Você está na página 1de 71

ARTIKEL PERILAKU ABNORMAL

NAMA KELAS NPM

; ; :

ETHA NOVALIA REGULER A 009010813

PENYIMPANGAN KECEMASAN
Kecemasan diartikan sebagai perasaan kegelisahan atau sesuatu yang menakutkan, bersifat menekan perasaan seseorang. Pada umumnya termanifestasi pada bagian-bagian tubuh, seperti:kecemasan kronis yang terus-menerus yang mencakup situasi kehidupan (cemas akan terjadikecelakaan, kesulitan finansial). Sejumlah ciri-ciri yang menyertai kecemasan adalah keluhan somatik:berpeluh, merasa panas, jantung berdetak keras, perut tidak enak, diare, sering buang air kecil, berkeringat dingin, tangan basah berkeringat, gemeteran, mulut kering, tenggorokan terasa tersumbat, sesak nafas, hiperaktivitas sistem saraf otonomik. Merasa ada gangguan otot: ketegangan atau rasa sakit pada otot terutama pada leher dan bahu, pelupuk mata berkedip terus, bergetar, mudah lelah, tidak mampu untuk santai, mudah terkejut, gelisah, sering berkeluh kesah. Cemas akan terjadinyabahaya, cemas kehilangan kontrol, cemas akan mendapatkan serangan jantung, cemas akan mati. Kecemasan seringkali menjadikan seseorang menjadi tidak sabar, mudah marah, tidak dapat tidur, dan tidak dapat konsentrasi. Ada perbedaan antara kecemasan dan ketakutan. Kecemasan adalah reaksi emosional, suatu reaksi yang berlebihan karena menganggap adanya bahaya dari lingkungan. Ketakutan normal adalah tanggapan yang terjadi, ketika menghadapi bahaya yang nyata atau riil. Kecemasan tidak sama dengan ketakutan, ketakutan terjadi karena menghadapi ancaman yang timbul pada saat ini dan objeknya nyata. Kecemasan timbul karena antisipasi terhadap suatu kejadian yang belum terjadi, tetapi dianggap akan berdampak buruk. Kecemasan merupakan reaksi emosional yang lebih umum, bila dibandingkan dengan ketakutan. Tanggapan ketakutan, di mana seseorang sedang bereaksi secara benar pada situasi hidup yang mengancam. Intensitas ini diharuskan bereaksi dengan cepat untuk memilih apakah ia harus bersiap untuk berkelahi atau melarikan diri. Berikut ini ilustrasi yang dapat membantu untuk membedakan antara kecemasan dan ketakutan. A termasuk orang baru di lingkungan Z. Suatu ketika A pulang dari kuliah larut malam, ia harus melewati jalan sempit. Jalan sempit itu diapit dengan semak-semak yang lebat. Di antara semak-

semak ada pohon beringin yang besar, dan lampu jalan di situ telah berkedipkedip. Dekat di pohon besar, terdengar gerisik semak-semak yang keras. A menengok di semak-semak tersebut, dan melihat ada putih-putih tergantung di atas pohon, namun akhirnya A tidak berani memastikan lagi untuk melihat apa yang dilihtanya. Seandainya yang dilihat adalah kucing putih yang bertengger di atas pohon, mungkin A dapat menganggap sebagai lelucon saja. Namun A melihat ada hantu tergantung di dahan pohon, tentu saja yang timbul adalah rasa takut yang kuat. Akhirnya A tidak melihat dan memastikan benda apa itu, tetapi ia mempercepat langkahnya. Ia aman sampai di rumah. Bila A memastikan dengan melihat dan yang dilihatnya memang hantu. Seandainya esok malamnya ia harus melewati jelas. Sebaliknya bila A telah memastikan, apa yang dilihatnya adalah kucing, tetapi A tetap merasa akan ada apa-apa saat melewati jalan tersebut, bentuk ini disebut dengan kecemasan.

GANGGUAN SEKSUAL

Tingkah laku seksual dikatakan abnormal, jika: 1. Menyebabkan kerugian pada orang lain. 2. Menyebabkan kesusahan terhadap yang bersangkutan. Ada tingkah laku seksual yang dulu dianggap menyimpang, tetapi sekarang tidak A. PARAFI LIAS Para = deviasi; filia = daya tarik. Arti harafiah: deviasi (penyimpangan) yang mencakup objek daya tarik sescorang. Parafilia: dorongan seksual yang mendalam dan berulang dan menimbulkan fantasi seksual yang difokuskan pada objek bukan manusia, penderitaan atau penghinaan diri sendiri atau partnernya, atau anak-anak atau orang-orang yang tidak mengizinkan. Penderita parafilia secara psikologis sangat tergantung pada target keinginannya, jadi tidak puas sampai target itu ada. Kecuali sadisme dan masokisme, kasus paralifia adalah laki-laki. B. EXHIBITIONISME Orang mernpunyai dorongan seksual dan membangkitkan fantasi-fantasi dengan menunjukkan alat genitalnya pada orang lain. Jadi kalau ia melihat yang melihat apa yang dilakukannya terkejut atau takut akan membangkitkannya. 1. Exhibitionist mempunyai fantasi bahwa yang melihatnya akan terbangkit secara seksual. 2. eksbionisme adalah laki-laki, dan yang terkena perempuan (anak atau dewasa). 3. Umumnya tidak mengakibatkan sakit atau perkosaan, tetapi ada kekecualian exhibitionist dapat menyerang kalau respon yang diinginkan tidak didapatkan.

4. Ada exhibitionist yang tidak mengalami kepuasan seksual, tetapi merasa bangga
sebentar yang diikuti perasaan jijik, malu, dan tidak enak. Penyebabnya: pengalaman pada masa perkembangan anak-anak, pada masa anak ia menunjukkan alat kelaminnya dan merasa excited ketika melihat orang yang melihatnya terkejut. Penderita inimemilih exhihibionisme daripada hubungan kelamin untuk mcndapatkan kepuasan seksual. Penyembuhannya dengan counterconditioning dan aversive conditioning.Kondisioning tertutup:membayangkan rasa malu kalau melakukan.

C. Fethissisme: 1. Seorang fetis tertarik secara seksual yang berlangsung berkali-kali pada suatu objek. 2. Objek fethis, pakaian: pakaian dalam, stocking, sepatu boots.

3. Ada fetis yang tertarik pada bagian badan orang lain, ini disebut partialisme
4. Fetis: mengandung tingkah laku seperti kompulsi. 5. Penyebabnya seperti pada exhibitionisme. Pengalaman pad kehidupan mula-mula, menghasilkan hubungan antara gelora seksual dan objek fethis ' karena itu objeknya: seperti popok, seprei, tempat tidur anak. Pemadaman dan metode behavioral yang lain dapat menghilangkan gangguan itu. C. Frotteurisme 1. Frottage: masturbasi dengan menggesekkan pada orang lain. 2. Seorang Frotteur: dorongan dan fantasi seksual yang dalam dan berulang dengan menggesekkan pada orang lain dan orang ini harus orang yang asing baginya. 3. Ketika menggesekkan berfantasi melakukan hubungan intim. 4. Supaya tidak tertangkap la berbuat cepat dan siap lari. 5. Biasanya dilakukan di tempat yang berdesakan. 6. Didapat dari pengalaman lampau, yang selalu mendapat penguat. Treatment: pemadaman, kondisioning tertutup. D. PEDOFILIA 1. Dorongan seksual orang dewasa (16 tahun ke atas) terhadap anak-anak yang secara seksual belum masak. 2. DI AS 10 - 15% yang menjadi korban. 3. 2 kali lebih banyak korban wanita daripada pria. 4. Penderita hampir 75% laki-laki. Ada yang melakukan hubungan seksual, caranya: menelanjangi, meraba alat genital anak, mendorong anak untuk melakukan seks oral, atau berusaha melakukan hubungan seksual vaginal atau anal. Tetapi ada yang hanya berfantasi. Ada 3 macam: (1) pengganggu situasional (situational molesters), (2) penggangu yang menjadi pilihan (preference molester), dan (3) pemerkosa anak. Yang pertama: mempunyai perkembangan dan perhatian seksual normal, tetapi keadaan tertent seperti stres timbul keinginan seksual terhadap anak setelah melakukan merasa tertekan. E. Sadisme dan masochisme " Pada masokisine tidak membutuhkan partner, tetapi pada sadisme butuh partner. " Mungkin penderita melakukan peran sadis dan masokis bergantian. ini disebut 5

sadomasokis. " Ada perkumpulan-perkumpulan penderita ini. " Penyebab: pada kehidupan mula-mula hukuman dan disiplin banyak berperan. Anak banyak dipukul bersama disayang. " Sadis: didorong oleh dorongan mengalahkan orang lain, karena mereka dikontrol figure orang tua yang keras. " Mereka tidak mencari penyembuhan. " Yang mencari penyembuhan: terapi individual dan kelompok berdasar prinsip behavioral kondisioning dan penguatan dapat efektif. F. Fetitisme Transvesti Hanya terdapat pada orang laki-laki: ada dorongan yang tidak dapat dikontrol untuk memakai pakaian wanita (disebut: cross dressing) sebagai cara untuk mendapatkan kepuasan seksual.Mempunyai sifat kompulsif, menggunakan banyak energi emosional. Cross dressing ini sering dibarengi masturbasi atau fantasi bahwa dirinya menjadi objek ketertarikan laki-laki lain sebagai seorang wanita. Kalau ia tidak memakai pakaian wanita, ia seperti orang laki-laki biasa, dan dapat melakukan hubungan seksual dengan wanita. Orang ini melihat dirinya sebagai orang laki-laki dan orientasinya heteroseksual. Tingkah laku transvestik ini bermacam-macam: ada yang hanya memakai pakaian dalam wanita, dan ada yang secara lengkap memakai pakaian wanita. Kalau sedang memakai pakaian wanita mungkin mempunyai kepribadian lain. Merasa lebih relaks, dan kalau hubungan seksual meningkatkan excitement seksual dari pikiran atau fantasinya mempunyai anatorni perempuan atau mempunyai sifatsifat biologis perempuan seperti menstruasi, melahirkan, atau menyusui. Seorang homoseksual yang berpakaian wanita bukan fetis-transvestik karena mereka berpakaian demikian bukan untuk mendapatkan kepuasan seksual. " Permulaan fetis transvesti pada masa anak atau adolesensi. " Pada umumnya tidal, mencari bantuan, kalau mencari karena gangguan lain seperti depresi." Karena mereka menolak perubahan sulit penyembuhannya. " Treatmentt: metode behavior seperti kondisioning aversif, sensitisasi tertutup. " Karena cross-dressing sering mernpunyai tujuan mengurangi kecemasan, maka terapis dapat mendorong klien mendapat insighi ke dalam stres-stres yang menjadi penyebab tingkah laku tersebut melalul psikoterapi tradisional.

E. Voyeurism " Dari bahasa Perancis voir (melihat). " Suatu gangguan seksual: pada gangguan ini individu mendapat kepuasan seksual dari melihat orang bugil atau orang yang melakukan aktivitas seksual, yang tidak menyadari bahwa sedang diintip (bhs. harian Peeping Tom). " Pada gangguan ini penderita mempunyai keinginan yang sungguh-sungguh dan berulang untuk melihat orang yang tidak menyadarinya. " Jarang yang mencari bantuan. 6

" Tidak man berubah. " Seperti parafilia yang lain treatment menggunakan metode bahavior. Teori dan Treatment Parafilia " Parafilia yang mcngorbankan orang yang, tidak berdosa akan mcngakibatkan masalah social, maka perlu intervensi. " Kalau tidak mengganggu tidak terlalu membutuhkan teatment. Tetapi banyak penderita sangat dipenuhi untuk memuaskan dorongannya, maka perlu treatment untuk mengurangi dorongan-dorongan tersebut. " Ada kesamaan pada parafilia. " Pada umumnya dimulai pada masa adolesensi, meskipun ada hubungan dengan masa anakanak mula-mula. " Setelah tumbuh biasanya menjadi kronis. " John Money: lovemaps: yang rusak. hovernaps = representasi fantasi seksual individu dan membutuhkan praktek. Dibentuk pada permulaan hidup, dan pada masa anak kemudian dipraktekkan. " Ada yang mengatakan penyebabnya biologis. " Pendekatan behavioral: kejadian belajar, pada masa anak pada waktu respon kesenangan seksual yang terkondisikan dengan objek stimulus yang tidak sesuai. Selanjutnya individu didorong untuk mendapatkan kepuasan yang dihubungkan dengan objek atau pengalaman tersebut. Perasaan terpuaskan ini diikuti dengan perasaan berkuasa." Jadi voyeur mengalami gelora seksual dan kekuatan ketika mengintip. " Exhibitionist froteur atau pedofili dapat memuaskann kebutuhun seksual dan harga dirimelalui pengalaman sukses dengan objek keinginannya. " Psikoterapi dengan penderita parafilia sangat sulit, karena penderita menolak melepaskan tingkah laku yang menyenangkan atau terlalu malu untuk mcncari pertolongan.

GANGGUAN IDENTITAS GENDER


" Identitas gender ' persepsi diri individu sebagai laki-laki atau wanita. " Identitas gender dapat atau tidak cocok dengan sekse biologis." Peran jender = tingkah laku dan sikap seseorang yang menjadi petunjuk di dalammasyarakat tentang kelaki-lakian atau keperempuanan." Orientasi seksual: tingkat ketertarikan erotik terhadap anggota dari sekse yang sama atausekse yang berlawanan.Sifat-sifat Gangguan identitas jender Gangguan identitas jender" Penyimpangan antara sekse individu dan identitas jendernya -- orang dengan gangguan inimengalami identifikasi yang kuat dengan jender yang lain.Misalnya:transseksualisme: seseorangyang merasa dirinya termasuk pada sekse yang lain,dan bertingkah laku dan berpakaian sesuaidengan sekse tersebut, tidak seperti fetisme" transvestik yang mendapatkan pernuasan seksual dari cross-dressing. Biasasanya dirasakan sebelum umur 4 tahun, akan berlanjut sampai dewasa." Sulit untuk mengidentilikasi penderita ini apakah inereka mempunyai orientasihomoseksual atau heteroseksual. Teori dan Treatment " Penyebab belum jelas, ada yang mengatakan bahwa akarnya pada pengalaman mula-mula dan hubungan keluarga, ada yang mengatakan karena biologis. " Treatment suportif: membantu individu untuk menerima perasaan tersebut. Ada yang operasi perubahan kelamin. Disfungsi Seksual " Abnormalitas pada reaksi dan respons seksual." Sesuatu hubungan seksual dikatakan disfungsional, kalau orang tersebut merasa tcrtekan." Disfungsi seksual penyebabnya dapat psikis dan fisik atau interaksi antara keduanya.Disfungsi seksual dapat menjadi serius karena kecemasan mengenai problenmnya. Gangguan Keinginan Seksual Yang Hipoaktif " Mempunyai perhatian yang rendah (abnormal) dalam aktivitas seksual. Biasanya akibat kesukaran psikologis yang lain seperti depresi, trauma seksual sebelumnya, body-image dan harga diri rendah, rasa bermusuh, atau usaha hubungan kekuasaan, atau sebagai usaha untuk mengatasi disfungsi seksual sebelumnya. Gangguan Aversi Seksual " Ketidaksenangan yang aktif hubungan kelamin atau aktivitas seksual yang lain. " Individu mempunyai perhatian terhadap seks dan senang berfantasi tentang seks, tetapi 8

menolak hubungan seks." Orang ini merasa sedih, dan mcrasa lonely dan menolak berhubungan dekat" Masters, dkk. (1982), pcnyebab: Sikap orang tua yang sangat negatif terhadap seks,Mempunyai pengalaman traumatis, diperkosa atau Inses." mengalami tekanan diri partnernya." Kekacauan identitas pada orang laki-laki Gangguan arousal seksual wanita " Wanita tidak dapat memberi respons excitement seksual, atau rasa senang: mempunyai keinginan seksual, dapat orgasme.Hubungan seksual menjadi keadaan yang tidak mengenakkan. Gangguan ereksi laki-laki " Tidak dapat ereksi (total/sebagian) selama hubungan seksual, kurang ada excitement dan kegembiraan seksual ' impotensi. Karena kesulitan ini susah dan malu ' menghindari hubungan seksual." Disfungsi ereksi primer: tidak pernah mengalami ereksi." Disfungsi ereksi sekunder: yang mengembangkan problem setelah periode berfungsinormal. Gangguan orgasme wanita " Tidak dapat mencapai orgasme Juga disebut orgasme wanita yang terhambat atau anorgasmia" Ada yang terus menerus, ada yang situasional" Dapat mencapai orgasme melalui stimulasi diri, atau dengan partner dengan cara lain.Gangguan orgasme pada laki-laki " Juga disebut orgasme yang terhambat" Seperti pada wanita" Menyebabkan tekanan" Adanya kesukaran interpersonal dalam hubungan.Ejakulasi prematur" Terjadi orgasme lama sebelum dikehendaki - tidak menimbulkan kepuasan.Gangguan rasa sakit seksual " Merasa sakit selama hubungan kelamin, didiagnosis dispareunia atau vaginismus. " Dispareunia: pada laki-laki dan perempuan: sakit sebelum, pada waktu, dan setelah hubungan." Vaginismus: perempllan: kekejangan pada otot luar vagina. Teori dan Treatment 1. Perspektif biologis: penyebab: problem fisiologis'proses badaniah." Penyakit, alkohol, diet dan sebagainya" Penyembuhan obat-obatan, operasi.Perspektif psikologis Karena informasi yang salah" Treatment mencakup faktor fisik, pendidikan, sikap, intransikik, dan interpersonal. 2. Diberikan intervensi psikoterapeutik berjangka-pendek guna memberikan dukungan emosional dan moril untuk mencari kesenibuhan, disamping bimbingan edukatif dan penyuluban. 3. Diberikan motivasi-motivasi agar muncul kesadaran atau wawasan perlunya mengadakan perubahan perilaku ; yaitu lewat upaya-upaya psikoterapi intensif Dirangsang pula rasa kepercayan diri, otonomi kepribadiannya, kedewasaan dan kemampuan mengontrol diri sendiri menuju pada perubahan yang positif 9

4. Memberikan pertolongan pada pasien agar dia mampu menghadapi kesulitan dan tantangan hidup sehari-hari dan bisa menjalin relasi sosial serta interpersonal yang lel?ih dewasa serta penyesuaian diri seksual (sexual adjustment), dan bisa bersikap lebih realistis. ~. Yang penting ialah bukannya pasien bisa menekan perilaku-perilaku seksual yang tidak pantas,akari tetapi memberanikan pasien letvat beberapa teknik behavioral untuk mengembangkanperilaku seksualx yaiig lebih rnemuaskan , yang lebih pantas dan sesuai dengan norma-normasosial yang berlaku.

10

GANGGUAN TIDUR
Aktivitas tidur merupakan suatu perilaku. Kurang lebih dari sepertiga aktivitas sehariharimanusia dihabiskan untuk tidur. Tidur merupakan kebutuhan dan tanpa tidur, individu akan merasakan ketidaknyamanan dalam kehidupan sehari-harinya. Penelitian yang terbaik untuk memahami tidur dengan menganggapnya sebagai perilaku yang bersifat restoratif. Menurut Webb misalnya, mengatakan bahwa tidur bisa saja tidak mempunyai sifat memperbaiki tetapi hanya sekedar perilaku yang mencegah binatang dari bahaya ketika tidak ada suatu yang penting untuk dilakukan. Dari situ dapat dibayangkan manfaat yang diperoleh leluhur manusia yang primitif dan tidur yang membuat seseorang tercegah dari mondar- mandir di kegelapan, ketika predator tidak dapat dilihat, makan tidak ditemukan dan luka justru lebih sering terjadi. Gangguan tidur yang dibahas bentuk gangguan yang berhubungan dengan keadaan Psikologis maupun fisiologis. Gangguan semacam ini telah menjangkiti sekitar 20% - 30% dari populasi. Ada dua macam/kategori dalam gangguan tidur tersebut, yakni:
1. Dissomnia mengalami gangguan tidur dalam hal: jumlah, kualitas atau waktu tidur yang

disebabkan oleh hal-hal emosional, misalnya: insomnia primer, hipersomnia, gangguan tidur berkaitan dengan pernafasan, dan gangguan irama tidur sirkadia (circadian rhythm sleep disorder).
a. Insomia berasal dari bahasa latin, yang dapat diartikan tanpa tidur atau tidak tidur. Insomnia

suatu kondisi tidur yang tidak menyenangkan dan memuaskan secara kwantitas dan kualitas dengan jangka waktu tertentu. Insomnia ini dapat terjadi sewaktu-waktu, dan timbul ketika seseorang sedang mengalami stress. Timbulnya insomnia dapat timbul secara berbeda-beda pada setiap individu, karena kebutuhan tidur individu juga sangat bervariasi Insomnia bukanlah perilaku tidur yang abnormal. Insomnia dapat menjadi abnormal, ketika individu mengalami kesulitan untuk tidur yang berulang kali atau justru tetap tidur adalah perilaku yang abnormal. Insomnia kronis yang bertahan selama sebulan atau lebih, dapat merupakan sebagai tanda merupakan masalah sakit fisik atau gangguan depresi. Permasalahan yang terjadi di balik insomnia, dapat ditangani dengan baik maka pola tidur dapat menjadi normal lagi. Insomnia kronis yang tidak disebabkan gangguan psikologis atau gangguan sakit
11

secara fisik, atau karena efek penggunaan obat; dapat dikelompokkan dalam gangguan tidur insomnia primer. Insomnia primer dapat mengakibatkan rasa lelah di siang hari dan timbulnya tingkat stres. Stres pribadi yang signifikan dan mengakibatkan gangguan tidur, dapat mengarah pada gangguan sosial, belajar, pekerjaan dan rumah tangga. Tingkat kormobiditas (kemunculan bersama) yang tinggi antara stres, insomnia, kecemasan dan depresi; gangguan tidur ini menjadi yang paling umum. Faktor psikologis berperan penting dalam insomnia primer. Insomnia primer cenderung menyebabkan individu yang mengalami kecemasan dan depresi, menjadi terganggu tidurnya. Antara individu yang berusaha membuat dirinya cukup tidur, dan gangguan kecemasan yang menyebabkan sulit tidur menjadi lingkaran mata rantai yang tidak putus.

b. Hipersomnia adalah suatu kebutuhan yang berlebihan untuk tidur. Hyper sendiri mengarah pada berlebihan, sedangkan somnus memiliki arti tidur. Hipersomnia primer merupakan rasa kantuk yang berlebihan sepanjang hari dapat berlangsung hingga sebulan atau lebih. Rasa kantuk yang berlebihan, merupakan kesulitan untuk bangun, setelah seseorang mengalami tidur yang panjang. Bentuk lain dari adanya pola episode (peristiwa atau kejadian) yang muncul setiap hari, tidur dalam situasi yang diharapkan atau tidak diharapkan (tidak sengaja tertidur, ketika individu sedang mengikuti rapat). Individu yang tidur dalam pola tidur siang, ketika ia bangun tidak merasa segar. Sebutan gangguan primer, karena rasa kurang tidurnya bukan karena tidak cukupnya tidur di malam hari akibat insomnia, gangguan psikologis, gangguan fisik, atau karena penggunaan obat. Sejumlah orang bisa saja merasa mengantuk sepanjang hari, atau dapat saja tertidur waktu naik bis, menonton tv atau saat sedang membaca surat kabar. Hipersomnia primer memiliki rasa kantuk yang lebih parah dan bertahan lebih lama. Akibatnya seseorang yang memiliki hipersomnia primer mempunyai rasa kantuk yang lebih parah dan memiliki rasa kantuk yang lebih lama, ia tidak dapat melakukan pekerjaan sehari-hari. c. Narkolepsi. Bahasa Yunani narke berarti tidak sadar atau pingsan, dan lepsis berarti serangan. Narkolepsi memiliki ciri tertidurnya seseorang, pada waktu yang tidak tepat. Simptom utama dari narkolepsi adalah serangan tidur, dorongan kuat untuk tidur yang dapat

12

terjadi kapan saja, terutama pada kondisi monoton yang terjadi selama dengan rata-rata 15 menit dan waktu terpendek berkisar 2-5 menit, kemudian akan terjaga dan merasa segar kembali. Simpton lain narkolepsi adalah kata fleksi (kata berarti bawah, pleksis berarti stroke).

Namun ada kalanya dalam gejala Hipersomnia tersebut, terjadi dengan mimpinya seseorang ketika masih terbaring lumpuh dalam keadaan jaga, disertai dengan masuknya komponen mental tidur REM dalam kelumpuhan tidur tersebut, keadaan tersebut dinamakan Halusinasi Hypnagogik, sering menakutkan, karena disana ia seolah melihat teman sekamarnya berusaha membunuhnya. Parasomnia, sebagai peristiwa episodik abnormal yang terjadi selarna tidur (pada kanakkanak hal ini terkait terutama pada perkembangan anak, sedangkan pada dewasa terutama pengaruh psikogenik) rnisalnya: somnabolisme (sleepwalking), teror tidur (night terrors), mimpi buruk, (night mares). Maka kedua kategori gangguan tidur diatas dapat digambarkan sebagai berikut: 3. Apnea tidur. Bentuk lain dari Hipersomnia adalah Apnea tidur, disebabkan ketidak mampuan untuk tidur dan bernafas pada saat yang bersamaan kondisi dimana seseorang jatuh tidur dan kemudian berhenti bernafas. Selama period apnea tidur kadar CO2 dalam darah merangsang kemoreseptor (neuron yang mendeteksi adanya zat kimia tertentu) selama 30 detik, dan penderita akan terbangun dan gelapan bernafas. Kadar O2 dalam darah kembali normal dan penderita jatuh tertidur lagi. Dari siklus yang sama dimulai lagi. Kondisi ini dapat dikoreksi dengan operasi atau diatasi dengan memasang alat yang mendorong udara sehingga selama saluran pernapasan tetap terbuka. Gambaran klinis di bawah ini adalah esensial untuk diagnosis Hypersomnia,
1. Rasa kantuk pada siang hari yang berlebihan atau adanya serangan tidur/sleep attacks (tidak

disebabkan oleh jumlah tidur yang kurang) dan atau transisi yang memanjang dari mulai saat bangun tidur sampai sadar sepenuhnya (sleep drunkennes).
2. Gangguan tidur terjadi setiap hari lebih dari satu bulan atau berulang dengan kurun waktu

yang lebih pendek, menyebabkan penderitaan berat dan mempengaruhi fungsi sosial dan pekerjaan.

13

3. Tidak ada gejala tambahan narcolepsy (catuplexy, sleep paralysis, hypnagogik halucination)

atau bukti klinis untuk sleep opnea.


4. Tidak ada kondisi neurologis atau medis yang menunjukan gejala rasa kantuk di siang hari.

4.Gangguan jadwal tidur-jaga Gangguan tidur ritme harian merupokan pola yang menetap dimana terdapat ketidak sesuaian antara jadwal bangun tidur umum dengan pola sirkulasi bangun tidurnya. Gambaran klinis dibawah ini adalah esensial untuk didiagnosis pasti:
Pola tidur jaga dari individu tidak seirama (out of synchiory) dengan pola juga yang normal

bagi masyrakat setempat.


Insomnia pada waktu orang tidur dan hipersomnia pada waktu kebanyakan orang jaga yang

di alami hampir setiap hari untuk sedikitnya l bulan atau berulang dengan kurun waktu yang lebih pendek.
Ketidak puasan dalam kuantitas dan kualitas maupun waktu tidur meyebabkan penderitaan

yang cukup berat dengan mempengaruhi fungsi sosial dan pekerjaan. Treatment: Untuk Hypersomnia, bila hanya merupakan salah satu gejala dari gangguaan jiwa lain seperti gangguan efektif, maka diagnosis harus sesuai dengan gangguan yang mendasarinya Diagnosis Hipersomnio psikogenik harus di tambahkan bila hipersomnia merupakon keluhan yangdimana dari pederita gangguan jiwo yang lainnya.Adapun diagnosis pada gangguan jadwal tidur bila terdapat adanya gejala gangguan jiwalain seperfi anxietas, dupresi, hipomania, tidak menutup kemungkinan diagnosis gangguan jadwaltidur juga non organik, yang penting adanya dominasi gambaran klinis gangguan ini padapenderita. Apabila gejala gangguan lain cukup jelas dan menetap harus dibuat diagnosis gangguanjiwa yang spesifik secara terpisah. B. Parasomnia. 1. Somnabulisme (sleep walking ). Adalah suatu keadaan perubahan dari kesadaran, dimana fenomena tidur dan bangun pada saat yang sama. Dalam episode ini individu bangun dari tempat tidur, biasanya terjadi selama 1 /3awal dari tidur malam, atau sewaktu tidur non REM fase empat (4), tidak lama sesudah tertidur,kemudian ia berjalan, memperlihatkan tingkat kesadaran, reaktivitas dan kemampuan

14

motorikrendah. Sangat beresiko tinggi untuk terjadi kecelakaan, lebih tepat, gambaran klinis yang dapatdiperoleh sbb:
Gejala yang utama adalah satu atau lebih episode bangun dari tempat tidur, biasanya pada

1/3 awal tidur malam, dan terus berjalan-jalan (kesadaran berubah).


Selama satu episode, individu menujukan wajah bengong (blank face), relatif tak memberi

respon terhadap upaya orang lain untuk mempengaruhi keadaan atau untuk komunikasi dengan penderita dan hanya dapat dibangunkan dari tidur dengan susah payah.
Pada waktu bangun atau sadar (setelah satu episode atau besok paginya), individu tidak

ingat apa yang terjadi.


Dalam kurun waktu beberapa menit setelah bangun dan episode tersebut tidak ada gangguan

aktivitas mental, walaupun dapat dimulai dengan bingung dan disorientasi dalam waktu singkat.
Tidak ada bukti gangguan mental organik, seperti dimensia atau epilepsi.

Gejala ini biasanya bermula pada sekitar usia 6 - 12 tahun, kebanyakan terjadi pada laki-laki pada usia muda. Dan sekitar 15% melanda anak-anak abnormal yang berhubungan dengan fungsisaraf memungkinkan mendasari kondisi ini, juga adanya strees yang berkepanjangan, maupun Jenis Somnabulisme itu terdiri atas dua macam
Somnabulisme Monodeic. Yakni semua tingkah laku subnabulistisnya selalu berelasi

dengan satu ide saja, dan bentuk tingkah lakunya selalu sama.
Somnabulisme Potydeic. Tingkah lakunya yang somnabulistis itu selalu berbeda pada waktu

yang berlainan. Bentuk lain dari parasomnia adalah sleeptalking (somniloquy) kondisi ini biasanya dialami oleh anak-anak dan orang deawas. Di mana individu berbicara dalam kondisi tidur. Dalam bicaranya biasanya hanya membutuhkan sedikit kata-kata saja. Bahkan apa yang dikatakan biasanya tidak berhubungan dengan mimpi yang dialami selama tidur, episode ini terkadang menyertai terror malam dan somnabulisme. 2. Sleep Teror Disorder (pavor nocturnus) Teror tidur atau teror malam adalah episode di malam hari yang ditandai oleh rasa tercekam dan panik yang hebat dengan cetusan teriakan, mobilitas dan pelepasan otonomik yang hebat. Gambaran khnis dibawah ini adalah esensial untuk diagnosis pasti:

15

Gejala utamanya adalah satu atau lebih episode bangun dari tidur, mulai dengan berteriak

karena panik, disertai anxietas yang hebat, seluruh tubuh bergetar dan hiperaktivitas otonomik seperti jantung berdebar-debar, nafas cepat, pupil melebar dan berkeringat.
Episode ini dapat berulang, setiap episode lamanya berkisar 1

10 menit, dan biasanya

terjadi pada sepertiga awal tidur malam.


Secara relatif tidak bereaksi terhadap berbagai upaya orang lain untuk mempengaruhi

keadaann teror tidurnya, dan kemudian dalam beberapa menit setelah bangunya biasanya terjadi disorientasi dan gerakan-gerakan berulang.
Ingatan terhadap kejadian, kalaupun ada, sangat minimal (biasanya terbatas pada satu atau

dua bayangan yang terpilah-pilah).


Tidak ada bukti gangguan mental organik.

Teror tidur dan sumnabulisme sangat erat hubunganya, fakfor genetik, perkembangan organik dan psikologis. Semua memainkan peran untuk terjadinya keadaan ini. Atas dasar kesamaan klinis dan patosiologis ini maka keduanya dianggap satu kesatuan yang sama. Sebagaimana somnabulisme, teror tidur ini kerap terjadi pada anak-anak. Sekitar 1-4% clan populasi anak mengalami keadaan ini terutama pada anak laki-laki. Dapat terpicu karena stress pada anak. 3. Nightmare (mimpi buruk) Nightmare disorder atau drean) anxienty disorder, adalah suatu keadaan dimana seseorang dilanda mimpi, menakutkan dan berjalan dengan jangka waktu yang lama, yang terjadi pada episode tidur REM. Gambaran klinis dibawah ini adalah esensial untuk diagnosis pasti:
Bangun dari tidur malam atau tidur siang berkaitan dengan mimpi yang menakutkan yang

dapat diingat kembali dengan rinci dan jelas (vivid), biasanya perihal ancaman kelangsungan hidup, keamanan dan harga diri. Terbangunnya dapat terjadi kapan saja selama periode tidur, tetapi yang khas adalah pada paruh kedua masa tidur.
Setelah terbangun dari mimpi yang menakutkan, individu harus sadar penuh dan mampu

mengenal lingkungannya.
Pengalaman mimpi itu dan akibat tidur yang terganggu menyebabkan penderitaan berat bagi

individu. Sangat penting untuk membedakan dari teror tidur, dengan memperhatikan gambaran klinis

16

yang khas untuk masing-masing gangguan. Dalam mimpi buruk dapat terjadi setiap saat di suatu malam dan mudah untuk di bangunkan dengan kondisi orientasi yang baik dengan sangat terinci serta gamblang untuk mengingat kejadiannya. Sedang pada teror tidur tidak ada ingatan terinci mimpi itu baik segera sesudah episode atau saat terbangun keesokan harinya, dan mengalami dan gerakan perseveratif untuk beberapa menit. Pada anak, keadaan demikian sering terjadi, namun tidak termasuk kategori gangguan psikologis, sebab mimpi buruk pada masa anak biasanya berkaitan dengan fase yang khas dari perkembangan emosionil. Sebaliknya pada orang dewasa kondisi inilah adalah bentuk gangguan psikologis dan biasanya dalam bentuk gangguan kepribadian. Di sisi lain, penggunaan psikotropika tertentu ternyata sering dapat menyebabkan terjadinya mimpi buruk. Selain itu penghentian mendadak dan obatobatan yang sangat menekan tidur REM seperti Hipnoptika non benzodia zepin dapat menjurus pada peningkatnn mimpi. Dan dapat didiagnosis sebagai gangguan fisiologis. Treatment Adapun treatment yangdapat dilakukan pada gangguan tidur dalam kategori parosomnia adalah sebagai berikut: Dalam nightmare, terapi yang dilakukan, bila nightmare terjadi karena dipicu oleh kondisi stres, adalah terapi yang bersifat Dsycotheropi yang kadang kala dapat dibantu dengan oleh obatobatan ringan, untuk gangguan yang bersifat sosiologis. Pada kasus Somnabulisme darn teror tidur, dapat digunakan terapi hipnosa lalu mengitergrasikan pengalaman tersebut dengan kepribadian itu lagi. Namun bila melihat fenomena teror tidur dan Sumnabulisme dapat berhenti ketika anak bertambah usianya, maka sebagian besar individu di tekankan untuk tidak memberikan pengobatan medis/tidak memberikan perlakuan sama sekali. Mereka yang beranggapan demikian karena merasa tidak ada bukti bahwa pada kedua gangguan tersebut tidak ada hubungannya dengan mental atau masalah kepribadian anak. Namun, bila terpicu oleh kondisi stres pada anak (kebanyakan) maka terapi yang terbaik adalah pendekatan yang dilakukan oleh lingkungan keluarganya
.

17

STRESS

Stres merupakan perbedaan antara harapan dengan kenyataan. Hidup akan terasa lebih menyenangkan, bila semua keinginan dan kebutuhan fisiologis maupun psikologis terpenuhi. Perjalanan hidup manusia lebih sering menemui berbagai macam hambatan, tidak hanya berasal dari dirinya sendiri, tapi juga lingkungan. Hambatan-hambatan tersebut sering memicu seseorang ke dalam situasi stres. Stres dari kamus Bahasa Inggris Indonesia (Echols dan Shadily, tt) memiliki arti ketegangan atau tekanan. Kata stres lebih populer dibandingkan kata tegang atau tertekan. lstilah stress secara historis digunakan untuk tuntutan penyesuaian pada organisme dan respon organisme terhadap tuntutantersebut. Pernyataan dari Selye (1930) bahwa stress adalah respon terhadap kondisi-kondisi lingkungan, yang dialami oleh individu dirasa tidak nyaman karena ditandai berbagai hal seperti: kejengkelan, emosi, rusaknya penampilan atau unjuk kerja; atau peruhahan-perubahan fisiologis seperti rneningkatnya konduktansi kulit atau meningkatnya hormon-hormon tertentu.

Stres memiliki tiga bagian yang saling berkait yaitu pertama, stresor atau pemicu stres atau dapat dikatakan tuntutan untuk melakukan penyesuaian. Bagian kedua adalah orang yang mengalami stres. Bagian ketiga adalah transaksi hubungan orang yang mengalami stress dengan sumber dari penyebab stressor. Orang-orang yang memiliki stres psikososial mudah goyah dan panik. Individu yang menanggapi stress dari lingkungan yang bersifat mengancam, menekan, dan mengguncangkan kebutuhan individu di sebut dengan stres. Stres merupakan reaksi mental dan fisik manusia yang tidak spesifik terhadap stressor dari luar.

Sumber-sumber Stres 1. Sumber Stres Internal dan Eksternal Ada bermacam-macam faktor yang bisa menjadi sumber stres. Sumber stres bisa berasal internal maupun eksternal. Stres internal misalnya: ujian akhir, mencari pekerjaan, bertemu calon pasangan hidup, membangun hidup baru, menderita sakit atau peristiwa yang dianggap penting oleh individu. Stres eksternal, misalnya patah cinta, keluarga dekat meninggal, mendapatkan anggota keluarga baru, saudara sakit berat. Bisa juga karena pengaruh lingkungan seperti: lingkungan tempat

18

tinggal yang kumuh, gaduh atau sesak; juga pengaruh lingkungan kerja seperti kerja yang terlalu berat, suasana tempat kerja yang penuh konflik dengan atasan, rekan sekerja atau bawahan. Sumber stres yang lebih nyata dan bersifat eksternal, misalnya stres yang berasal dari bencana alam, krisis ekonomi, peperangan, perubahan ritme hidup yang tidak menyenangkan. Semua sumber stres tersebut, jika dipandang merupakan sumber stres yang bersifat dari luar dan sumber stress tersebut dapat dipahami sebagai stimulus (rangsangan).

2. Sumber stres yang timbul, adanya hambatan

a. Frustasi. Frustasi akan muncul bila ada motivasi yang terhalang, karena adanva hambatan untuk
tercapainya tujuan atau pencapaian tujuan tidak tepat; misalnya, laki-laki dilarang untuk pergi karena hendak pacaran. Frustasi diakibatkan oleb keterbatasan individu dan kesalahan-kesalahan yang mungkin menekan individu, karena hal itu memungkinkan tenjadinya penurunan nilai harga diri. Beberapa jenis frustasi ringan dapat dijumpai pada kehidupan sehari-hari seperti, hujan turun pada saat akan pergi piknik, buku yang hilang, lupa menaruh kunci. Hambatan fisik dapat terjadi, seperti individu menjadi kurang kompeten, tidak mampu mengontrol diri, sering mengalami lupa. Hal-hal tersebut dapat menjadi sumber penyebab terjadinya keterbatasan diri. Frustasi juga sering muncul secara psikologis dalam bentuk pengendalian etis dan moral.

b. Konflik. Elemen dasar konflik adalah frustasi yang timbul karena dipilihnya suatu alternatif
tertentu. Konflik dapat diklasifikasikan dalam tiga jenis:

1) Konflik yang bersifat ragu-ragu. Merasa harus melakukan sesuatu, namun di sisi lain
merasa tidak harus melakukan tindakan tersebut. Individu yang berkeinginan tidak melakukan tindakan tersebut, dapat merasa cemas akan ada hukuman dan gangguan di masa datang.

2) Konflik yang berpusat. Konflik ini terjadi pada dua tujuan yang sama-sama harus
dilakukan, namun bila salah satu dilakukan dapat menimbulkan masalah pada bagian yang lain. Misalnya seseorang harus menghadapi masalah antara tugas dengan keinginan, loyalitas terhadap atasan atau istri.

3) Konflik kontradiksi atau bertentangan. Konflik ini bisa disamakan dengan ungkapan
seperti makan buah simalakama: dimakan kakak mati, tidak dimakan adik mati . Pemilihan pada dua situasi yang tidak menyenangkan, yang memilih salah satu dapat mengakibatkan celaka pada pilihan yang lain. Akibatnya individu yang bersangkutan menjadi bingung, merasa bersalah, tidak berdaya dan terpojok. 19

c. Desakan Stres bisa timbul bukan hanya karena frustasi atau konflik, tapi juga karena adanya desakan untuk mencapai tujuan tertentu. Desakan ini berasal luar individu atau bisa juga dari dalam individu. Pada umumnya desakan memicu orang untuk bangkit lebih intensif atau memilih arah dan tingkah laku yang mengarah pada pencapaian tujuan. Berbagai desakan yang sangat serius dapat melemahkan kemampuan menyesuaikan diri dan bisa menyebabkan tekanan yang parah. Stres yang berlebihan mengakibatkan kekacauan pengaturan tingkah laku.

Respon terhadap Sumber Tekanan

Setiap individu berbeda di dalam merespon bermacam-macam tekanan. Hal ini disebabkan perbedaan cara mempersepsi dan menginterpretasikan tekanan yang ada. Beberapa respon yang umumnya muncul adalah respon terhadap fisiologis seseorang, emosi dan perilaku. 1. Dampak Respon fisiologis, seperti: sakit kepala, tidur tidak teratur (susah tidur), perubahan selera makan, gatal-gatal pada kulit, urat tegang terutama pada leher dan bahu, keringat berlebihan, lelah atau kehilangan daya energi. 2. Respon Emosional, terdapat tiga gejala emosional yang sering muncul yaitu:

a. Bentuk reaksi marah merupakan reaksi agresif seseorang untuk menghilangkan hambatanhambatan
terhadap tujuan secara bertahap. Rasa marah bisa mengarah ke rasa permusuhan, dengan kecenderungan merusak, melukai atau menyakiti orang yang dianggap sumber stres.

b. Takut dapat timbul karena adanya bahaya dan mengakibatkan tingkah laku penarikan diri atau
menghindar.

c. Cemas merupakan pemicu yang muncul adalah perasaan yang benar-benar membuat takut tanpa
ada kejelasan sumber bahaya yang nyata. 3. Respon Kognitif. Stres berdampak pada kinerja intelektual antara lain: susah konsentrasi, sulit membuat keputusan, mudah lupa, pikiran kacau, daya ingat menurun, melamun secara berlebihan, kehilangan rasa humor, produktifitas/prestasi kerja menurun dan mutu kerja rendah. Berbagai kondisi stres dapat berdampak pada perilaku motorik berbentuk seperti yang diuraikan berikut ini:

a) Gejala permulaan berupa terpaku (daze) dan gejala-gejala yang dapat terlihat seperti: depresi,
kemarahan, kecemasan, perilaku overaktif dan penarikan diri. Hanya saja gejala-gejala tersebut tidak mendominasi gambaran klinis dalam waktu yang lama. 20

b) Pada kasus-kasus di mana sumber stres dapat dialihkan atau individu dipindahkan dari lingkungan
di mana di mana ia mendapat stres, maka gejala-gejala dapat menghilang relatif cepat. Bila individu tidak dapat dialihkan atau dipindahkan dari stres, gejala-gejala mereda setelah 24-48 jam dan biasanya menghilang setelah 3 hari. D. Faktor-faktor Fisik untuk Mencegah Dampak Stres Setiap individu memiliki respon yang berbeda terhadap sumber stres. Dimensi stres seperti: berat ringan stres, pola kepribadian, dukungan pada individu berpengaruh pada kerentanan individu dan kemampuan penyesuaian diri terhadap stres yang didapat. Berbagai dimensi stres yang berdampak negatif terhadap individu, faktor genetik juga berpengaruh. Individu yang memiliki garis keturunan mengalami gangguan mental, seperti schizoprenia, stres yang terjadi pada dirinya dapat menjadi pemicu gangguan jiwa. Meskipun genetika tidak semata-mata sebagai penentu pasti tidaknya seseorang mengalami gangguan jiwa, faktor-faktor fisik tentu mempengaruhi timbulnya stres yang terjadi. Pengaruh stress meningkat, karena lemahnya kemampuan kognitif individu dan bisa ditengahi oleh faktor fisik dalam menyesuaikan diri. Fakton-faktor itu adalah: harapan untuk kemajuan diri, daya tahan fisik, rasa humor, keseriusan di dalam mencapai tujuan versus ketidakseriusan, kemampuan memprediksi dan dukungan sosial. 1. Harapan untuk kemajuan diri Salah satu pencegah dampak stres adalah harapan pada dirinya untuk dapat maju. Individu merasa mempunyai kemampuan untuk menghadapi pengaruh dan perubahan perkembangan selanjutnya. Individu akan lebih bisa menanggulangi stress, jika mempunyai kepercayaan diri terhadap kemampuannya untuk menghadapi sumber stres. 2. Daya tahan fisik Terdapat 3 hal yang menjadi kunci daya tahan fisik adalah komitmen, peluang dan kontrol diri.

a. Komitmen dapat diartikan sebagai keteguhan terhadap tujuan. Fokus pada tujuan menjadi penting,
karena adanya kejelasan pada apa yang hendak ditempuh. b. Kontrol diri. Merupakan tindakan bersabar, agar kesempatan muncul dengan tepat. Kontrol diri termasuk bersabar untuk melakukan latihan secara terus menerus.

c. Peluang merupakan kesempatan yang selalu muncul. Kesempatan mengarah pada kontrol diri, dan
komitmen untuk selalu mengasah kemampuan atau berlatih. Kesabaran, berlatih dan memanfaatkan peluang ketika datang, merupakan sesuatu yang saling berkait. 3. Rasa Humor Tidak jarang daya tahan fisik menimbulkan rasa bosan dan kejenuhan yang tinggi. Rasa bosan 21

dan kejenuhan dalam menimbulkan rasa tertekan atau stres. Rasa stres tersebut dapat mengurangi komitmen, kontrol diri, dan peluang yang timbul. untuk mengurangi rasa bosan dan jenuh dapat dialihkan pada rasa humor, yang merupakan menahan dan mengurangi rasa stres. Individu yang memiliki rasa humor yang tinggi cenderung untuk berperilaku positif, daripada yang rasa humor kurang. 4. Keseriusan dan ketidakseriusan mencapai tujuan Keseriusan dan ketidakseriusan merupakan sisi mata uang. Keduanya dapat beralih dari satu sisi ke sisi yang lain. Individu dapat tidak serius, ketika tujuan yang hendak dicapai tidak memberikan sesuai dengan harapannya. Sebaliknya keseriusan dapat berkembang, ketika individu menganggap suatu tujuan menjadi sangat penting karena ada hadiah yang dianggapnya luar biasa. Keseriusan dan ketidakseriusan berkaitan dengan tekad individu untuk mencapai tujuan, meski kegagalan menghadang. Kegagalan menjadi saringan atau filter, sejauh mana individu bersiap menanggapi resiko atau konsekuensi yang mungkin terjadi. 5. Kemampuan membuat perkiraan Individu yang sudah memperkirakan serangan dan intensitas dari penyebab stres, individu akan dapat mengurangi kesusahan yang mungkin akan timbul. Kemampuan untuk memprediksi membuat individu mampu menahan diri dan juga mempunyai cara tersendiri di dalam menghadapinya tanpa harus lari menghindar dari hal-hal yang membuat stres. E. Pola-pola Penanggulangan Stres Ada dua pola penanggulangan stres, pertama reaksi berorientasi tugas dan reaksi berorientasi bertahan. 1. Reaksi berorientasi tugas Reaksi ini muncul ketika seseorang merasa mampu untuk mengatasi suatu situasi stress dan cenderung didasarkan pada penilalan situasi obyektif, cenderung untuk rasional dan konstruktif, serta cenderung untuk terarah dengan sadar. a. Reaksi-reaksi dari berorientasi tugas berupa : 1) Pola penyerangan Individu mencoba untuk memindahkan atau mengatasi rintangan yang menghambat tujuannya. Pola ini sebagai stimulus bagi individu untuk cenderung meningkatkan aktifitas dan variasi model serangan, ketika rintangan dihadapi dan dicoba untuk dihadapi. Tingkah laku serangan biasanya merupakan tindakan yang konstruktif, jika sesuai dengan situasi dan individunya. Tingkah laku serangan juga bisa merupakan tindakan yang destruktif, bila mengarah pada tingkah laku menyalahkan 22

diri sendiri dan individu merasa dicela secara sosial. 2) Pola penarikan diri Bentuk tingkah laku ini dapat secara fisik dapat diibaratkan, yaitu misalnya, menarik tangan atau kaki dari benda-benda panas atau stimulus yang menyakitkan. Hanya saja pola penarikan diri secara psikologis, seperti menerima kekalahan, menghindar dari tipe-tipe tuntutan untuk penyesuaian dan mengurangi keterlibatan emosionalnya pada situasi yang dianggap merugikan dan menjadi apatis. Pola penyerangan membantu individu untuk mengatasi rintangan dan meraih tujuan yang sesuai dengan perjuangan. Pola penarikan diri bermanfaat untuk memindahkan organisme dari situasi yang berbahaya yang tidak dapat di atasi. Mereka menghindar, tetapi hal ini bukan berarti kalah. 3) Compromise Karena sebagian besar situasi tidak dapar di atasi dengan sukses, baik dengan attack maupun withdrawal, biasanya menjadi perlu untuk menentukan beberapa macam cara pemecahan compromise. Pendekatan ini dapat memerlukan perubahan metoda oprasional seseorang, penerimaan tujuan-tujuan pengganti, atau penentuan beberapa cara penyesuaian diri di mana di dalamnva seseorang bersedia menerima bagian dari apa yang diinginkannya. Ketiga bentuk reaksi task-oriented ini meliputi langkah-langkah dasar yang sama, yaitu: 1. mendefinisikan masalah 2. menentukan cara-cara pemecahan alternatif dan memutuskan rangkaian tindakan yang tepat. 3. Mengambil tindakan dan mengevaluasi feedback. Reaksi-reaksi defense-oriented Reaksi ini dilakukan jika individu merasa benar-benar terancam oleh situasi stress, tingkah laku ini terarah terutama pada perlindungan diri dari penurunan dan terarah pada penurunan kecenderungan danketegangan yang menyakitkan.Ketika menghadapi stress yang berat individu menghadapi duamasalah. 1. Memenuhi tuntutan-tuntutan adjustif. 2. Melindungi diri sendiri dari disorganisasi psikologis. Tingkah laku defense-oriented dipusatkan pada masalah kedua, yaitu penggunaan pola-pola penanggulangan (coping) untuk mengurangi kecemasan atau ketegangan emosional yang tidak enak untuk mencegah self-devaluation. Dengan kata lain reaksi defense-oriented ini dirancang untuk menjaga atau memelihara integrasi psikologis dan keadaan-keadaan yang mantap (steady). Ada tiga reaksi defense-oriented yang berbeda, yaitu: 1. tipe yang terdiri dart sekelompok respon, seperti menangis dan pembicaraan yang diulangulang, 23

yang berfungsi sebagai mekanisme psikologis untuk perbaikan kerusakan. 2. Tipe yang tersusun oleh reaksi ego atau "self defense seperti rasionalisasi dan menyangkal yang berfungsi untuk menjaga self dari devaluasi dan sakit. 3. Tipe yang dimanifestasikan oleh ketergantunga individu akan obat (drugs) untuk mengurangi ketegangan dan kecemasan Di dalam defense oriented di atas, terdapat pola lain di dalam menanggulangi stress yaitu dengan mekanisme pertahanan diri, yang dapat melindungi individu baik dari ancaman yang datang dari luar ataupun yang datang dari dalam. Cara-cara yang digunakan dalam mekanisme pertahanan diri ini dapat berbentuk: Menyangkal, merubah dan/atau membatasi pengalaman individu. Mengurangi keterlibatan emosional dan self. Meniadakan ancaman atau kerusakan. Mekanisme pertahanan diri ini merupakan ajaran dari Sigmund Freud, dan dalam pelaksanaannya dapat digunakan oleh semua individu dalam rangka untuk menanggulangi stress yang bisa menyerang setiap individu kapanpun dan dimanapun. Tetapi reaksi defense oriented ini bisa bersifat patologis jika reaksi-reaksi atau cara-cara pemecahan yang diutamakan untuk menyesuaikan justru mengganggu dengan serius pemenuhan tuntutan ajustif. Bentuk-bentuk mekanisme pertahanan diri tersebut adalah 1. Menyangkal realitas (denial of reality) Merupakan mekanisme pertahanan yang paling sederhana dan primitif, yaitu suatu usaha untuk menutupi realita yang tidak diinginkan dengan mengabaikan atau menolak untuk mengakui pengalaman itu. Bentuk tingkah lakunya dapat berupa: menolak penglihatan yang tidak menyenangkan menolak membahas topik yang tidak menyenangkan pingsan ketika dihadapkan pada situasi traumatis mengabaikan atau menolak kritik menjadi sangat asyik dengan pekerjaan sehingga tidak mempunyai waktu untuk mengatasi masalah-masalah lain. 2. Fantasi Dalarn hal ini individu mencapai tujuannya dan memenuhi kebutuhannya dalam imajinasinya. Fantasi mempunyai dua bentuk umum: Conquering hero (pahlawan yang menang) 24

Dimana individu menggambarkan dirinya sebagai orang yang berhasil, seorang yang menampilkan prestasi yang mengagumkan, dan memperoleh semua kebanggaan yang ada. Suffering hero (pahlawan yang menderita) Individu mengimajinasikan dirinya mengalami penderitaan oleh rintangan atau hukuman yang dahsyat atau karena ketidakadilan. Melarikan din dari stress kehidupan sehari-hari dalam dunia fantasi untuk sementara waktu seringkali membantu dalam menambah sedikit perangsang pada kehidupan. Tetapi fantasi menjadi maladaptif jika pencapaian khayalan disubstitusikan ke dalam kehidupan nyata 3. Represi Suatu mekanisme pertahanan dengan menghilangkan yang, mengancam atau menyakitkan dari kesadaran (forgetting). Walaupun materi yang direpres itu ditolak kesadaran, materi itu tidak benarbenar dilupakan, sehingga bisa dibawa kembali ke dalam kesadaran antara lain melalui hipnotis. Represi dapat menolong individu untuk mengontrol keinginan-keinginan yang membahayakan dan tidak sesuai. Represi dapat menutup pengalarnan stress yang dapat diatasi dengan lebih baik dengan menghadapi dan menyelesaikan melalui situasi secara realistis. 4. Rasionalisasi Mernpunyai 2 nilai defensif utama, yakni a. Rasionalisasi membantu individu untuk memberikan alasan bagi tingkah lakunya. b. Rasionalisasi membantu di dalam melunakkan hubungan yang tidak memuaskan dengan tujuan-tuiuan yang tidak dapat dicapai. Rasionalisasi meliputi penemuan alasan-alasan yang logis diterima secara sosial bagi tingkah laku yang lalu, sekarang atau juga yang akan datang. Rasionalisasi juga digunakan untuk memperlunak kekecewaan akan terhalangnya keinginan-keinginan. Tingkah laku yang umumnya menunjukkan rasionalisasi adalah: a. Mencari alasan untuk membenarkan suatu tingkah laku atau keyakinan seseorang. b. Tidak dapat mengenali atau mengetahui bukti-bukti yang tidak sesuai atau kontradiksi c. Menjadi marah ketika alasan ini dipertanyakan. Walaupun rasionalisasi rnerupakaa reaksi defense yang penting dalam membantu individu rnenghindari frustasi yang tidak perlu dan menjaga kecukupan dan sejahtera, rasionalisasi juga memerlukan suatu harga dalam self deception (penipuan diri). 5. Proyeksi 25

Merupakan reaksi defensif dimana seorang individu: - menempatkan kesalahannya, kekurangannva, dan kelakuan dirinya pada orang lain. - Menghubungkan impuls-impuls yang tidak dapat diterima dan keinginan-keinginannya yang juga tidak dapat diterima oleh orang lain. Misalnya, murid yang tidak lulus akan mengatakan bahwa gurunya sentimen kepadanya. Memindahkan objek yang tidak hidup dapat menjadi sasaran pelemparan kesalahan ini. 6. Reaksi F ormasi Kadang-kadang individu melindungi dirinya dari keinginan yang membahayakan tidak hanya merepresnya tapi secara aktual dengan mengembangkan pola-pola sikap dan tingkah laku sadar yang benar-benar berlawanan. Misalnya, individu itu menyernbunyikan rasa bencinva dengan muka yang manis, kekejaman dengan kebaikan hati atau nafsu seksual bersetubuh dengan tingkah laku dan sikap seksual yang moral. Pada tingkat sederhana reaksi formasi diilustrasikan dengan cerita seorang gadis tua yang selalu melihat kolong tempat tidurnya karena takut seorang laki-laki bersembunyi di sana, setiap malam.Reaksi formasi, seperti represi, dapat mempunyai nilai adjustif dalam membantu individu untuk memelihara tingkah laku yang diterima secara sosial dan menghindari keinginan (nafsu) yang dipandangnya berbahaya. Tetapi karena mekanisme ini, juga berarti self-deceptive (menipu diri) dan tidak tunduk pada kontrol kesadaran, reaksi formasi ini sering berakibat menghasilkan rasa takut dan kepercayaan yang berlebihan dan kaku yang dapat mengganggu reaksi ajustif seseorang dan mengarah pada kekerasan yang berlebihan dalam menanggulangi penyelewengan orang lain

BEBERAPA JENIS STRESSOR YANG HARUS DIHINDARI Sebenarnya stress bisa dihindarkan melalui cara-cara mengambil jarak dengan sumber -sumber penyebab stress, atau hal-hai yang potensial menjadi stressor. Pada dasarnya tidak semua stressor dapatdijauhi, tetapi memang harus dihindarkan pemunculannya, yaitu: Tidak merasa dihargai. Kurangi tuntutan untuk menerima penghargaan dari pihak lain atas apa yang sudah dilakukan. Tidak memiliki tujuan Perasaan seperti ini memiliki tujuan yang potensial untuk menjadi stressor. Oleh karena itu sebelum melakukan sesuatu pikirkan dan renungkan terlebih dahulu tujuan dari sesuatu yang akan dilakukan tersebut. Persoalan keluarga Persoalan yang satu ini mustahil untuk dihindarkan tetapi bisa dikurangi kuncinya adalah keterbukaan 26

dan kesediaan untuk selalu mewujudkan itikad berdialog dalam mengatasi persoalan yang muncul Beberapa kebutuhan yang tidak terpenuhi. Perlukanlah dan butuhkanlah hanya hal-hal yang memang kita sanggup untuk memenuhinya, karena kebuthan yang tidak terpenuhi bisa menjadi stressor yang paling ganas Kurang Waktu. Seseorang merasa selalu kekurangan waktu karena cenderung mengerjakan sesuatu secara tidak sistematis Olch karena itu kita dituntut untuk dapat mengatur waktu dan merencanakan segala sesuatu dengan cermat. -Kebosanan. Situasi yang monoton dapat menimbulkan kebosanan. Hal ini dapat dikurangi dengan cara mengeluhkannya pada orang yang terdekat tanpa membebani lawan atau kawan bicara. Perubahan yang terlalu sering terjadi Membuat kita dituntut untuk harus mampu beradaptasi dengan situasi mapan yang menjadi berubah. Dapat diatasi dengan meyvakini dan menerima situasi sampai taraf tertentu dengan apa adanya, sepadan dengan kenyataan. Anggap saja perubahan identik dengan membaiknva keadaan walau mungkin malah sebaliknya. Rasa tidak aman. Lebih mudah diatasi jika memilih partner atau teman hidup. Pertentangan dengan orang lain. Dapat dihindari atau dikurangi dengan mengembangkan taraf toleransi dan kepedulian kita terhadap hal-hal di luar diri.

BEBERAPA METODE PENANGKAL STRESS Pola-pola penanggulangan stress di depan umumnya berdasarkan psikoanalisa teruatarna pola atau teori-teori dari Sigmund Freud. Selain itu beberapa metode penangkal stress yang ada sekarang ini masih bersifat rekreasi, misalnya: senam kebugaran, jalan santai dan sebagainya yang mengandung hiburan dan ini umumnya telah banyak dilakukan oleh masyarakat Indonesia. Ternyata dari pengalaman 3 negara besar, Jepang, Amerika dan Jerman, mereka mempunyai cara tersendiri yang lebih kontroversial. Misalkan dengan pertimbanganpertimbangan tertentu mungkin cara-cara berikut bisa dicoba untuk diadaptasikan dan diterapkan di Indonesia: Di Jepang, hampir setiap perusahaan/pabrik, dilengkapi dengan ruangan khusus untuk melampiaskan kemarahan. Misalnya: seseorang buruh yang sedang marah dan tidak mungkin 27

melakukan perlawanan karena faktor tertentu maka diruangan khusus ini mereka dapat melampiaskan kemarahan sepuas-puasnya dengan membanting piring seng, menghancurkan benda-benda yang memang sudah disediakan. Di Amerika, beberapa perusahaan, instansi, lembaga pendidikan dan pabrik atau sejenisnya yang melibatkan banyak orang , menyediakan ruangan khusus, sejuk dan nyaman. Disanalah orangorang bisa melepas lelah, baik- lelah fisik maupun fikir. Di sana juga orang bisa melampiaskan beban mental, Sedangkan di Jerman, ditempat-tempat yang melibatkan banyak orang tertentu, seperti penusahaan besar atau kampus dan lembaga pendidikan lainnya, sering tersedia ruangan khusus yang lengkap dengan alat tulis dan gambar. Di ruangan itu berbagai macam cat warna, kwas, kertas dalam berbagai ukuran, disediakan untuk siapa saja yang ingin melampiaskan kemarahan. Semua orang yang masuik keruangan itu mempunyai kebebasan untuk melakukan corat-coret apapun. Penderita psikososial tergolong mudah diobati, bahkan bisa sembuh sendiri. Hal ini berbeda dengan penderita stres yang penyebabnya organik. Kategori ini sulit disembuhkan, karena mental penderitanya lemah. Penyebab organik bisa muncul karena faktor keturunan, bawaan, atau akibat gegar otak. Pengobatannya ditekankan pada obat-obattan, dan sisanya berupa pendekatan psikoterapi.

28

PENYIMPANGAN STRES POST-TRAUMATIK (PTSD)


Penyimpangan Stres Posttraumatik (Posttraumatic Stress Disorder - PTSD) telah banyak dialami oleh banyak orang pada berbagai dekade, tetapi publik kurang menghiraukan hal ini. Hal ini disebabkan adanya gangguan saraf yang dialami pada masa lalu, tetapi memiliki dampak pada saat ini. Penyimpangan ini terjadi pada sejumlah veteran tentara yang mengalami pertempuran di masa lalu. Mereka telah kembali ke rumah dan ketika bersosialisasi dengan orang-orang di sekitarnya, mereka menampilkan reaksi tekanan dan pengalaman saat mereka bertempur kembali terulang. Pada mulanya mereka disangka mengalami kecanduan obat terlarang atau kecanduan minuman keras, atau mengalami patah semangat (berbagai hal yang tidak berkaitan dengan kondisi klinis). Pada realitasnya berbagai hal tadi disebabkan, pada masa lalu saat mereka di medan pertempuran merasa ketegangan yang terus menerus, waspada, dan harus melawan musuh. Akibatnya para individu tadi menghasilkan suatu reaksi yang bersifat penundaan dari dampak efek traumatis. Gejala PTSD dapat menjadi sesuatu yang salah dipahami, karena memiliki banyak gejala. Ada salah satu isyarat bahwa seseorang dapat didiagnosis dengan PTSD, individu harus memiliki atau memang mengalami peristiwa yang begitu traumatis tersebut hingga saat ini. Tampaknya perilaku yang dapat menguji apakah klien mengalami PTSD atau tidak, apakah seseorang mengalami peristiwa traumatis tersebut, seolah-olah nyata sekali sehingga dapat menyebabkan kematian, luka-luka, kerugian yang serius, atau justru dapat mengancam baik dirinya maupun orang lain. Ciri kedua dari respon PTSD adalah respon individu terhadap perisitwa ini, seolah-olah masuk dalam perisitiwa tersebut dalam kondisi yang sangat takut, tidak berdaya, atau mengalami keengerian. Penyimpangan PTSD ini tidak hanya terjadi pada orang dewasa saja, tetapi juga dapat dialami olehanak-anak. Perilaku pada anak-anak yang mengalami PTSD ini dapat menampilkan suatu perilaku yang mudah sekali dipengaruhi atau mengalami kekacauan realitas. Hal ini dapat dikaitkan dengan seseorang yang mengalami masa-masa pertempuran di medan perang yang dapat mengarah pada PTSD. Klien yang mengalami PTSD tidak harus berarti mengalami kejadian-kejadian yang kejam atau menjadi korban kejahatan saat perang berlangsung. Korban yang menjadi PTSD secara individu atau perorangan, misalnya korban pemerkosaan. Sejumlah individu yang mengalami hal-hal yang tidak menyenangkan, namun harus mengalami berkali-kali. Individu yang mengalami mimpi buruk yang selalu terjadi (seolah-olah mimpi tersebut 29

terjadi saat siang hari dan individu dalam kondisi yang sadar). Dapat memiliki dampak PTSD yang lebih lama, dibandingkan korban-korban yang mengalami perisitiwa kemalangan sosial, misalnya, bencana alam. Sejumlah gejala pada anak dapat berbeda, dengan tema atau sejumlah aspek-aspek yang pasti, dari trauma selalu ditampilkan. Pada masa anak-anak tersebut, kondisi tersebut sangatlah tidak biasa, dan anak-anak tersebut dapat mengisahkan kejadian tersebut seperti orang dewasa. Anak dapat menjadi sangat pendiam, dan mengalami perubahan pola perilakunya, dulunya sangat ceria dan gembira; setelah mengalami peristiwa tersebut menjadi sangat menarik diri dan pendiam. Akibat kejadian traumatik atau bencana yang tingkatnya sangat buruk: bencana alam, ancaman yang serius terhadap orang yang sangat dicintai, melihat orang lain disakiti atau dibunuh. Kalau trauma dialami bersama orang lain, dan yang lain mati: ada rasa bersalah, sering terjadi mimpi buruk atau gangguan tidur. Dampak dari gangguan pasca trauma dapat akut, kronik atau lambat. Akan berakibat tidak dapat konsentrasi, mengingat, tidak dapat santai, impulsif, mudah terkejut, gangguan tidur, cemas, depresi, mati rasa; hal-hal yang menyenangkan tidak menarik lagi, ada perasaan asing terhadap orang lain dan yang lampau. Simtom memburuk jika dihadapkan kepada situasi yang mirip. Tindakan Terapis Para terapis perlu menguji bagaimana mereka harus menanggapi penyimpangan PTSD ini. Terapis perlu menguji hasil temuan mereka, yang mungkin tidak terekspresikan dalam perasaan dan pendekatan trauma yang ada. Hal yang serupa bila terapis tidak menemukan pada hasil gambar grafis, yang dilakukan secara diagnostik untuk menguji ada tidaknya PTSD pada klien. Anak-anak yang memiliki mimpi buruk, dan saat terapis meminta mereka untuk mengulang cerita mimpi mereka, dapat memperoleh hasil cerita mimpi yang tidak jelas atau tidak berujung pangkal lagi. Selanjutnya individu merasa peristiwa-peristiwa yang bersifat traumatis tersebut, akan berulang kembali. Hal ini berkaitan dengan pengalaman, halusinasi, dan melihat suatu ilusi yang dirasakan individu sebagai suatu kejadian yang terulang. Hal-hal yang berkaitan dengan PTSD (yang biasa muncul dalam perilakunya), adanya disosiatif berupa bagian-bagian dari episode yang berulang. Disosiasi dapat didefinisikan sebagai bagian dari kegiatan, pikiran, atau emosi yang terpecah dari satu kesatuan individu dan fungsi yang bebas dari klien. Individu dapat merasa dilepaskan, tidak nyata, merasa perasaan dj vu, atau merasakan hubungan yang sangat khusus dalam peristiwa. Hal ini menunjukkan bahwa klien mengalami kasus yang bersifat trauma yang ekstrim Kilas balik ini dapat terjadi, meskipun individu sedang dalam kondisi terjaga atau seseorang 30

sedang mengalami mabuk. Pada anak-anak perulangan trauma yang spesifik dapat timbul lagi, sebagai kilas balik. Akibat kilas balik, individu dapat mengalami kesakitan cara fisiologi dan psikologi ekstrim pada situasi internal dan eksternal pada berbagai kondisi yang bersifat kejadian traumatis. Pada sejumlah orang yang mengalami kilas balik dapat dipersamakan dengan perjalanan yang menyakitkan dari kilas balik yang dialami. PTSD dapat terjadi lagi atau memiliki sifat kambuh. Keempat, individu akan mengalami kekambuhan kembali dalam waktu beberapa minggu atau bulan, setelah mengalami PTSD tersebut disembuhkan. Kembalinya PTSD ini dapat terjadi lagi pada individu dengan wujud yang berbeda. Individu dapat saja mengalami sesuatu yang menakutkan, tetapi ia menghindari stimuli berhubungan pemikiran, perasaan atau percakapan yang berkaitan dengan kemungkinan serangan trauma tersebut. Mereka dapat pergi dari situasi sosial, yang memungkinkan timbulnya topik yang berkaitan dengan trauma yang dialami. Mereka dapat saja merasa tertekan dan menjadi kurang berminat pada berbagai aktivitas yang dapat mengingatkan kembali trauma mereka. Individu dapat tidak mampu untuk mengingat kondisi atau berbagai hal yang berkaitan dengan trauma yang terjadi. Kondisi atau hal-hal tersebut yang merupakan masa kritis dan yang menciptakan permasalahan, hal ini dapat menjadi petunjuk para profesional untuk melacak kembali masalahmasalah yang berkaitan dengan PTSD individu. Terapis dapat saja menanyakan pada klien, untuk mengingat kejadian yang mereka alami. Banyak sekali klien PTSD bersumpah dengan kejadian yang mereka alami. Mereka berani bersumpah bahwa mereka melihat atau mendengar langsung suatu peristiwa dimana mereka menjadi saksinya, sayangnya peristiwa tersebut tidak pernah ada atau terjadi. Dampak Lain dari PTSD Individu dapat merasakan perasaan yang berisfat renggang dari orang lain, ia merasa memiliki keterbatasan kebebasan emosional. Ia dapat memiliki keterbatasan dan merasa bahwa masa depan mengalami keterbatasan. Misalnya individu merasa ia hanya sendirian saja, merasa sia-sia, merasa tidak akan dapat menikah, tidak dapat memiliki anak, atau merasa tidak mampu untuk hidup normal. Individu akan merasakan sangat peka terhadap berbagai hal dan timbulnya berbagai kecemasan lainnya. Keduanya merupakan emosi yang timbul secara ekstrim, sebelum trauma itu timbul secara dominan. Individu dapat saja telah merasakan sulit tidur, gangguan konsentrasi, mengalami ledakan marah, reaksi menanggapi yang berlebihan terhadap tanggapan yang relatif sederhana. Tanggapan yang berlebihan atau reaksi yang ekstrim ini tidak disengaja terhadap suatu hal yang tidak diantisipasi. Kegaduhan yang mendadak atau sangat keras, merupakan reaksi yang didengar dari suara ledakan di belakang seseorang. Orang yang menderita PTSD akan segera mengalami gejala yang berlebihan, suara itu bisa saja seperti: ledakan bunyi mesin yang baru saja dihidupkan, bunyi alaram 31

mobil, dan lengkingan kereta, atau suara pesawat terbang berkecepatan tinggi. Orang yang mengalami trauma PTSD akan segera mengalami kekecangan otot, melompat atau menghentak-hentak, dan wajah dapat terlihat sangat terkejut. Tanggapan lain yang berbihan seperti: teriakan histeris. Sejauh ini dampak bunyi yang digambarkan dapat menimbulkan kecemasan yang berlebihan. Klien dikatakan memiliki gejala PTSD, bila telah 1 bulan mengalami perilaku PTSD. Seseorang dapat dikatakan mengalami gangguan PTSD, telah mengalami peristiwa traumatis selama 3 minggu setelah kejadiannya. Dapat saja setelah beberapa kejadian yang mengejutkan, seolah-olah seseorang sudah telah mengalami PTSD, namun hal tersebut hanyalah reaksi yang timbul secara normal. sulit untuk diasses. Pengukuran tingkat depresi mungkin dilakukan namun dalam hal ini tidak menggambarkan PTSD secara adekuat.

32

GANGGUAN KEPRIBADIAN

Setiap orang memiliki gaya perilaku masing-masing dan cara berhubungan dengan orang lain. Beberapa dari kita cenderung rapi, dan beberapa lainnya cenderung ceroboh. Beberapa diantara kita cenderung mencari kesendirian/terpencil dan beberapa lainnya cenderung senang untuk bersosialisasi. Beberapa orang adalah pengikut, beberapa lainnya pemimpin; dan sb. Ketika karakter kepribadian seseorang sangat tidak fleksibel (kaku) atau maladaptif sehingga membahayakan dirinya atau mengganggu kondisi sosialnya atau fungsi pekerjaannya, maka diagnosi gangguan kepribadian bisa dilakukan disini. Gangguan kepribadian adalah adalah pola perilaku kaku yang eksesif atau cara berhubungan dengan orang lain yang secara natural menjadi gagal diri karena kekakuanya, sehingga tidak bisa menyesuaikan kondisi lingkungan. Karakter kepribadian ini biasanya terjadi pada masa kanak-kanak atau awal dewasa dan berlanjut sampai masa dewasa, menjadi sangat dalam berakar sehingga mereka sangat resisten untuk berubah. Menggunakan reminologi Psikodinamik, DSM-III-R mencatat bahwa orang dengan gangguan kepribadian cenderung untuk merasa karakter mereka sebagai ego-syntonic menjadi bagian dari dalam dirinya. Akibatnya, mereka lebih senang dibawa ke psikiater oleh orang lain daripada oleh dirinya sendiri. Sebaliknya, orang yang dengan gangguan mood atau anxiety cenderung memandang perilaku mereka sebagai egodistonic. Mereka tidak merasa bahwa perilakunya merupakan bagian dari dirinya, sehingga mereka akan mencari pertolongan untuk mengurangi bahaya yang disebabkan oleh mereka. Ciri-ciri umum orang yang mengalami gangguan kepribadian, yaitu:
1. Interaksi pribadi dengan orang lain terganggu, sikap perilakunya merugikan orang lain. 2. Memandang semua kesulitan disebabkan oleh nasib buruk atau perbuatan jahat orang lain;

tidak pernah memiliki rasa bersalah.


3. Tidak memiliki rasa betanggung jawab terhadap orang lain, bersifat manipulatif atau sering

mengakali, mementingkan diri, tiadak mempunyai rasa bersalah dan dan tidak mengenal rasa sesal bila mencelakakan orang lain.
4. Celakanya, tidak pernah melepaskan diri dari pola tingkah lakunya yang maladaptif.

5. Selalu menghindari tanggung jawab atas masalah-masalah yang mereka timbulkan.


6. Merupakan gangguan terhadap nama baik; lebih berupa akibat tindakannya terhadap orang

33

lain ketimbang penderitaan yang dirasakan oleh penderita bersangkutan. DSM IIIR mendaftar sebelas gangguan kepribadian yang sudah didiagnosis. Gangguan itu dibagi menjadi tiga kluster:
a. Cluster A: Orang yang merasa ganjil atou eksentrik. Termasuk di dalam kluster ini

adalah gangguan paranoid, schizoid dan schizotypical.


b. Cluster B: Orang yang merasa perilakunya terlalu dramatik, emosional atau erratic.

Termasuk dalam group ini adalah gangguan kepribadian antisosial, borderline, histrionic, dan narcistik.
c. Cluster C: Orang yang sering merasa cemas dan ketakutan. Termasuk dalam

kluster ini adalah: gangguan kepribadian avoidant, dependent, obsessive compulsive; dan passive-aggressive. Selain gangguan kepribadian di atas, di sini juga akan disampaikan dua tipe gangguan kepribadian yang disusulkan oleh DSM IIIR, yang juga dikarakterkan oleh buku panduan itu sebagai "perlu studi lebih lanjut", yaitu: gangguan kepribadian sadistik dan gangguan kepribadian masochistic (masokis). Penentuan diagnosis seperti ini menggambarkan terdapatnya kontroversi yang membutuhkan bukfi lebih jauh mengenai validitasnya. 1) CLUSTER A: Gangguan Paranoid, Schizoid dan Sshizotypical. a) Gangguan Kepribadian Paranoid. Ciri yang gampang teridentifikasi dari gangguan kepribadian ini adalah bahwa, penderita memiliki prasangka mendalam yang mengarah pada tendensi untuk menerjemahkan perilaku orang lain seolah-olah, sengaja membahayakan atau menghina dirinya. Ciri-ciri spesifiknya adalah: serba curiga; sensitif dan mudah tersinggung atau, curiga sehingga tidak wajar atau tidak masuk akal; hipersensitif, (over sensitif), sangat perasa; rigid; kaku dalam berfikir, berperasaan dan bertindak, sulit menyesuaikan diri, mudah iri dan sangat egois; argumentatif dalam arti suka menentang (ngeyel); suka menyalahkan orang lain dan suka menuduh orang lain jahat. b) Gangguan Kepribadian Skizoid. Mengisolasi dari lingkungan sosial adalah ciri utama kepribadian skizoid. Sering digambarkan sebagai penyendiri atau seorang yang eksentrik, sangat tidak tertarik pada hubungan sosial. Ia terkesan dingin, tidak akrab atau tidak ramah; tidak terampil bergaul dan suka menyendiri. Emosi dari orang skizoid bisa dikatakan tumpul atau dangkal, tetapi tidak separah schizoprenia. Orang dengan gangguan ini jarang terlihat sangat marah, senang atau sedih. Mereka jarang menunjukkan ekspresi dari emosinya dan sangat jarang terlihat bertukar senyum dengan 34

orang lain. c) Gangguan Kepribadian Schizotypal (Skizotipe). Skizotipe biasanya terjadi pada awal dewasa. Gangguan ini didiagnosis terjadi pada orang yang berperilaku, sikap dan pola berpikir yang aneh dan ganjil, tetapi tidak begitu mengganggu seperti schizophrenia. Dalam DSM-II, pola perilakunya diidentifikasi sebagai simple schizophrenia. Gangguan kepribadian ini memiliki ciri perilaku, persepsi dan percaya pada hal-hal ganjil. Misalnya, mereka kadang-kadang memiliki persepsi yang aneh atau ilusi bahwa keluarganya yang sudah pernah meninggal hadir di ruangan bersamanya. Mereka kadang menjadi paranoid dipikirannya. Mereka mengembangkan ide-ide yang menjadi pola pikirnya, seperti: seringkali ia mengira orang lain membicarakan dirinya. Mereka juga percaya pada cara berpikir magis, bahwa orang lain bisa mengetahui apa yang ada dipikirannya.

2) CLUSTER B: Gangguan Kepribadian Antisosial, Borderline, Histrionic, dan Narcistik. a) Kepribadian Anti Sosial. Ciri kepribadian anti sosial adalah bahwa dalam perilakunya selalu melekat gangguan terhadap hak orang lain dan seringkali melanggar hukum. Mereka tidak mentaati norma sosial dan konvensi, bertindak sesuka hati, dan gagal untuk membangun komitmen interpersonal dan komitmen kerja (Hare, et. Al, 1988). Checkley (1964) menggarisbawahi bahwa orang dengan gangguan kepribadian ini cenderung menunjukkan sikap yang menawan, memiliki intelektualitas di atas rata-rata dan secara meyakinkan bisa menjadi penipu ulung. Mereka memiliki rasa kegelisahan dan rasa bersalah yang rendah, amoral dan tidak tahu malu. Karenanya orang sering menyebutnya juga dengan istilah psikopat (psychopath) atau sosiopat (sociopath). Psikopat dipakai karena tampaknya ada yang rusak pada sistem fungsional psikologisnya. Disebut sosiopat karena orang tersebut menyimpang secara sosial. Ciri-ciri detailnya adalah:
i) Sedikit sekali mempunyai rasa tanggungjawab, moralitas, perhatian pada orang lain. ii) Perilaku yang muncul hampir seluruhnya ditentukan oleh kepentingan pribadinya atau

dirinya, selalu memperhatikan kepentingan dan kemauannya sendiri, mencari kepuasan dari keinginannya, tidak dapat menahan frustasi.
iii) Hampir tidak berperasaan dan tampaknya tidak merasa bersalah atau, menyesalinya,

kendatipun perilaku-perilakunya menyakiti orang lain; sangat mudah berbohong, senang sensasi dan, bersuka ria dengan hampir tidak memperhatikan akibat yang mungkin menyakitkan dan tidak mampu mengubah perilakunya walaupun dia dihukum. 35

iv) Penampilan tampak menarik, cerdas, menyenangkan dan cukup lihai untuk mengelabui;

orang lain, pandai bersandiwara, mampu dan ketulusan, yang dibuat-buat menyebabkan mereka mendapat pekerjaan yang baik tetapi tidak bertahan lama.
v) Keresahan dan tindakannya semau hati sehingga hutang menumpuk, meninggalkan

keluarga, menghambur-hamburkan uang (perusahaan, pemerintah atau keluarga), melakukan, tindakan kriminal.
vi) Pengakuan dan penyesalannya tampak meyakinkan sehingga sering terhindar dari

hukuman, tetapi tetap melakukan kesalahan yang sama.


vii) Apa yang dikatakannya tidak berkaitan dengan apa yang dirasakan dan dilakukannya. viii) Ketiadaan rasa cinta (umum); tidak mampu merasa empati, tidak setia pada orang lain. ix) Ketiadaan rasa bersalah (ciri yang umum); tidak merasa sesal atas tindakannya, walaupun

tindakannya sangat tercela; perilakunya jarang sesuai dengan harapan masyarakat. Manual diagnosis menyatakan bahwa dalam rangka mengaplikasikan diagnosis untuk gangguan kepribadian anti sosial, seseorang harus berusia setidaknya 18 tahun. Diagnosis alternatif untuk gangguan perilaku ini memang kadang dipergunakan untuk anak-anak, dan banyak gangguan perilaku pada masa kanak-kanak tidak kontinyu menunjukkan perilaku anti sosial ketika dewasa. Ditemukan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara kepribadian anti sosial dengan perilaku kriminal, tetapi tidak semua kriminal memiliki kepribadian anti sosial. DSM-III-R mengusulkan sebutan Perilaku Antisosial Dewasa untuk tidak seluruhnya memenuhi kriteria gangguan kepribadian antisosial. b) Borderline Personality Disorder Gagal untuk mengembangkan image diri, pertemanan dan mood yang stabil. Mereka tidak pasti tentang tujuan mereka, nilai-nilai, loyalitas, karir, pilihan teman, bahkan mungkin orientasi seksual mereka. Instabilitas dalam image-diri atau identitas ini membuat mereka terus-menerus merasa dalam kehampaan dan kejemuan. Borderline personality lebih dekat ke mood disorder. Borderline dipakai karena penderita berada diantara neursism dan psychosis. Orang dengan gangguan kepribadian ini sulit diajak kerjasama dengan psikoterapi. Mereka meminta support yang sangat besar dari terapis, memanggil mereka di seluruh jamnya atau beraksi bunuh diri agar terapis menolongnya. c) Kepribadian Histrionik. Cirinya adalah tidak matang, emosinya labil, haus akan hal-hal yang serba menggairahkan (excitement); senang mendramatisasi diri secara berlebihan untuk mencari perhatian, penghargaan 36

dan dukungan dari orang lain. Mereka sangat egois (self centered) dan intolerant, mereka ingin apa yang mereka inginkan ketika mereka menginginkannya. Penyesuaian seksual dan hubungan pribadinya kacau; tergantung, tak berdaya; dan mudah tertipu; egois; congkak dan sangat haus akan pengukuhan orang lain; sangat reaktif; dangkal; picik dan tidak tulus. Orang histrionik terkadang senang pada profesi semacam artist atau aktor, karena ia bisa menjadi pusat perhatian. d) Kepribadian Narcisistik. Cirinya adalah menilai terlalu overestimate pada dirinya. Mereka melebih-lebihkan kerja mereka dan mengharapkan orang lain memberikan penghargaan pada mereka. Orang narcistik cenderung mengidolakan sukses dan kekuasaan, cinta ideal, atau keterkenalan untuk kecerdasan dan kecantikan mereka. Narsistik, sebagaimana histrionik, mungkin tertarik pada karir dimana mereka dapat rnemperoleh perhatian, seperti model, aktor, atau politisi. Meskipun mereka cenderung melebih-lebihkan kemampuan mereka, banyak kepribadian narsisitik adalah orang yang sukses dalam pekerjaannya. Mereka terdorong untuk sukses, bukan karena kesenangan dia atas sukses tersebut, tetapi karena sanjungan yang akan datang seiring dengan kesuksesannya. 3) CLUSTER C: Perasaan Cemas dan Ketakutan Kluster C ini meliputi gangguan kepribadian avoidant dependent, obsessive-compulsive, dan passive-aggressive. a) Kepribadian Avoidan atau Menghindar. Ciri-cirinya adakah sangat peka terhadap penolakan dan hinaan dari orang lain, cenderung mudah mempersepsikan olok-olok/pelecehan yang belum tentu benar; pergaulan sempit dan memang segan menjalin pergaulan; takut bergaul dengan orang lain sebab takut dikritik atau ditolak, merasa sedih karena tidak punya teman dan ketidakmampuannya bergaul tersebut menjadi sumber kesusahan dan penyebab harga dirinya rendah. b) Kepribadian Tergantung. Cirinya adalah sangat tergantung pada orang lain dan sangat takut sendirian; kurang percaya diri dan merasa tidak berdaya kendati sesungguhnya tidak demikian; dapat berfungsi baik sepanjang tidak dituntut melakukan sesuatu seorang diri. c) Kepribadian Kompulsif. Cirinya adalah memiliki perhatian yang berlebihan pada aturan-aturan, ketertiban, dan pada pekerjaan; menginginkan semua orang lain bekerja seperti mereka; tidak mampu mengungkapkan sikap dan perasaan hangat; perilakunya serba terhambat, sangat perasa namun juga sangat rajin; kepribadiannya kaku; sulit untuk bersantai, sangat memperhatikan hal-hal kecil, sulit membagi 37

waktu. d) Kepribadian Agresif Pasif. Simtom ini sesungguhnya merupakan sikap bermusuhan yang diungkapkan; lewat caracara yang bersifat tidak langsung dan bukan lewat kekerasan. Sebagai contoh, untuk mengungkapkan kebenciannya pada majikan yang lalim, seorang pekerja sengaja senang menangguhkan atau menghambat-hambat pelaksanaan pekerjaan, bersikap keras kepala, sengaja bekerja secara tidak efisien dan sebagainya. Beberapa ciri khasnya adalah tidak suka patuh pada tuntutan orang lain; benci pada figur otoritas, tetapi takut menyatakan atau mengungkapkan (tidak asertif). C. Gangguan Kepribadian Lain: Butuh Studi Lebih Jauh 1. Ganguan Kepribadian Sadistik Biasanya teridentifikasi pada awal dewasa. Orang dengan gangguan ini cenderung bengis, dan sangat senang, menikmati bila orang lain menderita. Kebengisan ini bisa berupa kekerasan fisik atau secara halus. Sadistik memilih targetnya dengan sangat jeli dan strategis, sehingga korbannya tidak bisa berbuat apa-apa. Mereka mengalienasi anggota keluarganya, mensubordinasikannya dengan kekerasan, tapi ia juga hormat pada orang yang dianggapnya sebagai atasan. Orang dengan gangguan ini jarang yang mencoba mencari penyembuhan. Mereka biasanya ditemui oleh psikolog atau psikiater setelah ia ditangkap oleh polisi karena kejahatan dan dipaksa untuk diperiksa. 2. Gangguan Kepribadian Self-Defeating Orang dengan gangguan kepribadian ini memiliki pola perilaku yang cenderung murung dan merasa kalah. la biasanya terdeteksi pada awal masa dewasa. Orang yang menderita gangguan self-defeating biasanya cenderung untuk menghindari kesempatan-kesempatan untuk mencari kesenangan, seperti liburan dan interaksi sosial. Mereka menghindari atau menolak orang yang memperhatikan atau mencintainya Selain kategori di atas, klasifikasi perilaku Abnormal dan ciri-cirinya juga dapat dihimpun dalam PPDGJ - III. Gangguan kepribadian dimuat pada nomor F60-F62 dibawah judul Gangguan Kepribadian dan Perilaku Masa Dewasa. Klasifikasi gangguan kepribadian tersebut dengan ciricirinya, secara garis besar adalah sebagai berikut: a) F60 GANGGUAN KEPRIBADIAN KHAS Yaitu merupakan suatu gangguan berat dalam konstitusi karakteriologis dan kecenderungan Perilaku seseorang. Gangguan jenis ini tidak berkaitan langsung dengan kerusakan atau penyakit 38

otak berat, atau gangguan jiwa lain. Ciri-cirinya adalah disharmoni sikap dan perilaku yang cukup berat pada fungsi afek, kesiagaan, pengendalian impuls, cara memandang dan berfikir serta gaya berinteraksi dengan orang lain. Berlangsung dalam waktu yang lama atau tidak terbatas; bersifat pervasif (mendalam) dan maladaptif yang jelas terhadap berbagai keadaan pribadi dan sosial; muncul pada masa kanak-kanak atau remaja dan berlanjut sampai usia dewasa; gangguannya cukup berat tetapi baru menjadi nyata setelah beberapa lama berlangsung; umumnya berkaitan secara bermakna dengan masalah-masalah dalam pekerjaan dan kinerja sosial. b) F 60.0 Gangguan Kepribadian Paranoid Cirinya adalah kepekaan berlebihan terhadap kegagalan dan penolakan; kecenderungan untuk tetap menyimpan dendam, misal menolak "maaf" dari suatu penghinaan dan luka hati atau masalah kecil; kecurigaan yang mendalam untuk mendistorsikan pengalaman dengan menyalahartikan tindakan orang yang netral atau bersahabat sebagai sikap permusuhan atau penghinaan; perasaan bermusuhan dan ngotot tentang hak pribadi tanpa memperhatikan situasi yang ada; preokupasi dengan penjelasan-penjelasan yang bersekongkol dan tidak substantif dari suatu peristiwa. c) F 60.1 Gangguan Kepribadian Skizoid Ciri-cirinya adalah sedikit (bila ada) aktivitas yang memberikan kesenangan; emosi dingin, afek mendatar atau tak perduli, kurang mampu untuk mengekspresikan kehangatan, kelembutan atau kemarahan terhadap orang lain; tampak nyata ketidakpedulian baik terhadap pujian maupun kecaman, kurang tertarik untuk mengalami pengalaman seksual dengan orang lain; hampir selalu memilih aktivitas yang dilakukan sendiri; preokupasi dengan fantasi dan instrospeksi yang berlebihan; tidak mempunyai teman dekat/akrab dan tidak ada keinginan untuk menjalin hubungan seperti itu; sangat tidak sensitif terhadap norma dan kebiasaan sosial yang berlaku. d) F60.2 Gangguan Kepribadian Disosial (anti Sosial) Cirinya adalah sikap tidak perduli dengan perasaan orang lain; sikap yang amat tidak bertanggungjawab dan berlangsung terus-menerus (persistent), serta tidak peduli terhadap norma, peraturan atau kewajiban sosial, tidak mampu memelihara suatu hubungan agar berlangsung lama, toleransi terhadap frustasi sangat rendah dan ambang yang rendah untuk melampiaskan agresi, termasuk tindak kekerasan, tidak mampu mengalami rasa bersalah dan menarik maaf dari pengalaman, khususnya dari hukuman, sangat cenderung menyalahkan orang lain, atau menawarkan rasionalisasi yang masuk akal, untuk perilaku yang membuat konflik dengan masyarakat. 39

e) F 60 3 Gangguan Kepribadian Emosi Tak Stabil Ciri-cirinya adalah terdapat kencenderungan yang mencolok untuk bertindak secara impulsif tanpa mempertimbangkan konsekuensinya bersamaan dengan ketidakstabilan emosial, kurang pengendalian diri. f) F 60.4 Gangguan Kepribadian Histrionik Ciri-cirinya adalah ekspresi emosi yang dibuat seperti sandiwara yang dibesar-besarkan; bersifat sugestif, mudah dipengaruhi oleh orang lain atau oleh keadaan, keadaan afektif yang dangkal dan labil; terus menerus mencari kegairahan, penghargaan dari orang lain dan ingin menjadi pusat perhatian; penampilan atau perilaku merangsang yang tidak memadai, terlalu perduli dengan daya tarik fisik. g) F 60.5 Gangguan Kepribadian Anankastik Cirinya adalah perasaan ragu-ragu dan hati-hati yang berlebihan, preokupasi dengan halhal yang rinci/detail, peraturan, daftar, urutan, organisasi atau jadual, perfeksionisme yang mempengaruhi penyelesaian tugas, ketelitian yang berlebihan, terlalu hati-hati, dan keterikatan yang tidak semestinya pada produktivitas sampai mengabaikan kepuasan dan hubungan interpersonal, keterpakuan dan kerikatan yang berlebihan pada kebiasaan sosial, kaku dan keras kepala, pemaksaan yang tidak; berlasan agar orang lain mengikufi persis caranya mengerjakan sesuatu atau keengganan yang tak beralasan untuk mengjinkan orang lain mengerjakan sesuatu, mencampuradukkan pikiran atau dorongan yang memaksa dan enggan. h) F 60.6 Gangguan Kepribadian Cemas (Menghindar) Cirinya adalah perasaan teganng dan takut yang menetap dan pervasif, merasa dirinya tak mampu, tidak menarik atau lebih rendah dari orang lain, preokupasi yang berlebihan terhadap kritik dan penolakan dalam situasi sosial, keengganan untuk terlibat dengan orang lain kecuali merasa yakin akan disukai, pembatasan dalam gaya hidup karena alasan keamanan fisik, menghindari aktivitas sosial atau pekerjaan yang banyak melibatkan kontak interpersonal karena takut dikritik, tidak didukung atau ditolak. i) F 60.7 Gangguan Kepribadian Dependen (Tergantung) Cirinya adalah mendorong atau membiarkan orang lain untuk mengambil sebagian besar keputusan penting untuk dirinya, meletakkan kebutuhan sendiri lebih rendah daripada orang lain, dan kepatuhan yang tidak semestinya terhadap keinginan orang lain, enggan mengajukan permintaan yang layak kepada orang lain dimana ia bergantung, perasaan tidak enak dan tidak berdaya bila sendirian, karena ketakuatan yang dibesar-besarkan tentang ketidakmampuan 40

mengurus dirinya sendiri, preokupasi dengan ketakutan akan ditinggalkan oleh orang yang dekat dengannya dan dibiarkan untuk mengurus dirinya sendiri, terbatasnya kemampuan untuk membuat keputusan sehari-hari tanpa mendapat nasehat yang berlebihan dan dukungan dari orang lain. Mencampuradukkan pikiran atau dorongan yang memaksa dan enggan. j) F 60.6 Gangguan.Kepribadian Cemas (Menghindar) Cirinya adalah perasaan tegang dan takut yang menetap dan pervasif, merasa dirinya tak mampu, tidak menarik atau lebih rendah dari orang lain, preokupasi yang berlebihan terhadap kritik dan penolakan dalam situasi sosial, keengganan untuk terlibat dengan orang lain kecuali merasa yakin akan disukai, pembatasan dalam gaya hidup karena alasan keamanan fisik, menghindari akfivitas sosial atau pekerjaan yang banyak melibatkan kontak interpersonal karena takut dikritik, tidak didukung atau ditolak. k) F 60.7 Gangguan Kepribadian Dependen (Tergantung) Cirinya adalah mendorong atau' membiarkan orang lain untuk mengambil sebagian besar keputusan penting untuk dirinya, meletakkan kebutuhan sendiri lebih rendah daripada orang lain, dan kepatuhan yang tidak semestinya terhadap keinginan orang lain, enggan mengajukan permintaan yang layak kepada orang lain dimana ia bergantung, perasaan tidak enak dan tidak berdaya bila sendirian, karena ketakutan yang dibesar-besarkan tentang ketidakmampuan mengurus dirinya sendiri, preokupasi dengan ketakutan akan ditinggalkan oleh orang yang dekat dengannya dan dibiarkan untuk mengurus dirinya sendiri, terbatasnya kernampuan untuk membuat keputusan sehari-hari tanpa mendapat nasehat yang berlebihan dan dukungan dari orang lain. D. F 61 Gangguan Kepribadian Campuran dan Lainnya Kategori ini dimaksudkan untuk gangguan kepribadian dan kelainan-kelainan yang seringkali menyulitkan tetapi tidak menunjukkan pola gejala yang khas yang menjadi ciri-ciri dari gangguan pada F-60. 1. F61 .0 Gangguan Kepribadian Campuran Dengan gambaran beberapa gangguan pada F-60, tetapi tanpa suatu kumpulan gejala yang dominan yang memungkinkan suatu diagnosis yang lebih khas. 2. F61.2 Perubahan Kepribadian Yang Bermasalah Tidak dapat diklasifikasi pada F-60; atau F-62 dan dianggap sebagai sekunder terhadap suatu diagnosis utama berupa suatu gangguan afektif atau anxietas yang ada bersamaan. E. F62. Perubahan Kepribadian yang Berlangsung Lama yang Ttidak Diakibatkan oleh Kerusakan atau Penyakit Otak. 41

Yaitu kelompok gangguan kepribaduan dan perilaku yang berkembang setelah mengalami katastrofik atau stress yang sangat berkepanjangan, atau setelah mengalami gangguan jiwa yang berat, pada penderita yang tanpa gangguan kepribadian sebelumnya. Diagnosis hanya dibuat apabila terbukti adanya perubahan yang jelas dan berlangsung lama dalam pola memandang, berinteraksi, berpikir dengan lingkungan dan dirinya sendiri. Cirinya berkaitan dengan perilaku yang menjadi luwes dan maladaptif yang mengarah pada kegagalan dalam fungsi interpersonal, sosial, dan pekerjaan. Gangguan kepribadian ini terdiri dari empat jenis, yaitu: 1. F 62.0 Perubahan Kepribadian Yang Berlangsung Lama Setelah Mengalami Katastrofa Perubahan kepribadian harus berlangsung lama dan bermanifestasi dalam gambaran perilaku yang tidak luwes dan maladaptif yang menjurus kepada disabilitas dalam hubungan interpersonal, sosial dan pekerjaan. Perubahan kepribadian ini harus dipastikan dengan keterangan dari orang-orang terdekat. Untuk menegakkan diagnosis, memantapkan adanya gambaran berikut (tidak tampak sebelumnya) adalah esensial, misalnya: a. Sikap bermusuhan atau tidak percaya terhadap semua orang b. Menarik diri dari kehidupan bermasyarakat c. Perasaan hampa atau putus asa d. Perasaan terpojok (on edge) yang kronis seperti terus-menerus merasa terancam e. Keterasingan Perubahan kepribadian ini harus sudah berlangsung paling sedikit 2 tahun, dan tidak berkaitan dengan gangguan kepribadian yang sebelumnya sudah ada atau dengan gangguan jiwa (kecuali gangguan stress pascatrauma). Termasuk dalam gangguan ini adalah pengalaman di suatu kamp konsentrasi, berada dalam sekapan yang berkepanjangan disertai ancaman, penyiksaan, kemungkinan untuk dibunuh. 2. F 62.1 Perubahan Kepribadian Yang Berlangsung Lama Setelah Menderita Gangguan Jiwa Perubahan kepribadian yang disebabkan oleh pengalaman traumatik akibat menderita gangguan jiwa yang berat. Temuan diagnosis untuk jenis perubahan kepribadian ini harus mencakup gambaran klinis sebagai berikut:
a. Ketergantungan yang berlebihan pada orang lain dan sikap selalu minta dibantu

b. Tuduhan bahwa dirinya berubah atau cacat: oleh karena penyakit terdahulu c. Pasif, minat berkurang, dan menurunnya keterlibatan dalam aktivitas rekreasi d. Selalu mengeluh sakit, yang mungkin berhubungan dengan keluhan hipokondrik, dan perilaku sakit 42

e. Afek yang disforik atau labil.

3. F 62.8 Perubahan Kepribadian Yang Berlangsung Lama Lainnya. E. Penyebab Gangguan Kepribadian Perspektif Teori Secara teori ada beberapa hal penyebab gangguan kepribadian, Dibawah ini adalah teoriteori yang mempelajari gangguan kepribadian dan pendapatnya masing-masing mengenai penyebabnya. 1. Persepktif Psikodinamik a. Hans Kohut Menurut teori prikoanalisis, perkembangan hati nurani atau super ego seseorang, tergantung dari hubungan interaksi kasih sayang dengan orang dewasa di masa kanak-kanak. Orang yang mendapat kasih sayang dalam hubungan yang baik dengan orang dewasa pada masa kanakkanak, di usia perkembangan selanjutnya cenderung menunjukkan perilaku sosial dan sebaliknya orang yang tidak mendapat kasih sayang orang dewasa cenderung menunjukkan perilaku anti sosial. Teori ini logis tetapi tidak sama untuk semua kasus. Artinya bahwa ada juga orang yang tidak mendapat kasih sayang orang tua di masa kanak-kanak tetapi dapat mengerti akan kepribadian sosial. Dan sebaliknya orang yang mendapatkan kasih sayang orang tua di masa kanak-kanak malah menjadi pribadi yang anti sosial. b. Otto Kernberg Mempelajari terutama untuk Borderline personality. Gangguan kepribadian disebabkan oleh kegagalan individu di waktu kanak-kanak untuk mengembangkan sebuah konsep tentang diri sendiri dan orang lain: Kegagalannya terletak pada kegagalan untuk mengidentifikasi orang-orang, mana yang buruk dan mana yang baik, sehingga yang muncul adalah semua baik atau semua buruk. c. Margaret Mahler Mahler mempelajari perkembangan anak pada masa kelahiran sampai pembentukan kepribadiannya. Pada usia bayi tertentu, manusia (bayi) kadangkala memiliki hubungan melekat yang simbiosis dengan ibunya. Bayi dan ibunya seolah-olah menyatu. Hingga pada usia tertentu, akan terjadi proses pemisahan-individu (separation individuality) dimana bayi mulai memisahkan dirinya dengan ibunya. Nah, masa ini merupakan masa yang sangat bergejolak bagi bayi. Pada masa ini, bayi bisa saja melakukan pemisahan secara normal dan menjadi seorang individu yang independen, atau enggan memisah sehingga menjadi pribadi yang tergantung atau dibayangbayangi oleh ibunya. Pada masa ini pula sang ibu bisa terlena untuk tidak melepaskan si anak atau sebaliknya, justru terlalu cepat dan kuat mendorong anak ke arah independen. 43

2. Learning Perspective Abnormalitas seseorang bisa disebabkan oleh proses yang disebut belajar sosial, yaitu proses belajar seseorang atas perlakuan-perlakuan sosial yang diterimanya. Misalnya, bila seseorang diberi penghargaan ketika melakukan kebaikan atau prestasi dan diberi semacam hukuman ketika berbuat jahat atau merugikan orang lain, maka orang akan tahu mana yang dianggap baik oleh lingkungan dan mana yang tidak boleh. Makin lama hal ini akan memberikan kepribadian tertentu yang normal dan independen. Sebaliknya, ketika seseorang mendapatkan perlakuan yang, tidak konsisten. Semisal, karena lingkungannya tidak jelas atau misalnya orang tuanya temperamen; kadangkala anak berbuat baik diberi pujian, tetapi ketika orang tua tidak mood, meski anak berperilaku baik tetap dipukul. Atau bila lingkungannya tidak jelas, keras dan tidak berpola, seseorang lama-lama bisa menjadi anti sosial. Anak yang terlalu sering dimarahi orang tua, terlalu dikontrol, ia akan tumbuh menjadi kepribadian obsessive-compulsive. 3. FAMILY PERSPECTIVE Sekalipun tidak semua, tetapi ada dua kecenderungan umum yaitu: lingkungan keluarga yang tidak memberikan latihan disiplin atau moral, kondisinya "menguatkan" perilaku antisosial dan tindak kriminal, misalnya model/contoh orang dewasa sekitarnya yang memang berperilaku anti sosial. Tetapi juga sebaliknya bahwa anak yang berperilaku anti sosial adakalanya muncul dari keluarga yang orang tuanya terkemuka dan terhormat dalam masyarakat. 4. COGNITIVE PERSPECTIVE Informasi-informasi yang diterima oleh sesorang akan mempengaruhi perilakunya. Apabila informasi yang masuk mendorong seseorang untuk menjadi eksentrik, aneh, dsb, tidak menutup kemungkinan ia bisa mengalami gangguan. 5. BIOLOGICAL PERSPECTIVE a. Hereditas Menurut Cesare Lombroso (1836-1909), seorang dokter dan kriminolog (Italia), bahwa orang-orang yang memiliki ciri-ciri tubuh tertentu cenderung menjadi penjahat. Ciri-ciri tubuh tersebut adalah jidat sempit, bentuk kepala dan dagu terkesan kasar atau keras, alis bersambung, dan daun telinga menjorok keluar. b. Ketidakseimbangan Kromosom Pendapat lainnya bahwa perilaku kriminal disebabkan karena kelebihan kromosom Y 44

(kromosom laki-laki). c. Faktor-Faktor Lainnya Beberapa faktor lain yang digolongkan dalam kateori biologis adalah tidak dimilikinya respon emosional atas kejadian-kejadian yang menimpa, karena keterlambatan kelenjar-kelenjar tertentu menghasilkan zat; sistem saraf yang tidak berfungsi secara otomatis, perbedaan gelombang otak, dsb. 6. SOCIOCULTURAL VIEWS Perilaku kriminal juga. dapat merupakan buah patologi sosial atau penyakit masyarakat. Misalnya keluarga yang tidak sejalan dengan norma masyarakat, kejahatan sebagai profesi, biasanya dengan pengkhusus diri pada salah satu kejahatan, mengembangkan cara kerja khusus dan menjadi sangat ahli (umum disebut gangguan kepribadian disosial). Kejahatan yang terorganisasi seperti mafia, di Amerika Serikat atau Yakusha di Jepang, kejahatan untuk memuaskan ego (thrill), yaitu tindakan tabu untuk memperoleh variasi hidup, bersifat spontan dan mencari kepuasan belaka. Dari sudut sosio-kultural, banyak penderita psikopat berasal dari, kalangan menengah bawah. Namun juga dapat melanda siapa saja sebagai ekses dari suasana materialistik, hedonistik dan kompetitif dari masyarakat modern. F. Terapi Gangguan Kepribadian Menurut Supratiknya, penderita aneka jenis gangguan kepribadian ini, biasannya sulit untuk ditangani. Mereka harus dipaksa,. Usaha memberikan pertolongan biasanya lebih efektif bila dilakukan dalam lingkungan tertentu yang membatasi ruang gerak penderita, misalnya dipenjara atau pusat-pusat rehabilitasi lainnya. Penanganan di luar jarang berhasil. Terapi yang baik adalah terapi yang diberikan berdasarkan sumber penyebab penyakit atau gangguan yang dideritanya. Untuk mengetahui ini maka pendekatan dalam analisis penyebab masalah yang telah diungkapkan di atas menjadi sangat penting. Pendekatan ini akan digunakan untuk merumuskan terapi yang akan digunakan. Dibawah ini adalah pendekatan terapi yang dianut oleh masing-masing pandangan: 1. Pendekatan Psychodinamics Digunakan untuk menolong orang dengan gangguan kepribadian menjadi lebih sadar akan pola perilaku self-defeating mereka dan belajar lebih banyak cara-cara untuk beradaptasi dalam rangka berhubungan dengan orang lain. Terapi ini sulit untuk tipe gangguan Border-Lines Personalities. Borderline personality 45

terkenal sering dilaporkan oleh terapi ini sebagai orang yang sangat naik turun dalam berhubungan dengan psikolog, kadang mengidealkan kadang mengecam. Kepribadian sociopath tidak bisa diterapi dengan cara ini, mereka tidak ingin mengubah perilaku dengan cara ini. Mereka tidak ingin mengubah perilaku. Mereka tidak percaya dengan orang lain, termasuk psikolog, sehingga sulit membuat hubungan terapi yang baik. Biasanya mereka cenderung resisten dengan terapi. 2. Pendekatan Behavioral Terapi, ini memandang tugasnya untuk mengubah perilaku klien, daripada struktur kepribadian. Mereka tidak berfikir dalam terminologi "kepribadian klien" tetapi dalam terminologi perilaku maladaptive yang ditemukan, lantas diperbaiki dengan kemungkinan reinforcement. Mereka mencoba untuk mengubah perilaku maladaptive menjadi adaptive behavior, dengan menggunakan teknik-teknik mengubah perilaku seperti modelling dan reinforcement. Contoh: Psikolog akan melatih dengan menggunakan ketegasan untuk mengubah perilaku kepribadian dependent atau passive-agresive untuk menunjukkan kebutuhan dan perasaan mereka secara langsung. 3. Pendekatan Bioloqis Kemoterapi tidak digunakan secara langsung untuk menterapi gangguan. Namun obat seperti antidepressan atai anti-kecemasan kadang digunakan untuk menterapi bahaya dari kepribadian depresi atau kecemasan yang mungkin dihadapi. Namun, obat-obatan ini walau bagaimanapun tidak mampu untuk menyelesaikan persoalan gangguan kepribadian ini dalam jangka panjang, bahkan mungkin akan meningkatkan bahayanya. Gangguan kepribadian yang disebabkan karena faktor bawaan/keturunan dan faktor biologis misalnya, kerusakan otak atau kelainan, kromosom, penanganan dan kemungkinan penyembuhannya sukar dan kecil. Sedangkan ganggaun kepribadian yang disebabkan karena faktor keluarga dan faktor sosio-kultural, ada kemungkinan untuk dapat ditangani dan sembuh tetapi tetap membutuhkan waktu yang cukup dan usaha yang serius. G. Persoalan dalam Klasifikasi Gangguan Kepribadian 1. Reliabilitas dan Validitas yang tidak ditentukan DSM sistem dituntut untuk melakukan perbaikan klasifikasi yang ambigu dari klasifikasi terdahulu. la diharapkan lebih spesifik memberikan penjelasan atas gangguan-gangguan. Namun demikian, bukti-bukti menunjukkan bahwa beberapa pihak masih mempertanyakan reliabilitas dan validitasnya. 46

2. Overlap antar Gangguan Kadangkali ciri-ciri dari suatu gangguan yang menimpa seseorang, ketika didiagnosis bisa cocok dengan 1 atau lebih kategori gangguan 3. Kesulitan dalam Membuat Perbedaan Variasi Perilaku Normal Dan Perilaku Abnormal. Untuk menggambarkan kelemahan ini akan dicontohkan demikian: "Seseorang bisa saja merasa sangat ketakutan atau kadangkala merasa cemas, namun bukan berarti otomatis ia adalah paranoid. Bisa saja itu merupakan variasi perilaku normal, meskipun misalnya, rasa takut itu sering menghinggapi seseorang. "Banyak dari kita yang seringkali mengekpresikan marah dengan cara yang tidak langsung. Hal ini tidak otomatis kita bisa dikatakan menderita agresive pasive personalities. 3. Bias seksis Beberapa tipe personaliti kadang merujuk pada bias seksis tertentu. Contoh, histrionik atau histerical. Tampaknya pas dilekatkan hanya pada perempuan. Contoh lain, diagnosis terhadap "macho males" (orang yang sangat laki-laki dan tidak mau dipimpin oleh bos wanita, tidak mau melihat wanita menonjol, dsb) tidak pernah ditemukan dalam gangguan kepribadian, padahal orang mungkin mengalami gangguan itu". 4. Kebingungan Label dan Penjelasannya Kadang terjadi kebingungan antar label Contohnya: Perilaku Roni bisa dikatakan anti sosial. Roni memiliki kepribadian anti sosial. Perilaku Roni merupakan perilaku yang gangguan kepribadian anti sosial, karena ia memiliki gangguan kepribadian anti sosial. Merumuskan Gangguan Kepribadian, terutama diagnosis terhadap penderitanya bukanlah merupakan hal yang mudah. Meskipun terdapat serentetan klasifikasi, ciri khas, penyebab dan treatmen-nya, menyelesaikan persoalan gangguan kepribadian bukanlah suatu hal yang mudah. Belum lagi bila gangguan kepribadian tersebut sudah sampai pada tahap parah dan harus dirawat secara khusus. Nah disini kendala muncul berupa jumlah orang yang ahli dan bisa menangani plus fasiltias yang ada untuk menangani (dalam hal ini barangkali rumah sakit jiwa di Indonesia), jumlahnya relatif tidak memadai. Karenanya diagnosis ini menjadi relevan dan dibutuhkan untuk digunakan sebagai pedoman agar orang bisa mendeteksi dini, sehingga bisa mengupayakan terapinya sebelum parah. Karenanya, barangkali klasifikasi, ciri-ciri, diagnosis, dsb perlu disosialisasikan ke masyarakat dalam bentuk yang sederhana dan informatif agar mudahdipaham 47

Ada Psikopat di Sekolah


Mengapa siswa gemar menyontek? Pertanyaan ini memang klasik. Tapi, para guru dan otoritas pendidikan sampai kita hari ini masih terus garuk-garuk kepala karena belum berhasil menemukan metode tercanggih untuk menghentikan kebiasaan menyontek anak-anak didik. Bahkan, tak sedikit pula yang "pasrah" dan menganggap perilaku menyontek sebagai kelaziman yang tidak berimplikasi serius. Pastinya, jangan pandang enteng apabila anak didik -siswa maupun mahasiswa-kedapatan mengandalkan hasil menyontek untuk menyelesaikan tugas-tugas guru atau dosen mereka. Apalagi jika aksi menyontek dilakukan berkali-kali sampai-sampai anak didik tidak lagi percaya bahwa dia mampu menuntaskan pekerjaan sekolah dengan mengandalkan dirinya sendiri. Itulah pesan tegas yang muncul berdasar riset banyak peneliti. Lawson (2004), misalnya, mengindikasikan bahwa siswa yang melakukan tindakan kebohongan akademik cenderung akan berbohong di tempat kerja. Kenyataannya, fenomena menyontek lebih serius daripada pandangan umum. Kompleksitas yang terungkap dari temuan-temuan Barat tentang "kejahatan akademis" ini juga relevan dengan situasi di dunia pendidikan Indonesia. Contohnya, di antara empat ribuan pelajar yang disurvei Rutger's Management Education Center, 75 persen di antaranya diketahui melakukan aksi menyontek dengan bobot yang sudah tergolong serius. Yang mengenaskan, 50 persen di antaranya bahkan menganggap tindakan menyontek bukan sebagai sesuatu yang salah dan perlu dihentikan. Pada riset lain, saat ditanyakan mengapa menyontek, 80 persen di antara keseluruhan siswa yang diteliti Newberger (2003) beralasan bahwa tindakan terlarang itu tetap mereka lakukan agar berhasil masuk ke sekolah yang lebih tinggi, khususnya universitas. Para penyontek, seperti halnya siswa yang tidak menyontek, yakin bahwa universitas adalah prasyarat mutlak demi pencapaian sukses masa depan. Jadi, tuntutan untuk meraih keberhasilan justru mendorong siswa menjiplak kreasi akademis orang lain, lalu mengklaimnya sebagai hasil belajar mereka sendiri. Ini alasan pertama.

48

Alasan kedua, plagiat merupakan konsekuensi negatif tingginya tuntutan akademis yang dibebankan ke anak didik. Faktanya, jangankan pelajar tingkat lanjut, pelajar kelas dua sekolah dasar dewasa ini pun saban hari sudah terpaksa menggendong tas sekolah berukuran besar yang dipenuhi buku pelajaran. Muatan pelajaran dalam buku-buku pelajaran mereka jauh lebih penuh sesak ketimbang buku yang saya baca saat masih seusia mereka dua puluhan tahun silam. Beban studi terlalu besar. Alokasi waktu terbatas. Elemen kegembiraan saat belajar, sebagai keharusan bagi siswa tingkat dasar, terpinggirkan. Akibatnya, bersekolah bukan lagi sebuah proses belajar yang mengasyikkan, melainkan semata-mata aktivitas yang keberhasilannya diukur berdasar pencapaian akhir. Demi mengejar target akhir itu, menyontek menjadi "solusi" guna mengatasi keletihan sekaligus cara untuk membahagiakan orang tua, guru, dan pihak-pihak lain selain si anak didik sendiri. Uraian di atas menghadirkan pemahaman baru. Kontras dengan pandangan awam, menyontek sangat mungkin bukan pertanda kurangnya kecerdasan siswa. Karena aktivitas menyontek kian lama kian canggih, para pelakunya bisa jadi tergolong pintar, kreatif, bahkan mungkin memiliki tingkat kecerdasan superior. Menyontek, dengan demikian, merupakan penanda betapa anak-anak cerdas itu merasa kian frustrasi karena tidak berkesempatan melakukan petualangan dan akrobat intelektual. Alasan ketiga, menyontek adalah hasil mimikri anak terhadap kelakuan orang-orang yang lebih dewasa. Anak didik menjadikan figur dewasa sebagai acuan moral mereka. Orang-orang dewasa memang tidak menjiplak seperti yang berlangsung di ruang-ruang kelas. Tapi, aksi mencuri milik orang lain, lalu diikuti dengan memberikan label sebagai milik pribadi, intisarinya sama persis dengan perilaku menyontek. Jadi, maling, koruptor, preman, dan sejenisnya adalah model bagi anak-anak didik untuk menampilkan tindakan sejenis di kelas mereka. Perilaku orang dewasa seperti menginspirasi siswa melakukan tindakan scholastic psychopathy, di samping mengondisikan mereka pada pandangan bahwa tindakan semacam itu adalah sesuatu yang wajar. Menurut Williams (2002), siswa pada gilirannya menjadi yakin akan keandalan cara-cara antisosial dalam meraih prestasi sekaligus mengalami proses perkembangan moral yang senjang.Kebiasaan menyontek sejak dini semakin memperbesar predisposisi anak didik untuk kelak berkembang menjadi individu berkepribadian psikopat. Hare (2000) dan Heller (2001) menegaskan hal itu dengan menyebut bahwa individu-individu dewasa berkepribadian psikopat telah memiliki problem tingkah laku sejak usia sebelum tiga belas tahun. Mulai mencuri, berbohong, vandalisme, bullying, aktivitas seksual, membuat kebakaran, mengendus lem, mengonsumsi alkohol, kabur dari rumah, dan -tentu saja- menyontk

49

PSIKOPAT

AKHIR-akhir ini, kita dikejutkan oleh maraknya berbagai tindak kriminal yang membuat dulu kuduk berdiri. Mulai dari pembunuhan berantai hingga pembunuhan dengan memotong seluruh bagian tubuh atau kerap disebut mutilasi. Banyaknya kasus kriminal yang dapat dikategorikan sebagai sadis tersebut tentu memunculkan ketakutan, rasa horor bagi banyak orang. Apalagi dalam beberapa kasus, pelakunya yang sering disebut sebagai psikopat, tak tampak sebagai orang yang sadis dari penampilan luarnya. Tindak kriminal yang dilakukannya pun seringkali tersimpan relatif lama bahkan dari anggota keluarga terdekat seperti misalnya dalam kasus yang terjadi pada Ryan. Artinya, sangat mungkin saat ini masih banyak orang dengan potensi besar melakukan berbagai tindakan yang membahayakan ini. Hanya saja kehadirannya belum bisa dikenali secara jelas. Lalu seperti apakah sosok psikopat tersebut? Menurut APA (dalam Port. 2007) dan Lynn (2008), ada beberapa karakter umum dari orang yang mengalami gangguan psikopat yang seringkali disamakan dengan gangguan kepribadian antisosial. Karakter tersebut adalah kurang memiliki empati dan kesadaran diri terkait kehadiran orang lain, kesulitan mengontrol keinginan/impulsif, dan sering berperilaku manipulatif. Mereka ini tidak tahu bagaimana merasa bersalah. Semua hal yang dilakukan hanya bertujuan untuk memenuhi apa yang diinginkannya, tidak peduli jika hal itu berarti harus melakukan tindak kejahatan seperti mencuri, berbuat curang, berbohong, bahkan membunuh. Celakanya, Karakter-karakter tersebut ternyata tidak jelas terlihat dari penampilan luar. Para psikopat umumnya justru memiliki penampilan luar yang menarik dan memiliki tingkat inteligensi yang relatif tinggi. Penampilan menarik dan kemampuan memanipulasi perilaku karena didukung inteligensi yang baik inilah yang membuat para psikopat relatif mudah malang melintang di sekitar kita tanpa kita menyadarinya. Dalam banyak kasus, masyarakat bahkan dapat saja terpikat dengan penampilan luar para psikopat ini hingga mengabaikan akibat buruk dari tindak kejahatan yang dilakukannya. Bahkan para ahli jiwa pun seringkali mengalami kesulitan untuk mengidentifikasinya (Lynn.2008).

50

Sigmund Freud juga membicarakan fenomena ini ketika membahas mengenai penyesatan superego (mewakili moral masyarakat) oleh id (mewakili keinginan impulsif). Di sini, tindakan tidak bermoral menjadi sulit diidentifikasi bahkan justru dilegalkan oleh kelihaian individu dalam mencari cara memenuhi keinginan impulsifnya.

51

Kekejaman dan Paranoid


Pada masa-masa akhir hidupnya Josef Stalin menjadi kejam dan paranoid dalam menghadapi rakyatnya, hal ini disebabkan karena kemampuan otaknya tidak bisa membedakan mana yang baik dan buruk. Hal itu diungkapkan oleh dokter pribadi Stalin. Alexander Myasnikov mengatakan, penilaian sang diktator Uni Soviet terpengaruh oleh penyakit itu pada masa-masa akhir hidupnya. Myasnikov mengatakan, Stalin sudah tidak mampu lagi membedakan baik dan buruk karena menderita atherosclerosis atau penumpukan lemak di pembuluh arteri otaknya. Penyakit yang umumnya disebut pengerasan pembuluh arteri tersebut diyakini dipicu oleh kebiasaan Stalin yang merupakan perokok berat. Seperti diwartakan Independent, dr. Myasnikov, yang dipanggil untuk memeriksa Stalin di ranjangnya saat sang diktator meninggal pada 1953, menuliskan bahwa Stalin sudah lama mengidap penyakit tersebut. Stalin meninggal pada usia 74 tahun setelah menderita stroke berat. Sejumlah teori konspirasi menyebut Stalin diracun oleh anak buahnya. Tapi, tidak ada bukti kuat untuk membuktikan dugaan tersebut. Sang dokter, yang juga turut hadir saat jasad Stalin diautopsi, agaknya tidak menyebutkan ada yang mencurigakan terkait kematian Stalin. Namun, dr. Myasnikov menuliskan bahwa pengerasan pembuluh arteri di otak Stalin, yang disaksikannya sendiri pada saat autopsi, membuatnya yakin bahwa penyakit tersebut semakin memperparah kondisi Stalin yang memiliki kepribadian kompleks selama bertahun-tahun. stalin mungkin sudah tidak mampu membedakan baik dan buruk, sehat dan berbahaya, hal yang diizinkan dan yang tidak diizinkan, kawan atau lawan. Kepribadian orang bisa menjadi dilebih-lebihkan, jadi seseorang yang curiga menjadi paranoid, tulis sang dokter. Saya menduga kekejaman dan kecurigaan Stalin, rasa takutnya terhadap musuh-musuhnya, sebagian besarnya diciptakan oleh atherosclerosis pada pembuluh arteri otak. Akibatnya, negara (Soviet) dipimpin oleh pria yang sakit, tambahnya. 52

Secara terpisah, buku harian dari salah satu tangan kanan Stalin, Lavrenty Beria, juga dipublikasikan untuk pertama kalinya. Beria dulu menjabat kepala NKVD, polisi rahasia Uni Soviet, di bawah kepemimpinan Stalin. Dalam kisah Perang Dunia II yang menakjubkan, Beria menceritakan saat Winston Churchill mabuk bersama Stalin di Moskow saat Uni Soviet dan Inggris membentuk aliansi melawan Nazi Jerman. Uni Soviet dan Inggris saling mencurigai satu sama lain, dan keduanya baru bekerja sama saat para pemimpinnya mabuk. Dalam buku-buku harian tersebut, Beria mengklaim bahwa Churchill sudah sedemikian mabuknya pada perjumpaan dengan Stalin di bulan Agustus 1942 tersebut sehingga dia kehilangan perencanaan. Dalam buku hariannya, Beria menuliskan bahwa dirinya sudah memberi tahu sang diktator bahwa alkohol adalah cara terbaik untuk membangun hubungan yang baik dengan sang perdana menteri Inggris dan mendapatkan kelonggaran darinya. Beria menjadi salah satu letnan Stalin yang paling dipercayai setelah diangkat menjadi deputi kepala NKVD pada 1938. Dua tahun kemudian, saat Nikolai Yazhov ditembak mati, Beria meneruskan kepemimpinan dan terus memimpin hingga setelah kematian Stalin pada Maret 1953. Sesaat setelah Beria ditangkap dan ditembak. (SMcom)

53

Kebohongan , Popularitas Dan Psikologi

Psikolog dari Universitas Massachusetts, Amerika Serikat, Robert S. Feldman menemukan adanya hubungan antara kebohongan dan popularitas di kalangan pelajar (anak muda). Penelitian yang dilakukan Robert S. Feldman ini dimuat dalam edisi terbaru Journal of Nonverbal Behavior. "Kami menemukan bahwa kebohongan yang dilakukan oleh pelajar sebenarnya menunjukkan bahwa pelajar tersebut memiliki kemampuan kontrol sosial yang tinggi", demikian kata Feldman. Feldman melakukan penelitian terhadap 32 orang tua pelajar tingkat menengah dan atas yang berusia antara 11 hingga 16 tahun, dan memberikan kuesioner yang berisi tentang berbagai informasi mengenai aktivitas anak-anak mereka, hubungan sosial, serta kemampuan anak-anak mereka di sekolah. Berdasarkan atas data-data itu, para pelajar dikelompokkan dalam dua kelompok, yaitu kelompok yang memiliki tingkat sosialisasi yang rendah, dan kelompok yang memiliki tingkat sosialisasi yang tinggi. Para pelajar dalam dua kelompok tersebut diminta satu persatu untuk melakukan tes terhadap rasa yang sedap pada minuman yang manis, serta minuman masam dan minuman yang tidak sedap. Kemudian mereka diminta untuk meyakinkan para pengawas bahwa mereka menyukai atau tidak menyukai apa yang mereka minum. Ini membuat para pelajar tersebut membuat satu pernyataan yang benar dan satu pernyataan yang bohong. Kegiatan itu direkam dalam bentuk video dan diedit secara seimbang menjadi bagian-bagian tertentu. Kepada 48 orang mahasiswa diperlihatkan rekaman ke-64 kegiatan tes itu untuk mengevaluasi efektifitas para pelajar mengekspresikan reaksi mereka saat mencicipi minuman yang disajikan dalam tes. Hasilnya ternyata bertentangan dengan tes minum yang dilakukan, umur, jenis kelamin para pelajar yang dites, dan kemampuan sosialisasi seperti yang dikatakan orang tua pra pelajar yang menjalani tes. "Kami ingin mendapatkan bahwa kemampuan sosialisasi yang tinggi akan membuat seseorang lebih mudah memperdayakan orang lain, atau bahwa menjadi seorang pembohong besar akan membuat seseorang semakin terkenal", kata Feldman. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa remaja adolesen lebih mampu melakukan kebohongan dibandingkan dengan remaja yang lebih muda. Remaja putri juga didapati lebih bisa melakukan kebohongan dibanding remaja pria. Pada semua tingkatan usia dan jenis kelamin, mereka yang memiliki kemampuan sosialisasi yang lebih tinggi ternyata lebih berpotesial untuk menjadi pembohong besar. Saat berbohong, mereka lebih mampu mengendalikan

54

ekspresi wajah, gerakan tubuh, intonasi suara, serta kontak mata. Sedangkan mereka yang kurang bagus kemampuan sosialisasinya, mengalami banyak kesulitan dalam mengontrol perilakunya saat berbohong. "Penelitian ini menunjukkan kepada kita bahwa tidak realistis jika kita selalu berharap bahwa manusia akan selalu berkata jujur. Sebenarnya kita tidak ingin menerima kenyataan ini. Anak-anak pada usia muda berpikir untuk selalu bersopan santun dan berkata manis dalam segala situasi, meskipun sebenarnya yang mereka katakan bukanlah suatu kejujuran yang sebenarnya. Dengan begitu, mereka dapat diterima dengan baik oleh lingkungannya, semakin mendapat tempat, dan semakin populer", demikian kata Feldman.

55

Bentuk-bentuk Gangguan Perilaku


` Bentuk-bentuk gangguan perilaku dapat ditinjau dari berbagai segi. Menurut Prayitno dan

Amti (2005:46), bentuk-bentuk gangguan perilaku tersebut digolongkan ke dalam empat dimensi kemanusiaan, yaitu: dimensi individualitas, sosialitas, moralitas, dan religiusitas. Permasalahn dimensi individualitas, seperti prestasi rendah, motivasi belajar menurun, atau kesulitan alat pelajaran. Permasalahn dimensi sosialitas, seperti bentrok dengan guru, pendiam, sering bertengkar, sukar menyesuaikan diri, pemalu, penakut, kurang bergaul, kasar, dan manja. Permasalahn dimensi moralitas, seperti melanggar tata tertib sekolah, membolos, tidak senonoh, minggat, nakal, kasar, terlibat narkoba, atau terlambat masuk sekolah. Permasalah dimensi religius, seperti tidak melakukan salat atau perbuatan-perbuatan lain yang menyimpang dari agama yang dianutnya. Menurut pendapat Dalyono (2001:265), Bentuk-bentuk gangguan perilaku dapat dibagi menjadi dua sifat, yaitu perilaku regresif dan agresif. Contoh-contoh bentuk gangguan perilaku yang bersifat regresif antara lain: suka menyendiri, pemalu, penakut, mengantuk, atau tak mau masuk sekolah, sedangkan bentuk yang bersifat agresif, antara lain: berbohong, membuat onar, memeras teman, dan prilaku-prilaku lain yang dapat menarik perhatian orang lain atau merugikan orang lain seperti mengganggu orang lain. Seseorang yang cenderung suka mengganggu sesamanya memperlihatkan keadaan jiwa yang tidak stabil, kurang sehat, atau sedang dilanda kegelisahan. Dalam usaha membebaskan diri dari berbagai belenggu tersebut, ia tak menemukan cara lain selain melakukan perbuatan yang menyimpang seperti mengganggu orang lain disekitarnya Kecenderungan anak mengganggu sesama teman menunjukkan bahwa adanya ketidaksenangan serta ketidakpuasan si pelaku terhadap kondisi hidupnya. Misalnya, ia tidak menyukai sikap keras kedua orang tuanya, merasa dirinya tidak aman, di rumah atau di sekolah acapkali diganggu orang lain, tengah menghadapi masalah besar, atau tak mampu membalaskan dendamnya. Orang-orang yang suka mengganggu, sesungguhnya haus kasih sayang dari orang tua. Sikap dan tindakan si anak dimaksudkan untuk menarik perhatian orang lain, atau demi melampiaskan dendam terhadap pengasuhnya. Bila mereka mendapat curahan kasih sayang, dan tak lagi merasa dikucilkan, niscaya segenap problem dan kesulitan yang mereka hadapi selama ini akan segera terselesaikan.

56

Di sekolah para pendidik juga menemukan bentuk-bentuk perilaku menyimpang, misalnya: mengganggu teman, sering bolos, malas, mengganggu kelas, bergaul bebas, atau tidak pernah membuat pekerjaan rumah (tugas-tugas dari guru). Jadi, peranan menyimpang yaitu sebagai bentuk perlawanan dari berbagai aturan yang telah ditetapkan di sekolah. Aturan-aturan tersebut bisa terdapat dalam tata tertib sekolah maupun aturan berbentuk penegakan moral (norma) dalam tatanan pergaualan sehari-hari yang biasanya dilakukan normal dan wajar, sehingga tidak akan terjadi penyimpangan perilaku terhadap norma-norma yang berlaku di masyarakat. Perilaku keagresifan sosial seperti mengganggu teman-teman yang lemah bertindak kasar, dan sering main pukul, suka berkelahi, merusak, pendendam, bermusuhan secara terang-terangan, sering melanggar aturan, pemarah. Bentuk perilaku ini bersifat agresif. Apabila ia bertindak, si pelaku tidak memandang belas kasihan. Hasil penelitian Sheldon dalam Vembriarto (1997:51) menunjukkan bahwa Banyak siswa nakal yang suka mengganggu orang-orang disekitarnya berasal dari keluarga yang bersikap menolak atau acuh tak acuh terhadap siswa. Siswa-siswa nakal yang berasal dari keluarga yang bersikap menolak ini umumnya mempunyai sifat curiga terhadap orang lain dan suka menentang kekuasaan. Mereka tidak lagi terkesan oleh hukuman, karena sudah terlalu banyak mengalami hukuman dari orang tuanya. Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa masalah kecenderungan anak suka mengganggu sesama teman, selain berkenaan dengan pengaruh pendidikan, juga berkenaan dengan pengaruh unsur-unsur kejiwaan, emosional, dan kondisi kehidupan.

57

FACEBOOK MEMICU PERUBAHAN PERILAKU


Maraknya kehadiran situs jejaring sosial seperti Facebook, twitter merupakan fenomena perkembangan zaman. Namun siapa sangka jika kehadiran situs ini bisa memicu perubahan perilaku seseorang. Sebuah penelitian terbaru di Amerika Serikat, jejaring Facebook, saat ini merupakan situs yang paling banyak diakses telah mengubah banyak aspek perilaku, khususnya terkait dengan cara menjalin hubungan dengan pasangan. Nah, berikut merupakan beberapa prilaku aneh pecandu jejaring sosial yang ditemukan para peneliti: Berbohong dalam status Sedikit para facebookers yang tidak memasang status relationship mereka sejujurnya. Dengan begitu, mereka lebih menyukai opsi terbuka pada kemungkinan selingkuh atau meneruskan flirting dengan orang lain.Tercatat 27% pengguna tidak memasang status hubungan sama sekali, dan setengah dari mereka masih melajang. Bencana posting wall Sebanyak 29% mengatakan bahwa kiriman pesan di dinding (wall) atau foto dapat menimbulkan masalah dengan pasangan. Sebanyak 42% mengatakan, mereka mendapat keluhan dari pasangannya, dan 11% dari yang disurvei menempatkan pasangan mereka pada profil terbatas, sehingga tak dapat mengakses atau melihat semua aktivitas yang dilakukannya di Facebook Sarana Flirting Sebanyak 70% pengguna mengaku memanfaatkan Facebook untuk merayu atau menggoda teman. Sebanyak 24% si penggoda ini mengunakan jejaring sosial untuk merayu orang lain ketimbang pasangannya sendiri. Jadi pecemburu Sebanyak 59% mengaku sering cemburu karena pasangannya berhubungan dengan orang lain di Facebook.Hasil penelitian Amy Muise Ph.D dari University of Guelph, mengindikasikan, Facebook berkontribusi memicu kecemburuan, bahkan pada orang yang sebenarnya tidak punya kecenderungan atau sifat cemburuan. Membobol akun pasangan Sebanyak 23% responden mengaku pernah membobol atau nge-hack akun pasangannya di Facebook . Sebanyak 18% responden mengaku tahu password pasangannya, sekitar 85% mengaku diberitahu password-nya, 16% menebak password-nya, dan 9% responden sengaja nge-hack akun Facebook pasangan.

58

Mencari mantan kekasih Sebanyak 85% pengguna mencari dan menelusuri mantan kekasihnya melalui Facebook. Sekitar 17% dari mereka selalu mengecek halaman mantan kekasihnya, setidaknya sekali dalam seminggu

59

Macam-macam phobia
Ablutophobia - takut untuk mencuci atau mandi >> sindrom kucingisme Acerophobia - takut akan rasa asam (orang yg sering diare) Achluophobia - takut akan kegelapan Acousticophobia - takut akan kebisingan Acrophobia - takut akan ketinggian Aeroacrophobia - takut akan ruang terbuka di ketinggian Agliophobia - takut akan rasa sakit. Agyrophobia - takut akan jalan atau menyeberang Aichmophobia - takut akan jarum atau benda runcing Alektorophobia - takut akan ayam Allodoxaphobia - takut akan pendapat Altophobia - takut akan ketinggian Amathophobia - takut akan debu >> orang alergi debu Ambulophobia - takut untuk berjalan >> orang lumpuh Amychophobia - takut digaruk atau menggaruk Ancraophobia - takut akan angin (Anemophobia) Androphobia - takut pria Angrophobia - takut marah Anthropophobia - takut orang atau masyarakat Antlophobia - takut banjir >> orang semarang

60

Aphenphosmphobia - takut disentuh (Haphephobia) Apiphobia - takut lebah Arachibutyrophobia - takut selai kacang nempel di langit-langit mulut Arachnephobia or Arachnophobia - takut laba-laba Arithmophobia - takut angka >> gak bisa ngitung Arsonphobia - takut api Asthenophobia - takut pingsan Astrophobia - takut bintang atau ruang angkasa Asymmetriphobia - takut benda asimetris Athazagoraphobia - takut lupa, dilupakan Atychiphobia - takut akan kegagalan Aurophobia - takut emas >> orang kere Automysophobia - takut kotor Aviophobia or Aviatophobia - takut terbang >> burung penguin Ballistophobia - takut misil/peluru >> orang sipil Barophobia - takut akan gravitasi Bathmophobia - takut akan tangga atau bidang miring Bathophobia - takut akan kedalaman >> org yg gak bisa berenan Bibliophobia - takut akan buku >> buta huruf Bufonophobia - takut katak Caligynephobia - takut wanita cantik Carnophobia - takut daging >> vegetarian 61

Cathisophobia - takut duduk >>orang bisulan di b**t Catoptrophobia - takut cermin >> orang buruk rupa Chaetophobia - takut akan rambut >> gundul Chionophobia - takut akan salju >> orang tropis Chiraptophobia - takut disentuh Chirophobia - takut akan tangan Chorophobia - takut menari >> orang yg kaku Chrometophobia or Chrematophobia - takut uang Chromophobia or Chromatophobia - takut akan warna Chronophobia - takut akan waktu Cibophobia - takut akan makanan >> orang yg guendut Cleithrophobia or Cleisiophobia - takut terkunci di ruang tertutup Cleptophobia - takut kemalingan Clinophobia - takut tidur Coimetrophobia - takut akan kuburan Coprastasophobia - takut akan sembelit Coprophobia - takut akan feces Coulrophobia - takut pada badut >> tdk punya selera humor Cyberphobia - takut akan komputer >> gak tau gunanya Deipnophobia - takut makan malam >> orang yg lg diet Demonophobia or Daemonophobia - takut setan Dentophobia - takut dokter gigi 62

Dextrophobia - takut pada benda di sebelah kanannya Didaskaleinophobia - takut pergi ke sekolah >> mau test belum belajar Dipsophobia - takut minum >> krn perut dah njembling Dishabiliophobia - takut melepas baju di depan seseorang >> orang panuan Dystychiphobia - takut kecelakaan >> org yg naik mtr pelan2 Ecophobia - takut akan rumah >> sti Electrophobia - takut pada listrik Enochlophobia - takut pada keramaian Entomophobia - takut pada serangga Epistaxiophobia - takut pada mimisan Epistemophobia - takut akan ilmu pengetahuan >> orang bodoh yg tak mau brusaha Equinophobia - takut pada kuda Ergophobia - takut pekerjaan >> pemalas Febriphobia or Fibriphobia or Fibriophobia - takut demam Felinophobia - takut pada kucing (Ailurophobia, Elurophobia, Galeophobia, Gatophobia) Gamophobia - takut pada pernikahan Geliophobia - takut akan tertawa >> belum gosok gigi Geniophobia - takut pada dagu Genuphobia - takut pada lutut Gerascophobia- takut menjadi tua Glossophobia - takut berbicara di depan umum >> gogriers Hadephobia - takut pada neraka 63

Haphephobia or Haptephobia - takut disentuh Heliophobia - takut pada matahari >> kalong Hemophobia or Hemaphobia or Hematophobia - takut pada darah Hippopotomonstrosesquippedaliophobia - takut pada kata-kata yang panjang >> SMS mania Hyelophobia or Hyalophobia - takut pada kaca Hygrophobia - takut pada cairan Hypsiphobia - takut akan ketinggian Iatrophobia - takut pada dokter >> pasien Ichthyophobia - takut pada ikan Koinoniphobia - takut pada kamar Lachanophobia - takut akan sayuran Laliophobia or Lalophobia - takut berbicara >> orang bisu Leukophobia - takut warna putih >> gak bisa nyuci baju dgn bersih Levophobia - takut pada benda2 di sebelah kiri Linonophobia - takut pada benang >> orang yg gak bisa njahit Lygophobia - takut akan kegelapan Mageirocophobia - takut memasak >> orang gak bisa masak Medomalacuphobia - takut kehilangan ereksi Medorthophobia - takut pada penis yang sedang ereksi Melanophobia - takut pada warna hitam Melophobia - takut atau benci musik >> orang tuli Menophobia - takut akan haid >> cowok 64

Motorphobia - takut pada mobil >> orang lg nyebrang jalan Musophobia or Muriphobia - takut pada tikus Necrophobia - takut pada kematian Nephophobia - takut pada awan Noctiphobia - takut pada malam Nosophobia or Nosemaphobia - takut sakit Nostophobia - takut pulang ke rumah >> sti/ suami takut istri Numerophobia - takut pada angka >> orang yg gak bisa itung2an Octophobia - takut angka 8 Ombrophobia - takut pada hujan atau kehujanan >> orang yg ninggal jemuran Panophobia or Pantophobia - takut semuanya Papyrophobia - takut pada kertas >> orang gak bisa nulis & buta aksara Paraskavedekatriaphobia - takut hari Jumat tanggal 13 Parthenophobia - takut pada perawan Pediophobia - takut pada boneka >> soalnya bonekanya si chucky Phalacrophobia - takut menjadi botak Philemaphobia or Philematophobia - takut berciuman >> krn lawan mainnya kodok Pogonophobia - takut pada janggut Porphyrophobia - takut warna ungu Pteromerhanophobia - takut terbang >> burung kiwi Pyrophobia - takut pada api Scolionophobia - takut sekolah >> tukang bolos, gak ngerjain PR 65

Selenophobia - takut pada bulan >> manusia serigala Somniphobia - takut tidur >> insomania Tachophobia - takut pada kecepatan >> mbah-mbah tuwo Telephonophobia - takut pada telepon >> orang yg tagihannya bengkak Thaasophobia - takut duduk >> orang bisulan di b**t Tremophobia - takut gemetar Trichopathophobia or Trichophobia - takut pada rambut (Chaetophobia, Hypertrichophobia). >> orang gundul forever Triskaidekaphobia - takut pada angka 13 >> orang bule Urophobia - takut akan air seni Vaccinophobia - takut akan vaksinasi >> anak kecil Venustraphobia - takut akan wanita cantik >> orang o'on Verbophobia - takut akan kata-kata Vestiphobia - takut akan pakaian >> orang gila Virginitiphobia - takut akan perkosaan >> wanita Wiccaphobia - takut akan sihir Xanthophobia - takut akan warna atau kata kuning Xenophobia - takut akan orang asing Xerophobia - takut akan kekeringan Xylophobia - takut akan benda dari kayu Xyrophobia - takut akan pisau cukur Zelophobia - takut cemburu 66

Zeusophobia - takut akan Tuhan Coitophobia - takut akan coitus

67

Mengenal Autisme

Banyak sekali definisi yang beredar tentang apa itu Autisme. Tetapi secara garis besar, Autisme, adalah gangguan perkembangan khususnya terjadi pada masa anak-anak, yang membuat seseorang tidak mampu mengadakan interaksi sosial dan seolah-olah hidup dalam dunianya sendiri. Pada anak-anak biasa disebut dengan Autisme Infantil. Schizophrenia juga merupakan gangguan yang membuat seseorang menarik diri dari dunia luar dan menciptakan dunia fantasinya sendiri : berbicara, tertawa, menangis, dan marah-marah sendiri. Tetapi ada perbedaan yang jelas antara penyebab dari Autisme pada penderita Schizophrenia dan penyandang autisme infantil. Schizophrenia disebabkan oleh proses regresi karena penyakit jiwa, sedangkan pada anak-anak penyandang autisme infantil terdapat kegagalan perkembangan. Gejala autisme infantil timbul sebelum anak mencapai usia 3 tahun. Pada sebagian anak, gejala-gejala itu sudah ada sejak lahir. Seorang Ibu yang sangat cermat memantau perkembangan anaknya sudah akan melihat beberapa keganjilan sebelum anaknya mencapai usia 1 tahun. Yang sangat menonjol adalah tidak adanya atau sangat kurangnya tatap mata. Untuk memeriksa apakah seorang anak menderita autis atau tidak, digunakan standar internasional tentang autisme. ICD-10 (International Classification of Diseases) 1993 dan DSM-IV (Diagnostic and Statistical Manual) 1994 merumuskan kriteria diagnosis untuk Autisme Infantil yang isinya sama, yang saat ini dipakai di seluruh dunia. Kriteria tersebut adalah : Harus ada sedikitnya 6 gejala dari (1), (2), dan (3), dengan minimal 2 gejala dari (1) dan masing-masing 1 gejala dari (2) dan (3). (1) Gangguan kualitatif dalam interaksi sosial yang timbal balik. Minimal harus ada 2 dari gejala di bawah ini : Tak mampu menjalin interaksi sosial yang cukup memadai : kontak mata sangat kurang, ekspresi muka kurang hidup, gerak gerik kurang tertuju Tidak bisa bermain dengan teman sebaya

68

Tak ada empati (tak dapat merasakan apa yang dirasakan orang lain) Kurang mampu mengadakan hubungan sosial dan emosional yang timbal balik (2) Gangguan kualitatif dalam bidang komunikasi. Minimal harus ada 1 dari gejala di bawah ini : Perkembangan bicara terlambat atau sama sekali tak berkembang. Anak tidak berusaha untuk berkomunikasi secara non-verbal

Bila anak bisa bicara, maka bicaranya tidak dipakai untuk berkomunikasi Sering menggunakan bahasa yang aneh dan diulang-ulang Cara bermain kurang variatif, kurang imajinatif, dan kurang dapat meniru (3) Adanya suatu pola yang dipertahankan dan diulang-ulang dalam perilaku, minat, dan kegiatan. Minimal harus ada 1 dari gejala di bawah ini : empertahankan satu minat atau lebih dengan cara yang sangat khas dan berlebihan Terpaku pada suatu kegiatan yang ritualistik atau rutinitas yang tidak ada gunanya Ada gerakan-gerakan aneh yang khas dan diulang-ulang Seringkali sangat terpukau pada bagian-bagian benda Sebelum umur 3 tahun tampak adanya keterlambatan atau gangguan dalam bidang (1) interaksi sosial, (2) bicara dan berbahasa, dan (3) cara bermain yang monoton, kurang variatif. Bukan disebabkan oleh Sindroma Rett atau Gangguan Disintegratif Masa Kanak. Namun kemungkinan kesalahan diagnosis selalu ada, terutama pada autisme ringan. Hal ini biasanya disebabkan karena adanya gangguan atau penyakit lain yang menyertai gangguan autis yang ada, seperti retardasi mental yang berat atau hiperaktivitas. Autisme memiliki kemungkinan untuk dapat disembuhkan, tergantung dari berat tidaknya gangguan yang ada. Berdasarkan kabar terakhir, di Indonesia ada 2 penyandang autis yang berhasil disembuhkan,

69

dan kini dapat hidup dengan normal dan berprestasi. Di Amerika, di mana penyandang autisme ditangani secara lebih serius, persentase kesembuhan lebih besar.

70

Referensi:

Dalyono, M. 2001. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Prayitno dan Erman Amti. 2005. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta. Vembriarto, ST. 1997. Sosiologi Pendidikan. Yogyakarta: Paramita. www.klubguru.com/2view.php?subaction=showfull&id=1227218468&archive=&start_from=&ucat=2&d o=artikel http://www.untukku.com/artikel-untukku/awas-psikopat-di-sekitar-kita-untukku.html http://warofweekly.blogspot.com/2011/04/kekejaman-dan-paranoid-stalin-karena.html http://psikologi.ustjogja.ac.id/files/materi/1305626061Abnormal.pdf

71

Você também pode gostar