawan Angkatan '45. Karya sastra angkatan ini lebih realistik dibanding karya Angkatan Pujangga baru yang romantik-idealistik. Karya-karya sastra pada angkatan ini banyak bercerita tentang perjuangan merebut kemerdekaan seperti halnya puisi-puisi Chairil Anwar. Sastrawan angkatan '45 memiliki konsep seni yang diberi judul "Surat Kepercayaan Gelanggang". Konsep ini menyatakan bahwa para sastrawan angkatan '45 ingin bebas berkarya sesuai alam kemerdekaan dan hati nurani. Selain Tiga Manguak Takdir, pada periode ini cerpen Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma dan Atheis dianggap sebagai karya pembaharuan prosa Indonesia.

Penulis dan Karya Sastra Angkatan 1945


Chairil Anwar Kerikil Tajam (1949) Deru Campur Debu (1949)

Asrul Sani, bersama Rivai Apin dan Chairil Anwar Tiga Menguak Takdir (1950)

Idrus Dari Ave Maria ke Djalan Lain ke Roma (1948) Aki (1949) Perempuan dan Kebangsaan

Achdiat K. Mihardja Atheis (1949)

Trisno Sumardjo Katahati dan Perbuatan (1952)

Utuy Tatang Sontani Suling (drama) (1948) Tambera (1949) Awal dan Mira - drama satu babak (1962)

Suman Hs. Kasih Ta' Terlarai (1961) Mentjari Pentjuri Anak Perawan (1957) Pertjobaan Setia (1940)

Senarai Karya Sastra Angkatan 45


Oleh: AnneAhira.com Content Team 5

Perjuangan bangsa yang mencapai titik puncak pada Proklamasi 17 Agustus 1945 beserta gejolak politik yang mengawali maupun mengikutinya, memberi pengaruh sangat besar pada corak sastra. Kuatnya corak sastra era tersebut begitu fenomenal sehingga membedakannya dari sastra angkatan sebelumnya, dan dijuluki Sastra Kemerdekaan. Latar belakang perubahan politikyang sangat mendadak pada masa pendudukan Jepang (1942-1945) menjadi awal kelahiran karya sastra Angkatan 45. Berawal dari reaksi terhadap sastra yang menghamba pada pemerintahan Jepang di Indonesia, dan beberapa sastrawan Indonesia bergabung dalam lembaga

Keimin Bunka Shidosho, pusat kebudayaan yang dijuluki kacung Jepang. Kehadiran angkatan 45 meletakkan pondasi kokoh bagi sastra Indonesia, karena angkatan sebelumnya dinilai tidak memiliki jati diri ke-Indonesiaan. Jika Angkatan Balai Pustaka dinilai tunduk padaVolkslectuur, lembaga kesusastraan kolonial Belanda, dan angkatan Pujangga Baru dinilai mengkhianati identitas bangsa karena terlalu berkiblat ke Barat, maka Angkatan 45 adalah reaksi penolakan terhadap angkatan-angkatan tersebut. Surat Kepercayaan Gelanggang Sastra angkatan 45 begitu fenomenal dengan konsep seni yang menabrak pakem sebelumnya. Konsep tersebut tertuang dalamSurat Kepercayaan Gelanggang yang legendaris itu. Berikut kutipannya: Kami adalah ahli waris yang sah dari kebudayaan dunia dan kebudayaan ini kami teruskan dengan cara kami sendiri. Kami lahir dari kalangan orang banyak dan pengertian rakyat bagi kami adalah kumpulan campur baur dari mana dunia-dunia baru yang sehatdapat dilahirkan. Ke-Indonesiaan kami tidak semata-mata karena kulit kami yang sawo matang, rambut kami yang hitam atau tulang pelipis kami yang menjorok ke depan, tapi lebih banyak oleh apa yang diutarakan oleh wujud pernyataan hati kami. Kami tidak akan memberikan suatu kata ikatan untuk kebudayaanIndonesia. Kalau kami berbicara tentang kebudayaan Indonesia kami tidak ingin kepada melap-lap hasil kebudayaan lama sampai berkilat dan untuk dibanggakan, tetapi memikirkan suatu penghidupan kebudayaan baru yang sehat. Kalau diperhatikan, konsep seni Angkatan 45 mencita-citakan kemerdekaan dan tidak ingin dipengaruhi pihak lain. Sastrawan Angkatan 45 ingin berkarya sesuai alam kemerdekaan dan hati nurani. Tak bisa disangkal, untuk kondisi politik masa itu, konsep semacam ini terbilang sangat berani. Ciri Karya Sastra Angkatan 45 Karya Angkatan 45 memiliki kedekatan yang intim dengan realitas politik. Ini sangat berbeda dengan Angkatan Pujangga Baru yang cenderung romantikidealistik. Lahir dalam lingkungan yang sangat keras dan memprihatinkan, karya sastra Angkatan 45 memiliki ciri sebagai berikut:

terbuka, pengaruh unsur sastra asing lebih luas dibandingkan angkatan sebelumnya, bercorak isi realis dan naturalis, meninggalkan corak romantis, sastrawan periode ini terlihat menonjol individualismenya,

dinamis dan kritis, berani menabrak pakem sastra yang mapan sebelumnya, penghematan kata dalam karya, lebih ekspresif dan spontan, terlihat sinisme dan sarkasme, didominasi puisi, sedangkan bentuk prosa tampak berkurang.

Tokoh-Tokoh Sastra Angkatan 45 Beberapa sastrawan yang menjadi motor dan pelopor Angkatan 45, di antaranya sebagai berikut. a. Chairil Anwar Lahir di Medan, 26 Juli 1922, dan meninggal di Jakarta, 28 April 1949. Chairil menguasai bahasa Inggris, bahasa Belanda, dan bahasa Jerman. Karya sastranya dipengaruhi oleh sastrawan dunia yang dia gandrungi, seperti Rainer M. Rilke, W.H. Auden, Archibald MacLeish, H. Marsman, J. Slaurhoff dan Edgar du Perron. b. Asrul Sani Lahir di Sumatra Barat, 10 Juni 1926, dan meninggal di Jakarta, 11 Januari 2004. Kiprahnya sangat besar pada dunia film Indonesia. Banyak menerjemahkan karya sastrawan dunia seperti: Vercors, Antoine de St-Exupery, Ricard Boleslavsky, Yasunari Kawabata, Willem Elschot, Maria Dermount, Jean Paul Sartre, William Shakespeare, Rabindranath Tagore, dan Nicolai Gogol. c. Rivai Apin Lahir di Padang Panjang pada 30 Agustus 1927, dan wafat di Jakarta, April 1995. Pernah menjadi redaktur Gema Suasana, Siasat, Zenith, dan Zaman Baru. Keterlibatannya dalam Lekra menyebabkan dia ditahan dan baru dibebaskan tahun 1979. d. Idrus Lahir di Padang, 21 September 1921, dan 18 Mei 1979. Sastrawan dunia yang ia sukai: Anton Chekov, Jaroslov Hask, Luigi Pirandello, dan Guy de Maupassant. Pada masa Lekra, Idrus memutuskan pindah keMalaysia karena tekanan lembaga tersebut. e. Achdiat Karta Mihardja Lahir di Jawa Barat, 6 Maret 1911, dan meninggal di Canberra, Australia, 8 Juli 2010. Kiprahnya guru Taman Siswa, redaktur Balai Pustaka, Kepala Jawatan Kebudayaan Perwakilan Jakarta Raya, dan dosen Fakultas Sastra UI.

f. Trisno Sumardjo Lahir 1916, dan meninggal 21 April 1969. Selain sebagai sastrawan, dikenal juga sebagai pelukis. g. Utuy Tatang Sontani Lahir di Cianjur, 1 Mei 1920 , dan meninggal di Moskwa, 17 September 1979. Ia adalah utusan dalam Konferensi Pengarang Asia-Afrika di Tashkent, Uzbekistan, 1958. Utuy mengajar Bahasa dan Sastra Indonesia di Moskwa. Karya Sastra Angkatan 45 Beberapa karya sastra yang dihasilkan angkatan 45, di antaranya adalah sebagai berikut.

Kerikil Tajam (Chairil Anwar, 1949) Deru Campur Debu (Chairil Anwar, 1949) Tiga Menguak Takdir (Asrul Sani, Rivai Apin dan Chairil Anwar, 1950) Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma (Idrus, 1948) Atheis (Achdiat K. Mihardja, 1949) Katahati dan Perbuatan (Trisno Sumardjo, 1952) Suling (Utuy Tatang Sontani, 1948) Tambera (Utuy Tatang Sontani, 1949)

Dan masih banyak lagi yang lainnya.

Você também pode gostar