Você está na página 1de 4

JAKARTA (Suara Karya): Keganjilan laporan keuangan PT Ancora Mining Service hampir bisa dipastikan bukan disebabkan oleh

kesalahan administratif. Hal tersebut sangat dimungkinkan terjadi manipulasi, seperti yang diduga sejumlah kalangan masyarakat. Apalagi, selain dugaan manipulasi pajak, perusahaan milik Gita Wirjawan ini juga dituding menerima sumbangan yang tidak lazim. Ancora Foundation diidentifikasi pernah menerima sumbangan dari Middle East Coal (MEC) senilai 500.000 dolar AS, namun tidak pernah menyertakan laporan pajak penerimaannya. Akibatnya, muncul berbagai tudingan yang mengaitkan sumbangan ini dengan kepentingan MEC berinvestasi di salah satu pertambangan batu bara di Kalimantan Timur. Sebelumnya, Koordinator FMPK Yusuf Rizal melaporkan beberapa kejanggalan yang muncul dalam laporan keuangan PT Ancora Mining Service. Pertama, dugaan rekayasa setoran pajak, dan kedua, aliran sumbangan yang tidak benar kepada Ancora Foundation. Selain diduga mengandung unsur pidana penyelewengan pajak, mencuat pula penilaian terjadinya penyalahgunaan wewenang oleh Gita I Wirjawan selaku pejabat publik (Kepala BKPM). "Kita mencium gelagat tidak baik dari laporan keuangan dan transaksi tersebut. Jangan sampai ada motif dagang, suap, dan penyalahgunaan jabatan di balik semua ini," ucap Yusuf Rizal. Mencuatnya persoalan ini diawali dengan beredarnya dokumen laporan keuangan Ancora Mining Service tertanggal 31 Desember 2008. Dari laporan ini diketahui bahwa perusahaan memperoleh penghasilan sebesar Rp 34,5 miliar, meski tidak ada pergerakan investasi saat periode ini. Ditemukan pula bukti pembayaran bunga senilai Rp 18 miliar, meski perusahaan itu mengaku tidak memiliki utang. Perusahaan itu juga menyebutkan memiliki piutang senilai Rp 5,3 miliar, namun tanpa didukung keterangan yang jelas.

Selain mengadukan kejanggalan dalam laporan keuangan AMS di 2008, FMPK juga melaporkan adanya aliran sumbangan yang tidak benar kepada Ancora Foundation. (republika) Ketua Bagian Investigasi FMPK, Mustopo, menjelaskan, indikasi manipulasi itu terlihat dari adanya penghasilan sebesar Rp 34,9 miliar namun tidak ada pergerakan investasi. Selain itu, ditemukan bukti pembayaran bunga sebesar Rp 18 miliar padahal AMS mengaku tidak memiliki utang. FMPK juga menemukan bukti piutang senilai Rp 5,3 miliar namun tidak ada kejelasan transaksinya. "Business income-nya lebih kecil dari passive income," ucapnya kepada wartawan, Senin (10/1).

Sedangkan untuk temuan sumbangan, Mustopo mengatakan, ada sumbangan dari PT Middle East Company (MEC) sebesar 500 ribu dolar AS kepada Ancora Foundation. MEC adalah perusahaan pertambangan yang berbasis di Singapura dan Jakarta serta beroperasi di Kalimantan Timur. Ancora Foundation tidak memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Dari temuantemuan tersebut, mereka mencurigai adanya praktik transfer pricing.

"Dalam kurun waktu 2009-2010 saja, Ancora Group memiliki puluhan anak perusahaan. Jumlah ini cukup fantastis untuk seukuran perusahaan yang baru tiga tahun ini go public (melantai di Bursa Efek Indonesia)," kata pengamat pasar modal Yanuar Rizky kepada wartawan di Jakarta, Selasa (18/1). PT Ancora Indonesia Resources diketahui baru terdaftar di BEI sejak medio 2008. Proses pencatatan saham dinyatakan bermasalah, sehingga mendapatkan sanksi dari Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam-LK). (suara karya) "Menurut catatan saya, Ancora ini terdaftar di bursa efek melalui proses yang tidak benar. Jadi mengakuisisi perusahaan di bursa efek untuk kemudian menggunakan hasil penjualan sahamnya untuk membeli saham anak usahanya sendiri," ujarnya. Juru bicara FMPK Yosef Rizal mengatakan, laporan keuangan Ancora yang berakhir pada 31 Desember 2008 memiliki beberapa kejanggalan, sehingga aparat pajak perlu menelusuri potensi kerugiannya. Kejanggalan tersebut antara lain tiadanya kegiatan investasi, namun terdapat penghasilan Rp 34 miliar. Meski tidak memiliki utang, namun ada pembayaran bunga Rp 18 miliar. Bahkan ditemukan bukti pemotongan pajak Rp 5 miliar, namun tidak ada kejelasan atas transaksinya itu.

Lebih lanjut Yosef Rizal menjelaskan, kejanggalan dalam dokumen neraca PT Ancora Mining Service per tanggal 31 Desember 2008 itu antara lain ,tidak terdapat pergerakan investasi atau tidak ada kegiatan investasi. Tetapi dalam laporan laba rugi tahun buku yang sama, perusahaan tersebut malah membukukan penghasilan Rp 34.942.600.000. Di neraca yang sama, PT Ancora Mining Service mengaku tidak memiliki utang, namun anehnya dalam laporan laba rugi ditemukan pembayaran bunga sebesar Rp 18.346.170.191, ujar Yosef. Dikatakan Yosef, pada laporan fiskal per tanggal 31 Desember 2008 ditemukan bukti pemotongan pajak senilai Rp 5.331.840.000 dari sebuah perusahaan. Tetapi tidak ada kejelasan atas transaksi apa pemotongan pajak tersebut dilakukan. Akan muncul pertanyaan, apakah potongan tersebut sudah benar-benar disetorkan? jelasnya. Yosef mendesak agar aparat pemeriksa pajak dan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) memeriksa sebuah perusahaan tambang Middle East Coal (MEC) yang berbasis di Singapura dan Jakarta. MEC diketahui telah menyumbang dana sebesar 500 ribu dolar AS kepada Yayasan Ancora yang didirikan Gita Wirjawan. Berdasarkan surat PT Bank Mandiri kepada Middle East Coal Pte Ltd No: 4 Sp.JWM/1426/2009 tertanggal 15 Desember 2009 tentang penjelasan Transaksi Transfer Valuta Asing to Ancora jelas terlihat adanya transfer sebesar US$ 500.000 dari Middle East Company ke Yayasan Ancora.

Perintah transfer ke Yayasan Ancora itu sendiri telah terjadi pada tanggal 27 November 2009, sebagaimana terlihat pada bukti telex Single Transaction Credit Master, ujarnya. Pada bukti telex dengan senders reference :20:0912208002130802 itu, terlihat transfer terjadi pada tanggal 27 November 2009 senilai US$ 500.000 dari Middle East Indonesia beralamat di Sudirman Plaza-Plaza Marein Lt.20 Jalan Jenderal Sudirman Kav 76-78, dengan benerficiary customer (penerima kiriman dana) adalah Yayasan Ancora/Ancora Foundation. Juga dijelaskan melalui telex itu mengenai remittance information: MEC Sponsorship for Indonesia Pintar Program. Menurut Yosef Rizal, sumbangan itu mencurigakan karena selain tidak pernah dilaporkan pajak penerimaannya oleh yayasan bersangkutan, juga dinilai sarat kepentingan. Diduga hal ini terkait posisi Gita sebagai Kepala BKPM dan MEC yang memperoleh konsesi tambang di Kalimantan Timur. Sebagai perusahaan multinasional, MEC punya yayasan sejenis dengan Yayasan Ancora. Kenapa harus menyumbang ke Ancora, bukan diberikan ke yayasan sendiri. Apalagi jika uang tersebut dapat digunakan untuk kepentingan rakyat di sekitar tambang. Ada motif apa ini? tanya Yosef Rizal. Menurutnya, PT MEC yang memiliki investasi tambang di Kaltim, sebelum menyetor dana sponsor kepada Yayasan Ancora, juga telah menyetor dana sponsorship sebesar US$ 110.000 kepada PT Ancora Sports. Dana sponsorship itu dalam rangka pertandingan Golf President Cup yang digelar pada bulan Juli 2009, sebelum Gita menjabat Kepala BKPM. Kita mencium gelagat tidak baik dari keanehan laporan keuangan dan transaksi tersebut. Jangan sampai ada motif dagang, suap, penyalahgunaan wewenang dan sebagainya di balik itu semua, tegasnya. (dnl/qom) detik finance Lebih lanjut, Yosef mengemukakan kejanggalan dalam dokumen neraca PT Ancora Mining Service per tanggal 31 Desember 2008 itu antara lain tidak terdapatnya pergerakan investasi atau tidak ada kegiatan investasi. Namun, dalam laporan laba rugi tahun buku yang sama, perusahaan tersebut malah membukukan penghasilan Rp34.942.600.000. "Di neraca yang sama, PT Ancora Mining Service mengaku tidak memiliki utang, tetapi anehnya dalam laporan laba rugi ditemukan pembayaran bunga sebesar Rp18.346.170.191," ujar Yosef. Pada laporan fiskal per tanggal 31 Desember 2008 ditemukan bukti pemotongan pajak senilai Rp5.331.840.000 dari sebuah perusahaan. Tetapi tidak ada kejelasan atas transaksi apa pemotongan pajak tersebut dilakukan. "Akan muncul pertanyaan, apakah potongan tersebut sudah benar-benar disetorkan?" jelasnya. (media Indonesia)

"Kuat dugaan, tindakan manipulasi laporan keuangan tersebut tidak terjadi sekali. Selain itu, tindakan serupa juga diduga dilakukan di sejumlah perusahaan grup Ancora yang menjamur

ketika Gita menduduki posisi Kepala BKPM," tegas Yosef Rizal. Lebih lanjut Yosef Rizal menjelaskan, kejanggalan dalam dokumen neraca PT Ancora Mining Service per tanggal 31 Desember 2008 itu antara lain ,tidak terdapat pergerakan investasi atau tidak ada kegiatan investasi. Tetapi dalam laporan laba rugi tahun buku yang sama, perusahaan tersebut malah membukukan penghasilan Rp 34.942.600.000. "Di neraca yang sama, PT Ancora Mining Service mengaku tidak memiliki utang, namun anehnya dalam laporan laba rugi ditemukan pembayaran bunga sebesar Rp 18.346.170.191," ujar Yosef. Dikatakan Yosef, pada laporan fiskal per tanggal 31 Desember 2008? ditemukan bukti pemotongan pajak senilai Rp 5.331.840.000 dari sebuah perusahaan. Tetapi tidak ada kejelasan atas transaksi apa pemotongan pajak tersebut dilakukan. "Akan muncul pertanyaan, apakah potongan tersebut sudah benar-benar disetorkan?" jelasnya.

Você também pode gostar